debat tiga paradigma hubungan internasional

6
 Debat Tiga Paradigma Hubungan Internasional Oleh Asep Setiawan Pendahuluan Hubungan internasional sebagai sebuah cabang ilmu mengalami proses perkembangan cukup lama meskipun masih muda dibandingkan cabang ilmu sosial lainnya. Namun demikian, perdebatan dan pertukaran baik konsep, teori maupun metode tentang cabang ilmu ini masih berjalan sa mpai sekarang. Berbagai pandangan tentang realitas hubungan internasional menunjukkan dinamika dalam bidang studi ini. Berbagai konsepsi dan teori bermuncullan untuk menjelaskan masalah-masalah yang terjadi dalam interaksi antar manusia di muka bumi menunjukkan tidak adanya pandangan tunggal tentang hubungan antar bangsa. Tiadanya pandangan tunggal yang berpuncak pada absennya teori tunggal bukan berarti lemahnya ilmu ini tetapi juga karena satu teori saja tidak cukup untuk menjelasakan interaksi manusia, interaksi antar bangsa dalam tempo berabad-abad. Itulah sebabnya, kajian ilmu hubungan internasional tidak berhenti sampai sekarang. Artikel ini berusaha untuk memetakan secara menyeluruh paradigma hubungan internasional serta keluarga teori atau subteori yang lahir dari paradigma tertentu. Kemudian juga akan didiskusikan bagaimana kelanjutan perkembangan perdebatan paradigma yang sekarang berlangsung.  Agar diskusi tentang paradigma ini jelas, perlu diuraikan terlebih dahulu pengertian singkat paradigma yang muncul dalam ilmu sosial pada umumnya. Istilah paradigma diimpor kedalam studi hubungan internasional dari filsafat ilmu yang diperkenalkan Thomas Kuhn (Khun: 1996). Sebuah paradigma dipandang sebagai kerangka teoritis, serangkaian hipotesis atau model yang mengorganisasikan prinsip- prinsip dan sebuah panduan bagi riset. Menurut Kuhn sebuah era ilmiah dicirikan oleh sebuah paradigma dominan. Dalam hal studi hubungan inernasional, jika dilacak secara kronologis maka disiplin ini telah mengalami serangkaian dominasi paradigma yang dimulai dengan paradigma idealisme, realisme dan kemudian perilaku (behavioralisme). Diantara peralihan paradigma itu ditandai dengan krisis yang kemudian dilanjutkan dengan lahirnya paradigma baru. Pada saat itulah muncul debat-debat besar mengenai paradigma, mengapa lahir paradigma baru dan mengapa paradigma lama sudah usang untuk menjelaskan fenomena dalam masyarakat internasional. Jika paradigma baru berusaha meruntuhkan dan menantang paradigma lama, sebaliknya paradigma lama berusaha mati-matian untuk memperbarui pardigmanya sehingga relevan untuk menjelaskan fenomena dalam hubungan internasional, setidaknya sebagian dari fenomena itu bisa dijelaskan oleh paradigma itu. Perdebatan

Upload: asepsetia

Post on 09-Jul-2015

7.256 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Tiga paradigma dalam perdebatan hubungan internasional

TRANSCRIPT

Page 1: Debat Tiga Paradigma Hubungan Internasional

5/10/2018 Debat Tiga Paradigma Hubungan Internasional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/debat-tiga-paradigma-hubungan-internasional 1/6

Debat Tiga Paradigma Hubungan Internasional

Oleh Asep Setiawan

PendahuluanHubungan internasional sebagai sebuah cabang ilmu mengalami proses

perkembangan cukup lama meskipun masih muda dibandingkan cabang ilmu sosiallainnya. Namun demikian, perdebatan dan pertukaran baik konsep, teori maupunmetode tentang cabang ilmu ini masih berjalan sampai sekarang. Berbagai pandangantentang realitas hubungan internasional menunjukkan dinamika dalam bidang studi ini.

Berbagai konsepsi dan teori bermuncullan untuk menjelaskan masalah-masalahyang terjadi dalam interaksi antar manusia di muka bumi menunjukkan tidak adanyapandangan tunggal tentang hubungan antar bangsa. Tiadanya pandangan tunggal yangberpuncak pada absennya teori tunggal bukan berarti lemahnya ilmu ini tetapi jugakarena satu teori saja tidak cukup untuk menjelasakan interaksi manusia, interaksi antar bangsa dalam tempo berabad-abad.

Itulah sebabnya, kajian ilmu hubungan internasional tidak berhenti sampaisekarang. Artikel ini berusaha untuk memetakan secara menyeluruh paradigmahubungan internasional serta keluarga teori atau subteori yang lahir dari paradigmatertentu. Kemudian juga akan didiskusikan bagaimana kelanjutan perkembanganperdebatan paradigma yang sekarang berlangsung.

Agar diskusi tentang paradigma ini jelas, perlu diuraikan terlebih dahulu

pengertian singkat paradigma yang muncul dalam ilmu sosial pada umumnya. Istilahparadigma diimpor kedalam studi hubungan internasional dari filsafat ilmu yangdiperkenalkan Thomas Kuhn (Khun: 1996). Sebuah paradigma dipandang sebagaikerangka teoritis, serangkaian hipotesis atau model yang mengorganisasikan prinsip-prinsip dan sebuah panduan bagi riset. Menurut Kuhn sebuah era ilmiah dicirikan olehsebuah paradigma dominan.

Dalam hal studi hubungan inernasional, jika dilacak secara kronologis makadisiplin ini telah mengalami serangkaian dominasi paradigma yang dimulai denganparadigma idealisme, realisme dan kemudian perilaku (behavioralisme). Diantaraperalihan paradigma itu ditandai dengan krisis yang kemudian dilanjutkan dengan

lahirnya paradigma baru. Pada saat itulah muncul debat-debat besar mengenaiparadigma, mengapa lahir paradigma baru dan mengapa paradigma lama sudah usanguntuk menjelaskan fenomena dalam masyarakat internasional.

Jika paradigma baru berusaha meruntuhkan dan menantang paradigma lama,sebaliknya paradigma lama berusaha mati-matian untuk memperbarui pardigmanyasehingga relevan untuk menjelaskan fenomena dalam hubungan internasional,setidaknya sebagian dari fenomena itu bisa dijelaskan oleh paradigma itu. Perdebatan

Page 2: Debat Tiga Paradigma Hubungan Internasional

5/10/2018 Debat Tiga Paradigma Hubungan Internasional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/debat-tiga-paradigma-hubungan-internasional 2/6

antar pardigma inilah yang kemudian mengembangkan studi hubungan internasionalseperti sekarang ini.

Sebagian menlilai paradigma itu tidak perlu, tetapi sebagian lainnyamemperlihatkan bahwa perdebatan atau dalam bahasa lebih halus pertukaran pikiran

baik melalui seminar internasional maupun penerbitan buku menunjukkan dinamikayang terus berkelanjutan dalam studi ini, tetapi disisi lain bagi para pemula yangmempelajari hubungan internasional akan menimbulkan kebimbangan dan malahkebingungan. Apalagi jika dihadapkan pada para penganut satu paradigma yangkemudian berbenturan dengan paradigma lainnya. Namun bagi mereka yang sudahlama menekuni kajian ini, perdebatan itu justru memperkaya khasanah keilmuanhubungan internasional dan terus menemukan model-model baru yang kemudian bisamelahirkan paradigma baru.

Jika paradigma dominan itu kebanyakan produk dari perguruan tinggi di Barat,maka paradigma hubungan internasional yang lahir di negara-negara berkembang tidak

mendapatkan tanggapan atau malah belum sekuat apa yang lahir di Amerika atauEropa. Mungkin di sinilah perlunya sebuah kajian khusus untuk melahirkan paradigmastudi hubungan internasional yang lebih mengena ke masayarakat sendiri, misalnyamodel kajian hubungan internasional di Indonesia. Sebenarnya paradigma itu sendirimewakili sudut pandang kultural dan sosial dari pembuat paradigma itu sendirimeskipun diklaim bahwa ilmu sosial itu bersifat universal namun dalam hal tertentu sulituntuk menjelaskan mengapa paradigm itu kadang-kadnag hanya cocok melukiskanperilaku negara-negara besar atau perilaku perusahaan multinasional yang bremarkasdi Eropa atau Amerika.

Disinilah sebenarnya pentingnya mengetahui paradigma apa yang ada dalam

studi ini sehingga bisa memetakan lebih lanjut kebutuhan terhadap paradigma untukkepentingan yang lebih membumi di Indonesia. Jika mengetahui paradigma yangtercdipta di perguruan tinggi Barat yang kental dengan tradisi ilmiahnya, makaparadigma yang lahir dari para pakar Indonesia akan memperkaya khasanah keilmuanhubungan internasional, bukan membuat bingung atau dianggap sebagai hanya menru-niru.

Kebutuhan akan paradigma khas lokal ini, untuk mengambil posisi yang jelas terhadappenafsiran perilaku dalam masyarakat internasional, akan memberikan kontribusipraktis dalam pengambilan kebijakan nasional yang sesuai dengan kebutuhanmasyarakat. Sebaliknya paradimg khas ini bukan untuk membuat sesuatu yang muskil

yang jauh dari realitas sebabai sebuah paradigma atau seuah teori dan serangkaianhipotesis yang terkandung di dalamnya selayaknya memiliki basis empiris yang kuat.

Debat tiga paradigmaSebelum memulai memetakan apa yang sedang terjadi dalam perdebatan tiga

paradigm utama sekarang ini, ada baiknya kita menyimak secara lebih sistematis apaperbedaan ketiga paradigma dan apa fokusnya serta tingkat analisisnya. Tabel berikutyang dipaparkan Ole Waefer (1999) ini akan memberikan gambaran secara umum

Page 3: Debat Tiga Paradigma Hubungan Internasional

5/10/2018 Debat Tiga Paradigma Hubungan Internasional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/debat-tiga-paradigma-hubungan-internasional 3/6

tentang tiga paradigma yang berinteraksi dalam mengisi perkembangan studi hubunganinternasional. Selain itu dapat dilihat pula konsep-konsep dasar yang menjadi pilar paradigma itu. Misalnya jika realisme sangat menekankan aktor negara sebgaipenjelasan dalam hubungan internasional namun pluralisme, menekankan bahwanegara bukanlah satu-satunya aktor. Aktor non negara baik di dalam maupun secara

lintas batas banyak menentukan apa yang disebut sebagai kebijakan negara.Skema Perdebatan Tiga Paradigma

Realisme Pluralisme/Interdependensi

Marxism/radikalisme

Tingkat analisismenurut Rosenau

State-centric Multi-centric Global-centric

Aktor Utama Negara Aktor-aktor sub-negara dan nonnegara

Ekonomi duniakapitalis dankelas

Citra Model bola bilyar Model jaring laba-

laba

Model gurita

Pandangan atasnegara

Aktor tunggal Terpecah belahmenjadi unsur-unsur 

Mewakilikepentingankelas

Perilaku dinamis Negara adalahaktor rasionalyang berupayamemaksimalkankepentingandirinya atautujuan nasional

dalam politik luar negeri

Pembuatankebijakan luar negeri danproses trans-nasionalmelibatkankonflik, tawar 

menawar, dankompromi, tidakselalumengeluarkanhasil optimal

Fokus atas poladominan di dalamdan diantaramasyarakat

Isu-isu Keamanannasional adalahutama

Banyak,setidaknyakesejahteraan

Faktor-faktor ekonomi

Obyektivitas/Subyektivitas

Kepentingan adasecara obyektif.Negarawan harus

menyadarinyadan bertindakuntuk itu. Dalambeberapa versi,dunia manipulasidan intuisimenjadikehidupan

Persepsi danperan seringberbeda dari

realitas. Analisisakademik dapatmembantumenemukankebijakanrasional danoptimal

Struktur mendalam dalamekonomi sangat

stabil dankonsisten. Aktor politik secarasistematistersesat dalampersepsinya.

Page 4: Debat Tiga Paradigma Hubungan Internasional

5/10/2018 Debat Tiga Paradigma Hubungan Internasional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/debat-tiga-paradigma-hubungan-internasional 4/6

independenPengulangan/Per ubahan

Hukum tidakberubah,hubunganinternasional

adalah realitasberulang

Perubahan dankemungkinankemajuan

Pola stabil danberlanjut sampaiberubah

Konflik/Kerjasama

Hubungandiantara negarapada dasarnyabersifatkonflik/kompetitif 

Hubungandiantara negaraberpotensi kerjasama, aktor nonnegara seringmembangkitkankonflik namunmembuat citramembingungkan

Hubungan dalamdan diantaranegara bersifatkonflik tetapiperjuangan kelasadalah polautama

Waktu Statis Evolusioner Revolusioner 

Dari tabel itu terlihat bahwa setiap paradigma, baik realisme, pluralisme maupunMarxisme memiliki pandangan tersendiri terhadap hubungan antar negara. Bahkandalam tingkat tertentu analisis terhadap masalah juga berbeda-beda. Kalau Realismeberpusat pada negara sebagai basis analisisnya dalam hubungan internasional yangkemudian juga melahirkan teori-teori dengan konsep realisme, maka pluralisme jugamemiliki teori-teori turunan dari paradigma tersebut. Di sinilah kemudian, sejumlahpakar hubungan internasional melihat setidaknya ada tiga perdebatan paradigma yangmewarnai studi bidang ini. Masing-masing memiliki argumentasi dan bahkanperdebatan antar paradigma itu tidak bisa dirujukkan karena berbicara dengan bahasa

yang berbeda. Artinya, asumsi dasar terhadap realitas yang ada berbeda satu samalain.

Perdebatan Tiga paradigmaMenurut Ole Waefer (Smith: 1999), perdebatan besar pertama berlangsung

antara idealisme melawan realisme pada tahun 1940-an. Gelombang kedua terjadiantara perilaku (behaviouralism) melawan tradisionalisme yang berlangsung antaratahun 1950-an dan 1960-an. Pada akhir tahun 1960-an dan sepanjang tahun 1970-an,tumbuh kritik atas paradigma realis yang sedang dominan, bukan karena soalmetodologi namun terhadap citra dunia, anggapan yang berpusat pada negara, sibuk

dengan kekuasaan, dan buta terhadap berbagai proses dalam negeri, lintas nasionaldan melampaui lingkup politik-militer.

Sejumlah pakar tidak hanya mengajukan kritik atas realisme tetapi juga berusahamemajukan konsepsi alternatif mengenai sistem internasional. Misalnya, konsep-konsep integrasi regional, transnasionalisme, interdependensi dan sistem pluralis sub-negara dan aktor seperti negara yang membuat kompleks hubungan yang biasaditafsirkan sebagai negara dengan negara. Negara tidak hadir seperti dirafsirkan

Page 5: Debat Tiga Paradigma Hubungan Internasional

5/10/2018 Debat Tiga Paradigma Hubungan Internasional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/debat-tiga-paradigma-hubungan-internasional 5/6

paradigma realis tetapi banyak aktor dai dalam negara yang berinteraksi menghasilkanseperti kebijakan sebuah negara dan kadang-kadang melebihinya dan memilikihubungan lintas perbatasan negara. Tidak hanya banyak aktor selain negara, demikianparadigma pluraslis yang mengkritik realisme, tetapi juga negara terdiri dari jaringanbirokrasi, kelompok kepentingan dan individual.

Muncul kemudian pengertian umum bahwa, citra alternatif terhadap politikinternasional terbentuk, namun juga realisme tidak begitu saja menyerah. Keduaparadigma memiliki kekuatan. Ada hal-hal yang bisa dijelaskan oleh salah satuparadigma dan paradigma lain lebih baik menjelaskan hal lainnya. Kaum realis danpluralis, kalau mau disebut demikian, melihat realitas dengan berbeda.

Semenara itu, paradigma ketiga muncul: Marxisme. Marxisme sendiri bukanlahssebuah hal baru sebagai teori yang membuat pernyataan kuat mengenai hubunganinternasional. Teori imperialisme telah dibahas secara besar-besaran. Namun hanyasedikit pakar yang melihatnya sebagai teori hubungan internasional. Pada tahun 1970-

an, Marxisme tampak tumbuh sebagai teori alternatif hubungan internasional. Teori initidak mapan dalam hubungan internasiona namun menjadi sebuah model untukmenyajkan disiplin ini sebagai sebuah bagian dari debat segitiga.

Terminologi untuk paradigma pertama, banyak disepakati sebagai realisme.Paradigma kedua sebagai pluralisme untuk menggaris bawahi banyak unit dari negaradan berkaitan dengan pendekatan non negara dalam ilmu politik, liberalisme,globalisme dan world society (masyarakat dunia).

`Istilah globalisme digunakan sejumlah pakar untuk paradigma ketiga karena menunjukpada ekonomi dunia global dan kapitalis, namun pakar lainnya menekankan pada

struktualisme. Istilah yang langsung untuk paradigm aketiga ini disebut Marxisme, danbahkan radikalisme.

Kesimpulan.Paradigma hubungan internasional yang sedang terlibat dalam perdebatan

setidaknya sampai referensi tahun 2000 sedikitnya ada tiga bagian. Paradigmapertama, realisme mencitrakan hubungan internasional tak lain dari pada hubunganantar negara. Paradigma kedua mencatat bahwa aktor negara bukanlah sesederhanaitu karena banyak aktor dalam negara dan antar negara yan berpedan dalampembentukan kebijakan sebuah negara. Namun di tengah perdebatan itu, paradigmaMarxisme atau ada yang menyebut pula globalisme melihat bahwa dunia ini tak lain

daripada kapitalis global.

Dari ketiga paradigma inilah kemudian lahir berbagai konsep dan teori bahkanmetodologi yang memetakan realitas yang muncul dalam hubungan internasional.Dalam penelitian ketika memilih salah satu paradigma maka perlu dipertimbangkankecocokannya dalam menguraikan sebuah realitas. Kadang-kadang teori yang beradadalam lingkup paradigma realisme tidak cocok menjelaskan mengapa banyak negarabekerja sama dalam kerangka regional dibandingkan dengan terlibat konflik. Atau

Page 6: Debat Tiga Paradigma Hubungan Internasional

5/10/2018 Debat Tiga Paradigma Hubungan Internasional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/debat-tiga-paradigma-hubungan-internasional 6/6

mengapa kerja sama ekonomi hampir muncul di semua kawasan. Barangkali denganparadigma pluralisme akan lebih tepat menjelaskan fenomena seperti kerja samaatnara negara, bukannya perebutan kekuasaan, di dalam hubungan internasionalbanyak terjadi. ****

Asep Setiawan, alumni Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran danInternational Studies, Birmingham University, UK. Artikel ini dimuat diglobalpolitics.asepsetiawan.com

Daftar PustakaBooth, Ken and Steve Smith, International Relations Theory Today . Pennsylvania:

The Pennsylvania State University Press, 1995.Grrom, AJR and Margot Light (eds ), Contemporary International Relations: A Guide

to Theory. London: Pinter, 1999.Kuhn, Thomas, The Structure of Scientific Revolutions. Chicago: The University of 

Chicago Pers, 1996.Luard, Evan, Basic Texts in International Relations. London: Macmillan, 1992.Evans, Graham dan Jeffrey Newham, The Penguin Dictionary of InternationalRelations. London: Penguin Books, 1998.

Smith, Steve, Ken Booth & Marysia Zalewski, International Theory: Positivism &Beyond . Cambridge: Cambridge University Press, 1999.