data penunjang

Upload: nita

Post on 01-Mar-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dapus

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUN TEORI

A. Pengertian Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara otomatis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth).Melihat lokasi kaput humeri terhadap prosesus glenoidalis, dislokasi paling sering ke arah anterior, dan lebih jarang ke arah posterior atau inferior. Dislokasi anterior disebut juga sebagai dislokasi preglenoid, subkorakoid dan subklavikuler.Islokasi Dislokasi bahu adalah suatu kerusakan yang terjadi saat bagian atas tulang humerus tidak menempel lagi dengan scapula. Hal ini terjadi saat caput humerus keluar dari soket, glenoid. Maka dislokasi bahu ini focus pada dislokasi dari sendi glenohumerus.

B. KlasifikasiDislokasi sendi bahu diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:1. Dislokasi anterior2. Dislokasi posterior3. Dislokasi inferior atau luksasi erekta4. Dislokasi disertai fraktur

C. Patofisiologi

D. Manifestasi KlinisPasien yang mengalami dislokasi bahu akan sangat merasakan kesakitan. Jika pasien mengalami dislokasi bahu, rentang gerak (ROM) dari pasien itu tidak luas. Jika bahu terdislokasi kea rah anterior, lengan berada dalam posisi sedikit abduksi kea rah anterior dan cekung dilihat posterior pada bahu. Rotator cuff seringkali mengalami kerusakan dan harus diperiksa setelah mengalami reduksi. Penting untuk melihat fungsi neurovaskuler aksila dengan meraba nadi dan melakukan uji sensasi pada daerah bahu.Didapatkan nyeri yang hebat serta gangguan pergerakan sendi bahu. Pasien merasakan sendinya keluar dan tidak mampu menggerakan lengannya.Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan untuk menerima pemeriksaan apa saja. Posisi badan penderita miring kearah sisi yang sakit. Perhatikan dua tanda khas, yaitu sumbu humerus yang tidak menunjuk ke bahu dan kontur bahu berubah karena daerah di bawah akromion kosong. Garis gambar lateral atau kontur sendi bahu dapat menjadi rata karena kaput humerus bergeser ke depan, dan kalau pasien tidak terlalu berotot, suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula. Lengan harus selalu diperiksa untuk mencari ada tidaknya cedera saraf dan pembuluh darah.Anamnesis : Terdapat riwayat trauma yang jelasLook : Sedikit abduksi dan rotasi eksterna serta lengan ditopang oleh lengan yang sehat. Dari depan akromion terlihat lebih prominen dan lengkung subakromial pada bagian lateral bawah menghilang dan bahu terlihat seperti membentuk sudut siku.Feel : Bagian anterior lebih menonjol. Dapat terjadi gangguan test pinprick pada badge area akibat cedera N. Aksilaris.Move : ROM terbatas dan nyeri hebat

E. Mekanisme Dislokasi anterior merupakan kelainan yang tersering ditemukan dan biasanya penderita jatuh dengan tangan dalam keadaan out stretched atau trauma pada skapula sendiri dan anggota gerak dalam posisi rotasi lateral. Dislokasi anterior juga sering terjadi pada usia muda, antara lain pada atlet akibat kecelakaan olahraga. Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi eksterna dan ekstensi sendi bahu. Kaput humerus didorong ke depan dan menimbulkan avulsi simpai sendi dan kartilago beserta periosteum labrum glenoidalis bagian anterior. Pada dislokasi anterior, kaput humerus berada di bawah glenoid, subkorakoid dan subklavikuler.Sekitar 95% dari dislokasi bahu terjadi, bagian atas humerus berada di depan shoulder blade dan menyebabkan dislokasi anterior. Mekanisme umumnya dari kerusakan yang terjadi yaitu abduksi yang ekstrim, exorotasi, dan suatu tekanan langsung dari posterior terhadap humerus. Abduksi atau rotasi eksternal secara paksa sendiri dapat menyebabkan dislokasi (sekitar 30% dari kasus yang ada), begitu juga suatu tekanan kuat langsung terhadap bagian posterior humerus (29%), elevasi dan exorotasi yang terjadi secara paksa (24%), dan jatuh dengan tangan yang terbuka lebar (17%).

F. Pemeriksaan RadiologiSinar-X pada Glenohumeral AP akan tampak overlapping antara kaput humeri dengan fossa glenoid, kaput humerus biasanya terletak di bawah dan medial terhadap mangkuk sendi.Foto lateral yang diarahkan pada daun skapula akan memperlihatkan kaput humerus keluar dari mangkuk sendi.Kalau sendi pernah berdislokasi, sinar-X dapat memperlihatkan perataan atau cekungan kontur posterolateral kaput humerus; tempat ini pernah dibuat melesak oleh tepi anterior mangkuk glenoid.

G. PenatalaksanaanBanyak metode reduksi telah diuraikan, beberapa diantaranya sekarang hanya tercatat sebagai sejarah.Pada pasien yang dulu pernah mengalami dislokasi, traksi sederhana pada lengan dapat berhasil. Untuk reduksi dislokasi yang terjadi pertama kali, pasien harus banyak diberi sedasi atau di anestesi dan dalam posisi telentang. Traksi ditingkatkan perlahan-lahan pada lengan dengan bahu yang sedikit berabduksi, sementara itu asisten melakukan traksi-lawan yang kuat pada tubuh (handuk yang dililitkan sekitar dada pasien, di bawah aksila, bermanfaat). Kalau anestesi merupakan kontraindikasi, posisi tengkurap dengan lengan tergantung, dapat memudahkan reduksi.Metode Kocher kadang-kadang digunakan. Siku ditekuk 90 derajat dan dipertahankan dekat dengan tubuh; traksi tidak boleh diterapkan. Lengan perlahan-lahan diputar sampai 75 derajat ke lateral, kemudian ujung siku itu diangkat ke depan, dan akhirnya lengan diputar ke medial.Sinar-X dilakukan untuk memastikan reduksi tidak menyebabkan fraktur. Bila pasien sepenuhnya sadar, abduksi aktif dengan pelan-pelan diuji untuk menyingkirkan suatu cedera saraf aksila.Lengan diistirahatkan dalam kain gendong selama satu atau dua minggu dan gerakan aktif kemudian dimulai, tetapi kombinasi abduksi dan rotasi lateral harus dihindari sekurang-kurangnya selama 3 minggu. Selama periode ini, gerakan siku dan jari dipraktekkan setiap hari.a) Dengan pembiusan umum Metode HippocratesPenderita dibaringkan di lantai, anggota gerak ditarik ke atas dan kaput humerus ditekan dengan kaki agar kembali ke tempatnya. Metode KocherPenderita berbaring di tempat tidur dan ahli bedah berdiri di samping penderita.Tahap-tahap reposisi menurut Kocher: Sendi siku dalam posisi fleksi 90o dan dilakukan traksi sesuai garis humerus Lakukan rotasi ke arah lateral Lengan di adduksi dan sendi siku dibawa mendekati tubuh ke arah garis tengah. Lengan dirotasi ke medial sehingga tangan jatuh di daerah dada.b) Tanpa pembiusan umumMetode Stimson (lihat gambar) metode ini sangat baik. Caranya penderita dibaringkan tertelungkup sambil bagian lengannya yang mengalami luksasio keluar dari tepi tempat tidur, menggantung ke bawah. Kemudian diberikan beban yang diikatkan pada lengan bawah dan pergelangan tangan, biasanya dengan dumbbell dengan berat tergantung dari kekuatan otot si penderita. Si penderita disuruh rileks untuk beberapa jam, kemudian bonggol sendi akan masuk dengan sendirinya.

Gambar. Cara reposisi dislokasi bahu dengan metode StimsonPenanganan Setelah ReposisiSetelah reposisi berhasil, maka lengan harus difiksasi di daerah toraks selama 3-6 minggu dan bila reposisi tidak dilakukan dapat terjadi dislokasi rekuren.H. Komplikasia. Kerusakan nervus aksilarisNervus aksilaris dapat cedera; pasien tak dapat mengerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot itu. Ini biasanya suatu neurapraksia yang sembuh spontan setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.Kadang-kadang korda posterior pleksus brakialis cedera. Ini sedikit mengkhawatirkan, tetapi untungnya sering sembuh sejalan dengan waktuNervus aksilaris berjalan melingkari leher humerus dan dapat mengalami paresis atau paralisis. Sebelum dilakukan reposisi sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada saraf ini. Apabila terdapat paresis atau paralisis, dilakukan pemeriksaan EMG setiap 3 minggu.b. Kerusakan pembuluh darahKerusakan pembuluh darah dapat terjadi pada saat trauma atau pada saat traksi sewaktu reposisi atau karena tekanan kaput humerus.c. Fraktur-dislokasiKalau juga terdapat fraktur pada bagian proksimal humerus, mungkin diperlukan reduksi terbuka dan fiksasi internal.Tuberositas mayor dapat terlepas selama dislokasi. Ini biasanya masuk ke tempatnya selama reduksi, sehingga tidak dibutuhkan terapi khusus. Kalau tuberositas ini tetap bergeser, dapat dilaksanakan penempelan kembali dengan operasi.

I. Pemeriksaan Fisik1. Keluhan Utamaa. Nyeri Nyeri merupakan gejala yang tersering ditemukan pada masalah system musculoskeletal dan perlu di ketahui secara lengkap tentang sift-sifat nyeri.b. Deformitas c. Kekakuan atau ketidakstabilan sendiPerawat perlu menanyakan berapa lama keluhan dirasakan dan sejauh mana keluhan menyebabkan gangguan pada aktivitas klien. d. Pembengkakan atau benjolanKeluhan adanya benjolan pada ekstermitas merupakan tanda adanya bekas trauma yang terjadi pada klien.e. Kelemahan otot Keluhan adanya kelemahan otot biasanya dapat bersifat umum atau besifat lokal karena gangguan neurologis pada otot.f. Gangguan sensibilitasKeluhan adanya gangguan sensibilitas muncul apabila terjadi kerusakan saraf pada upper atau lower motor neuron, baik bersifat lokal maupun menyeluruh, g. Gangguan atau kehilangan fungsiGangguan atau kehilangan fungsi baik sendi maupun anggota gerak mungkin disebabkan oleh nyeri, kekakun sendi atau kelemah otot.

2. Riwayat Kesehatan klien Dalam wawancara awal, perawat berusaha memperoleh gambaran umum status kesehatan klien. Perawat memperoleh data subjektif mengenai awitan masalahnya dan apa penanganan yang sudah dilakukan. a. Identitas klienb. Riwayat penyakit sekarangc. Riwayat penyakit dahulud. Riwayat penyakit keluargae. Pengkajian psikospiritualf. Kemampuan kopingg. Pengkajian sosioekonomispritualh. Pengetahuan klien tentang masalah kesehatani. Pertimbangan pediatricj. Pertimbangan gerontologi3. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik pada system musculoskeletal terdiri atas pemeriksaan umum dan lokal atau regional. Pemeriksaan fisik secara umum biasanya menggunakan pemeriksaan fisik persistem, sama dengan pemeriksaan medical bedah yang meliputi B1 (Breating), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), B6 (Bone). Pemeriksaan fisik dilakukan sebagaimana pemeriksaan fisik lainnya dan bertujuan mengevaluasi keadaan fisik klien secara umum serta melihat apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan musculoskeletal. Dalam melakukan pemeriksaan fisik system musculoskeletal, seorang perawat memerlukan pengetahuan tentang anatomi, fisiologi, dan patofisiologi sistem musculoskeletal. Pengalaman dan keterampilan perawat diperlukan dalam pengkajian dasar sampai pemeriksaan fisik canggih untuk menekannkan diagnosis kelainan khusus pada tulang, otot, dan sendi. Teknik inspeksi dan palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang, postur, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, kemampuan klien melakukan aktivitas sehari-hari. Pengkajian musculoskeletal biasanya berhubungan erat dengan sistem saraf dan kardiovaskular sehingga pengkajian ketiga sistem tersebut sering dilakukan secara bersamaan.Dasar pengkajian adalah perbandingan simetrisitas bagian tubuh. Kedalaman pengkajian bergantung pada keluhan fisik klien dan riwayat kesehatan serta semua petunjuk fisik yang ditemukan pemeriksa yang memerlukan eksoplorasi lebih jauh. a. Pemeriksaan pada tulang tubuhPengenalan anatomi skelet secara umum sangat penting bagi perawat yang melakukan asuhan keperawatan gangguan musculoskeletal. Pada beberapa keadaan, perawat dihadapkan dengan istilah anatomis yang diperlu diketahui.b. Pemeriksaan sendiSistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan. Luas gerak dievaluasi baik secara aktif (sendi digerakan oleh otot sekitar sendi) maupun pasif (sendi digerakan oleh pemeriksa). Pengukuran yang tepan terhadap luas gerakan digerakan dengan goniometri (suatu busur derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). Bila suatu sendi diekstensikan maksimal, namun masih ada sisa fleksi, luas gerak dikatakan terbatas. Luas gerak yang terbatas dapat disebabkan oleh deformitas skeletal, patologi sendi, atau kontraktur otot atau tendonc. Pemeriksaan ototSistem otot dikaji untuk memperhatikan kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot.d. Pemeriksaan sarafBanyak fungsi neurologis klien dikaji selama pengkajian riwayat dan pengkajian fisik rutin. Salah satunya adalah mempelajari banyak tentang pola bicara, status mental, gaya berjalan, cara berdiri, kekuatan motorik, dan koordinasinya.

BAB IIITINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A 58 TAHUN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL DIAGNOSA KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RUANG ORTHOPEDI KEMUNING IV RUMAH SAKITDR. HASAN SADIKIN BANDUNG

A. PENGKAJIAN1. Identitas KlienNama: Tn. AUmur: 58 tahunAlamat: kp. Langensari Lembang Bandung BaratSuku/ Bangsa: Indonesia / SundaAgama : IslamPendidikan: SMPPekerjaan : BuruhTgl. Dirawat: 31 Oktober 2014Tgl. Dikaji: 07 November 2014Diagnosa Medis : Negleted Anterior Dislocation Right Shoulder2. Penanggung JawabNama: Tn. Umur: 25 tahunAlamat: kp. Langensari Lembang Bandung BaratSuku / bangsa: Sunda/ IndonesiaPendidikan: SMAHub. Dg klien: anak klien

B. RIWAYAT KESEHATAN1. Keluhan utamaPre-op tanggal: 7 November 2014Saat masuk rumah sakit :Klien mengatakat 1 bulan lalu merasa sakit di bagian bahuSaat dikaji:Klien mengeluh nyeri dibagian bahu.Post-op tanggal: 11 November 2014Saat dikaji:Klien mengeluh nyeri dibagian bahu bekas operasi2. Riwayat penyakit sekarangPre-op tanggal: 7 November 2014Klien mengeluh nyeri dibagian bahu. Nyeri yang dirasakan seperti ditarik-tarik. Nyeri dikatakan bertambah jika ditekan dan digerakkan dan dikatakan berkurang bila didiamkan. Nyeri yang dirasakan di bahu sebelah kanan tetapi tidak menyebar dan nyeri yang dirasakan hanya bila dipegang atau digerakan. Nyeri yang dirasakan klien berada pada skala nyeri 5 (0-10).Post-op tanggal: 11 November 2014Klien mengeluh nyeri dibagian bahu bekas operasi. Nyeri dirasakan seperti diremas-remas. Nyeri dikatakan bertambahn bila digerakan atau dipegang nyeri dirasakan berkurang bila didiamkan. Nyeri dirasakan di bahu kanan bekas operasi dirasakan menyebar dari bahu sampai deltoid. Nyeri yang dirasakan klien berada pada skala nyeri 6 (0-10)3. Riwayat AlergiKlien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan maupun obat.4. Riwayat kesehatan masa laluKlien mengatakan 1 tahun yang lalu mengalami kecelakaan lalu lintas hingga mengalami koma selama 1 bulan, sembuh dar koma tetapi klien tidak dapat berjalan dan sulit untuk menggerakan tangannya (mengalami dislokasi) kemudian dibawa ketukang urutlalu sembuh 2 bulan yang lalu klien terbentur lagi hingga mengalami dislokasi dibagian bahu lagi. Klien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit gula maupun hipertensi.5. Riwayat kesehatan keluargaKlien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat yang sama seperti klien, tidak ada kelurga yang memiliki riwayat penyakit diabetes melitus dan hipertensi.

C. DATA BIOLOGIS1. Pola kehidupan sehari-hariNoPola kehidupan sehari-hariSebelum sakitSaat di Rumah Sakit

1.Pola NutrisiFrekuensiJenisPantangan Keluhan Porsi3x/hariNasi, sayur, lauk paukTidak adaTidak ada1 porsi habis3x/hariNasi, sayur, lauk pauk, buahTidak adaTidak ada1 porsi habis

2.IntakeFrekuensiJenisPantanganKeluhan 1000 mlAir putih, teh, kopiTidak adaTidak ada 900 mlAir putihTidak adaTidak ada

3.Eliminasi fecalFrekuensiKonsistensikeluhan3x/ hariKerasSulit BAB1 x/hariLunakTidak ada

4.Eliminasi urinFrekuensi Warna Keluhan800 cc/24 jamKuning jernihTidak ada 800 cc/24 jamKuning jernihTidak ada

5.Istirahat dan tidurSiang MalamKeluhan2 jam6 jamTidak ada2 jam6 jamTidak ada

6. Personal HygineMandi KeramasGosok gigi2x/ hari1x/ 2hari2x/hari1x/ hariBaru 1x2x/hari

2. Pemeriksaan Fisika. Keadaan Umum1) Kesadaran: Compos Mentis (E=4, V=5, M=6)2) Orientasi: klien dapt berorientasi baik terhadap waktu tempat dan orangb. Tanda-tanda vitalPre-op tanggal: 7 November 2014 Post-op tanggal: 11 November 2014Tekanan Darah : 130/80 mmHgTekanan Darah: 130/80 mmHgNadi: 86 x/menitNadi: 80 x/menitSuhu: 37 o CSuhu: 36,8 o CRespirasi: 18 x/menitRespirasi: 22 x/menit

c. Pemeriksaan Fisik1) Sistem persepsi sensoriInspeksi: mata simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, bentuk hidung simetris, mukosa hidung sedikit kotor, tidak ada lesi pada mukosa hidung, warna kulit sawo matang.Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan pada bagian mata, tidak ada nyeri tekan pada hidung.Penglihatan baik klien bisa membaca papan nama perawat dengan benar, pendengaran klien baik klien mampu mendengar dengan jelas apa yang perawat bicarakan, penciuman baik klien mampu mencium bau-bauan. Perabaan baik sensifitas baik bisa membedakan benda tajam dan benda tumpul.2) Sistem PernafasanInspeksi: hidung simetris, mukosa hidung sedikit kotor, tidak ada lesi pada mukosa hidung, bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, respirasi= 18x/menit, tidak ada PCH (Pernafasan Cuping Hidung).Palpasi: pergerakan nafas teraba sama, tidak ada nyeri tekan dan benjolan pada dadaAuskultasi:3) Sistem KardiovaskulerKlien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, CRT kembali kurang dari 3 detik.4) Sistem PencernaanInspeksi: Bibir simetris, mukosa bibir kering, gigi tampak kotor, gusi berwarna merah muda, tidak ada perdarahan dan pembengkakan pada gusi, tidak ada stomatitis, warna lidah merah muda,Palpasi: refleks menelan baik. Tidak ada nyeri tekan pada ulu hati, tidak terdapat asites dan kembungPerkusi : sura perut timpani (tidak kembung)Auskultasi: bising usus : 8x/menit.5) Sistem PerkemihanInspeksi: diuresis spontan, klien tidak terpasang folley kateter, output urin 800cc/24 jam dengan frekunsi 6x/24 jam, warna urin kuning jernih. Intake cairan 1000cc/24 jam.Palpasi:ginjal tidak teraba, saat dilakukan palpasi tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan, Kandung kemih teraba kosong.6) Sistem IntegumenInspeksi : Rambut berwarna hitam dan putih, distribusi rambut merata, kulit kepala tampak bersih. Pada ekstermitas atas dan bawah peteki negatif terdapat tonjolan di bagian bahu berbentuk bulat.Palpasi: teraba benjolan dibagian bahu (seperti sendi keluar), saat dipalpasi di bagian bahu klien merasa nyeri7) Sistem EndokrinInspeksi: tidak terlihat adanyanya pemebesaran kelenjar tyroid dan getah bening, tidak ada poliuria , polidipsi dan polipagiaPalpasi: tidak teraba pembengkakan kelenjar tyroid dan getah beningKlien mengatakan tidak memiliki penyakit diabetes melitus klienmengatakan kelurga klien juga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit diabetes melitus.8) Sistem PersyarafanTidak terdapat gangguan sistem persyarafan9) Sistem MuskuloskeletalPre-op tanggal: 7 November 2014Inspeksi : Ekstremitas atas: pergerakan tangan kiri bebas, tidak ada benjolan, tiadaka ad odeam. Pergerakan tangan kanan terbatas, telihat ada benjolan dibagaian bahu, klien tidak mampu mengangkat tangan terlalu tinggi hanya mampu mengangkat tangan sampai perut, tangan kanan terlihatr lebih panjang dari tangan kiri, kekuatan otot: tangan kanan 3 tangan kiri 5 Ekstremitas bawah: pergerakan bebas, tidak ada benjolan, Palpasi : Ekstremitas atas: terdapat nyeri tekan dibagian bahu, terdapat benjolan (seperti sendi keluar) Ekstremitas bawah: tidak ada benjolan maupun nyeri tekan Post-op tanggal: 11 November 2014Inspeksi : Ekstremitas atas: terdapat luka dibagian bahu bekas operasi, deep: , ekimosis: berwarna sedikit kemerahan masih ada sisa darah, size: jaitan 8c dengan luas 2cm, inpeksion: tidk ada tanda inpeksi seperi kemerahan nanah dan kenaikan suhu, granula: maih belum terjadi penumbuhan kulit, nekrosis: tidak ada. Ekstremitas bawah: terdapat luka bekas pengambilan kulit di paha luar kaki kiri Palpasi : Ekstremitas atas: terdapat nyeri tekan dibagian bahu bekas operasi Ekstremitas bawah: terdapat nyri tekan di bagianluka operasi 3. Data PsikologisKlien mengatakan merasa khawatir dengan proses operasi yang akan dihadapinya klien mengatakan kurang mengetahu tentang proses operasi4. Data sosial dan spiritualSosial: klien tampak pendiam namun klien mau bersosialisasi dengan orang lain klien berinteraksi baik dengan kelurga, perawat, dokter dan pasien disebelahnya.Spiritual : klien mengatakan selalu berdoa untuk kesembuhan dan kelancaran operasainya.5. Data penunjang Tanggal : 01 November 2014PemeriksaanHasilNilai NormalInterpretasi

HEMATOLOGIPT-INRMassa ProthrombinINRAPTTHematologi 8 ParameterHemoglobinHematokritLeukositEritrositTrombositIndex eritrositMCVMCHMCHCLaju endap darahKIMIA KLINIKAlbuminProtein totalUreumKreatininGlukosa darah sewaktuCRP kuantitatifNatrium (Na)Kalium (K)Klorida (Cl)Kalsium ca.bebasMagnewsium (Mg)

10,7 detik0,94 detik27.0 detik

16,4 g/dL47 %6.000 /mm35.46 juta/uL211.000 /mm3

86.4 pL30.0 pg34,7 %5 mm/jam

4,2 g/dL7,1 g/dL18 mg/dL0,91 mg/dL101 mg/dL0,7 mg/dL139 mEq/dL3,9 mEq/dL104 mEq/dL5,26 mEq/dL1,88 mEq/dL

9.8 13.80,81 1.1915.8 35.8

L 13.5 17.5L 40 524.400 11.300L 4.5 6.5150.000 450.000

80 10026 3432 36L 0 15

3.4 4.86.6 8.715 50L 0.7 1.2< 140< 5135 1453.6 5.596 1084.7 5.21.70 2.55

NormalNormalNormal

NormalNormalNormalNormalNormal

NormalNormalNormalNormal

NormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormal

6. Pemeriksaan Radiologi/ CT-Scan Pemeriksaan EKGTanggal : 03 November 2011Hasil : Dalam Batas NormalHR 84x/menit Pemeriksaan Faal ParuTanggal : 03 November 2011Kesimpulan : Restriktif Ringan7. Terapi Pre-Op Tidak ada terapi Post-OpTgl : 11-11-2014 Ranitidin Tramadol Ketorolax F 8. Analisa data Pre-opNODATAETIOLOGIMASALAH KEPERAWATAN

1.DS: Klien mengeluh nyeri di bahu kanan dengan skala nyeri 5 dari (1-10)

DO: Saat bahunya dipegang klien tampak meringis Saat dipalpasi teraba tonjolan di bahu kanan (sepertisendi keluar)Adanya tarumaGerakan rotasi eksterna dan ekstensi sendi bahuKaput humerus didorong kedepanPergeseran sendi bahu menekan syarafNyeriNyeri

2.DS: Klien mengatakan khawatir dengan proses operasi yang akan dilaksanakan

DO: Klien tampak bertanya-tanya terkait dengan proses operasi Klien tampak gelisah TTV TD: 130/80 mmHgN: 86 x/mntR: 18 x/mntS: 370C

Adanya tarumaKurangnya informasi proses operasiAnsietas Ansietas

Post-opNODATAETIOLOGIMASALAH KEPERAWATAN

1.DS: Klien mengeluh nyeri di bahu kanan dengan skala nyeri 6 dari (1-10)

DO: Saat bahunya dipegang klien tampak meringisAdanya tarumaPost operasi (tindakan invasi)Terputusnya inkontinuitas sendiPergeseran sendi bahu menekan syarafNyeriNyeri

2.DS: Klien mengatakan nyeri dibagian luka operasi

DO: Terdapat luka operasi

Drainase hari pertama kurang lebih 300ccAdanya tarumaPergeseran sendi bahuProses operasi (tindakan invasi)Perubahan jaringan disekitarLaserasiKerusakan integritas kulitGangguan integritas kulit

Gangguan integritas kulit

9. Diagnosa KeperawatanPre-op1) Nyeri b.d pergeseran sendi bahu ditandai dengan klien mengeluh nyeri di bahu kanan dengan skala nyeri 5 dari (1-10), saat bahunya dipegang klien tampak meringis, saat dipalpasi teraba tonjolan di bahu kanan (sepertisendi keluar).2) Ansietas b.d kurangnya informasi proses operasi ditandai dengan klien mengatakan khawatir dengan proses operasi yang akan dilaksanakan, klien tampak bertanya-tanya terkait dengan proses operasi, klien tampak gelisah, TTV TD: 130/80 mmHg, N: 86 x/mnt, R: 18 x/mnt, S: 370CPost op1) Nyeri b.d terputusnya inkontinuitas jaringan ditandai dengan Klien mengeluh nyeri di bahu kanan dengan skala nyeri 6 dari (1-10), saat bahunya dipegang klien tampak meringis2) Gangguan integritas kulit b.d tindakan invasi ditandai dengan klien mengatakan nyeri dibagian luka operasi, terdapat luka operasi, drainase hari pertama kurang lebih 300cc

10. Intervensi KeperawatanPre-opDiagnosa KeperawatanRencana KeperawatanRasional

Tujuan dan kriteria hasilIntervensi

Nyeri Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil: Klien dapat mengungkapkan secara verbal nyeri berkurang dengan skla nyeri 3 Klien tampak nyaman dan tenang1. Kaji nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

3. Ajarkan tentang teknik non-farmakologi: relaksasi dan distraksi4. Anjurkan kelurga untuk mendukung klien

5. Anjurkan klien untuk beristirahat

6. Anjurkan untuk tidak terlalu banyak mengerakan tangan7. Kolaborasi pemberian analgetik

1. Mengetahu karakteristik nyeri untuk menentukan intervensi keperawatanlingkungan tenang dapat mengurangi stimulus nyeri2. Lingkungan yang nyaman dapat mengurangi stimulus nyeri3. Menyebabkan otot menjadi relaks dan dapatmengalihkan nyeri4. Dukungan kelurga dapat menambahn semangat sehingga klien dapat menahan nyeri5. Istirahat membuat otot relaks sehingga nyeri dapat berkurang6. Gerakan tangan akan membuat klien bertambah nyeri7. Mengurangi nyeri yang terjadi

Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam ansietas berkurang dengan kriteria hasil1. Bina hubungan saling percaya sehingga klien mengungkapkan tentang penyakitnya2. Kaji tingkat ansietas yang dialami klien3. Kaji penyebab dan pengetahuan klien terkait penyakit dan proses operasi yang akan dilaksanakan4. Berikan penjelasaan pada klien tentang penyakitnya dan proses operasi yang akan dilaksanakaan5. Berikan motivasi pada klien dan selalu temani klien6. Observasi tada-tanda vital1. Mengetahui apa yang terjadi pada klien

2. Mengetahui sejauhmana ansietas yang dialami klien3. Untuk mengetahu sebatas mana klien mengenali penyakit dan proses operasi yang akan dilaksanakan4. Dengan pengetahuan yang cukup dapat mengurangi stimulus ansietas

5. Dengan motivasi akan mengurangi ansietas yang dialami klein6. Kenaikan atau penurunan tekanan darah mengindikasi terjadinya kecemasan

Post opDiagnosa KeperawatanRencana KeperawatanRasional

Tujuan dan kriteria hasilIntervensi

Nyeri Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil: Klien dapat mengungkapkan secara verbal nyeri berkurang dengan skla nyeri 3 Klien tampak nyaman dan tenang1. Kaji nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Bantu klien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efktif seperti teknik distraksi, relaksasi, kompres hangat 3. Bantu penuhi kebutuhan rasa nyaman dengan mengganti linen basah, perubahan posisi massase punggung, 4. Bantu klien untuk lebih fokus pada aktivitas bukan pada nyeri5. Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respon pasien terhadap analgetik6. Kendalikan faktor lingkungan yang mempengaruhi respon nyeri seperti suhu, pencahayaan dan kegaduhan7. Kolaborasi pemeberian anlgetik1. Mengetahu karakteristik nyeri untuk menentukan intervensi keperawatanlingkungan tenang dapat mengurangi stimulus nyeri2. Menyebabkan otot menjadi relaks dan dapatmengalihkan nyeri

3. Dengan rasa nyaman akan mengurangi stimulus terjadinya nyeri

4. Agar klien tidak berfokus pada nyeri

5. Dengan hubungan saling percaya membuat pasien lebih nyaman sehingga fokus tidak selalu pada nyeri6. Lingkungan yang nyaman dapat mengurangi stimulus nyeri

7. Mengurangi rasa nyeri

Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi keruskan kulit dengan kriteria hasil: Tidak ada tanda gejala infeksi Tidak ada lesi Tidak terjadi nekrosis1. Mengkaji derjak luka

2. Perawatan area insisi: membersihkan memantau dan meningkatkan penyembuhan luka yang tertutup jaitan3. Perlindungan infeksi: mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien4. Pperawatan kulit: mongoleskanzat topikal atau manipulasi alat untuk meningkatkan integritas kulit dan meminimalkan keruskan kulit\5. Perawatan luka: mencegah komplikasi luka dan meningkatkan penyembuhan luka1. Untuk mengetahu intervensi yang harus dilakuakan2. Untuk meningkatkan penyembuhan luka

3. Mencegah dan mendeteksi infeksi sedini mungkin

4. Meminimalkan terjadinya keruskan kulit

5. Mempercepat penyembuhan luka

11. Implementasi keperawatanPre-opNo/ jamImplementasiEvaluasi (SOAP)TTDNama jelas

1.Tgl: 7-11-2014Dx.11) Mengkaji nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasiR/ klien mengeluh nyeri dibahu dengan skla nyeri 52) Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeriR/ klien mersa nyaman dengan lingkungan yang tenang3) Mengajarkan tentang teknik non-farmakologi: relaksasi tarik nafas dalamR/ klien mengatakan nyeri sedikit berkurang dengan skla nyeri 4

Dx.21) Membina hubungan saling percaya sehingga klien mengungkapkan tentang penyakitnyaR/ klien menceritakan mengenai penyakitnya2) Mengkaji tingkat ansietas yang dialami klienR/ 3) Kaji penyebab dan pengetahuan klien terkait penyakit dan proses operasi yang akan dilaksanakanR/ klien mengatakan sakitnya akibat kecelakaan 1 tahun lalu sempat dibawa ke tukang urut, klien tidak mengethui mengenai proses operasi4) Memberikan penjelasaan pada klien tentang penyakitnya dan proses operasi yang akan dilaksanakaanR/ klien memahami dan mampu mengulai apa yang dijelaskan

Tgl: 7-11-2014Dx.1S : klien mengatakan nyeri berkurang dengan skla nyeri 4 (1-10)O : klien tampak lebih nyaman TTV : TD= 130/80 mmHg, N= 80x/mnt, R= 20x/mntA : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 4,5,6,7

Dx.2S : klien mengatakan lebih mengerti mengenai apa yang akan dilkukan saat operasiO: klien mampu mengulangi apa yangtelah dijelaskanA: masalah teratasi sebagianP : lanjutkan intervensi

2.Tgl: 8-11-2014Dx.11) Mengajarkan tentang teknik non-farmakologi: relaksasi distraksi menganjurkan mendengarkan musikR/ klien mengatakan tenang2) Anjurkan kelurga untuk mendukung klienR/ klien mengatakan senang ditemanai kelurganya3) Anjurkan klien untuk beristirahatR/ kien mengatakan sudah beristirahat tidur4) Anjurkan untuk tidak terlalu banyak mengerakan tanganR/ klien mengatakan ia karena kalo mengerakan tangan terasasakit

Dx.21) Mengkaji derjak lukaR/ terdapat luka bekas operasi di bagian bahu 2) Perlindungan infeksi: mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasienR/ luka ditutup perbanTgl: 8-11-2014Dx.1S : klien mengatakan nyeri berkurang bila tangannya tidak terlalu banyak digerakanO : klien tampak nyamanA : masalah teratasi sebagianP : lanjutkan intervensi

Dx.2S : klien mengatakan lebih tenang dan pasrahO : klien tampak lebih tenang dan siap menjalkan operasiA : masalah teratasi sebagianP :lanjutkan intervensi

3.Tgl : 12-11-2014Dx.21) Menganjurkan klien untuk berdoa dalam menghadapi operasiR/ klien mengatakan selalu berdoaTgl : 10-11-2014Dx.2S : -O : klien tampak tenang dan lebih siapA: masalah teratasi P : hentikan intervensi

Post-opNo/ jamImplementasiEvaluasi (SOAP)TTDNama jelas

1.Tgl: 11-11-2014Dx.11) Mengkaji nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasiR/ klien mengatakan skla nyeri 6 (1-10)2) Membantu klien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efktif seperti teknik distraksi, relaksasi, kompres hangat R/ klien mengatakan nyeri berkurang 3) Membantu penuhi kebutuhan rasa nyaman dengan mengganti linen basah, perubahan posisi massase punggung, R/ klien mengatakan merasa lebih nyaman4) Bantu klien untuk lebih fokus pada aktivitas bukan pada nyeriR/ klien mengatakan nyeri masih dirasakan

Dx.21) Mengkaji derjak lukaR/ terdapat luka bekas operasi2) Perawatan area insisi: membersihkan memantau dan meningkatkan penyembuhan luka yang tertutup jaitanR/ klien mengatakan terdapat jaitan tertutup perban3) Perlindungan infeksi: mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasienR/ luka ditutup perbanTgl: 11-11-2014Dx.1S : klien mengatakan nyeri berkurang dengan skla nyeri 5 (1-10)O : klien tampak lebih nyaman TTV : TD= 130/80 mmHg, N= 80x/mnt, R= 20x/mntA : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi

Dx.2S : klien mengatakan nyeri diluka operasiO: terdapat luka operasai tertutup perbanA: masalah teratasi sebagianP : lanjutkan intervensi

2.Tgl: 12-11-2014Dx.1Dx.2

Tgl: 12-11-2014Dx.1Dx.2