dasar teori-utd 4

10
DASAR TEORI DEFINISI CROSS MATCH Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya yang akan di transfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah darah donor yang akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah plasma donor yang turut ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi yang biasanya membahayakan pasien. TUJUAN CROSS MATCH Adapun metode uji silang serasi yaitu metode aglutinasi dan metode Crossmatch. Fungsi dari uji silang antara lain : 1. Mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah donor dan pasien sehingga menjamin kecocokan darah yang akan ditranfusikan bagi pasien.

Upload: mur-nietha

Post on 14-Feb-2015

214 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

utd

TRANSCRIPT

Page 1: Dasar Teori-utd 4

DASAR TEORI

DEFINISI CROSS MATCH

Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya

yang akan di transfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah darah donor

yang akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau

adakah plasma donor yang turut ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya

hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi

yang biasanya membahayakan pasien. 

TUJUAN CROSS MATCH

Adapun metode uji silang serasi yaitu metode aglutinasi dan metode Crossmatch.

Fungsi dari uji silang antara lain :

1. Mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah donor dan pasien sehingga menjamin

kecocokan darah yang akan ditranfusikan bagi pasien.

2. Mendeteksi antibodi yang tidak diharapkan dalam serum pasien yang dapat mengurangi

umur eritrosit donor/menghancurkan eritrosit donor.

3. Cek akhir uji kecocokan golongan darah ABO.                 

Darah donor dan pasien yang di crossmatch ini, kecuali golongan darah ABO dan

Rhesus yang kita ketahui (diperiksa lebih dahulu), kita tidak mengetahui antigen lainya yang

ada didalam sel donor dan pasien, dan kita tidak mengetahui pula adanya antibody lain

(irregular) yang complete maupun incomplete di dalam serum pasien atau plasma donor.

Cross-matching darah, dalam transfusi kedokteran, mengacu pada pengujian

kompleks yang dilakukan sebelum transfusi darah, untuk menentukan apakah darah donor

kompatibel dengan darah dari penerima yang dimaksud, atau untuk mengidentifikasi

pertandingan untuk transplantasi organ. Cross-matching biasanya dilakukan hanya setelah

Page 2: Dasar Teori-utd 4

lain, tes kurang kompleks belum dikecualikan kompatibilitas. Kompatibilitas darah memiliki

banyak aspek, dan tidak hanya ditentukan oleh golongan darah (O, A, B, AB), tetapi juga

oleh faktor-faktor darah, ( Rh , Kell , dll).

MACAM DARI REAKSI SILANG

1.  Reaksi silang mayor : eritrosit donor + serum resipien

Memeriksa ada tidaknya aglutinin resipien yang mungkin dapat merusak eritrosit donor

yang masuk pada saat pelaksanaan transfusi

2. Reaksi silang minor : serum donor + eritrosit resipien

Memeriksa ada tidaknya aglutinin donor yang mungkin dapat merusak eritrosit resipien.

Reaksi ini dianggap kurang penting dibanding reaksi silang mayor, karena agglutinin

donor akan sangat diencerkan oleh plasma di dalam sirkulasi darah resipien.

Cara menilai hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:

Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan

aglutinasi eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah resipien

sehingga transfusi darah boleh dilakukan; bila crossmatch mayor menghasilkan

aglutinasi, tanpa memperhatikan basil crossmatch minor, diartikan bahwa darah

donor tidak sesuai dengan darah resipiensehingga transfusi darah tidak dapat

dilakukan dengan menggunakan darah donor itu.

Bila crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan crossmatch

minor terjadi aglutinasi, maka crossmatch minor harus diulangi dengan

menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir ternyata

tidak menghasilkan aglutinasi, maka transfuse darah masih dapat dilakukan dengan

menggunacan darah donor tersebut, hal ini disesuaikan dengan keadaan pada waktu

Page 3: Dasar Teori-utd 4

transfusi dilakukan, yaitu serum darah donor akan mengalami pengaan dalam aliran

darah resipien.

Bila pemeriksaan dengan serum donor yang diencerkanmenghasilkan aglutinasi,

maka darah donor itu tidak dapat ditransfusikan

TAHAPAN REAKSI SILANG

1. Reaksi silang salin

Tes ini untuk menilai kecocokan antibody alami dengan antigen eritrosit antara donor

dan resipien, sehingga reaksi transfusi  hemolitik yang fatal bisa dihindari. Tes ini juga

dapat menilai golongan darah.

2. Reaksi silang albumin

Tes ini untuk mendeteksi antibody anti-Rh dan meningkatkan sensitivitas tes antiglobulin

dengan menggunakan media albumin bovine.

3. Reaksi silang antiglobulin

Untuk mendeteksi IgG yang dapat menimbulkan masalah dalam transfusi yang tidak

dapat terdeteksi pada kedua tes sebelumnya. Terutama dikerjakan pada resipien yang

pernah menerima transfusi darah atau wanita yang pernah hamil.

Page 4: Dasar Teori-utd 4

Dalam Cross Match ini, sesuai dengan maksudnya kita berusaha mencari semua

kemungkinan adanya semua jenis antibody complete maupun incomplete terutama yang

mempunyai arti klinis yang bisa menyebabkan Cross Match invitro tidak cocok atau

incompatible. Maka Cross Match harus kita jalankan dalam medium dan temperatur yang

berbeda, yang dalam praktiknya dikenal dengan fase 1, fase 2, dan fase 3.

1. Test fase I Cross Match yaitu fase suhu kamar

Pada fase ini antibody complete yang akan mengaglutinasikan sel dalam saline medium

atau bovine albumin yang kebanyakan kelas Ig M bisa terdeteksi misalnya :

- Tidak cocok golongan ABO

- Adanya allo antibody : M, N, Lea, I, IH, E.

- Adanya auto cold antibody

2. Tes fase II Cross Match yaitu fase inkubasi 37o C

Pada fese ini bila mediumnya bovine albumin, beberapa antibody dalam sistem Rhesus

bisa terdeteksi aglutinasi,(misalnya anti D, anti E, anti c) anti Lea dan anti Leb.

Bila mediumnya saline bisa terdeteksi aglutinasi anti E, anti Lea.

Antibody yang bersifat incomplete, dan antibodi yang belum terdeteksi aglutinasi atau

hemolisisnya pada fase II ini bisa bereaksi coated (sensitized) : anti D, E, c, K, Fy a,Fyb,

Jka, S, Lea, Leb. jadi penting sekali peranan fase inkubasi 37 oC ini, dimana setidak-

tidaknya memberi kesempatan kepada antibody untuk mengcoatedkan sel.

3. Tes fase III Cross Match yaitu fase anti globulin

Pada fase ini setalah melaluo fase II, akan terdeteksi aglutinasi incompelete antibodi

yang tadi di fase II sudah mengcoated sel.

Pemeriksaan crossmatch dapat dilakukan saat transfusi darah diantisipasi, yaitu dalam

keadaan:

Pendarahan parah yang terjadi, misalnya karena trauma utama, atau perdarahan

internal dari usus atau perut

Pendarahan berat dapat terjadi, misalnya ketika operasi besar direncanakan

Anemia berat (hemoglobin rendah atau jumlah darah) hadir

Grup darah saja, tanpa crossmatch, dapat dilakukan:

Secara rutin pada kehamilan

Untuk mengkonfirmasi status Rhesus pada wanita hamil, ketika ada risiko sensitisasi

rhesus - misalnya berikut cedera pada perut, atau perdarahan vagina karena terancam

keguguran.

Melakukan crossmatch sebelum transfusi darah memiliki keuntungan sebagai berikut:

Page 5: Dasar Teori-utd 4

Mendeteksi utama ABO kesalahan (mis. crossmatching donor A atau B dengan

penerima O)

Mendeteksi penerima antibodi terhadap antigen pada kebanyakan merah sel donor

(jika antibodi berada dalam titer yang cukup tinggi untuk bereaksi)

INTERPRETASI HASIL

- Normal

Tidak adanya aglutinasi menunjukkan kompatibilitas antara donor dan penerima darah,

yang berarti bahwa transfusi darah donor dapat dilanjutkan. Catatan bahwa ini tidak

menjamin transfusi yang aman.

- Abnormal

Sebuah crossmatch positif menunjukkan ketidakcocokan antara darah donor dan penerima

darah, yang berarti bahwa darah donor tidak bisa ditransfusikan ke penerima. Tanda dari

crossmatch positif aglutinasi, atau menggumpal, ketika sel darah merah donor dan serum

penerima benar dicampur dan diinkubasi. Aglutinasi menunjukkan reaksi antigen-antibodi

yang tidak diinginkan. darah donor harus dipotong dan crossmatch terus untuk

menentukan penyebab ketidaksesuaian dan mengidentifikasi antibodi.

No Mayor Minor AC Interpretasi

1. - - - • Darah pasien kompatibel dengan darah donor.

• Darah boleh dipergunakan.

2. + - - • Periksa sekali lagi golongan darah Os, apakah sudah sama

dengan donor, apabila golongan darah sudah sama :

- Terdapat Irregular Antibody pada Serum Os 

- Ganti darah donor , lakukan crossmatch lagi sampai

didapat hasil cross negatif pada mayor dan minor.

- Apabila tidak ditemukan hasil crossmatch yang kompatibel

meskipun darah donor telah diganti maka harus dilakukan

screening dan Identifikasi Antibody pada Serum Os.

3. - + - • Terdapat Irregular Anti Body pada Serum / Plasma Donor. 

• Ganti darah donor , dengan darah yang lain, lakukan

crossmatch lagi 

Page 6: Dasar Teori-utd 4

No Mayor Minor AC Interpretasi

4. - + + • Lakukan Direct Coombs Test pada OS 

• Apabila DCT = positif, hasil positif pada crossmatch Minor

dan AC berasal dari autoantibody 

• Apabila derajat positif pada Minor sama atau lebih kecil

dibandingkan derajat positif pada AC / DCT, darah boleh

dikeluarkan / digunakan. 

• Apabila derajat positif pada Minor lebih besar dibandingkan

derajad positif pada AC / DCT, darah tidak boleh

dikeluarkan. Ganti darah donor, lakukan crossmatch lagi

sampai ditemukan positif pada Minor sama atau lebih kecil

dibanding AC / DCT 

5. + + + • Periksa ulang golongan darah Os maupun donor, baik dengan

cell grouping maupun back typing, pastikan tidak ada

kesalahan gol. Darah 

• Lakukan DCT pada Os, apabila positif, bandingkan derajat

positif DCT dg Minor, apabila derajat positif Minor sama atau

lebih rendah dari DCT, maka positif pada Minor dapat

diabaikan, artinya positif tersebut berasal dari autoantibody. 

• Sedangkan positif pada Mayor, disebabkan adanya Irregular

Anti Body pada Serum Os, ganti dengan darah donor baru

sampai ditemukan hasil Mayor negatif

Anonim a. 2011. Reaksi Silang (Crossmatch) diakses dari http://google.co.id/ reaksi%20silang/ Reaksi%20Silang%20(Crossmatch).htm pada tanggal 11 April 2013

Anonim b. 2011. Blood typing and Crossmatching. Diakses dari : http://www.modernmedicalguide.com/blood-typing-and-crossmatching/ pada tanggal 11 April 2013

Anonim c. 2012. Cross Matching. Diakses dari : http://imadanalis.blogspot.com/2012/02/cross-matching-blodd.html pada tanggal 11 April 2013

Page 7: Dasar Teori-utd 4

Anonim d. 2012. Reaksi Silang (Crossmatch) diakses dari http://www.sodiycxacun.web.id/ 2010/10/reaksi-silang-crossmatch.html pada tanggal 11 April 2013

Ayu Setyo. 2011. Metode Reaksi Silang (Crossmatch). Diakses dari http://elizabethayu.blogspot.com/2011/06/metode-reaksi-silang-crossmatch.html pada tanggal 11 April 2013

Drdjebrut. 2010. Reaksi Silang (Crossmatch reaction). Diakses dari :

http://drdjebrut.wordpress.com/2010/08/31/reaksi-silang-crossmatch-reaction/ pada

tanggal 11 April 2013

Puspita, Anila. 2012. Reaksi Silang (Crossmatch). Diakses dari : http://aniella-

olala.blogspot.com/2012/03/reaksi-silang-crossmatch.html pada tanggal 11 April

2013