dasar teori laju endap darah

15
DASAR TEORI LAJU ENDAP DARAH Prinsip : Kecepatan endap darah atau laju endap darah adalah mengukur kecepatan sedimentasi sel eritrosit di dalam plasma. Satuannya mm/jam. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya. Landasan teori : Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma ( nm/jam ). Tiga fase LED meliputi : 1. Fase pengendapan lambat I Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan melayang, sulit mengendap 1-30 menit 0 2. Fase pengendapan cepat Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil , masa menjadi lebih berat ( 30-60 menit ) 3. Fase pengendapan lambat II Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung ( 60-120 menit ) Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 nm per jam. LED ditentukan dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel darah merah yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ). Nilai LED meningkat pada keadaan seperti kehamilan ( 35 mm/jam ), menstruasi, TBC paru-paru ( 65 mm/jam ) dan pada keadaan infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan jaringan.

Upload: rabecca-beluta-ambarita

Post on 01-Jan-2016

841 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dasar Teori Laju Endap Darah

DASAR TEORI LAJU ENDAP DARAH

Prinsip        : Kecepatan endap darah atau laju endap darah adalah mengukur

kecepatan sedimentasi sel eritrosit di dalam plasma. Satuannya mm/jam. Proses

pemeriksaan sedimentasi (pengendapan)  darah ini diukur dengan memasukkan darah kita

ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap

maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.

Landasan teori      : Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh

plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung

khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan

mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED )

berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma (

nm/jam ). Tiga fase LED meliputi :

1. Fase pengendapan lambat I

   Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan melayang,

sulit mengendap         1-30 menit 0

2. Fase pengendapan cepat

    Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil ,

masa menjadi             lebih     berat ( 30-60 menit )

3. Fase pengendapan lambat II

   Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung ( 60-120 menit )

Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 nm per jam. LED ditentukan dengan

mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel darah merah yang

mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ). Nilai LED meningkat pada keadaan seperti

kehamilan ( 35 mm/jam ), menstruasi, TBC paru-paru ( 65 mm/jam ) dan pada keadaan

infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan jaringan.

Metode yang dianjurkan oleh ICSH ( International Comunitet for Standardization in

Hematology ) adalah cara westergren.

Nilai normal :

    Metode Westergreen :

    Pria : 0 – 10 mm/jam

Page 2: Dasar Teori Laju Endap Darah

    Wanita : 0 – 1

DASAR TEORI MENGHITUNG JUMLAH SEL-SEL DARAH

DASAR TEORI HEMATOKRIT

I. HEMOGLOBIN (Hb)

Haemoglobin adalah suatu protein yang membawa oksigen dan yang memberi warna merah pada sel

darah merah. Dengan kata lain haemoglobin merupakan komponen yang terpenting dalam eritrosit.

Haemoglobin juga merupakan protein yang kaya zat besi yang memiliki afinitas (daya gabung)

terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxsihaemoglobin di dalam sel darah merah.

Jumlah haemoglobin dalam darah normal ialah 15 gram setiap 100 ml darah, dan jamlah itu biasanya

disebut “100persen”. Menurut Costill (1998:48), haemoglobin adalah zat yang terdapat dalam butir

darah merah. Haemoglobin sebenarnya adalah merupakan protein globuler yang di bentuk dari 4 sub

unit, dan setiap sub unit mengandung hame. 

Hame ini di buat dalam mitokokondria dan menambah acetid acid manjadi alpha ketoglutaricacid +

glicine membentuk “pyrrole compound” menjadi protopophyrine II yang dengan Fe berubah menjadi

hame. Selanjutnya 4 hame bersenyawa dengan globulin membentuk haemoglobin. Menurut Poppy

Kumaila dalam Kamus Saku Kedokteran Dorland (1996 :499) Haemoglobin adalah pigmen pembawa

oksigen eritrosit, dibentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sumsum tulang, merupakan empat

rantai polipeptida globin yang berbeda, masing-masing terdiri dari beberapa ratus asam amino. 

Haemoglobin memerankan peranan penting dalam pengangkutan oksigen selama ia dapat kembali

mengikat oksigen. Haemoglobin cenderung mengikat oksigen apabila lingkungannya penuh dengan

oksigen dan melepaskan oksigen dalam lingkungan yang relatif rendah oksigennya. Ini berarti

haemoglobin mengambil oksigen dalam paru dan melepaskan ke jaringan-jaringan seperti otot aktif.

Pada orang-orang yang mengandung haemoglobin normal, kapasits darahnya membawa oksigen kira-

kira 20 mL oksigen per 100 mL darah. Hampir alam semua keadaan, darah mengandung banyak sekali

oksigen ketika bergerak melalui paru.

II. LAJU ENDAP DARAH

Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR)

merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses pemeriksaan sedimentasi

Page 3: Dasar Teori Laju Endap Darah

(pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu

jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.

Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh

kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para

lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah (LED) yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju

Endap Darah (LED) tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah (LED) normalpun belum tentu tidak

ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang

mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter.

Bila memang Fe-nya yang turun tentunya harus cukup mengkonsumsi tablet besi (Sulfusferrosus).

Sekarang bentuknya tablet berbagai ragam. Ada yang disatukan dengan Effervescent, atau dengan

Vitamin B, dan sebagainya. Sedangkan bila kadar proteinnya yang turun, tentunya harus konsumsi

makanan atau minuman tinggi protein. Ini pun bentuknya sudah beragam, ada yang berbentuk susu,

berbentuk minuman bertenaga dan yang paling banyak mungkin berbentuk makanan lauk-pauk

sehari-hari.

III. WAKTU PENDARAHAN 

A. Prosedur Pekerjaan

1. Menentukan Nilai Hematokrit 

a) Memasukan darah ke dalam mikro kapiler hematokrit yang susah mengandung anti

koagulan(mikro kapiler warna merah), menutup salah satu ujung kapiler dengan

kristoseal

b) Kemudian kapiler yang sudah berisi darah tersebut di centrifuge dengan kecepatan

3000rpm selama 15 menit

c) Membaca volume sel-sel darah yang sudah terpisah dalam kapiler dengan alat

pembaca mikrokapiler (mikro capillery reader atau skala hematokrit) yang disediakan

d) Menghitung nilai hematokrit

Nilai Hematokrit = volume sel-sel darah X 100 %

volume darah

2. Penentuan Waktu Pendarahan

Menusuk ujung jari vaccinostyle steril kemudian mencatat dengan tepat waktu saat

arah pertama keluar, mengisap tetesan darah dengan kertas isap sampai darah tidak

keluar lagi dan mencatat waktunya.

C. Penentuan Waktu Pembekuan Darah

1. Menusuk ujung jari, tetes darah yang keluar diisap ke dalam pipa mikro kapiler yang

tidak berheparin (mikro kapiler warna biru). Mencatat dengan tepat saat tetes darah

masuk kapiler.

2. Menggenggam mikro kapiler dengan tangan selama 15 menit. Setelah itu

mematahkan sdikit demi sedikit kapiler tersebut setiap satu menit sampai terbentuk

Page 4: Dasar Teori Laju Endap Darah

benang fibrin pada patahannya

3. Mencatat waktu pada saat terjadi benang fibrin. waktu antara penghisapan darah

kedalam kapiler dan saat mulai terbentuk benang fibrin adalah waktu pembekuan.

a. Penentuan Waktu Pendarahan

Dalam menentukan waktu pendarahan menggunakan stopwatch, didapatkan data

bahwa waktu pendarahannya adalah selama 8,82 detik

b. Penentuan Waktu Pembekuan Darah

Waktu pembekuan darah selama percobaan adalah 13, 3 menit. 

c. Pembahasan

Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah yang

diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semprit dalam

suatu volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus

berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan

menggumpal sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung tersebut

dipusingkan / sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan

mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat dibaca

berapa besar bagian volume darah seluruhnya. Nilai hematokrit yang disepakati

normal pada laki – laki dewasa sehat ialah 45% sedangkan untuk wanita dewasa

adalah 41%.

Darah dengan antikogulan isotonic dalam tabung dipusing selama 30 menit dengan

kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan kecepatan 3000 rpm sehingga

eritrosit dipadatkan membuat kolom dibagian bawah dan tabung tingginya kolom

mencerminkan nilai hematokrit. Intinya Darah dicentrifuge supaya eritrosit

mengendap.

Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual yaitu darah yang mengandung

antikoagulan disentrifuse dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen

atau pecahan desimal (Simmons A, 1989). Penetapan nilai hematokrit cara manual

dapat dilakukan dengan metode makrohematokrit atau metode mikrohetokrit. Pada

cara makrohematokrit digunakan tabung Wintrobe yang mempunyai diameter dalam

2,5 – 3 mm,panjang 110 mm dengan skala interval 1 mm sepanjang 100 mm dan

volumenya ialah 1 ml. pada cara mikrohematokrit digunakan tabung kapiler yang

panjangnya 75 mm dan diameter dalam 1 mm, tabung ini ada dua jenis, ada yang

dilapisi antikoagulan Na2EDTA atau heparin dibagian dalamnya dan ada yang tanpa

koagulan. Tabung kapiler dengan anti koagulan dipakai bila menggunakan darah tanpa

anti koagulan seperti darah kapiler, sedangkan tabung kapiler dengan antikoagulan

dipakai bila menggunakan darah dengan anti koagulan seperti darah vena

(Wirawan,dkk 2000). Metode mikrohematokrit mempunyai keunggulan lebih cepat dan

sederhana. Metode mikrohematokrit proporsi plasma dan eritrosit (nilai hematokrit)

dengan alat pembaca skala hematokrit.

Nilai normal dalam hematokrit adalah:

a. Pria : 47 +/- 7 %

Page 5: Dasar Teori Laju Endap Darah

b. Wanita : 42 +/- 5 %

c. Bayi baru lahir : 54 +/- 10 %

d. bayi 3 bulan : 38 +/- 6 %

e. bayi 3-6 tahun : 40 +/- 4 %

f. 10 – 12 tahun : 41 +/- 4 %

Pada percobaan, praktikan menggunakan sampel darah wanita dan mendapat data

hematokrit sebesar 44, artinya wanita tersebut memiliki nilai hematokrit normal untuk

darahnya.

Pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh

tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik,

sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat. Pada percobaan dalam

praktikum, praktikan menghitung waktu pendarahan menggunakan stopwatch.

Waktu pembekuan adalah waktu yang diperlukan dari saat darah keluar sampai

berbentuk benang fibrin pada proses pembekuan darah. Pada penderita hemofilia

darah sukar sekali membeku. Hemofilia, yaitu penyakit yang mengakibatkan darah

sukar membeku. Jika si penderita mengalami luka ringan, dapat mengakibatkan

pendarahan yang serius. Dalam praktikum yang lalu, Waktu pembekuan darah yaitu

13,3 menit.

Vitamin K berperan penting dalam proses pembekuan darah serta mencegah

perdarahan. Kekurangn vitamin K bisa meningkatkan risiko perdarahan tidak

terkontrol. Vitamin K mengontrol proses pembekuan darah karena berkaitan langsung

dengan prothrombin, plasma protein yang diubah menjadi thrombin selama proses

pembekuan darah. Thrombin ini selanjutnya akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin,

protein yang tidak larut air yang akan memampatkan pengentalan darah. Jika tidak

ada vitamin K maka prothrombin tidak akan terbentuk. Kekurangan prothombin akan

mengurangi jumlah thrombin yang sangat bereperan dalam proses pembekuan darah.

Kekurang thrombin akan meningkatkan kecenderungan tubuh mengalami perdarahan

jika mengalami luka.

BAB II

ISI

A. HAEMOGLOBIN

1. Tanggal praktikum : 6 Agustus 2011

2. Tujuan : Untuk mengetahui kadar hemoglobin pada seseorang.

3. Dasar Teori

Hemoglobin merupakan protein sel darah merah ( SDM ) yang fungsinya antara lain :

a. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dan jaringan ke paru-paru

b. Memberi warna merah pada darah

c. Mempertahan kan keseimbangan asam basa dalam tubuh

Hemoglobin mengandung protein globin yang berkaitan dengan hem ( senyawa besi

protein ), mempunyai berat molekul 64450 dalton. Di dalam darah mengandung Hb

Page 6: Dasar Teori Laju Endap Darah

antara 7,8 – 12,2 mM/l atau 12,6 – 18,4 gr/dl, tergantung pada jenis kelamin dan umur

individu.

Pada setiap tetramer Hb mampu mengikat 4 atom oksigen yang terikat pada atom

ferro ( Fe 2+ ) dalam hem. Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen disebut

oksihemoglobin ( HbO2 ) sedang yang telah melepaskan oksigen disebut

deoksihemoglobin ( HbCO ) jika Hb mengikat gas CO hasil pembakaran yang tidak

sempurna. Ikatan Hb dengan CO, 200 kali lebih kuat disbanding ikatan Hb dengan

oksigen. Dalam keadaan tertentu, Hb juga dapat berikatan sehingga besi teroksidasi

( Fe3+ ) membentuk methemoglobin ( Met Hb atau Hb ( Fe3+ ). Hb dalam bentuk

MetHb akan menyebabkan kemampuan mengikat oksigennya menjadi hilang.

Beberapa derivate hemoglobin satu sama lain dapat dibedakan dengan cara

pengenceran. HbO2 pada pengenceran terlihat berwarna merah kekuningan, HbCO

berwarna merah terang ( carmine tint ) sedang deoksihemoglobin ( Hb ) berwarna

kecoklatan.

4. Prinsip

Hemoglobin dengan larutan K2Fe ( CN )6 berubah menjadi methemoglobin kemudian

menjadi hemoglobin sianida ( HiCN ) oleh KCN dengan absorbansi maksimum pada 540

nm. Pengaturan pH dilakukan dengan menambah KH2FO4, untuk mempercepat lisis

eritrosit dan mengurangi kekeruhan HiCN ditambah non ionic detergent. Absorbansi

warna berbanding lurus dengan konsentrasi Hb.

5. Bahan dan Alat

a. Bahan : darah kapilerm darah vena-EDTA, akuabides dan reagen

sianmethemoglobin

b. Alat : Erlenmeyer, tabung reaksi, spektrofotometer.

6. Cara Kerja

a. Disiapkan 3 tabung reaksi seukuran 5 ml masing-masing diberi label reagen blanko (

RB ) Reagen standarr ( RTD ) dan Reagen Sampel ( RPL )

b. Tabubg RB diberi 5000 µl ( 5 cc ) Reagen Hb Cyanida

c. Tabung RTD diberi 20 µl sample darah standard an ditambah dengan 5000µl Reagen

Hb Cyanida dicampur hingga homogeny

d. Tabung RPL diberi 20 µl sample darah dan ditambah dengan 5000 µl Reagen Hn

Cyanida didiamkan selama 3 menit pada suhu kamar

e. Diukur absorbansi RTD dan abs ( RPL ) terhadap reagen blanko pada panjang

gelombang 578 nm

Perhitungan

Hb = Abs RPL X 15 G/DL

Abs RTD

Nilai normal :

a. Wanita : 12-16 g/dl

b. Pria : 14-18 g/dl

c. Bayi : 10-15 g/dl

Page 7: Dasar Teori Laju Endap Darah

d. Balita : 11-14 g/dl

e. Anak-anak : 12-16 g/dl

f. Bayi baru lahir : 16-25 g/dl

g. Bayi belum lahir : masih mengandung Hb fetal dari plasenta

7. Hasil dan pembahasan :

a. Tanggal : 6 agustus 2011

b. Waktu : 11.00 WIB

c. Tempat : AKBID Paguwarmas Maos Cilacap

d. Nama probandus : Siska Paradesa

e. Umur : 19 tahun

f. Hasil : 11,5 gr%

g. Pembahasan : Telah dilakukan pemeriksaan Hb pada Nn. Siska dengan hasil normal

Kesimpulan : 

Hemoglobin merupakan protein sel darah merah ( SDM ) Hemoglobin mengandung

protein globin yang berkaitan dengan hem ( senyawa besi protein ), mempunyai berat

molekul 64450 dalton. Di dalam darah mengandung Hb antara 7,8 – 12,2 mM/l atau

12,6 – 18,4 gr/dl, tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.

Nilai normal :

a. Wanita : 12-16 g/dl

b. Pria : 14-18 g/dl

c. Bayi : 10-15 g/dl

d. Balita : 11-14 g/dl

e. Anak-anak : 12-16 g/dl

f. Bayi baru lahir : 16-25 g/dl

B. LAJU ENDAP DARAH

1. Tanggal praktikum : 6 Agustus 2011

2. Tujuan : Untuk mengetahui sedimentasi eritrisit dalam darah.

3. Dasar Teori

Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut kecepatan

endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi

eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan

uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi

akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid,

malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli

hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor

fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat.

Pemeriksaan CRP dipertimbangkan lebih berguna daripada LED karena kenaikan kadar

CRP terjadi lebih cepat selama proses inflamasi akut, dan lebih cepat juga kembali ke

kadar normal daripada LED. Namun, beberapa dokter masih mengharuskan uji LED bila

Page 8: Dasar Teori Laju Endap Darah

ingin membuat perhitungan kasar mengenai proses penyakit, dan bermanfaat untuk

mengikuti perjalanan penyakit. Jika nilai LED meningkat, maka uji laboratorium lain

harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah klinis yang muncul.

4. Prinsip kerja

Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan

Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut

sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi

jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang

menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu

disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe.

Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai metode Westergreen

daribada metode Wintrobe. Selain itu, International Commitee for Standardization in

Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.

LED berlangsung 3 tahap, tahap ke-1 penyusunan letak eritrosit (rouleaux formation)

dimana kecepatan sedimentasi sangat sedikit, tahap ke-2 kecepatan sedimentasi agak

cepat, dan tahap ke-3 kecepatan sedimentasi sangat rendah.

5. Alat dan Bahan

a. Alat: 

1. Tabung dan rak

2. Tusuk tabung Westergen

b. Bahan: 

1. Darah vena (1,6 ml) d

2. dicampur dengan Na Sitrat 3,8% sebanyak 0,4ml

6. Cara Kerja

a. Metode Westergreen

Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4

: 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % atau darah EDTA yang

diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%).

Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.

Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung

Westergreen sampai tanda/skala 0.

Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun

sinar matahari langsung.

Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.

Nilai Rujukan

Metode Westergreen : 

Pria : 0 - 15 mm/jam

Wanita : 0 - 20 mm/jam 

7. Hasil dan Pembahasan

Telah dilakukan pemeriksaan Laju Endap Darah pada:

Page 9: Dasar Teori Laju Endap Darah

a. Nama : Susanti

b. Umur : 21tahun

Dari pemeriksaan Laju Endap Darah, didapatkan hasil 39mm/jam (normal).

Kesimpulan :

Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut kecepatan

endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi

eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan

uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi

akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid,

malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli

hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor

fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat. 

Hasil normal :

a. Pria : 0 - 15 mm/jam

b. Wanita : 0 - 20 mm/jam 

C. WAKTU PEMBEKUAN DARAH 

1. Tannggal Praktikum : 6 agustus 2011

2. Tujuan : untuk menentukan lamanya waktu pembekuan darah.

3. Dasar Teori

Test waktu pembekuan digunakan untuk menentukan lamanya waktu yang diperlukan

darah untuk membeku. Adanya gangguan pada factor koagulasi terutama yang

membentuk tromboplastin, maka waktu pembekuan akan memanjang.

4. Prinsip Kerja :

Waktu pembekuan darah selama percobaan adalah 13, 3 menit. 

5. Bahan dan Alat

- Bahan : darah

- Alat : spuit 0,5 cc, stopwatch

6. Cara kerja

a. lakukan pengisian vena dengan spui 0,5 cc

b. Darah diletakan pada kaca obyek dan hidupkan stopwatch

c. Tiap 30 detik darah diangkat dengan lidi sampai terjadi pembekuan yang ditandai

dengan adanya benang fibrin

d. Catat waktu terjadinya pembekuan, hasilnya dinyatakan dalam menit nilai normal 2

– 6 menit

7. Hasil pembahasan 

a. Tanggal : 6 agustus 2011

b. Waktu : 11.15 WIB

c. Nama probandus : Siti wahidatun

Page 10: Dasar Teori Laju Endap Darah

d. Umur : 18 tahun

e. Hasil : 01:36:52 menit

f. Pembahsan : Telah dilakukan pemeriksaan pembekuan darah pada Nn. Siti dengan

hasil normal

g. Kesimpulan : Test waktu pembekuan digunakan untuk menentukan lamanya waktu

yang diperlukan darah untuk membeku. Adanya gangguan pada factor koagulasi

terutama yang membentuk tromboplastin, maka waktu pembekuan akan memanjang

D. WAKTU PERDARAHAN

1. Tanggal : 6 Agustus 2011

2. Tujuan 

a. mendeteksi cacat kualitatif trombosit

b. sebagai tes pra operasi untuk menentukan respon pendarahan

3. Dasar Teori 

Terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah trauma superfisial yang terkontrol,

merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi trombosit. Masa perdarahan memanjang

pada kedaan trombositopenia ( <100.000/mm3 ada yang mengatakan < 75.000

mm3), penyakit Von Willbrand, sebagian besar kelainan fungsi trombosit dan setelah

minum obat aspirin.

Pembuluh kapiler yang tertusuk akan mengeluarkan darah sampai luka itu tersumbat

oleh trombosit yang menggumpal. Bila darah keluar dan menutupi luka , terjadilah

pembekuan dan fibrin yang terbentuk akan mencegah perdarahan yang lebih lanjut .

Pada tes ini darah yang keluar harus dihapus secara perlahan lahan sedemikian rupa

sehingga tidak merusak trombosit. Setelah trombosit menumpuk pada luka ,

perdarahan berkurang dan tetesan darah makin lama makin kecil.

Tes masa perdarahan ada 2 cara yaitu metode Duke dan metode Ivy . Kepekaan

metode Ivy lebih baik, dengan nilai rujukan I 7 menit dan metode Duke dengan nilai

rujukan 1 – 3 menit.

4. Prinsip Kerja

METODE DUKE

Pra Analitik

a. Persiapan Pasien: tidak memerlukan persiapan khusus

b. Persiapan sample: darah kapiler

5. Prinsip: 

Dibuat luka standar pada daun telinga , lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat.

a. Hasil yang normal 

Sebuah waktu perdarahan normal untuk metode Ivy adalah kurang dari lima menit dari

waktu menusuk sampai semua pendarahan dari luka berhenti. Beberapa teks

Page 11: Dasar Teori Laju Endap Darah

memperluas jangkauan normal untuk delapan menit. Nilai normal untuk rentang

metode template sampai delapan menit, sedangkan untuk metode template yang

dimodifikasi, hingga 10 menit dianggap normal. Normal untuk metode Duke tiga

menit. 

b. Abnormal hasil 

Sebuah waktu perdarahan yang lebih lama dari normal hasil abnormal. Tes harus

dihentikan jika pasien tidak berhenti perdarahan dengan 20-30 menit. Waktu

perdarahan yang lebih lama ketika fungsi normal trombosit terganggu, atau ada angka

yang lebih rendah dari normal trombosit dalam darah. 

Sebuah waktu perdarahan lebih lama dari normal dapat menunjukkan bahwa salah

satu dari beberapa cacat hemostasis hadir, termasuk berat trombositopenia , disfungsi

trombosit, cacat pembuluh darah, penyakit Von Willebrand, atau kelainan lain. 

c. Kerugian 

Dengan metode Duke adalah bahwa tekanan pada pembuluh darah di daerah tusukan

tidak konstan dan hasil yang dicapai kurang dapat diandalkan. 

d. Keuntungan

Dengan metode Duke adalah bahwa tidak ada bekas luka tersisa setelah tes.

6. Alat dan bahan

a. Disposable Lanset steril

b. Kertas saring bulat

c. Stop Watch

d. Kapas alkohol

7. Cara kerja : 

a. Desinfeksi daun telinga dengan kapas alkohol , biarkan mengering.

b. Buat luka dengan disposable lanset steril panjang 2 mm dalam 3 mm. sebagai

pegangan pakailah kaca objek dibalik daun telinga dan tepat pada saat darah keluar

jalankan stop watch.

c. Setiap 30 detik darah yang keluar diisap dengan kertas saring bulat tetapi jangan

sampai menyentuh luka

d. Bila perdarahan berhenti , hentikan stop watch dan catatlah waktu perdarahan 

Catatan : 

1. Bila perdarahan 10 menit, hentikan perdarahan dengan menekan luka dengan

kapas alkohol . Dianjurkan untuk diulang dengan cara yang sama atau dengan metode

Ivy.

2. Digunakan untuk bayi dan anak – anak

3. Kepekaannya kurang.

Page 12: Dasar Teori Laju Endap Darah

7. Hasil 

a. Tanggal : 6 agustus 2011

b. Waktu : 11.25 WIB

c. Tempat : AKBID Paguwarmas Maos Cilacap

d. Nama probandus : Susanti

e. Umur : 21 tahun

f. Hasil : 01:08:37 menit

g. Pembahasan : Telah dilakukan pemeriksaan waktu pendarahan pada Nn Siti denagn

hasil normal.

Kesimpulan :

Sebuah waktu perdarahan normal untuk metode Ivy adalah kurang dari lima menit dari

waktu menusuk sampai semua pendarahan dari luka berhenti. Beberapa teks

memperluas jangkauan normal untuk delapan menit. Nilai normal untuk rentang

metode template sampai delapan menit, sedangkan untuk metode template yang

dimodifikasi, hingga 10 menit dianggap normal. Normal untuk metode Duke tiga

menit. 

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W. F. Fisiologi Kedokteran. Edisi 14. Jakarta: EGC

Murroy, Robert dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: ECG

Saryono. 2009. Biokimia Reproduksi. Jogjakarta: Mitra Cendikia

Setiawan, Bambang dkk. 2005. Mandala Of Health A scientific Journal. “ Kadar

Methaemoglobin Dan Stress Oksidatif Pada pasien Hiperglikemia”. Purwokerto: PPD

UNSOED