dasar teori kuliah lapangan.docx
DESCRIPTION
mekfluTRANSCRIPT
BAB 6
Pengukuran Debit
6.1 Latar Belakang
Dalam suatu pengelolaan sumber daya air dengan perancangan bangunan
air diperlukan suatu informasi yang menunjukan jumlah air yang akan masuk ke
bangunan tersebut dalam satuan waktu yang dikenal sebagai debit aliran.Informasi
mengenai besarnya debit aliran sungai membantu dalam merancang bangunan
dengan memperhatikan besarnya debit puncak ( banjir) yang diperlukan untuk
perancangan bangunan pengendalian banjir dan juga dilihat dari data debit
minimum yang diperlukan untuk pemanfaatan air terutama pada musim
kemarau.Sehingga dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam
keadaan berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk
mengurangi dampak banjir pada saat debit maksimum dan kekeringan atau defisit
air pada saat musim kemarau panjang. Oleh karena itu, dalam praktikum ini
belajar melakukan pengukuran debit sungai untuk mendapatkan informasi
besarnya air yang mengalir pada suatu sungai pada saat waktu tertentu.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari melakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui
besarnya kecepatan dan debit aliran yang terjadi di Parit Perdana.
6.3 Alat yang digunakan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Bola tenis
2. Stopwatch
3. Meteran
4. Tali 50 m
5. Tongkat berskala
6. Alat tulis
6.4 Cara kerja
Prosedur pengukuran kecepatan aliran sungai dengan metode apung (
floating method) adalah sebagai berikut:
1. Ukur panjang sungai dengan tali 50 m yang akan dijadikan sebagai lintasan
benda.
2. Jatuhkan bola tenis yang dapat terapung pada titik awal dan waktu mulai
dihitung. Hentikan pencatat waktu ketika benda telah sampai pada titik akhir
penampang sungai..
3. Catat waktu yang ditempuh benda tersebut.
4. Lakukan pengamatan beberapa kali minimalnya 5 kali percoban
5. Hitung rata-rata waktu yang diperlukan benda selama percobaan tersebut.
6. Hitung debit sungai dengan mengalikan luas sungai dan kecepatan aliran yang
didapatkan pada perhitungan perhitungan.
6.5 Landasan Teori
Sungai sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia. Kenyataan ini
dapat dilihat dari pemanfaatan sungai yang makin lama makin komplek, mulai
dari sarana transportasi,sumber air baku, sumber tenaga listrik dan sebagainya.
Menurut Chow (1992:17), Saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan
bebas disebut saluran terbuka. Menurut asalnya saluran dapat digolongkan
menjadi saluran alam (natural) dan saluran buatan (artificial). Saluran alam
meliputi semua alur air yang terdapat secara alamiah di bumi, mulai dari anak
selokan kecil di pegunungan, selokan kecil, sungai kecil dan sungai besar sampai
ke muara sungai.
Sungai merupakan suatu saluran drainase yang terbentuk secara alami
yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang mengalir di dalam sungai akan
mengakibatkan proses penggerusan tanah dasarnya. Penggerusan yang terjadi
secara terus menerus akan membentuk lubang-lubang gerusan di dasar sungai.
Proses gerusan dapat terjadi karena adanya pengaruh morfologi sungai yang
berupa tikungan atau adanya penyempitan saluran sungai.
Sungai sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia. Kenyataan ini
dapat dilihat dari pemanfaatan sungai yang makin lama makin komplek, mulai
dari sarana transportasi,sumber air baku, sumber tenaga listrik dan sebagainya.
Sungai atau saluran terbuka menurut Triatmodjo (1996:103) adalah
saluran dimana air mengalir dengan muka air bebas. Pada saluran terbuka,
misalnya sungai (saluran alam), variabel aliran sangat tidak teratur terhadap ruang
dan waktu. Variabel tersebut adalah tampang lintang saluran, kekasaran,
kemiringan dasar, belokan, debit aliran dan sebagainya.
Tipe aliran saluran terbuka menurut Triatmodjo (1996:104) adalah
turbulen, karena kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran
melalui saluran terbuka akan turbulen apabila angka Reynolds Re > 1.000, dan
laminer apabila Re < 500. Aliran melalui saluran terbuka dianggap seragam
(uniform) apabila berbagai variabel aliran seperti kedalaman, tampang basah,
kecepatan, dan debit pada setiap tampang saluran terbuka adalah konstan. Aliran
melalui saluran terbuka disebut tidak seragam atau berubah (non uniform flow
atau varied flow), apabila variabel aliran seperti kedalaman, tampang basah,
kecepatan di sepanjang saluran tidak konstan. Apabila perubahan aliran terjadi
pada jarak yang pendek maka disebut aliran berubah cepat, sedang apabila terjadi
pada jarak yang panjang disebut aliran berubah tidak beraturan. Aliran disebut
mantap apabila variabel aliran di suatu titik seperti kedalaman dan kecepatan tidak
berubah terhadap waktu, dan apabila berubah terhadap waktu disebut aliran tidak
mantap. Selain itu aliran melalui saluran terbuka juga dapat dibedakan menjadi
aliran sub kritis (mengalir) jika Fr <1, dan super kritis (meluncur) jika Fr >1. Di
antara kedua tipe tersebut aliran adalah kritis ( Fr =1).
Klasifikasi aliran menurut Chow (1996) dalam Gunawan (2006:9) dapat
digolongkan sebagai berikut :
Gambar 6.1 Klasifikasi aliran
6.5.1 Penentuan Kecepatan aliran
Penggunaan rumus manning :
........................................................................................................................
........(6.1)
Dimana :
V = Kecepatan rata-rata (m/s)
R = Jari-jari hidrolik (m)
S = Kemiringan/slope
n = Koefesien kekasaran
6.5.3 Koefesien Kekasaran permukaan
Kekasaran permukaan ditandai dengan ukuran dan butiran bahan yang
membentuk luas basah dan menimbulkan efek hambatan terhadap aliran. Pada
sungai aluvial dimana but iran halus seperti pasir, lempung, lanau, efek hambatan
jauh lebih kecil dari pada bahan nya kasar seperti kerikil dan bebatuan. Bila
bahannya halus, n rendah dan bila bahannya kerikil dan bebatuan, nilai n
biasanya tinggi. Batuan lebih besar biasanya terkumpul didasar sungai,
mengakibatkan dasar saluran lebih kasar.
6.5.4 Kemiringan Saluran
Kemiringan memanjang dasar saluran biasanya diatur oleh keadaan
topografi yang dipelukan untuk mengalirkan air. Kemiringan dinding slauran
tergantung jenisnya bahan. Kemiringan dinding saluran dapat dilihat pada tabel
1.
Tabel 6.2 Kemiringan saluran berdasarkan bahan
6.5.5 Kecepatan maksimum yang di ijinkan
Kecepatan maksimum yang diijinkan merupakan kecepatan rata-rata
terbesar yang tidak menimbulkan erosi pada tubuh saluran. Kecepatan Kecepatan
ini sangta tidak menentu dan bervariasi. Saluran lama biasanya mengalami
banyak pergantian musim mampu akan menerima kecepatan yang lebih besar
dibanding saluran baru, kan-bahan kolida. karena saluran lama biasanya lebih
stabil terutama adanya pengendapan bahan-bahan koloida. Tabel kecepatan
maksimum yang diijinkan dipilih pada air jenih, berdasarkan bahan yang
digunakan menurut Fortier dan Scobey, dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:
Tabel 6.3 Kecepatan maksimum menurut Fortier dan Scobey
Gambar 6.4 Aliran Dalam Saluran Terbuka
6.5.6 Debit Aliran
Debit aliran adalah laju air ( dalam bentuk volume air ) yang melewati
suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.Dalam system SI besarnya
debti dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik ( m3/dt). Sedangkan dalam
laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukan dalam bentuk hidrograf
aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya
perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS oleh
adanya kegiatan pengelolaan DAS dan / atau adanya perubahan (fluktuasi
musiman atau tahunan) iklim lokal.
6.5.7 Pengukuran Debit
Teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat
dilakukan melalui empat katagori ( Gordon et al., 1992):
1. Pengukuran volume air sungai
2. Pengukuran debiut dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan
luas penampang melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia ( pewarna) yang dialirkan
dalam aliran sungai (substance tracing method).
4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran debit seperti weir (
aliran air lambat) atau flume ( aliran cepat).
6.6 Analisa Data dan Perhitungan
6.6.1 Analisa Data
a. Analisa Data
Ti
ti
k
Kedalaman Saluran (h) (m) Lebar
Salura
n
(b) (m)
h
1
h
2
h
3
h
4
h
5
h
6
h
7
h
8
h
9
h
1
0
h
1
1
h
1
2
h
1
3
Rata
-
Rata
1
0,
6
0
0,
7
2
0,
7
4
0,
7
8
0,
7
5
0,
7
0
0,
7
2
0,
7
6
0,
7
0
0,
7
0
0,
6
0
0,
0
0
0,
0
0
0,60 5,20
2
0,
6
6
0,
7
0
0,
8
4
0,
8
3
0,
8
7
0,
8
8
0,
9
3
0,
7
1
0,
6
0
0,
6
8
0,
5
2
0,
0
0
0,
0
0
0,63 5,00
3
0,
6
6
0,
6
8
0,
7
9
0,
6
8
0,
6
8
0,
7
5
0,
7
1
0,
6
7
0,
6
2
0,
6
0
0,
5
7
0,
4
9
0,
4
0
0,64 6,00
Sumber: Hasil analisis, 2013.
No.Jarak (S)
(m)Waktu (t)
(detik)Kecepatan Aliran (v)
(m/detik)Debit Aliran (Q)
(m3/detik)1
23,50
153,00 0,15 0,522 134,00 0,18 0,593 128,00 0,18 0,624 133,00 0,18 0,595 122,00 0,19 0,65
Sumber: Hasil analisis, 2013.
Kedalaman Rata-Rata (m)
Lebar
Rata-
Rata
(m)
Luas (A) (m2)
Keliling
Basah
Saluran (P) (m)
Jari-Jari
Hidrolis (R)
Kemiringan
Saluran (S)
Kecepatan
Rata-Rata
(m3/s)
Debit
Rata-
Rata
(m3/s)
Koefisien
Manning (n)
0,62 5,403,36
6,65 0,51 0,01 0,18 0,59 0,29
Sumber: Hasil analisis, 2013.
6.6.2 Analisa Perhitungan
Mencari nilai luas penampang (A)
Pada ketiga hasil percobaan, nilai luas penampang (A) dicari dengan rumus:
A = b x h...................................................................................................(5.10)
dimana,
A = luas penampang (m2)
b = lebar saluran rata-rata (m)
h = ketinggian aliran rata-rata (m)
Dari hasil analisis percobaan ini, diketahui:
h = 0,62 m
b = 5,40 m
Sehingga, nilai luas penampangnya:
A = h x b
= 0,62 m x 5,40 m
= 0,006 m2.
Mencari nilai keliling penampang (P)
Nilai keliling penampang dapat dicari dengan menggunakan rumus:
P = (2 x h) + b...........................................................................................(5.11)
dimana,
P = keliling penampang (m)
b = lebar saluran rata-rata (m)
h = ketinggian aliran rata-rata (m)
Dari hasil analisis percobaan ini, diketahui:
h = 0,62 m
b = 5,40 m
Sehingga, nilai keliling penampangnya:
P = (2 x h) + b
= (2 x 0,62) + 5,40
= 6,64 m.
Mencari nilai radius hidraulik (R)
Besar radius hidraulik dapat dicari dengan menggunakan rumus:
R= AP
.........................................................................................................(5.12)
dimana,
R = radius hidraulik (m)
A = luas penampang (m2)
P = keliling penampang (m)
Sebagai contoh, pada percobaan penentuan koefisien Manning yang
pertama, diketahui:
A = 3,36 m2.
P = 6,65 m
Sehingga, dapat ditentukan besar radius hidrauliknya adalah:
R= AP
¿ 3,366,65
¿0,51 m
Mencari nilai kemiringan muka air (S)
Untuk mencari nilai kemiringan muka air pada percobaan, dapat digunakan
rumus:
S=h3−h1
s .................................................................................................(5.13)
Dimana,
h3 = kedalaman rata – rata dititik 3 (m)
h1 = kedalaman rata – rata dititik 1 (m)
s = panjang saluran (m)
S = kemiringan (m)
Pada percobaan penentuan koefisien Manning diketahui:
L = 42 m
h3 = 0,64 m
h1 = 0,60 m
Maka, besar kemiringan yang terjadi pada percobaan ini adalah:
S=h3−h1
L
¿ 0,64−0,6042
¿0,02 m
Mencari nilai kecepatan aliran (v)
Nilai kecepatan aliran rata-rata dihitung dengan membagi besar panjang saluran
dengan rata rata waktu yang ditempuh objek untuk melewati saluran tersebut, nilai
kecepatan aliran dirumuskan:
v= st
..........................................................................................................(5.14)
Pada praktikum ini, diketahui:
v=kecepatan aliran(m /det)
s = panjang saluran (m)
t = waktu yang ditempuh
Maka, besar kecepatan rata-ratanya:
v= st
v= 42134
v=0,31 m /det
Mencari nilai koefisien Manning (n)
Koefisien Manning dicari dengan menggunakan rumus:
n=1v
x R23 x S
12............................................................................................(5.15)
Dimana,
n = koefisien Manning
v = kecepatan aliran (m/det)
R = radius hidraulik (m)
S = kemiringan muka air (m)
Dari hasil analisa praktikum ini, diketahui:
v = 0,31 m/det
R = 0,51 m
S = 0,02 m
Maka, besar koefisien Manning pada praktikum ini adalah:
n=1v
x R23 x S
12
¿ 10,31
(0,5123 )(0,02
12 )
¿0,09
Mencari nilai debit aliran (Q)
Besar debit aliran pada percobaan loncatan hidraulik dapat dicari dengan
menggunakan rumus:
Q = A x v..................................................................................................(5.16)
Dimana,
Q = debit aliran (m3/det)
A = luas penampang (m)
v = kecepatan aliran (m/det)
Sebagai contoh, pada percobaan loncatan hidraulik yang pertama diketahui:
A = 0,006 m2
v = 0,31 m/det
Sehingga, besar debit aliran pada percobaan loncatan hidraulik yang pertama
adalah:
Q = A x v
= 0,006 x 0,31
= 0,0086 m3/det
6.7 Pembahasan
Debit aliran adalah laju aliran air yang melewati suatu penampang melintang
pada sungai persatuan waktu. Fungsi dari pengukuran debit aliran adalah untuk
mengetahui seberapa banyak air yang mengalir pada suatu sungai dan seberapa
cepat air tersebut mengalir dalam waktu satu detik.
Praktikum yang telah kami lakukan aliran yang terjadi adalah aliran laminar
dimana bola tenis tersebut berjalan lurus tanpa naik turun di permukaan air. faktor
alam yang mempengaruhi kecepatan bola di dalam aliran sungai adalah angin yang
bertiup yang akan menyebabkan bola tersebut mengalir tidak pada tengah aliran
tersebut
Debit air pada aliran terbuka sangat penting dalam pertanian yang biasanya
dimanfaatkan untuk irigasi pesawahan, mengerakan turbin pada generator listrik
serta dapat dimanfaatkan untuk kegiatan transportasi jika debit air yang dibutuhkan
dapat memenuhi standar transportasi. Seperti kita ketahui bersama dihutan
Kalimantan yang mempunyai aliran debit air yang besar bahwa bebit aliran ini
digunakan masyarakat didekat hulu sungai untuk menghanyutkan batang pohon
kayu yang sudah ditebang dihutan sehingga memudahkan masyarakat untuk
mengangkut kayu-kayu tersebut.
6.8 Kesimpulan