dasar teori asfiksia

18
DASAR TEORI ASFIKSIA NEONATORUM A. Pengertian Asfiksia adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbondioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah dann jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen dalam alveoli paru-paru dengan karbondioksida dalam darah kapiler paru- paru. Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan kelebihan karbondioksida disebut hiperkapnia. Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan

Upload: siti-asmah

Post on 08-Aug-2015

154 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

DASAR TEORI

ASFIKSIA NEONATORUM

A. Pengertian

Asfiksia adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar oksigen (O2) dan

berlebihnya kadar karbondioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah dann jaringan

tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen dalam alveoli paru-paru dengan

karbondioksida dalam darah kapiler paru-paru. Kekurangan oksigen disebut hipoksia

dan kelebihan karbondioksida disebut hiperkapnia.

Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang

mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga

bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang

dari tubuhnya. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini

berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau

segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila

penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan

pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-

gejala lanjut yang mungkin timbul.

Dalam kenyataannya, hipoksia merupakan gabungan dari empat kelompok dimana

masing-masing kelompok tersebut memang mempunyai ciri tersendiri. Walaupun ciri

dan mekanisme yang terjadi pada masing-masing kelompok akan menghasilkan

akibat yang sama bagi tubuh, kelompok tersebut adalah:

1. Hipoksik-hipoksia, dalam keadaan ini oksigen gagal untuk masuk ke dalam

sirkulasi darah.

2. Anemik-hipoksia, keadaan dimana darah yang tersedia tidak dapat membawa

oksigen yang cukup untuk metabolisme dalam jaringan.

3. Stagnan-hipoksia, keadaan dimana oleh karena adanya suatu sebab kegagalan

sirkulasi.

4. Histotoksik-hipoksia, suatu keadaan dimana oksigen yang terdapat dalam

darah oleh karena suatu hal maka oksigen tersebut tidak dapat dipergunakan

oleh jaringan.

B. Etiologi

1. Pada janin, kegagalan pernapasan disebabkan oleh beberapa hal sebagai

berikut:

a. Gangguan sirkulasi dari ibu ke janin, diantaranya disebabkan oleh

beberapa hal berikut:

1) Gangguan aliran pada tali pusat, hal ini biasanya berhubungan

dengan adanya lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan yang

kuat pada tali pusat, ketuban telah pecah yang menyebabkan

tali pusat menumbung dan kehamilan lebih bulan (post-term).

2) Adanya pengaruh obat, misalnya pada tindakan SC yang

menggunakan narkosa.

b. Faktor dari ibu selama kehamilan

1) Gangguan his, misalnya karena atonia uteri yang dapat

menyebabkan hipertoni.

2) Adanya perdarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta

yang dapat menyebabkan turunnya tekanan darah secara

mendadak.

3) Vasokonstriksi arterial pada kasus hipertensi kehamilan dan

preeklampsia dan eklampsia.

4) Kasus solusio plasenta yang menyebabkan gangguan

pertukaran gas (oksigen dan zat asam arang).

2. Menurut Towel, asfiksia bisa disebabkan oleh beberapa faktor yakni faktor

ibu, plasenta, fetus, dan neonatus.

a. Ibu

Apabila ibu mengalami hipoksia maka janin juga akan mengalami

hipoksia yang dapat berkelanjutan menjadi asfiksia dan komplikasi

lain.

b. Plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi

plasenta misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta, dan lain-lain.

c. Fetus

Kompresi umbilikus akan dapat mengakibatkan terganggunya aliran

darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran

gas antara ibu dan janin.

d. Neonatus

Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena

beberapa hal sebagai berikut:

1) Pemakaian anastesi yang berlebihan pada ibu.

2) Trauma yang terjadi selama persalinan.

3) Kelainan kongenital pada bayi.

C. Klasifikasi dan Tanda serta Gejala

1. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3 )

Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis sehingga

memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dan segera. Tanda dan gejala yang

muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut:

a. Frekuensi jantung kecil yaitu < 40 kali/menit.

b. Tidak ada usaha nafas.

c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.

d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.

e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.

f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah

persalinan.

2. Asfiksia sedang ( nilai APGAR 4-6 )

Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai

berikut:

a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali/menit.

b. Usaha napas lambat.

c. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.

d. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.

e. Bayi tampak sianosis.

f. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses

persalinan.

3. Asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-10 )

Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai

berikut:

a. Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali/menit.

b. Bayi tampak sianosis.

c. Adanya retraksi dinding dada.

d. Adanya pernapasan cuping hidung.

e. Bayi kurang aktivitas.

f. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, dan

wheezing positif.

D. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,

menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan

tersebut. Penilaian selanjutnya merupakan dasar untuk menentukan kesimpulan dan

tindakan berikutnya. Upaya resusitasi yang efisien dan efektif berlangsung melalui

rangkaian tindakan yaitu penilaian, pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.

Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda

penting yaitu pernafasan, denyut jantung dan warna kulit. Nilai APGAR tidak

digunakan untuk menentukan kapan kita memulai resusitasi atau untuk membuat

keputusan mengenai jalannya resusitasi.

Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit sesudah

bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus dimulai segera setelah bayi lahir. Apabila

bayi tidak memerlukan intervensi berdasarkan penilaian pernafasan, denyut jatung

dan warna kulit bayi, maka penilaian ini harus segera dilakukan. Walaupun nilai

APGAR tidak penting dalam pengambilan keputusan pada awal resusitasi, tetapi

dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan penilaian efektivitas upaya

resusitasi.

Penilaian menurut score APGAR merupakan tes sederhana untuk memutuskan

apakah seorang bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan. Tes ini dapat

dilakukan dengan mengamati bayi segera setelah lahir (dalam menit pertama), dan

setelah 5 menit. Lakukan hal ini dengan cepat, karena jika nilainya rendah, berarti

tersebut membutuhkan tindakan.

Observasi dan periksa :

A = “Appearance” (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.

P = “Pulse” (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi

denyut jantung dengan jari.

G = “Grimace” (seringai). Gosok berulang-ulang dasar tumit ke dua tumit kaki bayi

dengan jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender

pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender dari mulut dan

tenggorokannya dihisap.

A = “Activity”. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki dan

tangannya atau tarik salah satu tangan/kakinya. Perhatikan bagaimana kedua tangan

dan kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.

R = “Repiration” (pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi. Perhatikan

pernapasannya.

TANDA 0 1 2 JUMLAH NILAIFrekwensi jantung

Tidak ada Kurang dari 100 x/menit

Lebih dari 100 x/menit

Usaha bernafas

Tidak ada Lambat, tidak teratur

Menangis kuat

Tonus otot Lumpuh / lemas

Ekstremitas fleksi sedikit

Gerakan aktif

Refleks Tidak ada respon

Gerakan sedikit

Menangis batuk

Warna Biru / pucat Tubuh: kemerahan, ekstremitas: biru

Tubuh dan ekstremitas kemerahan

Apgar Skor : 7-10; bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa

Apgar Skor 4-6; (Asfiksia Neonatorum sedang); pada pemeriksaan fisik akan terlihat

frekwensi jantung lebih dari 100 X / menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,

reflek iritabilitas tidak ada

Apgar Skor 0-3 (Asfiksia Neonatorum berat); pada pemeriksaan fisik ditemukan

frekwensi jantung kurang dari 100 X / menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan

kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.

E. Patofisiologi

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama

kehamila/persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel

tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan

ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia.

Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan

frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian

diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak

sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula

bradikardi dan penurunan tekanan darah.

Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan

asam dan basa pada neonatus.

Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut

terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen

tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada

kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian

udara alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah

paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian

atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.

F. Manifestasi Klinis

1. Appnoe primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus

neuromuscular menurun

2. Appnoe sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bagi menunjukan pernafasan

megap–megap yang dalam, denyut jantung terus menerus, bayi terlihat lemah

(pasif), pernafasan makin lama makin lemah

TANDA-TANDA

STADIUM I STADIUM II STADIUM III

Tingkat kesadaran

Sangat waspada Lesu (letargia) Pinsan (stupor), koma

Tonus otot Normal Hipotonik Flasid

Postur Normal Fleksi Disorientasi

Refleks tendo / klenus

Hyperaktif Hyperaktif Tidak ada

Mioklonus Ada Ada Tidak ada

Refleks morrow Kuat Lemah Tidak ada

Pupil Midriasis Miosis Tidak sama, refleks cahaya jelek

Kejang-kejang Tidak ada Lazim Deserebrasi

EEG Normal 1aktifitasVoltase rendah kejang-kejang

Supresi ledakan sampai isoelektrik

Lamanya 24 jam jika ada kemajuan

24 jam sampai 14 hari

Beberapa hari sampai beberapa minggu

Hasil akhir Baik Bervariasi Kematian, defisit berat

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto polos dada

2. USG kepala

3. Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit

H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Analisa gas darah

2. Elektrolit darah

3. Gula darah

4. Baby gram

5. USG ( Kepala )

6. Penilaian APGAR score

7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan

8. Pengkajian spesifik

I. Penatalaksanaan

Tindakan yang dapat dilakukan pada bayi asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut:

1. Bersihkan jalan napas dengan penghisap lendir dan kasa steril.

2. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik.

3. Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk/kain kering yang bersih dan

hangat.

4. Nilai status pernapasan, lakukan hal-hal berikut bila ditemukan tanda-tanda

asfiksia:

a. Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan penolong

berdiri di sisi kepala bayi.

b. Miringkan kepala bayi.

c. Bersihkan mulut dengan kasa yang dibalut pada jari telunjuk.

d. Isap cairan dari mulut dan hidung.

5. Lanjutkan menilai status pernapasan.

Nilai status pernapasan apabila masih ada tanda asfiksia, caranya dengan

menggosok punggung bayi (melakukan rangsangan taktil). Bila tidak ada

perubahan segera lakukan ventilasi.

J. Penatalaksanaan Awal

1. Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan (hangatkan) dengan

menyelimuti seluruh tubuh bayi terutama bagian kepala dengan handuk yang

kering.

2. Bebaskan jalan napas: atur posisi, isap lendir.

3. Bersihkan jalan napas bayi dengan hati-hati dan pastikan bahwa jalan napas

bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam

paru-paru.

4. Ekstensi kepala dan leher sedikit lebih rendah dari tubuh bayi.

5. Hisap lendir, cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan napas bersih

dari cairan ketuban, mekonium/lendir dan menggunakan penghisap lendir De

Lee.

6. Rangsangan taktil, bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisapan

lendir/cairan ketuban dari mulut dan hidung yang dasarnya merupakan

tindakan rangsangan belum cukup untuk menimbulkan pernapasan yang

adekuat pada bayi dengan penyulit, maka diperlukan rangsangan tambahan.

Selama melakukan rangsangan taktil, hendaknya jalan napas sudah dipastikan

bersih.

K. Komplikasi

Edema otak, perdarahan otak, anusia dan oliguria, hiperbilirubinemia,

anterokolitis, nekrotikans, kejang dan koma. Tindakan bag dan mask berlebihan dapat

menyebabkan pneumotoraks.

1. Otak: hipokistik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis.

2. Jantung dan paru: hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, perdarahan

paru, edema paru.

3. Ganstrointestinal: enterokolitis, nekrotikans.

4. Ginjal: tubular nekrosis akut, siadh.

5. Hematologi: dic

L. Prognosis

1. Asfiksia ringan: tergantung pada kecepatan penatalaksanaan.

2. Asfiksia berat: dapat menimbulkan kejang sampai koma dan kelainan

neurologis permanen, misalnya retardasi mental.

M. Prinsip Dasar Resusitasi

Ada beberapa tahap: ABC resusitasi,

      A= memastikan saluran nafas terbuka.

      B= memulai pernafasan .

      C= mempertahankan sirkulasi (peredaran darah).

Membersihkan dan menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi serta mengusahakan

saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan, yaitu agar

oksigenisasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar.

Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukan usaha

pernafasan lemah. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi.

Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik.

Daftar Pustaka

Arif, Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8. EGC: Jakarta

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Fitramaya: Yogyakarta

Nanny, Vivian. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Salemba Medika: Jakarta

Neonatal. YBP-SP: Jakarta

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. YBP-SP: Jakarta

Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. YBP-SP: Jakarta

Wong. Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediktif. EGC: Jakarta