dasar teori

46
8 BAB II KAJIAN TEORI A. BELAJAR 1. Pengertian Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.( http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar diakses tanggal Februari 2015). Menurut Wittig (dalam Muhibbin Syah, 2003:65-66) mendefinisikan belajar sebagai : any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as aresult of experience ( belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Hilgard (Mudjijana, 2002), belajar merupakan proses yang aktif untuk membangun pengetahuan dan keterampilan siswa. Depdiknas (Mudjijana, 2002) menyatakan belajar sebagai kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang sedang belajar, baik potensial maupun aktual. Pada intinya belajar memiliki hal- hal pokok sebagai berikut. a. Belajar membawa perubahan perilaku baik aktual maupun potensial

Upload: hanya-rai

Post on 20-Feb-2016

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bab2 skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: Dasar Teori

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. BELAJAR

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku

atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang

diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan

respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat

menunjukkan perubahan perilakunya.( http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar

diakses tanggal Februari 2015).

Menurut Wittig (dalam Muhibbin Syah, 2003:65-66)

mendefinisikan belajar sebagai : any relatively permanent change in an

organism’s behavioral repertoire that occurs as aresult of experience (

belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala

macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil dari

pengalaman.

Menurut Hilgard (Mudjijana, 2002), belajar merupakan proses

yang aktif untuk membangun pengetahuan dan keterampilan siswa.

Depdiknas (Mudjijana, 2002) menyatakan belajar sebagai kegiatan yang

menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang sedang

belajar, baik potensial maupun aktual. Pada intinya belajar memiliki hal-

hal pokok sebagai berikut.

a. Belajar membawa perubahan perilaku baik aktual maupun potensial

Page 2: Dasar Teori

9

b. Perubahan didapat dengan peningkatan kecakapan

c. Perubahan terjadi karena siswa aktif melakukan aktivitas untuk

membangun sendiri pengetahuannya.

Hal ini didukung oleh teori belajar konstruktivisme di mana teori

konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi, mengecek informasi baru dengan aturan-

aturan lama dan merevisinya apabila aturanaturan itu tidak lagi sesuai.

Oleh karena itu, di dalam kelas guru tidak hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa tetapi guru harus dapat membuat siswa

membangun sendiri pengetahuannya. Berdasarkan dari uraian di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan untuk memperoleh suatu informasi dengan mengkonstruksi

sendiri pengetahuan matematika sehingga siswa dapat terlibat aktif dan

tidak dipandang sebagai penerima pasif.

Menurut teori Bruner (Fadjar Shadiq, 2008: 29), ada tiga tahapan

belajar yang harus dilalui para siswa agar proses belajarnya dapat terjadi

secara optimal. Dalam arti akan terjadi internalisasi pada diri siswa

tersebut, yaitu suatu keadaan dimana pengalaman yang baru dapat

menyatu kedalam struktur kognitif siswa. Ketiga tahap pada proses belajar

tersebut adalah:

a. Tahap Enaktif

Pada tahap ini, para siswa dituntut untuk mempelajari

pengetahuan (matematika tentunya) dengan menggunakan benda

konkret atau menggunakan situasi yang nyata bagi para siswa. Dapat

Page 3: Dasar Teori

10

ditambahkan bahwa istilah “konkret” atau “nyata” berarti dapat diamati

dengan menggunakan panca indera para siswa.

b. Tahap Ikonik

Pada tahap ini, siswa mempelajari suatu pengetahuan dalam

bentuk gambar atau diagram sebagai perwujudan dari kegiatan yang

menggunakan benda konkret atau nyata tadi.

c. Tahap Simbolik

Pada tahap ini, siswa sudah mampu menggunakan notasi tanpa

ketergantungan terhadap objek real.

2. Tujuan Belajar

Tujuan memiliki nilai yang sangat penting di dalam pengajaran.

Dapat dikatakan bahwa tujuan merupakan faktor yang terpenting dalam

kegiatan dan proses belajar mengajar (Oemar Hamalik, 2006:80).

Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat

dalam aktifitas internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi

ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Dimyati dan Mudjiono,

2006:18).

Menurut Agus Suprijono (2011: 5) Tujuan belajar dibagi menjadi

2 yaitu bersifat eksplisit (instructional effects) yang diusahakan untuk

dicapai dengan tindakan instruksional, yang berbentuk pengetahuan dan

ketrampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan

belajar instruksional (nurturant effect), yang bentuknya berupa

Page 4: Dasar Teori

11

kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis,

menerima orang lain dan sebagainya.

Ranah kognitif menurut Bloom ada enam jenis perilaku yaitu : (1)

pengetahuan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4) analisis, (5) sintesis,dan

(6) evaluasi. Siswa yang belajar akan memperbaiki kemampuan

internalnya dari kemampuan awal pada pra-belajar, meningkat

memperolah kemampuan-kemampuan yang tergolong pada keenam jenis

perilaku yang dididikkan di sekolah (Dimyati dan Mudjiono, 2006:27).

Ranah afektif menurut Krathwhl, Bloom, dkk terdiri dari lima

perilaku yatu : (1) penerimaan, (2) kesiapan, (3) penilaian, (4)

organisasi,dan (5) pembentukan pola hidup. Siswa yang belajar akan

memperbaiki kemampuan-kemampuan internalnya yang afektif. Siswa

mempelajari kepekaan tentang sesuatu hal sampai pada penghayatan nilai

sehingga menjadi suatu pegangan hidup (Dimyati dan Mudjiono, 2006:29).

Ranah psikomotorik menurut Simpson terdiri dari tujuh jenis

perilaku sebagai berikut : (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) gerakan

terbimbing, (4) gerakan yang terbiasa, (5) gerakan kompleks, (6)

penyesuaian pola gerakan, (7) kreatifitas. Belajar berbagai kemampuan

gerak dapat dimulai dengan kepekaan memilah-milah sampai pada

kreatifitas pola gerak baru (Dimyati dan Mudjiono, 2006:32).

Sedangkan tujuan belajar yang lainnya adalah :

a. Belajar mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku.

b. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan dari yang buruk menjadi baik.

c. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap, dari negative menjadi positif.

Page 5: Dasar Teori

12

d. Belajar bertujuan untuk mengubah keterampilan.

e. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.

(Dalyono, 2005:49).

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

belajar adalah mengubah tingkah laku berbagai ranah (kognitif, afektif,

Psikomotorik) menjadi lebih baik.

3. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Proses belajar mengajar selalu berkaitan dengan siswa yaitu

manusia yang belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Nana

Sudjana (1989), mengemukakan bahwa hasil belajar peserta didik di

sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar banyak jenisnya, tetapi menurut

Slameto (2003: 54 – 72) dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

Faktor intern (faktor dari dalam diri siswa) dan faktor ekstern

(faktor dari luar siswa).

a. Faktor Intern

Faktor intern individu merupakan faktor yang paling penting

dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam melakukan proses

belajar, semua kemampuan yang dimiliki individu dicurahkan untuk

mencerna materi yang akan dipelajari. Faktor yang berasal dari diri

siswa sendiri meliputi dua faktor yaitu faktor jasmaniah dan psikologis.

Page 6: Dasar Teori

13

1) Faktor jasmaniah

Secara umum kondisi jasmaniah dapat mempengaruhi semangat dan

intensitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, kondisi tubuh yang

lemah dapat menurunkan kualitas belajar siswa.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor

psikologis terdiri dari tujuh faktor, yaitu :

a) Intelegensi

Intelegensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan

psikofisik seseorang dalam mereaksi rangsangan dengan cara

yang tepat. Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan

keberhasilan siswa dalam belajar.

b) Perhatian

Siswa yang mempunyai perhatian terhadap bahan yang akan

dipelajari akan mempengaruhi hasil belajar yang lebih baik

dibanding dengan siswa yang tidak mempunyai perhatian

terhadap pelajaran tersebut.

c) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada

suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat sangat

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena bila bahan

pelajaran yang dipelajari tidak sesuai minat, maka siswa tidak

akan belajar dengan sungguh-sungguh.

Page 7: Dasar Teori

14

d) Bakat

Menurut Hilgard (Slameto, 2003: 57) bakat adalah kemampuan

untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi

kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat

merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan

hasil belajar seseorang karena seseorang yang mempunyai bakat

dalam suatu pekerjaan akan lebih cepat mengerjakan pekerjaan

tersebut jika dibandingkan dengan orang yang kurang berbakat

dibidang itu.

e) Motivasi

Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang menodrong

seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian

menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika

motivasi untuk belajar bertambah.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan

seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk

melaksanakan kecakapan baru. Kematangan akan sangat

mempengaruhi hasil belajar siswa karena siswa yang cukup umur

akan dapat menerima pelajaran dengan baik dibanding siswa yang

belum matang dalam berfikir.

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi.

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan berhubungan

Page 8: Dasar Teori

15

dengan kematangan. Kematangan berarti kesiapan untuk

melaksanakan kecakapan. Siswa yang telah memiliki kesiapan

dalam menerima pelajaran akan mempunyai hasil yang cukup

baik.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern individu dapat dibagi menjadi tiga faktor yaitu

faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Ketiga faktor ini

satu sama lain memberikan warna tersendiri pada perkembangan

individu, terutama dalam kegiatan belajar.

1) Lingkungan Keluarga

Lingkungan ini memberikan kontribusi yang berarti terhadap

perkembangan individu. Keluarga ini merupakan lingkungan yang

pertama dikenal oleh anak dan sebagian besar waktunya dilalui

bersama keluarga. Pengaruh keluarga bisa berasal dari kepedulian

orang tua berupa dukungan motivasi belajar.

2) Lingkungan Sekolah

Peranan sekolah dalam membekali seseorang dalam disiplin ilmu

tertentu merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang

berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam mempelajari

sesuatu.

Page 9: Dasar Teori

16

3) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga sangat berpengaruh

terhadap beajar siswa. Faktor-faktor masyarakat yang dapat

mempengaruhi adalah sebagai berikut :

4) Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat

Kegiatan yang positif di masyarakat dapat membawa dampak yang

positif pula terhadap perkembangan pribadi siswa dalam belajar.

5) Mass Media

Media terdiri dari media elektronik seperti televisi, radio, dan media

cetak seperti majalah, surat kabar, tabloid dan bukubuku. Mass

media yang baik dapat mendukung dalam perkembangan belajar

siswa.

6) Teman Bergaul

Teman bergaul sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan

pribadi siswa. Teman yang baik akan membawa pengaruh yang baik,

sedangkan yang berkelakuan buruk dapat membawa pengaruh yang

buruk pula.

B. MEDIA PEMBELAJARAN

1. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Bovee dalam Ouda Teda Ena (2001: 2) “Media adalah

sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan”. Media

merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber pesan ataupun

penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut.

Page 10: Dasar Teori

17

Menurut Azhar Arsyad (2002: 12) “Media pembelajaran adalah sebuah

alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran”. Media

pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung keberhasilan

proses belajar mengajar.

Menurut UU RI No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20:

”Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Media dalam pembelajaran

memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan yang

disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk pembelajaran individual

dimana kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa.

Menurut Edgar Dale Dalam Sigit Prasetyo (2007: 6) “Secara

umum media memiliki kegunaan yaitu: memperjelas pesan agar tidak

terlalu verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya

indra, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid

dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan

bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya, memberi

rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan

persepsi yang sama”.

Sedangkan Kemp dan Dayton dalam Sigit Prasetyo (2007: 7)

mengemukakan manfaat penggunaan media dalam pembelajaran adalah:

1) Penyampaian materi dapat diseragamkan; 2) Proses pembelajaran

menjadi lebih jelas dan menarik; 3) Proses pembelajaran menjadi lebih

interaktif; 4) Efisiensi waktu dan tenaga; 4) Meningkatkan kualitas hasil

belajar siswa; 5) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan

Page 11: Dasar Teori

18

dimana saja dan kapan saja; 6) Media dapat menumbuhkan sikap positif

siswa terhadap materi dan proses belajar; dan 7) Mengubah peran guru

kearah yang lebih positif dan produktif.

Penggunaan media dalam pembelajaran memang sangat

disarankan, tetapi dalam penggunaannya tidak semua media baik. Ada hal-

hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media, antara lain tujuan

pembelajaran, sasaran didik, karakteristik media yang bersangkutan,

waktu, biaya, ketersediaan sarana, konteks penggunaan, dan mutu teknis.

Penggunaan media yang tepat akan sangat menunjang keberhasilan dalam

proses pembelajaran. Sebaliknya, penggunaan media yang tidak tepat

hanya akan menghambur-hamburkan biaya dan tenaga, terlebih bagi

ketercapaian tujuan pembelajaran akan jauh dari apa yang diharapkan.

Sebagai salah satu sarana pembelajaran, perguruan tinggi harus dapat

menyediakan media yang tepat untuk menunjang civitas akademika dalam

belajar agar tidak jenuh dalam menerima pembelajaran di kelas.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Fungsi media pembelajaran secara umum menurut Arief S.

Sadiman, dkk (1986: 16) adalah:

1) Memperjelas penyajian agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam

bentuk kata – kata tertulis atau lisan belaka).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti

misalnya:

Page 12: Dasar Teori

19

a) Objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar,

film atau model.

b) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai

atau gambar.

c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan

timelapse atau high speed photo graphy.

3) Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi

dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran

berguna untuk:

a) Menimbulkan kegairahan belajar.

b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik

dengan lingkungan dan kenyataan.

c) Memungkinkan peserta didik belajar sendiri – sendiri menurut

kemampuan dan minatnya.

4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan

lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan

materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru

akan mengalami banyak kesulitan apabila semua itu diatasi sendiri.

Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga

berbeda. Masalah inidapat diatasi dengan media pembelajaran, yaitu

dengan kemampuanya dalam:

a. Memberikan perangsang yang sama.

b. Mempersamakan pengalaman.

c. Menimbulkan persepsi yang sama.

Page 13: Dasar Teori

20

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran mempunyai peranan yang

sangat penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran

mempunyai banyak fungsi diantaranya sebagai alat untuk memberikan

perangsang atau motivasi siswa untuk belajar, media digunakan untuk

memperjelas materi yang disampaikan oleh guru dan memungkinkan

dapat digunakan peserta didik untuk belajar mandiri.

3. Manfaat Media Pembelajaran

Beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di

dalam proses belajar mengajar (Azhar Arsyad, 2002: 26-27) sebagai berikut:

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian

anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih

langsung antara siswa dan lingkungannya dan kemungkinan dapat

digunakan siswa untuk belajar mandiri di luar sekolah.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan

waktu.

d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada

siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta

memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat

dan lingkungannya.

Page 14: Dasar Teori

21

Berdasarkan deskripsi di atas maka dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan atau materi oleh pendidik baik secara sederhana

sampai dengan yang modern untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

dicapai. Media pembelajaran mempunyai peran penting untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa karena sebagai medium atau perantara

pengetahuan terhadap peserta didik.

C. MODUL

1. Pengertian Modul

Menurut Ditjen PMPTK (Juni:2008) ,modul merupakan bahan ajar

cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta

pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di

dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya,

pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar

secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat

dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa

pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada

murid-muridnya. Maka dari itulah, media ini sering disebut bahan

instruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran

atau mengajarkan sesuatu kepada para murid-muridnya dengan tatap

muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini.

Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi

materi,metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang

Page 15: Dasar Teori

22

secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang

diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya (Ditjen PMPTK

Depdiknas : 2008).

Modul dapat diartikan sebagai materi pelajaran yang disusun dan

disajikan secara tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya diharapkan

dapat menyerap sendiri materi tersebut. Dengan kata lain sebuah modul

adalah sebagai bahan belajar dimana pembacanya dapat belajar mandiri

(Daryanto, 2013:31). Dengan diberikannya modul, diharapkan dapat

memotivasi siswa untuk belajar mandiri tanpa harus selalu dengan bantuan

guru.

Dari pernyataan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

modul merupakan sebuah sarana pembelajaran yang terdiri dari satuan unit

kompetensi yang disusun secara sistematis, operational, menarik dan

terarah untuk dipergunakan oleh pebelajar disertai pedoman operational

untuk pengajar, serta pebelajar harus menyelesaikan unit-unit kompetensi

secara utuh yang ditempuh secara bertahap sebelum melanjutkan ke

kompetensi berikutnya.

2. Karakteristik Modul

Ditjen PMPTK Depdiknas (2008) mengemukakan Sebuah modul

bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai

berikut:

Page 16: Dasar Teori

23

1. Self Instructional

Yaitu melalui modul tersebut seseorang atau pebelajar mampu

membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk

memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus:

a. Berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas.

b. Berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit

kecil/spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas.

c. Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan

pemaparan materi pembelajaran.

d. Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang

memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat

penguasaannya.

e. Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan

suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya.

f. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.

g. Terdapat rangkuman materi pembelajaran.

h. Terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan

penggunaan diklat melakukan “self assessment”.

i. Terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur

atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi.

j. Terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya

mengetahui tingkat penguasaan materi.

k. Tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang

mendukung materi pembelajaran dimaksud.

Page 17: Dasar Teori

24

2. Self Contained

Yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi

atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul

secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan

pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi

dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan

pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus

dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi

yang harus dikuasai.

3. Stand Alone (berdiri sendiri)

Yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media

lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media

pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak

tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempelajari

dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih

menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul yang

digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media

yang berdiri sendiri.

4. Adaptive

Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat

menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan

ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap

Page 18: Dasar Teori

25

“up to date”. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran

dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.

5. User Friendly

Modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap

instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan

bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam

merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa

yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang

umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.

3. Tujuan Penulisan Modul

Penggunaan modul sering dikaitkan dengan aktivitas pembelajaran

mandiri (self-instruction). Karena fungsinya yang seperti tersebut di atas,

maka konsekuensi lain yang harus dipenuhi oleh modul ini ialah adanya

kelengkapan isi; artinya isi atau materi sajian dari suatu modul haruslah

secara lengkap terbahas lewat sajian-sajian sehingga dengan begitu para

pembaca merasa cukup memahami bidang kajian tertentu dari hasil belajar

melalui modul ini. Kecuali apabila pembaca menginginkan pengembangan

wawasan tentang bidang tersebut, bahkan dianjurkan untuk menelusurinya

lebih lanjut melalui daftar pustaka (bibliografi) yang sering juga

dilampirkan pada bagian akhir setiap modul. Isi suatu modul hendaknya

lengkap, baik dilihat dari pola sajiannya, apalagi isinya.

Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar

mandiri. Orang bisa belajar kapan saja dan di mana saja secara mandiri.

Page 19: Dasar Teori

26

Karena konsep belajarnya berciri demikian, maka kegiatan belajar itu

sendiri juga tidak terbatas pada masalah tempat, dan bahkan orang yang

berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyelenggara pun bisa mengikuti

pola belejar seperti ini. Terkait dengan hal tersebut, Ditjen PMPTK (2008)

menyatakan bahwa penulisan modul memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu

bersifat verbal.

b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta

belajar maupun guru/ instruktur.

c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk

meningkatkan motivasi dan gairah belajar; mengembangkan

kemampuan dalam berin- teraksi langsung dengan lingkungan dan

sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa atau pebelajar

belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.

d. Memungkinkan siswa atau pebelajar dapat mengukur atau

mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

Dengan memerhatikan tujuan-tujuan di atas, modul sebagai bahan

ajar akan sama efektifnya dengan pembelajaran tatap muka. Hal ini

tergantung pada proses penulisan modul. Penulis modul yang baik menulis

seolah-olah sedang mengajarkan kepada seorang peserta mengenai suatu

topik melalui tulisan. Segala sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis

saat pembelajaran, dikemukakan dalam modul yang ditulisnya.

Penggunaan modul dapat dikatakan sebagai kegiatan tutorial secara

tertulis.

Page 20: Dasar Teori

27

4. Pembelajaran Menggunakan Modul

Penggunaan modul dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan agar

tujuan pendidikan bisa dicapai secara efektif dan efisien. pembelajaran

dengan modul merupakan pembelajaran mandiri yang berfokuskan

penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari pebelajar dengan

waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Sehingga pebelajar

dapat mengikuti program sesuai denga kecepatan dan kemampuan sendiri.

Tujuan digunakannya modul dalam interaksi belajar mengajar adalah:

a) Tujuan pendidikan atau pengajaran dapat dicapai secara efektif dan

efisien.

b) Pebelajar dapat mengikuti program pendidikan atau pengajaran sesuai

dengan kemampuannya sendiri.

c) Pebelajar dapat belajar sendiri sebanyak mungkin.

d) Pebelajar dapat mengetahui atau menilai hasil belajarnya secara

berkesinambungan.

e) Pebelajar menjadi pusat dalam kegiatan belajar mengajar.

f) Hasil belajar pebelajar akan semakin meningkat, sebab modul disusun

berdasarkan konsep “Mastery Learning” dan pebelajar tidak boleh jika

tidak mengikuti program berikutnya sebelum menguasai paling sedikit

75% dari bahan yang dipelajari.

Menurut Ditjen PMPTK Depdiknas (2008: 7) Pembelajaran

menggunakan modul bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut:

Page 21: Dasar Teori

28

a) Meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka

secara teratur karena kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi

masyarakat.

b) Menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan belajar pebelajar.

c) Secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi pebelajar secara

bertahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul.

d) Mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai pebelajar

berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat

memutuskan dan membantu pebelajar untuk memperbaiki belajarnya

serta melakukan remediasi.

5. Model Pengembangan Modul

Model pengembangan terdiri dari tiga macam di antaranya berupa

model prosedural, model konseptual, dan model teoretik. Pengembang

akan memaparkan tiga model pengembangan sebagai pembanding dalam

pemilihan model pengembangan yang akan dipilih sebagai acuan

pengembangan. Berikut penulis paparkan dua model pengembangan yang

telah dikembangkan oleh Arif Sadiman, Dick and Carey, R & D.

a) Model Pengembangan Arif Sadiman

Model pengembangan menurut Sadiman dkk (2007:100) terdapat

komponen-komponen antara lain :

1. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa

2. Merumuskan tujuan instruksional

Page 22: Dasar Teori

29

3. Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung

tercapainya tujuan

4. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan Mengadakan tes dan

revisi

Gambar 2.1 Model Pengembangan Sadiman (Sadiman dkk, 2007:101)

b) Model Pengembangan Dick and Carey

Model pengembagan media menurut Dick and Carey memiliki

komponen dalam model sistem pengembangan yaitu :

1. Mengidentifikasi Tujuan Instruksional Umum (TIU)

2. Melakukan analisis instruksional

3. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa

4. Menulis tujuan kriteria

5. Mengembangkan butir tes acuan patokan

6. Menyusun strategi instruksional

7. Mengembangkan dan memilih bahan instruksional

8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif

Perumusan Butir

Materi

Perumusan Alat

Pengukur

Keberhasilan

Penulisan Naskah

Media

Tes Uji Coba

Naskah

Siap

Produksi

Perumusan

Tujuan

Identifikasi

Kebutuhan

Revisi?

Tidak

Page 23: Dasar Teori

30

9. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif

Gambar 2.2 Model Pengembangan Dick and Carey (Trianto, 2007:62)

c) Model Pengembangan R & D

Model Research & Development (R&D) adalah model

pengembangan dari Sugiyono (2011:297). Gambaran metode

pengembangan R&D seperti diagram berikut ini.

Gambar 2.3 Model Pengembangan R&D (Sugiyono, 2010:409)

Potensi dan

Masalah

Pengumpulan

data

Desain Produk

Validasi

desain

Revisi

Desain

Uji Coba Produk Revisi

Produk

Uji Coba

Pemakaian

Revisi Produk Produksi Masal

Page 24: Dasar Teori

31

Berdasarkan beberapa uraian mengenai model-model

pengembangan, maka model pengembangan yang digunakan pada

penelitian pengembangan media modul sistem transmisi otomatis ini

menggunakan model pengembangan yang prosedural yaitu

menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti dalam menghasilkan

produk. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model

pengembangan R&D yang dianggap cukup sistematis dan sesuai

dengan media modul karena dalam model pengembangan ini

berorientasi pada produk, model ini memiliki tahap yang sampai pada

produksi masal, adanya tahap ujicoba media, dan juga ada revisi di

setiap uji coba produk media, sehingga dapat mengurangi tingkat

kekurangan terhadap produk media. Sedangkan pada model Arif

Sadiman model pengembanganya hanya sampai penulisan naskah dan

tidak sampai pada produksi media pengembangan dan untuk model

Dick and Carey lebih mengarah pada pengembangan instruksional,

yaitu pengembangan strategi dan bahan instruksional. Oleh karena itu

peneliti menggunakan model R&D yang dianggap cukup sistematis dan

sesuai dengan media modul karena dalam model pengembangan ini

berorientasi pada produk, model ini memiliki tahap yang sampai pada

produksi masal, adanya tahap uji coba media, dan juga ada revisi di

setiap uji coba produk media, sehingga dapat mengurangi tingkat

kekurangan terhadap produk media.

Page 25: Dasar Teori

32

6. Prinsip Penulisan Modul

Modul merupakan media pembelajaran yang dapat berfungsi sama

dengan pengajar/pelatih pada pembelajaran tatap muka. Oleh karena itu,

penulisan modul perlu didasarkan pada prinsip-prinsip belajar dan

bagaimana pengajar/pelatih mengajar dan peserta didik menerima

pelajaran. Terkait hal tersebut, Ditjen PMPTK (2008) mengemukakan

penulisan modul dilakukan menggunakan prinsip-prinsip antara lain

sebagai berikut:

a. Peserta belajar perlu diberikan secara jelas hasil belajar yang menjadi

tujuan pembelajaran sehingga mereka dapat menyiapkan harapan dan

dapat menimbang untuk diri sendiri apakah mereka telah mencapai

tujuan tersebut atau belum mencapainya pada saat melakukan

pembelajaran menggunakan modul.

b. Peserta belajar perlu diuji untuk dapat menentukan apakah mereka telah

mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, pada penulisan modul, tes

perlu dipadukan ke dalam pembelajaran supaya dapat memeriksa

ketercapaian tujuan pembelajaran dan memberikan umpan balik yang

sesuai.

c. Bahan ajar perlu diurutkan sedemikian rupa sehingga memudahkan

peserta didik untuk mempelajarinya. Urutan bahan ajar tersebut adalah

dari mudah ke sulit, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari

pengetahuan ke penerapan.

d. Peserta didik perlu disediakan umpan balik sehingga mereka dapat

memantau proses belajar dan mendapatkan perbaikan bilamana

Page 26: Dasar Teori

33

diperlukan. Misalnya dengan memberikan kriteria atas hasil tes yang

dilakukan secara mandiri.

7. Prosedur Penulisan Modul

Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi

pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh

pebelajar untuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan

modul belajar mengacu pada kompetensi yang terdapat di dalam tujuan

yang ditetapkan. Ditjen PMPTK (2008) menjelaskan prosedur penulisan

modul sebagai berikut:

a. Analisis Kebutuhan Modul

Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis

kompetensi/ tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang

dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul

modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garis-garis besar

program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk

mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang harus

dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan

langkah sebagai berikut:

a. Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar

program pembelajaran yang akan disusun modulnya;

b. Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;

c. Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

dipersyaratkan;

Page 27: Dasar Teori

34

d. Tentukan judul modul yang akan ditulis

e. Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal

pengembangan modul

b. Penyusunan Draft

Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan

pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub

kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft

modul bertujuan menyediakan draft suatu modul sesuai dengan

kompetensi atau sub kompetensi yang telah ditetapkan. Penulisan draft

modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Tetapkan judul modul

2) Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh

peserta didik setelah selesai mempelajari satu modul

3) Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang

tujuan akhir

4) Tetapkan garis-garis besar atau outline modul

5) Kembangkan materi pada garis-garis besar

6) Periksa ulang draft yang telah dihasilkan

Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft

modul yang sekurang-kurangnya mencakup:

1) Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam

modul;

Page 28: Dasar Teori

35

2) Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah

menyelesaikan mempelajari modul;

3) Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai

peserta didik setelah mempelajari modul;

4) Materi pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik;

5) Prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh peserta

didik untuk mempelajari modul;

6) Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau

diselesaikan oleh peserta didik;

7) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan

peserta didik dalam menguasai modul;

8) Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian

c. Uji Coba

Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada

peserta terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul

dalam pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan secara umum.

Uji coba draft modul bertujuan untuk;

1) mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta dalam memahami

dan menggunakan modul;

2) mengetahui efisiensi waktu belajar dengan menggunakan modul; dan

3) mengetahui efektifitas modul dalam membantu peserta mempelajari

dan menguasai materi pembelajaran.

Page 29: Dasar Teori

36

Untuk melakukan uji coba draft modul dapat diikuti langkah-

langkah sebagai berikut.

1) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan

sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam uji coba.

2) Susun instrumen pendukung uji coba.

3) Distribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba kepada

peserta uji coba.

4) Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan

kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba.

5) Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba.

6) Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring

melalui instrumen uji coba.

Dari hasil uji coba diharapkan diperoleh masukan sebagai bahan

penyempurnaan draft modul yang diuji cobakan. Terdapat dua macam

uji coba yaitu uji coba dalam kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji

coba kelompok kecil adalah uji coba yang dilakukan hanya kepada 2 - 4

peserta didik, sedangkan uji coba lapangan adalah uji coba yang

dilakukan kepada peserta dengan jumlah 20 – 30 peserta didik.

d. Validasi

Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan

terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan

pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan

melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait

dalam modul. Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan

Page 30: Dasar Teori

37

atau pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul

tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi

modul meliputi: isi materi atau substansi modul; penggunaan bahasa;

serta penggunaan metode instruksional.

Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan

keahliannya masing-masing antara lain;

1) ahli substansi dari industri untuk isi atau materi modul;

2) ahli bahasa untuk penggunaan bahasa; atau

3) ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional guna

mendapatkan masukan yang komprehensif dan obyektif.

Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti langkah-

langkah sebagai berikut.

1) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai

dengan banyaknya validator yang terlibat.

2) Susun instrumen pendukung validasi.

3) Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta

validator.

4) Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan

yang harus dilakukan oleh validator.

5) Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi.

6) Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring

melalui instrumen validasi.

Dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan draft modul

yang mendapat masukkan dan persetujuan dari para validator, sesuai

Page 31: Dasar Teori

38

dengan bidangnya. Masukkan tersebut digunakan sebagai bahan

penyempurnaan modul.

e. Revisi

Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul

setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi.

Kegiatan revisi draft modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau

penyempurnaan akhir yang komprehensif terhadap modul, sehingga

modul siap diproduksi sesuai dengan masukkan yang diperoleh dari

kegiatan sebelumnya, maka perbaikan modul harus mencakup aspek-

aspek penting penyusunan modul di antaranya yaitu;

1) pengorganisasian materi pembelajaran;

2) penggunaan metode instruksional;

3) penggunaan bahasa; dan

4) pengorganisasian tata tulis dan perwajahan.

Mengacu pada prinsip peningkatan mutu berkesinambungan,

secara terus menerus modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki

8. Kualitas Modul

Secara umum kualitas modul ditentukan berdasarkan beberapa faktor

utama, yaitu : (1) format (2) konsep / materi (3) bahasa dan (4) ilustrasi.

a. Indikator format, modul berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Setiap sendi atau bagian dapat diidentifikasikan secara jelas.

2) Sistem penomeran jelas.

Page 32: Dasar Teori

39

3) Menimbulkan minat belajar.

4) Terdapat keseimbangan antara teks dan ilustrasi.

5) Menggunakan jenis dan ukuran (font) yang sesuai dengan

karakteristik pebelajar.

6) Secara visual, modul menarik untuk dibaca.

7) Tata letak (teks ilustrasi) sistematis.

b. Indikator konsep, modul berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Konsep / materi modul ditulis secara akurat.

2) Konsep dikelompokkan secara logis.

3) Setiap kelompok konsep fleksibel untuk dicapai.

4) Konsep relevansi dengan kurikulum.

5) Konsep terkait dengan materi yang terdahulu.

6) Konsep didukung sumber belajar yang memadai.

7) Konsep dapat menumbuhkan motivasi belajar pebelajar.

8) Konsep dapat melatih pebelajar dalam berfikir secara sistematis.

c. Indikator bahasa, modul berkualitas harus memiliki kriteria sebagai

berikut:

1) Menggunakan tata bahasa yang benar.

2) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan

mental pebelajar.

3) Menumbuhkan motivasi untuk membaca lebih lanjut.

4) Menggunakan struktur kalimat yang sederhana atau jelas.

5) Petunjuk-petunjuk ditulis secara jelas.

Page 33: Dasar Teori

40

d. Indikator ilustrasi, modul berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Ilustrasi mendukung pemahaman konsep.

2) Terkait langsung dengan konsep yang tertulis pada teks.

3) Secara visual ilustrasi menarik.

4) Jelas.

5) Mudah dipahami.

9. Struktur Penulisan Modul

Penstrukturan modul bertujuan untuk memudahkan pebelajar

mempelajari materi. Satu modul dibuat untuk mengajarkan suatu materi

yang spesifik supaya pebelajar mencapai kompetetensi tertentu. Menurut

Ditjen PMPTK Depdiknas (2008 : 21) Struktur penulisan modul dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu

a. Bagian Pembuka

1) Judul

Judul modul perlu menarik dan memberi gambaran tentang materi

yang dibahas.

2) Daftar isi

Daftar isi menyajikan topik-topik yang dibahas. Topik-topik

tersebut diurutkan berdasarkan urutan kemunculan dalam modul.

3) Peta Informasi

Modul perlu menyertakan peta Informasi. Pada daftar isi akan

terlihat topik apa saja yang dipelajari, tetapi tidak terlihat kaitan

Page 34: Dasar Teori

41

antar topik tersebut. Pada peta informasi akan diperlihatkan kaitan

antar topik-topik dalam modul. Peta informasi yang disajikan

dalam modul dapat saja menggunakan diagram isi bahan ajar yang

telah dipelajari sebelumnya.

4) Daftar Tujuan Kompetensi

Penulisan tujuan kompetensi membantu pembelajar untuk

mengetahui pengetahuan, sikap, atau keterampilan apa yang dapat

dikuasai setelah menyelesaikan pelajaran.

5) Tes Awal

Pebelajar perlu diberi tahu keterampilan atau pengetahuan awal apa

saja yang diperlukan untuk dapat menguasai materi dalam modul.

Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pre-tes. Pre-tes

bertujuan untuk memeriksa apakah pebelajar telah menguasai

materi prasyarat untuk mempelajari materi modul.

b. Bagian Inti

1) Pendahuluan/Tinjauan Umum Materi

Pendahuluan pada suatu modul berfungsi untuk; (1) memberikan

gambaran umum mengenai isi materi modul; (2) meyakinkan

pebelajar bahwa materi yang akan dipelajari dapat bermanfaat bagi

mereka; (3) meluruskan harapan pebelajar mengenai materi yang

akan dipelajari; (4) mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan

materi yang akan dipelajari; (5) memberikan petunjuk bagaimana

mempelajari materi yang akan disajikan. Dalam pendahuluan dapat

saja disajikan peta informasi mengenai materi yang akan dibahas dan

Page 35: Dasar Teori

42

daftar tujuan kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari

modul.

2) Hubungan dengan materi atau pelajaran yang lain

Materi pada modul sebaiknya lengkap, dalam arti semua materi yang

perlu dipelajari tersedia dalam modul. Namun demikian, bila tujuan

kompetensi menghendaki pebelajar mempelajari materi untuk

memperluas wawasan berdasarkan materi di luar modul maka

pembelajar perlu diberi arahan materi apa, dari mana, dan bagaimana

mengkasesnya.

3) Uraian Materi

Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang materi

pembelajaran yang disampaikan dalam modul.

4) Penugasan

Penugasan dalam modul perlu untuk menegaskan kompetensi apa

yang diharapkan setelah mempelajari modul.

5) Rangkuman

Rangkuman merupakan bagian dalam modul yang menelaah hal-hal

pokok dalam modul yang telah dibahas. Rangkuman diletakkan pada

bagan akhir modul.

c. Bagian penutup

1) Glossary atau daftar isitilah

Glossary berisikan definisi-definisi konsep yang dibahas dalam

modul. Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan untuk

mengingat kembali konsep yang telah dipelajari.

Page 36: Dasar Teori

43

2) Tes Akhir

Tes-akhir merupakan latihan yang dapat pembelajar kerjakan setelah

mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan umum untuk tes-

akhir ialah bahwa tes tersebut dapat dikerjakan oleh pembelajar

dalam waktu sekitar 20% dari waktu mempelajari modul. Jadi, jika

suatu modul dapat diselesaikan dalam tiga jam maka tes-akhir harus

dapat dikerjakan oleh pebelajar dalam waktu sekitar setengah jam.

3) Indeks

Indeks memuat istilah-istilah penting dalam modul serta halaman

dimana istilah tersebut ditemukan. Indeks perlu diberikan dalam

modul supaya pebelajar mudah menemukan topik yang ingin

dipelajari. Indeks perlu mengandung kata kunci yang kemungkinan

pebelajar akan mencarinya.

10. Kedudukan Modul Dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Menurut pendapat Morris yang dikemukakan dalam AECT

(1977:108), ada 4 pola dasar pembelajaran yaitu:

a. Pembelajaran Tradisional

Gambar 2.4. Pola Pembelajaran Tradisional

Pola ini merupakan pola tradisional dan pola paling sederhana

dalam pembelajaran dengan bentuk tatap muka anatar guru dengan

siswa. Guru bertindak sebagai sumber informasi / pesan dalam

Tujuan Penetapan isi

dan metode

Guru Siswa

Page 37: Dasar Teori

44

pembelajaran, sehingga guru dianggap sebagai komponen penting

dalam pembelajaran.

b. Pembelajaran tradisional dengan bantuan media

Gambar 2.5. Pola Pembelajaran Tradisional Berbantuan Media

Pola ini merupakan guru dengan media mempunyai peran yang

sama yaitu untuk membantu kegiatan pembelajaran. Namun Pola ini

masih memandang guru sebagai komponen utama dalam pembelajaran.

c. Pembelajaran guru dengan media

Gambar 2.6. Pola Pembelajaran Guru dengan Media

Pola pembelajaran ini mengandung pemanfaatan sistem

instruksional yang lengkap, meliputi pembelajaran bermedia dimana

guru terlibat dalam merancang dan menilai serta menyeleksi maupun

berperan dalam fungsi pemanfaatan untuk hal-hal yang belum tercakup

dalam sistem instruksional.

d. Pembelajaran Bermedia

Gambar 2.7. Pola Pembelajaran Bermedia

Tujuan Penetapan isi

dan metode

Guru dengan

Media Siswa

Tujuan Penetapan isi

dan metode

Media

Siswa

Guru

Tujuan Penetapan isi

dan metode

Media Siswa

Page 38: Dasar Teori

45

Pola pembelajaran ini meliputi penggunaan sistem

pembelajaran yang lengkap dengan menempatkan media sebagai peran

utama dalam proses pembelajaran dimana guru tidak terlibat langsung.

Namun media tidak dapat menggantikan guru dalam hal mengajarkan

nilai-nilai kemanusian karena media tetaplah benda mati.

Berdasarkan pola pembelajaran di atas, peneliti telah

menetapkan menggunakan menganut pola pembelajaran yang ke tiga,

yaitu pola pembelajaran guru dengan media. Karena dengan pola ini

pembelajaran lebih fleksibel. Ada guru selain menyampaikan materi

tetapi dalam proses pembelajaran berperan juga sebagai fasilitator dan

membangun motivasi siswa dalam menggunakan media modul

transmisi otomatis mobil dalam pembelajaran.

D. TRANSMISI OTOMATIS

1. Jenis Dan Tipe Transmisi Otomatis

Pada kendaraan bertransmisi otomatis tidak dijumpai pedal

kopling, perpindahan ke gigi yang lebih tinggi atau yang lebih rendah

dilakukan secara otomatis, sesuai dengan besarnya penekanan pada pedal

akselerator dan kecepatan kendaraan. Berdasarkan posisi penggeraknya,

Transmisi otomatis dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

Page 39: Dasar Teori

46

a. Transmisi Otomatis Penggerak Roda Belakang

Gambar 2.8. Transmisi otomatis penggerak roda belakang

b. Transmisi Otomatis Penggerak Roda Depan

Gambar 2.9. Transmisi otomatis penggerak roda depan

Kedua transmisi ini terlihat berbeda tetapi cara kerjanya sama,

keduanya mempunyai disain rangkaian roda gigi planet (planetary gear

train) yang digunakan dalam semua transmisi otomatis.

Berdasarkan pemindah dayanya transmisi dibagi atas :

a. Planetary Gear Transmission

Pada Tipe ini perbandingan roda gigi dilakukan oleh sebuah

roda gigi planet yang dikontrol secara hidrolik melalui sebuah Band

(Pita) yang menjepit poros yang terhubung dengan salah satu roda gigi.

Page 40: Dasar Teori

47

Gambar 2.10. Mekanisme Planetary Gear dan bentuk transmisinya

b. Continously Variable Transmission

CVT (Continue Variable Transmision) adalah suatu sistem

penyalur tenaga secara otomatis dengan bantuan gaya sentrifugal(gaya

dorong yang disebabkan oleh putaran).

Gambar 2.11 Mekanisme CVT

CVT ini bekerja melalui 2 buah puley (piringan pemutar v-belt).

Semakin kecil diameter puley akan membentuk jarak semakin lebar dan

sebaliknya, semakin besar diameter puley akan membentuk jarak yang

sempit.Yang dimaksud jarak yaitu jarak yang terdapat pada sela-sela

puley.

Berdasarkan bentuk penyalur tenaganya dibagi atas 3 tipe, yaitu :

Page 41: Dasar Teori

48

1) Tipe Sabuk (Belt CVT)

Pada tipe ini yang berfungsi sebagai pemindah daya pada puli

penggerak adalah sebuah sabuk Tipe ini digunakan pada hampir

seluruh mobil matik terutama pada honda dan toyota serta sepeda

motor.

Gambar 2.12. CVT model Belt

2) Tipe Rantai (Chain CVT)

Pada tipe ini pemindahan daya dari engine dilakukan melalui

sebuah rantai lebar tipe ini dipakai pada Audi.

Gambar 2.13. CVT model Chain

3) Tipe Toroidal (Toroidal CVT)

Menggunakan sebuah roller untuk memindahkan momen

diantara plat input (yang terhubung ke crankshaft) dan plat output (

yang terhubung ke poros penggerak) Sudut perubahan roller

berhubungan langsung pada poros menghasilkan perubahan

perbandingan roda gigi.

Page 42: Dasar Teori

49

Gambar 2.14. CVT model Toroidal

2. Komponen – Komponen Transmisi Otomatis

Sebuah transmisi otomatis terdiri dari 3 bagian utama yang masing-

masing mempunyai fungsi khusus tersendiri.

Gambar 2.15.Bagian-bagian utama pada transmisi otomatis.

a. Torsi Konverter (Torque Converter)

Torsi konverter berfungsi sebagai pengubah tenaga putar yang

dihasilkan oleh mesin yang selanjutnya disalurkan ke unit roda gigi

planet (planetary gear unit).

Page 43: Dasar Teori

50

Gambar 2.16. Torsi konverter.

b. Unit Roda Gigi Planet (Planetary Gear Unit)

Unit roda gigi planet berfungsi sebagai penerima input dari

torsi konverter dan pengubah kecepatan serta tenaga putar sesuai

dengan kondisi pengendaraan. Berbagai perbandingan roda gigi dalam

arah maju (forward) dan satu arah mundur (reverse) dibuat oleh unit

roda gigi planet. Disain unit roda gigi planet meliputi 2 susunan roda

gigi planet (planetary gear set) berupa roda gigi matahari (sun gear),

roda gigi pinion (pinion gear) yang dihubungkan oleh planetary carrier

dan sebuah roda gigi cincin

(ring gear). Bagian-bagian roda gigi planet ditahan dengan alat penahan

(holding device) agar tidak bergerak, alat-alat penahan ini dapat berupa

kopling multiplat (multiplate clutches) atau rem-rem (brakes), pita rem

(brake band) dan kopling-kopling satu arah (one way clutches).

Planetary gear unit terdiri dari beberapa planetary gear set dan

beberapa clutches serta brakes, sebuah planetary gear set terdiri dari

sebuah roda gigi matahari (sun gear), roda gigi pinion (pinion gear)

yang dihubungkan oleh planetary carrier dan sebuah roda gigi cincin

(ring gear).

Page 44: Dasar Teori

51

Roda gigi matahari terletak di pusat, sementara roda gigi pinion

berputar di sekelilingnya, dan sebuah roda gigi cincin di sekitar roda

gigi pinion. Susunan roda gigi ini disebut roda gigi “planetary” karena

roda gigi pinion nampak seperti planet-planet yang berputar di

sekeliling matahari.

Gambar 2.17. Susunan roda gigi planet dan Layout susunan roda gigi planet.

c. Alat-Alat Penahan (Holding Devices) Susunan Roda Gigi Planet

Alat-alat penahan (Holding Devices) yang digunakan dalam

susunan roda gigi planet ada tiga jenis, yaitu meliputi; kopling-kopling

multiplat (multiplate clutches), pita rem (brake band), dan kopling satu

arah (one way clutches).

1) Kopling multiplat, menahan komponen planetary gear agar ikut

berputar.

2) Rem menahan komponen planetary gear unit agar tidak ikut

berputar.

a) Rem Pita(brake band)

b) Rem-rem multiplat (multiplate brakes)

3) Roller atau Sprag One Way Clucthes, menahan komponen planetary

gear dalam satu arah putaran.

Page 45: Dasar Teori

52

Kopling multiplat dan rem multiplat adalah yang paling biasa

dipakai dari 3 jenis alat-alat penahan, karena mempunyai banyak

kegunaan dan fungsi. Pita rem (brake band) membutuhkan ruang yang

sedikit dalam rumah transmisi (transmission case) dan mempunyai luas

permukaan yang lebar agar gaya penahan (holding force) besar/kuat.

Kopling satu arah mempunyai ukuran yang kecil dan mudah untuk

dilepas atau dipasang.

Kopling multiplat dan rem multiplat adalah yang paling biasa

dipakai dari 3 jenis alat-alat penahan, karena mempunyai banyak

kegunaan dan fungsi. Pita rem (brake band) membutuhkan ruang yang

sedikit dalam rumah transmisi (transmission case) dan mempunyai luas

permukaan yang lebar agar gaya penahan (holding force) besar/kuat.

Kopling satu arah mempunyai ukuran yang kecil dan mudah untuk

dilepas atau dipasang.

d. Sistem Kontrol Hidrolik (Hydraulic Control System)

Operasi dari unit roda gigi planet dikontrol oleh sistem kontrol

hidrolik. Tekanan hidrolik dan titiktitik perpindahan gigi (shift) juga

diatur oleh sistem hidrolik berdasarkan kecepatan kendaraan dan posisi

throttle. Kopling-kopling dan rem-rem diatur oleh fluida yang mengalir

karena tekanan dari pompa oli (oil pump) melalui valve body sehingga

perbandingan putaran dari susunan roda gigi planet dapat dikontrol.

Page 46: Dasar Teori

53

Gambar 2.18. Sistem Control hidrolik.