dasar hukum ham menurut uud, uu, ketetapan mpr, dan hukum internasional

26
SMAN 12 BANDUNG Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Nama : Fikri Kelas : X MIA 2 DASAR HUKUM HAK ASASI

Upload: fikri-fauzian

Post on 26-Dec-2015

996 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

SMAN 12 BANDUNG

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Nama : Fikri Fauzian

Kelas : X MIA 2

DASAR HUKUM HAK ASASI MANUSIA

Page 2: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

DASAR HUKUM HAM1. Instrumen HAM di Indonesia

a. Pembukaan dan batang tubuh UUD 19451) Pembukaan UUD 1945

Hak asasi manusia tercantum dalam pembukaan UUD 1945 :

a) Alinea I : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah haak segala bangsa dan

oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak

sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

b) Alinea IV : “… Pemerintah Negara Republik Indonesia yang melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian

abadi dan keadilan sosial……”

2) Batang Tubuh UUD 1945

Secara garis besar hak-hak asasi manusia tercantum dalam pasal 27 sampai 34

dapat dikelompokkan menjadi :

a) Hak dalam bidang politik (pasal 27 (1) dan 28),

b) Hak dalam bidang ekonomi (pasal 27 (2), 33, 34),

c) Hak dalam bidang sosial budaya (pasal 29, 31, 32),

d) Hak dalam bidang hankam (pasal 27 (3) dan 30).

Berdasarkan amandemen UUD 1945, hak asasi manusia tercantum dalam Bab X

A Pasal 28 A sampai dengan 28 J, sebagaimana tercantum berikut ini :

HAK ASASI MANUSIA

Pasal 28 A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan

kehidupannya. **)

Pasal 28 B

2

Page 3: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui

perkawinan yang sah.**)

2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta

berhak atas perlindungan dan kekerasan dan diskriminasi. **)

Pasal 28 C

1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu

pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas

hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. **)

2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan

haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.**)

Pasal 28 D

1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.

2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan

yang adil dan layak dalam hubungan kerja “)

3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahan.

4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. **)

Pasal 28 E

1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,

memilih pendidikan dan pengajaran. memilih pekerjaan, memilih

kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan

meninggakannya, serta berhak kembali.**)

2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan

pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. **)

3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan

pendapat.**)

Pasal 28 F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk

3

Page 4: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,

memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi

dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.**)

Pasal 28 G

1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa

aman dan perlindungan dan ancaman kelakutan untuk berbuat sesuatu yang

merupakan hak asasi. **)

2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan alau perlakuan yang

rnerendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suara politik

dari negara lain. **)

Pasal 28 H

1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan

mendapalkan lingkungan hid up yang baik dan sehal serfa berhak memperoleh

pefayanan kesehatan **)

2) Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk

memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan

keadilan.**)

3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan

dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat. **)

4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut

tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.**)

Pasal 28 I

1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati

nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai

pribadi di hadapan hukum dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang

berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam

keadaan apapun. **)

2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas

dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang

4

Page 5: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

bersifat diskriminatif **)

3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan

perkembangan zaman dan peradaban.**)

4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia

adalah tanggung jawab negara, Terutama pemerintah.**)

5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip

negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,

diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. **)

Pasal 28 J

1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.**)

2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada

pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-

mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan

orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan partimbangan

moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu

masyarakat demokratis. **)

b. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak AsasiManusia

Instrumen ini ditetapkan pada tanggal 13 November 1998. Dalam ketetapan MPR

tersebut disebutkan antara lain :

1) Menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur

pemerintah untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan

pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat.

2) Menugaskan kepada Presiden dan DPR untuk meratifikasi (mengesahkan)

berbagai instrumen hak asasi manusia internasional selama tidak bertentangan

dengan Pancasila dan DUD 1945

3) Membina kesadaran dan tanggung jawab masyarakat sebagai warga negara

untuk menghormati, menegakkan hak dan menyebarluaskan hak asasi manusia

melalui gerakan kemasyarakatan.

5

Page 6: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

4) Melaksanakan penyuluhan, pengkajian, pemantauan dan penelitian serta

menyediakan media tentang hak asasi manusia yang ditetapkan dengan undang-

undang

5) Menyusun naskah hak asasi manusia dengan sistematis dengan susunan:

a. Pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap hak asasi manusia dan,

b. Piagam hak asasi manusia

6) Isi beserta uraian naskah hak asasi manusia sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari ketetapan ini.

7) Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, yaitu langgal 13

November 1998

c. Piagam hak asasi manusia di Indonesia dalam

Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998

1) Pembukaan

Bahwa manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang berperan sebagai

pengelola dan pemelihara alam secara seimbang dan serasi dalam ketaatan

kepada-Nya. Manusia dianugerahi hak asasi dan memiliki tanggung jawab serta

kewajiban untuk menjamin keberadaan, harkat, dan martabat kemuliaan

kemanusiaan, serta menjaga keharmonisan dalam kehidupan.

Bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia

secara kodrati, universal dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa,

meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak

keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak

kesejahteraan oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh

siapapun. Selanjulnya manusia juga mempunyai hak dan tanggung jawab yang

timbul sebagai akibat perkembangan kehidupannya dalam masyarakat.

Bahwa didorong oleh jiwa dan semangat proklamasi kemerdekan Republik

Indonesia, bangsa Indonesia mempunyai pandangan mengenai hak asasi dan

kewajiban manusia, yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal,

6

Page 7: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

dan nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pada Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945.

Bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948, telah mengeluarkan Deklarasi

Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration Of Human Right). Oleh

karena itu, bangsa Indonesia sebagai anggota PBB mempunyai tanggungjawab

untuk menghormati ketentuan yang tercantum dalam deklarasi tersebut.

Bahwa perumusan hak asasi manusia pada dasarnya dilandasi oleh pemahaman

suatu bangsa terhadap citra, harkat dan martabat diri manusia itu sendiri.

Bangsa Indonesia memandang bahwa manusia hidup tidak terlepas dari

Tuhannya, sesama manusia dan lingkungannya.

Bahwa bangsa Indonesia pada hakikatnya menyadari, mengakui dan menjamin

serta menghormati hak asasi manusia orang lain juga sebagai kewajiban. Oleh

karena itu, hak asasi manusia dan kewajiban asasi manusia terpadu dan melekat

pada diri manusia sebagai pnbadi, anggota keluarga, anggota masyarakat,

anggota suatu bangsa dan warga negara, serta anggota masyarakat bangsa-

bangsa.

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, demi terwujudnya masyarakat

Indonesia yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, maka bangsa Indonesia

menyatakan piagam hak asasi manusia.

2) Piagam Hak Asasi Manusia

Piagam Hak Asasi Manusia Indonesia terdiri dari 10 bab, yaitu :

Bab I : Hak untuk hidup (pasal 1)

Bab II : Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (pasal 2)

Bab III : Hak mengembangkan diri (pasal 3-6)

Bab IV : Hakkeadilan(7-12)

Bab V : Hak kemerdekaan (pasal 13 – 19)

bab VI : Hak atas kebebasan informasi (pasal 20 – 21)

bab VII : Hak keamanan (pasal22-26)

bab VIII : Hak kesejahteraan (pasal 27 – 33)

7

Page 8: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

bab IX : Kewajiban (pasal 34 – 36)

bab X : Perlindungan dan kemajuan (pasal 37 – 44)

d. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia Undang-Undang ini disahkan

pada tanggal 23 September 1999.

Isi pokok HAM menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, terdiri atas 11

bab dan penjelasan, yaitu :

Bab I : Pendahuluan (pasal 1).

Bab II : Asas-asas dasar (pasal 2 – 6)

Bab III : Hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia (pasal 9 -66)

Bab IV : Kewajiban dasar manusia (pasal 67 – 70)

Bab V : Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah (pasal 71 – 72)

Bab VI : Pembatasan dan larangan (pasal 73 – 74)

Bab VII : Komisi nasional hak asasi manusia (pasal 75 – 99)

Bab VIII : Partisipasi masyarakat (pasal 100 – 103)

Bab IX : Peradilan hak asasi manusia (pasal 104)

Bab X : Ketentuan peralihan (pasal 105)

Bab XI : Ketentuan penutup (pasal 106)

8

Page 9: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

2. Instrumen Hukum HAM Internasional

Dalam Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), komitmen untuk memenuhi,

melindungi HAM serta menghormati kebebasan pokok manusia secara universal

ditegaskan secara berulang-ulang, diantaranya dalam Pasal 1 (3):

”Untuk memajukan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-masalah

internasional dibidang ekonomi, sosial, budaya dan kemanusiaan, dan menggalakan

serta meningkatkan penghormatan bagi hak asasi manusia dan kebebasan fundamental

bagi semua orang tanpa pembedaan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama …”

Komitmen ini kemudian ditindaklanjuti oleh PBB melalui pembentukan instrumen-

instrumen hukum yang mengatur tentang HAM sebagai berikut:

a. Instrumen Hukum yang Mengikat

- Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human

Rights)

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) merupakan langkah besar yang

diambil oleh masyarakat internasional pada tahun 1948. Norma-norma yang terdapat

dalam DUHAM merupakan norma internasional yang disepakati dan diterima oleh

negara-negara di dunia melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa. DUHAM merupakan

kerangka tujuan HAM yang dirancang dalam bentuk umum dan merupakan sumber

utama pembentukan dua instrumen HAM, yaitu: Kovenan Internasional tentang Hak

Sipil dan Politik serta Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

Hak-hak yang terdapat dalam DUHAM merupakan realisasi dari hak-hak dasar yang

terdapat dalam Piagam PBB, misalnya (yang terkait dengan penegakan hukum) Pasal 3,

5, 9, 10 dan 11. Pasal-pasal tersebut secara berturut-turut menetapkan hak untuk

hidup; hak atas kebebasan dan keamanan diri; pelarangan penyiksaan-perlakuan-

penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat manusia;

pelarangan penangkapan sewenang-wenang; hak atas keadilan; hak atas praduga tak

bersalah sampai terbukti bersalah; serta pelarangan hukuman berlaku surut. Secara

keseluruhan, DUHAM merupakan pedoman bagi penegak hukum dalam melakukan

pekerjaannya.

9

Page 10: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

- Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (International Covenant

on Civil and Political Rights)

Hak-hak dalam DUHAM diatur secara lebih jelas dan rinci dalam Kovenan Internasional

tentang Hak Sipil dan Politik, yang mulai berlaku secara internasional sejak Maret

1976. Konvenan ini mengatur mengenai:

- Hak hidup;

- Hak untuk tidak disiksa, diperlakukan atau dihukum secara kejam, tidak manusiawi

atau direndahkan martabat;

- Hak atas kemerdekaan dan keamanan pribadi;

- Hak untuk tidak dipenjara semata-mata atas dasar ketidakmampuan memenuhi

kewajiban kontraktual;

- Hak atas persamaan kedudukan di depan pengadilan dan badan peradilan; dan

- Hak untuk tidak dihukum dengan hukuman yang berlaku surut dalam penerapan

hukum pidana.

Kovenan ini telah disahkan oleh lebih dari 100 negara di dunia. Indonesia turut

mengaksesinya1[1] atau pengesahannya melalui Undang-Undang No. 12 tahun 2005,

sehingga mengikat pemerintah beserta aparatnya. Pelaksanaan Kovenan ini diawasi

oleh Komite Hak Asasi Manusia.

- Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

(International Covenant on Economic, Social dan Cultural Rights)

Kovenan ini mulai berlaku pada Januari 1976. Indonesia melalui UU No. 11 tahun 2005

mengesahkannya. Alasan perlunya mempertimbangkan hak-hak dalam Kovenan ini

adalah2[2]:

- Hukum berlaku tidak pada keadaan vakum. Aparat penegak hukum dalam

melaksanakan tugasnya tidak lepas dari masalah ekonomi, sosial, dan budaya

masyarakat.

1

2

10

Page 11: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

- Asumsi bahwa hak ekonomi dan hak sosial tidak penting diterapkan dalam pekerjaan

sehari-hari adalah tidak benar, karena dalam hak ekonomi terdapat prinsip non-

diskriminasi dan perlindungan terhadap penghilangan paksa.

- Hak-hak yang dilindungi oleh dua Kovenan diakui secara universal sebagai sesuatu

yang saling terkait satu sama lain.

Seperti halnya Kovenan tentang Hak Sipil dan Politik, Kovenan ini dalam

pelaksanaannya juga diawasi oleh suatu Komite (Komite tentang Hak Ekonomi, Sosial

dan Budaya).

- Konvensi Genosida (Convention on the Prevention and Punishment of the Crime

of Genocide)

Kovensi ini mulai berlaku pada Januari 1951. Indonesia melalui UU No. 26 tahun 2000

tentang Pengadilan HAM menetapkan genosida sebagai salah satu pelanggaran HAM

berat. Konvensi ini menetapkan Genosida sebagai kejahatan internasional dan

menetapkan perlunya kerjasama internasional untuk mencegah dan menghapuskan

kejahatan genosida. 

· Konvensi Menentang Penyiksaan (Convention against Torture and Other Cruel,

Inhuman or Degrading Treatment or Punishment)

Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam,

Tidak Manusia dan Merendahkan Martabat Manusia (Kovensi Menentang Penyiksaan)

mulai berlaku sejak Januari 1987. Indonesia mesahkan Konvensi ini melalui UU No. 5

tahun 1998. Kovensi ini mengatur lebih lanjut mengenai apa yang terdapat dalam

Kovenan tentang Hak Sipil dan Politik. Konvensi ini mewajibkan negara untuk

mengambil langkah-langkah legislatif, administrasi, hukum, atau langkah-langkah

efektif lainnya guna: 1) mencegah tindak penyiksaan, pengusiran, pengembalian

(refouler), atau pengekstradisian seseorang ke negara lain apabila terdapat alasan yang

cukup kuat untuk menduga bahwa orang tersebut akan berada dalam keadaan bahaya

(karena menjadi sasaran penyiksaan), 2) menjamin agar setiap orang yang menyatakan

bahwa dirinya telah disiksa dalam suatu wilayah kewenangan hukum mempunyai hak

untuk mengadu, memastikan agar kasusnya diperiksa dengan segera oleh pihak-pihak

11

Page 12: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

yang berwenang secara tidak memihak, 3) menjamin bahwa orang yang mengadu dan

saksi-saksinya dilindungi dari segala perlakuan buruk atau intimidasi sebagai akibat

dari pengaduan atau kesaksian yang mereka berikan, 4) menjamin korban memperoleh

ganti rugi serta (hak untuk mendapatkan) kompensasi yang adil dan layak. Konvensi ini

dalam pelaksanaannya diawasi oleh Komite Menentang Penyiksaan (CAT), yang

dibentuk berdasarkan aturan yang terdapat didalamnya.

- Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminsasi Rasial (International

Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination)

Konvensi ini mulai berlaku sejak Januari 1969 dan disah oleh Indonesia melalui UU No.

29 tahun 1999. Terdapat larangan terhadap segala bentuk diskriminasi rasial dalam

bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Selain itu, Konvensi ini juga menjamin hak

setiap orang untuk diperlakukan sama di depan hukum tanpa membedakan ras, warna

kulit, asal usul dan suku bangsa. Konvensi ini juga membentuk Komite Penghapusan

Diskriminasi Rasial, yang mengawasi pelaksanaannya.

- Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan

(Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women)

Kovensi ini mulai berlaku sejak September 1981 dan dirafikasi oleh Indonesia melalui

UU No. 7 tahun 1984. Sejak pemberlakuannya, konvensi ini telah menjadi instrumen

internasional yang menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan dalam bidang

politik, ekonomi, sosial budaya, dan sipil. Konvensi ini mensyaratkan agar negara

melakukan segala cara yang tepat dan tanpa ditunda-tunda untuk menjalankan suatu

kebijakan yang menghapus diskriminasi terhadap perempuan serta memberikan

kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan HAM dan kebebasan dasar

berdasarkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Dalam pelaksanaannya,

Konvensi ini juga mengatur mengenai pembentukan Komite Penghapusan Diskriminasi

terhadap Perempuan (CEDAW).

- Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child)

12

Page 13: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

Konvensi Hak Anak mulai berlaku sejak September 1990 dan disahkan oleh Indonesia

melalui Keppres No. 36 tahun 1990. Dalam Konvensi ini negara harus menghormati dan

menjamin hak bagi setiap anak tanpa diskriminasi ras, warna kulit, jenis kelamin,

bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat lainnya, kewarganegaraan, asal usul

kebangsaan atau sosial, kekayaan, kecacatan, kelahiran atau status lain. Negara juga

harus mengambil langkah-langkah yang layak untuk memastikan bahwa anak

dilindungi dari segala bentuk diskriminasi atau hukuman yang didasarkan pada status,

kegiatan, pendapat yang disampaikan, atau kepercayaan orang tua anak, walinya yang

sah, atau anggota keluarganya. Konvensi ini juga membentuk Komite Hak Anak (CRC)

untuk mengawasi pelaksanaan isi Konvensi.

- Konvensi Mengenai Status Pengungsi (Convention relating to the Status of

Refugees)

Konvesi ini mulai berlaku sejak April 1954. Indonesia belum mesahkan Konvensi ini

walaupun menghadapi banyak masalah pengungsi. Pengungsi dibedakan dengan istilah

“internaly displaced person” atau pengungsi yang berpindah daerah dalam satu negara.

Pengungsi dalam konvensi ini didefinisikan sebagai mereka yang meninggalkan

negaranya karena takut disiksa atas alasan ras, agama, kebangsaan, opini politik atau

keanggotaan pada kelompok tertentu, tidak bisa atau tidak mau pulang karena

ketakutan. Kovensi Pengungsi menentukan empat prinsip HAM dalam menangani

pengungsi, yaitu: persamaan hak, tidak adanya pengasingan terhadap hak-hak mereka,

universalitas dari hak-hak mereka, serta hak untuk mencari dan mendapatkan suaka

dari penghukuman. 

b. Instrumen Hukum yang Tidak Mengikat

- Pedoman Berperilaku bagi Penegak Hukum (Code of Conduct for Law

Enforcement Officials)

Majelis Umum PBB pada tahun 1979 mengeluarkan resolusi 34/169 tentang Pedoman

Pelaksanaan Bagi Penegak Hukum. Pedoman ini memberikan arahan bagi penegak

hukum dalam menjalankan tugasnya. 

13

Page 14: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

Terdapat delapan pasal yang mengatur mengenai tanggung jawab penegak hukum

yaitu, perlindungan HAM, penggunaan kekerasan, penanganan terhadap informasi

rahasia, pelarangan penyiksaan-perlakuan-penghukuman lain yang kejam, tidak

manusiawi dan merendahkan martabat manusia, perlindungan kesehatan tahanan,

pemberantasan korupsi, serta penghargaan terhadap hukum dan undang-undang.

- Prinsip-Prinsip Dasar Mengenai Penggunaan Kekerasan dan Senjata Api

(Basic Principles on the Use of Force and Firearms by Law Enforcement Officials)

Prinsip-prinsip ini diadopsi oleh PBB pada tahun 1990, menekankan bahwa

penggunaan kekerasan dan senjata api hanya dapat dilakukan jika diperlukan serta

sesuai dengan tugas pokok maupun fungsi yang diatur oleh peraturan perundangan. 

- Deklarasi Mengenai Penghilangan Paksa (Declaration on the Protection of All

Persons from Enforced Disappearance)

Deklarasi ini diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada Desember 1992. Di dalamnya

terdapat 21 (dua puluh satu) pasal yang mengatur mengenai pencegahan tindakan

penahanan tanpa tujuan yang jelas atau sebagai tindakan kejahatan terhadap

kemanusiaan. Deklarasi ini mensyaratkan adanya langkah-langkah legislatif,

administrasi, hukum, maupun langkah-langkah efektif lainnya untuk mencegah dan

menghapuskan tindakan penghilangan paksa. 

 

- Deklarasi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan (Declaration on

the Elimination of Violence against Women)

Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1967 telah mengadopsi Deklarasi mengenai

Penghapusan Diskriminasi terhadap wanita. Deklarasi tersebut memuat hak dan

kewajiban wanita berdasarkan persamaan hak dengan pria, serta menyatakan agar

diambil langkah-langkah seperlunya untuk menjamin pelaksanaannya. Deklarasi ini

menjadi dasar dalam penyusunan rancangan Konvensi tentang Penghapusan Segala

Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita.

14

Page 15: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

- Deklarasi Mengenai Pembela HAM (Declaration on Human Rights Defender)

Deklarasi ini diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1998. Deklarasi Pembela

HAM memberikan perlindungan bagi para pembela HAM dalam melakukan kegiatan

mereka. Deklarasi ini tidak membentuk hak-hak baru tetapi lebih pada memberikan

panduan bagi para pembela HAM terkait dengan pekerjaan mereka. Digarisbawahi

tugas-tugas negara dalam pemenuhan HAM, serta tanggung jawab yang harus dilakukan

oleh para pembela HAM, disamping juga menjelaskan hubungan antara HAM dan

hukum nasional suatu negara. Ditegaskan agar para pembela HAM melakukan

aktivitasnya dengan cara-cara damai.

- Prinsip-prinsip tentang Hukuman Mati yang Tidak Sah, Sewenang-sewenang

dan Sumir (Principles on the Effective Prevention and Investigation of Extra-legal,

Arbitrary and Summary Executions )

Prinsip-prinsip tentang Pencegahan dan Penyelidikan Efektif terhadap Hukuman Mati

yang Tidak Sah, Sewenang-sewenang dan Sumir merupakan prinsip-prinsip yang

direkomendasikan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial PBB pada bulan Mei 2003. Prinsip-

prinsip ini memberikan panduan bagi penegak hukum dalam mengadili para pelaku

tindak pidana. Prinsip-prinsip ini menekankan pentingnya pengawasan (termasuk

kejelasan dalam rantai komando) terhadap lembaga-lembaga penegak hukum. Prinsip-

prinsip ini juga mejelaskan secara rinci mengenai jaminan terhadap pemenuhan hak

untuk hidup.

4. Pengawasan terhadap Pemenuhan HAM

Pengawasan HAM dibagi dua, yaitu pengawasan di tingkat nasional dan tingkat

internasional. Di tingkat nasional, pengawasan dilakukan antara lain oleh:

· Lembaga pemerintah termasuk Polisi;

· Komisi Nasional HAM, Komnas Perempuan dan Komnas Anak;

· Lembaga Swadaya Masyarakat;

· Pengadilan;

· Dewan Perwakilan Rakyat;

15

Page 16: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

· Media Masa;

· Organisasi Profesi seperti IDI dan Peradi;

· Organisasi Keagamaan;

· Pusat Kajian di Universitas.

 

Adapun pengawasan di tingkat internasional atau PBB didasarkan pada perjanjian

internasional mengenai HAM:

Perjanjian Hak Asasi Manusia (Instrumen) Badan Pengawas

Pelaksanaan Perjanjian

Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi,

Sosial dan Budaya (International Covenant on

Economic, Social dan Cultural Rights)

Komite Hak Ekonomi, Sosial

dan Budaya (Committee on

Economic Social and Cultural

Rights)

Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan

Politik (International Covenant on Civil and

Political Rights)

Komite Hak Asasi Manusia

(Human Rights Committee)

Konvensi Internasional tentang Penghapusan

Bentuk Diskriminasi Ras

Komite Penghapusan

Diskriminasi Ras (Committee

on Elimination Racial

Discrimination)

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention

on the Elimination of All Forms of Discrimination

against Women)

Komite Penghapusan

Diskriminasi terhadap

Perempuan (Committee on

Eliminations Discrimination

Against Women)

Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan

atau Penghukuman Lain yang Kenjam, Tidak

Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia

(Convention against Torture and Other Cruel,

Inhuman or Degrading Treatment or Punishment)

Komite Menentang

Penyiksaan (Committee on

Against Torture)

16

Page 17: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

Konvensi Hak Anak ( Convention on the Rights of

the Child)

Komite Hak Anak (Committee

on Rights of the Child)

Setiap perjanjian internasional HAM mempunyai sistem pengawasan yang

berbeda-beda. Walaupun sistem pengawasan dari setiap konvensi mengenai HAM

berbeda-beda tetapi satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Pengawasan ini

berfungsi untuk mengiventarisasi secara periodik dan sistematik terhadap kemajuan

yang telah dicapai oleh negara-negara terkait dengan pelaksanaan kewajiban yang

terdapat di dalam konvensi. Pengawasan ditujukan agar terjadi dialog antara komite

HAM terkait dengan negara-negara peserta yang bertujuan untuk membantu

transformasi konvensi HAM internasional kedalam perundang-undangan nasional serta

membantu pelaksanaan kewajiban yang harus dilakukan oleh negara. Dialog ini

dilakukan secara terbuka antara Komite dan wakil dari negara.

17

Page 18: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

3. Dasar Hukum HAM Perlindungan Anak

Anak sangat perlu dilindungi dari berbagai bentuk kejahatan yang dapat

mempengaruhi perkembangan fisik, mental, serta rohaninya. Oleh karena itu,

diperlukan adanya peraturan yang  dapat melindungi anak dari berbagai bentuk

kejahatan.

1.    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan  Anak

Pasal 1 ayat (2) bahwa Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah kepada anak yang dalam

situasi darurat adalah perlindungan khusus sebagaimana yang diatur dalam

Pasal 59 Undang-Undang Perlindungan Anak sebagai berikut:

Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab

untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat,

anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan

terisolasi , anak yang tereksploitasi secara ekonomi dan/ atau seksual, anak yang

diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol,

psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza) anak korban penculikan, penjualan

dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/ atau mental,anak yang

menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.

2.    Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM)

Menurut Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(HAM). Perlindungan  yang diberikan kepada anak terdapat pada Pasal 65

sebagai berikut :Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari

kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta

18

Page 19: Dasar Hukum Ham menurut UUD, UU, Ketetapan MPR, dan Hukum Internasional

dari berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif

lainnya.

19