dasar-dasar luka bakar.plkb

48

Upload: shelviaagita

Post on 11-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dasar dasar luka bakar

TRANSCRIPT

  • DAFTAR ISI

    Pendahuluan 1

    Dasar-dasar luka bakar 3

    Perhitungan luas luka bakar 5

    Klasifikasi luka bakar 6

    Perubahan patologik pada kulit 12

    Syok luka bakar 13

    Gangguan sirkulasi dan hematologi 16

    Gangguan hormonal dan metabolisme 19

    Gangguan immunologi 24

    Kornplikasi-komplikasi 24

    Gangguan elektrolit dan cairan 25

    Pengaruh terhadap ginjal 26

    Infeksi 28

    Ulkus curling 30

    Pengaruh terhadap paru-paru 30

    Hipertensi pada anak 33

    Sepsis luka bakar 33

    Dasar-dasar pengobatan luka pada luka bakar 36

    Prinsip-prinsip umum 36

    Perawatan luka 37

    Eksisi eskar dan penutupan luka 38

    Lampiran perubahan yang terjadi pada luka bakar 41

    Daftar pustaka 43

    Lembar pertanyaan 45

    Petunjuk bagi peserta PKB Uji Diri 52

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    Dasar-Dasar

    Dalam Luka Bakar

    Pendahuluan

    Manusia telah mengenal api sejak zaman purbakala. Kebakaran hutan karena pancaran

    panas matahari, gesekan dahan-dahan kering ataupun sambaran kilat telah dikenal orang

    jauh sebelum manusia menggunakan api untuk keperluan hidupnya. setelah api

    dimanfaatkan manusia dalam kehidupan sehari-hari maka kecelakaan luka bakar dapat

    terjadi sewaktu-waktu.

    Berat ringannya suatu luka bakar (LB) tergantung pada keadaan jaringan yang

    terbakar serta intensitas trauma panas. Kulit yang tebal, berpigmen banyak dan banyak

    mempunyai kelenjar keringat dan kelenjar sebasea akan lebih tahan terhadap trauma panas

    dibanding dengan kulit yang tipis dan kering. Jaringan dibawahnya akan menerima

    rambatan panas yang serupa. Kandungan air dalam jaringan dan kaya tidaknya jaringan

    akan aliran darah merupakan faktor penting.

    Panas yang bersuhu dibawah 45C biasanya akan mengakibatkan kerusakan ringan

    sekalipun lama kontak panasnya sampai 20 menit. suhu diatas 600C yang mengenai kulit

    selama satu menit akan menimbulkan LB derajat III (LB III)3 sedangkan suhu 850C selama

    10 detik akan menimbulkan LB III.22

    Perubahan dalam tubuh yang timbul akibat LB yang diperoleh dan penelitian-

    penelitian dan pengalaman penanganan LB membawa kita pada pengobatan LB yang lebih

    modem, khususnya setelah tahun 1940-an.

    Apa yang terjadi pada jaringan akibat terbakar ?

    penelitian menunjukkan adanya zona koagulasi dan zona statis pada daerah luka.33

    Dalam zona statis berupa koagulasi protein dan terhentinya aliran kapiler yang permanen.

    Zona statis terjadi disekeliling zona koagulasi. pada zona statis aliran kapiler tertutup

    secara perlahan dan akan pulih kembali secara bertahap. pengertian mengenai kedua zona

    tadi penting hubungannya dengan pengobatan umum LB.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    Penelitian lebih lanjut mengenai keadaan setempat pada LB menunjukkan bahwa

    pertumbuhan bakteri akan selalu terjadi dalam jaringan yang mengalami kerusakan. prinsip

    bedah bahwa setiap jaringan yang mati harus segera dibuang sering diabaikan pada LB,

    seharusnya LB diperlakukan menurut prinsip yang sama yaitu jaringan yang mati (eskar)

    harus dibuang sedini mungkin.

    Kini diakui bahwa eksisi eskar (yang ditemukan pada LB III dan LB II dalam) harus

    segera dijalankan dan luka yang terbuka akibat eksisi eskar (escharectomi) harus segera

    ditutup dengan jaringan kulit. Karena penutupan ini sering menimbulkan masalah

    khususnya bila LB sangat luas, maka dikenal bahan-bahan penutup sementara yaitu bahan

    penutup biologis seperti homografi, xenografi dan amnion. Eksisi eskar juga merupakan

    tindakan untuk menghilangkan media pertumbuhan bakteri secara lebih tuntas.

    Keharusan menutup luka terbuka secepatnya diterapkan setelah diketahui bahwa

    kehilangan panas/energi penguapan air dan hipermetabolisme terjadi dalam tubuh

    penderita LB.

    Penelitian olah BRADHAM6 menyimpulkan bahwa energi yang terbuang dari dalam

    tubuh penderita LB sangat besar dan untuk mengatasinya tubuh akan memakai jaringan

    lemak yang menjadi cadangan energi, akibatnya akan menyusutkan sumber energi

    cadangan sehingga berat badan turun secara mencolok.

    Ternyata dengan penutupan luka terbuka, kalori yang terbuang menjadi jauh lebih

    sedikit dan penguapan air berjalan seperti pada orang normal. selanjutnya, pemberian

    antibiotika dan antiseptika secara topikal maupun sistemik14 membantu mengatasi invasi

    bakteri di dalam LB dalam menghindari timbulnya sepsis LB. Dengan tindakan-tindakan di

    atas maka morbiditas dan mortalitas LB dapat diturunkan.8919

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    Pada LB dihadapi masalah medis yang cukup besar dan sangat bervariasi. Variasinya

    adalah luka akibat terbakar berkisar antara LB derajat I yang ringan sampai derajat III yang

    dalam, sedangkan masalah medisnya adalah perubahan-perubahan fisiologis yang

    kompleks yang timbul segera setelah trauma.

    Adanya jaringan yang mati dan perubahan fisiologik ini perlu mendapat perhatian

    utama. Berbeda dengan luka sayat yang sederhana dimana kulit dapat ditutup/dijahit secara

    primer, pada LB untuk menutup Iuka-luka terbuka diperlukan waktu dan usaha yang lebih

    lama.

    Dasar-dasar perubahan fisiologik ini menjadi pedoman dalam penanganan LB. Pada

    masa mekanisme kehilangan cairan tubuh belum banyak diketahui, banyak penderita LB

    mati oleh kegagalan ginjal akut karena resusitasi cairan tidak adekuat. selain itu dahulu

    orang menganggap bahwa kematian pada LB disebabkan oleh toksin-toksin dan jaringan

    yang terbakar, kemudian bukti-bukti menunjukkan bahwa toksin ini sebenarnya berasal

    dari bakteri dan kematian disebabkan oleh sepsis.

    Seandainya LB diperlakukan seperti luka biasa yaitu dengan penggantian balutan

    yang teratur dan pemberantasan infeksi, tanpa usaha pembersihan luka dengan eksisi eskar

    dan upaya menutup luka dengan kulit yang baru, seorang penderita LB yang dalam dan

    luas biasanya perlu dirawat di rumah sakit selama 6-12 bulan dengan hasil yang tidak

    diharapkan. Kontraktur LB, suatu cacat tubuh yang mencolok bahkan mengerikan, hampir

    selalu terjadi bila penanganan LB hanya mengandalkan pada penyembuhan luka secara

    spontan.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri Penyebab luka bakar

    Penyebab LB dapat digolongkan dalam beberapa jenis:

    1. Kobaran api di tubuh (flame)

    2. Jilatan api ke tubuh (flash)

    3. Terkena air panas (scald)

    4. Tersentuh benda panas (kontak panas)

    5. Akibat sengatan listrik

    6. Akibat bahan-bahan kimia

    7. Sengatan matahari (sunburn)

    Sengatan matahari bagi kita tidaklah merupakan masalah besar dan jarang terjadi. LB

    akibat kobaran api dan jilatan api sering terjadi pada orang dewasa sedangkan bayi dan

    anak-anak lebih sering tersiram air panas.

    Kecelakaan akibat kompor meledak, petromak meledak, drum karbit meledak,

    kobaran api pada tangan yang dicuci dengan bensin dan lain-lain sering terjadi. Minyak

    panas dan benda-benda panas sering menjadi sumber penyebab LB pada ibu-ibu rumah

    tangga.

    Penelitian di Belanda7 menunjukkan 70% dan kejadian LB terjadi di lingkungan

    rumah tangga, 25% di tempat industri dan kira-kira 5% akibat kecelakaan lalu lintas.

    Usia rata-rata penderita LB yang memerlukan perawatan di rumah sakit adalah 26,8

    tahun dan umumnya pria (74,7%)26

    Perhitungan luas luka bakar

    Penerapan Rumus sembilan sudah dikenal secara luas. Cara menghitung luas LB

    dengan memakai rumus ini cukup memadai untuk tahap pertama.

    Pada LB yang luas akan lebih praktis bila kita menghitung dulu luas permukaan

    tubuh(LPT) yang tidak terbakar.

    Pada bayi dan anak-anak berumur 1-5 tahun Rumus sembilan ini harus disesuaikan

    sebagai berikut:

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri Bagian tubuh Usia 1 tahun Usia 5 tahun

    Torso depan (dada & perut) 2 x 9 2 x 9

    Torso belakang 2 x 9 2 x 9

    Tangan kiri/kanan @ 9 @ 9

    Seluruh kepala 18 14

    Seluruh tungkai & kaki (kiri/kanan) @ 14 @ 16

    Untuk menghitung LPT yang lebih akurat pada anak-anak digunakan cara LUND &

    BROWDER seperti dibawah ini:

    Klasifikasi luka bakar

    Penderita LB dapat digolongkan berdasarkan dalamnya jaringan yang terbakar.

    Klasifikasi ini selalu dikaitkan dengan luas permukaan tubuh yang terbakar.

    Untuk keperluan klinik terdapat juga klasifikasi yang didasari ketebalan kerusakan

    kulit dan perlu tidaknya penderita LB mendapat perawatan intensif.

    Klasifikasi yang disebut pertama dikenal sebagal derajat LB. Derajat LB ditentukan

    oleh kedalaman jaringan tubuh yang rusak oleh trauma panas (termal) dan tergantung dan

    dua faktor berikut:

    1. Intensitas dan lamanya panas mengenai tubuh

    2. Rambatan panas pada jaringan (dipengaruhi oleh sifat lokal jaringan)

    Jaringan yang tidak mampu merambatkan panas akan menderita kerusakan hebat

    (nekrosis), sebaliknya jaringan yang dapat meneruskan panas ke jaringan sekitarnya yang

    cukup mengandung air akan cepat menurunkan suhu sehingga kerusakan bisa lebih ringan.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri Penelitian menunjukkan bahwa sumber panas yang memancarkan panas 3,9 kal/cm/detik

    selama 0,54 detik akan menimbulkan LB II. Bila panas yang dipancarkan besarnya 4,8

    kal/cm2/detik dalam waktu yang sama, maka terjadi LB III.20

    Dan kejadian kecelakaan dapat diperkirakan berapa dalam LB yang terjadi, karena itu

    mencatat anamnesa amat berguna untuk memberikan prediksi dalamnya LB.

    Klasifikasi LB yang banyak dipergunakan adalah:

    Luka bakar derajat I

    Luka bakar derajat II - dangkal

    Luka bakar derajat II - dalam

    Luka bakar derajat III

    LB I dan LB II mengenai sebagian tebal kulit LB III mengenai seluruh tebal kulit dan

    bisa terjadi lebih dalam mencapai jaringan-jaringan di bawah kulit (jaringan lemak, fasia,

    otot dan tulang). Keadaan terakhir ini digolongkan ke dalam LB IV.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    Di samping itu terdapat klasifikasi LB yang dikaitkan dengan tindakan penanganan

    luka dalam klinik, yaitu:

    Luka bakar sebagian tebal kulit (partial-thickness burn)

    Luka bakar seluruh tebal kulit (full-thickness burn)

    Pembagian terakhir ini berguna untuk membuat prediksi apakah LB dapat dibiarkan

    sembuh spontan atau perlu tindakan penutup luka dengan tandur kulit (skin grafting).

    Dalam mengevaluasi derajat LB diperlukan kecermatan dan dilakukan berulangkali

    sehingga akhirnya dapat dipastikan bagian dengan seluruh tebal kulit terkena, dan

    bagian yang terkena hanya sebagian saja. Hal ini dikaitkan dengan kemungkinan

    penyembuhan luka tersebut.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    Klasifikasi Luka Bakar

    Klasifikasi Morfologi Gambaran Klinis Penyebab

    LB derajat I

    Kematian lapisan superfisial

    epidermis dlsertai dilatasi dan

    kongesti pembuluh darah intradermal

    Eritema

    Kulit menjadi pucat bila

    ditekan

    Jilatan api atau kontak

    LB derajat II

    Kerusakan epidermis yang lebih

    dalam. Terjadi nekrosis koagulasi,

    epidermis terpisah dan lapisan di

    bawahnya dengan pengumpulan

    cairan (bulla)

    Koagulasi dan kongesti pembuluh

    darah di bawah kulit.

    Folikel rambut dan kelenjar kenngat

    masih hidup dan menjadi sumber

    epitelisasi

    Eritematus

    Keluar cairan (weeping)

    Sakit (+)

    Terbentuk bulla.

    Kulit tampak pucat,

    kering, pada perabaan

    masih lembek

    Jilatan api yang cukup lama.

    Tersiram air panas

    LB derajat III

    seluruh lapisan kulit rusak Koagulasi

    pembuluh darah dibawah kulit.

    Kulit kering, keras dan

    tidak elastis.

    Bisa terlihat vena-vena

    yang mengalami

    trombosis

    Kobaran api, sengatan listrik,

    kena air panas yang

    lama/tercelup bahan-bahan

    kimia yang keras.

    Sekalipun klasifikasi derajat LB ini sederhana tetapi menentukan kedalaman LB

    sering sulit dan tidak akurat. Kadang-kadang sampai 2-3 hari masih sukar menetapkan

    dalamnya jaringan yang rusak.

    Bulla merupakan salah satu tanda LB II, tetapi pada LB III karena suhu yang sangat

    tinggi (lebih dan 1000C) bisa pula terbentuk bulla. Hal ini diakibatkan oleh air - dalam kulit

    - yang menguap dan mengangkat epidermis22, jadi bukan akibat cairan yang terkumpul di

    bawah epidermis.

    Selanjutnya perlu dingat bahwa bulla yang terjadi kemudian, (setelah 12 jam atau

    lebih, menunjukkan timbulnya infeksi pada luka. Biasanya bulla ini mengandung

    stafilococcus atau streptococcus).

    Sebagai alat bantu dalam menentukan dalamnya LB kita mengenal tes tusuk jarum

    (pin prick test). Luka yang masih memiliki rasa sakit pada tusukan jarum menunjukkan

    bahwa ujung-ujung saraf di bawah kulit masih utuh, jadi menunjukkan bahwa luka tersebut

    hanya mengenai sebagian tebal kulit.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    Klasifikasi fungsional32 Derajat luka Penyembuhan

    Derajat I Sembuh dalam 14 hari, terbentuk kulit normal

    Derajat II - dangkal Sembuh antara 14-21 hari, kadang-kadang terbentuk kulit yang bersumur-

    sumur dan tidak rata, depigmentasi

    Derajat II - dalam Pertumbuhan epitel tenjadi dari dasar dan tepi luka, dari epitel folikel dan

    kelenjar, terjadi setelah hari ke 21, bisa sampai 3 bulan.

    Derajat III Pertumbuhan epitel hanya dari tepi luka. selalu diperlukan tandur kulit

    (skin grafting). Bila dibiarkan sembuh spontan akan terjadi jaringan parut

    yang hipertrofik

    Karena LB sangat bervariasi balk mengenai luas permukaan tubuh (LPT) maupun

    dalamnya jaringan yang terbakar, maka perlu ditetapkan keadaan-keadaan yang

    memerlukan perawatan dan pengobatan di rumah sakit. Dalam hal ini dapat dipakai

    patokan sebagai berikut :17

    1. LB KRITIS (perlu dirawat di RS dan mendapat pengobatan intensif):

    a. LB II Iebih darE 30% LPT

    b. LB III lebih dan 10% LPT

    c. LB dengan komplikasi pada saluran nalas, fraktur, trauma jaringan lunak yang hebat

    d. LB akibat sengatan listrik

    e. LB III yang mengenal bagian tubuh yang kritis seperti muka, tangan dan kaki

    2. LB MODERAT/SEDANG (perlu dirawat di RS untuk mendapat pengobatan yang baik, biasanya

    tidak seintensif LB kritis)

    a. LB II dangkal lebih dan 15% LPT (pada orang dewasa) dan 10% LPT (pada anak-anak)

    b. LB II dalam antara 15-30% LPT

    c. LB III kurang dari 10% yang tidak mengenai muka, tangan dan kaki.

    3. LB RINGAN

    a. LB I

    b. LB II kurang dari 15% LPT pada orang dewasa dan 10% LPT pada anak-anak

    c. LB III kurang dari 2% LPT

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri Perubahan anatomi patologik pada kulit

    Pada LB terjadi perubahan mikrosirkulasi kulit dan terbentuk edema. sepintas telah

    disebutkan bahwa pada LB terbentuk zona koagulasi yang bersifat pemanen dan zona

    statis yang bersifat sementara.

    Trauma panas menghasilkan. perubahan karakteristik pada daerah yang terbakar, yaitu

    zona dengan sel-sel yang mati sehingga sifatnya irreversibel yang disebut zona koagulasi

    dan daerah paling luar yang memperlihatkan hiperemia dimana kerusakan sel sangat

    minim dan paling dini menunjukkan perbaikan dan disebut zona hiperemia. Diantara

    keduanya terdapat zona stasis dengan gangguan pada sel dan sirkulasi darah yang bersifat

    sementara. Tetapi zona stasis ini sangat potensial untuk menjadi luka yang lebih luas dan

    lebih dalam sehingga mengenai seluruh tebal kulit karena kondisi sel-selnya sangat peka

    terhadap infeksi dan kekeringan yang menimbulkan kematian sel.

    Pada gambar-gambar di bawah ini dipenlihatkan perubahan-perubahan yang terjadi

    dalam zona stasis dimana mikrosirkutasi pada kulit mengalami perbaikan bila penanganan

    LB diberikan secara adekuat sehingga memberikan kesempatan kepada pembuluh darah

    untuk rnenghilangkan sludging dan hipoksia jaringan tidak berlarut-larut.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    Gambar bagian atas menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi akibat LB.

    penelitian oleh ZAWACKI 3 ini memperlihatkan bahwa dalam 2-4 jam setelah terbakar

    terjadi pengumpulan cairan edema yang sangat cepat dan terjadi stasis kapiler. Antara 4-16

    jam statis kapiler berkembang sangat progresif sekalipun edema tidak bertambah atau

    bahkan kadang-kadang edema berkurang 16-24 jam setelah trauma, bendungan kapiler

    mulai berkurang dan pada hari ke 2 sirkulasi mulai kembali ke normal, begitu pula

    sensibilitas kulit mulai pulih.

    Gambar bagian bawah memperlihatkan bahwa sampai 16 jam setelah terbakar, epitel

    folikel rambut seolah mati. setelah sirkulasi pulih, sel-sel ini menunjukkan hidupnya dan

    pada hari ke 4 sel-sel ini tumbuh ke atas sehingga setelah 7-14 hari kulit baru sudah

    terbentuk dengan baik.

    Syok luka bakar

    Syok pada LB memenuhi pula definisi LILLEHEI (1960) yang menyebutkan bahwa

    syok adalah akibat ketidakseimbangan sistem sirkulasi dalam mencukupi kebutuhan

    jaringan akan oksigen dan nutrien serta tidak mampu mengangkut sisa metabolisme.

    Limapuluh tahun yang lalu, penderita LB seluas 65% LPT hampir selalu mati dalam 5

    hari pertama, tetapi kini kemungkinan hidupnya sebesar 40%.22 Kemajuan pengobatan LB

    telah dicapai berkat diketahuinya dasar-dasar perubahan fisiologi tubuh dan penanganan

    luka dengan pemakaian tandur kulit.

    Pada tahun 1855 BUHL menyatakan bahwa pada LB, cairan dalam darah berkurang

    karena cairan masuk ke dalam jaringan-jaringan yang terbakar sehingga disarankan

    pemberian serum untuk mengatasi syok pada LB. setetah melalui berbagai penyelidikan

    dan pengalaman klinik, akhirnya para sarjana sepakat bahwa pada fase awal terdapat pe-

    nurunan natrium dalam ruangan ekstravaskuler dan resusitasi cairan merupakan

    pengobatan utama untuk syok LB.

    Sebenarnya apa yang terjadi?

    Pada LB timbul beberapa macam gangguan fisiologik yang akut sifatnya:

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    1. Gangguan cairan

    2. Gangguan sirkulasi

    3. Gangguan hematologi

    4. Gangguan metabolisme

    5. Gangguan hormonal

    6. Gangguan immunologi

    Gangguan Cairan

    Gangguan cairan terjadi melalui beberapa mekanisme.

    Pentama, gangguan cairan yang terjadi berupa perpindahan cairan dan elektrolit dan

    intravaskuler ke ruangan ekstravaskuler dan penguapan air yang berlebihan melalui

    permukaan kulit yang rusak.

    Kehilangan air yang paling berarti adalah berasal dari dalam sirkulasi darah. Cairan

    dalam darah dan cairan ekstraseluler dari bagian tubuh yang tidak terbakar berpindah

    tempat, masuk ke dalam bagian tubuh yang mengalami edema dan ke dalam bulla, untuk

    kemudian sebagian akan menguap melalui kulit yang rusak.

    Jelaslah bahwa syok LB berbeda dengan syok akibat perdarahan-perdarahan yang

    menyebabkan hipovolemia. pada syok LB selain hipovotemia juga terjadi kekurangan

    cairan ekstraseluter dalam jaringan yang sehat sehingga terjadi gangguan metabolisme sel

    yang memperberat keadaan syok.

    Perubahan sistemik yang terjadi pada LB sangat kompteks. Kebocoran pembuluh

    darah terjadi karena permeabilitas kapiler bertambah, yang akan berakibat pula protein

    dalam plasma lolos melalui dinding kapiler.

    Bila LB lebih dari 30% LPT maka meningkatnya permeabilitas kapiler ini bukan

    hanya terjadi di daerah yang terbakar tetapi juga di bagian yang sehat (generalisasi).4

    Kemudian setengah dari juiniah protein yang lolos ini akan keluar dan tubuh melalui

    luka-luka, sedangkan sisanya tertahan di ruangan ekstraseluler sampai 3 minggu atau lebih

    sebelum masuk kembali ke dalam pembuluh darah. perbaikan permeabilitas kapiler terjadi

    berangsur-angsur setelah 24-36 jam dan cairan edema mulai diserap kembali, dalam klinik

    dikenal sebagai fase diuresis. Tetapi secara tuntas permeabilitas normal kembali setelah 5-

    6 hari.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    Komposisi cairan edema mirip dengan plasma darah, kecuali kandungan proteinnya

    agak kurang. Hal ini terjadi karena efek pengeceran cairan interstisial.20 selain protein

    plasma, garam-garam merupakan unsur yang paling banyak keluar dari pembuluh darah.

    pada LB seluas 40% LPT, plasma yang keluar diperkirakan sebanyak 25%, sedangkan

    cairan ekstraseluler yang berpindah tempat sebanyak 40-50%. Ketuamya plasma dan

    cairan ekstraseluler paling cepat dan banyak terjadi dalam 12 jam pertama dan pada 6-12

    jam berikutnya kebocoran ini jauh lebih lambat. Begitu pula edema terbentuk dengan

    sangat cepat dalam 3-4 jam pertama.

    Pengumpulan cairan dalam jaringan yang terbakar menyebabkan efek pengenceran

    sehingga kadar natrium menurun dan ini berakibat terganggunya metabolisme sel serta

    gangguan fungsi ginjal. Dari penelitian-penelitian diketahui bahwa sebab utama syok LB

    adalah defisiensi natrium dalam rongga ekstravaskuler.

    Kedua, karena terganggunya fungsi kulit yang rusak akibat trauma panas. Kulit adalah

    organ pengatur suhu dalam tubuh dengan cara penguapan air. Fungsi ini pada LB

    terganggu, begitu pula fungsi-fungsi kulit yang lain terganggu karena kerusakan yang luas

    seperti fungsi-fungsi di bawah ini:

    1. Penangkalan yang ampuh terhadap invasi bakteri

    2. Stratum korneum merupakan struktur paling efektif untuk

    menghalangi.

    a. perpindahan air ke dalam dan ke luar tubuh

    b. penguapan air, elektrolit dan gas-gas

    3. Berperan penting dalam termoregulasi

    Penguapan air pada orang normal berupa kehilangan insensibel (insensibel loss)

    adalah sebesar 15-21 cc/m2 LPT.

    Kulit yang terbakar mengalami kerusakan lapisan keratin dan kandungan lipidnya.

    Kedua unsur ini merupakan penahanan penguapan air secara berlebihan dan jaringan. Bila

    seseorang mengalami LB seluas 40% LPT maka akan kehilangan air karena penguapan

    dengan kecepatan 100 cc/m2 LPT/jam, bahkan bisa lebih besar,3 umumnya berkisar antara

    0,8-2,6 gram/kg BB/% LB seharinya.4 Di bawah ini tertera cara rnenghitung kehilangan air

    karena penguapan yang harus diperhitungkan pula sewaktu penderita LB dalam resusitasi

    cairan.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    Kehilangan insensibel

    Orang normal : 15-21 cc/jam/m2 LPT

    Penderita LB : (25+% LB) cc/jam/m2 LPT

    Panas yang hilang karena penguapan air :

    570 kkal/liter penguapan

    Gangguan sirkulasi dan hematologi

    Perubahan-perubahan yang disebutkan di atas membawa akibat pula terhadap jantung

    dan sirkulasi. Cardiac output mendadak turun curah jantung sehingga terjadi takikardi,

    stroke volume berkurang, hipotensi dan resistensi perifer meninggi.

    Cardiac output menurun karena adanya myocardial depressant (dibuktikan oleh

    BAXTER). Resistensi perifer naik karena sistem arteriot mengalami vasokonstriksi

    disamping viskositas darah yang bertambah. Hemokonsentrasi ini menimbulkan fenomena

    sludging yang mengakibatkan bertambah hebatnya gangguan sikurlasi perifer sehingga

    oksigenasi dan perfusi jaringan sangat buruk.

    Selain itu terjadi pula hemolisis karena perubahan fisik dalam darah yang terjadi 1-2

    jam setelah terbakar, penelitian isotop oleh SHIRE menunjukkan penurunan eritrosit tidak

    lebih dari 10% (dikutip oleh Djohansjah).10 Bisa pula terjadi hemolisis yang lambat (2-7

    hari setelah terbakar) yang disebabkan oteh fragilitas sferosit yang bertambah.

    Yang perlu diperhatikan adalah juiniah eritrosit yang aktif dalam sirkulasi. Juiniah ini

    berkurang oleh faktor-faktor seperti di bawah ini:

    1. Terjadinya hemolisis

    2. Morfologinya berubah akibat pengaruh panas

    3. Tertahan dalam pembuluh darah yang trombotik

    4. Pendarahan-pendarahan dan jaringan granulasi

    Sekalipun terjadi kekurangan enitrosit, transfusi darah biasanya belum perlu sampai

    72 jam setelah terbakar karena pada fase awal terdapat hemokonsentrasi. Transfusi yang

    terlalu dini sangat berbahaya karena akan menambah kepekatan darah disaat plasma masih

    terus bocor. Akibat selanjutnya sludging akan lebih berat.

    Bila hemokonsentrasi sudah dikoreksi dengan pemberian cairan dan volume

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri intravaskuler sudah diperbaiki mungkin transfusi perlu dipertimbangkan dengan

    berpedoman pada hematokrit.

    Dalam klinik dapat digunakan pedoman bahwa pada LB diperkirakan terjadi hemolisis

    sebesar 0,5% untuk setiap 1% LB III (full thickness burn).

    Secara ringkas, unsur-unsur yang terganggu akibat LB adalah sebagai berikut :

    Protein :

    0-24 jam : Juiniah protein yang hilang sangat cepat dalam 30 menit pertama. Bisa

    mencapai 50% dari total protein hilang dalam 5 jam pertama. Disebabkan

    oleh permeabilitas yang bertambah.

    Akibatnya : total protein berkurang, ratio albumin-globulin terbalik. Kadar

    protein dalam cairan limfe naik.

    0-21 hari : Protein sangat diperlukan untuk energi, kebutuhan albumin mencapai 20

    gram/hari (normal 8 gram/hari). Hal ini disebabkan katabolisme albumin dan

    globulin meningkat akibat hipermetabolisme. Bila kebutuhan ini tidak

    dipenuhi dari makanan maka timbul hipoproteinemi.

    Garam :

    0-24 jam : Garam keluar sangat cepat dan banyak. Kehilangan garam dan plasma bisa

    mencapai 50% dalam 2 jam pertama dan mencapai 80% dalam 5 jam

    pertama. Hal ini disebabkan oleh permeabititas kapiler yang meningkat dan

    berakibat hipovolemi karena garam terlarut dalam air. Akibat lain adalah

    cardiac output menurun, viskositas darah naik dan filtrasi glomerulus

    menurun.

    Air :

    0-10 hari : Kehilangan air-bebas elektrolit-pada 48 jam pertama hanya sedikit, tetapi

    berangsur-angsur bertambah banyak keluar tubuh sampai mencapai

    puncaknya pada hari ke 10. Air ini menguap melalui luka-luka. pada orang

    dewasa kehilangan ini sekitar 100 cc/mm2 LPT/jam sedangkan pada anak-

    anak bisa 2-3 kali lebih banyak. Akibat penguapan terjadi dehidrasi dan

    kehilangan panas penguapan 1 liter air memerlukan panas 570 kalori juga

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    terjadi hipermetabolisme dan suhu dalam tubuh menurun.

    10+ hari : Kehilangan air berangsur menurun sesuai dengan sembuhnya luka terbuka

    atau penutupan dengan tandur kulit. Tetapi sebelum luka tertutup kulit

    normal, penguapan masih 2-3 kali keadaan normal.

    Eritrosit :

    1-2 jam : Juiniah eritrosit yang hilang sebanding dengan dalamnya luka bakar.

    perhitungan: 0,5% eritrosit hilang pada setiap 1% LB III. Hal ini diakibatkan

    oleh hemotisis. Kehilangan eritrosit hanya bisa dideteksi bila volume

    intravaskuler sudah diperbaiki.

    2-7 hari: Eritrosit hilang dapat mencapai 10% karena hemotisis akibat fragilitas sferosit

    bertambah. pada LB III yang luas bisa timbul hemoglobinemia dan

    hemoglobinuria.

    Gangguan hormonal dan metabolisme

    LB merupakan trauma dan stress yang berkepanjangan. Di dalam klinik kita melihat

    bahwa penderita LB yang mampu melampaui fase akut akan menyusut berat badannya

    dengan cepat bila tidak mendapat penanganan yang adekuat. Pengaruh besar pada fase

    syok adalah akibat rangsangan kelenjar suprarenal, sedangkan fungsi kelenjar tiroid hampir

    tidak berubah pada LB.9,21

    Perubahan pada fungsi hipofisa anterior bersifat neunogen dan tidak jelas apakah

    dipengaruhi oleh rangsangan metabolik.25

    Respon hormonal ini timbul sejak awat trauma dan berjalan cukup lama. Rasa nyeri,

    ketakutan dan kerusakan jaringan merupakan faktor yang merangsang sistem saraf

    simpatis. Keadaan ini diperberat oleh adanya kelaparan dan tindakan-tindakan bedah

    seperti eksisi eskar dan pembiusan pada saat tandur kulit.

    Pengaruh perubahan pola produksi dan sekresi berbagai hormon mengakibatkan

    adanya perubahan metabolik dalam jaringan.

    Telah diterangkan bahwa pada LB terjadi hipovolemia, kemungkinan terjadi asidosis,

    bahaya infeksi, penguapan air yang berlebih yang berakibat penurunan suhu tubuh dan

    lain-lain. perubahan-perubahan ini berawal dari adanya rangsangan melalui saraf-saraf

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri aferen ke susunan saraf pusat melalui saraf-saraf sensibel dan formatio retikularis, berakhir

    di korteks serebri dan hipotalamus.

    Dan penelitian ditemukan bahwa toksin bakteri bisa langsung merangsang

    hipotalamus. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya respon hormonal dapat diterangkan

    sebagal berikut

    Hipovolemia akan merangsang sekresi renin, aldosteron, ADH, adrenalin, noradrenalin,

    kortisol dan glukagon. merangsangan diterima oleh pressoreseptor pada arkus aorta,

    sinus karotikus, aparat juk stagtomerutus dan sensor volume pada hipotalamus.

    Renin meningkat produksinya karena sel-sel dalam aparat jukstagtomenulus

    mengeluarkan renin ke dalam sirkulasi darah dan limfe akibat adanya perubahan

    tekanan perfusi dalam arteriol di korteks ginjal. Renin akan mengaktifkan

    angiotensinogen menjadi angiotensi I, kemudian menjadi angiotensin II. Angiotensi II

    ini berefek hipertensif dan juga merangsang korteks suprarenatis untuk mengeluarkan

    aldosteron. selanjutnya renin dan aldosteron menjadi bagian mekanisme tubuh untuk

    mempertahankan tekanan darah dan mempertahankan natrium.

    ADH dikeluarkan karena adanya rangsangann nukleus supraoptikus ADH yang

    diproduksi oleh hipofise posterior merupakan usaha tubuh untuk mempertahankan air

    dengan akibat yang kurang menguntungkan untuk ginjal. Karena ADH filtrasi ginjal

    dikurangi sehingga terjadi bahaya nekrosis tubuli yang akut serta keracunan air.

    Biasanya produksi ADH meningkat selama 3-5 hari. Itu sebabnya mengapa penderita

    LB yang mendapat resusitasi cairan yang adekuat (tanpa berlebih) sekalipun pada hari

    ke 3 atau 4 bisa mengalami diuresis yang berlebih karena efek ADH mulai menghilang.9

    Adrenalin dan noradrenalin meningkat, biasanya hanya sebentar kecuali pada trauma

    yang hebat sekali dan berlarut-larut. penelitian oleh JAATTELA, ALHO dkk16 pada 45

    penderita trauma hebat menunjukkan kadar adrenalin dan noradrenalin sangat tinggi

    pada jam-jam pertama dan dalam 6 jam pertama kadarnya masih cukup tinggi.

    Adrenalin dan noradrenalin ini berguna untuk meningkatkan cardiac output dan

    menaikkan tekanan darah, sebaliknya adrenalin akan menghambat pengeluaran insulin.

    Glukagon berperan sebagal penyebab terjadinya kelainan metabolisme. Hormon ini

    merupakan hormon diabetogenik yang dihasilkan oleh sel-sel alfa pulau Langerhans.

    Mekanisme peningkatan produksinya belum diketahui. pada hipoglikemia produksi

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    glukagon meningkat. Glukagon merangsang lipolisis, pemakaian lemak untuk sumber

    energi (glukogenesis) juga glukoneogenesis. Hormon ini juga mempunyai efek

    antinsutin. semua itu bertujuan mempertahankan kadar glukosa darah supaya tetap

    normal. Di samping itu glukagon juga berdaya:

    - meningkatkan cardiac output dan stroke volume serta mengurangi tahanan pembuluh

    darah perifer

    - meningkatkan ketogenesis dan uregenesis

    Pengaruh asidosis terhadap tubuh antara lain menurunkan kontraksi otot jantung

    begitu pula respons otot jantung dan pembuluh darah perifer terhadap katekolamin

    berkurang. selain itu asidosis merupakan predisposisi timbulnya aritmia dan kegagalan

    ginjal akut dan menambah beban pernafasan.

    Pada LB terjadi penghamburan sumber energi dan penurunan berat badan karena

    adanya katabolisme yang hebat dan kekurangan intake makanan. Lamanya katabotisme ini

    bergantung dan beberapa faktor dan biasanya metabolisme baru akan normal kembali

    setelah LB yang dalam sudah ditutup dengan tandur kulit.

    Hipermetabolisme pada LB meningkat sebanding dengan luasnya luka sampai luas

    LB 40-50% LPT, selanjutnya pada LB yang lebih luas tidak sebanding.31

    Keadaan metabobisme dan berat badan dikaitkan dengan perjalanan LB dapat dilihat

    pada grafik di bawah ini.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    Karena terjadi penguapan air yang berlebih maka terjadi pendinginan permukaan

    tubuh yang akan menangsang untuk menghasilkan panas agar suhu dalam tubuh dapat

    dipertahankan. Dalam penerapan klinik, terbukti bahwa penderita LB yang dirawat dalam

    ruangan yang lebih hangat (320C) akan berkurang metabolik-ratenya dibanding dengan

    penawatan di dalam nuangan yang lebih dingin. Dalam praktek ternyata puba penderita LB

    akan merasa lebih nyaman berada dalam suhu ruangan yang lebih hangat dibandingkan

    dengan orang normal.30 Memang penguapan air bukan sebab utama timbulnya hipermeta-

    bolsisme. Katekolamin (adrenalin, noradrenalin dan dopamin) yang berperan utama dalam

    hipermetabolisme. Ruangan yang dingin menimbulkan stress tambahan sehingga

    pengeluaran katekolamin lebih besar lagi.

    Pada intake makanan yang kurang (kelaparan), kadar protein akan dipertahankan dan

    sebagai sumber energi dipakai lemak yang diperoleh dari jaringan lemak yang merupakan

    cadangan energi paling besar dalam tubuh. pada keadaan hipermetabolisme ini, melalui

    proses glukoneogenesis lemak menjadi sumber tenaga ekstna.

    Berdasankan pencobaan ALLEN dkk, protein dalam plasma juga bisa digunakan

    sebagam sumber tenaga. Dengan pemakaian protein plasma ini yang sebagian besar berupa

    albumin - maka tubuh dengan cepat kekurangan protein kanena sintesa albumin oleh hati

    tidak sebanyak pemakaian albumin ini.

    Dalam menanggulangi LB pemberian protein plasma dan luar sangatlah penting.

    Dengan pemikiran bahwa protein itu tidak akan terbuang ke dalam nuang interstisial maka

    pemberian plasma hanya dianjurkan bila kebocoran kapiler sudah hilang, karena itu

    biasanya plasma diberikan sebelah melewati masa 24 jam pasca trauma. Maka sangatlah

    penting dalam mengelola LB untuk memberi sumber energi yang adekuat. pemberian

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri protein dalam bentuk ilain selama fase katabobik, misalnya asam amino, sangatlah

    bermanfaat untuk sumber pembakaran ini.

    Mengapa harus dijaga jangan terjadi perombakan protein dari tubuh penderita?

    penggunaan protein tubuh berarti mengambilan protein dari otot-otot. Disamping itu

    menurunkan daya tahan tubuh, mengganggu penyembuhan luka serta mengganggu sintesa

    beberapa enzim dan protein plasma. penelitian oleh BLACKBURN dkk menunjukkan

    bahwa balans nitrogen yang baik tidak dapat diperoleh dengan pemberian asam amino

    ditambah glukosa 100 gram setiap hari, tetapi balans nitrogen menjadi positif dengan

    hanya pemberian asam amino saja. Menurut pendapat mereka pemberian glukosa

    rnenyebabkan pengeluaran insulin meningkat sehingga terjadi efek antilipolitik, sedangkan

    pemberian asam amino saja tidak merangsang pengeluaran insulin.

    Pemberian insulin pada LB perlu dipikirkan karena insulin mengatur pemakaian

    sumber energi. pertama adalah mengurangi kecepatan pengeluaran asam lemak bebas dari

    jaringan lemak (kebalikan pengaruh gbukagon dan kateklholamin) dan kedua adalah

    menambah penyerapan asam amino oleh otot serta menambah sintesa protein (kebalikan

    dan glukagon dan kortisol). Dengan insulin yang berfungsi antilipolitik ini sumber energi

    tidak diambil dari lemak. Lipolisis sendiri akan mengakibatkan ketosis dan selanjutnya

    ketosis lebih merangsang pemakaian lemak. penggunaan insulin perlu dipertimbangkan

    dalam pengelolaan LB karena sekalipun hipotalamus mengendalikan honmon-hormon

    yang berperan dalam pembuatan glukosa tetapi glukagon dan insulin tidak berada dibawah

    pengaruh hipotalamus.

    Gangguan immunologi

    Dalam periode awal-segera setelah terbakar-kepekaan terhadap infeksi meningkat. Hal

    ini disebabkan netrofil-netrofit, yang seharusnya memfagositosa kuman-kuman,

    terperangkap dalam kapiler (zona stasis). secara bertahap penurunan daya tahan ini

    berkurang.20 Kita telah ketahui bahwa akibat trauma panas terjadi nekrosis dan koagulasi

    serta trombosis pembuluh darah dalam kulit dan jaringan subkutis. Pada LB III perubahan

    ini irreversibel. Tetapi pada LB II yang tidak mengalami infeksi akan terjadi rekanalisasi

    pembuluh darah. Hal ini tenjadi 48 jam pasca trauma dan proses rekanalisasi akan lengkap

    pada akhir minggu pertama.33

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    Pada LB III, jaringan di bawah eschar/subschar akan membentuk jaringan granulasi

    yang kaya dengan fibroblas dan kapiler-kapiler baru. Kalau tidak terjadi infeksi, proses ini

    mulai pada akhir minggu kedua dan biasanya sudah lengkap pada minggu ketiga. Jaringan

    granulasi yang terjadi merupakan barrier yang menahan pertumbuhan bakten karena

    mengandung sel-sel fagosit, sehingga jaringan granulasi yang sehat dapat bertahan

    terhadap invasi bakteri yang juiniahnya melebihi 107/gram jaringan. Dalam keadaan

    normal, kemampuan netrofil untuk menghancurkan bakteri naik turun secara siklis. Pada

    LB fluktuasi ini amat berlebih sehingga pada saat terjadi penununan kemampuan netrofil

    dapat timbut sepsis LB (burn sepsis).

    Faktor gangguan immunologi yang lain adalah kadar immunoglobulin dalam sirkulasi

    menurun. Kadar immunoglobulin menurun dengan cepat karena hilang dari jaringan.

    Kadar -G-globulin (IgG) dan -M-globulin (IgM) baru kembali normal setelah minggu kedua atau ketiga kecuali pada sepsis dimana kadamya tetap rendah.20

    Komplikasi-komplikasi

    Penderita LB yang tidak mendapat pengobatan dalam 3 jam pertama akan mengalami

    syok. Syok yang timbul akan sulit sekali diatasi. Komplikasi akibat LB timbul akibat

    pengobatan yang tidak adekuat ataupun merupakan bagian dari perubahan fisiologik organ

    akibat pengaruh panas atau gas-gas yang terhirup ke dalam paru-paru.

    Komplikasi yang bisa terjadi akibat LB adalah :

    1. Gangguan elektrolit dan cairan

    2. Pengaruh terhadap ginjal

    3. lnjeksi

    4. Ulkus Curling

    5. Pengaruh terhadap paru-paru

    6. Hipertensi pada anak-anak

    Gangguan Etektrolit dan Cairan

    1. Sekalipun ruangan interstisial di sekitar sel-sel kekurangan cairan, juiniah cairan

    intraseluler dalam jaringan-iaringan yang sehat tidak berubah karena sel-sel tidak

    memberikan cairannya. Maka pemberian resusitasi cairan harus segera dilakukan karena

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    sumber pemberi cairan dan tubuh tidak ada.

    2. Hiperkalemia sering terjadi dalam 1-2 jam pertama. Kalium ini berasal dari sel-sel yang

    rusak serta akibat oliguria. Bila kadar kalium sangat tinggi bisa terjadi kematian, maka

    pemberian resusitasi cairan pada fase akut berupa cairan yang bebas kalium dan untuk

    48 jam - sebelum fase diuresis - tidak dianjurkan memberi buah-buahan ataupun kaldu

    daging.

    3. Hiperosmolalitas dan asidosis

    Pada LB selalu terjadi asidosis metabolik karena adanya pembakaran karbohidrat yang

    tidak sempurna dan penimbunan asam laktat. Dasar terjadinya asidosis ini adalah

    anoksia/hipoksia jaringan sehingga terjadi anaerobiosis.21

    Asidosis metabolik terjadi karena anion tertimbun dalam tubuh yaitu klorida, laktat,

    sulfat dan lain-lain sehingga menggeser anion bikarbonat. ZIMMERMANN34

    menyebutnya sebagai addition addosis akibatnya pH darah menurun ph

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri Pengaruh terhadap ginjal

    Akibat LB bisa terjadi peningkatan permeabilitas pembutuh glomerulus (efek

    generalisasi) sehingga menimbulkan proteinuria yang berlangsung sampai hari ke 3.

    Nekrose tubuler akut sering menyertai LB, tetapi sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi

    karena perubahan dalam ginjal ini bukan akibat yang primer. Hipovolemia akibat LB akan

    menurunkan sirkulasi ke ginjal sehingga filtrasi glomerulus berkurang karena itu yang

    terpenting adalah resusitasi cairan secana baik untuk mempertahankan filtrasi glomerulus

    yang cukup.

    FERGUSON12 mengutip hasil penelitian histologik oleh Mc.ANINCH dkk dari otopsi

    yang menemukan bahwa perubahan yang sering terjadi dalam ginjal akibat LB. Perubahan-

    perubahan itu adalah:

    1. Bendungan ginjal

    2. Penebalan lapisan parietal kapsula Bowman

    3. Hemoglobin cast dalam tubuli

    4. Atrofi sel-sel tubuli

    5. Terlepasnya sel-sel tubuli dari membran basal

    Ferguson sendiri dari penelitiannya menemukan perubahan tambahan dalam ginjal

    sebagai berikut :

    1. Protein cast dalam tubuh

    2. Degenerasi hialin dan vakuolisasi tubuli proksimal

    Selanjutnya dan penelitian-penelitian mengenal LB diperoleh gambaran bahwa pada

    LB yang luas kegagalan ginjal akut terjadi kurang dari 5%. Berat jenis urine yang rendah,

    lebih-lebih masih dalam keadaan oliguria, merupakan tanda terjadinya kegagalan ginjal

    akut karena menunjukkan penurunan daya tubuli dalam menyerap kembali air kedalam

    darah.

    Untuk menentukan adanya gangguan fungsi ginjal, pengukuran osmolaritas urine

    merupakan petunjuk yang lebih tepat dibandingkan dengan pengukuran berat jenis urine.

    Cara lain untuk menentukan gangguan fungsi ginjal adalah mengukur kadar urea

    dalam urine dibandingkan dengan kadar urea dalam darah dengan berpedoman sebagai

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri berikut :

    T Nilai normal Gagal ginjal akut 14

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri dapat dilakukan dengan memberikan diuretika, misalnya pemberian Manitol 1 gram/kgBB

    dalam larutan 15-20%. Akan tetapi bila usaha ini tidak berhasil menaikkan produksi urine

    sebaiknya pemberian manitol jangan diulangi karena retensi manitol dalam tubuh akan

    berefek sebagai plasma ekspander. Hal ini menimbulkan bahaya edema paru-paru.

    lnfeksi

    Timbulnya infeksi pada LB merupakan masalah besar. Infeksi yang paling berbahaya

    adalah sepsis LB (burn sepsis). Invasi bakteri bisa berasal dari luar -udara, iatrogeneik,

    tinjal dll- atau bakteri dari folikel rambut dan kelenjar-kelenjar dalam kulit yang tidak mati

    oleh panas. Seperti telah disebutkan di depan, kulit berfungsi sebagai pelindung terhadap

    serangan bakteri. Menyusul suatu LB dapat terjadi proliferasi kuman karena terdapat

    gangguan immunologi. Dalam waktu 48 jam pasca LB bisa ditemukan 108 kuman gram (+)

    dalam 1 gram jaringan permukaan luka.20 Kuman yang utama adalah Stafilokokus. Secara

    perlahan kuman ini menembus melalui kapsul perifolikel ke dalam jaringan sekitarnya.

    Dari penelitian ternyata pada hari ke 5 pasca LB banyak ditemukan kuman gram (-) bahkan

    pada akhir minggu pertama, kuman gram (-) sangat dominan. Bila pengobatan tidak

    dilakukan maka pada akhir minggu pertama invasi aktif ke dalam jaringan akan terjadi

    sangat cepat. Dari penelitian ditemukan bahwa Pseudomonas aeruginosa merupakan

    kuman patogen utama yang menginvasi jaringan subkutis dengan juiniah melebihi 105

    kuman/garam jaringan, bahkan sering mencapai 107 kuman/gram jaringan.20

    Dalam pengelolaan LB, pencegahan infeksi merupakan hal yang tidak bisa diabaikan.

    Pada LB I dan LB II kita mengharapkan regenerasi epitel secara spontan, karena itu sel-sel

    ini jangan rusak/mati oleh infeksi, sedangkan pada LB III pencegahan infeksi antara lain

    dilakukan dengan eksisi eschar dan penutupan yang dini dengan tandur kulit.

    lnfeksi bisa pula terjadi melalui cara lain seperti kanula intravena yang terpasang

    lama, pemasangan kateter uretra atau kanula trakheostomi. Flebitis yang timbul pada

    pemasangan pipa intravena sering disebabkan oleh Stafilokokus. Bila tampak gejala infeksi

    kulit sekitar masuknya jarum infus, kanula harus segera dicabut dan bila masih dianggap

    pertu dipasang kembali pipa intravena di bagian lain. Pemasangan kanula sebaiknya

    diusahakan pada ekstrimitas atas karena kemungkinan infeksi lebih kecil.

    lnfeksi saluran kemih hampir sebalu terjadi pada pemasangan kateter yang lama,

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri karena itu diusahakan agar kateter hanya dipasang selama fase syok sebagai upaya

    memonitor resusitasi cairan melalui produksi urine. Bila masih perlu memonitor produksi

    urine untuk waktu lama, penggantian kateter sebaiknya dilakukan setiap 5-7 hari sekali.

    Pemberian antibiotika profilaktik sebaiknya dilakukan selama terpasang kateter.

    Ulkus Curling

    Ulserasi yang akut pada lambung atau duodenum mempunyai frekuensi yang cukup

    sering. OUSTERHOUT23 mendapatkan antara 2-4% penderita LB mengalami ulkus

    Curling, sedangkan MONCRIEF20 memperoleh angka 20-25%. Sebab terjadinya ulkus ini

    belum jelas, begitu pula hubungannya dengan asam lambung atau uropepsin.

    Lesi ulkus lebih sering ditemukan di pilorus, biasanya multipel, kecil-kecil, sedangkan

    apabila ditemukan pada duodenum biasanya lesi soliter, besar dan dalam. Ulkus bisa

    terjadi bersamaan di lambung dan duodenum. Ulserasi akut ini bisa terjadi pada semua

    umur dengan kematian sebesar 85%.23

    Gejala-gejala:

    Ulkus Curling sering terjadi tanpa gejala prodromal. Mungkin tanda awal yang

    dijadikan pedoman adalah bising usus yang berkurang atau menghilang pada akhir minggu

    pertama karena perdarahan sering timbul antara akhir minggu pertama sampai hari ke

    1017,20,23

    Rasa nyeri di epigastrik atau distensi perut baru terdapat bila terjadi perdarahan masif,

    jadi sudah ada gejala melena atau hematemesis. Pemeriksaan radiologik sering tidak dapat

    dilakukan karena keadaan umum penderita sering sangat buruk.

    Tindakan pertama pada ulkus ini seperti pengobatan ulkus duodeni yang kronik.

    Penderita dipuasakan, pemberian transfusi darah, antasida, sedatif dan spasmolitika dapat

    dipertimbangkan. Indikasi untuk operasi serupa dengan ulkus duodeni yang mengalami

    perdarahan akut. Menurut LYNCH17, pemberian minum susu secara dini dan teratur akan

    mengurangi frekuensi ulkus Curling secara nyata.

    Pengaruh terhadap paru-paru

    Analisa dari SHOOK29 menunjukkan bahwa pada 23% kasus LB terjadi kesulitan

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri saluran nafas, sedangkan dari 50 kasus kematian yang diotopsi teryata 84% menunjukkan

    kelainan dalam paru-paru sebagai sebab kematian. Kelainan paru-paru ini berupa

    pneumonia, edema paru-paru, infark septik, trakeobronkitis dan atelektasis.

    Perubahan fungsi paru-paru akibat trauma panas baru sebagian kecil yang terungkap.

    Penelitian-penelitian umumnya bersifat mempelajari perubahan morfologik. Pada beberapa

    penelitian yang bersifat fungsional ditemukan bahwa pada LB yang luas terjadi minute

    ventilation yang meningkat pada hari ke 3 dan mencapai puncaknya pada hari ke 5,

    kemudian menurun bagi. Kenaikan ventilasi ini sebanding dengan buas LB dan biasanya

    terjadi pada LB Iebih dan 40% LPT.

    Pada LB dengan inhalasi gas secara langsung terdapat pula tahanan pada jalan napas

    (airway resistance).

    Perubahan dalam paru-paru bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :

    1. Terhirup gas/uap yang mengandung karbon monoksida, karbon dioksida, sulfur

    dioksida, nitrogen dioksida dan lain-lain.

    2. Dalam fase pembentukan edema selama syok dengan hipovolemia dan cardiac output

    yang rendah terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.

    3. Akibatnya resusitasi cairan -yang mengandung garam- disertai generalisasi

    hiperpermeabilitas kapiler sehingga cairan bocor melalui kapiler di paru-paru.

    Sebenarnya suatu paru-paru yang benar-benar terbakar tidak sering terjadi karena

    traktus respiratorius ke arah distal dan larings jarang terkena suhu yang tinggi akibat

    inhalasi. Kelembaban mulut dan farings mendinginkan uap panas yang terhirup, kecuali

    bila terhirup dalam waktu lama seperti pada orang yang tersekap dalam nuangan tertutup.

    Kelainan pada saluran napas sering terjadi akibat terhirupnya hasil pembakaran yang

    berupa gas yang merangsang mukosa dan membentuk infiltrat yang membendung vena-

    vena di submukosa dan arteri-arteri bronkial.

    Edema yang timbul akan dikeluarkan sebagai sekret disertai dengan debris mukosa.

    Sekalipun perubahan ini terjadi dalam jam-jam pertama, secara klinis gejalanya baru

    tampak mulai hari ke 2.

    Seperti mekanisme yang terjadi akibat trauma berat, pada LB dapat terjadi komplikasi

    saluran napas yang berupa :

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    1. Obstruksi akutjalan napas bagian atas 2. Trauma inhalasi 3. lnsufisiensi paru-paru pasca trauma (dalam hal ini dikenal

    sebagai BURN LUNG SYNDROME). 4. Atelektasis dan pneumonia.

    Komplikasi ini sering berkembang dalam waktu yang bersamaan.

    Agaknya perlu pula diperhatikan suatu kelainan paru-paru yang disebut restrictive

    disease.4 Dan penelitian ARTZ dkk, LB tanpa trauma inhalasi ditemukan pula penurunan

    kapasitas vital dan meningkatnya resistensi pulmonal.

    Keadaan ini ditemukan pada penderita LB pada bagian perut dan dada (karena upaya

    menahan gerakan napas untuk mengurangi rasa sakit), ileus paralitikus (distensi usus dan

    diafragman tertekan ke atas) atau edema paru-paru subklinis karena daya serap sistem

    limfe untuk mengangkut cairan akibat kebocoran kapiler tidak mencukupi.

    Obstuksi akut bisa terjadi amat dini karena edema pada muka dan leher atau akibat

    obtruksi mekanis lainnya. Obstruksi akibat edema biasanya berlangsung 24-48 jam.

    Penanganannya dengan intubasi endotrakeal dan pemberian oksigen lembab selama 3-5

    hari. Biasanya ekstubasi dilakukan bila sudah yakin obstruksi hilang (edema hilang).

    Inhalasi gas biasanya dapat mengenai saluran nafas bagian bawah. Tanda-tandanya

    benupa distress pernapasan dan hipoksia arteriil. Penanganannya dengan intubasi

    endotrakeal atau tnakeostomi, pemberian udara lembab, bantuan pernapasan, antibiotika

    dan steroid dosis tinggi.

    Burn-lung syndrome secara patofisiologik berasal dan hipoksia arteriil sebagai akibat

    terjadinya shunt arterio-venosa dalam paru-paru. Kelainan ini berkembang perlahan, baru

    manifes secara klinis setelah 2-5 hari. Tanda awal mungkin hanya berupa takipnea, disusul

    dengan sesak napas. Pada stadium ini pemeriksaan gas dalam darah menunjukkan

    desaturasi oksigen dalam darah anteri. Secara radiologik paru-paru belum menampakkan

    kelainan. Dengan bertambah beratnya proses maka pada foto akan tampak bercak-bercak

    infiltrasi. Pada auskultasi dapat didengar ronki. Selanjutnya penderita lebih sesak dan

    pemeriksaan Astrup menunjukkan saturasi oksigen makin buruk.

    Dalam 24-72 jam selanjutnya proses akan berlangsung cepat. Dispnea makin berat,

    foto paru-paru memberi kesan pnemonia konfuens. Jadi pada burn-lung syndrome terjadi

    edema interstisial disusul dengan gangguan perfusi oksigen melalui alveoli, infeksi

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri sekunder, pnemonia dan berakhir dengan kematian. Faktor predisposisi adalah overhidrasi,

    maka pemberian cairan harus sangat hati-hati bila menghadapi penderita usia lanjut dan

    anak-anak serta mereka dicurigai mengalami trauma inhalasi. Pengobatan sama seperti

    pengobatan akibat inhalasi gas. Bila perlu steroid diulang setiap 4-6 jam. Dapat pula

    dicoba diberikan bronkodilator.

    Komplikasi pada paru-paru ini dapat terjadi pada LB yang luas maupun yang sedikit.2

    Hipertensi pada anak-anak

    Penulis-penulis dari lnggris dan benua Eropa melaporkan terjadinya hipertensi dan

    kejang menyertai LB pada anak-anak.

    Ternyata pada sepertiga anak-anak yang menderita LB mengalami hipertensi dengan

    diastol di atas 90 mmHg dan 10% dan mereka akan mengalami kejang. Peninggian tekanan

    darah ini biasanya terjadi pada 2 minggu pertama. Mekanismenya belum diketahui.

    Kenaikan kadar katekolamin terdapat baik pada penderita yang mengalami hipertensi

    maupun yang tidak hipertensi. Biasanya hipertensi ini akan hilang bila luka-tukanya

    menyembuh.20 Pengobatan dengan pemberian antihipertensi.

    Sepsis luka bakar

    Invasi bakteri ke dalam luka sangat mudah terjadi karena adanya gangguan-gangguan

    fisiologik seperti telah diterangkan di depan.

    Dengan telah dipahaminya gangguan cairan dan eletrokit pada LB maka penanganan

    resusitasi cairan yang adekuat telah dapat diterapkan sehingga kematian pada fase awal ini

    sudah dapat ditekan. Penyebab kematian yang utama pada LB, khususnya setelah me-

    lampaui masa 5-7 hari adalah sepsis luka bakar dan 85% penyebabnya adalah infeksi gram

    (-).

    Definisi sepsis luka bakar:

    Proliferasi dan invasi aktif mikroba ke dalam luka bakar dengan juiniah > 105

    kuman/gram jaringan.

    Gambaran klinis suatu sepsis LB adalah:

    1. Sepsis jarang timbul sebelum hari ke 3, atau setelah hari ke 14.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    2. Rasa nyeri yang hebat yang masih terasa setelah lebih dari 24 jam pasca trauma

    3. Pembengkakan bertambah secara mencolok lebih dari 72 jam

    4. Eksudasi (pembalut selalu basah)

    5. Terbentuk bulla baru diluar kulit yang terbakar

    6. Luka tampak bertambah jelek

    7. Tampak sona hiperemis sekeliling luka

    8. Pada LB III, nekrosis bertambah luas dengan pembentukan daerah kehitaman.

    9. Limfangitis dan limfadenitis

    10. Distensi abdomen, ileus

    11. Epitelisasi terhambat setelah eskar hilang

    12. Tanda-tanda syok (hipotensi, disorientasi dan oliguria)

    Perjalanan sepsis ini tenjadi sebagai berikut:

    1. Pada stadium awal tampak koloni bakteri gram (+) dilanjutkan dengan invasi bakteri

    gram (-) pada hari ke 5-7 yang didominasi oleh Pseudomonas

    2. Invasi selanjutnya secara limfogen, juga melalui perivaskuler dan perineural

    3. Pada stadium terakhir bisa terjadi penyebaran hematogen

    Harus dingat bahwa kultur darah yang positif bukan bukti adanya sepsis LB,

    sebaliknya kultur darah yang negatif bukan pula bukti tidak adanya sepsis LB karena

    invasi bakteri gram (-) terutama melalui jalan limfe sehingga kuman baru ditemukan dalam

    darah pada stadium yang lebih lambat. Kultur darah bisa positif kalau terjadi flebitis akibat

    pemasangan infus, disini biasanya disebabkan oleh bakteri gram (+).

    Mikroorganisme yang sering menyebabkan infeksi dan sepsis LB antara lain adalah

    Stafilococcus aureus, Psuedomonadaceae, Entembacteriaceae (Escherichiae & Proteae),

    Parvobacteriaceae (Bacteroides), Lactobacteriaceae (Streptococcus faecalis) dan

    Streptococcus hemolyticus.

    Tindakan yang pertu dikerjakan terhadap luka.

    Pemakaian antiseptika atau antibiotika secara topikal dapat mencegah timbulnya sepsis

    LB.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    Bila sudah terjadi sepsis LB maka perlu dikerjakan :

    1. Membersihkan luka, drainase pus dengan melakukan pengompresan.

    2. Pembalut kompres harus sering diganti (4-8 jam) sampai tandatanda infeksi lokal dan

    gejala sepsis hilang.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    Dasar-dasar pengobatan luka pada luka bakar

    Prinsip umum

    Kulit merupakan ongan tubuh yang terbesar dibanding dengan organ-organ tubuh

    lainnya serta mempunyai luas permukaan yang paling besar. Kerusakan yang luas pada

    kulit akan mempengaruhi fungsinya.

    Lapisan keratin dan lipid dalam kulit mencegah penguapan air. Pada LB, lapisan

    pelindung ini hilang dengan akibat seperti telah diterangkan pada bagian tentang gangguan

    cairan.

    Manusia adalah mahluk homeotermis, kulitnya berperan penting mengatur suasana

    lingkungan dalam tubuh. Sistem homeotermis ini sangat ketat pengaturannya dengan

    toleransi fluktuasi yang sangat sempit. Dengan terganggunya sistem pengaturan suhu maka

    tubuh akan sangat dipengaruhi perubahan dalam lingkungannya. Selanjutnya lapisan

    dermis berperan dalam metabolisme besi dan lapisan epidermis berperan penting dalam

    perombakan hormon-hormon steroid.

    Tujuan utama pengobatan luka pada LB adalah memberikan perlindungan baru agar

    fungsi-fungsi kulit tidak hilang secara menyeluruh. Perlindungan ini, terutama terhadap

    infeksi dan suhu dingin, diperlukan sampai kulit mengalami regenerasi spontan atau

    diperbaiki dengan tandur kulit.

    Pada LB I dan LB II diharapkan regenenasi spontan dan epitel, maka yang terpenting

    adalah menjaga keberhasilan luka/mencegah infeksi. Pada LB III yang terpenting adalah

    membuang jaringan mati, menutup luka dengan tandur kulit disamping pencegahan infeksi.

    LB akibat panas api yang tidak kotor tidak perlu dibersihkan. Bulla dibiarkan utuh,

    cairan di dalamnya disedot atau diinsisi. Bila tertahan oleh bahan kimia maka luka dicuci

    dengan air sebersih-bersihnya. Hindarkan pemakaian heksaklorofen karena bahan ini akan

    diserap melalui luka sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan dapat

    menimbulkan gejala neurologis11-28

    Pada LB III yang melingkari anggota gerak terdapat bahaya penekanan (efek turniket)

    oleh eskar yang tidak elastis. Konstruksi ini akan menimbulkan stasis aliran vena dan bila

    edema berkembang lebih jauh dapat terjadi gangguan sirkulasi arteri. Bila timbul

    kesukaran untuk menetapkan gangguan sirkulasi hanya dengan palpasil, dianjurkan

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri menggunakan nowmeter Doppler.

    Sirkulasi ke bagian distal yang terganggu ini perlu ditangani dengan tindakan operatif

    yaitu dengan escharotomi arah memanjang di beberapa tempat. Tindakan ini dapat

    dilakukan tanpa anestesi karena sifat LB III yang anestetik. Untuk eskar yang melingkari

    dada dibuat beberapa insisi melintang sejajar dengan bagian bawah tulang-tulang iga

    kemudian dibuat insisi memanjang sepanjang sternum dan garis aksila anterior.

    Perawatan luka

    Dikenal dua cara merawat luka :

    - perawatan terbuka (exposure method)

    - perawatan tertutup (occlusive dressing method)

    Perawatan terbuka memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif.

    Keadaan luka harus diamati beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik untuk merawat LB

    yang dangkal. Untuk LB III dengan eksudasi dan pembentukan pus harus dilakukan

    pembersihan luka berulang-ulang untuk menjaga luka tetap kering. Penderita perlu

    dimandikan tiap hari, tubuh dicuci dengan sabun atau antisepstika, bagian yang luka juga

    dibersihkan dengan antiseptika dan secara bertahap dilakukan eksisi eskar atau

    debridemen.

    Perawatan tertutup bisa dimulai sejak awal. Cara ini dapat dipakai untuk semua

    jenis LB khususnya diterapkan pada eskar (LB III). Pengobatan dilakukan dengan

    memakai tule yang mengandung obat antiseptika atau antibiotika atau pembalut yang

    dibasahi obat-obat tersebut sebagai kompres.

    Balutan kompres sebaiknya diganti beberapa kali dalam sehari. Pada waktu

    penggantian balutan eskar yang terkelupas dan dasamya akan terangkat sehingga terjadi

    proses debridemen. Tetapi untuk LB yang luas, debrideman harus lebih aktif dan dini yaitu

    dengan melakukan eksisi eskar di kaman bedah.

    Eksisi eskar dan penutupan luka

    Tindakan selanjutnya pada penderita LB yang dapat melewati fase akut adalah eksisi

    dan penutupan luka. Hal ini sangat penting bila ingin menghindarkan kematian oleh sepsis

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri dan akibat-akibat hipermetabolisme yang sulit diatasi eksisi eskar dilakukan secara

    tangensial932 dengan memakai dermatom.2,19 Seluruh jaringan nekrotik dibuang, bila

    perlu sampai fascia atau lebih dalam.

    Keuntungan eksisi eskar dan penutupan luka yang dini adalah :

    1. Keadaan umum cepat membaik

    2. Jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri dihilangkan

    3. penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan tandur kulit

    4. Timbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi

    5. Sensabilitas pulih lebih baik.

    Dengan kecenderungan untuk membuang eskar secepatnya maka luka terbuka yang

    dihasilkan sangat peka terhadap infeksi, juga penguapan air dan kehilangan energi menjadi

    berlebihan6,14,30 karena itu penutupan luka dengan tandur kulit sangat diperlukan. Tetapi

    sering terdapat kesulitan untuk mendapatkan autografi pada LB yang luas.

    Untuk melakukan eksisi eskar dilanjutkan sebanyak 10-25% LPT2 setiap kali

    tindakan dan segera/dibarengi dengan penutupan luka memakai kulit (autograft, allograft,

    xenograft) atau penutup biologik lain (amnion).

    Autograft tentunya merupakan pilihan yang pertama, tetapi bila terdapat kesulitan

    untuk mendapatkan autograft dapat diambil/dipanen kulit yang baru sembuh dan LB II

    sebagai donor. Mariani8 menegaskan bahwa kulit ini mempunyai perangai yang sama

    dengan kulit normal dalam hal take, wama dan lain-lain.

    Kulit yang ditandur dipertahankan pada tempatnya dengan memakai tule yang

    mengandung antiseptik kemudian dipasang pembalut tekan agar kulit tidak bergeser.13 Bila

    jumlah kulit donor hanya sedikit dapat dilakukan tandur secara postage stamp atau kulit

    diperluas/dikembangkan memakai skin graft expander. Prioritas eksisi eskar dan

    penutupannya secara berurutan diutamakan jari-jari, tangan, pengelangan tangan, siku,

    lutut, pergelangan kaki, kaki, batang tubuh dan sisa anggota gerak lainnya.

    Dengan adanya kemungkinan pemakaian amnion sebagian penutup sementara

    maka terdapat beberapa keuntungan yaitu :26,27

    1. Amnion mudah didapat dalam jumlah cukup banyak dengan biaya murah

    2. Luas eskar yang dieksisi tidak terbatas pada tersedianya donor autograft

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    3. Amnion menghambat pertumbuhan bakteri dalam luka

    4. Mengurangi rasa sakit

    5. Mengurangi penguapan air dan kehilangan panas

    6. Mengurangi kehilangan protein

    7. Mencegah kontaminasi lebih lanjut sedangkan daya bakteriostatik amnion setaraf

    dengan allograft.24

    Pemakaian allograft, xenograft atau amnion hanya bersifat sementara. Umumnya

    setelah 24-48 jam setelah ditempelkan, penutup biologik harus diganti dengan yang baru

    karena daya bakteriostatiknya menurun 19,27 , dan bila allograft ditempelkan terlalu lama

    akan mengakibatkan take sehingga menimbulkan perdarahan pada saat penggantian.

    Sebaliknya, allograft yang telah take akhirnya akan mengalami rejeksi.5

    Kapan kita dapat melakukan eksisi eskar dan penutupan luka?

    Eksisi eskar sebaiknya dilakukan sedini mungkin sebelum eskar banyak ditumbuhi

    bakteri. Kalau penderita telah melampaui masa krisis dalam fase akut, biasanya pada hari

    ke 2-5 pasca trauma, eksisi mulai dikerjakan.8,19 Penutupan luka dapat dikerjakan langsung

    setelah eksisi atau beberapa hari kemudian setelah perdarahan atau hematoma tidak akan

    rnenghambat tandur kulit. Anggapan bahwa luka baru yang terjadi setelah eksisi eskar

    tidak akan ditumbuhi autograft tidaklah tepat. Ternyata tandur kulit dapat take pada dasar

    yang berupa jaringan lemak atau jaringan ikat lainnya. Menunggu tandur kulit sampai ter-

    bentuk jaringan granulasi merupakan tindakan yang salah karena jaringan granulasi

    merupakan jaringan yang patologis yang harus dihindarkan pembentukannya. Artz

    menulis: an autograft will take on a tangentially excised wound even thought there are

    some shreds of dead tissue remaining.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri Lampiran

    Perubahan yang terjadi pada luka bakar4

    Renin Angiotensin

    ACTH Glukagon

    GH

    insulin

    Kortisol

    Aldosteron

    - meningkat sebanding dengan luas LB, terutama pada anak-anak

    - meningkat tes toleransi glukosa abnormal gula tetapi dalam puasa tidak

    begitu meningkat

    - naik selama 2 minggu pertama kemudian agak turun(tetap di atas normal

    sampai 6-8 minggu)

    sampai 2-3 minggu berkurang, kadar terendah dalam minggu pertama

    - segera meningkat sampai 2-4 kali

    - naik, biasanya normal kembali setelah 1 minggu

    Protein

    Albumin

    Globulin

    IgG

    IgM

    Asam lemak bebas

    Trigliserid

    Kolesterol

    Fosfolipid

    - menurun dengan cepat dan untuk waktu lama

    - idem, sampai luka tertutup. Produksi berkurang dan katabolisme 2-3 kali

    dan normal

    - menurun pada fase awal I lalu meningkat 5-7 hari. Katabolisme 2-3 kali

    normal tapi produksi bertambah dengan cepat

    - segera berkurang, diikuti dengan peningkatan yang lambat

    - pada orang dewasa tidak banyak berubah, tetapi pada anak-anak

    perubahan seperti pada IgG

    - meningkat sebanding dengan luas LB tetapi tidak lama

    - idem

    - berkurang sebanding dengan luas LB

    - idem

    Eritrosit

    Lekosit

    Fibrinogen

    Viskositas darah

    - segera berkurang sebanding dengan luas dan dalam LB. Masa hidupnya

    hanya 30% dan normal

    - sejak awal meningkat dan berlangsung lama. Menurun pada keadaan

    sepsis LB

    - segera berkurang disusul dengan kenaikan Untuk jangka waktu yang

    lama

    - naik dengan cepat sesuai dengan nilai hematokrit

    Cardiac Output

    Resistensi perifer

    - menurun cepat sampai 20-40% kembali secara spontan dan perlahan 24-

    36 jam

    - meninggi dengan cepat dan turun perlahan-lahan

    Resistensi pembuluh

    pulmonal

    Fungsi paru, tanpa

    - meninggi dengan cepat dan turun perlahan-lahan

    - menurun sebanding dengan beratnya LB, sekalipun tanpa trauma inhalasi

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    pnemonia

    BSP

    SGOT, SGPT

    - terdapat retensi sebanding dengan luas LB, naik dengan cepat dan

    berlangsung berminggu-minggu.

    - segera naik, mencapai puncaknya dalam 2-3 hari, berlangsung

    berminggu-minggu. Akibat kerusakan hati

    Fungsi ginjal - menurun karena sirkulasi darah ke ginjal menurun. Fungsi kembali

    normal dengan resusitasi adekuat.

    Penguapan air

    - LB yang mengenai sebagian tebal kulit dan daerah donor kulit

    rnenguapkan air dengan kecepatan sedang LB yang mengenai seluruh

    tebal kulit menguapkan air sangat cepat, besarnya 15-20 kali normal.

    Perhitungan klinis: (25+%LB) x m2 luas tubuh /jam.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri Daftar pustaka:

    1. Allen JG. Blood transfusion and related problems. Dalam Surgery : Principles and

    Practice. 4th edition, JB Lippincott Co. 1971.

    2. Artz CP. Burns update. J of trauma. 1976: 16:3-15.

    3. Artz CP. Varbrough DR. Burns dalam textbook of surgery. 10th Edition, WB

    Saunders-Igaku Shoin Ltd, 1972.

    4. Artz CP. MoncnietJA, Pruitt BA. Bums a team approach. WB Saunders Co, 1979.

    5. Barthoklson L, Brandberg A. E et al. Antibactenal Effect of Biologca! dressings in the

    treatment of infected wounds. Scand J Plast. Rec Surg. 11-33-7, 1977

    6. Bradham MC, Knizek TJ et al. Direct measurement of total metablolism of a burned

    patient.

    7. Arch surg. 1972; 105:41 0-3.

    8. Brandnwonden. A pulbication of Philips-Duphar Nederland, BV Amsterdam, 1979.

    9. Burke JF, Quinby ~ et al. Pnmary excision and prompt grafting as routine therapy for the

    treatment of thermal burn in children. Sung. Clin. N.Amer. 1976;56:477-94.

    10. Davies JWL. Lamke L-O et al. Treatment of severe bums. Acta Chin, Scand.

    (Supplement

    11. 468), 1976; 142:1976.

    12. Djohansjah Marzoeki. Knstaloid resusitas pada luka bakar. Simposium Ilmu

    Kedokteran Darurat, Surabaya, 1978.

    13. Faddis D, Daniel D et al. Tissue Toxicity of antiseptic solutions. J of trauma.

    1977;17:895-7.

    14. Ferguson EW, Lunch JB et al. Osmotic Diuretics. The effect on renal histolo~cal

    changesin expenmentnal bums. Arch surg. 1967:95:115-9.

    15. Hamit HF, Moser E et al. The use of nylon net in the management of skin grafts

    applied to burn wounnds. Surg. Gynec. Obstet. 1976; 143:809-10.

    16. Hartford CE, Bodensteiner JA et al. The use of multiple systemic antibiotic in the

    treatment of patients with bums. Sung. Gynec. Obstet. 1974;138:837-40.

    17. Hermans RP. Early excision of full-thickness burns. Dalam :Selected Proceedings of

    the IX European Federation Congress, International college of surgeon, 1975.

    18. Jaattela A, Aiho A et al. Plasma catecholamines in severely injured patients : A

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    prospective study on 45 patients with multiple injunes. Bnit J Surg. 1975;62:177-81.

    19. Lynch JB. Thermal bums. Dalam Plastic Surgery. 2nd edition. Little, Brown Co, 1973.

    20. Mariani U. The use of healed superficial bums as donorsite forsplit-skin graft. Plast

    nec. Surg.

    21. 1976;57:191-6.

    22. Monafo WM, Aulenbacher CE et al. Early Tangential excision of the escha,s of major

    burns.

    23. Arch Sung. 1972;104:503-7.

    24. Moncnief JA. Bum. Dalam Principles of surgery. 2nd edition. Mc Gnaw Hill Co, 1974.

    25. Moore FD. The endocrine and metabolic basis of sur~ca! care. Dalam surgery :

    Principles and Practice. 4th edition JB Lippincott Co, 1971.

    26. Moyer CA. Bums and Cold injuries. Ibid.

    27. Ousterhout OK, Feller I. Occult gastrointestinal hemorrhage in burned patients. Arch

    surg. 96. I 968;420-2.

    28. Palleta FX. Plastic surgery and bums. Surg. Gynec. Obstet. 1973;135:207-10.

    29. Popp MB, Srivastava LS et al. Anterior pituitary function in the rmally injured male

    children and young adults. Surg. Gunec. Obstet. 1977:145:517-24.

    30. Prawira Wunata C. Pengeloaan luka pada luka bakar. Tinjauan kasus unit luka bakar

    RSCM Jakarta. Subbagian Bedah Plastik dan RekonstrUkSi, Bagian Bedah

    RSCMIFKUI, 1979.

    31. Robson MC, Knizek TJ et al. Amniotic Membrane as a temporary wound dressing.

    Surg.

    32. Gynec. Obstet. 1973; 136:904-6.

    33. Rosenberg A, Alatary S et al. Safety and efficacy of the antiseptic chlorhexidif7e

    gluconate.

    34. Surg. Gynec. Obstet. 1976:143:789-92.

    35. Shook CD, Macmillan BG et al. Pulmonary compllcationn of the burn patient. Arch

    Sung.

    36. 1968:97:215-23.

    37. Wilmore DW. Nutrition and metabolism following thermal injury. din plast surg.

    38. 1974;1:603-16.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri 39. .Mlmore DW. Hormonal responses and their effects on metabolism. Surg. Clin

    N.Amer.

    40. 1976:56:999-1018.

    41. Wiratmadja RM. Pengobatan luka bakardi masa kini. Hasil gabungan kuliah-kuliah,

    1977.

    42. Zawacki BE. The natural history of reversible burn injury. Sung. Gynec. Obstet.

    43. 1974:139:867-72.

    44. Zimmermann B. Fluid and electrolyte balance in surgical patients. Dalam Textbook

    of surgery. WB Saunders-IgakU Shoin Ltd. 1972.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    PERTANYAAN

    DASAR-DASAR LUKA BAKAR untuk evaluasi diri

    Petunjuk soal : Jawaban yang benar bisa lebih dari satu. Untuk jawaban yang benar beri

    tanda x pada lembar jawaban terlampir.

    1. Untuk memprediksi beratnya luka bakar, perlu dilakukan pencatatan anamnesa yang

    rinci mengenai :

    A. Luasnya permukaan tubuh yang terbakar

    B. Jenis kontak panas yang terjadi

    C. Tingginya suhu yang menimbulkan luka bakar

    D. Lamanya terkena/kontak panas

    E. Bagian tubuh yang terkena trauma

    2. Perhitungan luas luka bakar ditentukan dengan cara :

    A. Perhitungan memakai Rumus Sembilan

    B. Perhitungan memakai cara Lund & Browder

    C. Memakai pedoman luas telapak tangan kira-kira 1,5%

    D. Menghitung bagian yang tidak terbakar

    E. Menghitung luas bagian tubuh yang menderita eritema

    3. Klasifikasi luka bakar memakai pembagian :

    A. Klasifikasi dalam 2 jenis derajat LB

    B. Klasifikasi dalam 3 jenis derajat LB

    C. Klasifikasi berdasarkan fungsi dalam penyembuhan

    D. Klasifikasi dalam luka bakar kritis, sedang dan ringan

    E. Klasifikasi menurut penyebab terjadinya luka bakar

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri 4. Yang dihitung dalam menentukan luas LB adalah:

    A. Zona koagulasi dan zona statis

    B. Zona koagulasi dan zona hiperemia

    C. Zona stasis dan zona hiperemia

    D. Zona koagulasi, zona stasis dan zona hiperemia

    E. Zona koagulasi

    5. Dalam zona stasis terjadi perubahan yang bersifat sementara, biasanya keadaan pulih

    setelah:

    A. 16-24 jam

    B. 1-2 hari

    C. 2-4 hari

    D. 4-7 hari

    E. 7-14 hari

    6. Syok luka bakar adalah:

    A. Ketidak seimbangan sirkulasi dalam mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrien

    untuk sel-sel jaringan

    B. Bersifat hipovolemik

    C. Bersifat hipovolemik disertai kekurangan cairan ekstraseluler

    D. Terjadi karena terjadi edema di badan

    E. Semua benar

    7. Pada luka bakar seluas 40% luas permukaan tubuh (LPT) akan terjadi kebocoran

    plasma darah sebesar :

    A. 10%

    B. 25%

    C. 40%

    D. 55%

    E. 70%

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri 8. Kehilangan cairan secara penguapan melalui kulit (insensible loss) pada penderita LB

    dapat mencapai kecepatan:

    A. 100 cc/m2 LPT/jam

    B. 0,8-2,6 gr/kgBB/% LB per hari

    C. 15-21 cc/m2 LPT/jam

    D. 2000 cc/jam

    E. (25 + % LB) cc/jam x m2 LPT

    9. Gangguan hormonal dan metabolisme pada luka bakar menimbulkan

    hipermetabolisme tubuh karena:

    A. dipengaruhi hipovolernia

    B. dipengaruhi kelenjar tiroid

    C. dipengaruhi kelenjar suprarenalis

    D. dipengaruhi luasnya luka bakar

    E. dipengaruhi suhu lingkungan

    10. Peran utama dalam hipermetabolisme ini adalah:

    A. Penguapan air yang berlebihan

    B. Hormon katekolamin

    C. Hormon insulin

    D. Suhu lingkungan yang rendah

    E. Hormon tiroksin

    11. Pada penderita LB dengan resusitasi cairan yang sudah cukup, gangguan fungsi ginjal

    yang akut dapat ditunjukkan oleh nilai-nilai di bawah ini:

    A. Ratio kadar urea dalam urine terhadap kadar urea dalam darah adalah 14

    B. Ratio kadar urea dalam urine terhadap kadar urea dalam darah

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri 12. Sepsis luka bakar :

    A. Sering timbul antara hari 1-3 pasca LB

    B. Sering timbul antara hari 3-14 pasca LB

    C. Sering timbul setelah hari ke 14 pasca LB

    D. Sering disertai demam

    E. Sering disertai ileus paralitikus

    13. Gejala yang tampak akibat tenjadinya sepsis LB:

    A. Hiperemia meluas

    B. Pembengkakan bertambah

    C. Timbul gelembung-gelembung baru

    D. Pendarahan pada lambung

    E. Suhu tinggi/demam

    14. Bulla terjadi pada :

    A. LB akibat suhu tinggi

    B. LB derajat II

    C. LB derajat III

    D. Sepsis LB

    E. Semua benar

    15. Eksisi eskar

    A. Dilakukan segera setelah terbakar

    B. Hanus segera diikuti dengan penutupan luka memakai kulit tau penutup biologik

    C. Dapat mengurangi terjadinya kontraktur dan parut hipertrofik

    D. Dapat dilakukan pada luka bakar derajat II dangkal

    E. Eksisi secara tangensial sarnpai sedalam lapisan fascia

    16. Tandur kulit atau skin grafting

    A. Harus sgera dilakukan setelah eksisi eskar

    B. Sebagai donor harus diambil dari bagian tubuh yang tidak mengalami luka bakar

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    C. Mempunyai daya bakteriostatik

    D. Dapat mengurangi terjadinya kontraktur dan parut hipertrofik

    E. Fungsinya dapat diganti dengan xenograft atau selaput amnion

    17. lnfeksi LB

    A. Jenis kuman yang tersering ditemukan pada 5 hari pertama adalah kuman gram (-)

    B. lnfeksi yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan sepsis luka bakar

    C. lnfeksi dapat dikurangi dengan melakukan eksisi eskar secara dini

    D. Tempat memasangan jarum infus berperan dalam terjadinya infeksi

    E. Mudah terjadi karena penurunan kadar immunoglobulin selama rninggu pertama

    18. Gangguan cairan dan elektrolit

    A. Pemberian cairan resusitasi berupa cairan bebas kalium

    B. Cairan intraseluler dan sel-sel yang sehat akan ditarik ke dalam pembuluh darah

    C. Terjadi asidosis metabolik dan hiponatremia

    D. Larutan glukosa 5% dapat diberikan sebagai cairan resusitasi pada 24 jam pertama

    E. Terjadi defisiensi natrium dalam ruangan ekstravaskuler

    19. Komplikasi luka bakar terhadap paru-paru

    A. Kelainan yang terjadi berupa edema paru-paru

    B. Terjadi karena hiperpermeabilitas kapiler di paru-paru

    C. Terjadi karena udara yang bersuhu tinggi terisap ke dalam paru-paru

    D. Gejala burn lung syndrome dapat dilihat pada 24 jam pertama

    E. Semua benar

    20. Ulkus Curling

    A. Dapat tenjadi pada 2-4% kasus LB

    B. Pencegahannya dengan memberi minum susu secara dini

    C. Pemberian makanan diantara jam-jam makan (berteen meal)

    D. Paling sering terjadi pada anak-anak dan usia lanjut

    E. Ulkus lebih sering di pilorus.

  • Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri

    Petunjuk Bagi Peserta

    PKB Uji Diri

    1. Modul PKB (Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan) Uji Diri Dasar-Dasar Dalam

    Luka Bakar mendapat nilai akreditasi sebesar 2 SKP (Satuan Kredit Partisipasi).

    2. Pada modul ini dilampirkan 20 buah pertanyaan.

    3. Jawaban pertanyaan mohon ditulis pada lembar jawaban dan dikirim ke alamat :

    PUSDALIN IDI

    JI. Dr. Samratulangi No. 29.

    Jakarta 10350

    4. Besarnya nilai SKP yang didapat peserta tergantung pada banyaknya jawaban yang

    benar, dengan, ketentuan sebagai benikut:

    Bila > 70% jawaban benar, mendapat nilai akreditasi 2 SKP

    Bila 50-70% jawaban benar, mendapat nilai akreditasi 1 SKP

    Bila < 50% jawaban benar, tidak mendapat nilai akreditasi.

    5. Sertifikat yang memuat nilai akreditasi SKP akan dikirim kepada peserta melalui pos,

    atau dapat diambil pada PUSDALIN IDI pada alamat tersebut diatas.

    Hormat kami,

    PUSDALIN IDI

    Klasifikasi Luka BakarKlasifikasi