dasar-dasar luka bakar.plkb
DESCRIPTION
dasar dasar luka bakarTRANSCRIPT
-
DAFTAR ISI
Pendahuluan 1
Dasar-dasar luka bakar 3
Perhitungan luas luka bakar 5
Klasifikasi luka bakar 6
Perubahan patologik pada kulit 12
Syok luka bakar 13
Gangguan sirkulasi dan hematologi 16
Gangguan hormonal dan metabolisme 19
Gangguan immunologi 24
Kornplikasi-komplikasi 24
Gangguan elektrolit dan cairan 25
Pengaruh terhadap ginjal 26
Infeksi 28
Ulkus curling 30
Pengaruh terhadap paru-paru 30
Hipertensi pada anak 33
Sepsis luka bakar 33
Dasar-dasar pengobatan luka pada luka bakar 36
Prinsip-prinsip umum 36
Perawatan luka 37
Eksisi eskar dan penutupan luka 38
Lampiran perubahan yang terjadi pada luka bakar 41
Daftar pustaka 43
Lembar pertanyaan 45
Petunjuk bagi peserta PKB Uji Diri 52
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
Dasar-Dasar
Dalam Luka Bakar
Pendahuluan
Manusia telah mengenal api sejak zaman purbakala. Kebakaran hutan karena pancaran
panas matahari, gesekan dahan-dahan kering ataupun sambaran kilat telah dikenal orang
jauh sebelum manusia menggunakan api untuk keperluan hidupnya. setelah api
dimanfaatkan manusia dalam kehidupan sehari-hari maka kecelakaan luka bakar dapat
terjadi sewaktu-waktu.
Berat ringannya suatu luka bakar (LB) tergantung pada keadaan jaringan yang
terbakar serta intensitas trauma panas. Kulit yang tebal, berpigmen banyak dan banyak
mempunyai kelenjar keringat dan kelenjar sebasea akan lebih tahan terhadap trauma panas
dibanding dengan kulit yang tipis dan kering. Jaringan dibawahnya akan menerima
rambatan panas yang serupa. Kandungan air dalam jaringan dan kaya tidaknya jaringan
akan aliran darah merupakan faktor penting.
Panas yang bersuhu dibawah 45C biasanya akan mengakibatkan kerusakan ringan
sekalipun lama kontak panasnya sampai 20 menit. suhu diatas 600C yang mengenai kulit
selama satu menit akan menimbulkan LB derajat III (LB III)3 sedangkan suhu 850C selama
10 detik akan menimbulkan LB III.22
Perubahan dalam tubuh yang timbul akibat LB yang diperoleh dan penelitian-
penelitian dan pengalaman penanganan LB membawa kita pada pengobatan LB yang lebih
modem, khususnya setelah tahun 1940-an.
Apa yang terjadi pada jaringan akibat terbakar ?
penelitian menunjukkan adanya zona koagulasi dan zona statis pada daerah luka.33
Dalam zona statis berupa koagulasi protein dan terhentinya aliran kapiler yang permanen.
Zona statis terjadi disekeliling zona koagulasi. pada zona statis aliran kapiler tertutup
secara perlahan dan akan pulih kembali secara bertahap. pengertian mengenai kedua zona
tadi penting hubungannya dengan pengobatan umum LB.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
Penelitian lebih lanjut mengenai keadaan setempat pada LB menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri akan selalu terjadi dalam jaringan yang mengalami kerusakan. prinsip
bedah bahwa setiap jaringan yang mati harus segera dibuang sering diabaikan pada LB,
seharusnya LB diperlakukan menurut prinsip yang sama yaitu jaringan yang mati (eskar)
harus dibuang sedini mungkin.
Kini diakui bahwa eksisi eskar (yang ditemukan pada LB III dan LB II dalam) harus
segera dijalankan dan luka yang terbuka akibat eksisi eskar (escharectomi) harus segera
ditutup dengan jaringan kulit. Karena penutupan ini sering menimbulkan masalah
khususnya bila LB sangat luas, maka dikenal bahan-bahan penutup sementara yaitu bahan
penutup biologis seperti homografi, xenografi dan amnion. Eksisi eskar juga merupakan
tindakan untuk menghilangkan media pertumbuhan bakteri secara lebih tuntas.
Keharusan menutup luka terbuka secepatnya diterapkan setelah diketahui bahwa
kehilangan panas/energi penguapan air dan hipermetabolisme terjadi dalam tubuh
penderita LB.
Penelitian olah BRADHAM6 menyimpulkan bahwa energi yang terbuang dari dalam
tubuh penderita LB sangat besar dan untuk mengatasinya tubuh akan memakai jaringan
lemak yang menjadi cadangan energi, akibatnya akan menyusutkan sumber energi
cadangan sehingga berat badan turun secara mencolok.
Ternyata dengan penutupan luka terbuka, kalori yang terbuang menjadi jauh lebih
sedikit dan penguapan air berjalan seperti pada orang normal. selanjutnya, pemberian
antibiotika dan antiseptika secara topikal maupun sistemik14 membantu mengatasi invasi
bakteri di dalam LB dalam menghindari timbulnya sepsis LB. Dengan tindakan-tindakan di
atas maka morbiditas dan mortalitas LB dapat diturunkan.8919
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
Pada LB dihadapi masalah medis yang cukup besar dan sangat bervariasi. Variasinya
adalah luka akibat terbakar berkisar antara LB derajat I yang ringan sampai derajat III yang
dalam, sedangkan masalah medisnya adalah perubahan-perubahan fisiologis yang
kompleks yang timbul segera setelah trauma.
Adanya jaringan yang mati dan perubahan fisiologik ini perlu mendapat perhatian
utama. Berbeda dengan luka sayat yang sederhana dimana kulit dapat ditutup/dijahit secara
primer, pada LB untuk menutup Iuka-luka terbuka diperlukan waktu dan usaha yang lebih
lama.
Dasar-dasar perubahan fisiologik ini menjadi pedoman dalam penanganan LB. Pada
masa mekanisme kehilangan cairan tubuh belum banyak diketahui, banyak penderita LB
mati oleh kegagalan ginjal akut karena resusitasi cairan tidak adekuat. selain itu dahulu
orang menganggap bahwa kematian pada LB disebabkan oleh toksin-toksin dan jaringan
yang terbakar, kemudian bukti-bukti menunjukkan bahwa toksin ini sebenarnya berasal
dari bakteri dan kematian disebabkan oleh sepsis.
Seandainya LB diperlakukan seperti luka biasa yaitu dengan penggantian balutan
yang teratur dan pemberantasan infeksi, tanpa usaha pembersihan luka dengan eksisi eskar
dan upaya menutup luka dengan kulit yang baru, seorang penderita LB yang dalam dan
luas biasanya perlu dirawat di rumah sakit selama 6-12 bulan dengan hasil yang tidak
diharapkan. Kontraktur LB, suatu cacat tubuh yang mencolok bahkan mengerikan, hampir
selalu terjadi bila penanganan LB hanya mengandalkan pada penyembuhan luka secara
spontan.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri Penyebab luka bakar
Penyebab LB dapat digolongkan dalam beberapa jenis:
1. Kobaran api di tubuh (flame)
2. Jilatan api ke tubuh (flash)
3. Terkena air panas (scald)
4. Tersentuh benda panas (kontak panas)
5. Akibat sengatan listrik
6. Akibat bahan-bahan kimia
7. Sengatan matahari (sunburn)
Sengatan matahari bagi kita tidaklah merupakan masalah besar dan jarang terjadi. LB
akibat kobaran api dan jilatan api sering terjadi pada orang dewasa sedangkan bayi dan
anak-anak lebih sering tersiram air panas.
Kecelakaan akibat kompor meledak, petromak meledak, drum karbit meledak,
kobaran api pada tangan yang dicuci dengan bensin dan lain-lain sering terjadi. Minyak
panas dan benda-benda panas sering menjadi sumber penyebab LB pada ibu-ibu rumah
tangga.
Penelitian di Belanda7 menunjukkan 70% dan kejadian LB terjadi di lingkungan
rumah tangga, 25% di tempat industri dan kira-kira 5% akibat kecelakaan lalu lintas.
Usia rata-rata penderita LB yang memerlukan perawatan di rumah sakit adalah 26,8
tahun dan umumnya pria (74,7%)26
Perhitungan luas luka bakar
Penerapan Rumus sembilan sudah dikenal secara luas. Cara menghitung luas LB
dengan memakai rumus ini cukup memadai untuk tahap pertama.
Pada LB yang luas akan lebih praktis bila kita menghitung dulu luas permukaan
tubuh(LPT) yang tidak terbakar.
Pada bayi dan anak-anak berumur 1-5 tahun Rumus sembilan ini harus disesuaikan
sebagai berikut:
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri Bagian tubuh Usia 1 tahun Usia 5 tahun
Torso depan (dada & perut) 2 x 9 2 x 9
Torso belakang 2 x 9 2 x 9
Tangan kiri/kanan @ 9 @ 9
Seluruh kepala 18 14
Seluruh tungkai & kaki (kiri/kanan) @ 14 @ 16
Untuk menghitung LPT yang lebih akurat pada anak-anak digunakan cara LUND &
BROWDER seperti dibawah ini:
Klasifikasi luka bakar
Penderita LB dapat digolongkan berdasarkan dalamnya jaringan yang terbakar.
Klasifikasi ini selalu dikaitkan dengan luas permukaan tubuh yang terbakar.
Untuk keperluan klinik terdapat juga klasifikasi yang didasari ketebalan kerusakan
kulit dan perlu tidaknya penderita LB mendapat perawatan intensif.
Klasifikasi yang disebut pertama dikenal sebagal derajat LB. Derajat LB ditentukan
oleh kedalaman jaringan tubuh yang rusak oleh trauma panas (termal) dan tergantung dan
dua faktor berikut:
1. Intensitas dan lamanya panas mengenai tubuh
2. Rambatan panas pada jaringan (dipengaruhi oleh sifat lokal jaringan)
Jaringan yang tidak mampu merambatkan panas akan menderita kerusakan hebat
(nekrosis), sebaliknya jaringan yang dapat meneruskan panas ke jaringan sekitarnya yang
cukup mengandung air akan cepat menurunkan suhu sehingga kerusakan bisa lebih ringan.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri Penelitian menunjukkan bahwa sumber panas yang memancarkan panas 3,9 kal/cm/detik
selama 0,54 detik akan menimbulkan LB II. Bila panas yang dipancarkan besarnya 4,8
kal/cm2/detik dalam waktu yang sama, maka terjadi LB III.20
Dan kejadian kecelakaan dapat diperkirakan berapa dalam LB yang terjadi, karena itu
mencatat anamnesa amat berguna untuk memberikan prediksi dalamnya LB.
Klasifikasi LB yang banyak dipergunakan adalah:
Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat II - dangkal
Luka bakar derajat II - dalam
Luka bakar derajat III
LB I dan LB II mengenai sebagian tebal kulit LB III mengenai seluruh tebal kulit dan
bisa terjadi lebih dalam mencapai jaringan-jaringan di bawah kulit (jaringan lemak, fasia,
otot dan tulang). Keadaan terakhir ini digolongkan ke dalam LB IV.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
Di samping itu terdapat klasifikasi LB yang dikaitkan dengan tindakan penanganan
luka dalam klinik, yaitu:
Luka bakar sebagian tebal kulit (partial-thickness burn)
Luka bakar seluruh tebal kulit (full-thickness burn)
Pembagian terakhir ini berguna untuk membuat prediksi apakah LB dapat dibiarkan
sembuh spontan atau perlu tindakan penutup luka dengan tandur kulit (skin grafting).
Dalam mengevaluasi derajat LB diperlukan kecermatan dan dilakukan berulangkali
sehingga akhirnya dapat dipastikan bagian dengan seluruh tebal kulit terkena, dan
bagian yang terkena hanya sebagian saja. Hal ini dikaitkan dengan kemungkinan
penyembuhan luka tersebut.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
Klasifikasi Luka Bakar
Klasifikasi Morfologi Gambaran Klinis Penyebab
LB derajat I
Kematian lapisan superfisial
epidermis dlsertai dilatasi dan
kongesti pembuluh darah intradermal
Eritema
Kulit menjadi pucat bila
ditekan
Jilatan api atau kontak
LB derajat II
Kerusakan epidermis yang lebih
dalam. Terjadi nekrosis koagulasi,
epidermis terpisah dan lapisan di
bawahnya dengan pengumpulan
cairan (bulla)
Koagulasi dan kongesti pembuluh
darah di bawah kulit.
Folikel rambut dan kelenjar kenngat
masih hidup dan menjadi sumber
epitelisasi
Eritematus
Keluar cairan (weeping)
Sakit (+)
Terbentuk bulla.
Kulit tampak pucat,
kering, pada perabaan
masih lembek
Jilatan api yang cukup lama.
Tersiram air panas
LB derajat III
seluruh lapisan kulit rusak Koagulasi
pembuluh darah dibawah kulit.
Kulit kering, keras dan
tidak elastis.
Bisa terlihat vena-vena
yang mengalami
trombosis
Kobaran api, sengatan listrik,
kena air panas yang
lama/tercelup bahan-bahan
kimia yang keras.
Sekalipun klasifikasi derajat LB ini sederhana tetapi menentukan kedalaman LB
sering sulit dan tidak akurat. Kadang-kadang sampai 2-3 hari masih sukar menetapkan
dalamnya jaringan yang rusak.
Bulla merupakan salah satu tanda LB II, tetapi pada LB III karena suhu yang sangat
tinggi (lebih dan 1000C) bisa pula terbentuk bulla. Hal ini diakibatkan oleh air - dalam kulit
- yang menguap dan mengangkat epidermis22, jadi bukan akibat cairan yang terkumpul di
bawah epidermis.
Selanjutnya perlu dingat bahwa bulla yang terjadi kemudian, (setelah 12 jam atau
lebih, menunjukkan timbulnya infeksi pada luka. Biasanya bulla ini mengandung
stafilococcus atau streptococcus).
Sebagai alat bantu dalam menentukan dalamnya LB kita mengenal tes tusuk jarum
(pin prick test). Luka yang masih memiliki rasa sakit pada tusukan jarum menunjukkan
bahwa ujung-ujung saraf di bawah kulit masih utuh, jadi menunjukkan bahwa luka tersebut
hanya mengenai sebagian tebal kulit.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
Klasifikasi fungsional32 Derajat luka Penyembuhan
Derajat I Sembuh dalam 14 hari, terbentuk kulit normal
Derajat II - dangkal Sembuh antara 14-21 hari, kadang-kadang terbentuk kulit yang bersumur-
sumur dan tidak rata, depigmentasi
Derajat II - dalam Pertumbuhan epitel tenjadi dari dasar dan tepi luka, dari epitel folikel dan
kelenjar, terjadi setelah hari ke 21, bisa sampai 3 bulan.
Derajat III Pertumbuhan epitel hanya dari tepi luka. selalu diperlukan tandur kulit
(skin grafting). Bila dibiarkan sembuh spontan akan terjadi jaringan parut
yang hipertrofik
Karena LB sangat bervariasi balk mengenai luas permukaan tubuh (LPT) maupun
dalamnya jaringan yang terbakar, maka perlu ditetapkan keadaan-keadaan yang
memerlukan perawatan dan pengobatan di rumah sakit. Dalam hal ini dapat dipakai
patokan sebagai berikut :17
1. LB KRITIS (perlu dirawat di RS dan mendapat pengobatan intensif):
a. LB II Iebih darE 30% LPT
b. LB III lebih dan 10% LPT
c. LB dengan komplikasi pada saluran nalas, fraktur, trauma jaringan lunak yang hebat
d. LB akibat sengatan listrik
e. LB III yang mengenal bagian tubuh yang kritis seperti muka, tangan dan kaki
2. LB MODERAT/SEDANG (perlu dirawat di RS untuk mendapat pengobatan yang baik, biasanya
tidak seintensif LB kritis)
a. LB II dangkal lebih dan 15% LPT (pada orang dewasa) dan 10% LPT (pada anak-anak)
b. LB II dalam antara 15-30% LPT
c. LB III kurang dari 10% yang tidak mengenai muka, tangan dan kaki.
3. LB RINGAN
a. LB I
b. LB II kurang dari 15% LPT pada orang dewasa dan 10% LPT pada anak-anak
c. LB III kurang dari 2% LPT
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri Perubahan anatomi patologik pada kulit
Pada LB terjadi perubahan mikrosirkulasi kulit dan terbentuk edema. sepintas telah
disebutkan bahwa pada LB terbentuk zona koagulasi yang bersifat pemanen dan zona
statis yang bersifat sementara.
Trauma panas menghasilkan. perubahan karakteristik pada daerah yang terbakar, yaitu
zona dengan sel-sel yang mati sehingga sifatnya irreversibel yang disebut zona koagulasi
dan daerah paling luar yang memperlihatkan hiperemia dimana kerusakan sel sangat
minim dan paling dini menunjukkan perbaikan dan disebut zona hiperemia. Diantara
keduanya terdapat zona stasis dengan gangguan pada sel dan sirkulasi darah yang bersifat
sementara. Tetapi zona stasis ini sangat potensial untuk menjadi luka yang lebih luas dan
lebih dalam sehingga mengenai seluruh tebal kulit karena kondisi sel-selnya sangat peka
terhadap infeksi dan kekeringan yang menimbulkan kematian sel.
Pada gambar-gambar di bawah ini dipenlihatkan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam zona stasis dimana mikrosirkutasi pada kulit mengalami perbaikan bila penanganan
LB diberikan secara adekuat sehingga memberikan kesempatan kepada pembuluh darah
untuk rnenghilangkan sludging dan hipoksia jaringan tidak berlarut-larut.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
Gambar bagian atas menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi akibat LB.
penelitian oleh ZAWACKI 3 ini memperlihatkan bahwa dalam 2-4 jam setelah terbakar
terjadi pengumpulan cairan edema yang sangat cepat dan terjadi stasis kapiler. Antara 4-16
jam statis kapiler berkembang sangat progresif sekalipun edema tidak bertambah atau
bahkan kadang-kadang edema berkurang 16-24 jam setelah trauma, bendungan kapiler
mulai berkurang dan pada hari ke 2 sirkulasi mulai kembali ke normal, begitu pula
sensibilitas kulit mulai pulih.
Gambar bagian bawah memperlihatkan bahwa sampai 16 jam setelah terbakar, epitel
folikel rambut seolah mati. setelah sirkulasi pulih, sel-sel ini menunjukkan hidupnya dan
pada hari ke 4 sel-sel ini tumbuh ke atas sehingga setelah 7-14 hari kulit baru sudah
terbentuk dengan baik.
Syok luka bakar
Syok pada LB memenuhi pula definisi LILLEHEI (1960) yang menyebutkan bahwa
syok adalah akibat ketidakseimbangan sistem sirkulasi dalam mencukupi kebutuhan
jaringan akan oksigen dan nutrien serta tidak mampu mengangkut sisa metabolisme.
Limapuluh tahun yang lalu, penderita LB seluas 65% LPT hampir selalu mati dalam 5
hari pertama, tetapi kini kemungkinan hidupnya sebesar 40%.22 Kemajuan pengobatan LB
telah dicapai berkat diketahuinya dasar-dasar perubahan fisiologi tubuh dan penanganan
luka dengan pemakaian tandur kulit.
Pada tahun 1855 BUHL menyatakan bahwa pada LB, cairan dalam darah berkurang
karena cairan masuk ke dalam jaringan-jaringan yang terbakar sehingga disarankan
pemberian serum untuk mengatasi syok pada LB. setetah melalui berbagai penyelidikan
dan pengalaman klinik, akhirnya para sarjana sepakat bahwa pada fase awal terdapat pe-
nurunan natrium dalam ruangan ekstravaskuler dan resusitasi cairan merupakan
pengobatan utama untuk syok LB.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Pada LB timbul beberapa macam gangguan fisiologik yang akut sifatnya:
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
1. Gangguan cairan
2. Gangguan sirkulasi
3. Gangguan hematologi
4. Gangguan metabolisme
5. Gangguan hormonal
6. Gangguan immunologi
Gangguan Cairan
Gangguan cairan terjadi melalui beberapa mekanisme.
Pentama, gangguan cairan yang terjadi berupa perpindahan cairan dan elektrolit dan
intravaskuler ke ruangan ekstravaskuler dan penguapan air yang berlebihan melalui
permukaan kulit yang rusak.
Kehilangan air yang paling berarti adalah berasal dari dalam sirkulasi darah. Cairan
dalam darah dan cairan ekstraseluler dari bagian tubuh yang tidak terbakar berpindah
tempat, masuk ke dalam bagian tubuh yang mengalami edema dan ke dalam bulla, untuk
kemudian sebagian akan menguap melalui kulit yang rusak.
Jelaslah bahwa syok LB berbeda dengan syok akibat perdarahan-perdarahan yang
menyebabkan hipovolemia. pada syok LB selain hipovotemia juga terjadi kekurangan
cairan ekstraseluter dalam jaringan yang sehat sehingga terjadi gangguan metabolisme sel
yang memperberat keadaan syok.
Perubahan sistemik yang terjadi pada LB sangat kompteks. Kebocoran pembuluh
darah terjadi karena permeabilitas kapiler bertambah, yang akan berakibat pula protein
dalam plasma lolos melalui dinding kapiler.
Bila LB lebih dari 30% LPT maka meningkatnya permeabilitas kapiler ini bukan
hanya terjadi di daerah yang terbakar tetapi juga di bagian yang sehat (generalisasi).4
Kemudian setengah dari juiniah protein yang lolos ini akan keluar dan tubuh melalui
luka-luka, sedangkan sisanya tertahan di ruangan ekstraseluler sampai 3 minggu atau lebih
sebelum masuk kembali ke dalam pembuluh darah. perbaikan permeabilitas kapiler terjadi
berangsur-angsur setelah 24-36 jam dan cairan edema mulai diserap kembali, dalam klinik
dikenal sebagai fase diuresis. Tetapi secara tuntas permeabilitas normal kembali setelah 5-
6 hari.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
Komposisi cairan edema mirip dengan plasma darah, kecuali kandungan proteinnya
agak kurang. Hal ini terjadi karena efek pengeceran cairan interstisial.20 selain protein
plasma, garam-garam merupakan unsur yang paling banyak keluar dari pembuluh darah.
pada LB seluas 40% LPT, plasma yang keluar diperkirakan sebanyak 25%, sedangkan
cairan ekstraseluler yang berpindah tempat sebanyak 40-50%. Ketuamya plasma dan
cairan ekstraseluler paling cepat dan banyak terjadi dalam 12 jam pertama dan pada 6-12
jam berikutnya kebocoran ini jauh lebih lambat. Begitu pula edema terbentuk dengan
sangat cepat dalam 3-4 jam pertama.
Pengumpulan cairan dalam jaringan yang terbakar menyebabkan efek pengenceran
sehingga kadar natrium menurun dan ini berakibat terganggunya metabolisme sel serta
gangguan fungsi ginjal. Dari penelitian-penelitian diketahui bahwa sebab utama syok LB
adalah defisiensi natrium dalam rongga ekstravaskuler.
Kedua, karena terganggunya fungsi kulit yang rusak akibat trauma panas. Kulit adalah
organ pengatur suhu dalam tubuh dengan cara penguapan air. Fungsi ini pada LB
terganggu, begitu pula fungsi-fungsi kulit yang lain terganggu karena kerusakan yang luas
seperti fungsi-fungsi di bawah ini:
1. Penangkalan yang ampuh terhadap invasi bakteri
2. Stratum korneum merupakan struktur paling efektif untuk
menghalangi.
a. perpindahan air ke dalam dan ke luar tubuh
b. penguapan air, elektrolit dan gas-gas
3. Berperan penting dalam termoregulasi
Penguapan air pada orang normal berupa kehilangan insensibel (insensibel loss)
adalah sebesar 15-21 cc/m2 LPT.
Kulit yang terbakar mengalami kerusakan lapisan keratin dan kandungan lipidnya.
Kedua unsur ini merupakan penahanan penguapan air secara berlebihan dan jaringan. Bila
seseorang mengalami LB seluas 40% LPT maka akan kehilangan air karena penguapan
dengan kecepatan 100 cc/m2 LPT/jam, bahkan bisa lebih besar,3 umumnya berkisar antara
0,8-2,6 gram/kg BB/% LB seharinya.4 Di bawah ini tertera cara rnenghitung kehilangan air
karena penguapan yang harus diperhitungkan pula sewaktu penderita LB dalam resusitasi
cairan.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
Kehilangan insensibel
Orang normal : 15-21 cc/jam/m2 LPT
Penderita LB : (25+% LB) cc/jam/m2 LPT
Panas yang hilang karena penguapan air :
570 kkal/liter penguapan
Gangguan sirkulasi dan hematologi
Perubahan-perubahan yang disebutkan di atas membawa akibat pula terhadap jantung
dan sirkulasi. Cardiac output mendadak turun curah jantung sehingga terjadi takikardi,
stroke volume berkurang, hipotensi dan resistensi perifer meninggi.
Cardiac output menurun karena adanya myocardial depressant (dibuktikan oleh
BAXTER). Resistensi perifer naik karena sistem arteriot mengalami vasokonstriksi
disamping viskositas darah yang bertambah. Hemokonsentrasi ini menimbulkan fenomena
sludging yang mengakibatkan bertambah hebatnya gangguan sikurlasi perifer sehingga
oksigenasi dan perfusi jaringan sangat buruk.
Selain itu terjadi pula hemolisis karena perubahan fisik dalam darah yang terjadi 1-2
jam setelah terbakar, penelitian isotop oleh SHIRE menunjukkan penurunan eritrosit tidak
lebih dari 10% (dikutip oleh Djohansjah).10 Bisa pula terjadi hemolisis yang lambat (2-7
hari setelah terbakar) yang disebabkan oteh fragilitas sferosit yang bertambah.
Yang perlu diperhatikan adalah juiniah eritrosit yang aktif dalam sirkulasi. Juiniah ini
berkurang oleh faktor-faktor seperti di bawah ini:
1. Terjadinya hemolisis
2. Morfologinya berubah akibat pengaruh panas
3. Tertahan dalam pembuluh darah yang trombotik
4. Pendarahan-pendarahan dan jaringan granulasi
Sekalipun terjadi kekurangan enitrosit, transfusi darah biasanya belum perlu sampai
72 jam setelah terbakar karena pada fase awal terdapat hemokonsentrasi. Transfusi yang
terlalu dini sangat berbahaya karena akan menambah kepekatan darah disaat plasma masih
terus bocor. Akibat selanjutnya sludging akan lebih berat.
Bila hemokonsentrasi sudah dikoreksi dengan pemberian cairan dan volume
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri intravaskuler sudah diperbaiki mungkin transfusi perlu dipertimbangkan dengan
berpedoman pada hematokrit.
Dalam klinik dapat digunakan pedoman bahwa pada LB diperkirakan terjadi hemolisis
sebesar 0,5% untuk setiap 1% LB III (full thickness burn).
Secara ringkas, unsur-unsur yang terganggu akibat LB adalah sebagai berikut :
Protein :
0-24 jam : Juiniah protein yang hilang sangat cepat dalam 30 menit pertama. Bisa
mencapai 50% dari total protein hilang dalam 5 jam pertama. Disebabkan
oleh permeabilitas yang bertambah.
Akibatnya : total protein berkurang, ratio albumin-globulin terbalik. Kadar
protein dalam cairan limfe naik.
0-21 hari : Protein sangat diperlukan untuk energi, kebutuhan albumin mencapai 20
gram/hari (normal 8 gram/hari). Hal ini disebabkan katabolisme albumin dan
globulin meningkat akibat hipermetabolisme. Bila kebutuhan ini tidak
dipenuhi dari makanan maka timbul hipoproteinemi.
Garam :
0-24 jam : Garam keluar sangat cepat dan banyak. Kehilangan garam dan plasma bisa
mencapai 50% dalam 2 jam pertama dan mencapai 80% dalam 5 jam
pertama. Hal ini disebabkan oleh permeabititas kapiler yang meningkat dan
berakibat hipovolemi karena garam terlarut dalam air. Akibat lain adalah
cardiac output menurun, viskositas darah naik dan filtrasi glomerulus
menurun.
Air :
0-10 hari : Kehilangan air-bebas elektrolit-pada 48 jam pertama hanya sedikit, tetapi
berangsur-angsur bertambah banyak keluar tubuh sampai mencapai
puncaknya pada hari ke 10. Air ini menguap melalui luka-luka. pada orang
dewasa kehilangan ini sekitar 100 cc/mm2 LPT/jam sedangkan pada anak-
anak bisa 2-3 kali lebih banyak. Akibat penguapan terjadi dehidrasi dan
kehilangan panas penguapan 1 liter air memerlukan panas 570 kalori juga
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
terjadi hipermetabolisme dan suhu dalam tubuh menurun.
10+ hari : Kehilangan air berangsur menurun sesuai dengan sembuhnya luka terbuka
atau penutupan dengan tandur kulit. Tetapi sebelum luka tertutup kulit
normal, penguapan masih 2-3 kali keadaan normal.
Eritrosit :
1-2 jam : Juiniah eritrosit yang hilang sebanding dengan dalamnya luka bakar.
perhitungan: 0,5% eritrosit hilang pada setiap 1% LB III. Hal ini diakibatkan
oleh hemotisis. Kehilangan eritrosit hanya bisa dideteksi bila volume
intravaskuler sudah diperbaiki.
2-7 hari: Eritrosit hilang dapat mencapai 10% karena hemotisis akibat fragilitas sferosit
bertambah. pada LB III yang luas bisa timbul hemoglobinemia dan
hemoglobinuria.
Gangguan hormonal dan metabolisme
LB merupakan trauma dan stress yang berkepanjangan. Di dalam klinik kita melihat
bahwa penderita LB yang mampu melampaui fase akut akan menyusut berat badannya
dengan cepat bila tidak mendapat penanganan yang adekuat. Pengaruh besar pada fase
syok adalah akibat rangsangan kelenjar suprarenal, sedangkan fungsi kelenjar tiroid hampir
tidak berubah pada LB.9,21
Perubahan pada fungsi hipofisa anterior bersifat neunogen dan tidak jelas apakah
dipengaruhi oleh rangsangan metabolik.25
Respon hormonal ini timbul sejak awat trauma dan berjalan cukup lama. Rasa nyeri,
ketakutan dan kerusakan jaringan merupakan faktor yang merangsang sistem saraf
simpatis. Keadaan ini diperberat oleh adanya kelaparan dan tindakan-tindakan bedah
seperti eksisi eskar dan pembiusan pada saat tandur kulit.
Pengaruh perubahan pola produksi dan sekresi berbagai hormon mengakibatkan
adanya perubahan metabolik dalam jaringan.
Telah diterangkan bahwa pada LB terjadi hipovolemia, kemungkinan terjadi asidosis,
bahaya infeksi, penguapan air yang berlebih yang berakibat penurunan suhu tubuh dan
lain-lain. perubahan-perubahan ini berawal dari adanya rangsangan melalui saraf-saraf
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri aferen ke susunan saraf pusat melalui saraf-saraf sensibel dan formatio retikularis, berakhir
di korteks serebri dan hipotalamus.
Dan penelitian ditemukan bahwa toksin bakteri bisa langsung merangsang
hipotalamus. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya respon hormonal dapat diterangkan
sebagal berikut
Hipovolemia akan merangsang sekresi renin, aldosteron, ADH, adrenalin, noradrenalin,
kortisol dan glukagon. merangsangan diterima oleh pressoreseptor pada arkus aorta,
sinus karotikus, aparat juk stagtomerutus dan sensor volume pada hipotalamus.
Renin meningkat produksinya karena sel-sel dalam aparat jukstagtomenulus
mengeluarkan renin ke dalam sirkulasi darah dan limfe akibat adanya perubahan
tekanan perfusi dalam arteriol di korteks ginjal. Renin akan mengaktifkan
angiotensinogen menjadi angiotensi I, kemudian menjadi angiotensin II. Angiotensi II
ini berefek hipertensif dan juga merangsang korteks suprarenatis untuk mengeluarkan
aldosteron. selanjutnya renin dan aldosteron menjadi bagian mekanisme tubuh untuk
mempertahankan tekanan darah dan mempertahankan natrium.
ADH dikeluarkan karena adanya rangsangann nukleus supraoptikus ADH yang
diproduksi oleh hipofise posterior merupakan usaha tubuh untuk mempertahankan air
dengan akibat yang kurang menguntungkan untuk ginjal. Karena ADH filtrasi ginjal
dikurangi sehingga terjadi bahaya nekrosis tubuli yang akut serta keracunan air.
Biasanya produksi ADH meningkat selama 3-5 hari. Itu sebabnya mengapa penderita
LB yang mendapat resusitasi cairan yang adekuat (tanpa berlebih) sekalipun pada hari
ke 3 atau 4 bisa mengalami diuresis yang berlebih karena efek ADH mulai menghilang.9
Adrenalin dan noradrenalin meningkat, biasanya hanya sebentar kecuali pada trauma
yang hebat sekali dan berlarut-larut. penelitian oleh JAATTELA, ALHO dkk16 pada 45
penderita trauma hebat menunjukkan kadar adrenalin dan noradrenalin sangat tinggi
pada jam-jam pertama dan dalam 6 jam pertama kadarnya masih cukup tinggi.
Adrenalin dan noradrenalin ini berguna untuk meningkatkan cardiac output dan
menaikkan tekanan darah, sebaliknya adrenalin akan menghambat pengeluaran insulin.
Glukagon berperan sebagal penyebab terjadinya kelainan metabolisme. Hormon ini
merupakan hormon diabetogenik yang dihasilkan oleh sel-sel alfa pulau Langerhans.
Mekanisme peningkatan produksinya belum diketahui. pada hipoglikemia produksi
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
glukagon meningkat. Glukagon merangsang lipolisis, pemakaian lemak untuk sumber
energi (glukogenesis) juga glukoneogenesis. Hormon ini juga mempunyai efek
antinsutin. semua itu bertujuan mempertahankan kadar glukosa darah supaya tetap
normal. Di samping itu glukagon juga berdaya:
- meningkatkan cardiac output dan stroke volume serta mengurangi tahanan pembuluh
darah perifer
- meningkatkan ketogenesis dan uregenesis
Pengaruh asidosis terhadap tubuh antara lain menurunkan kontraksi otot jantung
begitu pula respons otot jantung dan pembuluh darah perifer terhadap katekolamin
berkurang. selain itu asidosis merupakan predisposisi timbulnya aritmia dan kegagalan
ginjal akut dan menambah beban pernafasan.
Pada LB terjadi penghamburan sumber energi dan penurunan berat badan karena
adanya katabolisme yang hebat dan kekurangan intake makanan. Lamanya katabotisme ini
bergantung dan beberapa faktor dan biasanya metabolisme baru akan normal kembali
setelah LB yang dalam sudah ditutup dengan tandur kulit.
Hipermetabolisme pada LB meningkat sebanding dengan luasnya luka sampai luas
LB 40-50% LPT, selanjutnya pada LB yang lebih luas tidak sebanding.31
Keadaan metabobisme dan berat badan dikaitkan dengan perjalanan LB dapat dilihat
pada grafik di bawah ini.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
Karena terjadi penguapan air yang berlebih maka terjadi pendinginan permukaan
tubuh yang akan menangsang untuk menghasilkan panas agar suhu dalam tubuh dapat
dipertahankan. Dalam penerapan klinik, terbukti bahwa penderita LB yang dirawat dalam
ruangan yang lebih hangat (320C) akan berkurang metabolik-ratenya dibanding dengan
penawatan di dalam nuangan yang lebih dingin. Dalam praktek ternyata puba penderita LB
akan merasa lebih nyaman berada dalam suhu ruangan yang lebih hangat dibandingkan
dengan orang normal.30 Memang penguapan air bukan sebab utama timbulnya hipermeta-
bolsisme. Katekolamin (adrenalin, noradrenalin dan dopamin) yang berperan utama dalam
hipermetabolisme. Ruangan yang dingin menimbulkan stress tambahan sehingga
pengeluaran katekolamin lebih besar lagi.
Pada intake makanan yang kurang (kelaparan), kadar protein akan dipertahankan dan
sebagai sumber energi dipakai lemak yang diperoleh dari jaringan lemak yang merupakan
cadangan energi paling besar dalam tubuh. pada keadaan hipermetabolisme ini, melalui
proses glukoneogenesis lemak menjadi sumber tenaga ekstna.
Berdasankan pencobaan ALLEN dkk, protein dalam plasma juga bisa digunakan
sebagam sumber tenaga. Dengan pemakaian protein plasma ini yang sebagian besar berupa
albumin - maka tubuh dengan cepat kekurangan protein kanena sintesa albumin oleh hati
tidak sebanyak pemakaian albumin ini.
Dalam menanggulangi LB pemberian protein plasma dan luar sangatlah penting.
Dengan pemikiran bahwa protein itu tidak akan terbuang ke dalam nuang interstisial maka
pemberian plasma hanya dianjurkan bila kebocoran kapiler sudah hilang, karena itu
biasanya plasma diberikan sebelah melewati masa 24 jam pasca trauma. Maka sangatlah
penting dalam mengelola LB untuk memberi sumber energi yang adekuat. pemberian
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri protein dalam bentuk ilain selama fase katabobik, misalnya asam amino, sangatlah
bermanfaat untuk sumber pembakaran ini.
Mengapa harus dijaga jangan terjadi perombakan protein dari tubuh penderita?
penggunaan protein tubuh berarti mengambilan protein dari otot-otot. Disamping itu
menurunkan daya tahan tubuh, mengganggu penyembuhan luka serta mengganggu sintesa
beberapa enzim dan protein plasma. penelitian oleh BLACKBURN dkk menunjukkan
bahwa balans nitrogen yang baik tidak dapat diperoleh dengan pemberian asam amino
ditambah glukosa 100 gram setiap hari, tetapi balans nitrogen menjadi positif dengan
hanya pemberian asam amino saja. Menurut pendapat mereka pemberian glukosa
rnenyebabkan pengeluaran insulin meningkat sehingga terjadi efek antilipolitik, sedangkan
pemberian asam amino saja tidak merangsang pengeluaran insulin.
Pemberian insulin pada LB perlu dipikirkan karena insulin mengatur pemakaian
sumber energi. pertama adalah mengurangi kecepatan pengeluaran asam lemak bebas dari
jaringan lemak (kebalikan pengaruh gbukagon dan kateklholamin) dan kedua adalah
menambah penyerapan asam amino oleh otot serta menambah sintesa protein (kebalikan
dan glukagon dan kortisol). Dengan insulin yang berfungsi antilipolitik ini sumber energi
tidak diambil dari lemak. Lipolisis sendiri akan mengakibatkan ketosis dan selanjutnya
ketosis lebih merangsang pemakaian lemak. penggunaan insulin perlu dipertimbangkan
dalam pengelolaan LB karena sekalipun hipotalamus mengendalikan honmon-hormon
yang berperan dalam pembuatan glukosa tetapi glukagon dan insulin tidak berada dibawah
pengaruh hipotalamus.
Gangguan immunologi
Dalam periode awal-segera setelah terbakar-kepekaan terhadap infeksi meningkat. Hal
ini disebabkan netrofil-netrofit, yang seharusnya memfagositosa kuman-kuman,
terperangkap dalam kapiler (zona stasis). secara bertahap penurunan daya tahan ini
berkurang.20 Kita telah ketahui bahwa akibat trauma panas terjadi nekrosis dan koagulasi
serta trombosis pembuluh darah dalam kulit dan jaringan subkutis. Pada LB III perubahan
ini irreversibel. Tetapi pada LB II yang tidak mengalami infeksi akan terjadi rekanalisasi
pembuluh darah. Hal ini tenjadi 48 jam pasca trauma dan proses rekanalisasi akan lengkap
pada akhir minggu pertama.33
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
Pada LB III, jaringan di bawah eschar/subschar akan membentuk jaringan granulasi
yang kaya dengan fibroblas dan kapiler-kapiler baru. Kalau tidak terjadi infeksi, proses ini
mulai pada akhir minggu kedua dan biasanya sudah lengkap pada minggu ketiga. Jaringan
granulasi yang terjadi merupakan barrier yang menahan pertumbuhan bakten karena
mengandung sel-sel fagosit, sehingga jaringan granulasi yang sehat dapat bertahan
terhadap invasi bakteri yang juiniahnya melebihi 107/gram jaringan. Dalam keadaan
normal, kemampuan netrofil untuk menghancurkan bakteri naik turun secara siklis. Pada
LB fluktuasi ini amat berlebih sehingga pada saat terjadi penununan kemampuan netrofil
dapat timbut sepsis LB (burn sepsis).
Faktor gangguan immunologi yang lain adalah kadar immunoglobulin dalam sirkulasi
menurun. Kadar immunoglobulin menurun dengan cepat karena hilang dari jaringan.
Kadar -G-globulin (IgG) dan -M-globulin (IgM) baru kembali normal setelah minggu kedua atau ketiga kecuali pada sepsis dimana kadamya tetap rendah.20
Komplikasi-komplikasi
Penderita LB yang tidak mendapat pengobatan dalam 3 jam pertama akan mengalami
syok. Syok yang timbul akan sulit sekali diatasi. Komplikasi akibat LB timbul akibat
pengobatan yang tidak adekuat ataupun merupakan bagian dari perubahan fisiologik organ
akibat pengaruh panas atau gas-gas yang terhirup ke dalam paru-paru.
Komplikasi yang bisa terjadi akibat LB adalah :
1. Gangguan elektrolit dan cairan
2. Pengaruh terhadap ginjal
3. lnjeksi
4. Ulkus Curling
5. Pengaruh terhadap paru-paru
6. Hipertensi pada anak-anak
Gangguan Etektrolit dan Cairan
1. Sekalipun ruangan interstisial di sekitar sel-sel kekurangan cairan, juiniah cairan
intraseluler dalam jaringan-iaringan yang sehat tidak berubah karena sel-sel tidak
memberikan cairannya. Maka pemberian resusitasi cairan harus segera dilakukan karena
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
sumber pemberi cairan dan tubuh tidak ada.
2. Hiperkalemia sering terjadi dalam 1-2 jam pertama. Kalium ini berasal dari sel-sel yang
rusak serta akibat oliguria. Bila kadar kalium sangat tinggi bisa terjadi kematian, maka
pemberian resusitasi cairan pada fase akut berupa cairan yang bebas kalium dan untuk
48 jam - sebelum fase diuresis - tidak dianjurkan memberi buah-buahan ataupun kaldu
daging.
3. Hiperosmolalitas dan asidosis
Pada LB selalu terjadi asidosis metabolik karena adanya pembakaran karbohidrat yang
tidak sempurna dan penimbunan asam laktat. Dasar terjadinya asidosis ini adalah
anoksia/hipoksia jaringan sehingga terjadi anaerobiosis.21
Asidosis metabolik terjadi karena anion tertimbun dalam tubuh yaitu klorida, laktat,
sulfat dan lain-lain sehingga menggeser anion bikarbonat. ZIMMERMANN34
menyebutnya sebagai addition addosis akibatnya pH darah menurun ph
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri Pengaruh terhadap ginjal
Akibat LB bisa terjadi peningkatan permeabilitas pembutuh glomerulus (efek
generalisasi) sehingga menimbulkan proteinuria yang berlangsung sampai hari ke 3.
Nekrose tubuler akut sering menyertai LB, tetapi sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi
karena perubahan dalam ginjal ini bukan akibat yang primer. Hipovolemia akibat LB akan
menurunkan sirkulasi ke ginjal sehingga filtrasi glomerulus berkurang karena itu yang
terpenting adalah resusitasi cairan secana baik untuk mempertahankan filtrasi glomerulus
yang cukup.
FERGUSON12 mengutip hasil penelitian histologik oleh Mc.ANINCH dkk dari otopsi
yang menemukan bahwa perubahan yang sering terjadi dalam ginjal akibat LB. Perubahan-
perubahan itu adalah:
1. Bendungan ginjal
2. Penebalan lapisan parietal kapsula Bowman
3. Hemoglobin cast dalam tubuli
4. Atrofi sel-sel tubuli
5. Terlepasnya sel-sel tubuli dari membran basal
Ferguson sendiri dari penelitiannya menemukan perubahan tambahan dalam ginjal
sebagai berikut :
1. Protein cast dalam tubuh
2. Degenerasi hialin dan vakuolisasi tubuli proksimal
Selanjutnya dan penelitian-penelitian mengenal LB diperoleh gambaran bahwa pada
LB yang luas kegagalan ginjal akut terjadi kurang dari 5%. Berat jenis urine yang rendah,
lebih-lebih masih dalam keadaan oliguria, merupakan tanda terjadinya kegagalan ginjal
akut karena menunjukkan penurunan daya tubuli dalam menyerap kembali air kedalam
darah.
Untuk menentukan adanya gangguan fungsi ginjal, pengukuran osmolaritas urine
merupakan petunjuk yang lebih tepat dibandingkan dengan pengukuran berat jenis urine.
Cara lain untuk menentukan gangguan fungsi ginjal adalah mengukur kadar urea
dalam urine dibandingkan dengan kadar urea dalam darah dengan berpedoman sebagai
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri berikut :
T Nilai normal Gagal ginjal akut 14
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri dapat dilakukan dengan memberikan diuretika, misalnya pemberian Manitol 1 gram/kgBB
dalam larutan 15-20%. Akan tetapi bila usaha ini tidak berhasil menaikkan produksi urine
sebaiknya pemberian manitol jangan diulangi karena retensi manitol dalam tubuh akan
berefek sebagai plasma ekspander. Hal ini menimbulkan bahaya edema paru-paru.
lnfeksi
Timbulnya infeksi pada LB merupakan masalah besar. Infeksi yang paling berbahaya
adalah sepsis LB (burn sepsis). Invasi bakteri bisa berasal dari luar -udara, iatrogeneik,
tinjal dll- atau bakteri dari folikel rambut dan kelenjar-kelenjar dalam kulit yang tidak mati
oleh panas. Seperti telah disebutkan di depan, kulit berfungsi sebagai pelindung terhadap
serangan bakteri. Menyusul suatu LB dapat terjadi proliferasi kuman karena terdapat
gangguan immunologi. Dalam waktu 48 jam pasca LB bisa ditemukan 108 kuman gram (+)
dalam 1 gram jaringan permukaan luka.20 Kuman yang utama adalah Stafilokokus. Secara
perlahan kuman ini menembus melalui kapsul perifolikel ke dalam jaringan sekitarnya.
Dari penelitian ternyata pada hari ke 5 pasca LB banyak ditemukan kuman gram (-) bahkan
pada akhir minggu pertama, kuman gram (-) sangat dominan. Bila pengobatan tidak
dilakukan maka pada akhir minggu pertama invasi aktif ke dalam jaringan akan terjadi
sangat cepat. Dari penelitian ditemukan bahwa Pseudomonas aeruginosa merupakan
kuman patogen utama yang menginvasi jaringan subkutis dengan juiniah melebihi 105
kuman/garam jaringan, bahkan sering mencapai 107 kuman/gram jaringan.20
Dalam pengelolaan LB, pencegahan infeksi merupakan hal yang tidak bisa diabaikan.
Pada LB I dan LB II kita mengharapkan regenerasi epitel secara spontan, karena itu sel-sel
ini jangan rusak/mati oleh infeksi, sedangkan pada LB III pencegahan infeksi antara lain
dilakukan dengan eksisi eschar dan penutupan yang dini dengan tandur kulit.
lnfeksi bisa pula terjadi melalui cara lain seperti kanula intravena yang terpasang
lama, pemasangan kateter uretra atau kanula trakheostomi. Flebitis yang timbul pada
pemasangan pipa intravena sering disebabkan oleh Stafilokokus. Bila tampak gejala infeksi
kulit sekitar masuknya jarum infus, kanula harus segera dicabut dan bila masih dianggap
pertu dipasang kembali pipa intravena di bagian lain. Pemasangan kanula sebaiknya
diusahakan pada ekstrimitas atas karena kemungkinan infeksi lebih kecil.
lnfeksi saluran kemih hampir sebalu terjadi pada pemasangan kateter yang lama,
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri karena itu diusahakan agar kateter hanya dipasang selama fase syok sebagai upaya
memonitor resusitasi cairan melalui produksi urine. Bila masih perlu memonitor produksi
urine untuk waktu lama, penggantian kateter sebaiknya dilakukan setiap 5-7 hari sekali.
Pemberian antibiotika profilaktik sebaiknya dilakukan selama terpasang kateter.
Ulkus Curling
Ulserasi yang akut pada lambung atau duodenum mempunyai frekuensi yang cukup
sering. OUSTERHOUT23 mendapatkan antara 2-4% penderita LB mengalami ulkus
Curling, sedangkan MONCRIEF20 memperoleh angka 20-25%. Sebab terjadinya ulkus ini
belum jelas, begitu pula hubungannya dengan asam lambung atau uropepsin.
Lesi ulkus lebih sering ditemukan di pilorus, biasanya multipel, kecil-kecil, sedangkan
apabila ditemukan pada duodenum biasanya lesi soliter, besar dan dalam. Ulkus bisa
terjadi bersamaan di lambung dan duodenum. Ulserasi akut ini bisa terjadi pada semua
umur dengan kematian sebesar 85%.23
Gejala-gejala:
Ulkus Curling sering terjadi tanpa gejala prodromal. Mungkin tanda awal yang
dijadikan pedoman adalah bising usus yang berkurang atau menghilang pada akhir minggu
pertama karena perdarahan sering timbul antara akhir minggu pertama sampai hari ke
1017,20,23
Rasa nyeri di epigastrik atau distensi perut baru terdapat bila terjadi perdarahan masif,
jadi sudah ada gejala melena atau hematemesis. Pemeriksaan radiologik sering tidak dapat
dilakukan karena keadaan umum penderita sering sangat buruk.
Tindakan pertama pada ulkus ini seperti pengobatan ulkus duodeni yang kronik.
Penderita dipuasakan, pemberian transfusi darah, antasida, sedatif dan spasmolitika dapat
dipertimbangkan. Indikasi untuk operasi serupa dengan ulkus duodeni yang mengalami
perdarahan akut. Menurut LYNCH17, pemberian minum susu secara dini dan teratur akan
mengurangi frekuensi ulkus Curling secara nyata.
Pengaruh terhadap paru-paru
Analisa dari SHOOK29 menunjukkan bahwa pada 23% kasus LB terjadi kesulitan
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri saluran nafas, sedangkan dari 50 kasus kematian yang diotopsi teryata 84% menunjukkan
kelainan dalam paru-paru sebagai sebab kematian. Kelainan paru-paru ini berupa
pneumonia, edema paru-paru, infark septik, trakeobronkitis dan atelektasis.
Perubahan fungsi paru-paru akibat trauma panas baru sebagian kecil yang terungkap.
Penelitian-penelitian umumnya bersifat mempelajari perubahan morfologik. Pada beberapa
penelitian yang bersifat fungsional ditemukan bahwa pada LB yang luas terjadi minute
ventilation yang meningkat pada hari ke 3 dan mencapai puncaknya pada hari ke 5,
kemudian menurun bagi. Kenaikan ventilasi ini sebanding dengan buas LB dan biasanya
terjadi pada LB Iebih dan 40% LPT.
Pada LB dengan inhalasi gas secara langsung terdapat pula tahanan pada jalan napas
(airway resistance).
Perubahan dalam paru-paru bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :
1. Terhirup gas/uap yang mengandung karbon monoksida, karbon dioksida, sulfur
dioksida, nitrogen dioksida dan lain-lain.
2. Dalam fase pembentukan edema selama syok dengan hipovolemia dan cardiac output
yang rendah terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
3. Akibatnya resusitasi cairan -yang mengandung garam- disertai generalisasi
hiperpermeabilitas kapiler sehingga cairan bocor melalui kapiler di paru-paru.
Sebenarnya suatu paru-paru yang benar-benar terbakar tidak sering terjadi karena
traktus respiratorius ke arah distal dan larings jarang terkena suhu yang tinggi akibat
inhalasi. Kelembaban mulut dan farings mendinginkan uap panas yang terhirup, kecuali
bila terhirup dalam waktu lama seperti pada orang yang tersekap dalam nuangan tertutup.
Kelainan pada saluran napas sering terjadi akibat terhirupnya hasil pembakaran yang
berupa gas yang merangsang mukosa dan membentuk infiltrat yang membendung vena-
vena di submukosa dan arteri-arteri bronkial.
Edema yang timbul akan dikeluarkan sebagai sekret disertai dengan debris mukosa.
Sekalipun perubahan ini terjadi dalam jam-jam pertama, secara klinis gejalanya baru
tampak mulai hari ke 2.
Seperti mekanisme yang terjadi akibat trauma berat, pada LB dapat terjadi komplikasi
saluran napas yang berupa :
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
1. Obstruksi akutjalan napas bagian atas 2. Trauma inhalasi 3. lnsufisiensi paru-paru pasca trauma (dalam hal ini dikenal
sebagai BURN LUNG SYNDROME). 4. Atelektasis dan pneumonia.
Komplikasi ini sering berkembang dalam waktu yang bersamaan.
Agaknya perlu pula diperhatikan suatu kelainan paru-paru yang disebut restrictive
disease.4 Dan penelitian ARTZ dkk, LB tanpa trauma inhalasi ditemukan pula penurunan
kapasitas vital dan meningkatnya resistensi pulmonal.
Keadaan ini ditemukan pada penderita LB pada bagian perut dan dada (karena upaya
menahan gerakan napas untuk mengurangi rasa sakit), ileus paralitikus (distensi usus dan
diafragman tertekan ke atas) atau edema paru-paru subklinis karena daya serap sistem
limfe untuk mengangkut cairan akibat kebocoran kapiler tidak mencukupi.
Obstuksi akut bisa terjadi amat dini karena edema pada muka dan leher atau akibat
obtruksi mekanis lainnya. Obstruksi akibat edema biasanya berlangsung 24-48 jam.
Penanganannya dengan intubasi endotrakeal dan pemberian oksigen lembab selama 3-5
hari. Biasanya ekstubasi dilakukan bila sudah yakin obstruksi hilang (edema hilang).
Inhalasi gas biasanya dapat mengenai saluran nafas bagian bawah. Tanda-tandanya
benupa distress pernapasan dan hipoksia arteriil. Penanganannya dengan intubasi
endotrakeal atau tnakeostomi, pemberian udara lembab, bantuan pernapasan, antibiotika
dan steroid dosis tinggi.
Burn-lung syndrome secara patofisiologik berasal dan hipoksia arteriil sebagai akibat
terjadinya shunt arterio-venosa dalam paru-paru. Kelainan ini berkembang perlahan, baru
manifes secara klinis setelah 2-5 hari. Tanda awal mungkin hanya berupa takipnea, disusul
dengan sesak napas. Pada stadium ini pemeriksaan gas dalam darah menunjukkan
desaturasi oksigen dalam darah anteri. Secara radiologik paru-paru belum menampakkan
kelainan. Dengan bertambah beratnya proses maka pada foto akan tampak bercak-bercak
infiltrasi. Pada auskultasi dapat didengar ronki. Selanjutnya penderita lebih sesak dan
pemeriksaan Astrup menunjukkan saturasi oksigen makin buruk.
Dalam 24-72 jam selanjutnya proses akan berlangsung cepat. Dispnea makin berat,
foto paru-paru memberi kesan pnemonia konfuens. Jadi pada burn-lung syndrome terjadi
edema interstisial disusul dengan gangguan perfusi oksigen melalui alveoli, infeksi
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri sekunder, pnemonia dan berakhir dengan kematian. Faktor predisposisi adalah overhidrasi,
maka pemberian cairan harus sangat hati-hati bila menghadapi penderita usia lanjut dan
anak-anak serta mereka dicurigai mengalami trauma inhalasi. Pengobatan sama seperti
pengobatan akibat inhalasi gas. Bila perlu steroid diulang setiap 4-6 jam. Dapat pula
dicoba diberikan bronkodilator.
Komplikasi pada paru-paru ini dapat terjadi pada LB yang luas maupun yang sedikit.2
Hipertensi pada anak-anak
Penulis-penulis dari lnggris dan benua Eropa melaporkan terjadinya hipertensi dan
kejang menyertai LB pada anak-anak.
Ternyata pada sepertiga anak-anak yang menderita LB mengalami hipertensi dengan
diastol di atas 90 mmHg dan 10% dan mereka akan mengalami kejang. Peninggian tekanan
darah ini biasanya terjadi pada 2 minggu pertama. Mekanismenya belum diketahui.
Kenaikan kadar katekolamin terdapat baik pada penderita yang mengalami hipertensi
maupun yang tidak hipertensi. Biasanya hipertensi ini akan hilang bila luka-tukanya
menyembuh.20 Pengobatan dengan pemberian antihipertensi.
Sepsis luka bakar
Invasi bakteri ke dalam luka sangat mudah terjadi karena adanya gangguan-gangguan
fisiologik seperti telah diterangkan di depan.
Dengan telah dipahaminya gangguan cairan dan eletrokit pada LB maka penanganan
resusitasi cairan yang adekuat telah dapat diterapkan sehingga kematian pada fase awal ini
sudah dapat ditekan. Penyebab kematian yang utama pada LB, khususnya setelah me-
lampaui masa 5-7 hari adalah sepsis luka bakar dan 85% penyebabnya adalah infeksi gram
(-).
Definisi sepsis luka bakar:
Proliferasi dan invasi aktif mikroba ke dalam luka bakar dengan juiniah > 105
kuman/gram jaringan.
Gambaran klinis suatu sepsis LB adalah:
1. Sepsis jarang timbul sebelum hari ke 3, atau setelah hari ke 14.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
2. Rasa nyeri yang hebat yang masih terasa setelah lebih dari 24 jam pasca trauma
3. Pembengkakan bertambah secara mencolok lebih dari 72 jam
4. Eksudasi (pembalut selalu basah)
5. Terbentuk bulla baru diluar kulit yang terbakar
6. Luka tampak bertambah jelek
7. Tampak sona hiperemis sekeliling luka
8. Pada LB III, nekrosis bertambah luas dengan pembentukan daerah kehitaman.
9. Limfangitis dan limfadenitis
10. Distensi abdomen, ileus
11. Epitelisasi terhambat setelah eskar hilang
12. Tanda-tanda syok (hipotensi, disorientasi dan oliguria)
Perjalanan sepsis ini tenjadi sebagai berikut:
1. Pada stadium awal tampak koloni bakteri gram (+) dilanjutkan dengan invasi bakteri
gram (-) pada hari ke 5-7 yang didominasi oleh Pseudomonas
2. Invasi selanjutnya secara limfogen, juga melalui perivaskuler dan perineural
3. Pada stadium terakhir bisa terjadi penyebaran hematogen
Harus dingat bahwa kultur darah yang positif bukan bukti adanya sepsis LB,
sebaliknya kultur darah yang negatif bukan pula bukti tidak adanya sepsis LB karena
invasi bakteri gram (-) terutama melalui jalan limfe sehingga kuman baru ditemukan dalam
darah pada stadium yang lebih lambat. Kultur darah bisa positif kalau terjadi flebitis akibat
pemasangan infus, disini biasanya disebabkan oleh bakteri gram (+).
Mikroorganisme yang sering menyebabkan infeksi dan sepsis LB antara lain adalah
Stafilococcus aureus, Psuedomonadaceae, Entembacteriaceae (Escherichiae & Proteae),
Parvobacteriaceae (Bacteroides), Lactobacteriaceae (Streptococcus faecalis) dan
Streptococcus hemolyticus.
Tindakan yang pertu dikerjakan terhadap luka.
Pemakaian antiseptika atau antibiotika secara topikal dapat mencegah timbulnya sepsis
LB.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
Bila sudah terjadi sepsis LB maka perlu dikerjakan :
1. Membersihkan luka, drainase pus dengan melakukan pengompresan.
2. Pembalut kompres harus sering diganti (4-8 jam) sampai tandatanda infeksi lokal dan
gejala sepsis hilang.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
Dasar-dasar pengobatan luka pada luka bakar
Prinsip umum
Kulit merupakan ongan tubuh yang terbesar dibanding dengan organ-organ tubuh
lainnya serta mempunyai luas permukaan yang paling besar. Kerusakan yang luas pada
kulit akan mempengaruhi fungsinya.
Lapisan keratin dan lipid dalam kulit mencegah penguapan air. Pada LB, lapisan
pelindung ini hilang dengan akibat seperti telah diterangkan pada bagian tentang gangguan
cairan.
Manusia adalah mahluk homeotermis, kulitnya berperan penting mengatur suasana
lingkungan dalam tubuh. Sistem homeotermis ini sangat ketat pengaturannya dengan
toleransi fluktuasi yang sangat sempit. Dengan terganggunya sistem pengaturan suhu maka
tubuh akan sangat dipengaruhi perubahan dalam lingkungannya. Selanjutnya lapisan
dermis berperan dalam metabolisme besi dan lapisan epidermis berperan penting dalam
perombakan hormon-hormon steroid.
Tujuan utama pengobatan luka pada LB adalah memberikan perlindungan baru agar
fungsi-fungsi kulit tidak hilang secara menyeluruh. Perlindungan ini, terutama terhadap
infeksi dan suhu dingin, diperlukan sampai kulit mengalami regenerasi spontan atau
diperbaiki dengan tandur kulit.
Pada LB I dan LB II diharapkan regenenasi spontan dan epitel, maka yang terpenting
adalah menjaga keberhasilan luka/mencegah infeksi. Pada LB III yang terpenting adalah
membuang jaringan mati, menutup luka dengan tandur kulit disamping pencegahan infeksi.
LB akibat panas api yang tidak kotor tidak perlu dibersihkan. Bulla dibiarkan utuh,
cairan di dalamnya disedot atau diinsisi. Bila tertahan oleh bahan kimia maka luka dicuci
dengan air sebersih-bersihnya. Hindarkan pemakaian heksaklorofen karena bahan ini akan
diserap melalui luka sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan dapat
menimbulkan gejala neurologis11-28
Pada LB III yang melingkari anggota gerak terdapat bahaya penekanan (efek turniket)
oleh eskar yang tidak elastis. Konstruksi ini akan menimbulkan stasis aliran vena dan bila
edema berkembang lebih jauh dapat terjadi gangguan sirkulasi arteri. Bila timbul
kesukaran untuk menetapkan gangguan sirkulasi hanya dengan palpasil, dianjurkan
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri menggunakan nowmeter Doppler.
Sirkulasi ke bagian distal yang terganggu ini perlu ditangani dengan tindakan operatif
yaitu dengan escharotomi arah memanjang di beberapa tempat. Tindakan ini dapat
dilakukan tanpa anestesi karena sifat LB III yang anestetik. Untuk eskar yang melingkari
dada dibuat beberapa insisi melintang sejajar dengan bagian bawah tulang-tulang iga
kemudian dibuat insisi memanjang sepanjang sternum dan garis aksila anterior.
Perawatan luka
Dikenal dua cara merawat luka :
- perawatan terbuka (exposure method)
- perawatan tertutup (occlusive dressing method)
Perawatan terbuka memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif.
Keadaan luka harus diamati beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik untuk merawat LB
yang dangkal. Untuk LB III dengan eksudasi dan pembentukan pus harus dilakukan
pembersihan luka berulang-ulang untuk menjaga luka tetap kering. Penderita perlu
dimandikan tiap hari, tubuh dicuci dengan sabun atau antisepstika, bagian yang luka juga
dibersihkan dengan antiseptika dan secara bertahap dilakukan eksisi eskar atau
debridemen.
Perawatan tertutup bisa dimulai sejak awal. Cara ini dapat dipakai untuk semua
jenis LB khususnya diterapkan pada eskar (LB III). Pengobatan dilakukan dengan
memakai tule yang mengandung obat antiseptika atau antibiotika atau pembalut yang
dibasahi obat-obat tersebut sebagai kompres.
Balutan kompres sebaiknya diganti beberapa kali dalam sehari. Pada waktu
penggantian balutan eskar yang terkelupas dan dasamya akan terangkat sehingga terjadi
proses debridemen. Tetapi untuk LB yang luas, debrideman harus lebih aktif dan dini yaitu
dengan melakukan eksisi eskar di kaman bedah.
Eksisi eskar dan penutupan luka
Tindakan selanjutnya pada penderita LB yang dapat melewati fase akut adalah eksisi
dan penutupan luka. Hal ini sangat penting bila ingin menghindarkan kematian oleh sepsis
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri dan akibat-akibat hipermetabolisme yang sulit diatasi eksisi eskar dilakukan secara
tangensial932 dengan memakai dermatom.2,19 Seluruh jaringan nekrotik dibuang, bila
perlu sampai fascia atau lebih dalam.
Keuntungan eksisi eskar dan penutupan luka yang dini adalah :
1. Keadaan umum cepat membaik
2. Jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri dihilangkan
3. penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan tandur kulit
4. Timbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi
5. Sensabilitas pulih lebih baik.
Dengan kecenderungan untuk membuang eskar secepatnya maka luka terbuka yang
dihasilkan sangat peka terhadap infeksi, juga penguapan air dan kehilangan energi menjadi
berlebihan6,14,30 karena itu penutupan luka dengan tandur kulit sangat diperlukan. Tetapi
sering terdapat kesulitan untuk mendapatkan autografi pada LB yang luas.
Untuk melakukan eksisi eskar dilanjutkan sebanyak 10-25% LPT2 setiap kali
tindakan dan segera/dibarengi dengan penutupan luka memakai kulit (autograft, allograft,
xenograft) atau penutup biologik lain (amnion).
Autograft tentunya merupakan pilihan yang pertama, tetapi bila terdapat kesulitan
untuk mendapatkan autograft dapat diambil/dipanen kulit yang baru sembuh dan LB II
sebagai donor. Mariani8 menegaskan bahwa kulit ini mempunyai perangai yang sama
dengan kulit normal dalam hal take, wama dan lain-lain.
Kulit yang ditandur dipertahankan pada tempatnya dengan memakai tule yang
mengandung antiseptik kemudian dipasang pembalut tekan agar kulit tidak bergeser.13 Bila
jumlah kulit donor hanya sedikit dapat dilakukan tandur secara postage stamp atau kulit
diperluas/dikembangkan memakai skin graft expander. Prioritas eksisi eskar dan
penutupannya secara berurutan diutamakan jari-jari, tangan, pengelangan tangan, siku,
lutut, pergelangan kaki, kaki, batang tubuh dan sisa anggota gerak lainnya.
Dengan adanya kemungkinan pemakaian amnion sebagian penutup sementara
maka terdapat beberapa keuntungan yaitu :26,27
1. Amnion mudah didapat dalam jumlah cukup banyak dengan biaya murah
2. Luas eskar yang dieksisi tidak terbatas pada tersedianya donor autograft
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
3. Amnion menghambat pertumbuhan bakteri dalam luka
4. Mengurangi rasa sakit
5. Mengurangi penguapan air dan kehilangan panas
6. Mengurangi kehilangan protein
7. Mencegah kontaminasi lebih lanjut sedangkan daya bakteriostatik amnion setaraf
dengan allograft.24
Pemakaian allograft, xenograft atau amnion hanya bersifat sementara. Umumnya
setelah 24-48 jam setelah ditempelkan, penutup biologik harus diganti dengan yang baru
karena daya bakteriostatiknya menurun 19,27 , dan bila allograft ditempelkan terlalu lama
akan mengakibatkan take sehingga menimbulkan perdarahan pada saat penggantian.
Sebaliknya, allograft yang telah take akhirnya akan mengalami rejeksi.5
Kapan kita dapat melakukan eksisi eskar dan penutupan luka?
Eksisi eskar sebaiknya dilakukan sedini mungkin sebelum eskar banyak ditumbuhi
bakteri. Kalau penderita telah melampaui masa krisis dalam fase akut, biasanya pada hari
ke 2-5 pasca trauma, eksisi mulai dikerjakan.8,19 Penutupan luka dapat dikerjakan langsung
setelah eksisi atau beberapa hari kemudian setelah perdarahan atau hematoma tidak akan
rnenghambat tandur kulit. Anggapan bahwa luka baru yang terjadi setelah eksisi eskar
tidak akan ditumbuhi autograft tidaklah tepat. Ternyata tandur kulit dapat take pada dasar
yang berupa jaringan lemak atau jaringan ikat lainnya. Menunggu tandur kulit sampai ter-
bentuk jaringan granulasi merupakan tindakan yang salah karena jaringan granulasi
merupakan jaringan yang patologis yang harus dihindarkan pembentukannya. Artz
menulis: an autograft will take on a tangentially excised wound even thought there are
some shreds of dead tissue remaining.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri Lampiran
Perubahan yang terjadi pada luka bakar4
Renin Angiotensin
ACTH Glukagon
GH
insulin
Kortisol
Aldosteron
- meningkat sebanding dengan luas LB, terutama pada anak-anak
- meningkat tes toleransi glukosa abnormal gula tetapi dalam puasa tidak
begitu meningkat
- naik selama 2 minggu pertama kemudian agak turun(tetap di atas normal
sampai 6-8 minggu)
sampai 2-3 minggu berkurang, kadar terendah dalam minggu pertama
- segera meningkat sampai 2-4 kali
- naik, biasanya normal kembali setelah 1 minggu
Protein
Albumin
Globulin
IgG
IgM
Asam lemak bebas
Trigliserid
Kolesterol
Fosfolipid
- menurun dengan cepat dan untuk waktu lama
- idem, sampai luka tertutup. Produksi berkurang dan katabolisme 2-3 kali
dan normal
- menurun pada fase awal I lalu meningkat 5-7 hari. Katabolisme 2-3 kali
normal tapi produksi bertambah dengan cepat
- segera berkurang, diikuti dengan peningkatan yang lambat
- pada orang dewasa tidak banyak berubah, tetapi pada anak-anak
perubahan seperti pada IgG
- meningkat sebanding dengan luas LB tetapi tidak lama
- idem
- berkurang sebanding dengan luas LB
- idem
Eritrosit
Lekosit
Fibrinogen
Viskositas darah
- segera berkurang sebanding dengan luas dan dalam LB. Masa hidupnya
hanya 30% dan normal
- sejak awal meningkat dan berlangsung lama. Menurun pada keadaan
sepsis LB
- segera berkurang disusul dengan kenaikan Untuk jangka waktu yang
lama
- naik dengan cepat sesuai dengan nilai hematokrit
Cardiac Output
Resistensi perifer
- menurun cepat sampai 20-40% kembali secara spontan dan perlahan 24-
36 jam
- meninggi dengan cepat dan turun perlahan-lahan
Resistensi pembuluh
pulmonal
Fungsi paru, tanpa
- meninggi dengan cepat dan turun perlahan-lahan
- menurun sebanding dengan beratnya LB, sekalipun tanpa trauma inhalasi
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
pnemonia
BSP
SGOT, SGPT
- terdapat retensi sebanding dengan luas LB, naik dengan cepat dan
berlangsung berminggu-minggu.
- segera naik, mencapai puncaknya dalam 2-3 hari, berlangsung
berminggu-minggu. Akibat kerusakan hati
Fungsi ginjal - menurun karena sirkulasi darah ke ginjal menurun. Fungsi kembali
normal dengan resusitasi adekuat.
Penguapan air
- LB yang mengenai sebagian tebal kulit dan daerah donor kulit
rnenguapkan air dengan kecepatan sedang LB yang mengenai seluruh
tebal kulit menguapkan air sangat cepat, besarnya 15-20 kali normal.
Perhitungan klinis: (25+%LB) x m2 luas tubuh /jam.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri Daftar pustaka:
1. Allen JG. Blood transfusion and related problems. Dalam Surgery : Principles and
Practice. 4th edition, JB Lippincott Co. 1971.
2. Artz CP. Burns update. J of trauma. 1976: 16:3-15.
3. Artz CP. Varbrough DR. Burns dalam textbook of surgery. 10th Edition, WB
Saunders-Igaku Shoin Ltd, 1972.
4. Artz CP. MoncnietJA, Pruitt BA. Bums a team approach. WB Saunders Co, 1979.
5. Barthoklson L, Brandberg A. E et al. Antibactenal Effect of Biologca! dressings in the
treatment of infected wounds. Scand J Plast. Rec Surg. 11-33-7, 1977
6. Bradham MC, Knizek TJ et al. Direct measurement of total metablolism of a burned
patient.
7. Arch surg. 1972; 105:41 0-3.
8. Brandnwonden. A pulbication of Philips-Duphar Nederland, BV Amsterdam, 1979.
9. Burke JF, Quinby ~ et al. Pnmary excision and prompt grafting as routine therapy for the
treatment of thermal burn in children. Sung. Clin. N.Amer. 1976;56:477-94.
10. Davies JWL. Lamke L-O et al. Treatment of severe bums. Acta Chin, Scand.
(Supplement
11. 468), 1976; 142:1976.
12. Djohansjah Marzoeki. Knstaloid resusitas pada luka bakar. Simposium Ilmu
Kedokteran Darurat, Surabaya, 1978.
13. Faddis D, Daniel D et al. Tissue Toxicity of antiseptic solutions. J of trauma.
1977;17:895-7.
14. Ferguson EW, Lunch JB et al. Osmotic Diuretics. The effect on renal histolo~cal
changesin expenmentnal bums. Arch surg. 1967:95:115-9.
15. Hamit HF, Moser E et al. The use of nylon net in the management of skin grafts
applied to burn wounnds. Surg. Gynec. Obstet. 1976; 143:809-10.
16. Hartford CE, Bodensteiner JA et al. The use of multiple systemic antibiotic in the
treatment of patients with bums. Sung. Gynec. Obstet. 1974;138:837-40.
17. Hermans RP. Early excision of full-thickness burns. Dalam :Selected Proceedings of
the IX European Federation Congress, International college of surgeon, 1975.
18. Jaattela A, Aiho A et al. Plasma catecholamines in severely injured patients : A
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
prospective study on 45 patients with multiple injunes. Bnit J Surg. 1975;62:177-81.
19. Lynch JB. Thermal bums. Dalam Plastic Surgery. 2nd edition. Little, Brown Co, 1973.
20. Mariani U. The use of healed superficial bums as donorsite forsplit-skin graft. Plast
nec. Surg.
21. 1976;57:191-6.
22. Monafo WM, Aulenbacher CE et al. Early Tangential excision of the escha,s of major
burns.
23. Arch Sung. 1972;104:503-7.
24. Moncnief JA. Bum. Dalam Principles of surgery. 2nd edition. Mc Gnaw Hill Co, 1974.
25. Moore FD. The endocrine and metabolic basis of sur~ca! care. Dalam surgery :
Principles and Practice. 4th edition JB Lippincott Co, 1971.
26. Moyer CA. Bums and Cold injuries. Ibid.
27. Ousterhout OK, Feller I. Occult gastrointestinal hemorrhage in burned patients. Arch
surg. 96. I 968;420-2.
28. Palleta FX. Plastic surgery and bums. Surg. Gynec. Obstet. 1973;135:207-10.
29. Popp MB, Srivastava LS et al. Anterior pituitary function in the rmally injured male
children and young adults. Surg. Gunec. Obstet. 1977:145:517-24.
30. Prawira Wunata C. Pengeloaan luka pada luka bakar. Tinjauan kasus unit luka bakar
RSCM Jakarta. Subbagian Bedah Plastik dan RekonstrUkSi, Bagian Bedah
RSCMIFKUI, 1979.
31. Robson MC, Knizek TJ et al. Amniotic Membrane as a temporary wound dressing.
Surg.
32. Gynec. Obstet. 1973; 136:904-6.
33. Rosenberg A, Alatary S et al. Safety and efficacy of the antiseptic chlorhexidif7e
gluconate.
34. Surg. Gynec. Obstet. 1976:143:789-92.
35. Shook CD, Macmillan BG et al. Pulmonary compllcationn of the burn patient. Arch
Sung.
36. 1968:97:215-23.
37. Wilmore DW. Nutrition and metabolism following thermal injury. din plast surg.
38. 1974;1:603-16.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri 39. .Mlmore DW. Hormonal responses and their effects on metabolism. Surg. Clin
N.Amer.
40. 1976:56:999-1018.
41. Wiratmadja RM. Pengobatan luka bakardi masa kini. Hasil gabungan kuliah-kuliah,
1977.
42. Zawacki BE. The natural history of reversible burn injury. Sung. Gynec. Obstet.
43. 1974:139:867-72.
44. Zimmermann B. Fluid and electrolyte balance in surgical patients. Dalam Textbook
of surgery. WB Saunders-IgakU Shoin Ltd. 1972.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
PERTANYAAN
DASAR-DASAR LUKA BAKAR untuk evaluasi diri
Petunjuk soal : Jawaban yang benar bisa lebih dari satu. Untuk jawaban yang benar beri
tanda x pada lembar jawaban terlampir.
1. Untuk memprediksi beratnya luka bakar, perlu dilakukan pencatatan anamnesa yang
rinci mengenai :
A. Luasnya permukaan tubuh yang terbakar
B. Jenis kontak panas yang terjadi
C. Tingginya suhu yang menimbulkan luka bakar
D. Lamanya terkena/kontak panas
E. Bagian tubuh yang terkena trauma
2. Perhitungan luas luka bakar ditentukan dengan cara :
A. Perhitungan memakai Rumus Sembilan
B. Perhitungan memakai cara Lund & Browder
C. Memakai pedoman luas telapak tangan kira-kira 1,5%
D. Menghitung bagian yang tidak terbakar
E. Menghitung luas bagian tubuh yang menderita eritema
3. Klasifikasi luka bakar memakai pembagian :
A. Klasifikasi dalam 2 jenis derajat LB
B. Klasifikasi dalam 3 jenis derajat LB
C. Klasifikasi berdasarkan fungsi dalam penyembuhan
D. Klasifikasi dalam luka bakar kritis, sedang dan ringan
E. Klasifikasi menurut penyebab terjadinya luka bakar
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri 4. Yang dihitung dalam menentukan luas LB adalah:
A. Zona koagulasi dan zona statis
B. Zona koagulasi dan zona hiperemia
C. Zona stasis dan zona hiperemia
D. Zona koagulasi, zona stasis dan zona hiperemia
E. Zona koagulasi
5. Dalam zona stasis terjadi perubahan yang bersifat sementara, biasanya keadaan pulih
setelah:
A. 16-24 jam
B. 1-2 hari
C. 2-4 hari
D. 4-7 hari
E. 7-14 hari
6. Syok luka bakar adalah:
A. Ketidak seimbangan sirkulasi dalam mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrien
untuk sel-sel jaringan
B. Bersifat hipovolemik
C. Bersifat hipovolemik disertai kekurangan cairan ekstraseluler
D. Terjadi karena terjadi edema di badan
E. Semua benar
7. Pada luka bakar seluas 40% luas permukaan tubuh (LPT) akan terjadi kebocoran
plasma darah sebesar :
A. 10%
B. 25%
C. 40%
D. 55%
E. 70%
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri 8. Kehilangan cairan secara penguapan melalui kulit (insensible loss) pada penderita LB
dapat mencapai kecepatan:
A. 100 cc/m2 LPT/jam
B. 0,8-2,6 gr/kgBB/% LB per hari
C. 15-21 cc/m2 LPT/jam
D. 2000 cc/jam
E. (25 + % LB) cc/jam x m2 LPT
9. Gangguan hormonal dan metabolisme pada luka bakar menimbulkan
hipermetabolisme tubuh karena:
A. dipengaruhi hipovolernia
B. dipengaruhi kelenjar tiroid
C. dipengaruhi kelenjar suprarenalis
D. dipengaruhi luasnya luka bakar
E. dipengaruhi suhu lingkungan
10. Peran utama dalam hipermetabolisme ini adalah:
A. Penguapan air yang berlebihan
B. Hormon katekolamin
C. Hormon insulin
D. Suhu lingkungan yang rendah
E. Hormon tiroksin
11. Pada penderita LB dengan resusitasi cairan yang sudah cukup, gangguan fungsi ginjal
yang akut dapat ditunjukkan oleh nilai-nilai di bawah ini:
A. Ratio kadar urea dalam urine terhadap kadar urea dalam darah adalah 14
B. Ratio kadar urea dalam urine terhadap kadar urea dalam darah
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri 12. Sepsis luka bakar :
A. Sering timbul antara hari 1-3 pasca LB
B. Sering timbul antara hari 3-14 pasca LB
C. Sering timbul setelah hari ke 14 pasca LB
D. Sering disertai demam
E. Sering disertai ileus paralitikus
13. Gejala yang tampak akibat tenjadinya sepsis LB:
A. Hiperemia meluas
B. Pembengkakan bertambah
C. Timbul gelembung-gelembung baru
D. Pendarahan pada lambung
E. Suhu tinggi/demam
14. Bulla terjadi pada :
A. LB akibat suhu tinggi
B. LB derajat II
C. LB derajat III
D. Sepsis LB
E. Semua benar
15. Eksisi eskar
A. Dilakukan segera setelah terbakar
B. Hanus segera diikuti dengan penutupan luka memakai kulit tau penutup biologik
C. Dapat mengurangi terjadinya kontraktur dan parut hipertrofik
D. Dapat dilakukan pada luka bakar derajat II dangkal
E. Eksisi secara tangensial sarnpai sedalam lapisan fascia
16. Tandur kulit atau skin grafting
A. Harus sgera dilakukan setelah eksisi eskar
B. Sebagai donor harus diambil dari bagian tubuh yang tidak mengalami luka bakar
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
C. Mempunyai daya bakteriostatik
D. Dapat mengurangi terjadinya kontraktur dan parut hipertrofik
E. Fungsinya dapat diganti dengan xenograft atau selaput amnion
17. lnfeksi LB
A. Jenis kuman yang tersering ditemukan pada 5 hari pertama adalah kuman gram (-)
B. lnfeksi yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan sepsis luka bakar
C. lnfeksi dapat dikurangi dengan melakukan eksisi eskar secara dini
D. Tempat memasangan jarum infus berperan dalam terjadinya infeksi
E. Mudah terjadi karena penurunan kadar immunoglobulin selama rninggu pertama
18. Gangguan cairan dan elektrolit
A. Pemberian cairan resusitasi berupa cairan bebas kalium
B. Cairan intraseluler dan sel-sel yang sehat akan ditarik ke dalam pembuluh darah
C. Terjadi asidosis metabolik dan hiponatremia
D. Larutan glukosa 5% dapat diberikan sebagai cairan resusitasi pada 24 jam pertama
E. Terjadi defisiensi natrium dalam ruangan ekstravaskuler
19. Komplikasi luka bakar terhadap paru-paru
A. Kelainan yang terjadi berupa edema paru-paru
B. Terjadi karena hiperpermeabilitas kapiler di paru-paru
C. Terjadi karena udara yang bersuhu tinggi terisap ke dalam paru-paru
D. Gejala burn lung syndrome dapat dilihat pada 24 jam pertama
E. Semua benar
20. Ulkus Curling
A. Dapat tenjadi pada 2-4% kasus LB
B. Pencegahannya dengan memberi minum susu secara dini
C. Pemberian makanan diantara jam-jam makan (berteen meal)
D. Paling sering terjadi pada anak-anak dan usia lanjut
E. Ulkus lebih sering di pilorus.
-
Pendidikan Dokter Berkelanjutan Uji Diri
Petunjuk Bagi Peserta
PKB Uji Diri
1. Modul PKB (Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan) Uji Diri Dasar-Dasar Dalam
Luka Bakar mendapat nilai akreditasi sebesar 2 SKP (Satuan Kredit Partisipasi).
2. Pada modul ini dilampirkan 20 buah pertanyaan.
3. Jawaban pertanyaan mohon ditulis pada lembar jawaban dan dikirim ke alamat :
PUSDALIN IDI
JI. Dr. Samratulangi No. 29.
Jakarta 10350
4. Besarnya nilai SKP yang didapat peserta tergantung pada banyaknya jawaban yang
benar, dengan, ketentuan sebagai benikut:
Bila > 70% jawaban benar, mendapat nilai akreditasi 2 SKP
Bila 50-70% jawaban benar, mendapat nilai akreditasi 1 SKP
Bila < 50% jawaban benar, tidak mendapat nilai akreditasi.
5. Sertifikat yang memuat nilai akreditasi SKP akan dikirim kepada peserta melalui pos,
atau dapat diambil pada PUSDALIN IDI pada alamat tersebut diatas.
Hormat kami,
PUSDALIN IDI
Klasifikasi Luka BakarKlasifikasi