das citanduy

Upload: ika-bayu-kartika

Post on 09-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

.

TRANSCRIPT

DAS CitanduyDas Citanduy merupakan salah satu DAS prioritas di Jawa. Prioritas DAS ini disebabkan oleh sedimentasi yang sangat besar pada bagian hilir Sungai Citanduy. Secara geografis wilayah sungai Citanduy terletak pada posisi 1080 04 hingga 1090 30 Bujur Timur (BT) dan 70 03 hingga 70 52 Lintang Selatan (LS). DAS Citanduy terdiri dari 6 (enam) Sub, yaitu Sub DAS Citanduy Hulu, Sub DAS Cijolang, Sub DAS Cikawung, Sub DAS Cimuntur, Sub DAS Ciseel, Sub DAS Citanduy Hulu dan Sub DAS Segara Anakan DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah dengan tutupan lahan pegunungan dengan variasi topografi dengan slope rata-rata 0,035 (curam), dan mempunyai curah hujan yang tinggi. Sub DAS Citanduy yang termasuk dalam DAS bagian hulu yaitu, Sub DAS Citanduy Hulu, Sub DAS Cimuntur, Sub DAS Cijolang. DAS bagian Tengah memiliki panjang 60 km dengan topografi relatif landai dengan slope rata-rata 0,006 (sedang). Sub DAS Citanduy yang berada pada DAS bagian tengah yaitu, Sub DAS Ciseel dan Sub DAS Cikawung. DAS bagian hilir dicirikan dengan topografi landai dengan slope rata-rata 0,0002 (landai), dan curah hujan yang lebih rendah. Sub DAS Citanduy yang berada pada DAS bagian hilir yaitu, Segara Anakan dan sebagian Sub DAS Ciseel.A. Karakteristik Lingkungan FisikGeologiDAS Citanduy berada diantara dua sesar utama, yaitu sistem sesar Citanduy di sebelah selatan dan sistem sesar Baribis di sebelah utara. Arah sesar pada umumnya mengarah ke arah barat laut tenggara dan timur barat. Sesar arah barat laut tenggara pada umumnya lebih panjang dari arah timur barat (BBWS Citanduy, 2008). Perkembangan sistem pengaliran sungai di DAS Citanduy sangat dipengaruhi oleh pola retakan (joint parrern) yang terbentuk akibat aktivitas tektonik dengan pergeseran sesar-sesar Baribis dan sesar Citanduy. Zona Depresi Citanduy berada pada wilayah tektonik aktif, yaitu suatu wilayah yang dibatasi di selatan oleh Sistem Sesar Ciawi-Pangandaran dan batas utara oleh Sistem Sesar Baribis-Majenang. Zona depresi ini berarah barat laut-tenggara, dengan panjang lebih dari 200 km dan lebar lebih dari 50 km. Zona Depresi merupakan zona yang relatif datar dan rendah yang terjadi karena merosok turun sehingga berelevasi lebih rendah dari wilayah sekitarnya. Segara Anakan merupakan salah satu produk kegiatan tektonik yang berada di dalam zona depresi. Proses pembentukan wilayah perairan Segara Anakan terjadi karena berada pada bagian yang rendah di bawah muka laut, termasuk Rawa Lakbok yang dahulu juga memiliki kondisi ekosistem mangrove seperti Segara Anakan saat ini. Rawa Lakbok telah lama menjadi daratan sebagai pedataran aluvium, dengan pematang-pematangnya dan batuan dasarnya atau alasnya yang tersusun oleh batu pasir dari formasi tapak, berusia miosen atas Pliosen (terdapat jejak pelawangan atau muara). Mirip dengan kondisi Segara Anakan sekarang dengan pematang dan batuan dasarnya berupa pugunungan-pegunungan selatan termasuk Nusakambangan (dengan pelawangannya) dari formasi jampang, formasi pamali, dan formasi pamutuan. Tiga formasi terakhir ini yang berusia jauh lebih tua oligo-miosen, adalah alas atau batuan dasar yang berada jauh di bawah formasi tapak tersebut di atas (Kastowo & Simanjuntak, 1979).Jenis TanahSecara umum jenis tanah dominan yang terdapat di DAS Citanduy berupa latosol dengan bahan induk Tuff Vilkan yang sangat peka erosi. Jenis tanah ini mendominasi luasan Sub-DAS. Jenis tanah akan berbeda sejalan dengan relief atau topografi yang berbeda. Tanah pada lahan atas DAS Citanduy terdiri dari residu incesed yang terbentuk dari bahan vulkanis. Debu vulkanis dan debris dari hasil letusan Gunung Galunggung tercampur dengan tanah ini. Jenis tanahnya berupa kambisol, gleisol, latosol mediteran dan pedsolik merah kuning. Jenis tanah pada elevasi yang lebih tinggi adalah andosol, sedangkan pada elevasi yang lebih rendah berupa tanah latosol. Jenis tanah ini merupakan batuan induk yang selama ini tererosi dan terangkut oleh aliran sungai dan akhirnya terendapkan di Segara Anakan.HidrologiHidrolgi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan atau kabut. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:a. Evaporasi/ transpirasiAir yang ada dalam satu kawasan kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.b. Infiltrasi/ Perkolasi ke dalam tanahAir bergerak ke dalam tanah melalui celah dan pori-pori tanah menuju muka airtanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.c. Air PermukaanAir bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang di sungai, danau, waduk dan rawa maupun yang berada dibawah permukaan tanah akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem DAS.Hubungan antara aliran ke dalam (In flow) dan aliran ke luar (out flow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu dari proses sirkulasi air di lapangan dapat diketahui dengan menggunakan persamaan neraca air.Neraca merupakan persamaan antara jumlah air yang diterima dalam satu sistem DAS dengan kehilangan air melalui proses evapotranspirasi maupun keluaran dari outlet DAS itu sendiri.Data yang digunakan untuk mengetahui neraca air DAS Citanduy adalah data potensial evapotranspirasi dan curah hujan bulanan dan kapasitas simpanan airtanah. Output yang diperoleh adalah informasi mengenai simpanan airtanah, kelebihan air serta aliran langsung (run off). Parameter yang dihitung berdasarkan data curah hujan dan evapotranspirasi potensial. Bila berkurangya curah hujan terhadap evapotranspirasi potensial bernilai negatif maka akan terjadi pengurangan nilai kelembaban airtanah. kelebihan ai terjadi apabila curah hujan dikurangi dengan evapotranspirasi potensial melebihi kapasitas medan. Kelebihan air akan menjadi aliran permukaan dan aliran bawah permukaan serta infiltrasi.Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rachmat (2007) mengenai ketersediaan airtanah di DAS Citanduy, diketahui bahwa harga water surplus tidak pernah bernilai negatif untuk periode Januari Desember pada tahun 1993 dan 1998. Hal ini disebabkan karena curah hujan selalu lebih besardaripada evapotranspirasi potensial yang terjadi. Nilai water surplus terbesar terjadi pada pada bulan Febuari sebesar 436,71 mm/bulan, sedangkan harga kelebihan air yang terkecil terjadi pada bulan September sebesar 66.13 mm/bulan.Pemanfaatan LahanPenggunaan lahan dominan di DAS Citanduy berupa, hutan tanaman (pinus dan jati), kebun campuran dan hutan alam. Hutan alam dan hutan tanaman merupakan kawasan hutan negara (Hutan Lindung dan Hutan Suaka Alam). Sawah terutama dibudidayakan di dataran landai di Sub DAS Segara Anak dan Citanduy hulu, diantara G. Sawal dan kompleks G. Galunggung, G.Tlagabodas, G. Cakrabuana dan G. Sadakeling.B. Potensi Sumberdaya AirPotensi Sumberdaya air dapat dilihat dari potensi sumberdaya air permukaan dan potensi sumberdaya air tanah. Potensi sumberdaya air permukaan terdiri dari sungai, situ, danau, waduk, embung dan bendungan. Sungai dengan Catchment Area terluas adalah sungai Pataruman yaitu seluas 1.162,80 km2 dengan debit rata-rata sebesar 8.75 m3/det. Sungai Pataruman berada pada Sub-DAS Cijolang yang masuk dalam zona DAS bagian Hulu. Semkin ke bagian hilir debit aliran sungai semakin melemah seperti di Kawung Anten Sarwodadi yang berada di dekat muara Sungai Citanduy hanya sebesar 0,47 m3/det.Masyarakat memafaatkan potensi air permukaan untuk berbagai kepentingan seperti air baku industi, air baku PDAM, usaha cuci mobil & motor, usaha perhotelan, usaha rumah makan, usaha kolam renang, cukup berpotensi untuk dikembangkan. Volume air permukaan yang potensinya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan tidak kurang dari 6.227.259,00 m pertahun.DAS Citanduy terdiri dari 2 (dua) kawasan geohidrolog yaitu bagian hulu DAS dan bagian Hilir DAS. Bagian hulu DAS Citanduy secara umum merupakan akuifer yang didominasi oleh akuifer produktifitas sedang tinggi dengan penyebaran yang luas dan banyak ditemukannya mata air dengan debit < 10 500 lt/dt. Sedangkan, bagian hilir DAS Citanduy secara umum merupakan akuifer yang didominasi oleh akuifer produktifitas rendah dan daerah langka air.Berdasarkan data dari BBWS Citanduy potensi airtanah di DAS Citanduy dikelompokan berdasarkan kecamatan yang masuk dalam sistem DAS. Potensi air bawah permukaan dibedakan antara potensi airtanah dan potensi mata air. Potensi air bawah permukaan tertinggi berada di Kecamatan Cijulang, baik dari potensi airtanah maupun dari potensi mata airnya yaitu sebesar 13-32 l/dt/km2 untuk airtanah dan 5 100 l/dt untuk debit mata airnya. Potensi airtanah terendah berada pada kecamatan Lakblok yaitu sebesar 9 lt/dt/km2. Secara lebih rinci, potensi air bawah permukaan disajikan dalam tabel berikut ini:C. Permasalahan LingkunganPermasalahan lingkungan di DAS Citanduy tidak lepas dari kondisi lahan yang mulai terdegradasi yang ditunjukan oleh semakin menyusutnya penutup lahan yang berupa hutan. Adanya degradasi lahan pada DAS Citanduy ditunjukan dengan semakin memburuknya kondisi kualitas perairan baik dari segi fisik maupun kimianya. Tingkat kekeruhan air sungai yang berwarna coklat kemerahan mengindikasikan semakin buruknya kualitas fisik perairan DAS Citanduy. Hal ini dikarenakan oleh aliran sungai membawa beban sedimen yang luar biasa. Permasalahan lingkungan DAS selanjutnya akan dibahas dengan membedakan berdasarkan sumber pencemaran sumberdaya air DAS Citanduy dan sumber kerusakan lingkungannya.Pencemaran Sumberdaya Air DAS CitanduyAktivitas kehidupan masyarakat di sekitar DAS yang sangat tinggi, telah menimbulkan efek terhadap kondisi air DAS itu sendiri. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat berupa kegiatan pertanian, penebangan hutan, limbah rumah tangga maupun industri dan lain-lain. Aktifitas tersebut mengakibatkan terganggunya kualitas bahkan kuantitas air. Permasalahan utama yang dihadapi menyangkut sumberdaya air adalah kuantitas air yang berkualitas sudah tidak dapat lagi memenuhi kehidupan masyarakat DAS.Beberapa bentuk pencemaran air DAS yang banyak terjadi diantaranya:1. Pencemaran oleh kegiatan pertanian Kegiatan pertanian baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas air, seperti penggunaan pupuk buatan yang mengandung nitrogen dan fosfat yang tinggi. Limbah pertanian dari lahan sawah tersebut kemudian mengalir ke sungai Citanduy yang lebih rendah.2. Limbah rumahtanggaMasyarakat yang bermukim di DAS akan menghasilkan limbah rumahtangga (organik maupun anorganik) yang dapat mempengaruhi kualitas air pada perairan sungai. Pada umumnya warga yang membangun rumah tepat berada di pinggiran Sungai Citanduy masih membuang limbah rumahtangga mereka ke sungai tersebut. Hal ini karena menurut mereka lebih praktis jika dibandingkan dengan membakarnya untuk anorganik, sedangkan untuk limbah organik pada umumnya pembuangan disalurkan ke sungai oleh warga yang bermukim tepat di pingggir sungai.Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh BBWS Citanduy terhadap 3 lokasi yang berada di DAS Citanduy yaitu Pataruman, Tunggilis dan Panumbangan selama pemantauan, tidak satu lokasipun yang kualitas airnya memenuhi kriteria baku mutu air kelas II, karena tingginya kandungan koli tinja. Parameter lainnya yang tidak memenuhi kriteria umumnya adalah kadar BOD. Demikian halnya dengan pengamatan yang dilakukan oleh BBWS Citanduy yang disampaikan dalam rencana pola pengelolaan sumberdaya air Wilayah Sungai Citanduy (2008) menyebutkan bahwa Sungai Cijolang Bantarheulang, Sungai Citanduy Hulu, Sungai Banjar, Sungai Citanduy Pataruman dan Sungai Ciseel Bantarloa memeiliki kualitas air yang sudah tidak sesuai untuk digunakan pada kelas 1 dan kelas 2 Tabel 6.82. Kualitas Air Sungai DAS Citanduy. Kerusakan LingkunganBeberapa permasalahan lingkungan terkait dengan potensi sumberdaya air di DAS Citanduy berupa:1. Tingginya Degradasi atau Rusaknya Lingkungan DASPerubahan tata guna lahan di DAS terutama di daerah catchment area tidak diimbangi dengan usaha dan upaya konservasi. Diganggunya hutan pelindung lahan sebagai media penangkap hujan menyebabkan air hujan sebagian besar menjadi run off dan langsung ke badan sungai sehingga menyebabkan banjir dengan membawa erosi dan sedimentasi yang tinggi. Air hujan yang meresap makin sedikit, maka tanah di lapisan bawah secara alami tidak lagi menampung air (natural groundwater reservoir) maka pada musim kemarau terjadi kekeringan. Semakin berkurangnya kawasan hutan juga dapat menambah jumlah kategori luas lahan kritis di DAS. Terjadinya lahan-lahan kritis di DAS tidak saja menyebabkan penurunan produktivitas tanah, tetapi juga menyebabkan rusaknya fungsi hidrologis DAS dalam menahan, menyimpan dan meresapkan air hujan yang jatuh pada kawasan DAS yang menyebabkan semakin menurunya kuantitas dan kualitas air sungai (sedimentasi sungai). Ciri utama lahan kritis adalah gundul, berkesan gersang, dan bahkan muncul batu-batuan di permukaan tanah, topografi lahan pada umumnya berbukit atau berlereng curam. Meluasnya lahan kritis dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya tekanan penduduk, perluasan areal pertanian yang tidak sesuai, perladangan berpindah, pengelolaan hutan yang tidak baik, dan pembakaran yang tidak terkendali.2. Sedimentasi tinggiDAS Citanduy bagian hilir terdapat ekosistem mangrove unik (Segara Anakan) yang terancam keberadaanya karena proses pendangkalan oleh sedimenasi Sungai Citanduy. Pada tahun 1970 luas Segara Anakan diperkirakan 4580 ha, sedangkan pada tahun 2002 diperkirakan hanya tinggal 850 ha. Total Sedimentasi yang masuk ke Segara Anakan adalah 5.000.000 m3/tahun dan yang diendapkan di Laguna Segara Anakan adalah 1.000.000 m3/tahun. Laju penurunan luas laguna dari tahun 1984 hingga 2003 dapat terlihat pada Gambar 6.87. dan Tabel 6.843. Ancaman Degradasi Habitat dan Komunitas MangrovePeranan fungsi kawasan mangrove pada hakekatnya merupakan pengendali alamiah terhadap lahan basah di bagian belakangnya. Terganggunya kawasan mangrove di Segara Anakan, sebagai akibat dari genangan air tawar dan akumulasi sedimen yang dibawa oleh sungai dapat menyebabkan kematian total terhadap jenis-jenis mangrove berakar lutut. Sedimentasi tanah kapur yang terjadi akibat dari aktivitas pemanfaatan bahan baku semen menyebabkan sistem perakaran mangrove menjadi terganggu. Lumpur berpasir yang menjadi persyaratan habitat mangrove menjadi dangkal dan mengeras, hingga menyebabkan kematian mangrove secara total, dan kini mulai digantikan oleh semak jenis-jenis wrakas dan gradelan. Terganggunya komunitas mangrove pada zona ini, berpengaruh langsung terhadap semakin menjauhnya batas pasang surut. Semakin jauh batas pasang surut, menyebabkan terhambatnya aliran air sungai yang masuk ke laguna Segara Anakan, hingga menyebabkan lebih dari 10 tahun sawah-sawah di daerah Sitinggil dan Kawunganten terendam, dan tidak produktif lagi menjadi lahan pesawahan4. Tingginya Kerusakan Infrastruktur Sumberdaya AirInfrastruktur sumberdaya air rata-rata dibangun pada tahun 1970-1990 sehingga usia bangunan sudah cukup tua, kemudian biaya rehabilitasi dan pemeliharaan masih belum sesuai dengan kebutuhan di lapangan, serta perhatian dan partisipasi masyarakat dalam hal pemeliharaan masih kurang maka hal ini mengakibatkan tingginya biaya investasi yang diperlukan untuk merehabilitasi dan memelihara infrastruktur sumberdaya air. Sedimentasi yang tinggi di DAS Citanduy juga menyebabkan bangunan sumberdaya air berkurang fungsinya dan memperpendek umur pakainya seperti bangunan pelimpah banjir di Wanareja.5. Menyempitnya Kapasitas Alur SungaiTerganggunya kapasitas alur sungai seringkali diakibatkan oleh ulah manusia terutama diperkotaan, digangunya daerah sempadan sungai dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas alur sungai untuk mengalirkan debit sehingga terjadi luapan air atau banjir.Ika Bayu Kartikasari 135130716