darah disaring oleh jutaan nefron

Upload: rania-hakiki

Post on 31-Oct-2015

164 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (mis. urea), elektrolit (mis. natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian dialirkan ke tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat yang diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urin.

Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun.

ProsedurUji glukosa urin konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas dasar sifat glukosa sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena beberapa pereduksi lain dapat mengacaukan hasil uji. Beberapa gula lain bisa menyebabkan hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa, sukrosa, galaktosa, pentose, laktosa, dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat mengadakan reduksi seperti asam homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh obat : streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C, dsb.

Metode carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus karena lebih spesifik untuk glukosa dan waktu pengujian yang amat singkat. Reagen strip untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase (POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna biru jika teroksidasi. Zat warna lain yang digunakan adalah iodide yang akan berubah warna coklat jika teroksidasi.

Prosedur uji yang akan dijelaskan di sini adalah uji dipstick. Kumpulkan spesimen acak (random)/urin sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam urin. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji dipstick adalah : Hasil uji positif palsu dapat disebabkan oleh : bahan pengoksidasi (hidrogen peroksida, hipoklorit, atau klorin) dalam wadah sampel urin, atau urine yang sangat asam (pH di bawah 4) Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh : pengaruh obat (vitamin C, asam hogentisat, salisilat dalam jumlah besar, asam hidroksiindolasetat), berat jenis urine > 1,020 dan terutama bila disertai dengan pH urine yang tinggi, adanya badan keton dapat mengurangi sensitivitas pemeriksaan, infeksi bakteri.

Nilai Rujukan

Uji glukosa urin normal = negatif (kurang dari 50mg/dl)

Masalah KlinisGlukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah; oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Jika nilai ambang ginjal begitu rendah bahkan kadar glukosa darah normal menghasilkan kondisi glukosuria, keadaan ini disebut sebagai glycosuria ginjal.

http://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/tes-glukosa-urin.html

MAKALAH UJI GLUKOSA

"Semoga makalah ini bisa membantu teman-teman semua dalam mengerjakan tugas ya... "

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakangglukosa, suatu gula monosakarida adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewa dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi.Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat dimana-mana dalam biologi. Kita dapat menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa, begitu banyak digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida dalam keadaan abiotik sehingga mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Rendahnya glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang relatif. Meski begitu komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf periferal, kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein.1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan glukosa urine ?2. Berapa jumlah normal urine dan apa saja yang termasuk pemeriksaan urine ?3. Bagaimana cara kerja pemeriksaan glukosa urine ?

1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui pengertian dari pemeriksaan glukosa.2. Untuk mengetahui jumlah normal urine dan jenis-jenis pemeriksaan urine.3. Untuk mengetahui cara kerja dari pemeriksaan urine.

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 PengertianTes glukosa urine adalah pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada tidaknya glukosa pada urine. Pemeriksaan ini termasuk penyaringan dalam urinalisis.Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/ke ton bebas).Glukosa dalam urin ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict (terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup.Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung. Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.

2.2 Tujuan Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya glukosa dalam urine dan untuk mengetahui penyakit Diabetes Melitus pada ibu hamil.

2.3 Jumlah Urine dan pemeriksaan fisis Bayi : 30 - 500 ml Anak ( 1-14 th ) : 500 1400 ml Dewasa : 600 1600 ml Anuria : 100 ml Oliguria : 100 600 ml Poliuria : > 1600 mlPemeriksaan Fisis : a. Jumlahb. Bauc. Buihd. Warnae. Kejernihanf. Berat jenis.

2.4 Cara pemeriksaan Cara benedictAlat dan BahanAlat :1. Tabung reaksi2. Penjepit tabung reaksi3. Rak tabung4. Pipet tetes5. Corong6. Pipet volume7. Lampu spiritus/ Bunsen8. Beker glassBahan :1. 5 cc larutan benedict2. Urine patologis

Cara Kerja1. Siapkan alat dan bahan.2. Masukkan larutan benedict ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 cc.3. Campurkan urin patologis 5 8 tetes ke dalam tabung yang telah berisi benedict.4. Panaskan tabung di atas spritus/Bunsen dan sambil dikocok perlahan sampai mendidih.5. Dinginkan dan amati terjadi perubahan warna atau tidak.

Cara menilai hasil : Negatif (-) : Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan Positif (+) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1% glukosa) Positif (++) : Kuning keruh (1-1,5% glukosa) Positif (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa) Positif (++++) : Merah keruh ( > dari 3,5 % glukosa)Perhatian : membaca hasil harus segera setelah diangkat dan dikocok bila dibiarkan lebih lama hasilnya akan lebih positif.

Contoh hasil pengujian :

Keterangan : glukosa dan fruktosa memiliki sifat pereduksi sehingga warna benedict berubah. Sedangkan sukrosa tidak memperlihatkan perubahan berarti, karena tidak mempunyai pereduksi. Pada gambar diatas sudah menunjukkan +4 karena berwarna merah bata.

BAB 3PENUTUP3.1 Kesimpulan Pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada tidaknya glukosa pada urine. Pada pemeriksaan sangat dibutuhkan pada ibu hamil, karena pada pemeriksaan ini kita dapat mengetahui resti pada ibu hamil, yaitu DM. Pada hasil pemeriksaan yang mengandung Glukosa dan fruktosa maka memiliki sifat pereduksi sehingga warna benedict berubah. Sedangkan sukrosa tidak memperlihatkan perubahan berarti, karena tidak mempunyai pereduksi.DAFTAR PUSTAKA

Pusdiknakes, 2001. Buku 2 Asuhan Antenatalhttp://mahasiswakedokteranonline.wordpress.com/tag/uji-glukosa/http://princeskalem.blogspot.com/2012/01/prosedur-klinik-pemeriksaan-urine-ibu.htmhttp://materiuas.wordpress.com/2010/01/26/pemeriksaan-laboratorium-glukosa-urine-dan-protein-urine-2/http://catatanmahasiswafk.blogspot.com/2012/03/tes-glukosa-urine-tes-reduksi-benedict.htmlhttp://ayyunaw.blogspot.com/2012/05/makalah-uji-glukosa.html

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang kotor. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.Pandangan Awal Mengenai Warna:1. Kuning jernihUrin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh Anda sehat. Urin ini tidak berbau. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin dan mengubah zat dalam urin sehingga menghasilkan bau yang khas.2. Kuning tua atau pekatWarna ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan cairan. Namun bila terjadi terus, segera periksakan diri Anda ke dokter karena merupakan tahap awal penyakit liver.3.KemerahanUrin merah. Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan kandung kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar maupun rifampisin secara berlebihan.4.OrangeMengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium, antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadi oranye.Selain warna, bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dan busung lapar, urin cenderung berbau manis, sementara jika seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau menyengat.Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 8001300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.Bila volume urin selama 24 jam 300750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun.Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal.Urin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur,garam-garam anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya berwarna kekuning-kuningan, meskipun secara normal banyak variasinya. Mempunyai bau yang khas untuk speciesyang berbeda. Jumlah urin yang diekskresikan tiap harinya bervariasi, tergantung pada pakan, konsumsi air, temperatur lingkungan, musim dan faktor-faktor lainnya (Ganong, 2003).Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat zat (augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi di tubulus distal. Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106 nefron yang beroprasi secara paralel. Tiap nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah dalam sistem kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat molekul rendah dalam plasma. (Roberts, 1993).Urin sering dianggap hasil buangan yang sudah tidak berguna. Padahal urin sangat membantu dalam pemeriksaan medis. Urin merupakan salah satu cairan fisiologis yang sering dijadikan bahan untuk pemeriksaan (pemeriksaan visual, pemeriksaan mikroskopis, dan menggunakan kertas kimia) dan menjadi salah satu parameter kesehatan dari pasien yang diperiksa. Selain darah, urin juga menjadi komponen yang penting dalam diagnosis keadaan kesehatan seseorang. Ada 3 macam pemeriksaan, antara lain (1) pemeriksaan visual. Urin mengindikasikan kesehatan yang baik bila terlihat bersih. Bila tidak, maka ada masalah dalam tubuh. Kesehatan bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak biasa, dan warna abnormal. (2) Tes yang menggunakan kertas kimia yang akan berganti warna bila substansi tertentu terdeteksi atau ada di atas normal. (3) Hasil yang datang dari pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan untuk mengetahui apakah kandungan berikut ini berada di atas normal atau tidak (Ganong 2002).Karakteristik urin normal memiliki warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Warna urin normal kuning pucat sampai kuning. Nilai normal 1.003-1.03 g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, misalnya umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan bayi 1.002-1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar 1.026. Urin berbau harum atau tidak berbau, tetapi juga tergantung dari bahan-bahan yang diekskresi. Normal urin berbau aromatik yang memusingkan. Bau merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. urin yang normal rata-rata 1-2 liter / hari. Kekurangan minum menyebabkan kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua substansi dalam urin meningkat) sehingga mempermudah pembentukan batu. pH urin dapat berkisar dari 4,5 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan, bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) bersifat lebih asam.Ciri-Ciri Urin Normal :1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk.2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.3. Baunya tajam.4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.5. Kadar gula dibawah 1%.6. Tidak mengandung protein dan sel darah merah.2.2 PENGERTIAN GINJAL SEBAGAI ORGAN EKSRESIGinjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi.Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urine. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen. Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula Bowman terdapat tiga lapisan:1. kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus2. lapisan kaya protein sebagai membran dasar3. selapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus, melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula Bowman dalam bentuk filtrat glomerular. Filtrat plasma darah tidak mengandung sel darah ataupun molekul protein yang besar. Protein dalam bentuk molekul kecil dapat ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi ginjal.Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal. Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle pada awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari: tubulus penghubung tubulus kolektivus kortikal tubulus kloektivus medularisTempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi reninCairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.Fungsi homeostasis ginjalGinjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah.Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses homeostasis yang melibatkan aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi.Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal pada kelenjar pituitari dengan umpan balik negatif. Kelenjar pituitari mensekresi hormon antidiuretik (vasopresin, untuk menekan sekresi air) sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Akibatnya konsentrasi cairan jaringan akan kembali menjadi 98%.Fungsi ginjal selain sebagai alat ekskresi yaitu :A. Menyaring/membersihkan darahBagian ginjal yg menjalankan fungsi ini adalah nefron. Tanpa ginjal, maka seseorang akan mati sebab tubuhnya diracuni oleh kotoran yang dihasilkan tubuhnya sendiri.B. Mengatur volume darahDarah dapat mengatur jumlah cairan yang terlarut dalam darah sehingga volume dipertahankan untuk selalu seimbang di dalam tubuh.C. Mendaur ulang air, mineral, glukosa dan giziGinjal akan mempertahankan zat-zat penting yang ikut masuk kedalam nefron bersama cairan darah, lalu mengembalikannya ke peredaran darah. Tapi ginjal tidak menyerap kembali zat-zat ini jika jumlahnya berlebih dalam darah.D. Mengatur keseimbangan kandungan kimia darahMengatur kadar garam dalam darah, garam cenderung mengikat air sehingga jika kadar dalam gula darah berlebih mengakibatkan penumpukan cairan yang berlebihan dalam darah dan rongga sela antarsel tubuh. Ginjal juga mengatur kadar kalium dalam darah.E. Menjaga darah agar tidak terlalu asamGinjal berperan dalam menjaga pH darah agar tidak terlalu asam.F. Penghasil hormonHormon yang dihasilkan adalah hormon eritroprotein yang berfungsi untuk merangsang peningkatan laju pembentukan sel darah merah oleh sum sum tulang.Proses pembentukan urin dalam ginjal dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (pengeluaran zat).1. Filtrasi (penyaringan)Filtrasi terjadi di kapsul bowman dan glomerulus. Selain penyaringan, di glomerulus juga terjadi, penyerapan sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma.Proses filtrasi yaitu ketika darah masuk ke glomerulus tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi lalu masuk ke dalam ruang kapsul bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsul bowman disebut filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium dan garam-garam lainnya.2. Reabsorpsi (penyerapan kembali)Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin primer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan sebagian tubulus kontortus distal. Reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitelium di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi antara lain adalah glukosa, asam amino, ion-ion dan sebagian urea. Zat-zat yang diserap kembali akan dikembalikan ke dalam darah melewati kapiler darah di sekitar tubulus, juga terjadi penyerapan natrium di lengkung henle, sisanya akan membentuk urine sekunder. Didalam urine sekunder tidak terdapat zat yg berguna. Disini ditemukan kadar urea yang tinggi.3. AugmentasiAugmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea. Urin sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+ Cl- dan urea sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul urin dibawa ke pelvis renalis. Dari pelvis renalis, urine mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat penyimpanan sementara urine.Hubungan antara kulit dan ginjal dalam mengeluarkan air dari dalam tubuh yaitu pada saat cuaca panas, pembuluh darah di sekitar kulit akan mengembang yang menyebabkan pori-pori kulit ikut mengembang. Hal ini akan menyebabkan keringat keluar melalui pori-pori. Dengan begitu ginjal yang tugasnya mengeluarkan urin, digantikan oleh kulit yang mengeluarkan keringat (tentu saja komposisi keringat dan urin berbeda). Sebaliknya pada saat cuaca dingin, pembuluh darah akan menyusut sehingga keringat yang seharusnya dikeluarkan oleh kulit, digantikan oleh pengeluaran urin oleh ginjal. Hal ini menyebabkan kita selalu ingin buang air kecil pada saat cuaca dingin2.3 PENGERTIAN OSMOREGULASIOsmoregulasi adalah proses mengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.Makna osmoregulasi adalah proses mengatur dan menyeimbangkan konsentrasi asupan cairan dan pengeluaran oleh sel atau cairan tubuh organisme hidup. Sementara pemahaman tentang osmoregulasi ikan Tekanan osmotik cairan tubuh pengaturan sesuai untuk kehidupan ikan, sehingga proses-proses fisiologis fungsi tubuh normal (Homeostasis). ka sel menerima terlalu banyak air maka akan meletus, dan sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.Untuk organisme akuatik, proses ini digunakan sebagai ukuran untuk menyeimbangkan tekanan osmosa antara substansi dalam tubuh dengan lingkungan melalui sel permeabel. Dengan demikian, semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk osmoregulasi mmelakukan sebagai adaptasi, hingga batas toleransi yang mereka miliki. Oleh karena itu, pengetahuan tentang osmoregulasi sangat penting dalam mengelola media air pemeliharaan kualitas, terutama salinitas. Hal ini karena dalam osmoregulasi, proses regulasi terjadi melalui konsentrasi ion dan air dalam tubuh dengan kondisi di lingkungan.Ion dan air pada ikan terjadi regulasi hipertonik, hipotonik atau isotonik tergantung pada perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi cairan tubuh dengan konsentrasi media1, 2. Perbedaannya dapat digunakan sebagai strategi dalam berurusan dengan komposisi cairan ekstraselular dalam tubuh ikan2. Untuk ikan yang hiperosmotik potadrom dengan lingkungannya dalam proses osmoregulasi, air bergerak ke dalam tubuh dan ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Keseimbangan cairan tubuh dapat terjadi dengan meminum sedikit air atau tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuh dapat dikurangi dengan membuangnya dalam bentuk urin. Untuk ikan yang hipoosmotik oseanodrom terhadap lingkungannya, air mengalir dari osmosa tubuh melalui ginjal, insang dan kulit ke lingkungan, sedangkan ion ke tubuh dengan difusi1, 2. Adapun eurihalin ikan, memiliki kemampuan untuk dengan cepat menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuh dengan media (isoosmotik), namun karana kondisi lingkungan perairan tidak selalu tetap, maka proses serta ikan ormoregulasi potadrom dan oseanodrom masih terjadi.Salinitas atau garam konten adalah jumlah bahan padat dalam satu kilogram air laut, dalam hal ini semua karbonat telah diubah menjadi oksida, brom dan yodium yang telah disinkronkan dengan klorin dan bahan organik yang telah teroksidasi. Langsung, media akan mempengaruhi salinitas tekanan osmotik cairan tubuh ikan. Pengetahuan tentang metabolisme dapat juga dikaitkan dengan beberapa disiplin lain, seperti genetika, toksikologi dan lainnya ilmiah sehingga ikan yang dihasilkan dapat memiliki kualitas lebih unggul daripada sebelumnya. Hal ini karena ikan untuk berinvestasi untuk 25-50% dari output total dalam mengendalikan metabolisme komposisi cairan intra-dan ekstraselularnya.Perubahan dalam tingkat salinitas mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan, sehingga ikan untuk menyesuaikan pengaturan osmotik internal atau bekerja sehingga proses fisiologis dalam tubuh dapat bekerja secara normal lagi. Jika salinitas yang lebih tinggi, usaha ikan untuk menjaga ketertiban dalam kondisi homeostasi nya tercapai, sampai batas toleransi yang mereka miliki. Osmotik bekerja membutuhkan energi yang lebih tinggi juga. Hal ini juga mempengaruhi waktu kepenuhan (waktu kekenyangan) ikan.Rainbow trout seringkali digunakan sebagai sistem model untuk mempelajari rute dan mekanisme ekskresi dan osmoregulasi. Proses osmoregulasi juga menghasilkan produk-produk limbah seperti kotoran dan amonia, sehingga pemeliharaan yang akan menjadi media berwarna keruh akibat jumlah kotoran ikan dirilis. Dampak ekskresi nitrogen juga akan mempengaruhi kehidupan ikan di dalamnya. Pada embrio rainbow trout, ekskresi nitrogen dalam bentuk urea juga dapat dikaitkan dengan kandungan nitrogen dalam kuning telur, karena permeabilitas rendah dari membran sel telur dari amonia.Dampak dari produk limbah dari metabolisme pada kelangsungan hidup ikan berdasarkan perubahan fisik dalam kualitas air, dapat diduga bahwa perubahan tersebut juga mempengaruhi kondisi ambient ikan, yang pada gilirannya mempengaruhi pertahanan tubuh. Setelah melewati batas toleransi, maka ikan yang sekarat. Mengingat bahwa tidak semua ikan mati, maka dapat dipastikan bahwa kekuatan toleransi pada populasi ikan di akuarium berbeda. Hal ini mungkin karena perbedaan kondisi tubuh sebelum dimasukkan dalam intensitas praktek media, termasuk parasit, tingkat stres dan lain-lain. Nitrat toksisitas di air tawar tergolong sangat rendah (96 h LC50s> 1000 mg / L sebagai N). Hal ini dapat dikaitkan dengan munculnya potensi masalah dalam proses osmoregulasi. Dalam sistem dengan konsentrasi nitrat tinggi, reduksi nitrat terjadi pada anaerobik. Nitrat di perairan laut konsentrasi kurang dari 500 mg / L untuk ikan laut sebagian besar, tapi untuk ikan laut tropis seperti anemone (Amphiprion ocellaris) lebih sensitif, yaitu hanya 20 mg / L.Tingkat stres juga bervariasi dialami oleh benih di akuarium, sebagai akibat dari perbedaan perlakuan. Lebih mendalam studi, dapat ditelusuri dengan isi kortisol. Banyak hal berkenaan dengan kortisol selama proses metabolisme, seperti starvasi (puasa), osmoregulasi, penyebaran penghematan energi untuk migrasi, proses gonad, pemijahan pematangan dan selama stres yang dialami oleh ikan itu sendiri.Osmoregulasi mekanisme juga dapat dilacak pada tingkat sel. Sel-sel yang pertama dihasilkan melalui mekanisme kultur sel. Penelitian tentang sel epitelioma papulosum cyprinid (EPC), berasal dari sel epidermis ikan mas dapat digunakan untuk menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan sel-sel di hiper-media dan hipoosmotik. Dengan menggunakan sel kultur, ekspresi gen dapat diamati juga bahwa bias yang terkait dengan kemampuan adaptasi dan stres osmotik.BAB IIIMETODOLOGI3.1 UJI BENEDICTTujuan :Menetapkan kadar gula dalam urine secara semi kuantitatifBahan bahan : Urine yang akan di uji Fehling B atau Larutan benedictPeralatan : Tabung reaksi Pipet mohr 10 ml Pipete tetes Bunsen atau pemanasLangkah kerja : Mendidihkan 5 ml Fehling B dalam tabung reaksi Memasukan 8 tetes urin kedalam 5 ml Fehling B yang telah didihkan Mendidihkan kembali selama 2 menit Mendinginkan campuran Memperhatikan warna yang terbentuk3.2 UJI HELLERTujuan :Memeriksa adanya protein dalam urineBahan bahan :UrineAsam nitrit (HNO3)Peralatan :Pipet tetesTabung reaksiLangkah kerja :Memasukan 5 ml asam nitrit kedalam tabung reaksi melalui dinding tabung yang dimiringkanMenambahkan beberapa tetes urine dengan menggunakan pipet melalui dinding tabung sehingga kedua cairan tidak langsung bercampurMenegakkan tabungMemperhatikan perubahan yang terjadi 3.3 UJI CHLORIDATujuan :Mengetahui adanya radikal bebas dalam urinBahan bahan :v Urinv Larutan AgNO3Peralatan :v Pipet tetesv Tabung reaksiLangkah kerja :v Memasukan 5 ml urin ke dalam tabung reaksiv Memasukan beberapa tetes AgNO3 kedalam tabung reaksiv Memperhatikan perubahan yang terjadi4.1 HASIL PENGAMATAN Dari hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut:NoTESHASIL PENGAMATANKETERANGAN

1.Glukosa1,5 %Endapan berwarna merah

2.ProteinNegatifTidak terbentuk cincin

3.Radikal BebasPositifTerdapat endapan putih

Keterangan: Urin yang digunakan adalah urin penulis.4.2 ANALISA HASIL4.2.A UJI BENEDICT Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa.Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes.Hasil dari dari pengujian dengan menggunakan fehling b terindetifikasi warna akhir adalah berwarna merah atau terdapat 1,5% glukosa.Adapun parameter warnanya sebagai berikut:- Hijau 1%- Merah 1,5%- Orange 2%- Kuning 5%Glukosa adalah jenis gula yang ditemukan dalam darah. Biasanya glukosa sangat sedikit atau tidak ada dalam urin. Ketika tingkat gula darah sangat tinggi seperti pada diabetes yang tidak terkontrol ginjal mengekskresikan glukosa ke dalam urin untuk mengurangi konsentrasinya di darah. Keberadaan glukosa dalam urin, yang disebut glukosuria, juga dapat disebabkan oleh gangguan hormonal, penyakit hati, obat-obatan, dan kehamilan. Ketika terjadi glukosuria, tes lain seperti tes glukosa darah biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab yang lebih spesifik.Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (mis. urea), elektrolit (mis. natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian dialirkan ke tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat yang diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urin.Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun.Diabetes (diabetes mellitus) digolongkan sebagai gangguan metabolisme. Metabolisme mengacu pada cara tubuh kita mengolah makanan yang digunakan untuk menghasilkan energi dan pertumbuhan. Sebagian besar dari apa yang kita makan dipecah menjadi glukosa. Glukosa adalah suatu bentuk gula dalam darah inilah yang menjadi sumber utama bahan bakar bagi tubuh kita.Ketika makanan kita dicerna glukosa mencari jalan masuk ke dalam aliran darah kita. Sel-sel kita menggunakan glukosa sebagai bahan energi dan pertumbuhan. Namun, glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel tanpa adanya insulin. Jadi insulin memungkinkan sel-sel kita untuk mengasup glukosa. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas. Setelah makan, secara otomatis pankreas melepaskan sejumlah insulin untuk memindahkan glukosa dalam darah ke dalam sel, dan menurunkan tingkat gula darah.Seseorang yang menderita diabetes mengalami kondisi di mana jumlah glukosa dalam darah terlalu tinggi (hiperglikemia). Hal ini terjadi karena tubuh tidak memproduksi insulin yang cukup, atau bahkan tidak sanggup menghasilkan insulin lagi, atau sel-selnya tidak lagi merespon dengan baik terhadap pankreas untuk memproduksi insulin. Dengan demikian jumlah glukosa dalam darah menjadi tinggi. Glukosa darah yang berlebihan tersebut akhirnya dikeluarkan dari tubuh bersama urin. Jadi, meskipun darah mengandung banyak glukosa, namun sel-sel tidak mendapatkan asupan energi yang cukup untuk melakukan pertumbuhan.4.2.B UJI HELLERUji ini dilakukan degan mencampurkan urine dengan HNO3 pekat sehingga hasilnya akan terbentuk cincin yang berwarna putih pada permukaan larutan. Hal ini menandakan bahwa di dalam urine terkandung albumin (protein). Urine pecah kemudian mengalami denaturasi oleh HNO3. Protein albumin jika terkena asam pekat (HNO3) akan terjadi denaturasi protein di permukaan, tetapi jika berlangsung lama, denaturasi akan berlangsung terus-menerus sampai cincin putih menghilang . Hasil dari pemeriksaan protein terhadap urin menggunakan tes heller yaitu dengan penambahan asam nitrat pekat pada urin yang jika terdapat protein akan membentuk suatu lapisan terpisah dan ditunjukkan dengan terbentuknya cincin putih. Namun, hasil pemeriksaan dengan menggunakan tes heller menunjukkan hasil pemeriksaan yang negatif (-) karena urin yang diperiksa tidak ada endapan dan tidak terbentuknya cincin putih. Hal ini menunjukkan bahwa urin yang diperiksa tidak menyatakan adanya protein.Proteinuria adalah adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2.Dalam keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius.Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius.adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya penyebab/penyakit dasarnya.Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%.Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal.Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari.pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai normal.Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalam urin.Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu:1.Filtrasi glomerulus2.Reabsorbsi protein tubulusPatofisiologi ProteinuriaProteinuria dapat meningkatkan melalui salah satu cara dari ke-4 jalan yaitu:1.Perubahan permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein plasma normal terutama abumin.2.Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi.3.Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low Molecular Weight Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.4.Sekresi yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi IgA dalam respon untuk inflamasi.Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung mekanisme jejas pada ginjal yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus.Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran protein plasma ke dalam urin (proteinuria glomerulus).Protein yang lebih kecil (100 kDal) sementara foot processes dari epitel/podosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk transpor melalui saluran yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya akan glutamat,aspartat, dan asam silat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis.Muatan negatif akan menghalangi transpor molekul anion seperti albumin.Mekanisme lain dari timbulnya proteinuria ketika produksi berlebihan dari proteinuria abnormal yang melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.Ini biasanya sering dijumpai pada diskrasia sel plasma (mieloma multipel dan limfoma) yang dihubungkan dengan produksi monoklonal imunoglobulin rantai pendek.Rantai pendek ini dihasilkan dari kelainan yang disaring oleh glomerulus dan di reabsorbsi kapasitasnya pada tubulus proksimal.Bila ekskersi protein urin total melebihi 3,5 gram sehari, sering dihubungkan dengan hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (sindrom nefrotik).Proteinuria FisiologisProteinuria sebenarnya tidaklah selalu menunjukkan kelainan/penyakit ginjal.Beberapa keadaan fisiologis pada individu sehat dapat menyebabkan proteinuria.Pada keadaan fisiologis sering ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat sementara.Misalnya, pada keadaaan demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang kuat terutama lari maraton dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari, pasien hematuria yang ditemukan proteinuria masif, yang sebabnya bukan karena kebocoran protein dari glomerulus tetapi karena banyaknya protein dari eritrosit yang pecah dalam urin akibat hematuri tersebut (positif palsu proteinuria masif).Proteinuria PatologisSebaliknya, tidak semua penyakit ginjal menunjukkan proteinuria, misalnya pada penyakit ginjal polikistik, penyakit ginjla obstruksi, penyakit ginjal akibat obat-obatan analgestik dan kelainan kongenital kista, sering tidak ditemukan proteinuria.Walaupun demikian proteinuria adalah manifestasi besar penyakit ginjal dan merupakan indikator perburukan fungsi ginjal.Baik pada penyakit ginjal diabetes maupun pada penyakit ginjal non diabetes.Kita mengenal 3 macam proteinuria yang patologis: Proteinuria yang berat, sering kali disebut masif, terutama pada keadaan nefrotik, yaitu protein didalam urin yang mengnadung lebih dari 3 gram/24 jam pada dewasa atau 40 mg/m2/jam pada anak-anak, biasanya berhubungan secara bermakna dengan lesi/kebocoran glomerulus.Sering pula dikatakan bila protein di dalam urin melebihi 3,5 gram/24 jam.Penyebab proteinuria masif sangat banyak, yang pasti keadaan diabetes melitus yang cukup lama dengan retinopati dan penyakit glomerulus.Terdapat 3 jenis proteinuria patologis:1.Proteinuria glomerulus, misalnya: mikroalbuminuria, proteinuria klinis.2.Proteinuria tubular3.Overflow proteinuriaProteinuria GlomerulusBentuk proteinuria ini tampak pada hampir semua penyakit ginjal dimana albumin adalah jenis protein yang paling dominan pada urin sedangkan sisanya protein dengan berat molekul rendah ditemukan hanya sejumlah kecil saja.Dua faktor utama yang menyebabkan filtrasi glomerulus protein plasma meningkat: 1). Ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang dipengaruhi glomerulus, protein plasma, terutama albumin, mengalami kebocoran pada filtrat glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus yang berlebihan yang menyebabkan proteinuria. Pada penyakit glomerulus dikenal penyakit perubahan minimal, albuminuria disebabkan kegagalan selularitas yang berubah. 2). Faktor-faktor hemodinamik menyebabkan proteinuria glomerulus oleh tekanan difus yang meningkat tanpa perubahan apapun pada permeabilitas intrinsik dinding kapiler glomerulus.Proteinuria ini terjadi akibat kebocoran glomerulus yang behubungan dengan kenaikan permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein.1. MikroalbuminuriaPada keadaan normal albumin urin tidak melebihi 30mg/hari. Bila albumin di urin 30-300mg/hari atau 30-350 mg/hari disebut mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria merupakan marker untuk proteinuria klinis yang disertai dengan penurunan faal ginjal LFG (laju filtrasi glomerulus) dan penyakit kardiovaskular sistemik. Pada pasien diabetes mellitus tipe I dan II, kontrol ketat gula darah, tekanan darah dan mikroalbuminuria sangat penting.Hipotesis mengapa mikroalbuminuria dihubungkan dengan risiko penyakit kardiovaskular adalah karena disfungsi endotel yang luas. Beberapa penelitian telah membuktikan adanya hubungan peranan kegagalan sintesis nitrit oksid pada sel endotel yang berhubungan antara mikroalbuminuria dengan risiko penyakit kardiovaskular.2. Proteinuria KlinisPemeriksaan ditentukan dengan pemeriksaan semi kuantitatif misalnya dengan uji Esbach dan Biuret. Proteinuria klinis dapat ditemukan antara 1-5 g/hari.Proteinuria TubularJenis proteinuria ini mempunyai berat molekul yang rendah antara 100-150 mg/hari, terdiri atas -2 mikroglobulin dengan berat molekul 14000 dalton. Penyakit yang biasanya menimbulkan proteinuria tubular adalah: renal tubular acidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom Faankoni, pielonefritis kronik dan akibat cangkok ginjal.Overflow ProteinuriaDiskrasia sel plasma (pada mieloma multipel) berhubungan dengan sejumlah besar ekskresi rantai pendek/protein berat molekul rendah (kurang dari 4000 dalton) berupa Light Chain Imunoglobulin, yang tidak dapat di deteksi dengan pemeriksaan dipstik/ yang umumnya mendeteksi albumin/ pemeriksaan rutin biasa , tetapi harus pemeriksaan khusus. Protein jenis ini disebut protein Bence Jonespenyakit lain yang dapat menimbulkan protein Bence Jones adalah amiloidosis dan makroglobulinemia.Proteinuria IsolasiAdalah sejumlah protein yang ditemukan dalam urin tanpa gejala pada pasien sehat yang tidak mengalami gangguan fungsi ginjal atau penyakit sistemik.proteinuria ini hampir ditemukan secara kebetulan dapat menetap/persisten, dapat pula hanya sementara, yang mungkin saja timbul karena posisi lordotik tubuh pasien. Proteinuria terisolasi dibagi dalam 2 kategori: 1) jinak dan 2) yang lebih serius lagi adalah yang mungkin tidak ortostatik dan timbul secara persisten.Proteinuria Isolasi Jinak1. Proteinuria fungsionalIni adalah bentuk umum proteinuria yang sering terlihat pada pasien yang dirawat di rumah sakit karena berbagai penyakit. Proteinuria tersebut adalah jenis glomerulus yang diyakini disebabkan oleh perubahan hemodinamik ginjal yang meningkatkan filtrasi glomerulus protein plasma.2. Proteinuria transien idiopatikMerupakan kategori proteinuria yang umum pada anak-anak dan dewasa muda, yang ditandai dengan proteinuria yang timbul selama pemeriksaan urin rutin orang sehat tetapi hilang kembali setelah pemeriksaan urin dilakukan kembali.3. Proteinuria intermittenTerdapat pada lebih dari separuh contoh urin pasien yang tidak mempunyai bukti penyebab proteinuria. Prognosis pada kebanyakan pasien adalah baik dan proteinuria kadang-kadang menghilang setelah beberapa tahun.4. Proteinuria ortostatik (postural)Pada semua pasien dengan ekskresi protein massif, proteinuria meningkat pada posisi tegak dibandingkan posisi berbaring. Perubahan ortostatik pada ekskresi protein tampaknya tidak mempunyai kepentingan diagnosis dan prognosis. Proteinuria sering terjadi pada usia dewasa muda, jarang terdapat pada usia di atas 30 tahun.Patofosiologi proteinuria ortostatik tidaklah diketahui. Walaupun biasanya prognosis proteinuria ortostatik baik, persisten (non-ortostatik) proteinuria berkembang pada segelintir orang.Proteinuria Terisolasi yang Persisten/MenetapAnamnesis secara lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti untuk mencari penyakit ginjal/sistemik yang menjadi penyebabnya.Cara Mengukur Protein di Dalam UrinMetode yang dipakai untuk mengukur proteinuria saat ini sangat bervariasi dan bermakna.Metode dipstik mendeteksi sebagian besar albumin dan memberikan hasil positif palsu bila pH >7,0 dan bila urin sangat pekat atau terkontaminasi darah.Urin yang sangat encer menutupi proteinuria pada pemeriksaan dipstik.Jika proteinuria yang tidak mengndung albumin dalam jumlah cukup banyak akan menjadi negatif palsu.Ini terutama sangat penting untuk menentukan protein Bence Jones pada urin pasien dengan multipelk mieloma.Tes untuk mengukur konsentrasi urin total secara benar seperti pada presipitasi dengan asam sulfosalisilat atau asam triklorasetat.Sekarang ini, dipstik yang sangat sensitif tersedia di pasaran dengan kemampuan mengukur mikroalbuminuria (30-300 mg/hari) dan merupakan petanda awal dari penyakit glomerulus yang terlihat untuk memprediksi jejas glomerulus pada nefropati diabetik dini.Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung dari mekanisme jejas pada ginjal yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus, tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektifitas dinding glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin, dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus.Akan tetapi, jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran protein plsama ke dalam urin (proteinuria glomerulus).Protein yang lebih kecil (100kDal) sementara foot processes dari epitel atau podosit akan memungkinkan lewatnya air dan solut kecil untuk transport melalui saluran yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya akan glutamat, asam partat, asam sialat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis.Muatan negatif ini akan menghalangi transport molekul anion seperti albumin4.2.C UJI CHLORIDABerdasarkan hasil percobaan uji klorida terhadap urin yang telah direaksikan dengan AgNO3, terdapat endapan putih yang terbentuk. Endapan tersebut adalah AgCl (perak klorida). Yang merupakan indikasi adanya klorida atau radikal bebas pada urin dan dapat diketahui adanya kinerja hati yang terganggu.Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan satu buah elektron dari pasangan elektron bebasnya, atau merupakan hasil pemisahan homolitik suatu ikatan kovalen. Elektron memerlukan pasangan untuk menyeimbangkan nilai spinnya, sehingga molekul radikal menjadi tidak stabil dan mudah sekali bereaksi dengan molekul lain, membentuk radikal baru. Radikal bebas dapat dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh dan faktor eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra violet, zat pemicu radikal dalam makanan dan polutan lain. Penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas bersifat kronis, yaitu dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk penyakit tersebut menjadi nyata. Contoh penyakit yang sering dihubungkan dengan radikal bebas adalah serangan jantung,kanker, katarak dan menurunnya fungsi ginjal. Untuk mencegah atau mengurangi penyakit kronis karena radikal bebas diperlukan antioksidan.Tubuh manusia dapat menetralisir radikal bebas ini, hanya saja bila jumlahnya berlebihan, maka kemampuan untuk menetralisirnya akan semakin berkurang. Merokok, misalnya, adalah kegiatan yang secara sengaja memasukkan berbagai jenis zat berbahaya yang dapat meningkatkan jumlah radikal bebas ke dalam tubuh. Tubuh manusia didesain untuk menerima asupan yang bersifat alamiah, sehingga bila menerima masukan seperi asap rokok, akan berusaha untuk mengeluarkan berbagai racun kimiawi ini dari tubuh melalui proses metabolisme,tetapi proses metabolisme ini pun sebenarnya menghasilkan radikal bebas. Pada intinya, kegiatan merokok sama sekali tidak berguna bagi tubuh, walau pun dapat ditemui perokok yang berusia panjang.Radikal bebas yang mengambil elektron dari sel tubuh manusia dapat menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga terjadi mutasi. Bila perubahan DNA ini terjadi bertahun-tahun, maka dapat menjadi penyakit kanker. Tubuh manusia, sesungguhnya dapat menghasilkan antioksidantetapi jumlahnya sering sekali tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Atau sering sekali, zat pemicu yang diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan antioksidan tidak cukup dikonsumsi. Sebagai contoh, tubuh manusia dapat menghasilkan Glutathione, salah satu antioksidan yang sangat kuat, hanya saja, tubuh memerlukan asupan vitamin C sebesar 1.000 mg untuk memicu tubuh menghasilkan glutahione ini. Keseimbangan antara antioksidan dan radikal bebas menjadi kunci utama pencegahan stres oksidatif dan penyakit-penyakit kronis yang dihasilkannya.BAB VPENUTUP5.1 KESIMPULANAllah menciptakan manusia dengan sempurna yaitu diberikannya bentuk tubuh yang baik, akal pikiran dan nafsu, kemudian manusia itu sendiri yang menentukan mampu atau tidaknya menggunakan pemberian Allah dengan baik (QS. Attin: 4-5). Ruh sebagai power untuk menghidupkan seluruh anggota badan, Akal sebagai alat untuk menerima ilmu pengetahuan atau untuk mengetahui hakikat sesuatu secara logis tanpa mempertimbangkan hal-hal yang irasional, anggota tubuh seperti panca indra yang hanya dapat merealisasikan secara indrawi tanpa mempertimbangkan pernghalangnya.Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubulus ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit.Urine memiliki komponen organic dan anorganik. Urea, asam urat dan kreatinin merupakan beberapa komponen organic dari urine. Ion-ion seperti Na, K, Ca serta anion Cl merupakan komponen anorganik dari urine. Warna kuning pada urine, disebabkan oleh urokrom, yaitu family zat empedu, yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin. Bila dibiarkan dalam udara terbuka, urokrom dapat teroksidasi, sehingga urine menjadi berwarna kuning tua. Pergeseran konsentrasi komponen-komponen fisiologik urine dan munculnya komponen-komponen urine yang patologik dapat membantu diagnose penyakit.Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan diberbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain.Dalam uji coba ada beberapa cara misalnya uji benedict untuk menguji adanya glukosa urin dan uji heller untuk mengetahui adanya protein ataupun uji chlorida untuk mengetahui radikal bebas.5.2 SARANBerdasarkan penemuan yang diperoleh dari penelitian ini, dapat dianjurkan beberapa saran sebagai berikut:- Meningkatkan pengetahuan tentang dunia sains.- Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai kandungan urin.- Dari peneletian ini diharapkan adanya penelitian yang lebih lanjut untuk mengkaji penyakit yang dapat dideteksi pada urin.- Perlu adanya pelatihan yang lebih lanjut dalam pembuatan laporan penelitian.http://harycahyadi.wordpress.com/2012/06/19/Uji Benedict- merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas- Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis- biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3- uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan.http://biologi.blogsome.com/2011/02/07/karbohidrat-dan-uji-karbohidrat/