darah dan imunitas.docx

39
SEL-SEL DARAH DAN IMUNITAS TUBUH oleh Moch. Salman Alfarisi NIM 082310101071

Upload: allen-salman

Post on 24-Apr-2015

61 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

sel-sel darah dan imunitas

TRANSCRIPT

Page 1: darah dan imunitas.docx

SEL-SEL DARAH DAN IMUNITAS TUBUH

oleh

Moch. Salman Alfarisi

NIM 082310101071

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: darah dan imunitas.docx

Sel-Sel Darah Dan Imunitas

Darah

Darah berasal dari kata haima, yang berasal dari akar kata hemo atau

hemato. Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk)

tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah terdiri dari 45%

korpuskula dan 55% plasma darah. Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih

kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas, serta PH 7,4 (7,35 - 7,45).

Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan,

bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. Volume darah total

sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata- rata, dan kurang sedikit pada

perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh dan

berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga

bervariasi sesuai dengan perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya.

Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang

berfungsi sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme

tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya

dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi

dengan darah.

Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena

berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk

menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami

gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah)

dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu

sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Jenis sel

darah manusia terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit)

dan trombosit (keping darah).

Semua zat baik hasil maupun sisa metabolisme diedarkan ke seluruh tubuh

oleh sistem peredaran darah. Darah dipompa ke seluruh tubuh oleh jantung untuk

membawa oksigen dan zat makanan yang diperlukan oleh sel untuk hidup.

Karbondioksida dan sisa makanan dibawa kembali menuju paru-paru dan jantung

Page 3: darah dan imunitas.docx

juga dibawa oleh darah. Sistem peredaran darah adalah sistem yang utama dalam

sistem penghantaran produk metabolisme. Selain itu darah juga merupakan suatu

sistem pertahanan tubuh atau immune system.

Komponen darah dapat berupa plasma darah, sel darah dan keping darah.

Sel – sel darah pada manusia dapat berupa sel darah merah maupun sel darah

putih. Sel – sel darah merah atau eritrosit adalah jenis sel darah yang paling

banyak dan fungsi utamanya adalah membawa oksigen dan makanan ke jaringan

tubuh. Sel darah merah adalah sel yang tidak berinti, bentuknya cekung bikonkaf

atau pipih dengan bagian pusat lebih tipis dan terang sehingga mempermudah

proses terjadinya difusi. Eritrosit merupakan kantong untuk Haemoglobin ( Hb).

Hb inilah yang akan mengikat oksigen.

A. Sel darah merah

sel darah merah

Darah berwarna merah karena adanya sel-sel darah merah. Sel darah

merah berbentuk bulat gepeng yang kedua permukaannya cekung. Sel darah

merah tidak memiliki inti sel dan mengandung hemoglobin. Hemoglobin (Hb)

merupakan protein yang mengandung zat besi. Fungsi hemoglobin adalah untuk

mengikat oksigen dan karbondioksida dalam darah. Hemoglobin berwarna

merah, karena itu sel darah merah berwarna merah.

Jumlah sel darah merah yang normal kurang lebih adalah 5 juta sel/mm3

darah. Sel darah merah dibentuk pada tulang pipih di sumsum tulang dan dapat

hidup hingga 120 hari. Jika sel darah merah rusak atau sudah tua maka sel ini

akan dirombak dalam limfa. Hemoglobin dari sel darah merah yang

dirombak akan terlepas dan dibawa ke dalam hati untuk dijadikan zat warna

Page 4: darah dan imunitas.docx

empedu. Sel darah merah baru akan dibentuk kembali dengan bahan zat besi yang

berasal dari hemoglobin yang terlepas.

Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan

pada sentralnya dan berdiameter 7,65 µm. Erirosit terbungkus dalam membran sel

dengan permeabilitas yang tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga

memungkinkan eritrosit menembus kapiler (pembuluh darah terkecil). Setiap

eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin sejenis pigmen

pernafasan yang mengikat oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga

volume sel.

Struktur kimia hemoglobin

Hemoglobin adalah molekul yang tersusun dari suatu protein, globin.

Globin terdiri dari 4 rantai polipeptida yang melekat pada 4 gugus hem yang

mengandung zat besi. Hem berperan dalam pewarnaan darah. Pada hemoglobin

orang dewasa (HgA), rantai polipeptidanya terdiri dari rantai alfa dan 2 rantai beta

yang identik. Masing-masing membawa gugus hemnya. Hemoglobin janin (Hgf)

terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai ngamma. HgF memiliki afinitas yang sangat

besar terhadap oksigen dibandingkan HgA. Fungsi hemoglobin, jika hemoglobin

terpajan oksigen, maka molekul oksigen akan bergabung dengan rantai alfa dan

beta, untuk membentuk oksihemoglobin.

Oksihemoglobin berwarna merah terang. Jika oksigen dilepas ke jaringan,

maka hemoglobinnya disebut deoksihemoglobin atau hemoglobin tereduksi.

Hemoglobin ini terlihat lebih gelap atau bahkan kebiruan, saat vena terlihat dari

permukaan kulit. Setiap gram HgA membawa 1,3ml oksigen. Sekitar 97%

oksigen dalam darah yang dibawa dari paru-paru bergabung dengan hemoglobin,

sisanya yang 3% larut dalam plasma. Hemoglobin berikatan dengan

karbondioksida dibagian asam amino pada globin. Karbaminohemoglobin yang

terbentuk hanya memakai 20% karbondioksida yang terkandung dalam darah,

80% sisanya dibawa dalam bentuk ion bikarbonat.

Jumlah Sel Darah Merah

Page 5: darah dan imunitas.docx

Jumlah sel darah merah pada laki-laki sehat berukuran rata-rata adalah 4,2

sampai 5,5 juta sel permilimeter kubik (mm3). Pada perempuan sehat rat-rata,

jumlah sel darah merahnya antara 3,2 sampai 5,2 juta sel per mm3.

Hematokrit adalah persentase volume darah total yang mengandung

eritrosit. Persentase ini ditentukan dengan melakukan sentrifugasi sebuah sampel

darah dalam tabung khusus dan mengukur kerapatan sel pada bagian dasar tabung.

Hematokrit pada laki-laki berkisar antara 42% sampai 54% dan pada perempuan

38% samapai 48%. Hematokrit dapat bertambah atau berkurang, bergantung pada

jumlah eritrosit atau faktor-faktor yang mempengaruhi volume darah, seperti

asupan cairan atau air yang hilang. Kecepatan sedimentasi adalah kecepatan sel

darah merah untuk sampai kedasar tabung tanpa melalui sentrifugasi.

Fungsi Sel Darah Merah

1. Sel-sel darah merah menstransfor oksigen keseluruh jaringan melalui

pengikatan hemoglobin terhadap oksigen.

2. Hemoglobin sel darah merah berikatan dengan karbon dioksida untuk

ditransfor ke paru-paru, tetapi sebagian besar karbon dioksida yang dibawa

plasma berada dalam bentuk ion bikarbonat. Suatu enzim (karbonat

anhidrase) dalam eritrosit memungkinkan sel darah merah bereaksi dengan

karbon dioksida untuk membentuk ion bikarbonat. Ion bikarbonat berdifusi

keluar dari sel darah merah dan masuk ke dalam plasma. Sel darah merah

berperan penting dalam pengaturan PH darah karena ion bikarbonat dan

hemoglobin merupakan buffer asam-basa.

3. Pengaturan produksi sel darah merah :

a. Produksi eritrosit diatur eritropoietin, suatu hormon glikoprotein yang

diproduksi terutama oleh ginjal. Kecepatan produksi eritropoietin

berbanding terbalik dengan persediaan oksigen dalam jaringan.

b. Faktor apapun yang menyebabkan jarinagan menerima volume oksigen

yang kurang (anoksia) akan mengakibatkan peningkatan produksi

eritropoietin, sehingga semakin menstimulasi produksi sel darah merah.

Sebagai berikut:

Page 6: darah dan imunitas.docx

Kehilangan darah akibat hemoragi mengakibatkan

peningkatan produksi sel darah merah.

Tinggal didataran tinggi dengan kandungan oksigen yang rendah

dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan peningkatan

produksi sel darah merah.

Gagal jantung, yang mengurangi darah ke jaringan, atau

penyakit paru, yang mengurangi volume oksigen yang diabsorpsi

darah, mengakibatkan peningkatan produksi sel darah merah.

4. Hormon lain, seperti kortison, hormon tiroid, dan hormon pertumbuhan, juga

mempengaruhi produksi sel darah merah.

5. Faktor diet esensial untuk produksi sel darah merah

Zat besi penting untuk sintesis hemoglobin oleh eritrosit. Zat inidiabsorpsi

dari makanan sehari-hari dan disimpan diberbagai jaringan, terutama dihati.

Tembaga merupakan bagian esensial dari protein yang diperlukan untuk

mengubah besi feri (Fe3+) menjadi besi fero (Fe2+).

Vitamin tertentu, seperti asam folat, vitamin c, dan vitamin B12+,

berperan penting dalam pertumbuhan normal dan pematangan sel darah merah.

Vitamin B12 tidak dapat disintesis dalam tubuh dan harus didapat dari

makanan. Agar vitamin B12 tidak dapat diabsorpsi dari saluran pencernaan,

lapisan lambung harus memproduksi faktor instrinsik. Jika faktor instrinsik tidak

ada, maka vitamin B12 tidak dapat diabsorpsi, sel darah merah tidak matang

dengan sempurna, dan mengakibatkan anemia pernicious (defisiensi sel darah

merah), injeksi vitamin B12 digunakan untuk pengobatan.

Umur dan destruksi eritrosit

Sel darah merah biasanya bersikulasi selama 120 hari sebelum menjadi

rapuh dan mudah pecah. Walaupun sel darah merah matang tidak memiliki nuklei,

mitokondria ataupun retikulum endoplasma, enzim sitoplasmanya mampu

memproduksi ATP untuk waktu yang terbatas ini. Fragmen sel darah merah yang

rusak atau terdisintegrasi akan mengalami fagositosis oleh makrofag dalam limpa,

hati, sumsum tulang, dan jaringan tubuh lain. Globin (bagian protein) HgA

Page 7: darah dan imunitas.docx

terdegradasi menjadi asam amino, yang kemudian akan diperbaharui untuk

sintetis protein selular.

Hem (bagian yang mengandung zat besi) diubah menjadi Biliverdin

(pigmen hijau) dan kemudian menjadi bilirubin (pigmen kuning), yang dilepas

kedalam plasma. Bilirubin diserap hati dan disekresi dalam empedu. Sebagian

besar Zat besi yang dilepas oleh Hem akan diambil untuk diperbaharui dalam

proses sintesis HgA selanjutnya.

Pembentukan

Pembentukan sel darah merah (eritropoiesis) terjadi di sumsum tulang dada, iga,

panggul, pangkal tulang paha, dan lengan atas dengan laju produksi sekitar 2 juta

eritrosit per detik (Pada embrio, hati berperan sebagai pusat produksi eritrosit

utama). Eritropoesis distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa

oleh ginjal. Hormon ini sering digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai doping.

Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang

berkembang ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari seluruh darah

yang beredar.

Eritrosit dikembangkan dari sel punca melalui retikulosit untuk

mendewasakan eritrosit dalam waktu sekitar 7 hari dan eritrosit dewasa akan

hidup selama 100-120 hari. Sedangkan perkembangan sel dari proeritroblas

adalah sebagai berikut:

Proeritroblas - eritroblas basofil - eritroblas polikromatofil - eritroblas

ortokromatik - retikulosit - eritrosit.

Adapun penjelasan dari masing- masing perkembangan sel dari seri eritrosit yaitu:

a. Pronormoblast

Pronormoblast disebut juga Rubriblast atau proeritrosit, merupakan sel

termuda dalam sel eritrosit. Sel ini berinti bulat dengan beberapa anak inti dan

kromatin yang halus. Dengan pulasan Romanowsky inti berwarna biru

kemerah-merahan sitoplasmanya berwarna biru. Ukuran sel rubriblast

bervariasi 18-25 mikron. Dalam keadaan normal jumlah rubriblast dalam

sumsum tulang adalah kurang dari 1 % dari seluruh jumlah sel berinti.

Page 8: darah dan imunitas.docx

b. Normoblast basofil

Normobalst basofil disebut juga Prorubrisit atau eritroblast basofilik. Pada

pewarnaan kromatin inti tampak kasar dan anak inti menghilang atau tidak

tampak, sitoplasma sedikit mengandung hemoglobin sehingga warna biru dari

sitoplasma akan tampak menjadi sedikit kemerah-merahan. Ukuran lebih

kecil dari rubriblast. Jumlahnya dalam keadaan normal 1-4 % dari seluruh sel

berinti.

c. Normoblast polikromatik

Normoblast polikromatik disebut juga rubrisit atau eritroblast polikromatik.

Inti sel ini mengandung kromatin yang kasar dan menebal secara tidak

teratur, di beberapa tempat tampak daerah-daerah piknotik. Pada sel ini sudah

tidak terdapat lagi anak inti, inti sel lebih kecil daripada prorubrisit tetapi

sitoplasmanya lebih banyak, mengandung warna biru karena kandungan asam

ribonukleat (ribonucleic acid-RNA) dan merah karena kandungan

hemoglobin, tetapi warna merah biasanya lebih dominan. Jumlah sel ini

dalam sumsum tulang orang dewasa normal adalah 10-20 %.

d. Normoblast ortokromatik

Sel ini disebut juga metarubrisit atau eritroblast ortokromatik. Inti sel ini kecil

padat dengan struktur kromatin yang menggumpal. Sitoplasma telah

mengandung lebih banyak hemoglobin sehingga warnanya merah walaupun

masih ada sisa-sisa warna biru dari RNA. Jumlahnya dalam keadaan normal

adalah 5-10 %.

e. Retikulosit

Pada proses maturasi eritrosit, setelah pembentukan hemoglobin dan

penglepasan inti sel, masih diperlukan beberapa hari lagi untuk melepaskan

sisa-sisa RNA. Sebagian proses ini berlangsung di dalam sumsum tulang dan

sebagian lagi dalam darah tepi. Pada saat proses maturasi akhir, eritrosit

selain mengandung sisa-sisa RNA juga mengandung berbagai fragmen

mitokondria dan organel lainnya. Pada stadium ini eritrosit disebut retikulosit

atau eritrosit polikrom. Retikulum yang terdapat di dalam sel ini hanya dapat

dilihat dengan pewarnaan supravital. Tetapi sebenarnya retikulum ini juga

Page 9: darah dan imunitas.docx

dapat terlihat segai bintik-bintik abnormal dalam eritrosit pada sediaan apus

biasa. Polikromatofilia yang merupakan kelainan warna eritrosit yang kebiru-

biruan dan bintik-bintik basofil pada eritrosit sebenarnya disebabkan oleh

bahan ribosom ini. Setelah dilepaskan dari sumsum tulang sel normal akan

beredar sebagai retikulosit selama 1-2 hari. Kemudian sebagai eritrosit

matang selama 120 hari. Dalam darah normal terdapat 0,5-2,5 % retikulosit.

f. Eritrosit

Eritrosit normal merupakan sel berbentuk cakram bikonkav dengan ukuran

diameter 7-8 um dan tebal 1,5-2,5 um. Bagian tengah sel ini lebih tipis

daripada bagian tepi. Dengan pewarnaan Wright, eritrosit akan berwarna

kemerah-merahan karena mengandung hemoglobin. Eritrosit sangat lentur

dan sangat berubah bentuk selama beredar dalam sirkulasi. Umur eritrosit

adalah sekitar 120 hari dan akan dihancurkan bila mencapai umurnya oleh

limpa. Banyak dinamika yang terjadi pada eritrosit selama beredar dalam

darah, baik mengalami trauma, gangguan metabolisme, infeksi Plasmodium

hingga di makan oleh Parasit.

B. Sel darah putih (leukosit)

Leukosit adalah sel darah yang mengendung inti, disebut juga sel darah

putih. Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral

organisme terhadap zat-zat asingan. Didalam darah manusia, normal didapati

jumlah leukosit rata-rata 6000-10000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000,

keadaan ini disebut leukositosis, bilakurang dari 5000 disebut leukopenia.

Page 10: darah dan imunitas.docx

Sebenarnya leukosit merupakan kelompok sel dari beberapa jenis. Untuk

klasifikasinya didasarkan pada morfologi inti adanya struktur khusus dalam

sitoplasmanya.

Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih dapat dibedakan yaitu :

1. Granulosit, yaitu leukosit yang mempunyai granula spesifik, yang dalam

keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan

mempunyai bentuk inti yang bervariasi. Terdapat tiga jenis leukosit granuler

yaitu neutrofil, basofil,dan asidofil (atau eosinofil) yang dapat dibedakan

dengan afinitas granula terhadap zat warna netral, basa dan asam.

2. Agranulosit Yang tidak mempunyai granula spesifik, sitoplasmanya homogen

dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit

agranuler yaitu limfosit (sel kecil, sitoplasma sedikit) dan monosit (sel agak

besar mengandung sitoplasma lebih banyak).

Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau

jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal.

Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan

seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak

bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan

mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada

sumsum tulang.

Fungsi

Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan

badan terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago-

memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran

darah. melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20

mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan fungsi

ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat

bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari

seluruh bagian tubuh.

Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap

organisme hidup dan menghancurkannya,menyingkirkan bahan lain seperti

Page 11: darah dan imunitas.docx

kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan

sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang

memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.

dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan

penyembuhannya dimungkinkan

Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat

dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka

dapat terbentuk nanah. Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang

terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak

kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar

jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh

granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.

Pembentukan

Tahap-tahap perkembangan dan pematangan sel darah putih secara umum sebagai

berikut : berawal dari pluripoten stem cell akan membelah menjadi dua macam sel

bakal yaitu mieloid stem cell (sel bakal dari sel granulosit, monosit, trombosit,

dan eritrosit) dan limfoid stem cell (sel bakal dari sel limfosit). Perkembangan

selanjutnya untuk kedua sel bakal tersebut mempunyai kemiripan yaitu : Dari

stem cell akan berkembang membentuk CFU (colony-forming-unit), kemudian

mieloblast/limfoblast, promielosit, mielosit, selanjutnya akan mengalami maturasi

menjadi metamielosit, band (batang), dan hasil akhir berupa sel darah putih yang

bermacam-macam yang dapat dilihat variasi bentuknya dalam apusan darah tepi.

Penjelasan dari perkembangan dan pematangan sel darah putih :

a. Mieloblast

Mieloblast adalah sel termuda diantara seri granulosit. Sel ini memiliki inti

bulat yang berwarna biru kemerah-merahan, dengan satu atau lebih anak inti,

kromatin inti halus dan tidak menggumpal. Sitoplasma berwarna biru dan

sekitar inti menunjukkan warna yang lebih muda. Mieloblast biasanya lebih

kecil daripada rubriblast dan sitoplasmanya kurang biru dibandingkan

Page 12: darah dan imunitas.docx

rubriblast. Jumlahnya dalam sumsum tulang normal adalah < 1% dari jumlah

sel berinti.

b. Promielosit

Dalam fase ini sitoplasma seri granulosit telah memperlihatkan granula

berwarna biru tua / biru kemerah-merahan. Berbentuk bulat dan tidak teratur.

Granula sering tampak menutupi inti. Granula ini terdiri dari lisozom yang

mengandung mieloperoksidase, fosfatase asam, protease dan lisozim. Inti

promielosit biasanya bulat dan besar dengan struktur kromatin kasar. Anak

inti masih ada tetapi biasanya tidak jelas. Jumlah sel ini dalam sumsum tulang

normal adalah 1-5 %.

c. Mielosit

Pada mielosit granula sudah menunjukkan diferensiasi yaitu telah

mengandung laktoferin, lisozim peroksidase dan fosfatase lindi. Inti sel

mungkin bulat atau lonjong atau mendatar pada satu sisi, tidak tampak anak

inti, sedangkan kromatin menebal. Sitoplasma sel lebih banyak dibandingkan

dengan promielosit. Jumlahnya dalam keadaan normal adalah 2-10 %.

d. Metamielosit

Dalam proses pematangan, inti sel membentuk lekukan sehingga sel

berbentuk seperti kacang merah, kromatin menggumpal walaupun tidak

terlalu padat. Sitoplasma mengandung granula kecil berwarna kemerah-

merahan. Sel ini dalam keadaan normal tetap berada dalam sumsum tulang

dengan jumlah 5-15 %.

e. Neutrofil Batang dan Segmen

Metamielosit menjadi batang apabila lekukan pada inti melebihi setengah

ukuran inti yang bulat sehingga berbentuk seperti batang yang lengkung. Inti

menunjukkan proses degeneratif, kadang-kadang tampak piknotik pada kedua

ujung inti. Sitoplasma mengandung granula halus berwarna kemerah-

merahan. Dalam darah tepi ditemukan hanya 2-6% dari sel-sel leukosit

normal. Selanjutnya sel ini menjadi neutrofil segmen. Dalam sumsum tulang

normal sel ini merupakan 10-40 % dari sel berinti.

Page 13: darah dan imunitas.docx

C. Neutrofil dan Makrofag

Di antara granulosit, netrofil merupakan merupakan jenis sel yang

terbanyak yaitu sebanyak 60 – 70% dari jumlah seluruh leukosit atau 3000-6000

per mm3 darah normal. Pada perkembangan sel netrofil dalam sumsum tulang,

terjadi perubahan bentuk intinya, sehingga dalam darah perifer selalu terdapat

bentuk-bentuk yang masih dalam perkembangan. Dalam keadaan normal

perbandingan tahap-tahap mempunyai harga tertentu sehingga perubahan

perbandingan tersebut dapat mencerminkan kelainan.

Gambar neutrofil

Sel netrofil matang berbentuk bulat dengan diameter 10-12 μm. Intinya

berbentuk tidak bulat melainkan berlobus berjumlah 2-5 lobi bahkan dapat lebih.

Makin muda jumlah lobi akan berkurang. Yang dimaksudkan dengan lobus yaitu

bahan inti yang terpisah-pisah oleh bahan inti berbentuk benang. Inti terisi penuh

oleh butir-butir khromatin padat sehingga sangat mengikat zat warna basa menjadi

biru atau ungu. Oleh karena padatnya inti, maka sukar untuk untuk memastikan

adanya nukleolus.

Dalam netrofil terdapat adanya bangunan pemukul genderang pada inti

netrofil yang tidak lain sesuai dengan Barr Bodies yang terdapat pada inti sel

wanita. Barr Bodies dalam inti netrofil tidak seperti sel biasa melainkan

Page 14: darah dan imunitas.docx

menyendiri sebagai benjolan kecil. Hal ini dapat digunakan untuk menentukan

apakah jenis kelamin seseorang wanita.

Dalam sitoplasma terdapat 2 jenis butir-butir ata granul yang berbeda

dalam penampilannya dengan ukuran antara (0.3-0.8μm). Granul pada neutrofil

tersebut yaitu :

Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase, dimana

sudah mulai tampak sejak masih dalam sumsum tulang yang makin

dewasa makin berkurang jumlahnya. Ukurannya lebih besar dari pada

jenis butir yang kedua dan kebanyakan telah kehilangan kemampuan

mengikat warna. Dengan pewarnaan Romanovsky butiran ini tampak ungu

kemerah-merahan.

Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat

bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin. Dinamakan butir

spesifik karena hanya terdapat pada sel netrofil dengan ukran lebih halus.

Butiran ini baru tampak dalam tahap mielosit, berwarna ungu merah muda

dan pada sel dewasa akan tampak lebih banyak daripada butir azurofil.

Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit

mitokonria, apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil

merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, memfagosit

partikel kecil dengan aktif. Dengan adanya asam amino D oksidase dalam granula

azurofilik penting dalam pengenceran dinding sel bakteri yang mengandung asam

amino D. Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo peroksidase yang

terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada

molekul tirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya.

Netrofil yang sudah matur akan masuk ke jaringan melalui proses yang

disebut diapedesis, yaitu suatu lubang/celah pada pembuluh darah yang berukuran

lebih kecil daripada sel. Netrofil matur masuk ke jaringan karena adanya

chemotaxis yang dipicu oleh inflamasi jaringan, baik karena toxin bakteri atau

virus, procuk degenerative dari jaringan yang inflamasi, reaksi berat baik komplek

komplemen maupun plasma clotting pada daerah yang terinflamasi. Sel ini di

jaringan akan melakukan fungsi fagositosis.

Page 15: darah dan imunitas.docx

Netrofil mendekati partikel yang akan difagosit, kemudian membentuk

pseudopodia untuk mengelelingi partikel yang akan difagosit, sehingga terbentuk

ruang tertutup di sekitar partikel. Partikel akan masuk ke dalam rongga sitoplasma

dan keluar dari membrane sel untuk membentuk vesikel fagositik yang

mengapung (fagosom) di dalam sitoplasma. Satu netrofil dapat memfagosit 3-20

bakteri sebelum netrofil menjadi inaktif dan mati

Dibawah pengaruh zat toksik tertentu seperti streptolisin toksin

streptokokus membran granula-granula neutrofil pecah, mengakibatkan proses

pembengkakan diikuti oleh aglutulasi organel - organel dan destruksi neutrofil.

Neotrofil mempunyai metabolisme yang sangat aktif dan mampu melakukan

glikolisis baik secara aerob maupun anaerob. Kemampuan nautrofil untuk hidup

dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan, karena mereka dapat

membunuh bakteri dan membantu membersihkan debris pada jaringan nekrotik

D. Eusinofil

Eosinofil ditemukan pada peredaran darah sekitar 2-4 %, sel ini memiliki

daya fagosit yang lemah dan menghambat chemotaxis. Jika dibandingkan dengan

netrofil, eosinofil masih diragukan dalam perannya terhadap beberapa infeksi.

Eosinofil diproduksi dalam jumlah banyak pada infeksi parasit, dimana sel ini

akan bermigrasi ke tempat yang terinfeksi.

Eosinofil tidak memfagosit parasit, karena ukuran parasit jauh lebih besar,

tapi selini mengeluarkan molekul permukaan dan substansi yang membunuh

parasit, terutama stadium yang masih muda. Proses ini melalui cara berikut :

melepaskan enzim hidrolisis dari granula yaitu lisosom yang telah dimodifikasi,

Page 16: darah dan imunitas.docx

melepaskan oksigen reaktif kekuatan tinggi yang bersifat lethal terhadap parasit,

dan melepaskan larvasidal polipeptida (mayor basic protein). Selain terhadap

parasit, eosinofil juga berperan dalam proses alergi, misalnya pada jaringan

peribronchial pada asthma dan pada reaksi alergi kulit. Pada alergi, sel mast dan

basofil melepaskan eosinofil chemotaktil factor yang menyebabkan eosinofil

bermigrasi ke jaringanyang mengalami reaksi alergi.

Eosinofil akan mendetoksifikasi substansi yang menginduksi inflamasi

yang dilepaskan oleh sel mast dan kemungkinan memfagosit dan merusak

komplek alergan-antibodi yang tersebar pada proses inflamasi lokal. Eosinofil

dapat mengalami peningkatan hitung jenis jika ditemukan >4% dari seratus sel

atau disebut Eosinofilia. Kondisi ini dijumpai pada penyekit alergi

(hipersensitivitas jenis atopic : asthma bronchial, hay fever, urtikaria, dan

hipersensitif terhadap makanan), penyakit parasit (amubiasis, infeksi cacing :

askariasis, anchylostomiasis, skistosomiasis, trikonosis, filariasis, cacing pita),

pemulihan dari infeksi akut, penyakit kulit tertentu :SSJ, psoriasis, pemfigus,

dermatitis herpetiformis, eosinofilia pulmonum, sindrom hipereosinofilik,

sensitivitas obat, poliareritis nodusa, penyakit Hodgkin dan beberapa tumor lain,

keganasan metastasis dengan nekrosis tumor,

E. Basofil

Basofil dalam sirkulasi darah menyerupai sel mast, yang banyak terdapat

terutama di luar kapiler. Baik sel mast maupun basofil akan membawa heparin ke

dalam darah, sehingga mencegah pembekuan darah. Basofil dan sel mast akan

melepaskan histamine, dan sedikit bradikinin dan serotonin.

Page 17: darah dan imunitas.docx

Basofil memiliki peranan yang penting pada beberapa tipe reaksi alergi,

karena tipe antibody yang mengakibatkan reaksi alergi, yaitu IgE akan menempel

pada basofil. Saat spesifik antigen untuk spsesfik antibody (IgE) bereaksi dengan

antibody, akan mengakibatkan basofil pecah dan akan melepaskan histamine,

bradikinin, serotonin, heparin, slow-reacting substance of anaphylaxis, dan enzim

lisosomal. Ini mengakibatka lokal vascular berupa vasodilatasi dan reaksi jaringan

yang memunculkan alergi

Limfosit

Limfosit dalam darah berukuran sangat bervariasi sehingga pada

pengamatan sediaan apus darah dibedakan menjadi limfosit kecil (7-8 μm),

limfosit sedang dan limfosit besar (12 μm). Jumlah limfosit menduduki nomer dua

setelah netrofil yaitu sekitar 1000-3000 per mm3 darah atau 20-30% dari seluruh

leukosit. Di antara tiga jenis limfosit, limfosit kecil terdapat paling banyak.

Limfosit kecil ini mempunyai inti bulat yang kadang-kadang bertakik sedikit.

Intinya gelap karena khromatinnya berkelompok dan tidak nampak nukleolus.

Sitoplasmanya yang sedikit tampak mengelilingi inti sebagai cincin berwarna biru

muda. Kadang-kadang sitoplasmanya tidak jelas mungkin karena butir-butir

azurofil yang berwarna ungu. Limfosit kecil kira-kira berjumlah 92% dari seluruh

limfosit dalam darah.

Page 18: darah dan imunitas.docx

Limfosit mempunyai kedudukan yang penting dalam sistem imunitas

tubuh, sehingga sel-sel tersebut tidak saja terdapat dalam darah, melainkan dalam

jaringan khusus yang dinamakan jaringan limfoid. Berbeda dengan sel-sel leukosit

yang lain, limfosit setelah dilepaskan dari sumsum tulang belum dapat berfungsi

secara penuh oleh karena hars mengalami differensiasi lebih lanjut. Apabila sudah

masak sehingga mampu berperan dalam respon immunologik, maka sel-sel

tersebut dinamakan sebagai sel imunokompeten. Sel limfosit imunokompeten

dibedakan menjadi limfosit B dan limfosit T, walaupun dalam sediaan apus kita

tidak dapat membedakannya. Limfosit T sebelumnya mengalami diferensiasi di

dalam kelenjar thymus, sedangkan limfosit B dalam jaringan yang dinamakan

Bursa ekivalen yang diduga keras jaringan sumsum tulang sendiri. Kedua jenis

limfosit ini berbeda dalam fungsi immunologiknya.

Sel-sel limfosit T bertanggung jawab terhadap reaksi immune seluler dan

mempunyai reseptor permukaan yang spesifik untuk mengenal antigen asing. Sel

limfosit B bertugas untuk memproduksi antibodi humoral antibodi response yang

beredar dalam peredaran darah dan mengikat secara khusus dengan antigen asing

yang menyebabkan antigen asing tersalut antibodi, kompleks ini mempertinggi

fagositosis, lisis sel dan sel pembunuh (killer sel atau sel K) dari organisme yang

menyerang. Sel T dan sel B secara marfologis hanya dapat dibedakan ketika

diaktifkan oleh antigen.

Monosit

Jenis sel agranulosit ini berjumlah sekitar 3-8% dari seluruh leukosit. Sel

ini merupakan sel yang terbesar diantara sel leukosit karena diameternya sekitar

12-15 μm. Bentuk inti dapat berbentuk oval, sebagai tapal kuda atau tampak

seakan-akan terlipat-lipat. Butir-butir khromatinnya lebih halus dan tersebar rata

dari pada butir khromatin limfosit.

Sitoplasma monosit terdapat relatif lebih banyak tampak berwarna biru

abu-abu. Berbeda dengan limfosit, sitoplasma monosit mengandung butir-butir

yang mengandung perioksidase seperti yang diketemukan dalam netrofil. Monosit

mampu mengadakan gerakan dengan jalan membentuk pseudopodia sehingga

Page 19: darah dan imunitas.docx

dapat bermigrasi menembus kapiler untuk masuk ke dalam jaringan pengikat.

Dalam jaringan pengikat monosit berbah menjadi sel makrofag atau sel-sel lain

yang diklasifikasikan sebagai sel fagositik.

Didalam jaringan mereka masih mempunyai membelah diri. Selain

berfungsi fagositosis makrofag dapat berperan menyampaikan antigen kepada

limfosit untuk bekerja sama dalam sistem imun.

F. Leukopenia

Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia

(dalam bahasa Yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu

keadaan berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama

dengan 5000 / mm3.

Leukopenia adalah suatu keadaan di mana jumlah sel darah putih pada

sirkulasi perifer kurang dari 4,0 x 109 / L. Pada sebagian besar kasus, penyakit ini

dihubungkan dengan penurunan granulosit karena granulosit adalah komponen

mayor dari sel darah putih pada sirkulasi perifer.

Leukopenia adalah kondisi klinis yang terjadi bila sumsum tulang

memproduksi sangat sedikit sel darah putih sehingga tubuh tidak terlindung

terhadap banyak bakteri dan agen-agen lain yang mungkin masuk mengenai

jaringan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa leukopenia

adalah suatu kondisi klinis di mana sumsum tulang memproduksi sangat sedikit

sel darah putih pada sirkulasi perifer, yaitu kurang dari atau sama dengan 5000

leukosit/mm3.

Etiologi Leukopenia

Penyebab leukopenia dikhususkan ke dalam jenis-jenisnya, yaitu

1. Neutropenia, penyebabnya : infeksi virus, campak, demam thypoid toksin,

rickettsia dari tifus, faktor fisik (radiasi pengion), obat-obatan

(sulfanilamides, barbiturat, cytostaties), bensol, kekurangan vitamin B12,

asam folat, anafilaksis shock, hypersplenism, juga karena kelainan genetik.

Page 20: darah dan imunitas.docx

2. Eosinopenia, penyebabnya : meningkatnya kadar stres, syndrom Cushing,

kortikosteroid, penyakit menular, corticotrophin dan kortison.

3. Limfopenia, penyebabnya : karena faktor keturunan dan

immunodeficiency, stres, radiasi penyakit, tuberkulosis militer.

4. Monocytopenia, penyebabnya : batang myeloid tertekan ditembak dari

sumsum tulang hemopoiesis (misalnya, dalam penyakit radiasi, kondisi

septik parah, dan agranulocytosis).

Patofisiologi Leukopenia

Leucopenia terjadi karena berawal dari berbagai macam penyebab. Berikut

ini akan dijelaskan patofisilogi penyakit leukopenia. Radiasi sinar X dan sinar ال

(gamma) yang berlebihan serta penggunaan obat-obatan yang berlebihan, akan

menyebabkan kerusakan sumsum tulang. Dengan rusaknya sumsum tulang, maka

kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah (eritrosit, leukosit, dan

trombosit) pun menurun (dalam kasus ini dikhususkan leukosit yang mengalami

penurunan).

Kondisi tersebut akhirnya akan mengakibatkan neutropenia (produksi

neutrofil menurun), monositopenia (produksi monosit menurun), dan eosinopenia

(produksi eosinofil menurun). Selain itu, jika seseorang mengidap penyakit

immunodefisiensi, seperti HIV AIDS, maka virus HIV akan menyerang CD4 yang

terdapat di limfosit T dalam sirkulasi perifer. Kondisi ini akan menyebabkan

limfosit hancur sehingga mengalami penurunan jumlah, yang disebut dengan

limfopenia.Oleh karena penyebab-penyebab di atas yang berujung pada

menurunnya jumlah komponen-komponen leukosit (neutropenia, eosinopenia,

monositopenia, limfopenia) maka terjadilah leukopenia.

Klasifikasi Leukopenia

Klasifikasi leucopenia didasarkan atas penyebabnya, yaitu :

1. Neutropenia memiliki penyebab yang beragam seperti : infeksi virus,

campak, demam tipus toksin, Rickettsia dari tifus, faktor fisik (radiasi

pengion), obat-obatan (sulfanilamides, barbiturat, cytostaties), bensol,

Page 21: darah dan imunitas.docx

kekurangan vitamin B12, asam folat, anafilaksis shock, hypersplenism,

juga karena kelainan genetik.

2. Eosinopenia penyebabnya adalah : meningkatnya kadar stres, syndrom

Cushing, kortikosteroid, penyakit menular, corticotrophin dan kortison.

3. Lymphopenia penyebabnya adalah : karena faktor keturunan dan

immunodeficiency, stres, radiasi penyakit, tuberkulosis militer.

4. Monocytopenia terjadi karena batang myeloid tertekan ditembak dari

sumsum tulang hemopoiesis (misalnya, dalam penyakit radiasi, kondisi

septik parah, dan agranulocytosis).

Manifestasi Klinis Leukopenia

Indikator yang paling umum dari leukopenia adalah neutropenia

(pengurangan jumlah neutrofil dalam leukosit). Jumlah neutrofil juga dapat

menjadi indikator yang paling umum dari risiko infeksi. Jika leukopenia ringan,

orang tidak akan menunjukkan gejala apapun, hanya dalam kasus yang berat

gejala mulai muncul. Jika leukopenia telah masuk ke tahap berat, gejala klinis

yang biasa muncul :

a. Anemia, yaitu penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin

b. Menorrhaggia, yaitu perdarahan yang berat dan berkepanjangan saat

periode menstruasi

c. Metrorrhaggia, yaitu perdarahan dari rahim, tetapi bukan karena

menstruasi dan hal ini merupakan indikasi dari beberapa infeksi

d. Neurasthenia, yaitu kondisi yang ditandai oleh kelelahan, sakit kepala, dan

mengganggu keseimbangan emosional.

e. Trombositopenia, yaitu penurunan jumlah trombosit yang abnormal dalam

darah.

f. Stomatitis, yaitu suatu peradangan pada lapisan mukosa struktur di dalam

mulut, seperti pipi, gusi, lidah, bibir, dan lain-lain.

g. Pneumonia, yaitu peradangan yang terjadi di paru-paru karena kongesti

virus atau bakteri.

Page 22: darah dan imunitas.docx

h. Abses hati, yaitu jenis infeksi bakteri yang terdapat dalam hati. Hal ini

relative jarang terjadi tetapi fatal akibatnya jika tidak ditangani.

i. Kelelahan, sakit kepala, dan demam adalah gejala yang sering terjadi.

Selain itu pasien juga mengalami hot flashes, rentan terhadap berbagai

infeksi, ulkus oral, dan mudah marah

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi: kelemahan, pucat, turgor kulit kering, adanya infeksi / mudah

terkena infeksi (jika adanya luka), adanya luka yang menandakan kelemahan imun

tubuh (sariawan/ stomatitis), nafas cepat dan dangkal,Palpasi: Adanya nyeri tekan

pada area yang sakit dan teraba panas, suhu tubuh menunjukkan

peningkatan,Auskultasi : ditemukan ronchi.

G. Leukimia

Keganasan leukosit yang sering dijumpai adalah leukemia atau biasa

disebut kanker darah. Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan

diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoietik yang mengalami transformasi

dan ganas, menyebabkan supresi dan penggantian elemen sumsum normal.

Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum: leukemia limfositik dan leukemia

mielogenosa.

Page 23: darah dan imunitas.docx

Walaupun penyebab dari leukemia tidak diketahui, predisposisi genetik

maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya memainkan peranan . Diduga hal

ini dapat disebabkan oleh interaksi sejumlah faktor, diantaranya 1) Neoplasia;

2) Infeksi; 3) Radiasi; 4) Keturunan; 5) Zat kimia, misalnya benzen, arsen,

pestisida, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen antineoplastil,dikaitkan dengan

frkuensi yang meningkat khususnya agen-agen alkil, dan 6) Perubahan

kromosom.

Klasifikasi besar adalah leukemia akut dan kronis. Leukemia akut, dimana

terdapat lebih 50% mieloblas atau limfoblas dalam sumsum tulang pada gambaran

klinis, lebih lanjut dibagi dalam leukemia mieloid (mieloblastik) akut (AML) dan

leukemia limfoblastik akut (ALL). Leukemia kronis mencakup dua tipe utama,

leukemia granulositik (mieloid) kronis (CGL/CML) dan leukemia limfositik

kronis (CLL). Tipe kronis lain termasuk leukemia sel berambut, leukemia

prolimfositik, dan berbagai sindroma mielodisplastik, yang sebagian dianggap

sebagai bentuk leukemia kronis dan lainnya sebagai “pre-leukemia”.1 Leukemia

limfositik disebabkan oleh produksi sel limfoid yang bersifat kanker, biasanya

Page 24: darah dan imunitas.docx

dimulai di nodus limfe atau jaringan limfositik lain dan menyebar ke daerah tubuh

lainnya. Leukimia mielogenosa dimulai dengan produksi sel mielogenosa muda

yang bersifat kanker di sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh,

sehingga leukosit diproduksi di banyak organ ekstramedular, terutama di nodus

limfe, limpa, dan hati.

Pemeriksaan dan Diagnosis Leukemia

a. Hematologi rutin  dan Hitung darah lengkap digunakan untuk mengetahui

kadar Hb-eritrosit, leukosit, dan trombosit. Retikulosit jumlah biasanya

rendah, jumlah trombosit mungkin sangat rendah (<50.000/mm), leukosit :

mungkin lebih dari 50.000.

b. Apus darah tepi   digunakan untuk mengetahui morfologi sel darah, berupa

bentuk, ukuran, maupun warna sel-sel darah, yang dapat menunjukkan

kelainan hematologi.

c. Aspirasi  dan biopsi sumsum tulang digunakan untuk mengetahui kondisi

sumsum tulang, apakah terdapat kelainan atau tidak.

d. Karyotipik  digunakan untuk mengetahui keadaan kromosom dengan

metode FISH (Flurosescent In Situ Hybridization).

e. Immunophenotyping  mengidentifikasi jenis sel dan tingkat maturitasnya

dengan antibodi yang spesifik terhadap antigen yang terdapat pada

permukaan membran sel.

f. Sitokimia  merupakan metode pewarnaan tertentu sehingga hasilnya lebih

spesifik daripada hanya menggunakan morfologi sel blas pada apus darah

tepi atau sumsum tulang.

g. Analisis sitogenetik  digunakan untuk mengetahui kelainan sitogenetik

tertentu, yang pada leukemia dibagi menjadi 2: kelainan yang

menyebabkan hilang atau bertambahnya materi kromosom dan kelainan

yang menyebabkan perubahan yang seimbang tanpa menyebabkan hilang

atau bertambahnya materi kromosom.

h. Biologi molekuler  mengetahui kelainan genetik, dan digunakan untuk

menggantikan analisis sitogenetik rutin apabila gagal.

Page 25: darah dan imunitas.docx

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Jakarta:

EGC.

Ganong, et al. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., Moss, P.A.H., 2005. Kapita Selekta Hematologi ed.

2. Jakarta : EGC.

Syaifuddin B. Ac. 1992. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Price, Syilvia A., Lorranie M. Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-

proses Penyakit. Jakarta: EGC.

.