dan kemudian...hening
TRANSCRIPT
Sebuah Metamorfosa
Al-Izzah Page 1
an kemudian...*hening*, hanya terdengar suara gemericik air
yang mengalir. Di malam yang sunyi, sebuah jemari menggoreskan
tinta di atas kertas putih, kemudian ia merenung akan masa. Waktu berjalan
sangat cepat, sebuah metamorfosa dalam dirinya yang begitu mendalam. Ia
tumbuh dengan lincahnya, dikelilingi orang-orang hebat di sekitarnya, dan
berharap ia pun akan menjadi orang hebat kelak nantinya. Ia dibina,
ditempa, bahkan terkadang sakit terasa dalam seonggok hatinya. Tapi itu
semua kecil, dibanding dengan apa yang didapatnya. Ya, disinilah ia dapatkan
itu semua !!
Ikhwah... ukhuwah itu nikmat, ukhuwah itu indah, ukhuwah itu cinta,
ukhuwah itu... ahh, terlalu panjang memaknai kata ukhuwah. Bersama mereka
bercerita, bersama mereka berbagi, bersama mereka menangis, bersama
mereka tertawa, dan masih banyak yang bisa dilakukan bersama mereka.
Sandaran hatinya ketika galau ya berbagi bersama mereka. Seperti bagian
tubuh yang salah satunya sakit, maka bagian tubuh yang lain pun akan ikut
merasakannya. Bahkan terkadang taqliful qulub itu kuat sekali, apa yang
dirasakan saudaranya bisa ia rasakan. Subhanallah... Allah Maha Membolak-
Balikkan Hati makhluk-Nya. Ukhuwah bisa dibilang bagai bangunan yang
kokoh, di sini saling menguatkan dan mengokohkan. Maka kesendirian pun
menjadi terkikis.
Pertanyaannya adalah sudah sejauh mana kita mengenal saudara-
saudara kita? Sedekat apakah kita dengan mereka? Sudah tahukah tahapan-
tahapannya ketika bisa mengenal saudara kita? Ya, pertama adalah ta’aruf.
Bagaimana kita berkenalan dengan saudara kita tidak hanya dari fisiknya
saja, tetapi juga menyangkut latar belakang pendidikannya, budaya,
keagamaan. Kedua yaitu tafahum, bagaimana memahami karakter yang ada
pada dirinya. Saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan
D
Sebuah Metamorfosa
Al-Izzah Page 2
kelemahan masing-masing, sehingga segala bentuk kesalahfahaman dapat
dihindari. Jangan hanya ingin difahami saja, tetapi di sini juga dituntut
untuk bisa memahami saudaranya yang lain. Bisa memahami saudaranya
dengan baik adalah suatu kepuasan tersendiri bagi dirinya, karena dengan
begitu, ia bisa melakukan apa yang diinginkan saudaranya. Di sinilah sikap
itsar (mendahulukan kepentingan saudaranya) diwajibkan, kecuali untuk
beribadah. Tidak ada kata itsar dalam beribadah. Ketiga yaitu ta’awun,
saling tolong menolong. Sudah sepatutnya sesama muslim harus saling tolong
menolong, tapi ingat hanya tolong menolong dalam hal kebaikan. Dan tahapan
yang terakhir adalah takaful yaitu saling memberikan jaminan, sehingga
menimbulkan rasa aman, tidak ada rasa kekhawatiran.
Ukhuwah yang terbangun menjadi pondasi kuat untuk bisa mencapai
satu tujuan yang sama, satu VISI itu. Dan seorang teladan yang menjadi
salah satu motivatornya untuk menjadi lebih baik lagi sudah pasti sebagai
refleksi dirinya kelak akan membangun VISI itu bersama-sama. Sulit
memang ketika tidak bisa menutupi pondasi yang berlubang, namun dengan
beramal jama’i semua akan bisa teratasi. Dan ketika hanya seorang diri, onak
dan duri itu akan terasa lebih beratnya ikhwah.... Itulah kenapa dakwah itu
harus beramal jama’i, karena dakwah itu sulit. Dan bersyukurlah masih bisa
merasakan pahitnya, getirnya berdakwah, namun sungguh manisnya luar
biasa pada akhir perjuangannya.
Sebuah cerminan dirinya ketika mengingat 2 tahun lalu. Dengan
semangatnya yang menggebu memasuki kampus hijau nan asri ini *katanya*.
Memasuki gerbang ilmu di bangku perkuliahan, sebuah amanah yang tidak
bisa dielakkan, dan keinginannya pun kuat untuk menimba ilmu di kota kecil
ini. Masih teringat jelas suasana itu, ketika suara itu menggemparkan audit,
seketika terasa bergetar dalam relung hatinya, merinding menghinggap
Sebuah Metamorfosa
Al-Izzah Page 3
dalam bulu romanya, dan seketika air bening itu mengalir begitu saja. Dan
saat itu pula, terpancang janji masa depan itu !! Janji dengan Allah Azza wa
Jalla. Allahu Akbar, merasakan energi yang luar biasa masuk dalam jiwanya.
Ya, memang benar kata orang *kalau sudah cinta, apapun dilakukan
untuknya*. Tak terasa 2 tahun berproses di sini, belajar memaknai hidup
yang sesungguhnya, dan sampai saat ini pun ia masih terus belajar, belajar,
dan belajar, dengan siapa pun, di mana pun, kapan pun, dan belajar apapun
itu. Dan pada akhirnya ia hanya bisa meluruskan niat, bekerja keras, berpikir
cerdas, dan berusaha berhati ikhlas, karena sesungguhnya Dia lah yang
Maha Menentukan. Hingga orang tuanya bahagia mendengarnya dan bisa
merasakan kesuksesan yang telah diraihnya.
*Nuansa bening itu tidak ingin dihapus dalam beningnya prasangka, dan
biarlah menjadi bening hingga indah pada waktunya...:)*
Semoga bermanfaat