dampak un padaualitas pendidikan

4
iMoeT acTualLy | Dampak Ujian Nasional Terhadap Kualitas Pendidikan Kita Copyright e-cha [email protected] http://crieska.student.umm.ac.id/2010/05/10/dampak-ujian-nasional-terhadap-kualitas-pendidikan-k ita/ Dampak Ujian Nasional Terhadap Kualitas Pendidikan Kita Berbagai keberatan yang dilontarkan oleh stakeholders terhadap penyelenggaraan UN bukan tanpa alasan. Kepeduliannya terhadap kualitas proses dan hasil pendidikan menjadi perhatiannya yang serius. Berdasarkan kajian teoritik dan fakta empirik tampak jelas bahwa UN berdampak negarif terhadap kualitas proses dan hasil pendidikan. Apabila kondisi ini terus berlanjut dikhawatirkan kualitas pendidikan kita akan semakin merosot dan tujuan pendidikan nasional kita akan sulit untuk diwujudkan, dan pada akhirnya kondisi masyarakat dan bangsa ini tidak akan pernah berubah, terus berada dalam keterpurukan. Berbagai dampak negatif yang nyata terjadi di sekolah sebagai akibat diterapkannya UN di sekolah, diantaranya: ☺ Terjadinya disorientasi pendidikan di sekolah Mata pelajaran yang di-UN-kan tidak seluruh mata pelajaran. Pada tiga tahun terakhir pada tingkat SMP dan SMA, hanya mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Memang untuk tahun 2008 direncanakan untuk tingkat SMA akan ada penambahan mata pelajaran dan berbeda antara jurusan IPA, IPS, dan Bahasa. Untuk SMA jurusan IPA, akan ditambah mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi; Untuk jurusan IPS akan ditambah mata pelajaran Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi, dan untuk jurusan Bahasa akan ditambah mata pelajaran Sastra Indonesia, Bahasa asing lain, dan Antropologi/Sejarah Budaya. Selain itu, pada tahun 2008 juga akan dilaksanakan UN untuk tingkat SD, dengan mata pelajaran yang diuji adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Pembatasan mata pelajaran yang diujikan dalam UN, berakibat pada fokus proses pembelajaran di sekolah hanya ditekankan pada penguasaan mata pelajaran tersebut, sedangkan mata pelajaran lain dianggap hanya sebagai pelengkap. Hal ini menyebabkan terjadinya diskriminasi dan pengabaian terhadap mata pelajaran lain. Para siswa dan bahkan orang tua lebih memusatkan perhatiannya terhadap mata pelajaran yang akan di UN-kan, terutama pada siswa kelas akhir. page 1 / 4

Upload: mastudiar-daryus

Post on 15-Jul-2015

38 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak un padaualitas pendidikan

iMoeT acTualLy | Dampak Ujian Nasional Terhadap Kualitas Pendidikan KitaCopyright e-cha [email protected]://crieska.student.umm.ac.id/2010/05/10/dampak-ujian-nasional-terhadap-kualitas-pendidikan-kita/

Dampak Ujian Nasional Terhadap KualitasPendidikan Kita

Berbagai keberatan yang dilontarkan oleh stakeholders terhadap penyelenggaraanUN bukan tanpa alasan. Kepeduliannya terhadap kualitas proses dan hasilpendidikan menjadi perhatiannya yang serius. Berdasarkan kajian teoritik dan faktaempirik tampak jelas bahwa UN berdampak negarif terhadap kualitas proses danhasil pendidikan. Apabila kondisi ini terus berlanjut dikhawatirkan kualitaspendidikan kita akan semakin merosot dan tujuan pendidikan nasional kita akansulit untuk diwujudkan, dan pada akhirnya kondisi masyarakat dan bangsa ini tidakakan pernah berubah, terus berada dalam keterpurukan.

Berbagai dampak negatif yang nyata terjadi di sekolah sebagai akibatditerapkannya UN di sekolah, diantaranya:

☺ Terjadinya disorientasi pendidikan di sekolah

Mata pelajaran yang di-UN-kan tidak seluruh mata pelajaran. Pada tiga tahunterakhir pada tingkat SMP dan SMA, hanya mata pelajaran Matematika, BahasaIndonesia, dan Bahasa Inggris. Memang untuk tahun 2008 direncanakan untuktingkat SMA akan ada penambahan mata pelajaran dan berbeda antara jurusan IPA,IPS, dan Bahasa. Untuk SMA jurusan IPA, akan ditambah mata pelajaran Fisika,Kimia, dan Biologi; Untuk jurusan IPS akan ditambah mata pelajaran Ekonomi,Geografi, dan Sosiologi, dan untuk jurusan Bahasa akan ditambah mata pelajaranSastra Indonesia, Bahasa asing lain, dan Antropologi/Sejarah Budaya. Selain itu,pada tahun 2008 juga akan dilaksanakan UN untuk tingkat SD, dengan matapelajaran yang diuji adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA.

Pembatasan mata pelajaran yang diujikan dalam UN, berakibat pada fokus prosespembelajaran di sekolah hanya ditekankan pada penguasaan mata pelajarantersebut, sedangkan mata pelajaran lain dianggap hanya sebagai pelengkap. Hal inimenyebabkan terjadinya diskriminasi dan pengabaian terhadap mata pelajaran lain.Para siswa dan bahkan orang tua lebih memusatkan perhatiannya terhadap matapelajaran yang akan di UN-kan, terutama pada siswa kelas akhir.

page 1 / 4

Page 2: Dampak un padaualitas pendidikan

iMoeT acTualLy | Dampak Ujian Nasional Terhadap Kualitas Pendidikan KitaCopyright e-cha [email protected]://crieska.student.umm.ac.id/2010/05/10/dampak-ujian-nasional-terhadap-kualitas-pendidikan-kita/

Disorientasi juga terjadi pada arah dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.Dengan adanya UN, maka pembelajaran cenderung hanya mengembangkan ranahkognitif, pada penguasaan pengetahuan, dan mengesampingkan ranah lain yangsebenarnya tidak kalah pentingnya untuk menghasilkan individu-individu yang utuhdan berkarakter, yaitu ranah afektif dan psikomotorik.

☺ Proses pembelajaran yang tidak bermakna

Untuk mempersiapkan para siswanya menghadapi dan mengerjakan soal-soal UN,para guru biasanya menggunakan metode pembelajaran drill, dimana para siswadilatih untuk mengerjakan sejumlah soal yang diduga akan keluar dalam ujian.Melalui metode ini guru mengharapkan para siswa terbiasa menghadapi soal ujian,dan menguasai teknik-teknik dan trik mengerjakan soal yang dihadapi.Pembelajaran dengan model ini jelas tidak bermakna, karena apa yang dipelajaribersifat mekanistik, bukan pada penguasaan konsep yang esensial. Pembelajaranseperti ini tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam memecahkanmasalah, yang menjadi indikator kecerdasan sebagaimana yang diharapkan dicapaimelalui pembelajaran.

☺ Upaya-upaya yang tidak fair

Tuntutan kelulusan yang tinggi, baik terhadap persentase/jumlah siswa yangdinyatakan lulus, maupun besarnya nilai yang diperoleh para siswa, mendorongsekolah untuk melakukan berbagai upaya untuk mencapainya. Tuntutan seperti inisekaligus berdampak pada terbentuknya citra dan prestise sebuah sekolah. Sekolahyang mampu meluluskan siswanya dengan prosentase yang tinggi dengan nilai UNyang tinggi, dinilai sebagai sekolah yang berkualitas dan unggul. Setiap sekolahmenginginkannya dan berbagai upaya dilakukan untuk mencapai posisi tersebut.Namun sayang, tidak sedikit oknum guru dan kepala sekolah melakukanupaya-upaya yang tidak terpuji. Untuk mewujudkan itu, tidak jarang upaya-upayayang tidak fair dilakukan oleh oknum guru dan kepala sekolah untuk mencapaitarget kelulusan yang setinggi-tingginya. Sekolah membentuk “Tim Sukses” untukmendapatkan kelulusan 100% supaya memenuhi standar pelayanan minimalpendidikan (SPM Kepmendiknas 053/U/2001) (Salamudin, 2005); Guru memberi‘contekkan’ kepada siswa adalah suatu upaya yang sering dilakukan untukmendongkrak nilai para siswanya dan prosentase kelulusan di sekolah. Kasus dibeberapa sekolah, guru, terutama untuk mata pelajaran yang dibuat secaranasional seperti matematika, bahasa Inggris, atau ekonomi, dengan berbagai

page 2 / 4

Page 3: Dampak un padaualitas pendidikan

iMoeT acTualLy | Dampak Ujian Nasional Terhadap Kualitas Pendidikan KitaCopyright e-cha [email protected]://crieska.student.umm.ac.id/2010/05/10/dampak-ujian-nasional-terhadap-kualitas-pendidikan-kita/

modus memberi kunci jawaban kepada siswa. Selain itu, pada tingkatpenyelenggara pendidikan daerah seperti dinas pendidikan, usaha untukmenggelembungkan (mark-up) hasil ujian pun terjadi. Caranya dengan membuattim untuk membetulkan jawaban-jawaban siswa. (Ade Irawan, Kontroversi UjianNasional. http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod= publisher&op=viewarticle&artid=3764) Kondisi seperti ini jelas jauh dari nilai-nilai kejujuran dalampendidikan yang seharusnya menjadi bagian yang harus dikembangkan secaraserius di sekolah. Bila ini berlanjut, bisa dibayangkan manusia-manusia seperti apayang dihasilkan oleh dunia pendidikan (formal) kita. Manusia yang berkembangdalam suasana yang serba tidak jujur.

☺ Hanya ranah kognitif yang terukur

UN yang menggunakan bentuk soal multiple choise hanya akan dapat mengukurhasil belajar pada ranah kognitif. Mengacu pada ranah kognitif dari Bloom,tingkatan berpikir yang mampu terukur melalui bentuk soal MC hanya sampai padatingkat berpikir aplikasi. Kondisi seperti ini mendorong para siswa belajar denganmenghafal. Belum lagi, ranah afektif dan psikomotorik yang merupakan bagian daritujuan pembelajaran yang juga harus diukur ketercapaiannya, tidak dilakukan. Sulitdiharapkan dapat diukur dengan menggunakan UN, yang sifatnya masal dandilakukan dalam waktu yang sangat terbatas. Sekali lagi kondisi ini akan berakibatpada pembelajaran di sekolah hanya pada pengembangan kecerdasan intelektual,sementara kecerdasan lainnya (multiple intelegence Gardner) akan tidakmendapatkan perhatian yang memadai.

☺ Keputusan yang tidak fair

Selama ini hasil UN dijadikan sebagai penentu kelulusan siswa. Proses belajar yangdilakukan siswa selama 3 tahun di SLTP dan SLTA, nasibnya ditentukan oleh hasilujian yang dilakukan beberapa jam saja. Ketidaklulusan siswa dalam UN bisa jadibukan karena faktor ketidakmampuannya menguasai materi pelajaran, tetapikarena faktor kelelahan mental (mental fatique), karena stres pada saatmengerjakan ujian atau karena kesalahan pengukuran yang biasa terjadi padasetiap tes (false negative).

Ketidak adilan juga bisa dilihat dari proses pembelajaran yang dialami siswa di satu

page 3 / 4

Page 4: Dampak un padaualitas pendidikan

iMoeT acTualLy | Dampak Ujian Nasional Terhadap Kualitas Pendidikan KitaCopyright e-cha [email protected]://crieska.student.umm.ac.id/2010/05/10/dampak-ujian-nasional-terhadap-kualitas-pendidikan-kita/

sekolah dengan sekolah lainnya yang jauh berbeda. Para siswa yang mengikutiproses pembelajaran dengan situasi dan kondisi yang sangat jauh berbeda diujidengan cara dan alat yang sama. Di satu sisi, siswa belajar di sekolah yangmemiliki fasilitas yang lengkap dan dilayani oleh SDM yang jumlah dan kualitasnyasangat memadai. Jelas, hasil belajar siswa yang belajar di sekolah seperti ini, sangatmungkin mencapai hasil yang optimal. Namun di sisi lain, di sekolah ‘nan jauh disana’, sebagian besar siswanya menjalani proses pembelajaran yang serbaseadanya. Bahkan gedungnya pun hampir roboh. Bagaimana mungkin parasiswanya dapat belajar dengan baik untuk mendapatkan hasil belajar dengan nilaiyang baik dengan kondisi seperti itu. Tanpa dilakukan pengujian secara nasionalpun, yang memakan biaya puluhan milyar (untuk tahun 2008, UN SD saja akanmemakan biaya sebesar Rp 96 milyar), sudah dapat dibaca kualitas macam apayang bisa dihasilkan dari model sekolah seperti itu.

☺ Menutup akses pendidikan berkualitas bagi masyarakat miskin

Di samping sebagai persyaratan untuk kelulusan, hasil UN juga dijadikan sebagaibahan pertimbangan untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Sekolah-sekolahyang berkualitas dan ‘favorit’ akan menjadi tujuan para siswa, yang berakibat padaterjadinya persaingan yang ketat antarsiswa. Tidak ada pilihan lain bagi mereka,selain berusaha mendapatkan nilai UN yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkanimpian itu, dengan mempertimbangkan karakteristik model UN yang akan dihadapipara siswa berusaha menambah waktu belajar tambahan dengan mencari guruprivat atau mengikuti bimbingan belajar adalah pilihan yang selama ini dianggaptepat. Upaya ini tentu hanya dapat dilakukan oleh mereka yang mampu, karenaupaya tersebut menuntut biaya yang tidak sedikit. Siswa miskin hanya bisaberusaha keras atas kemampuannya sendiri. Kondisi akhir sudah bisa ditebakmereka yang miskin akan kalah bersaing untuk dapat masuk ke sekolahberkualitas.

page 4 / 4