dampak program jkn-kis terhadap kemiskinan · yang dalam prinsipnya bertujuan untuk memberikan...

5
1 PENDAHULUAN Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) merupakan program dari Pemerintah Indonesia yang dalam prinsipnya bertujuan untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Sampai dengan saat ini, JKN-KIS yang dikelola oleh BPJS Kesehatan telah berjalan selama lebih dari empat tahun. Dalam jangka waktu yang masih relatif pendek tersebut, JKN-KIS diharapkan telah mampu memberikan proteksi kesehatan kepada masyarakat. Lebih jauh lagi, JKN-KIS diharapkan berperan signifikan dalam meringankan beban finansial dari pengeluaran untuk sektor kesehatan, peningkatan akses kesehatan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Ringkasan Riset JKN-KIS DAMPAK PROGRAM JKN-KIS TERHADAP KEMISKINAN Edisi 04 Bulan November 2017 Teguh Dartanto 1 , Goldy Fariz Dharmawan 1 , Lourentius Dimas Setyonugroho 1 , Luh Putu Ratih Kumala Dewi 1 , Dwi Martiningsih 2 , Wan Aisyiah Baros 2 , dan Erzan Dhanalvin 2 1 Kepala Kajian Kemiskinan dan Perlindungan Sosial LPEM FEB UI dan Dosen, Departemen Ilmu Ekonomi FEB UI 2 Kedeputian Bidang Risbang, BPJS Kesehatan Pusat

Upload: builien

Post on 20-May-2019

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PENDAHULUANJaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) merupakan program dari Pemerintah Indonesia yang dalam prinsipnya bertujuan untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Sampai dengan saat ini, JKN-KIS yang dikelola oleh BPJS Kesehatan telah berjalan selama lebih dari empat tahun. Dalam jangka waktu yang masih relatif pendek tersebut, JKN-KIS diharapkan telah mampu memberikan proteksi kesehatan kepada masyarakat. Lebih jauh lagi, JKN-KIS diharapkan berperan signifikan dalam meringankan beban finansial dari pengeluaran untuk sektor kesehatan, peningkatan akses kesehatan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

Ringkasan Riset JKN-KIS

DAMPAK PROGRAM JKN-KIS TERHADAP KEMISKINAN

Edisi 04 Bulan November 2017

Teguh Dartanto1, Goldy Fariz Dharmawan1, Lourentius Dimas Setyonugroho1, Luh Putu Ratih Kumala Dewi1,Dwi Martiningsih2, Wan Aisyiah Baros2, dan Erzan Dhanalvin2

1Kepala Kajian Kemiskinan dan Perlindungan Sosial LPEM FEB UI dan Dosen, Departemen Ilmu Ekonomi FEB UI2Kedeputian Bidang Risbang, BPJS Kesehatan Pusat

2 3

2016 pada Q1 hingga Q4. Peningkatan cakupan JKN-KIS pun masih dapat dilakukan dengan meningkatkan cakupan provinsi di Pulau Kalimantan, khususnya Provinsi Kalimantan Barat. Selain informasi cakupan yang ditunjukkan pada Grafik 1, data Susenas 2015 dan 2016 juga menunjukkan adanya peningkatan secara umum di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Kepulauan Maluku.

Grafik 2 menggambarkan tingkat pemanfaatan JKN-KIS pada layanan rawat inap di tahun 2015 dan 2016. Aceh dan Sumatera Selatan memiliki pencapaian pemanfaatan JKN-KIS yang tinggi, sedangkan beberapa provinsi di Pulau Jawa justru berada pada tingkat pemanfaatan JKN-KIS yang rendah. Salah satu alasan rendahnya pemanfaatan JKN-KIS tersebut adalah kapasitas rumah sakit untuk menerima pasien rawat inap JKN-KIS tidak sebanding dengan jumlah pasien rawat inap. Akibatnya, banyak pasien rawat inap yang beralih menggunakan pelayanan rawat inap non-JKN-KIS. 1

Grafik 2 Tingkat Pemanfaatan JKN-KIS pada Rawat Inap Tahun 2015 dan 2016

Sumber: Diolah penulis menggunakan Susenas 2015 dan Susenas 2016

DAMPAK JKN-KIS TERHADAP PENGELUARAN KESEHATAN RUMAH TANGGA: PENDEKATAN QUASI EXPERIMENTStudi quasi-experimental ini menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2015 dan 2016. Pengeluaran kesehatan dalam studi ini diwakili oleh pengeluaran kesehatan yang bersifat kuratif (mengobati) yang tercatat pada modul konsumsi SUSENAS. Pengeluaran tersebut telah mengandung pembiayaan atau subsidi pengeluaran kesehatan oleh BPJS Kesehatan. Dengan demikian, fungsi dari pengeluaran kesehatan dalam studi ini tersusun atas penjumlahan dari biaya kesehatan yang dibayarkan secara mandiri oleh pasien (out-of-pocket health expenditure) dan biaya kesehatan yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Pengaruh dari JKN-KIS terhadap pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan di dalam studi ini diukur dengan menggunakan propensity score matching (PSM) yang bersifat non-parametrik dan instrumental variable.

1 Hal yang perlu dicatat dari pemetaan cakupan dan utilisasi menggunakan data SUSENAS adalah adanya potensi respon yang bias dari responden (masyarakat). Dimana pada saat menjawab pertanyaan mengenai jaminan kesehatan, responden tidak dapat membedakan antara program JKN-KIS dan Jamkesda. Respon bias ini terdeteksi oleh tim penulis melalui tabulasi sederhana yang dilakukan pada level provinsi.

Dalam jangka pendek sepanjang tiga tahun, JKN-KIS diharapkan telah berperan signifikan dalam memperbaiki kesejahteraan masyarakat Indonesia hingga ke level rumah tangga. Program JKN-KIS seyogyanya memberikan perlindungan dan meringankan beban finansial bagi masyarakat yang sakit, sehingga program JKN-KIS berfungsi mengurangi kerentanan masyarakat dari kemiskinan. Di sisi lain, program JKN-KIS juga mampu meningkatkan akses masyarakat terutama kelompok pendapatan menengah ke bawah terhadap jasa layanan kesehatan, sehingga program JKN-KIS juga memberikan andil terhadap penurunan ketimpangan di Indonesia.

Dalam rangka mengukur seberapa jauh JKN-KIS telah berperan dalam menunaikan tujuan jangka pendeknya tersebut, studi ini hendak melakukan evaluasi dampak JKN-KIS terhadap kesejahteraan rumah tangga di Indonesia yang akan diukur melalui beberapa indikator yaitu dampak JKN-KIS terhadap pengeluaran kesehatan dan kemiskinan. Evaluasi dalam studi ini lebih menonjolkan analisis pada tingkat rumah tangga yang relatif mikro mengingat evaluasi dalam skala makro terkait dengan perekonomian nasional telah dilakukan sebelumnya oleh BPJS Kesehatan.

GAMBARAN UMUM MENGENAI JKN-KIS DI INDONESIA Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS) adalah program pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia. Sejak 1 Januari 2014, JKN-KIS dijalankan dengan melakukan integrasi semua program jaminan kesehatan yang telah dilaksanakan pemerintah ke dalam satu BPJS Kesehatan. Untuk melihat sekilas bagaimana JKN-KIS telah diterapkan di Indonesia, terdapat tiga cara yang secara umum digunakan untuk melihat cakupan JKN-KIS. Pertama, pengukuran cakupan JKN-KIS dengan menghitung persentase orang yang memiliki atau terlindung oleh program JKN-KIS. Kedua, mengukur tingkat pemanfaatan JKN-KIS pada layanan rawat inap. Pengukuran tingkat pemanfaatan JKN-KIS dilakukan dengan menghitung proporsi orang yang menggunakan JKN-KIS terhadap total orang yang menggunakan layanan rawat jalan dan rawat inap.

Grafik 1 Persentase Cakupan Kepesertaan JKN-KIS Tahun 2015 dan Tahun 2016

Sumber: Diolah penulis menggunakan Susenas 2015 dan Susenas 2016

Berdasarkan Grafik 1, dapat dilihat bahwa cakupan JKN-KIS secara nasional meningkat secara umum pada setiap kelompok pendapatan (Q1-Q5) pada tahun 2016. Selain itu, Grafik 1 juga menunjukkan adanya peningkatan cakupan JKN-KIS pada titik terendah dan titik tertinggi di setiap kelompok pendapatan. Hal lain yang dapat kita pahami dari grafik tersebut adalah pencapaian Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki cakupan tertinggi JKN-KIS di tahun

4 5

Grafik 3. Hasil IV-Regression Dampak Kepemilikan Akses JKN-KISterhadap Pengeluaran Biaya Kesehatan Tahun 2015-16

Sumber: Penulis, diolah menggunakan Susenas 2015 dan Susenas 2016

Hasil estimasi IV Regression juga menunjukkan pola yang konsisten dimana peserta JKN-KIS kelompok 20% termiskin (Q1) memiliki pengeluaran kesehatan lebih rendah sebesar Rp. 25.079/kapita/bulan. Hasil yang didapatkan pada estimasi IV-Regression menunjukkan bahwa JKN-KIS memberikan kontribusi positif dengan mengurangi pengeluaran biaya kesehatan oleh masing-masing kuantil rumah tangga. Dampak JKN-KIS dalam menurunkan pengeluaran biaya kesehatan rumah tangga menjadi lebih besar pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015 secara konsisten pada kelompok pendapatan Q1, Q2, Q3, dan Q4.

Salah satu penjelasan bagaimana JKN-KIS dapat berkontribusi dalam mengurangi pengeluaran biaya kesehatan rumah tangga adalah dampak dari prosedur pemanfaatan JKN-KIS terhadap perilaku rumah tangga. Sistem JKN-KIS mendorong masyarakat untuk tertib dalam menggunakan layanan kesehatan. Hal ini ternyata berdampak pada perubahan perilaku masyarakat yang sebelumnya langsung menuju ke layanan kesehatan sekunder, sekarang menuju layanan kesehatan primer terlebih dahulu.

DAMPAK JKN-KIS TERHADAP KEMISKINAN: MIKROSIMULASIMetode mikrosimulasi bertujuan untuk menjelaskan bagaimana dampak JKN-KIS terhadap kemiskinan secara deterministik. Pemaparan hasil mikrosimulasi ini dilakukan dalam dua tahap. Pertama, mikrosimulasi ini mengukur dampak JKN-KIS terhadap tingkat kemiskinan. Kedua, mikrosimulasi ini mengukur dampak JKN-KIS terhadap kedalaman kemiskinan. Dengan kata lain, Grafik 4 menjelaskan bagaimana peran JKN-KIS dalam menyelamatkan masyarakat dari jatuh miskin. Kemudian, Grafik 5 menjelaskan bagaimana dinamika dampak yang diberikan oleh JKN-KIS dalam menyelamatkan orang miskin.

a. Dampak Program JKN-KIS terhadap Pengeluaran Kesehatan Masyarakat Indonesia dengan Metode Propensity Score Matching

Metode PSM merupakan metode estimasi non-parametrik yang berbasis pada uji beda (t-test) antara kelompok yang mendapatkan perlakuan (treatment) dan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan (control). PSM melakukan uji beda antara beberapa observasi dengan karakteristik yang serupa kecuali dalam hal treatment dan control.2 Dalam studi ini, kelompok treatment merupakan kelompok sampel yang memiliki JKN-KIS sedangkan kelompok control merupakan kelompok sampel yang tidak memiliki JKN-KIS.

Tabel 1. Hasil Estimasi menggunakan Metode PSM, SUSENAS 2015 dan 2016

Sumber: Penulis, diolah menggunakan Susenas 2015 dan Susenas 2016

Secara umum, dapat dilihat bahwa selisih pengeluaran kesehatan antara kelompok yang memiliki BPJS Kesehatan (treatment) dan yang tidak memiliki BPJS Kesehatan (control) mengalami peningkatan dari tahun 2015 ke tahun 2016. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran BPJS Kesehatan dalam meringankan beban pengeluaran kesehatan meningkat dari tahun 2015 ke tahun 2016. Pengeluaran kesehatan dalam estimasi ini terdiri dari komponen jasa layanan kesehatan dan obat-obatan. Untuk pengeluaran kesehatan secara keseluruhan, kelompok yang memiliki BPJS Kesehatan memiliki pengeluaran yang lebih rendah sebesar Rp. 2.405 per kapita per bulan dibandingkan kelompok yang tidak memiliki BPJS Kesehatan pada tahun 2016. Nilai tersebut lebih rendah dari selisih pengeluaran kesehatan total untuk jasa layanan kesehatan pada tahun 2015 yang sebesar Rp1.838 per kapita per bulan.

b. Dampak Program JKN-KIS terhadap Pengeluaran Kesehatan Masyarakat Indonesia dengan Metode Propensity Score Matching

Penelitian ini menggunakan metode regresi instrumental variable (IV) untuk memperoleh hasil analisis estimasi statistik yang tidak bias. Metode regresi IV meminimisasi adanya kesalahan perhitungan akibat adanya efek endogenitas (Gertler, Martinez, Premand, Rawlings, & Vermeersch, 2011). Dalam metode ini dibutuhkan suatu variabel instrumen untuk mengurangi kesalahan perhitungan dalam estimasi. Variabel instrumen adalah variabel yang membantu menunjukkan dampak sebab-akibat dari suatu program atau intervensi ketika ada faktor lain yang memiliki kemungkinan memengaruhi luaran dari program atau intervensi tersebut (Shahidur, Koolwal, & Samad, 2010).

2 Covariates yang menjadi acuan dalam menentukan kemiripan antar individu dalam studi ini adalah dummy jawa-non jawa, dummy kota-desa, pendidikan, hubungan dengan kepala RT, umur, jenis kelamin, dummy perawatan, dummy merokok, dummy sakit, dan dummy sakit yang diderita mengganggu aktivitas atau tidak.

6 7

Grafik 5 Dampak JKN-KIS terhadap Kedalaman Kemiskinan

Sumber: Diolah penulis menggunakan metode mikrosimulasi dengan Susenas 2015 dan Susenas 2016

KESIMPULAN

Estimasi dengan metode quasi-experiment menunjukkan bahwa JKN-KIS berkontribusi positif dalam mengurangi beban pengeluaran kesehatan rumah tangga, yaitu sebesar Rp. 25.079/kapita/bulan pada kelompok pendapatan 20% terbawah dan juga secara konsisten pada kelompok pendapatan lainnya.

Perhitungan mikrosimulasi menunjukkan terdapat 984 ribu hingga 1,18 juta jiwa pada tahun 2015 dan 990 ribu hingga 1,16 juta jiwa pada tahun 2016 yang terselamatkan dari kemiskinan dengan adanya JKN-KIS.

Perhitungan mikrosimulasi menunjukkan bahwa JKN-KIS telah melindungi 15,9 juta jiwa pada tahun 2015 dan 14,5 juta jiwa pada tahun 2016 dari kondisi kemiskinan yang lebih parah. Selain itu, JKN-KIS juga melindungi 320 ribu penduduk miskin dari utang hingga Rp. 12.3 juta pada tahun 2015 dan 290 ribu penduduk miskin dari utang hingga Rp. 7.3 juta pada tahun 2016 hanya untuk membiayai layanan kesehatan yang layak.

Grafik 4 Dampak JKN-KIS terhadap Kemiskinan

Sumber: Diolah penulis menggunakan metode mikrosimulasi dengan Susenas 2015 dan Susenas 2016

Sejalan dengan studi Hamid et al. (2010), grafik 4 menunjukkan jumlah orang yang mendapatkan perlindungan JKN-KIS di tahun 2015 dan 2016. JKN-KIS telah menyelamatkan 984 ribu hingga 1,18 juta jiwa dari kemiskinan pada tahun 2015 dan 990 ribu hingga 1,16 juta jiwa pada tahun 2016. Jangkauan ini dihitung dengan asumsi JKN-KIS dalam lingkup luas dan lingkup sempit. Lingkup sempit diartikan bahwa JKN-KIS adalah jaminan kesehatan terbatas pada Kepesertaan BPJS Kesehatan, Askes, dan Jamkesmas, sedangkan lingkup luas diartikan bahwa JKN-KIS tidak hanya kepesertaan BPJS Kesehatan, Askes, dan Jamkesmas, tetapi juga jaminan kesehatan lain yang digabungkan dalam JKN-KIS seperti Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Perhitungan pada Grafik 4 dilakukan dengan mikrosimulasi deterministik dengan menghitung jumlah penduduk miskin dengan dan tanpa keberadaan JKN-KIS. Hasil positif secara konsisten ditunjukkan oleh hasil perhitungan ini baik pada tahun 2015 maupun 2016. Grafik tersebut juga memberikan informasi jumlah masyarakat yang jatuh kedalam kemiskinan apabila JKN-KIS tidak ada, yakni sedikit lebih besar dari 30 juta jiwa.

Perhitungan tahap kedua untuk melihat bagaimana dinamika dampak JKN-KIS pada orang miskin digambarkan oleh Grafik 5. Grafik tersebut menunjukkan bahwa JKN-KIS telah melindungi 15,9 juta jiwa pada tahun 2015 dan 14,5 juta jiwa pada tahun 2016 dari kondisi kemiskinan yang lebih parah. Selain melindungi orang miskin, JKN-KIS juga melindungi penduduk termiskin dari lilitan utang. Jika keberadaan JKN-KIS dihapuskan, ada 320 ribu penduduk miskin yang harus berutang hingga Rp. 12.3 juta pada tahun 2015 dan 290 ribu penduduk miskin yang harus berutang hingga Rp. 7.3 juta pada tahun 2016 hanya untuk membiayai layanan kesehatan yang layak. Selain pada kemiskinan, JKN-KIS juga memberikan dampak positif dalam usaha menekan angka ketimpangan. Pada tahun 2015, keberadaan JKN-KIS dapat menekan koefisien GINI dari 0,395 menjadi 0,394. Kemudian pada tahun 2016, keberadaan JKN-KIS menekan koefisien GINI dari 0,384 menuju 0,383.3

3 JKN-KIS menurunkan rasio GINI sebesar 0.001 pada tahun 2015 dan 2016. Berdasarkan data BPS, penurunan rasio GINI September 2015 ke September 2016 adalah sebesar 0.008. Sehingga, penurunan sebesar 0.001 akibat JKN-KIS adalah angka yang cukup besar.

8

Tim Redaksi:Penanggungjawab : Direktur Utama BPJS KesehatanPemimpin Umum : Direktur Perencanaan, Pengembangan dan Manajemen Risiko BPJS KesehatanPemimpin Redaksi : Deputi Direksi Bidang Riset dan Pengembangan BPJS KesehatanRedaktur Pelaksana : Asisten Deputi Bidang Riset JKN-KIS BPJS KesehatanTim Redaksi : Kedeputian Bidang Riset dan Pengembangan BPJS KesehatanTim Editor : Komunikasi Publik dan Humas BPJS Kesehatan

Disclaimer:Isi publikasi ini disarikan dari hasil Studi Dampak Program JKN-KIS terhadap Kemiskinan yang dilakukan Kedeputian Bidang Riset dan Pengembangan BPJS Kesehatan dengan Teguh Dartanto, Kepala Kajian Kemiskinan dan Perlindungan Sosial LPEM FEB UI dan Dosen, Departemen Ilmu Ekonomi FEB UI pada tahun 2017.Isi publikasi menjadi tanggung jawab penulis, tidak mencerminkan pandangan BPJS Kesehatan.

Saran dan masukan dapat dikirim ke email:[email protected]