dampak perubahan iklim terhadap perubahan kedalaman muka air tanah dangkal di kota padang

33
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001). Perubahan iklim merupakan sesuatu yang dampaknya sulit untuk dihindari terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak ekstrem dari perubahan iklim adalah terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran musim. Perubahan iklim bukan lagi semata-mata wacana, namun sudah dapat dirasakan dampaknya, seperti banjir, gelombang pasang, dan kekeringan. Kota-kota pesisir merupakan kawasan yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim ini (Joessair Lubis, “Peduli Lingkungan, Peduli Tata Ruang”, 2011). Air tanah merupakan salah satu air yang banyak dimanfaatkan oleh manusia guna menunjang kebutuhan, baik untuk keperluan rumah tangga (domestik), industri, maupun pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan air dituntut ketersediaan yang cukup maupun kualitas yang memadai. Hal ini perlu ditekankan bahwa seringkali guna memenuhu kebutuhan manusia ketersediaan air yang ada masih belum cukup untuk pemenuhan kebutuhan. Ketersediaan air, baik air permukaan maupun airtanah, dapat menurun akibat terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim didefisinikan sebagai suatu ukuran statistik untuk cuaca dalam jangka panjang,minimal 30 tahun. Dua unsur utama yang mempengaruhi perubahan iklim adalah suhu dan curah hujan. Unsur yang paling sering diamati adalah curah hujan karena mempunyai variasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu. Di Kecamatan Kuranji, krisis air bersih sudah terjadi akibat dari banjir yang menyebabkan sumur warga tercemar selain itu saat musim kemarau datang menyebabkan kekeringan disana. Tak kurang dari warga Kelurahan Kuranji dan Korong Gadang Kecamatan Kuranji serta Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan Pauh mengalami kekurangan pasokan air bersih. Sumur warga kering, parit kecil di sepanjang jalan pun tak mengalir (padangmedia.com, 2012).

Upload: subhan-maulana-s

Post on 02-Jan-2016

185 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

SUBHAN MAULANA SYIFA

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain

suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai

sektor kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001).

Perubahan iklim merupakan sesuatu yang dampaknya sulit untuk dihindari

terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak ekstrem dari perubahan iklim adalah

terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran musim. Perubahan iklim bukan

lagi semata-mata wacana, namun sudah dapat dirasakan dampaknya, seperti

banjir, gelombang pasang, dan kekeringan. Kota-kota pesisir merupakan kawasan

yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim ini (Joessair Lubis, “Peduli

Lingkungan, Peduli Tata Ruang”, 2011).

Air tanah merupakan salah satu air yang banyak dimanfaatkan oleh manusia

guna menunjang kebutuhan, baik untuk keperluan rumah tangga (domestik),

industri, maupun pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan air dituntut ketersediaan

yang cukup maupun kualitas yang memadai. Hal ini perlu ditekankan bahwa

seringkali guna memenuhu kebutuhan manusia ketersediaan air yang ada masih

belum cukup untuk pemenuhan kebutuhan. Ketersediaan air, baik air permukaan

maupun airtanah, dapat menurun akibat terjadinya perubahan iklim. Perubahan

iklim didefisinikan sebagai suatu ukuran statistik untuk cuaca dalam jangka

panjang,minimal 30 tahun. Dua unsur utama yang mempengaruhi perubahan iklim

adalah suhu dan curah hujan. Unsur yang paling sering diamati adalah curah hujan

karena mempunyai variasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu.

Di Kecamatan Kuranji, krisis air bersih sudah terjadi akibat dari banjir yang

menyebabkan sumur warga tercemar selain itu saat musim kemarau datang

menyebabkan kekeringan disana. Tak kurang dari warga Kelurahan Kuranji dan

Korong Gadang Kecamatan Kuranji serta Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan

Pauh mengalami kekurangan pasokan air bersih. Sumur warga kering, parit kecil

di sepanjang jalan pun tak mengalir (padangmedia.com, 2012).

Page 2: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

2

Dampak perubahan iklim yaitu perubahan pola curah hujan dan suhu akan

mempengaruhi ketersediaan air tanah dangkal di Kota Pdang. Untuk itu

diperlukan studi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan iklim

terhadap ketersediaan air tanah dangkal di Kota Padang agar dapat dijadikan

referensi untuk menanggulangi dampak dari perubahan iklim untuk

mengantisipasi terjadinya krisis air tanah.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana hubungan antara perubahan iklim dengan perubahan kedalaman

muka air tanah dangkal di Kota Padang?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara perubahan iklim dengan

perubahan kedalaman muka air tanah dangkal di Kota Padang.

1.4 Batasan Penelitian

1. Daerah studi adalah di daerah administrasi Kecamatan Padang Utara,

Kecamatan Nanggalo, Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Pauh.

2. Penentuan lokasi titik sampel yaitu pada daerah pemukiman.

3. Responden studi ini adalah para pemilik sumur timba atau penghuni rumah

yang memiliki sumur timba yang masih dipergunakan.

4. Studi ini hanya meneliti ketersediaan air tanah dangkal (sumur) pada tahun

2000, 2005 dan 2006.

5. Kedalaman untuk mencapai muka air tanah dalam studi ini adalah jarak

permukaan tanah dengan muka air tanah.

6. Curah hujan dalam penelitian ini adalah rata-rata curah hujan tahunan

daerah penelitian.

Page 3: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perubahan Iklim

Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain

suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai

sektor kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001). Perubahan

fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang.

LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah

satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah

perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi

secara keseluruhan. IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk

pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang

nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau

lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim mungkin karena proses

alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus

menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan.

Pemanasan global tejadi akibat dari meningkatnya efek rumah kaca yang

disebabkan oleh naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Semakin tinggi

konsentrasi gas rumah kaca, maka semakin banyak radiasi panas dari bumi yang

terperangkap di atmosfer dan dipancarkan kembali ke bumi. Hal tersebut pada

akhirnya akan menyebabkan peningkatan suhu permukaan bumi. Selain hal

tersebut, faktor peningkatan suhu global dapat pula berakibat dari peningkatan

radiasi matahari, walaupun efeknya relatif sangat kecil. Secara garis besar,

menurut Budianto (2001), perubahan iklim global disebabkan akibat peristiwa

naiknya intenstitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas dalam

atmosfer yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar

panas, yaitu sinar inframerah yang dipancarkan bumi.

El Nino dan La Nina merupakan gejala yang menunjukkan perubahan iklim.

El Nino adalah suatu fenomena iklim penting yang dihasilkan di Samudera Pasifik

yang menyebabkan berbagai dampak terhadap wilayah-wilayah tropis dan

subtropis pada skala waktu antar tahunan. Mekanisme-mekanisme skala besar

Page 4: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

4

lainnya juga mendorong Indian Ocean Dipole Mode (Saji et al., 1999:

Vinayachandran et al., 2002). Catatan iklim masa lalu menunjukkan bahwa

kejadian El Nino lebih sering terjadi dan lebih kuat sejak pertengahan tahun 1970

(Trenberth dan Hoar, 1996). Meskipun terdapat perubahan yang signifikan dalam

model iklim, masih terdapat ketidakpastian yang besar mengenai amplitudo dan

variabel El Nino (Meehl et al., 2000, 2007). Angin muson yang datang dari Asia

dan membawa banyak uap air, sebagian besar juga berbelok menuju daerah

tekanan rendah di pantai barat Peru – Ekuador. Akibatnya, angin yang menuju

Indonesia hanya membawa sedikit uap air sehingga terjadilah musim kemarau

yang panjang. Sedangkan La Nina merupakan peristiwa berkebalikan dari El

Nino, dimana peristiwanya dimulai ketika El Nino mulai melemah dan air laut

yang panas di wilayah Pantai Peru – Ekuador kembali bergerak ke arah barat, air

laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin) dan upwelling muncul

kembali, atau kondisi cuaca menjadi normal kembali. La Nina adalah konsisi

cuaca yang normal kembali setelah terjadinya gejala El Nino. Air laut yang panas

ke arah barat tersebut akhirnya sampai ke wilayah Indonesia dan mengakibatkan

Indonesia menjadi daerah yang bertekanan rendah (minimum), lalu semua angin

di sekitar Pasifik Selatan dan Samudera Hindia akan bergerak menuju Indonesia.

Angin yang membawa banyak uap air tersebut mengakibatkan terjadinya hujan

lebat di wilayah Indonesia dan membuat durasi musim hujan lebih panjang.

Masyarakat Indonesia dihimbau untuk lebih waspada apabila La Nina terjadi

karena berpotensi menyebabkan bencana banjir.

2.2 Pengertian Air

Air adalah salah satu diantara kebutuhan hidup yang paling penting. Air

termasuk dalam sumber alam yang dapat diperbaharui, karena secara terus

menerus dipulihkan melalui siklus hidrologi yang berlangsung menurut kodrat.

Namun air merupakan sumber alam yang lain dari pada yang lain dalam arti

bahwa jumlah keseluruhan air yang bisa didapat di seluruh dunia adalah tetap,

persediaan totalnya tidak dapat ditingkatkan atau dikurangi melalui upaya-upaya

pengelolaan untuk mengubahnya. Persediaan total dapat diatur secara lokal

dengan dibuatnya bendungan atau sarana-sarana lainnya. Disepakati bahwa

Page 5: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

5

volume total air di bumi adalah sekitar 1,4 milyar Km3 yang 97 % adalah air laut.

Sisanya 2.7 % adalah air tawar yang terdapat didaratan dan berjumlah 37,8 juta

Km3 berupa lapisan es dipuncak-puncak gunung gletser (77,3%), air tanah resapan

(22,4%), air danau dan rawa-rawa (0,35%), uap air diatmosfir (0.04%), dan air

sungai (0,01%) (Salim, 1986 : 193).

Air juga mengalami sirkulasi yang disebut daur hidrologi, yaitu pola

pendauran air yang umum dan terdiri susunan gerakan-gerakan air yang rumit dan

transformasi-tranformasinya (Lee, 1988 : 43). Proses ini berawal dari air di

permukaan tanah dan laut yang menguap keudara kemudian berubah menjadi

titik-titik air yang mengumpul dan membentuk awan, kemudian uap air ini

mengalami titik jenuh, dan jatuh ke bumi sebagai hujan dan salju. Sebagian air

yang jatuh diserap tumbuhan, sebagian menguap lagi dan sebagian lainnya

meresap ke dalam tanah. Air dari mata air, sumur, sungai, dan lain-lain sepintas

terlihat bersih kecuali ada pengaruh dari luar misalnya tercemar atau setelah hari

hujan dan sebagainya, sehingga air tampak keruh.

2.3 Pengertian Air Tanah

Air tanah adalah air yang bergerak pada tanah yang terdapat di dalam ruang-

ruang butir-butir tanah yang membentuk dan di dalam retak-retak batuan (Suyono

1993 :93). Air tanah ditemukan pada zone geologi permeable (tembus air) yang

dikenal dengan akuifer yang merupakan formasi pengikat air. Berdasarkan pada

kondisiair tanah, air tanah diklasifikasikan dalam lima jenis antara lain air tanah

dalam dataran alluvial, air tanah dalam kipas detrital, air tanah dilluvial, air tanah

di kaki gunung api dan air tanah dalam zone batuan retak (Suyono, 1993 : 98).

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah di dalam

zone jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan

atmosfer (Suyono,1993 :1). Air tanah terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah

dalam. Air tanah dangkal, terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari

permukaan tanah. Air tanah dangkal ini pada kedalaman 15,0 m2 sebagai sumur

air minum, air dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agar baik, segi kuantitas

kurang cukup dan tergantung pada musim. Air tanah dalam, terdapat setelah lapis

rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah

Page 6: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

6

dangkal karena harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamannya

sehingga dalam suatu kedalaman biasanya antara 100-300 m2.

Ketersediaan air tanah dipengaruhi oleh iklim ,faktor iklim yang

berpengaruh meliputi curah hujan, temperatur, dan kecepatan angin, yang pada

prinsipnya terkait dengan suplai air dan evapotranspirasi (Hanafiah K.A. 2005. hal

115- 117 ).

2.4 Pengertian Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal adalah air tanah sampai kedalaman 15 m.

Dinamakan juga air tanah bebas karena lapisan air tersebut tidak berada di dalam

tekanan. Profil permukaan air tanah dangkal tergantung dari profil permukaan

tanah dan lapisan tanah sendiri (Surbakti,1987 : 4).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat sumur dangkal adalah :

1. Sumur harus diberi tembok rapat air 3,00 m2 dari muka tanah,agar perembesan

air permukaan dapat dihindari.

2. Sekeliling sumur harus diberi lantai rapat air selebar 1 – 1,5 m2

untuk mencegah terjadinya pengotoran dari luar.

3. Pada lantai sekelilingnya harus diberi saluran pembuangan air kotor agar air

dapat tersalurkan dan tidak akan mengotori sumur.

4. Pengambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian air dipompa ke luar.

5. Pada bibir sumur hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1 m2 (Sutrisno,

1991 : 17).

Page 7: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

7

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dalam penelitian ini di mulai saat kelas mata kuliah kuliah

kerja lapang ini di mulai yaitu tanggal 11 Febuari 2013, sampai dengan tanggal 12

Mei 2013 merupakan alur dari penelitian yang berupa studi literatur, pengumpulan

data sekunder dan persiapan survei lapangan, selanjutnya penelitian dilanjutkan

dengan melaksankan survei pengamatan lapangan tanggal 12 Mei sampai dengan

19 Mei 2013.

3.2 Kerangka Penelitian dan Alur Pikir

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, perubahan iklim adalah

berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah

hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia

termasuk kebutuhan manusia akan air. Dampak perubahan iklim yaitu perubahan

curah hujan tahunan akan mempengaruhi perubahan kedalaman muka air tanah

dangkal di Kota Padang.

Berikut ini adalah kerangka alur pikir penelitian :

Page 8: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

8

Gambar 1. Alur Pikir

Muka Air Tanah

Dangkal

Perubahan Kedalaman

Muka Air Tanah

Dangkal di Kota

Padang

Kota Padang

Perubahan Iklim Kondisi Aktual

Curah Hujan

Kedalaman Muka

Air Tanah

Dangkal

Page 9: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

9

Berikut ini adalah kerangka alur kerja penelitian :

Gambar 2. Alur Kerja

Fakta mengenai dampak perubahan iklim yaitu

perubahan curah hujan yang mempengaruhi

perubahan kedalaman muka air tanah dangkal

Landasan teori dan studi studi terkait dengan

kedalaman muka air tanah dangkal dan perubahan

curah hujan

Latar

Belakang

Studi

Literatur

Pengumpulan

Data

Metodologi

Kesimpulan

Pengumpulan data primer melalui:

Observasi dan survei

lapangan

Data Curah Hujan

BMKG

Pengumpulan data

sekunder melalui:

studi dan dokumen

terkait

Kedalaman Muka Air

Tanah Dangkal

Survei dan

Observasi

Membuat korelasi antara

Ketersediaan Air Tanah Dangkal

dengan Curah Hujan

Pengaruh Perubahan Iklim terhadap

Perubahan Kedalaman Muka Air

Tanah Dangkal di Kota Padang

Page 10: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

10

3.3 Variabel Penelitian

Variabel Terikat : Kedalaman muka air tanah dangkal di Kota Padang

Variabel Bebas : Curah hujan tahunan di Kota Padang

3.4 Pengumpulan Data

Seperti terlihat sebelumnya pada kerangka alur kerja penelitian. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang pengumpulannya dilakukan sendiri oleh peneliti. Artinya,

data tersebut diperoleh dari survei peneliti sendiri, yakni hasil wawancara dengan

responden/informan, yang terdiri dari penghuni rumah yang memiliki sumur

timba di daerah studi dan para ketua atau pihak yang berkompeten menangani

masalah ketersediaan air tanah dangkal. Data primer yang diperoleh dari

responden dilakukan melalui teknik wawancara dengan alat bantu kuesioner yang

telah dipersiapkan.

Selain data primer, pengumpulan data dalam penelitian ini juga

menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh

pihak lain dan sudah diolah oleh pihak lain tersebut. Sumber data sekunder dapat

diperoleh dari BMKG yaitu data curah hujan temporal (2000, 2005 dan 2006),

serta buku, internet, jurnal-jurnal penelitian, skripsi, tesis, dan laporan penelitian

yang ada kaitannya dengan studi ini.

3.5 Pengolahan Data

1. Membuat peta administrasi daerah studi yaitu Kecamatan Padang Utara,

Kecamatan Nanggalo, Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Pauh yang

menjadi fokus area penelitian.

2. Menentukan jumlah sampel tiap kecamatan. Jumlah sampel pada tiap

kecamatan berbeda-beda, penentuan sampel dengan metode sampling

aksidental. Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel,

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang ditemukan

pada waktu menentukan sampel cocok dengan yang diperlukan sebagai

Page 11: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

11

sumber data. Total seluruh sampel sebanyak 20 sampel yang terbagi dalam

4 Kecamatan, yaitu :

Kecamatan Padang Utara : 3 sampel

Kecamatan Nanggalo : 3 sampel

Kecamatan Kuranji : 9 sampel

Kecamatan Pauh : 5 sampel

3. Memplotting tiap lokasi titik sampel sumur timba di daerah studi dengan

menggunakan GPS dan mencatat kedalaman sumur pada tahun 2000, 2005

dan 2006.

4. Membuat korelasi antara perubahan curah hujan dengan perubahan

kedalaman muka air tanah dangkal dengan menggunakan grafik.

5. Membuat peta pola persebaran kedalaman muka air tanah dangkal tahun

2000, 2005 dan 2006 dengan menggunakan software Arcmap 9.3 yang

diolah dengan interpolasi Inverse Distance Weighted (IDW).

3.6 Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam studi ini merujuk pada tujuan

studi yang sudah dirumuskan, yaitu :

1. untuk melihat bagaimanakah gambaran variabel-variabel yang diteliti dan

2. untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variabel.

Berdasarkan tujuan studi tersebut, maka teknik analisis data yang

digunakan dalam studi ini meliputi teknik analisis data deskriptif dan teknik

analisis data korelasi. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk manganalisis

gambaran variabel, sementara teknik analisis korelasi digunankan untuk

mengukur kuat atau tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti. Secara khusus,

analisis data deskriptif yang digunakan adalah dengan menghitung ukuran

pemusatan dan penyebaran data yang telah diperoleh, dan kemudian disajikan

dalam bentuk tabel dan grafik. Selanjutnya analisis data korelasi yang digunakan

karena tujuan studi hendak mengkaji ada tidaknya hubungan antar variabel dan

seberapa kuat hubungannya.

Langkah kerja analisis data meliputi :

Page 12: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

12

1. Melakukan editing data, yaitu memeriksa kelengkapan jawaban responden,

meneliti konsistensi jawaban, dan menyeleksi keutuhan kuesioner sehingga

data siap diproses.

2. Melakukan input data (tabulasi), berdasarkan data yang diperoleh

responden.

3. Menyajikan data yang sudah diperoleh, dalam bentuk peta, tabel dan grafik.

4. Melakukan analisis berdasarkan data yang sudah disajikan.

5. Menghitung nilai korelasi r pada variabel-variabel.

6. Membuat kesimpulan ada atau tidaknya hubungan variabel-variabel serta

bagaimana hubungan antara kedua variabel tersebut.

7. Melakukan analisis dari peta pola persebaran kedalaman muka air tanah

dangkal tahun 2000, 2005 dan 2006.

Page 13: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

13

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kota Padang adalah ibukota Propinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai

barat pulau Sumatera dan berada antara 0o 44’ 00” - 1o 08’ 35” Lintang Selatan

serta antara 100o 05’ 05” – 100o 34’ 09” Bujur Timur. Menurut PP No. 17 Tahun

1980, luas Kota Padang adalah 694,96 km2 atau setara dengan 1,65 persen dari

luas Propinsi Sumatera Barat. Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dengan

kecamatan terluas adalah Koto Tangah yang mencapai 232,25 km2. Dari

keseluruhan luas Kota Padang sebagian besar atau 51,01 persen berupa hutan

yang dilindungi oleh pemerintah. Berupa bangunan dan pekarangan seluas 51,08

km2 atau 7,35 persen. Selain daratan pulau Sumatera, Kota Padang memiliki 19

pulau dimana yang terbesar adalah Pulau Bintangur seluas 56,78 ha, kemudian

pulau Sikuai di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 48,12 ha dan Pulau

Toran di Kecamatan Padang Selatan seluas 33,67 ha. Ketinggian wilayah daratan

Kota Padang sangat bervariasi, yaitu antara 0 – 1853 m diatas permukaan laut

dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan Lubuk Kilangan. Kota Padang

memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai

terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat curah hujan Kota

Padang mencapai rata-rata 302.35 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17

hari per bulan pada tahun 2009. Suhu udaranya cukup tinggi yaitu antara 21,6o –

31,7o C. Kelembabannya berkisar antara 78 – 85 persen. Panjang pantai kota

padang sekitar 68,126 km. Adapun batas-batas Kota Padang adalah sebagai

berikut:

Utara : Kabupaten Padang Pariaman

Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan

Barat : Selat Mentawai

Timur : Kabupaten Solo

Page 14: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

14

4.1 Kondisi Fisik

Kota Padang mempunyai ketinggian yang cukup bervariasi antara 0-1853 m

yang terdiri atas dataran rendah dan perbukitan. Daerah yang letaknya paling

tinggi di Kota Padang adalah Kecamatan Lubuk Kilangan dengan ketinggian 25-

1853 mdpl sedangkan daerah dengan letaknya paling rendah adalah Kecamatan

Padang Barat dengan ketinggian 0-8 mdpl. Terdapat lima sungai besar dan 16

sungai kecil. Sungai terpanjang adalah Sungai Batang Kandis (panjang 20 km)

yang terletak di Kecamatan Koto Tangah dan sungai terpendek adalah Sungai

Batang Muara dengan panjang 0,4 km yang terletak di Kecamatan Padang Utara.

Suhu udara di Kota Padang tergolong tinggi, yakni berkisar antara 21,6o-31,7o C.

Suhu rata-rata pada siang hari sebesar 23o-32o C dan pada malam hari sebesar

22o-28o C. Kelembaban udara berkisar antara 78%-85%. Curah hujan rata-rata

bulanan Kota Padang sebesar 302,35 mm dengan hari hujan sebanyak 17 hari per

bulan pada tahun 2009. Dan panjang pantai kota padang sekitar 68,126 km

4.2 Kondisi Sosial

Pengetahuan mengenai penduduk merupakan dasar utama dalam melakukan

kegiatan pembangunan baik perencanaan maupun evaluasi. Pada tahun 2009,

penduduk Kota Padang telah mencapai 875.750 jiwa, meningkat sejumlah 18.935

jiwa dari tahun sebelumnya. Dengan demikian kepadatannya pun bertambah dari

1.233 jiwa/km2 menjadi 1.260 jiwa/km2.

Kecamatan terbanyak jumlah penduduknya adalah Koto Tangah dengan

166.033 jiwa, tetapi karena wilayahnya paling luas hingga mencapai 33 persen

dari luas Kota Padang maka kepadatan penduduknya termasuk rendah yaitu 715

jiwa/km2. Kecamatan yang paling kecil jumlah penduduknya ( 24.417 jiwa) dan

sekaligus paling rendah kepadatannya ( 242 jiwa/km2 ) adalah Bungus Teluk

Kabung. Kecamatan lain yang juga jarang penduduknya adalah Kecamatan Pauh

yaitu 375 jiwa/km2 dan Lubuk Kilangan yaitu 518 jiwa/km2.

Menurut survei yang dilakukan BPS, 33,39 persen dari penduduk Kota

Padang berumur 10 tahun keatas yang merupakan angkatan kerja adalah bekerja

atau sementara tidak bekerja tetapi sebenarnya mempunyai pekerjaan. Sedangkan

jumlah pencari kerja yaitu 3,75 persen dari penduduk berumur 10 tahun keatas

Page 15: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

15

yang merupakan angkatan kerja. Sisanya sebesar 62,87 persen dari penduduk

Kota Padang berumur 10 tahun keatas adalah bukan angkatan kerja, termasuk

didalamnya adalah orang yang, mengurus rumah tangga dan lain-lain.

Dari 16.410 orang pencari kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kota

Padang, sebesar 7.220 orang lulusan SMU dan 5.669 orang Sarjana. Menurut

catatan dinas tersebut, hanya sebanyak 988 orang pencari kerja yang mendapatkan

pekerjaan. Pekerjaan yang paling dominan dilakukan oleh laki-laki di kota Padang

yaitu di sektor jasa/services sebesar 25.89% dan pekerjaan yang paling dominan

dilakuakn oleh perempuan di kota Padang yaitu di sector perdagangan, hotel dan

restoran sebesar 46.48%.

4.3 Wilayah Penelitian

4.3.1 Kecamatan Padang Utara

Padang Utara adalah sebuah kecamatan di kota Padang, Sumatera Barat,

Indonesia. SMAN 1 Padang dan SMPN 25 Padang terletak di kecamatan ini.

Secara geografis, Kecamatan Padang Utara terletak pada posisi antara

0°53'29.33" LS sampai dengan 0°56'19.40" LS dan 100°20'12.04" BT sampai

dengan 100°22'39.43" BT. Batas-batas administratif Kecamatan Padang Utara

adalah :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Koto Tangah

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Barat

Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Timur, dan Padang

Barat

Keadaan wilayah pada kecamatan ini, sekitar 60% dari total luas wilayah

kecamatan adalah areal bangunan dan halaman, sisanya telah dimanfaatkan

masyarakat seperti bangunan dan sebagainya.

Tabel 1. Penggunaan Lahan Kecamatan Padang Utara

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)

1 Bangunan dan halaman 481

2 Pekarangan 210

3 Sementara tidak diusahakan 43

Page 16: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

16

4 Lain-lain 36

5 Sawah 15

6 Kebun/Ladang/Huma 12

7 Empang dan padang rumput 6

8 Hutan rakyat 5

4.3.2 Kecamatan Nanggalo

Nanggalo adalah sebuah kecamatan di kota Padang, Sumatera Barat,

Indonesia. Secara geografis, Kecamatan Nanggalo terletak pada posisi antara

0°52'51.98" LS sampai dengan 0°55'10.76" LS dan 100°20'57.97" BT sampai

dengan 100°23'10.72" BT. Batas-batas administratif Kecamatan Nanggalo adalah

:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Koto Tangah

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Utara

Sebelah Barat berbatasan dengan Padang Utara

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kuranji

Keadaan wilayah pada kecamatan ini, sekitar 31% dari total luas wilayah

kecamatan adalah areal persawahan, dan sisanya telah dimanfaatkan masyarakat

seperti bangunan dan sebagainya.

Tabel 2. Penggunaan Lahan Kecamatan Nanggalo

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)

1 Sawah 251

2 Pekarangan 225

3 Tegal/Kebun 193

4 Ladang/Huma 83

5 Lain-lain 48

6 Hutan rakyat 7

Page 17: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

17

4.3.3 Kecamatan Kuranji

Kuranji adalah sebuah kecamatan di kota Padang, provinsi Sumatera Barat,

Indonesia. Sebelumnya wilayah kecamatan ini masuk ke dalam wilayah

kabupaten Padang Pariaman, namun berdasarkan PP nomor 17 tahun 1980, sejak

21 Maret 1980 menjadi wilayah administrasi kota Padang, dengan kota kecamatan

terletak di Pasar Ambacang.

Secara geografis, Kecamatan Kuranji terletak dalam jarak 5 km dari pusat

kota, terletak pada posisi antara 0°50'42.67" LS sampai dengan 0°56'24.59" LS

dan 100°21'29.80" BT sampai dengan 100°27'52.17" BT. Batas-batas

administratif Kecamatan Kuranji adalah :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Koto Tangah

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Timur

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Nanggalo dan Padang Utara

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pauh

Keadaan wilayah pada kecamatan ini, sekitar 35,85 % dari total luas

wilayah kecamatan adalah areal persawahan, 12,63% adalah hutan baik hutan

rakyat maupun negara, dan sisanya telah dimanfaatkan masyarakat seperti

bangunan dan sebagainya.

Tabel 3. Penggunaan Lahan Kecamatan Kuranji

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)

1 Sawah 2.058

2 Rumah, bangunan dan halaman sekitarnya 1.276

3 Ladang/Huma 931

4 Pekarangan 594

5 Hutan rakyat 550

6 Hutan negara 175

7 Perkebunan 148

8 Sementara tidak diusahakan 9

Page 18: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

18

4.3.4 Kecamatan Pauh

Pauh adalah sebuah kecamatan di kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia.

Sebelumnya wilayah kecamatan ini masuk ke dalam wilayah kabupaten Padang

Pariaman, namun berdasarkan PP nomor 17 tahun 1980, sejak 21 Maret 1980

menjadi wilayah administrasi kota Padang, dengan kota kecamatan terletak di

Pasar Baru.

Secara geografis, Kecamatan Pauh terletak pada posisi antara 0°47'55.46" LS

sampai dengan 0°56'54.26" LS dan 100°23'35.87" BT sampai dengan

100°33'48.53" BT. Kecamatan Pauh berada dalam jarak 6 km dari pusat kota dan

berbatasan langsung dengan kabupaten Solok. Batas-batas administratif

Kecamatan Pauh adalah :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Koto Tangah

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Kilangan

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kuranji dan Padang Timur

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok

Areal hutan lindung dan hutan rakyat sangat dominan di kecamatan ini,

yang meliputi 82 % dari total luas wilayah kecamatan, sisa sebagian besar

berikutnya adalah areal persawahan, kebun dan ladang.

Tabel 4. Penggunaan Lahan Kecamatan Pauh

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan

(Ha)

1 Hutan lindung 10.103

2 Hutan rakyat 1.895

3 Sawah 1.095

4 Lain-lain 605

5 Tegal/kebun 488

6 Pekarangan 224

7 Ladang/huma 219

Page 19: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

19

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perubahan Curah Hujan Tahunan

Data curah hujan diambil dari data curah hujan/tahun (tahunan) di stasiun

tabing, lokasi pengamatan berada pada koordinat 0°52'54.53" LS dan

100°21'4.08" BT.

Grafik 1. Curah hujan Stasiun Tabing

Pada grafik di atas terlihat bahwa curah hujan tahunan tertinggi terjadi pada

tahun 2005 yaitu sebesar 4973,5 mm/tahun, sedangkan curah hujan tahunan

terendah terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 3264,4 mm/tahun. Namun

penurunan kuantitas curah hujan yang ekstrim terjadi pada tahun 2005 dan 2006,

penurunan yang terjadi sebesar 1199,9 mm/tahun.

Curah hujan rata-rata tahunan dari tahun 2000 sampai tahun 2006 adalah

4218,3 mm/tahun, curah hujan tahunan pada tahun 2000 adalah 4133,2 mm/tahun.

Curah hujan tahunan pada tahun 2000 ini dapat menjadi patokan curah hujan

tahunan dalam kondisi normal.

5.2 Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal

Penelitian ini berlokasi di 4 Kecamatan serta terdapat 20 titik sampel di

dalam daerah penelitian ini. Berikut adalah lokasi titik sampel penelitian :

Page 20: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

20

Gambar 3. Lokasi titik sampel

Kedalaman muka air tanah dangkal di Kota Padang sangat bervariasi pada

tahun 2000, 2005 dan 2006. Pada tahun 2000 rata-rata kedalaman muka air tanah

dangkal di Kota Padang adalah 2,15 meter. Pada tahun 2005 rata-rata kedalaman

muka air tanah dangkal di Kota Padang adalah 2,095 meter. Pada tahun 2000 rata-

rata kedalaman muka air tanah dangkal di Kota Padang adalah 2,26 meter. Berikut

adalah grafik hasil survey kedalaman muka air tanah dangkal di 20 titik sampel

penelitian :

Page 21: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

21

Grafik 2. Kedalaman muka air tanah dangkal tahun 2000, 2005 dan 2006

Pada tahun 2005, terjadi perubahan kedalaman muka air tanah dangkal

dibeberapa titik sampel. Perubahan yang terjadi menyebabkan kedalaman muka

air tanah dangkal berkurang. Perubahan ini terjadi pada titik sampel 3, 4, 6, 7, 12,

14 dan 16.

Pada titik 3 terjadi pengurangan sebesar 0,2 m, titik 4 terjadi pengurangan

sebesar 0,1 m, titik 6 terjadi pengurangan sebesar 0,1 m, titik 7 terjadi

pengurangan sebesar 0,2 m, titik 12 terjadi pengurangan sebesar 0,2 m, titik 14

terjadi pengurangan sebesar 0,2 m, titik 16 terjadi pengurangan sebesar 0,1 m.

Pada tahun 2006, terjadi perubahan kedalaman muka air tanah dangkal

dibeberapa titik sampel. Perubahan yang terjadi menyebabkan kedalaman muka

air tanah dangkal bertambah. Perubahan ini terjadi pada titik sampel 3, 4, 6, 7, 10,

11, 12, 14 dan 16.

Pada titik 3 terjadi pertambahan sebesar 0,2 m, pada titik 4 terjadi

pertambahan sebesar 0,2 m, pada titik 6 terjadi pertambahan sebesar 0,1 m, pada

titik 7 terjadi pertambahan sebesar 0,2 m, pada titik 10 terjadi pertambahan

sebesar 1,4 m, pada titik 11 terjadi pertambahan sebesar 0,5 m, pada titik 12

terjadi pertambahan sebesar 0,2 m, pada titik 14 terjadi pertambahan sebesar 0,5

m, pada titik 16 terjadi pertambahan sebesar 0,1 m.

Berikut adalah gambar titik-titik sampel sumur dangkal beserta tabel

kedalamannya :

Page 22: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

22

Gambar 4. Titik sampel 1

Gambar 5. Titik sampel 2

Gambar 6. Titik sampel 3

Gambar 7. Titik sampel 4

Tahun Kedalaman

(m)

2000 2,5

2005 2,3

2006 2,5

Tahun Kedalaman

(m)

2000 2

2005 2

2006 2

Tahun Kedalaman

(m)

2000 4

2005 4

2006 4

Tahun Kedalaman

(m)

2000 2

2005 1,9

2006 2

Tabel 5. Titik sampel 1

Tabel 6. Titik sampel 2

Tabel 7. Titik sampel 3

Tabel 8. Titik sampel 4

Page 23: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

23

Gambar 8. Titik sampel 5

Gambar 9. Titik sampel 6

Gambar 10. Titik sampel 7

Gambar 11. Titik sampel 8

Tahun Kedalaman

(m)

2000 1

2005 1

2006 1

Tahun Kedalaman

(m)

2000 1,8

2005 1,7

2006 1,8

Tahun Kedalaman

(m)

2000 1,5

2005 1,3

2006 1,5

Tahun Kedalaman

(m)

2000 1

2005 1

2006 1

Tabel 9. Titik sampel 5

Tabel 10. Titik sampel 6

Tabel 11. Titik sampel 7

Tabel 12. Titik sampel 8

Page 24: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

24

Gambar 12. Titik sampel 9

Gambar 13. Titik sampel 10

Gambar 14. Titik sampel 11

Gambar 15. Titik sampel 12

Tahun Kedalaman

(m)

2000 2

2005 2

2006 2

Tahun Kedalaman

(m)

2000 4

2005 4

2006 5,4

Tahun Kedalaman

(m)

2000 3,5

2005 3,5

2006 4

Tahun Kedalaman

(m)

2000 2

2005 1,8

2006 2

Tabel 13. Titik sampel 9

Tabel 14. Titik sampel 10

Tabel 15. Titik sampel 11

Tabel 16. Titik sampel 12

Page 25: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

25

Gambar 16. Titik sampel 13

Gambar 17. Titik sampel 14

Gambar 18. Titik sampel 15

Gambar 19. Titik sampel 16

Tahun Kedalaman

(m)

2000 3,5

2005 3,3

2006 3,8

Tahun Kedalaman

(m)

2000 3,5

2005 3,5

2006 3,5

Tahun Kedalaman

(m)

2000 3

2005 3

2006 3

Tahun Kedalaman

(m)

2000 2

2005 1,9

2006 2

Tabel 17. Titik sampel 13

Tabel 18. Titik sampel 14

Tabel 19. Titik sampel 15

Tabel 20. Titik sampel 16

Page 26: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

26

Gambar 20. Titik sampel 17

Gambar 21. Titik sampel 18

Gambar 22. Titik sampel 19

Gambar 23. Titik sampel 20

Tahun Kedalaman

(m)

2000 1,5

2005 1,5

2006 1,5

Tahun Kedalaman

(m)

2000 0,5

2005 0,5

2006 0,5

Tahun Kedalaman

(m)

2000 0,7

2005 0,7

2006 0,7

Tahun Kedalaman

(m)

2000 1

2005 1

2006 1

Tabel 21. Titik sampel 17

Tabel 22. Titik sampel 18

Tabel 23. Titik sampel 19

Tabel 24. Titik sampel 20

Page 27: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

27

5.3 Hubungan Antara Perubahan Curah Hujan dengan Perubahan

Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal

Grafik 3. Curah hujan tahun 2000, 2005 dan 2006

Grafik 4. Kedalaman rata-rata muka air tanah dangkal tahun 2000, 2005 dan 2006

Dari 2 buah grafik di atas, terlihat bahwa pada tahun 2000 curah hujan

tahunan sebesar 4133,2 mm/tahun dan kedalaman rata-rata muka air tanah

dangkal adalah 2,15 meter. Pada tahun 2005 curah hujan tahunan naik menjadi

sebesar 4973,5 mm/tahun dan kedalaman rata-rata muka air tanah dangkal

berkurang menjadi 2,095 meter. Pada tahun 2006 curah hujan tahunan turun

Page 28: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

28

menjadi sebesar 3773,6 mm/tahun dan kedalaman rata-rata muka air tanah

dangkal bertambah menjadi 2,26 meter.

5.3.1 Analisis Korelasi

X : Kedalaman muka air tanah dangkal (meter)

Y : Curah Hujan Tahunan (mm/tahun)

Tabel 25. Analisis korelasi variabel X dan Y

X Y XY X2 Y2

1 2,15 4133,2 8886,38 4,6225 17083342,2

2 2,095 4973,5 10419,5 4,389025 24735702,3

3 2,26 3773,6 8528,34 5,1076 14240057

Jumlah 6,505 12880,3 27834,2 14,11913 56059101,5

Dari nilai r diatas, diketahui bahwa nilai r menunjukkan (-) minus yang

berarti korelasi antara kedua variabel diatas memiliki korelasi negatif. Namun

hubungan antara kedua variabel ini sangat lemah karena nilainya jauh dari nilai 1

(satu). Hal ini menandakan bahwa hubungan antara perubahan curah hujan dan

perubahan kedalaman muka air tanah dangkal mempunyai hubungan yang

terbalik. Semakin besar kuantitas curah hujan maka kedalaman muka air tanah

dangkal akan semakin berkurang, sebaliknya semakin kecil kuantitas curah hujan

makan kedalaman muka air tanah dangkal akan semakin bertambah.

Page 29: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

29

5.4 Pola Persebaran Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal

5.4.1 Pola Persebaran Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal Tahun 2000

Gambar 24. Peta persebaran kedalaman muka air tanah dangkal tahun 2000

Pada peta di atas terlihat bahwa pada tahun 2000, persebaran kedalaman

muka air tanah dangkal pada kedalaman kurang dari 1 meter hanya terdapat di

pesisir Kecamatan Padang Utara. Persebaran kedalaman muka air tanah dangkal

terluas adalah pada kedalaman 2-3 meter yang tersebar hampir di seluruh

Kecamatan Kuranji dan sebagian dari Kecamatan Pauh, Nanggalo dan Padang

Utara. Persebaran kedalaman muka air tanah dangkal pada kedalaman 3-4 meter

hanya tersebar di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Pauh.

Page 30: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

30

5.4.2 Pola Persebaran Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal Tahun 2005

Gambar 25. Peta persebaran kedalaman muka air tanah dangkal tahun 2005

Pada peta di atas terlihat bahwa pada tahun 2005, persebaran kedalaman

muka air tanah dangkal pada kedalaman kurang dari 1 meter hanya terdapat di

pesisir Kecamatan Padang Utara. Persebaran kedalaman muka air tanah dangkal

terluas adalah pada kedalaman 2-3 meter yang tersebar hampir di seluruh

Kecamatan Kuranji dan sebagian dari Kecamatan Pauh, Nanggalo dan Padang

Utara. Persebaran kedalaman muka air tanah dangkal pada kedalaman 3-4 meter

hanya tersebar di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Pauh.

Page 31: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

31

5.4.3 Pola Persebaran Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal Tahun 2006

Gambar 26. Peta persebaran kedalaman muka air tanah dangkal tahun 2006

Pada peta di atas terlihat bahwa pada tahun 2006, persebaran kedalaman

muka air tanah dangkal pada kedalaman kurang dari 1 meter hanya terdapat di

pesisir Kecamatan Padang Utara. Persebaran kedalaman muka air tanah dangkal

terluas adalah pada kedalaman 2-3 meter yang tersebar hampir di seluruh

Kecamatan Kuranji dan sebagian dari Kecamatan Pauh, Nanggalo dan Padang

Utara. Persebaran kedalaman muka air tanah dangkal pada kedalaman 3-4 meter

hanya tersebar di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Pauh. Persebaran kedalaman

muka air tanah dangkal pada kedalaman 4-5 meter dan lebih dari 5 meter hanya

tersebar di Kecamatan Kuranji.

Page 32: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

32

BAB VI

KESIMPULAN

1. Terdapat pengaruh antara perubahan curah hujan tahunan dan perubahan

kedalaman muka air tanah dangkal di Kota Padang.

2. Hubungan antara perubahan curah hujan tahunan dan perubahan kedalaman

muka air tanah dangkal di Kota Padang adalah hubungan yang terbalik.

Artinya, semakin besar kuantitas curah hujan maka kedalaman muka air tanah

dangkal akan semakin berkurang, sebaliknya semakin kecil kuantitas curah

hujan makan kedalaman muka air tanah dangkal akan semakin bertambah.

3. Persebaran kedalaman muka air tanah dangkal pada kedalaman kurang dari 1

meter hanya terdapat di wilayah pesisir Kecamatan Padang Utara. Persebaran

kedalaman muka air tanah dangkal terluas adalah pada kedalaman 2-3 meter

yang tersebar hampir di seluruh Kecamatan Kuranji dan sebagian dari

Kecamatan Pauh, Nanggalo dan Padang Utara.

4. Pada tahun 2006 mulai terjadi pertambahan kedalaman muka air tanah dangkal

hingga mencapai lebih dari 5 meter, hal ini hanya terjadi di Kecamatan

Kuranji.

Page 33: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal di Kota Padang

33

DAFTAR PUSTAKA

Lee, Richard. 1986. Hidrologi Hutan. Gadjah Mada University Press.

Surbakti, BM. 1987. Air Minum Sehat. Surakarta. CV Mutiara solo. Solo

Sutrisno, C Totok. 2000. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta :Rineka Cipta.

Suyono. 1993. Pengelolaan Sumber Daya Air. Fakultas Geografi Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers. Jakarta

Padangmedia.com, 2012. Kuranji Kembali Dilanda Krisis Air Bersih. Diakses

tanggal 21 April 2013 pukul 23:00 WIB

http://pustaka.pu.go.id/new/artikel-detail.asp?id=320. Diakses pada tanggal 17

Maret 2013 pukul 22:00 WIB

http://iklim.dirgantara-

lapan.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=79. Diakses

pada tanggal 17 Maret 2013 pukul 22:30 WIB

www.padang.go.id. Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaannya. Diakses tanggal

21 April 2013 pukul 23:00 WIB

www.padang.go.id. Jumlah Penduduk menurut Kelurahan dan Tahun. Diakses

tanggal 21 April 2013 pukul 23:00 WIB

www.padang.go.id. Jumlah Petugas Kesehatan Pada Puskesmas Gunung Sarik.

Diakses tanggal 21 April 2013 pukul 23:00 WIB

www.padang.go.id. Jumlah Petugas Kesehatan Pada Puskesmas Kuranji. Diakses

tanggal 21 April 2013 pukul 23:00 WIB

www.padang.go.id. Jumlah Petugas Kesehatan Pada Puskesmas Ambacang.

Diakses tanggal 21 April 2013 pukul 23:00 WIB