dampak perubahan iklim terhadap perubahan kedalaman muka air tanah dangkal di kota padang
DESCRIPTION
SUBHAN MAULANA SYIFATRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain
suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai
sektor kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001).
Perubahan iklim merupakan sesuatu yang dampaknya sulit untuk dihindari
terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak ekstrem dari perubahan iklim adalah
terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran musim. Perubahan iklim bukan
lagi semata-mata wacana, namun sudah dapat dirasakan dampaknya, seperti
banjir, gelombang pasang, dan kekeringan. Kota-kota pesisir merupakan kawasan
yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim ini (Joessair Lubis, “Peduli
Lingkungan, Peduli Tata Ruang”, 2011).
Air tanah merupakan salah satu air yang banyak dimanfaatkan oleh manusia
guna menunjang kebutuhan, baik untuk keperluan rumah tangga (domestik),
industri, maupun pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan air dituntut ketersediaan
yang cukup maupun kualitas yang memadai. Hal ini perlu ditekankan bahwa
seringkali guna memenuhu kebutuhan manusia ketersediaan air yang ada masih
belum cukup untuk pemenuhan kebutuhan. Ketersediaan air, baik air permukaan
maupun airtanah, dapat menurun akibat terjadinya perubahan iklim. Perubahan
iklim didefisinikan sebagai suatu ukuran statistik untuk cuaca dalam jangka
panjang,minimal 30 tahun. Dua unsur utama yang mempengaruhi perubahan iklim
adalah suhu dan curah hujan. Unsur yang paling sering diamati adalah curah hujan
karena mempunyai variasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu.
Di Kecamatan Kuranji, krisis air bersih sudah terjadi akibat dari banjir yang
menyebabkan sumur warga tercemar selain itu saat musim kemarau datang
menyebabkan kekeringan disana. Tak kurang dari warga Kelurahan Kuranji dan
Korong Gadang Kecamatan Kuranji serta Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan
Pauh mengalami kekurangan pasokan air bersih. Sumur warga kering, parit kecil
di sepanjang jalan pun tak mengalir (padangmedia.com, 2012).
2
Dampak perubahan iklim yaitu perubahan pola curah hujan dan suhu akan
mempengaruhi ketersediaan air tanah dangkal di Kota Pdang. Untuk itu
diperlukan studi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan iklim
terhadap ketersediaan air tanah dangkal di Kota Padang agar dapat dijadikan
referensi untuk menanggulangi dampak dari perubahan iklim untuk
mengantisipasi terjadinya krisis air tanah.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara perubahan iklim dengan perubahan kedalaman
muka air tanah dangkal di Kota Padang?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara perubahan iklim dengan
perubahan kedalaman muka air tanah dangkal di Kota Padang.
1.4 Batasan Penelitian
1. Daerah studi adalah di daerah administrasi Kecamatan Padang Utara,
Kecamatan Nanggalo, Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Pauh.
2. Penentuan lokasi titik sampel yaitu pada daerah pemukiman.
3. Responden studi ini adalah para pemilik sumur timba atau penghuni rumah
yang memiliki sumur timba yang masih dipergunakan.
4. Studi ini hanya meneliti ketersediaan air tanah dangkal (sumur) pada tahun
2000, 2005 dan 2006.
5. Kedalaman untuk mencapai muka air tanah dalam studi ini adalah jarak
permukaan tanah dengan muka air tanah.
6. Curah hujan dalam penelitian ini adalah rata-rata curah hujan tahunan
daerah penelitian.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perubahan Iklim
Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain
suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai
sektor kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001). Perubahan
fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang.
LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah
satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah
perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi
secara keseluruhan. IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk
pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang
nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau
lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim mungkin karena proses
alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus
menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan.
Pemanasan global tejadi akibat dari meningkatnya efek rumah kaca yang
disebabkan oleh naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Semakin tinggi
konsentrasi gas rumah kaca, maka semakin banyak radiasi panas dari bumi yang
terperangkap di atmosfer dan dipancarkan kembali ke bumi. Hal tersebut pada
akhirnya akan menyebabkan peningkatan suhu permukaan bumi. Selain hal
tersebut, faktor peningkatan suhu global dapat pula berakibat dari peningkatan
radiasi matahari, walaupun efeknya relatif sangat kecil. Secara garis besar,
menurut Budianto (2001), perubahan iklim global disebabkan akibat peristiwa
naiknya intenstitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas dalam
atmosfer yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar
panas, yaitu sinar inframerah yang dipancarkan bumi.
El Nino dan La Nina merupakan gejala yang menunjukkan perubahan iklim.
El Nino adalah suatu fenomena iklim penting yang dihasilkan di Samudera Pasifik
yang menyebabkan berbagai dampak terhadap wilayah-wilayah tropis dan
subtropis pada skala waktu antar tahunan. Mekanisme-mekanisme skala besar
4
lainnya juga mendorong Indian Ocean Dipole Mode (Saji et al., 1999:
Vinayachandran et al., 2002). Catatan iklim masa lalu menunjukkan bahwa
kejadian El Nino lebih sering terjadi dan lebih kuat sejak pertengahan tahun 1970
(Trenberth dan Hoar, 1996). Meskipun terdapat perubahan yang signifikan dalam
model iklim, masih terdapat ketidakpastian yang besar mengenai amplitudo dan
variabel El Nino (Meehl et al., 2000, 2007). Angin muson yang datang dari Asia
dan membawa banyak uap air, sebagian besar juga berbelok menuju daerah
tekanan rendah di pantai barat Peru – Ekuador. Akibatnya, angin yang menuju
Indonesia hanya membawa sedikit uap air sehingga terjadilah musim kemarau
yang panjang. Sedangkan La Nina merupakan peristiwa berkebalikan dari El
Nino, dimana peristiwanya dimulai ketika El Nino mulai melemah dan air laut
yang panas di wilayah Pantai Peru – Ekuador kembali bergerak ke arah barat, air
laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin) dan upwelling muncul
kembali, atau kondisi cuaca menjadi normal kembali. La Nina adalah konsisi
cuaca yang normal kembali setelah terjadinya gejala El Nino. Air laut yang panas
ke arah barat tersebut akhirnya sampai ke wilayah Indonesia dan mengakibatkan
Indonesia menjadi daerah yang bertekanan rendah (minimum), lalu semua angin
di sekitar Pasifik Selatan dan Samudera Hindia akan bergerak menuju Indonesia.
Angin yang membawa banyak uap air tersebut mengakibatkan terjadinya hujan
lebat di wilayah Indonesia dan membuat durasi musim hujan lebih panjang.
Masyarakat Indonesia dihimbau untuk lebih waspada apabila La Nina terjadi
karena berpotensi menyebabkan bencana banjir.
2.2 Pengertian Air
Air adalah salah satu diantara kebutuhan hidup yang paling penting. Air
termasuk dalam sumber alam yang dapat diperbaharui, karena secara terus
menerus dipulihkan melalui siklus hidrologi yang berlangsung menurut kodrat.
Namun air merupakan sumber alam yang lain dari pada yang lain dalam arti
bahwa jumlah keseluruhan air yang bisa didapat di seluruh dunia adalah tetap,
persediaan totalnya tidak dapat ditingkatkan atau dikurangi melalui upaya-upaya
pengelolaan untuk mengubahnya. Persediaan total dapat diatur secara lokal
dengan dibuatnya bendungan atau sarana-sarana lainnya. Disepakati bahwa
5
volume total air di bumi adalah sekitar 1,4 milyar Km3 yang 97 % adalah air laut.
Sisanya 2.7 % adalah air tawar yang terdapat didaratan dan berjumlah 37,8 juta
Km3 berupa lapisan es dipuncak-puncak gunung gletser (77,3%), air tanah resapan
(22,4%), air danau dan rawa-rawa (0,35%), uap air diatmosfir (0.04%), dan air
sungai (0,01%) (Salim, 1986 : 193).
Air juga mengalami sirkulasi yang disebut daur hidrologi, yaitu pola
pendauran air yang umum dan terdiri susunan gerakan-gerakan air yang rumit dan
transformasi-tranformasinya (Lee, 1988 : 43). Proses ini berawal dari air di
permukaan tanah dan laut yang menguap keudara kemudian berubah menjadi
titik-titik air yang mengumpul dan membentuk awan, kemudian uap air ini
mengalami titik jenuh, dan jatuh ke bumi sebagai hujan dan salju. Sebagian air
yang jatuh diserap tumbuhan, sebagian menguap lagi dan sebagian lainnya
meresap ke dalam tanah. Air dari mata air, sumur, sungai, dan lain-lain sepintas
terlihat bersih kecuali ada pengaruh dari luar misalnya tercemar atau setelah hari
hujan dan sebagainya, sehingga air tampak keruh.
2.3 Pengertian Air Tanah
Air tanah adalah air yang bergerak pada tanah yang terdapat di dalam ruang-
ruang butir-butir tanah yang membentuk dan di dalam retak-retak batuan (Suyono
1993 :93). Air tanah ditemukan pada zone geologi permeable (tembus air) yang
dikenal dengan akuifer yang merupakan formasi pengikat air. Berdasarkan pada
kondisiair tanah, air tanah diklasifikasikan dalam lima jenis antara lain air tanah
dalam dataran alluvial, air tanah dalam kipas detrital, air tanah dilluvial, air tanah
di kaki gunung api dan air tanah dalam zone batuan retak (Suyono, 1993 : 98).
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah di dalam
zone jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan
atmosfer (Suyono,1993 :1). Air tanah terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah
dalam. Air tanah dangkal, terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari
permukaan tanah. Air tanah dangkal ini pada kedalaman 15,0 m2 sebagai sumur
air minum, air dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agar baik, segi kuantitas
kurang cukup dan tergantung pada musim. Air tanah dalam, terdapat setelah lapis
rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah
6
dangkal karena harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamannya
sehingga dalam suatu kedalaman biasanya antara 100-300 m2.
Ketersediaan air tanah dipengaruhi oleh iklim ,faktor iklim yang
berpengaruh meliputi curah hujan, temperatur, dan kecepatan angin, yang pada
prinsipnya terkait dengan suplai air dan evapotranspirasi (Hanafiah K.A. 2005. hal
115- 117 ).
2.4 Pengertian Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal adalah air tanah sampai kedalaman 15 m.
Dinamakan juga air tanah bebas karena lapisan air tersebut tidak berada di dalam
tekanan. Profil permukaan air tanah dangkal tergantung dari profil permukaan
tanah dan lapisan tanah sendiri (Surbakti,1987 : 4).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat sumur dangkal adalah :
1. Sumur harus diberi tembok rapat air 3,00 m2 dari muka tanah,agar perembesan
air permukaan dapat dihindari.
2. Sekeliling sumur harus diberi lantai rapat air selebar 1 – 1,5 m2
untuk mencegah terjadinya pengotoran dari luar.
3. Pada lantai sekelilingnya harus diberi saluran pembuangan air kotor agar air
dapat tersalurkan dan tidak akan mengotori sumur.
4. Pengambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian air dipompa ke luar.
5. Pada bibir sumur hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1 m2 (Sutrisno,
1991 : 17).
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dalam penelitian ini di mulai saat kelas mata kuliah kuliah
kerja lapang ini di mulai yaitu tanggal 11 Febuari 2013, sampai dengan tanggal 12
Mei 2013 merupakan alur dari penelitian yang berupa studi literatur, pengumpulan
data sekunder dan persiapan survei lapangan, selanjutnya penelitian dilanjutkan
dengan melaksankan survei pengamatan lapangan tanggal 12 Mei sampai dengan
19 Mei 2013.
3.2 Kerangka Penelitian dan Alur Pikir
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, perubahan iklim adalah
berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah
hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia
termasuk kebutuhan manusia akan air. Dampak perubahan iklim yaitu perubahan
curah hujan tahunan akan mempengaruhi perubahan kedalaman muka air tanah
dangkal di Kota Padang.
Berikut ini adalah kerangka alur pikir penelitian :
8
Gambar 1. Alur Pikir
Muka Air Tanah
Dangkal
Perubahan Kedalaman
Muka Air Tanah
Dangkal di Kota
Padang
Kota Padang
Perubahan Iklim Kondisi Aktual
Curah Hujan
Kedalaman Muka
Air Tanah
Dangkal
9
Berikut ini adalah kerangka alur kerja penelitian :
Gambar 2. Alur Kerja
Fakta mengenai dampak perubahan iklim yaitu
perubahan curah hujan yang mempengaruhi
perubahan kedalaman muka air tanah dangkal
Landasan teori dan studi studi terkait dengan
kedalaman muka air tanah dangkal dan perubahan
curah hujan
Latar
Belakang
Studi
Literatur
Pengumpulan
Data
Metodologi
Kesimpulan
Pengumpulan data primer melalui:
Observasi dan survei
lapangan
Data Curah Hujan
BMKG
Pengumpulan data
sekunder melalui:
studi dan dokumen
terkait
Kedalaman Muka Air
Tanah Dangkal
Survei dan
Observasi
Membuat korelasi antara
Ketersediaan Air Tanah Dangkal
dengan Curah Hujan
Pengaruh Perubahan Iklim terhadap
Perubahan Kedalaman Muka Air
Tanah Dangkal di Kota Padang
10
3.3 Variabel Penelitian
Variabel Terikat : Kedalaman muka air tanah dangkal di Kota Padang
Variabel Bebas : Curah hujan tahunan di Kota Padang
3.4 Pengumpulan Data
Seperti terlihat sebelumnya pada kerangka alur kerja penelitian. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang pengumpulannya dilakukan sendiri oleh peneliti. Artinya,
data tersebut diperoleh dari survei peneliti sendiri, yakni hasil wawancara dengan
responden/informan, yang terdiri dari penghuni rumah yang memiliki sumur
timba di daerah studi dan para ketua atau pihak yang berkompeten menangani
masalah ketersediaan air tanah dangkal. Data primer yang diperoleh dari
responden dilakukan melalui teknik wawancara dengan alat bantu kuesioner yang
telah dipersiapkan.
Selain data primer, pengumpulan data dalam penelitian ini juga
menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh
pihak lain dan sudah diolah oleh pihak lain tersebut. Sumber data sekunder dapat
diperoleh dari BMKG yaitu data curah hujan temporal (2000, 2005 dan 2006),
serta buku, internet, jurnal-jurnal penelitian, skripsi, tesis, dan laporan penelitian
yang ada kaitannya dengan studi ini.
3.5 Pengolahan Data
1. Membuat peta administrasi daerah studi yaitu Kecamatan Padang Utara,
Kecamatan Nanggalo, Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Pauh yang
menjadi fokus area penelitian.
2. Menentukan jumlah sampel tiap kecamatan. Jumlah sampel pada tiap
kecamatan berbeda-beda, penentuan sampel dengan metode sampling
aksidental. Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel,
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang ditemukan
pada waktu menentukan sampel cocok dengan yang diperlukan sebagai
11
sumber data. Total seluruh sampel sebanyak 20 sampel yang terbagi dalam
4 Kecamatan, yaitu :
Kecamatan Padang Utara : 3 sampel
Kecamatan Nanggalo : 3 sampel
Kecamatan Kuranji : 9 sampel
Kecamatan Pauh : 5 sampel
3. Memplotting tiap lokasi titik sampel sumur timba di daerah studi dengan
menggunakan GPS dan mencatat kedalaman sumur pada tahun 2000, 2005
dan 2006.
4. Membuat korelasi antara perubahan curah hujan dengan perubahan
kedalaman muka air tanah dangkal dengan menggunakan grafik.
5. Membuat peta pola persebaran kedalaman muka air tanah dangkal tahun
2000, 2005 dan 2006 dengan menggunakan software Arcmap 9.3 yang
diolah dengan interpolasi Inverse Distance Weighted (IDW).
3.6 Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam studi ini merujuk pada tujuan
studi yang sudah dirumuskan, yaitu :
1. untuk melihat bagaimanakah gambaran variabel-variabel yang diteliti dan
2. untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variabel.
Berdasarkan tujuan studi tersebut, maka teknik analisis data yang
digunakan dalam studi ini meliputi teknik analisis data deskriptif dan teknik
analisis data korelasi. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk manganalisis
gambaran variabel, sementara teknik analisis korelasi digunankan untuk
mengukur kuat atau tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti. Secara khusus,
analisis data deskriptif yang digunakan adalah dengan menghitung ukuran
pemusatan dan penyebaran data yang telah diperoleh, dan kemudian disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik. Selanjutnya analisis data korelasi yang digunakan
karena tujuan studi hendak mengkaji ada tidaknya hubungan antar variabel dan
seberapa kuat hubungannya.
Langkah kerja analisis data meliputi :
12
1. Melakukan editing data, yaitu memeriksa kelengkapan jawaban responden,
meneliti konsistensi jawaban, dan menyeleksi keutuhan kuesioner sehingga
data siap diproses.
2. Melakukan input data (tabulasi), berdasarkan data yang diperoleh
responden.
3. Menyajikan data yang sudah diperoleh, dalam bentuk peta, tabel dan grafik.
4. Melakukan analisis berdasarkan data yang sudah disajikan.
5. Menghitung nilai korelasi r pada variabel-variabel.
6. Membuat kesimpulan ada atau tidaknya hubungan variabel-variabel serta
bagaimana hubungan antara kedua variabel tersebut.
7. Melakukan analisis dari peta pola persebaran kedalaman muka air tanah
dangkal tahun 2000, 2005 dan 2006.
13
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Kota Padang adalah ibukota Propinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai
barat pulau Sumatera dan berada antara 0o 44’ 00” - 1o 08’ 35” Lintang Selatan
serta antara 100o 05’ 05” – 100o 34’ 09” Bujur Timur. Menurut PP No. 17 Tahun
1980, luas Kota Padang adalah 694,96 km2 atau setara dengan 1,65 persen dari
luas Propinsi Sumatera Barat. Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dengan
kecamatan terluas adalah Koto Tangah yang mencapai 232,25 km2. Dari
keseluruhan luas Kota Padang sebagian besar atau 51,01 persen berupa hutan
yang dilindungi oleh pemerintah. Berupa bangunan dan pekarangan seluas 51,08
km2 atau 7,35 persen. Selain daratan pulau Sumatera, Kota Padang memiliki 19
pulau dimana yang terbesar adalah Pulau Bintangur seluas 56,78 ha, kemudian
pulau Sikuai di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 48,12 ha dan Pulau
Toran di Kecamatan Padang Selatan seluas 33,67 ha. Ketinggian wilayah daratan
Kota Padang sangat bervariasi, yaitu antara 0 – 1853 m diatas permukaan laut
dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan Lubuk Kilangan. Kota Padang
memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai
terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat curah hujan Kota
Padang mencapai rata-rata 302.35 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17
hari per bulan pada tahun 2009. Suhu udaranya cukup tinggi yaitu antara 21,6o –
31,7o C. Kelembabannya berkisar antara 78 – 85 persen. Panjang pantai kota
padang sekitar 68,126 km. Adapun batas-batas Kota Padang adalah sebagai
berikut:
Utara : Kabupaten Padang Pariaman
Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan
Barat : Selat Mentawai
Timur : Kabupaten Solo
14
4.1 Kondisi Fisik
Kota Padang mempunyai ketinggian yang cukup bervariasi antara 0-1853 m
yang terdiri atas dataran rendah dan perbukitan. Daerah yang letaknya paling
tinggi di Kota Padang adalah Kecamatan Lubuk Kilangan dengan ketinggian 25-
1853 mdpl sedangkan daerah dengan letaknya paling rendah adalah Kecamatan
Padang Barat dengan ketinggian 0-8 mdpl. Terdapat lima sungai besar dan 16
sungai kecil. Sungai terpanjang adalah Sungai Batang Kandis (panjang 20 km)
yang terletak di Kecamatan Koto Tangah dan sungai terpendek adalah Sungai
Batang Muara dengan panjang 0,4 km yang terletak di Kecamatan Padang Utara.
Suhu udara di Kota Padang tergolong tinggi, yakni berkisar antara 21,6o-31,7o C.
Suhu rata-rata pada siang hari sebesar 23o-32o C dan pada malam hari sebesar
22o-28o C. Kelembaban udara berkisar antara 78%-85%. Curah hujan rata-rata
bulanan Kota Padang sebesar 302,35 mm dengan hari hujan sebanyak 17 hari per
bulan pada tahun 2009. Dan panjang pantai kota padang sekitar 68,126 km
4.2 Kondisi Sosial
Pengetahuan mengenai penduduk merupakan dasar utama dalam melakukan
kegiatan pembangunan baik perencanaan maupun evaluasi. Pada tahun 2009,
penduduk Kota Padang telah mencapai 875.750 jiwa, meningkat sejumlah 18.935
jiwa dari tahun sebelumnya. Dengan demikian kepadatannya pun bertambah dari
1.233 jiwa/km2 menjadi 1.260 jiwa/km2.
Kecamatan terbanyak jumlah penduduknya adalah Koto Tangah dengan
166.033 jiwa, tetapi karena wilayahnya paling luas hingga mencapai 33 persen
dari luas Kota Padang maka kepadatan penduduknya termasuk rendah yaitu 715
jiwa/km2. Kecamatan yang paling kecil jumlah penduduknya ( 24.417 jiwa) dan
sekaligus paling rendah kepadatannya ( 242 jiwa/km2 ) adalah Bungus Teluk
Kabung. Kecamatan lain yang juga jarang penduduknya adalah Kecamatan Pauh
yaitu 375 jiwa/km2 dan Lubuk Kilangan yaitu 518 jiwa/km2.
Menurut survei yang dilakukan BPS, 33,39 persen dari penduduk Kota
Padang berumur 10 tahun keatas yang merupakan angkatan kerja adalah bekerja
atau sementara tidak bekerja tetapi sebenarnya mempunyai pekerjaan. Sedangkan
jumlah pencari kerja yaitu 3,75 persen dari penduduk berumur 10 tahun keatas
15
yang merupakan angkatan kerja. Sisanya sebesar 62,87 persen dari penduduk
Kota Padang berumur 10 tahun keatas adalah bukan angkatan kerja, termasuk
didalamnya adalah orang yang, mengurus rumah tangga dan lain-lain.
Dari 16.410 orang pencari kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kota
Padang, sebesar 7.220 orang lulusan SMU dan 5.669 orang Sarjana. Menurut
catatan dinas tersebut, hanya sebanyak 988 orang pencari kerja yang mendapatkan
pekerjaan. Pekerjaan yang paling dominan dilakukan oleh laki-laki di kota Padang
yaitu di sektor jasa/services sebesar 25.89% dan pekerjaan yang paling dominan
dilakuakn oleh perempuan di kota Padang yaitu di sector perdagangan, hotel dan
restoran sebesar 46.48%.
4.3 Wilayah Penelitian
4.3.1 Kecamatan Padang Utara
Padang Utara adalah sebuah kecamatan di kota Padang, Sumatera Barat,
Indonesia. SMAN 1 Padang dan SMPN 25 Padang terletak di kecamatan ini.
Secara geografis, Kecamatan Padang Utara terletak pada posisi antara
0°53'29.33" LS sampai dengan 0°56'19.40" LS dan 100°20'12.04" BT sampai
dengan 100°22'39.43" BT. Batas-batas administratif Kecamatan Padang Utara
adalah :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Koto Tangah
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Barat
Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Timur, dan Padang
Barat
Keadaan wilayah pada kecamatan ini, sekitar 60% dari total luas wilayah
kecamatan adalah areal bangunan dan halaman, sisanya telah dimanfaatkan
masyarakat seperti bangunan dan sebagainya.
Tabel 1. Penggunaan Lahan Kecamatan Padang Utara
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)
1 Bangunan dan halaman 481
2 Pekarangan 210
3 Sementara tidak diusahakan 43
16
4 Lain-lain 36
5 Sawah 15
6 Kebun/Ladang/Huma 12
7 Empang dan padang rumput 6
8 Hutan rakyat 5
4.3.2 Kecamatan Nanggalo
Nanggalo adalah sebuah kecamatan di kota Padang, Sumatera Barat,
Indonesia. Secara geografis, Kecamatan Nanggalo terletak pada posisi antara
0°52'51.98" LS sampai dengan 0°55'10.76" LS dan 100°20'57.97" BT sampai
dengan 100°23'10.72" BT. Batas-batas administratif Kecamatan Nanggalo adalah
:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Koto Tangah
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Utara
Sebelah Barat berbatasan dengan Padang Utara
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kuranji
Keadaan wilayah pada kecamatan ini, sekitar 31% dari total luas wilayah
kecamatan adalah areal persawahan, dan sisanya telah dimanfaatkan masyarakat
seperti bangunan dan sebagainya.
Tabel 2. Penggunaan Lahan Kecamatan Nanggalo
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)
1 Sawah 251
2 Pekarangan 225
3 Tegal/Kebun 193
4 Ladang/Huma 83
5 Lain-lain 48
6 Hutan rakyat 7
17
4.3.3 Kecamatan Kuranji
Kuranji adalah sebuah kecamatan di kota Padang, provinsi Sumatera Barat,
Indonesia. Sebelumnya wilayah kecamatan ini masuk ke dalam wilayah
kabupaten Padang Pariaman, namun berdasarkan PP nomor 17 tahun 1980, sejak
21 Maret 1980 menjadi wilayah administrasi kota Padang, dengan kota kecamatan
terletak di Pasar Ambacang.
Secara geografis, Kecamatan Kuranji terletak dalam jarak 5 km dari pusat
kota, terletak pada posisi antara 0°50'42.67" LS sampai dengan 0°56'24.59" LS
dan 100°21'29.80" BT sampai dengan 100°27'52.17" BT. Batas-batas
administratif Kecamatan Kuranji adalah :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Koto Tangah
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Timur
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Nanggalo dan Padang Utara
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pauh
Keadaan wilayah pada kecamatan ini, sekitar 35,85 % dari total luas
wilayah kecamatan adalah areal persawahan, 12,63% adalah hutan baik hutan
rakyat maupun negara, dan sisanya telah dimanfaatkan masyarakat seperti
bangunan dan sebagainya.
Tabel 3. Penggunaan Lahan Kecamatan Kuranji
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)
1 Sawah 2.058
2 Rumah, bangunan dan halaman sekitarnya 1.276
3 Ladang/Huma 931
4 Pekarangan 594
5 Hutan rakyat 550
6 Hutan negara 175
7 Perkebunan 148
8 Sementara tidak diusahakan 9
18
4.3.4 Kecamatan Pauh
Pauh adalah sebuah kecamatan di kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia.
Sebelumnya wilayah kecamatan ini masuk ke dalam wilayah kabupaten Padang
Pariaman, namun berdasarkan PP nomor 17 tahun 1980, sejak 21 Maret 1980
menjadi wilayah administrasi kota Padang, dengan kota kecamatan terletak di
Pasar Baru.
Secara geografis, Kecamatan Pauh terletak pada posisi antara 0°47'55.46" LS
sampai dengan 0°56'54.26" LS dan 100°23'35.87" BT sampai dengan
100°33'48.53" BT. Kecamatan Pauh berada dalam jarak 6 km dari pusat kota dan
berbatasan langsung dengan kabupaten Solok. Batas-batas administratif
Kecamatan Pauh adalah :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Koto Tangah
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Kilangan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kuranji dan Padang Timur
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok
Areal hutan lindung dan hutan rakyat sangat dominan di kecamatan ini,
yang meliputi 82 % dari total luas wilayah kecamatan, sisa sebagian besar
berikutnya adalah areal persawahan, kebun dan ladang.
Tabel 4. Penggunaan Lahan Kecamatan Pauh
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan
(Ha)
1 Hutan lindung 10.103
2 Hutan rakyat 1.895
3 Sawah 1.095
4 Lain-lain 605
5 Tegal/kebun 488
6 Pekarangan 224
7 Ladang/huma 219
19
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perubahan Curah Hujan Tahunan
Data curah hujan diambil dari data curah hujan/tahun (tahunan) di stasiun
tabing, lokasi pengamatan berada pada koordinat 0°52'54.53" LS dan
100°21'4.08" BT.
Grafik 1. Curah hujan Stasiun Tabing
Pada grafik di atas terlihat bahwa curah hujan tahunan tertinggi terjadi pada
tahun 2005 yaitu sebesar 4973,5 mm/tahun, sedangkan curah hujan tahunan
terendah terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 3264,4 mm/tahun. Namun
penurunan kuantitas curah hujan yang ekstrim terjadi pada tahun 2005 dan 2006,
penurunan yang terjadi sebesar 1199,9 mm/tahun.
Curah hujan rata-rata tahunan dari tahun 2000 sampai tahun 2006 adalah
4218,3 mm/tahun, curah hujan tahunan pada tahun 2000 adalah 4133,2 mm/tahun.
Curah hujan tahunan pada tahun 2000 ini dapat menjadi patokan curah hujan
tahunan dalam kondisi normal.
5.2 Perubahan Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal
Penelitian ini berlokasi di 4 Kecamatan serta terdapat 20 titik sampel di
dalam daerah penelitian ini. Berikut adalah lokasi titik sampel penelitian :
20
Gambar 3. Lokasi titik sampel
Kedalaman muka air tanah dangkal di Kota Padang sangat bervariasi pada
tahun 2000, 2005 dan 2006. Pada tahun 2000 rata-rata kedalaman muka air tanah
dangkal di Kota Padang adalah 2,15 meter. Pada tahun 2005 rata-rata kedalaman
muka air tanah dangkal di Kota Padang adalah 2,095 meter. Pada tahun 2000 rata-
rata kedalaman muka air tanah dangkal di Kota Padang adalah 2,26 meter. Berikut
adalah grafik hasil survey kedalaman muka air tanah dangkal di 20 titik sampel
penelitian :
21
Grafik 2. Kedalaman muka air tanah dangkal tahun 2000, 2005 dan 2006
Pada tahun 2005, terjadi perubahan kedalaman muka air tanah dangkal
dibeberapa titik sampel. Perubahan yang terjadi menyebabkan kedalaman muka
air tanah dangkal berkurang. Perubahan ini terjadi pada titik sampel 3, 4, 6, 7, 12,
14 dan 16.
Pada titik 3 terjadi pengurangan sebesar 0,2 m, titik 4 terjadi pengurangan
sebesar 0,1 m, titik 6 terjadi pengurangan sebesar 0,1 m, titik 7 terjadi
pengurangan sebesar 0,2 m, titik 12 terjadi pengurangan sebesar 0,2 m, titik 14
terjadi pengurangan sebesar 0,2 m, titik 16 terjadi pengurangan sebesar 0,1 m.
Pada tahun 2006, terjadi perubahan kedalaman muka air tanah dangkal
dibeberapa titik sampel. Perubahan yang terjadi menyebabkan kedalaman muka
air tanah dangkal bertambah. Perubahan ini terjadi pada titik sampel 3, 4, 6, 7, 10,
11, 12, 14 dan 16.
Pada titik 3 terjadi pertambahan sebesar 0,2 m, pada titik 4 terjadi
pertambahan sebesar 0,2 m, pada titik 6 terjadi pertambahan sebesar 0,1 m, pada
titik 7 terjadi pertambahan sebesar 0,2 m, pada titik 10 terjadi pertambahan
sebesar 1,4 m, pada titik 11 terjadi pertambahan sebesar 0,5 m, pada titik 12
terjadi pertambahan sebesar 0,2 m, pada titik 14 terjadi pertambahan sebesar 0,5
m, pada titik 16 terjadi pertambahan sebesar 0,1 m.
Berikut adalah gambar titik-titik sampel sumur dangkal beserta tabel
kedalamannya :
22
Gambar 4. Titik sampel 1
Gambar 5. Titik sampel 2
Gambar 6. Titik sampel 3
Gambar 7. Titik sampel 4
Tahun Kedalaman
(m)
2000 2,5
2005 2,3
2006 2,5
Tahun Kedalaman
(m)
2000 2
2005 2
2006 2
Tahun Kedalaman
(m)
2000 4
2005 4
2006 4
Tahun Kedalaman
(m)
2000 2
2005 1,9
2006 2
Tabel 5. Titik sampel 1
Tabel 6. Titik sampel 2
Tabel 7. Titik sampel 3
Tabel 8. Titik sampel 4
23
Gambar 8. Titik sampel 5
Gambar 9. Titik sampel 6
Gambar 10. Titik sampel 7
Gambar 11. Titik sampel 8
Tahun Kedalaman
(m)
2000 1
2005 1
2006 1
Tahun Kedalaman
(m)
2000 1,8
2005 1,7
2006 1,8
Tahun Kedalaman
(m)
2000 1,5
2005 1,3
2006 1,5
Tahun Kedalaman
(m)
2000 1
2005 1
2006 1
Tabel 9. Titik sampel 5
Tabel 10. Titik sampel 6
Tabel 11. Titik sampel 7
Tabel 12. Titik sampel 8
24
Gambar 12. Titik sampel 9
Gambar 13. Titik sampel 10
Gambar 14. Titik sampel 11
Gambar 15. Titik sampel 12
Tahun Kedalaman
(m)
2000 2
2005 2
2006 2
Tahun Kedalaman
(m)
2000 4
2005 4
2006 5,4
Tahun Kedalaman
(m)
2000 3,5
2005 3,5
2006 4
Tahun Kedalaman
(m)
2000 2
2005 1,8
2006 2
Tabel 13. Titik sampel 9
Tabel 14. Titik sampel 10
Tabel 15. Titik sampel 11
Tabel 16. Titik sampel 12
25
Gambar 16. Titik sampel 13
Gambar 17. Titik sampel 14
Gambar 18. Titik sampel 15
Gambar 19. Titik sampel 16
Tahun Kedalaman
(m)
2000 3,5
2005 3,3
2006 3,8
Tahun Kedalaman
(m)
2000 3,5
2005 3,5
2006 3,5
Tahun Kedalaman
(m)
2000 3
2005 3
2006 3
Tahun Kedalaman
(m)
2000 2
2005 1,9
2006 2
Tabel 17. Titik sampel 13
Tabel 18. Titik sampel 14
Tabel 19. Titik sampel 15
Tabel 20. Titik sampel 16
26
Gambar 20. Titik sampel 17
Gambar 21. Titik sampel 18
Gambar 22. Titik sampel 19
Gambar 23. Titik sampel 20
Tahun Kedalaman
(m)
2000 1,5
2005 1,5
2006 1,5
Tahun Kedalaman
(m)
2000 0,5
2005 0,5
2006 0,5
Tahun Kedalaman
(m)
2000 0,7
2005 0,7
2006 0,7
Tahun Kedalaman
(m)
2000 1
2005 1
2006 1
Tabel 21. Titik sampel 17
Tabel 22. Titik sampel 18
Tabel 23. Titik sampel 19
Tabel 24. Titik sampel 20
27
5.3 Hubungan Antara Perubahan Curah Hujan dengan Perubahan
Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal
Grafik 3. Curah hujan tahun 2000, 2005 dan 2006
Grafik 4. Kedalaman rata-rata muka air tanah dangkal tahun 2000, 2005 dan 2006
Dari 2 buah grafik di atas, terlihat bahwa pada tahun 2000 curah hujan
tahunan sebesar 4133,2 mm/tahun dan kedalaman rata-rata muka air tanah
dangkal adalah 2,15 meter. Pada tahun 2005 curah hujan tahunan naik menjadi
sebesar 4973,5 mm/tahun dan kedalaman rata-rata muka air tanah dangkal
berkurang menjadi 2,095 meter. Pada tahun 2006 curah hujan tahunan turun
28
menjadi sebesar 3773,6 mm/tahun dan kedalaman rata-rata muka air tanah
dangkal bertambah menjadi 2,26 meter.
5.3.1 Analisis Korelasi
X : Kedalaman muka air tanah dangkal (meter)
Y : Curah Hujan Tahunan (mm/tahun)
Tabel 25. Analisis korelasi variabel X dan Y
X Y XY X2 Y2
1 2,15 4133,2 8886,38 4,6225 17083342,2
2 2,095 4973,5 10419,5 4,389025 24735702,3
3 2,26 3773,6 8528,34 5,1076 14240057
Jumlah 6,505 12880,3 27834,2 14,11913 56059101,5
Dari nilai r diatas, diketahui bahwa nilai r menunjukkan (-) minus yang
berarti korelasi antara kedua variabel diatas memiliki korelasi negatif. Namun
hubungan antara kedua variabel ini sangat lemah karena nilainya jauh dari nilai 1
(satu). Hal ini menandakan bahwa hubungan antara perubahan curah hujan dan
perubahan kedalaman muka air tanah dangkal mempunyai hubungan yang
terbalik. Semakin besar kuantitas curah hujan maka kedalaman muka air tanah
dangkal akan semakin berkurang, sebaliknya semakin kecil kuantitas curah hujan
makan kedalaman muka air tanah dangkal akan semakin bertambah.
29
5.4 Pola Persebaran Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal
5.4.1 Pola Persebaran Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal Tahun 2000
Gambar 24. Peta persebaran kedalaman muka air tanah dangkal tahun 2000
Pada peta di atas terlihat bahwa pada tahun 2000, persebaran kedalaman
muka air tanah dangkal pada kedalaman kurang dari 1 meter hanya terdapat di
pesisir Kecamatan Padang Utara. Persebaran kedalaman muka air tanah dangkal
terluas adalah pada kedalaman 2-3 meter yang tersebar hampir di seluruh
Kecamatan Kuranji dan sebagian dari Kecamatan Pauh, Nanggalo dan Padang
Utara. Persebaran kedalaman muka air tanah dangkal pada kedalaman 3-4 meter
hanya tersebar di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Pauh.
30
5.4.2 Pola Persebaran Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal Tahun 2005
Gambar 25. Peta persebaran kedalaman muka air tanah dangkal tahun 2005
Pada peta di atas terlihat bahwa pada tahun 2005, persebaran kedalaman
muka air tanah dangkal pada kedalaman kurang dari 1 meter hanya terdapat di
pesisir Kecamatan Padang Utara. Persebaran kedalaman muka air tanah dangkal
terluas adalah pada kedalaman 2-3 meter yang tersebar hampir di seluruh
Kecamatan Kuranji dan sebagian dari Kecamatan Pauh, Nanggalo dan Padang
Utara. Persebaran kedalaman muka air tanah dangkal pada kedalaman 3-4 meter
hanya tersebar di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Pauh.
31
5.4.3 Pola Persebaran Kedalaman Muka Air Tanah Dangkal Tahun 2006
Gambar 26. Peta persebaran kedalaman muka air tanah dangkal tahun 2006
Pada peta di atas terlihat bahwa pada tahun 2006, persebaran kedalaman
muka air tanah dangkal pada kedalaman kurang dari 1 meter hanya terdapat di
pesisir Kecamatan Padang Utara. Persebaran kedalaman muka air tanah dangkal
terluas adalah pada kedalaman 2-3 meter yang tersebar hampir di seluruh
Kecamatan Kuranji dan sebagian dari Kecamatan Pauh, Nanggalo dan Padang
Utara. Persebaran kedalaman muka air tanah dangkal pada kedalaman 3-4 meter
hanya tersebar di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Pauh. Persebaran kedalaman
muka air tanah dangkal pada kedalaman 4-5 meter dan lebih dari 5 meter hanya
tersebar di Kecamatan Kuranji.
32
BAB VI
KESIMPULAN
1. Terdapat pengaruh antara perubahan curah hujan tahunan dan perubahan
kedalaman muka air tanah dangkal di Kota Padang.
2. Hubungan antara perubahan curah hujan tahunan dan perubahan kedalaman
muka air tanah dangkal di Kota Padang adalah hubungan yang terbalik.
Artinya, semakin besar kuantitas curah hujan maka kedalaman muka air tanah
dangkal akan semakin berkurang, sebaliknya semakin kecil kuantitas curah
hujan makan kedalaman muka air tanah dangkal akan semakin bertambah.
3. Persebaran kedalaman muka air tanah dangkal pada kedalaman kurang dari 1
meter hanya terdapat di wilayah pesisir Kecamatan Padang Utara. Persebaran
kedalaman muka air tanah dangkal terluas adalah pada kedalaman 2-3 meter
yang tersebar hampir di seluruh Kecamatan Kuranji dan sebagian dari
Kecamatan Pauh, Nanggalo dan Padang Utara.
4. Pada tahun 2006 mulai terjadi pertambahan kedalaman muka air tanah dangkal
hingga mencapai lebih dari 5 meter, hal ini hanya terjadi di Kecamatan
Kuranji.
33
DAFTAR PUSTAKA
Lee, Richard. 1986. Hidrologi Hutan. Gadjah Mada University Press.
Surbakti, BM. 1987. Air Minum Sehat. Surakarta. CV Mutiara solo. Solo
Sutrisno, C Totok. 2000. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta :Rineka Cipta.
Suyono. 1993. Pengelolaan Sumber Daya Air. Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers. Jakarta
Padangmedia.com, 2012. Kuranji Kembali Dilanda Krisis Air Bersih. Diakses
tanggal 21 April 2013 pukul 23:00 WIB
http://pustaka.pu.go.id/new/artikel-detail.asp?id=320. Diakses pada tanggal 17
Maret 2013 pukul 22:00 WIB
http://iklim.dirgantara-
lapan.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=79. Diakses
pada tanggal 17 Maret 2013 pukul 22:30 WIB
www.padang.go.id. Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaannya. Diakses tanggal
21 April 2013 pukul 23:00 WIB
www.padang.go.id. Jumlah Penduduk menurut Kelurahan dan Tahun. Diakses
tanggal 21 April 2013 pukul 23:00 WIB
www.padang.go.id. Jumlah Petugas Kesehatan Pada Puskesmas Gunung Sarik.
Diakses tanggal 21 April 2013 pukul 23:00 WIB
www.padang.go.id. Jumlah Petugas Kesehatan Pada Puskesmas Kuranji. Diakses
tanggal 21 April 2013 pukul 23:00 WIB
www.padang.go.id. Jumlah Petugas Kesehatan Pada Puskesmas Ambacang.
Diakses tanggal 21 April 2013 pukul 23:00 WIB