dampak kekhusyu’an shalat fardlu terhadap...
TRANSCRIPT
i
DAMPAK KEKHUSYU’AN SHALAT FARDLU TERHADAP
KETENANGAN JIWA KELUARGA PASIEN RAWAT INAP
RUMAH SAKIT ISLAM MUHAMMADIYAH KENDAL
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)
Disusun Oleh :
SURIYANTI 1104019
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2009
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 5 (lima) eksemplar Hal : Persetujuan Naskah Ujian Skripsi
KepadaYth. Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana mestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudara/i : Nama : Suriyanti NIM : 1104019 Fak. / Jur. : DAWAH/ BPI Judul Skripsi : DAMPAK KEKHUSYU’AN SHALAT FARDLU
TERHADAP KETENANGAN JIWA KELUARGA PASIEN
RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM
MUHAMMADIYAH KENDAL
Dengan ini telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian,
perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 24 Nopember 2009 Pembimbing,
Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi & Tatatulis Dra. Hj. Jauharotul Farida M. Ag Drs. Komarudin M. Ag NIP. 19640304 199101 2001 NIP.19680413 200003 1001 Tanggal : Tanggal :
iii
PENGESAHAN
SKRIPSI DAMPAK KEKHUSYU’AN SHALAT FARDHU TERHADAP
KETENANGAN JIWA KELUARGA PASIEN RAWAT INAP RUMAH
SAKIT ISLAM MUHAMMADIYAH KENDAL
Disusun Oleh :
SURIYANTI
1104019
Telah Dipertahankan Di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 15 Desember 2009
Dan Dinyatakan Lulus Memenuhi Syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua Dewan Penguji Anggota Dewan Penguji
Penguji I
Drs. H. M. Zain Yusuf, MM Dra. Maryatul Qibtiyah__
NIP: 19530909 198203 1003 NIP: 19680113 1994032001
Sekretaris Dewan Penguji Penguji II
Komarudin, M.Ag_ Drs. H. Abu Rahmad, M.A NIP: 19760407 200112 1003 NIP: 19680413 200003 1001 Pembimbing I Pembimbing II Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi & Tatatulis Dra. Hj. Jauharotul Farida M. Ag Drs. Komarudin M. Ag NIP. 19640304 199101 2001 NIP.19680413 200003 1001
iv
MOTTO
اشعنيلى الخة إلا عا لكبريهإنلاة والصر وبوا بالصعينتاسو
Artinya: ”Dan mohonlah pertolongan kepada Allah Swt. dengan sabar dan
shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu’. ( Q.S. Al-Baqarah : 45 ).
v
PERSEMBAHAN
Dalam sebuah perjalanan panjang untuk meraih kesuksesan tentulah tidak semua
jalan akan lurus dan mulus. Ketika sebuah dilema menerjang dan keterpurukanpun
hadir, saat kita harus bangkit untuk menyelesaikan sebuah karya yang mungkin
memang bukanlah suatu karya yang begitu agung akan tetapi berharap menjadi
sebuah karya yang berarti dan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri.
Selayaknyalah aku ucapkan puji syukur kepada Allah SWT dan ku persembahkan
karya ini teruntuk:
Ayah handa Aspuri dan ibunda Suatmi tercinta yang selalu memberikan curahan
kasih sayang, cinta, bahagia, dan semua yang terbaik untuk aku, Engkaulah
jantungku.
Adik-adikku tercinta (komariah dan khasanah), kakak-kakakku, beserta peri-peri
kecilnya dan kakek, nenek, bulek, pak lek, dan sepupuku semua. Kalian adalah
semangatku, tanpa kalian hidupku tak akan lengkap.
vi
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi
yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Desember 2009
Deklator,
SURIYANTI
NIM: 1104019
vii
ABTRAKSI
Kajian pada penelitian ini adalah untuk menguji dampak kekhusyu’an shalat fardhu terhadap ketenangan jiwa keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal. Di dalam penelitian ini menerangkan bahwa kekhusyu’an shalat fardhu mempunyai dampak positif yang signifikan terhadap ketenangan jiwa. Kekhusyu’an shalat fardhu dengan indikator yaitu konsentrasi penuh (ingat) pada Allah Swt. selama shalat, upaya hati dalam memahami makna yang terkandung dalam suatu ucapan (isi bacaan-bacaan shalat), pengagungan dan penghormatan (ta’zhim), rasa takut kepada Allah Swt. (haibah), dan mampu mewujudkan pesan shalat dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan ketenangan jiwa adalah jiwanya tidak berontak (rileks), dapat menerima kenyataan sebagaimana adanya (pasrah), selalu bereaksi positif dalam menghadapi setiap masalah, mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan, masyarakat, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, memahami kelebihan dan kelemahan diri pribadi, maupun menjalani kehidupan sesuai dengan batas-batas kemampuan diri, dan hidup harus sesuai dengan ajaran agama.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “bahwa kekhusyu’an shalat fardhu berdampak positif terhadap ketenangan jiwa keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal”.
Subjek dalam penelitian ini adalah keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal yang berjumlah 34 orang, dengan mengunakan metode purposive sampling, dan data penelitian diperoleh dari teknik wawancara, observasi dan angket yang disebarkan kepada responden.
Dalam pengujian hipotesis penelitian ini mengunakan rumus regresi satu prediktor untuk mendapatkan persamaan garis regresi dan analisis varian. Dan menguji hipotesis penelitian menunjukkan bahwa “dampak kekhusyu’an shalat fardhu terhadap ketenangan jiwa keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal”. Hal ini ditunjukkan oleh persamaan garis regresi Y= 0,447 x + 43,554 dengan Freg = 4,808 yang berarti lebih besar dari taraf signifikan 5% = 0,339.
Dengan demikian uji hipotesis ini menerima hipotesis yang diajukan yaitu “kekhusyu’an shalat fardhu berdampak positif terhadap ketenangan jiwa keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal”.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal maupun pihak Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal supaya meningkatkan dan melaksanakan shalat dengan khusyu’ sebagai upaya untuk bisa menerima musibah dengan sabar dan hati tenang.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna
memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
Seamarang.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keIslaman,, sehingga dapat menjadi
bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat.
Suatu kebahagian tersendiri, jika suatu tugas dapat terselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi merupakan penyusunan tugas
yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam
proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis
sendriri. Kalaupun ada akhirnya karya ini dapat terselesaikan tentulah karena
beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Untuk itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuannya, utamanya kepada yang terhormat:
1. Bpk. Prof. Dr. H. Abdul Jamil, MA, selaku Rektor IAIN Walisongo
Semarang.
2. Bpak. H. M. Zain Yusuf, MM, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang.
3. Bpk. Komarudin, M.Ag, dan Ibu Dra. Hj. Jauharotul Farida, M.Ag, selaku
pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan
pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini.
ix
4. Bpk Drs. Sholihan, M.Ag, selaku Dosen wali yang telah mengarahkan
dan membimbing selama masa studi.
5. Para Dosen Pengajar dan staff karyawan di lingkungan Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo Semarang.
6. Bpk. KH. Zainal Asyikin (Alm), dan Ibu Hj. Muthohiroh beserta keluarga
yang senantiasa membimbing dan mendo’akan terhadap keberhasilan
penulis.
7. Bpk K.H. Abdul Kholiq dan Ibu. Hj. Arofah serta Bpk. K.H. Mustaghfirin
dan Ibu Hj. Muniroh, beserta keluarga yang senantiasa memberikan
motivasi dan memdo’akan penulis selama studi.
8. Ayahanda dan Ibunda tercinta, terimakasih atas dukungannya baik
material maupun immaterial.
9. Teman-temanku (Rika, Lili’, Lia, Risma dan yang lainnya) yang selalu
memberikan motivasi serta teman-teman senasib seperjuangan di Pondok
Pesantren Roudhotul Tolibin yang selalu menemani dalam suka maupun
duka.
10. Sahabat-sahabatku (Hanik, Zulfa, Ifa, V_3), tanpa kalian mungkin saya
tidak sekuat sekarang.
11. Sahabat-sahabat dan seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka selain iringan do’a
yang tulus dan ikhlas semoga amal baik mereka diterima dan mendapat balasan
yang lebih baik dari Allah SWT.
Tidak lupa saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapka dari
pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Amin.
Semarang, Desember 2009
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA MOTTO ............................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... vi
ABSTRAKSI ................................................................................................... vii
HALAMAN PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 10
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ........................................................ 10
1.4 Tinjauan Pustaka .............................................................................. 11
1.5 Sistematika Penulisan ....................................................................... 14
BAB II KEKHUSYU’AN SHALAT FARDHU DAN KETENANAGAN JIWA
2.1 Kekhusyu’an Shalat Fardhu .............................................................. 16
2.1.1 Pengertian kekhusyu’an shalat fardhu .................................. 16
2.1.2 Dasar-dasar menjalankan shalat dengan khusyu’ ................. 21
2.1.3 Cara-cara menggapai shalat dengan khusyu’........................ 23
2.1.4 Manfaat shalat khusyu’ menurut para ulama’....................... 26
2.2 Ketenangan jiwa ............................................................................... 28
2.2.1 Pengertian ketenangan jiwa................................................... 28
xi
2.2.2 Karakteristik ketenangan jiwa............................................... 30
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketenangan jiwa............. 33
2.2.4 Prinsip-prinsip ketenangan jiwa............................................ 33
2.3 Hikmah Kekhusyu’an Shalat Fardhu bagi Ketenangan Jiwa ........... 36
2.4 Hipotesis penelitian........................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode penelitian......................................................................... 40
3.1.1 Jenis dan Metode Penelitian............................................... 40
3.1.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.1.3 Definisi Konseptual dan Operasional................................. 40
3.1.4 Sumber dan Jenis Data ....................................................... 45
3.1.5 Populasi dan Sampel .......................................................... 46
3.1.6 Teknik Pengumpulan Data................................................. 47
3.1.7 Teknik Analisis Data.......................................................... 51
BAB IV GAMBARAN UMUM KELUARGA PASIEN RAWAT INAP RUMAH
SAKIT ISLAM MUHAMMADIYAH KENDAL
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal
4.1.1 Tinjauan sejarah .............................................................. 56
4.1.2 Visi dan misi Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal 58
4.1.3 Sarana fisik...................................................................... 59
4.1.4 Tujuan dan kebijakan Rumah Sakit Islam Muhammadiyah
Kendal ............................................................................. 60
4.1.5 Fasilitas pelayanan kesehatan ......................................... 62
4.1.6 Jenis Pelayanan…………………………………………
4.2 Kondisi keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit Islam
Muhammadiyah Kendal .............................................................. 65
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi data................................................................................ 68
5.2 Pengujian hipotesis ....................................................................... 71
5.3 Pembahasan................................................................................... 78
xii
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 82
6.2 Saran-saran..................................................................................... 82
6.3 Penutup........................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Blue Print Skala Kekhusyu’an Shalat Fardhu
Tabel 2. Blue Print Skala Ketenangan Jiwa
Tabel 3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kekhusyu’an Shalat Fardhu dan
Ketenangan Jiwa
Tabel 4. Data Hasil Angket Tentang Kekhusyu’an Shalat Fardhu
Tabel 5. Data Hasil Angket Tentang Ketenangan Jiwa
Tabel 6. Tabel Kerja Analisis Regresi
Tabel 7. Hasil Model Summary
Tabel 8. Hasil Coefficients
Tabel 9. Analisis Regresi Satu Prediktor
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Saat ini Bangsa Indonesia sedang menuju proses mewujudkan suatu
masyarakat modern yang adil, makmur dan beradab. Proses modernisasi,
yang didukung oleh industrialisasi, dalam banyak hal telah menciptakan
perubahan luar biasa pola pikir dan cara hidup individu dan masyarakat yang
ada. Perubahan tersebut juga telah berimbang kepada perubahan pola
pemahaman masyarakat terhadap nilai moral, etika, budaya, dan tradisi-
tradisi yang ada. Modernisasi tersebut telah mengantarkan cara berfikir yang
bersifat Rasional, dalam menyikapi berbagai hal, serta mulai meninggalkan
nilai-nilai tradisi yang dianggap tidak masuk akal.
Sementara persoalan hidup semakin kompleks dan beragam, baik
berasal dari dalam diri seseorang maupun dari luar. Kesiapan dan
ketangguhan fisik, moral, intelektual, dan emosi sangat diperlukan agar
seseorang bahagia dunia dan akhirat sebagai hamba Allah Swt. Manusia
muslim dituntut berusaha sekuat tenaga untuk mengatasi hidup,
mempersiapkan jiwa yang sehat dalam menyelesaikan persoalannya, ia
harus kuat imannya, tegar pula sikap dan tingkah lakunya supaya berhasil
membawa tugas sebagai khalifah yang melekat pada dirinya secara utuh
dimuka bumi ini. Dalam menghadapi persoalan hidup tersebut manusia
cenderung lebih mudah putus asa, karena gangguan atau kegagalan dalam
1
2
mencapai tujuan itu bisa menyebabkan gangguan jiwa atau frustasi, maka
dari itu ia membutuhkan pegangan atau petunjuk untuk kembali keposisi
yang benar. Pasien adalah orang sakit yang dirawat oleh dokter (Burhani, tt:
498). Pasien dan keluarga di rumah sakit adalah orang yang sama-sama
menghadapi masalah. Perbedaannya, pasien menghadapi rasa sakit antara
lain karena: penyakit yang sedang dideritanya, terutama apabila prognosen-
nya tidak jelas, apakah akan berkelanjutan lama, atau apakah dalam waktu
singkat akan berakhir kematian, selama di dalam perawatan di rumah sakit,
dia terpaksa harus melepaskan tugas pekerjaan dan tanggung jawabnya.
Kalau tugas pekerjaan masih banyak yang belum terselesaikan pasti itu akan
mengganggu ketenangan dirinya dan memperberat mentalnya, apabila dalam
perawatan terpaksa harus dilakukan aturan pantang makan tertentu, aturan
perawatan khusus, tindakan pengobatan khusus, yang kesemua itu belum
tentu difahami maksud tujuannya, pastilah akan memperberat beban mental,
apabila anggota keluarga yang sakit itu mengidap penyakit yang perlu
tindakan pembedahan, pastilah keputusan pembedahan itu akan diterimanya
dengan rasa berat terutama apabila akibat pembedahan itu akan
mengakibatkan cacat tetap, keluarganya pasti akan menderita suatu
kegoncangan mental dan jiwanya yang cukup berat, apabila keluarga yang
ditunggunya itu sedang dalam perjalanan “sakaratul maut’ (masa kritis).
Keadaan itu akan melegakan apabila sakaratul maut itu berjalan dengan
tenang, cepat, dan berakhir “khusnul khotimah” (Pratiknya, 1986: 259).
Semua peristiwa tersebut di atas akan membawa kegoncangan psikologi,
3
baik pada pasien maupun keluarganya, dan manifestasinya akan bervariasi
dari yang ringan sampai yang berat tergantung pada temperamen orang yang
sedang mengalami musibah.
Sementara keluarga berhadapan dengan berbagai keresahan yang
disebabkan oleh keluarganya yang sakit. Masalah bisa sangat beragam, bisa
karena kekhawatiran terhadap yang sakit, memikirkan biaya, berpikir
keluarganya yang di rumah, pekerjaan dan juga berpikir kesibukan menjaga
keluarganya yang sakit. Hal tersebut membuat keluarga menjadi tidak
tenang jiwanya dan secara psikologis keluarga mengalami kegoncangan jiwa
(stress) karena memikirkan keluarganya yang sedang sakit, meluangkan
waktu untuk menungguinya, memikirkan biaya rumah sakit, dan pekerjaan.
sehingga baik pasien maupun keluarganya dilihat dari sisi ini sama-sama
telah berjuang menghadapi cobaan berat. Dalam situasi demikian mereka
butuh sandaran yang mampu meneguhkan kesabaran mereka, sehingga yang
sakit cepat sembuh dan keluarga tenang. Dan tidak sebaliknya pasien tidak
kunjung sembuh, sementara keluarganya justru ikut sakit.
Semua orang yang hidup di dunia ini sudah dapat dipastikan ingin
menikmati hidupnya dengan ketenangan dan kebahagiaan, khususnya
keluarga pasien yang sedang menghadapi musibah dan semua orang akan
berusaha mencarinya meskipun tidak semuanya dapat mencapai apa yang
diinginkannya itu. Bermacam-macam sebab dan rintangan yang mungkin
terjadi sehingga banyak orang mengalami kegelisahan dan ketidakpuasan.
(Daradjat, 1990: 15).
4
Al-Qur’an membekali manusia beberapa cara untuk mengatasi
gangguan penyakit kejiwaan, kegoncangan mental dan jiwa. Al-Qur’an
mengajarkan kita beberapa cara untuk mencapai ketenangan dalam hidup,
antara lain dengan ibadah shalat. Shalat adalah sebuah kunci, kunci yang
difirmankan Allah Swt kepada umat Islam untuk dijadikan pegangan dalam
menjawab berbagai masalah. Shalat adalah jalan bagi manusia untuk
menemukan berbagai macam solusi. Hal inilah yang menjadi solusi dan
sandaran utama yang penting baik untuk pasien dan keluarganya untuk
tawakkal (pasrah, sabar) menghadapi ujian yang tengah menimpanya. Para
rohaniawan itu harus membimbing sesuai dengan situasi dan kondisi
psikologis. Di samping itu, rohaniawan juga harus membantu dalam
memberikan bimbingan agama kepada pasien dan keluarganya, membantu
pasien dan keluarga untuk melakukan ibadah dengan memperingatkan waktu
sembahyang, mengigatkan kesabaran terhadap cobaan Allah Swt, banyak
bertaubat dan berzikir untuk lebih dekat dengan Allah Swt (Daradjat, 2002:
75).
Shalat memiliki pengaruh yang efektif untuk mengobati rasa sedih
dan gundah yang menghimpit manusia. Ketika manusia menjalankan ibadah
shalat dengan penuh khusyu’ dan ikhlas serta membebaskan dirinya dari
segala urusan duniawi, maka jiwanya akan merasa damai dan tenang serta
terhindar dari segala himpitan dan problematika hidup. Dalam hal ini Allah
Swt memerintahkan untuk menjalankan ibadah shalat untuk mengingat-Nya
ketika dihadapkan berbagai macam problematika hidup dan dalam keadaan
5
bagaimanapun juga hendaknya ketenangan jiwa tetap dijaga karena Allah
menjanjikan pahala surga. Allah SWT. Berfirman:
Artinya: Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan
shalat. Dan shalat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-
orang yang khusyu’. (QS. Al-Baqarah: 45) (Depag, 2002:
8).
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(QS. Ar-Ra’d: 28) (Depag, 2002: 253).
Artinya: Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah
6
ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke
dalam syurga-Ku. (QS. Al-Fajr: 27-30) (Depag, 2002: 595).
Hubungan manusia dengan Tuhannya ketika tengah menjalankan
ibadah shalat dapat meningkatkan kekuatan spiritual yang memiliki
pengaruh besar dalam menciptakan perubahan raga dan jiwa manusia.
Kekuatan spiritual itu dapat menghilangkan perasaan terhimpit dan perasaan
tak berdaya, bahkan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit yang
menimpa manusia.
Kekuatan spiritual yang terkandung dalam ibadah shalat juga dapat
berpengaruh pada kejiwaan seseorang manusia. Kekuatan tersebut dapat
membangkitkan harapan, menguatkan keinginan, meninggikan cita-cita,
melahirkan kemampuan yang kadang di luar batas kemampuan manusia,
tetapi peristiwanya tetap bisa ditangkap oleh orang yang mengalaminya,
kekuatan itu pun memberi rasa tanggungjawab dalam mengemban tugas dan
tujuan manusia dalam kehidupan di dunia dengan baik (Nashori, 2006: 44).
Menurut Daradjat (1982: 16) bahwa manusia yang tenang jiwanya
adalah manusia yang dapat merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Ia
menyadari bahwa dirinya berguna, berharga dan mampu menggunakan
potensi dan bakat yang membuat dirinya dan orang lain bahagia. Dengan
kata lain orang yang tenang jiwanya tidak akan ambisi memberi kecintaan
dunia yang akhirnya melupakan tempat ia akan dikembalikan, merasa
sombong, tinggi hati dan bersifat apatis, ia selalu menghargai orang lain,
7
percaya diri dan segala perbuatannya mengarah kepada kebaikan diri dan
orang lain, ilmu yang dimiliki senantiasa diamalkan baik bagi dirinya
maupun orang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi:
Artinya: Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari
kamu, dan tidak pula bergembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang sombong dan membanggakan diri.
(QS. Al-Hadid: 23) (Depag, 2002: 541).
Namun sampai saat ini, shalat yang sudah dilakukan sepertinya tidak
mampu memberikan efek apapun terhadap diri. Karena shalat itu belum
mampu mencapai kualitas shalat yang sebenarnya. Kualitas shalat di sini
adalah khusyu’. Khusyu’ itulah yang akan diperhatikan pertama kali dari
umat ini. Ketidak khusyu’an seseorang adalah disebabkan karena ia tidak
mau berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah Rasul (Abdu, 2006: 5).
Shalat adalah satu nama yang menunjukkan adanya ikatan yang kuat
antara hamba dengan Tuhannya. Dalam shalat, hamba seolah-olah berada
dihadapan Tuhannya dan dengan penuh kekhusyu’annya memohon banyak
hal kepada-Nya. Perasaan ini akhirnya bisa menimbulkan adanya kejernihan
spiritualitas, ketenangan hati, dan keamanan diri dikala ia mengerahkan
8
semua emosi dan anggota tubuhnya mengarah kepada-Nya dengan
meninggalkan semua kesibukan dunia dan permasalahan. Pada saat shalatlah
ia bisa sepenuhnya memikirkan Tuhannya tanpa ada interupsi dari siapapun
hingga pada saat itulah ia merasakan ketenangan dan akalnya pun seolah
menemukan waktu rehatnya (Musfir bin Said Az-Zahrani, 2005: 481).
Menurut Arif Wibisono Adi (dalam Musbikin, 2007: 159), shalat
juga akan mampu mempengaruhi pada seluruh sistem yang ada dalam tubuh
kita, seperti syaraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan, otot-otot,
kelenjar, reproduksi dan lain-lain, serta mengutip pendapat Zuroff, tentang
hasil penelitiannya pengaruh trancedental meditation, bahwa meditasi bisa
mengurangi kecemasan. Apabila dikaitkan dengan shalat yang harus
dilakukan secara khusyu’ oleh setiap orang yang menjalankannya, maka
shalat dapat mengurangi kecemasan. (Sholeh & Musbikin, 2005: 242).
Sebagaimana halnya meditasi tersebut, shalat mempunyai pengaruh
positif baik secara fisik maupun psikologis (psikis). Secara psikologis, bila
meditasi bisa mengurangi kecemasan, maka shalat yang dilakukan dengan
khusyu’ (konsentrasi) dan ikhlas pun, juga dapat mengurangi kecemasan
bagi para pelakunya dan mendatangkan ketenangan dan shalat juga akan
mempengaruhi seluruh sistem yang ada dalam tubuh seperti syaraf,
peredaran darah, pernafasan, pencernaan, otot-otot, kelenjar, reproduksi dan
lain-lain (Musbikin, 2007: 159).
Menurut Al-Dzahabi (dalam Musbikin, 2007: 84), shalat bisa
menyembuhkan penyakit jantung, perut dan usus”. Ada tiga alasan
9
mengenai hal ini. Pertama, shalat merupakan bentuk ibadah yang
diperintahkan oleh Allah Swt. Kedua, shalat memiliki manfaat psikologis
karena bisa mengalihkan perhatian pikiran dari rasa sakit dengan jalan
memperkuat tenaga pengusir rasa sakit. Ketiga, relaksasi dan konsentrasi
pikiran. Rudiansyah juga menyebutkan bahwa orang yang melaksanakan
shalat khusyu’ membuat seseorang benar-benar pasrah kepada Allah, bisa
menjadi terapi atau penyembuh, penawar bahkan obat bagi beberapa
penyakit, seperti menurunkan tekanan darah tinggi (http://mralbanjari.blog.
friendster.com/2008).
Dengan penggambaran di atas, maka shalat khusyu’ sangat berperan
besar dalam menekan segala bentuk depresi yang timbul dari tekanan dan
permasalahan hidup keseharian, dalam menekan kekhawatiran dan
goncangan kejiwaan yang sering dialami banyak manusia.
Dengan demikian untuk dapat mencapai kebahagiaan dan ketenang-
an hidup serta ketenangan jiwa, seseorang perlu membentengi diri dengan
mental yang sehat dan metode yang tepat untuk mendapatkan ketenangan
jiwa, agar terhindar dari bermacam-macam gangguan dan penyakit kejiwaan
yang salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan shalat.
Shalat merupakan suatu yang penting dalam kehidupan manusia
khususnya bagi mereka yang telah mengalami kegelisahan dan kehampaan
hidupnya yang akan menjadikan manusia terbebas dari pengaruh
kegelisahan dalam hidup serta dapat menemukan kembali makna dan tujuan
10
hidupnya di dunia ini yang penuh dengan berbagai masalah dan kejadian di
luar dugaan dan rencana manusia.
Fenomena tersebut bisa dilihat di rumah sakit yang berpredikat Islam
dan non Islam. Salah satunya bisa dilihat di Rumah Sakit Islam
Muhammadiyah Kendal. Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal
merupakan rumah sakit berpredikat Islam, sehingga perawatan dan
pengobatan dikerjakan dengan berpedoman tuntunan Islam. Hal ini sesuai
dengan kehidupan masyarakat Kendal yang agamis, rumah sakit ini tidak
memandang status sosial artinya tidak ada perbedaan dalam pemberian
layanan antara pasien yang menggunakan kartu Jaminan Penunjang Sosial
(JPS) dan pasien umum, sedangkan dari pelayanan non medis seperti
pemberian layanan rohani bagi pasien dan keluarga pasien, sehingga mereka
tidak melupakan kewajibannya, tetap menjalankan ibadah shalat
dilingkungan rumah sakit. Dari latar belakang masalah di atas, penulis
tertarik untuk membahas judul Dampak Kekhusyu’an Shalat Fardhu
Terhadap Ketenangan Jiwa Keluarga Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Islam
Muhammadiyah Kendal.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah di uraikan tadi maka permasalahan
yang akan diteliti adalah sebagai berikut: adakah dampak positif
kekhusyu’an shalat fardhu terhadap ketenangan jiwa keluarga pasien rawat
inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal.
11
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah dampak
positif kekhusyu’an shalat fardhu terhadap ketenangan jiwa keluarga
pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal.
1.3.2. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Menambah khasanah keilmuan di bidang Bimbingan dan
Konseling Islam dan Dakwah di Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Manfaat praktis
a) Memberi sumbangan pemikiran kepada kemajuan Rumah Sakit
Islam Muhammadiyah Kendal dalam memberikan arahan pada
masyarakat untuk lebih meningkatkan ketaatan ibadah shalat
karena, ketika manusia menjalankan ibadah shalat dengan
penuh khusyu’ dan ikhlas serta membebaskan dirinya dari
segala urusan duniawi, maka jiwanya akan merasa damai dan
tenang serta terhindar dari segala himpitan dan problmatika
hidup.
b) Memberi masukan kepada Rohaniawan Rumah Sakit Islam
Muhammadiyah Kendal dalam pelaksanaan bimbingan
kerohanian.
12
c) Menambah wawasan tentang hal-hal yang dapat membantu
kekhusyu’an shalat fardhu dan ketenangan jiwa keluarga
pasien, bagi peneliti khususnya dan mahasiswa Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang pada umumnya.
1.4. Tinjauan Pustaka
Berangkat dari latar belakang dan pokok permasalahan, maka kajian
ini akan memusatkan penelitian tentang dampak kekhusyu’an shalat fardhu
terhadap ketenangan jiwa keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit Islam
Muhammadiyah Kendal. Untuk menghindari kesamaan antara penelitian ini
dengan penelitian terdahulu, penulis memberikan gambaran beberapa karya
atau penelitian yang ada relevansinya. Pertama adalah penelitian yang ada
relevansinya dengan kekhusyu’an shalat fardlu dan ketenangan jiwa. Hal ini
dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh:
Pertama, Siti Yulaikah (2003) dalam skripsi yang berjudul “Efek
Terapeutik Shalat Bagi Kesehatan Mental (Study Kasus Di LP Kedungpane
Semarang)”. Di mana penelitian ini menekankan pada manfaat atau efek
shalat sebagai psikoterapi terhadap gangguan jiwa atau mental seseorang.
Karena keadaan yang tentram dan jiwa yang tenang yang dihasilkan oleh
shalat berdampak terapeutik yang penting dalam meredakan ketegangan
yang timbul akibat berbagai masalah.
Kedua, Abdul Razaq (2005) dalam skripsinya yang berjudul shalat
dan relaksasi terhadap stres: Telaah Pemikiran Al-Ghazali tentang shalat
13
dalam Asraus al-shalat Wa Muhimmatuha meneliti pemikiran Al-Ghazali
tentang shalat dan pemahaman, juga menghubungkan keduanya dengan
beberapa teori-teorinya kemudian diterapkan dalam pelaksanaannya
sehingga pemikiran ini dapat bermanfaat bagi bimbingan dan konseling
dalam menanggulangi terhadap stres.
Ketiga, buku “Rahasia Shalat Bagi Penyembuhan Fisik dan Psikis”
editor Imam Musbikin yang berisi tentang rahasia shalat bagi penyembuhan
fisik dan psikis. Di dalam shalat harus dilandasi dengan hati yang ikhlas dan
khusyu’. Dengan shalat yang ikhlas lagi khusyu’, Insya Allah akan mampu
mendatangkan pikiran yang optimis dan jiwa yang tenang. Dengan shalat
yang ikhlas dan khusyu’, orang akan ingat kepada Allah dengan sepenuh
hati. Dengan ingat (Dzikir) kepada Allah, mereka akan memperoleh pikiran
yang tenang dan hati yang damai. Pikiran yang tenang dan hati yang damai
ini, membawa pengaruh yang positif bagi fisik. Sehingga kesehatan
seseorang akan menjadi normal.
Keempat, buku “Shalat sebagai Terapi Psikologi“ editor
Muhammad Bahnasi yang berisi tentang shalat mengandung unsur kebiasaan
(habbit) dan ibadah. Dikatakan kebiasaan, karena ia merupakan perbuatan
yang diulang-ulang dan secara tekun dilakukan setiap hari. Sedangkan
disebut ibadah, karena ia merupakan hubungan suci antara mahluk dan
Khalik-Nya. Orang yang menjadikan shalat sebagai sebagian dari hidupnya,
niscaya hidupnya akan penuh dengan limpahan berkah. Di sini ada kaitan
antara shalat dan kebiasaan. Keberhasilan seseorang dalam memperoleh
14
kebiasaan shalat akan mengantarkan dirinya untuk memperoleh berbagai
kebiasaan positif yang lain. Ketika shalat, ada gerakan berdiri yang benar
pada saat sedang berdiri, duduk yang benar, ruku’ yang benar, sujud yang
benar, berkonsentrasi dalam shalat, mengontrol diri, percaya diri, tidak
gelisah, dan berbagai kebiasaan lain. Dengan ini kebiasaan shalat
memberikan kita kemampuan, kecepatan, kecermatan, dan ketekunan dalam
melaksanakan sesuatu.
1.5. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dan pengertian tentang isi skripsi
ini, maka penulisan skripsi ini disusun dalam rangkaian bab per bab yang
menjadi kesatuan yang terpisahkan dari masing-masing bab ini, yang dibagi
lagi menjadi sub-bab.
Sebelum masuk pada bab pertama dan bab berikutnya, maka
penulisan skripsi ini diawali dengan: halaman judul, halaman nota
pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman kata pengantar,
dan daftar isi. Selanjutnya diikuti oleh bab pertama.
Bab I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, kajian pustaka,
dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II : Landasan teoritik. Pada bab ini dibagi menjadi tiga sub-bab. Sub-
bab pertama menjelaskan tentang khusyu’, dengan memfokuskan
pembahasan tentang pengertian shalat khusyu’, dasar-dasar
15
menjalankan shalat khusyu’, cara-cara menggapai shalat dengan
khusyu’ manfaat shalat khusyu’ menurut para ulama. Sub bab
kedua menjelaskan tentang ketenangan jiwa, dengan
memfokuskan penjelasannya tentang pengertian ketenangan jiwa,
karakteristik ketenangan jiwa, faktor-faktor yang mempengaruhi
ketenangan jiwa dan prinsip-prinsip ketenangan jiwa. Sub bab
ketiga menjelaskan tentang hikmah kekhusyu’an shalat fardhu
bagi ketenangan jiwa dan hipotesis.
Bab III : Berisi metode penelitian, yang mencakup tentang jenis dan
metode penelitian, waktu dan tempat penelitian, definisi
konseptual dan operasional, sumber dan jenis data, populasi dan
sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data.
Bab IV : Berisi gambaran umum Rumah Sakit Islam Muhammadiyah
Kendal yang meliputi tinjauan historis, letak geografis, sarana
dan prasarana di Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal,
serta Kondisi Keluarga Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Islam
Muhammadiyah Kendal.
Bab V : Pada bab ini dibagi menjadi tiga sub-bab. Sub-bab pertama
mendeskripsikan hasil penelitian, meliputi data hasil angket
kekhusyu’an shalat fardhu dan data hasil angket ketenangan jiwa.
Sub-bab kedua menjelaskan tentang pengujian hipotesis dengan
analisis regresi satu prediktor, uji hipotesis, uji signifikansi,
16
persamaan garis regresi dan uji varians. Sub bab ketiga adalah
pembahasan hasil penelitian.
Bab VI : Bab penutup yang meliputi: kesimpulan, saran-saran, dan
penutup.
17
BAB II
KEKHUSYU’AN SHALAT FARDHU DAN KETENANGAN JIWA
2.1. Kekhusyu’an Shalat Fardhu
2.1.1. Pengertian kekhuyu’an Shalat Fradhu
Khusyu’ dalam arti etimologis bermakna diam dan tunduk
(Shahab, 2002: 208), penuh penyerahan dan kebulatan hati, rendah
diri, dan tenang (Salim bin Idul Hilal, 2008: 17). Sedangkan Khusyu’
menurut istilah syara’ (terminologis) adalah keadaan jiwa yang
tenang dan tawadhu’, yang kemudian pengaruh khusyu’ di hati tadi
akan menjadi tampak pada anggota tubuh lainnya (Abdu, 2006: 19).
Dalam istilah agama Islam terdapat beberapa definisi yang
dikemukakan oleh ulama. Diantaranya ada yang mengatakan bahwa
khusyu’ ialah merasakan bahwa diri berada dihadapan Allah SWT.
Al-Hasan al-Basri (Madinah, 642 dan Basra, 728), adalah ahli
hadits fiqih pada periode tabi’in, mengatakan bahwa khusyu’ ialah
perasaan takut yang senantiasa ada di dalam hati. Al-Junaid al-
Bagdadi (W. 298 H/ 910 M), mengatakan bahwa khusyu’ adalah
perasaan tunduk yang timbul di dalam hati terhadap Allah Swt. yang
mengetahui yang gaib. Imam al-Ghazali, ahli fiqih Mazhab Syafi’i,
mencoba menyimpulkan dari pendapat yang berkembang pada
masanya. Menurut al-Ghazali, khusyu’ meliputi enam hal, yaitu
kehadiran hati (Hudhurul qalb), mengerti antara yang dibaca dan
16
18
yang diperbuat (tafahhum), mengagungkan Allah Swt. (ta’zhim),
merasa gentar terhadap Allah Swt (haibah), merasa penuh harap
kepada Allah Swt (raja’), dan merasa malu terhadapnya (haya’) (Al-
Ghazali, 2006: 62-63). Semua itu menyatu dalam rangka
melaksanakan shalat. Sa’id bin Jubair (624-692), tokoh fiqih,
mengatakan bahwa khusyu’ adalah terpusatnya pikiran terhadap
shalat yang sedang dilaksanakan hingga tidak diketahui siapa orang
di sebelah kanan dan di sebelah kiri (Dahlan, 1996: 938). Al-Qur’an
surah al-baqarah (2) ayat 45-46, menyebutkan orang yang khusyu’
dengan al- khasyi’in. Adapun arti ayat tersebut adalah “jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolong-mu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, bagi kecuali orang-orang yang khusyu’,
yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui
Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
Khusyu’ merupakan kondisi mental dalam bentuk pemusatan
pikiran dan perhatian kepada Allah Swt. ketika melakukan shalat.
Kondisi demikian mempengaruhi kondisi jasmani. Pengaruh kondisi
mental yang demikian tercermin dari beberapa cerita tentang
kekhusyu’an orang-orang shaleh pada zaman dahulu ketika
melaksanakan shalat. Diceritakan oleh Imam al-Ghazali, bahwa
Muslim bin Yasar suatu kali melakukan shalat di Masjid Jami Basra.
Ketika ia sedang khusyu’ melakukan shalat, salah satu sudut Masjid
tiba-tiba runtuh sehingga orang banyak berkrumunan. Tetapi Muslim
19
tidak mengetahui hal itu sama sekali sampai ia selesai melakukan
shalat. Diceritakan pula ketika Ali bin Abi Thalib terkena anak
panah, ia meminta agar anak panah tersebut dicabut ketika ia sedang
shalat agar ia tidak merasakan sakit (Al-Ghazali, 1989: 42).
Di samping itu, kekhusyu’an hati juga dipengaruhi oleh
kondisi jasmani. Jasmani yang segar dan bersih akan memberikan
pengaruh pada kekhusyu’an hati dan kondisi jasmani saling
mempengaruhi yang berlangsung sebagai berikut:
1) Ucapan yang dibaca oleh bibir diartikan oleh pikiran dan dihayati
oleh hati.
2) Perbuatan yang dilakukan oleh anggota badan dalam meng-
hormati dan mengagungkan Allah Swt. merendahkan hati
kepada-Nya, khidmat, dan memuliakan-Nya diartikan oleh
pikiran dan dihayati oleh hati.
3) Penghayatan hati terhadap segala ucapan dan sikap perbuatan
tadi menimbulkan kekhusyu’an .
4) Setelah khusyu’ terwujud, ia mempengaruhi anggota tubuh,
sehingga gerak dan sikap jasmani serasi dengan yang dibaca dan
yang dihayati (Dahlan, 1996: 939).
Ibadah secara lughawi berarti mematuhi, tunduk dan berdoa.
Sedangkan secara istilah ibadah ialah kepatuhan atau ketundukan
kepada Dzat yang memiliki puncak keagungan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan (perbuatan dan
20
perkataan) yang dilakukan oleh setiap mukmin atau muslim dengan
tujuan untuk mencari keridhaan Allah (Nasution, 1993: 385). Shalat
fardhu ialah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadah, dalam
bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang
telah ditentukan syara’ (Rifa’i, 2004: 32).
Apabila shalat dilaksanakan sesuai dengan tuntunan yang
diberikan Nabi saw. urgensi shalat akan dapat dirasakan baik dari
aspek rohani dan jasmani. Shalat dilakukan dan dipenuhi syarat dan
rukunnya serta dilakukan dengan hati yang khusyu’, pikiran yang
terpusatkan, bacaan yang dimengerti esensinya, dan gerak anggota
badan yang mencerminkan ketenangan (Faqih & Mu’alim, 1998:
37).
Hati yang khusyu’ dalam mengerjakan shalat yaitu dapat
menghayati apa yang dilakukan dalam shalat, merasakan isi bacaan,
hati benar-benar hadir dan merasa sedang menghadap Allah Swt. dan
anggota badan tenang, tidak mengadakan gerak-gerakan di luar
tuntunan shalat serta melakukan gerakan-gerakan yang dituntunkan
dengan sempurna (Faqih & Mu’alim, 1998: 37).
Menurut Ahmad musthafa Al-Maraghi dan Muhammad
Rasyid Ridha, khusyu’ adalah merendahkan diri, takut, tetap dan
tenang anggota badan dan hati semata untuk Allah Swt. Sebagian
ulama menyebutkan indikator khusyu’ itu ada tiga yaitu paham
21
terhadap isi bacaan shalat, konsentrasi penuh (ingat) pada Allah
SWT selama shalat, dan mampu mewujudkan pesan shalat dalam
kehidupan sehari-hari (Irmim & Soeharyo, 2005: 3).
Menurut Sangkan (2006: 23), khusyu’ adalah orang yang
mempunyai kesadaran ruhani bahwa dirinya sedang bertemu dengan
Tuhannya dan perasaan khusyu’ harus memiliki kesadaran dan
kepercayaan, bahwa sebenarnya di saat shalat manusia itu sedang
berhadapan dengan Allah, sedang berkata-kata dengan Allah SWT.
Berdirinya manusia dengan khusyu’ dan tunduk ini akan
membekalinya dengan suatu tenaga rohani yan menimbulkan dalam
diri suatu perasaan yang tenang, jiwa yang damai dan kalbu yang
tentram. Dari dampak positif inilah merupakan modal terapi yang
sangat urgen dalam membentuk manusia yang sehat serta menolong
manusia dari keadaan yang sedang kalau jiwanya, akibat
penderitaan-nya. Dr. ‘Ustman Najati menyatakan:
Keadaan yang tentram dan jiwa tenang yang dihasilkan oleh
shalat mempunyai dampak terapeutik yang penting dalam meredakan
ketegangan saraf, yang timbul akibat berbagai tekanan kehidupan
sehari-hari dan menurunkan kegelisahan yang diderita oleh sebagian
orang (‘Ustman Najati, 1985: 308).
Keadaan tenang dapat dilakukan dengan shalat fardhu, shalat
ini membekali seseorang dalam sistem latihan terbaik dan belajar
untuk bersikap tenang. Pada umumnya seseorang yang telah mem-
pelajari sikap dan keadaan yang tenang, bisa melepaskan diri dari
22
keteganggan saraf yang ditimbulkan oleh berbagai persoalan dan
problem kehidupan.
Shalat merupakan perlindungan dari berbagai penyakit yang
bisa menyerang tubuh. Shalat juga adalah obat untuk berbagai
penyakit. Dr.Suwaidan, berpendapat bahwa “Shalat dipercaya
sebagai cara perlindungan paling efektif dari berbagai penyakit
pencernaan dan penyakit kronis lainnya, sebagaimana ia juga
merupakan metode paling baik untuk menjaga kesehatan” (Bahnasi,
2007: 121).
Menurut Dr. Moh. Sholeh, shalat yang dijalankan dengan
khusyu’ dan thuma’ninah, insya Allah akan membawa ketenangan
baik fisik maupun psikis, sehingga jantung dapat bekerja untuk
memompa darah keseluruh tubuh sesuai dengan fungsinya untuk
kebutuhan tubuh, sehingga akan mencapai sehat lahir batin (Sholeh
& Musbikin, 2005: 191).
2.1.2. Dasar-dasar menjalankan shalat dengan khusyu’
Khusyu’ merupakan bagian dari identitas keberimanan
seorang muslim. Seperti difirmankan Allah yang artinya, “Telah
selamat orang-orang beriman, yakni orang-orang yang khusyu’ di
dalam shalatnya,” (QS. Al-Mukminin: 2). Khusyu’ ini merupakan
syarat mutlak untuk menghadap kepada Allah Swt. baik dalam shalat
maupun dalam ibadah yang lainnya (Shihab, 2002: 201).
23
Shalat merupakan kewajiban agama yang paling fundamen-
tal. Al-Qur’an banyak berbicara tentang kewajiban shalat dan
merupakan ibadah yang mendapat prioritas utama (Abdu, 2006: 31).
Allah Swt. telah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk menegak-
kan shalat dan khusyu’ di dalamnya, sebagaiman Firman Allah Swt.:
Artinya: Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan
sabar dan shalat. Dan shalat itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.
(QS. Al-Baqarah: 45) (Depag, 2002: 8).
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’d: 28) (Depag, 2002:
253).
Imam Al-Ghazali mengatakan dalam Al-Ihya’ yaitu tentang
‘Penjelasan Syarat Khusyu dan Hadirnya Hati, “Ketahuilah, ada
24
banyak dalil yang mewajibkan khusyu’ dalam shalat. Diantaranya
adalah firman Allah, “Dan dirikanlah shalat untuk mengigat-Ku.”
Menurut lahiriyahnya, perintah dalam ayat ini menunjukkan hukum
wajib. Sikap lalai merupakan lawan dari ingat. Barangsiapa yang
lalai dalam menunaikan shalat keseluruhannya, tidak mungkin dapat
menegakkan shalat dalam rangka untuk mengigat-Nya (Ahmad,
2007: 39).
2.1.3. Cara-cara menggapai shalat dengan khusyu’
Untuk menggapai shalat dengan khusyu’ antara lain:
1) Menganggap berdiri di hadapan yang Maha Berkuasa, yang
mengetahui segala rahasia. Dengan yang Maha Berkuasalah
orang yang shalat itu bermunajat;
2) Memahamkan makna apa yang dibaca (Al-fatihah, Surat) dan
memperhatikan maknanya;
3) Memahamkan zikir-zikir yang dibaca, yakni memperhatikan
maknanya, kandungannya, dan maksudnya;
4) Memanjangkan rukuk dan sujud;
5) Janganlah mempermain-mainkan anggota tubuh seperti mem-
perbanyak gerakan tangan, sebentar menggaruk kepala dan
janganlah berpaling-paling;
6) Tetap memandang ketempat sujud, walaupun bermata buta
atau bershalat di sisih ka’bah;
25
7) Menjauhkan diri dari segala yang membimbangkan hati (Ash
Shiddieqy, 2005: 61-62).
Untuk dapat mencapai khusyu’ dalam shalat menurut
M.Tholib (dalam Musbikin, 2007: 57) adalah (1) bila lapar, makan
lebih dahulu; (2) Tidak menahan kencing, kentut, dan buang air besar
atau kecil; (3) Tidak mengantuk; (4) Berpakaian baik dan bersih; (5)
Udara tidak panas; (6) Melakukan shalat diawal waktu; (7) Pergi ke
masjid dengan tenang dan didahului degan do’a, jika shalat di
masjid; (8) Tempat shalat harus bersih dari kotoran; (9) Tempat
shalat bersih dari gambar; (10) Tempat shalat tidak bising; (11)
Ketika shalat pikiran tidak disibukkan oleh urusan duniawi; (12)
Tidak tergesa-gesa melakukan bacaan dan gerakan shalat; (13)
Menyadari bacaan yang diucapkan; (14) Ruku’ dan sujud dengan
tenang; (15) Tidak menoleh ke kenan atau ke kiri; (16) Melihat ke
tempat sujud; (17) Tidak mengusap pasir (debu) ke tempat sujud;
(18) Tidak menguap; (19) Tidak meludah kecuali terpaksa; dan (20)
Meluruskan dan merapatkan shaf dalam shalat berjamaah.
Menurut Hakim, agar dapat menggapai shalat dengan
khusyu’ adalah dengan cara sebagai berikut:
1) Lakukan ibadah dengan ikhlas yang dilandasi motif
mencintai Allah Swt dan bukan karena motif takut dosa atau
takut masuk neraka yang menimbulkan rasa terpaksa dalam
melaksanakan ibadah;
26
2) Berdiri dengan tenang dan mantap;
3) Tidak tergesa-gesa, thuma’ninah melakukan ibadah shalat
(Sukardi, 2001: 228)
4) Harus semangat dan bangga untuk melakukan ibadah shalat;
5) Sebelum melakukan ibadah, buatlah persiapan untuk
memperkecil hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan
konsentrasi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun
lingkungan, dan berada di tempat yang bersih;
6) Jika baru melakukan pekerjaan diusahakan untuk menetralisir
pikiran;
7) Hayati dan yakini sedalam-dalamnya bahwa ibadah
merupakan aktivitas yang paling penting dari kegiatan yang
lain. Dengan keyakinan ini, pikiran akan cenderung lebih
kuat untuk terfokus kepada ibadah;
8) Jangan menganggap ibadah sebagai bagian yang terpisah dari
kegiatan pokok dalam mencari nafkah karena ibadah dapat
membantu kegiatan pokok dengan menetralisir pikiran dari
stres, membuka rezeki dan memberi inspirasi;
9) Jagan menomorduakan ibadah shalat dari yang lain;
10) Membatasi diri agar tidak terlalu sering terlibat dalam
kegiatan hura-hura yang akan membuat pikiran semakin sulit
untuk mencapai kondisi khusyu’ dan tenang;
27
11) Melibatkan diri dalam kegiatan positif yang membuat batin
tenang karena ketenangan merupakan kondisi mendasar yang
harus dimiliki oleh siapa saja yang ingin melakukan ibadah
dengan khusyu’;
12) Menghindari masalah yang dapat merusak ketenangan hidup,
dan berusaha untuk bersikap positif terhadap masalah yang
harus dihadapi agar masalah tersebut dapat diatasi dan
dicegah untuk tidak menimbulkan gangguan mental yang
berat;
13) Di mana saja dan kapan saja, usahakan agar selalu mengigat
Allah Swt dan berserah diri kepadaNya dengan berpegang
pada prinsip manusia berusaha, Tuhan menentukan (Hakim,
2002: 108-110).
Menurut Ali (2004: 265) ada empat cara untuk mendapatkan
kekhusyu’an dalam shalat. Pertama, melupakan segala urusan di luar
shalat sejak takbiratul ihram hingga salam. Kedua, memilih tempat
shalat jauh dari keramain. Ketiga, menguasai bacaan shalat dengan
lancar. Keempat, memahami makna yang terkandung dalam setiap
bacaan shalat.
2.1.4. Manfaat shalat khusyu’ menurut para ulama’
28
Khusyu’ mempunyai pengaruh yang besar dan kuat bagi jiwa
seseorang, karena khusyu’ dapat mengantarkan seseorang kepada hal-
hal sebagai berikut:
1. Menumbuhkan kemampuan untuk berkonsentrasi;
2. Khusyu’ dapat mempengaruhi jiwa seseorang di kala ruhnya
berhubungan dengan Tuhan dan menjadi khusyu’ kepadanya,
sekalipun dalam waktu sebentar;
3. Khusyu’ membuat seseorang memiliki sifat rendah hati dan
tawadhu’;
4. Khusyu’ akan menjauhkan seseorang dari ucapan dan perbuatan
yang tidak berguna dan sesuatu yang dapat membuat hati mereka
berpaling dari zikir kepada Allah Swt. (Abdu, 2006: 21-28).
5. Tubuh menjadi sehat karena gerakan shalat adalah sebaik-baik olah
raga;
6. Dengan jiwa yang pasrah dan tenang stress menjadi hilang;
7. dengan ketenangan maka akan menjadi imun (pencegah terhadap
penyakit).
8. Jiwa menjadi tenang dan bahagia karena banyak mengigat Allah
Swt, serta mengantarkan menjadi warga masyarakat yang berguna,
produktif, bermanfaat bagi sesama manusia dan lingkungannya
(Mahalli, 2002: 177).
Menurut Husain manfaat atau faedah shalat khusyu’ adalah
menjadikan pelakunya lebih dekat dengan Allah Swt, penghapusan
29
dosa, mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar,
bertambahnya petunjuk, masuk ke dalam surga, dan mendapatkan
ketenangan hati (Husain, 2006: 139).
Menurut Syukur dengan shalat khusyu’ akan membina akhlak
yaitu apabila shalat dilakukan dengan penuh kesadaran, khusyu’ dan
ikhlas akan menjadi alat pendidik rohani manusia yang mempunyai
efek positif, yakni mensucikan dan membersihkan jasmani dan ruhani
yang akan memancarkan sinar dan mengekspresi dalam sikap dan
tingkah laku serta ucapan yang baik, terhindar dari perbuatan keji,
munkar dan dosa, mendidik disiplin, menumbuhkan sifat kasih sayang
antara yang kuat dengan yang lemah, pintar kepada yang bodah, dan
kaya dengan yang miskin, tenang jiwanya, mendorong orang untuk
serius dalam segala hal, dan selaruh aktifitas tertuju kapada Allah Swt
(Syukur, 2006: 114&118).
Ahmad (2008: 14), mengungkapkan manfaat shalat dengan
khusyu’ adalah shalat merupakan sarana paling utama untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt, menjauhkan penyakit dari tubuh,
shalat membuat jiwa dan raga aktif, mendapatkan asupan gizi bagi ruh
dan hati, meredamkan nafsu syahwat, menerangi hati, melapangkan
dada, dan membuat jiwa bahagia.
2.2. Ketenangan Jiwa
2.2.1. Pengertian Ketenangan Jiwa
30
Ketenangan jiwa merupakan istilah psikologi yang terdiri
atas dua kata yaitu jiwa dan ketenangan. Sedangkan jiwa berasal
dari kata psyche yang berarti jiwa, nyawa atau alat berfikir. Sedang
dalam bahasa disebut an-Nafs (Irwanto, 1991: 3). Imam Ghazali,
seorang tasawuf mengatakan bahwa jiwa adalah suatu yang halus
dari manusia, yang mengetahui dan merasa. Jiwa diibaratkan
dengan raja. Ketika raja itu berlaku adil, maka adillah semua
kekuatan yang ada dalam tubuh manusia (Ghazali, 1984: 3).
Dilihat dari kaca mata psikologis, menurut Westy Suewanto
jiwa adalah kekuatan dalam diri yang menjadi penggerak bagi
jasad dan tingkah laku manusia. Jiwa menumbuhkan sikap dan
sifat yang mendorong tingkah laku. Demikian dekatnya fungsi jiwa
dengan tingkah laku, maka fungsi jiwa dapat diamati dari tingkah
laku yang nampak (Suewanto, 1988: 15). Sedangkan ketenangan
itu sendiri berasal dari kata tenang yang mendapat tambahan ke-an.
Tenang berarti diam tidak berubah-ubah (diam tidak bergerak),
tidak gelisah, tidak susah, tidak gugup betapapun keadaan gawat,
tidak ribut, tidak tergesa-gesa, (Depag, 2002: 80&100).
Jiwa yang tenang (muthmainnah) adalah jiwa yang
senantiasa mengajak kembali kepada fitrah Ilahiyah Tuhannya.
Indikasi hadirnya jiwa yang tenang pada diri seseorang terlihat dari
prilaku, sikap dan gerak-geriknya yang tenang, tidak tergesa-gesa,
penuh pertimbangan dan perhitungan yang matang, tepat dan
31
benar. Ia tidak terburu-buru untuk bersikap apriori dan berprasang-
ka negatif. Akan tetapi di tengah-tengah sikap itu, secara diam-
diam ia menelusuri hikmah yang terkandung dari setiap peristiwa,
kejadian dan eksistensi yang terjadi (Adz- Dzaky, 2006: 458).
Ketenangan yaitu sebuah kondisi jiwa yang tenang dan
nyaman yang Allah Swt. turunkan dalam hati seorang hamba saat
mengalami goncangan dahsyat akibat ketakutan yang amat sangat.
Kemudian Allah Swt. tidak akan memintanya kembali, malah akan
menambah kualitas keimanan, keyakinan, dan ketegarannya
(Salim, 2008: 83).
2.2.2. Karakteristik Ketenangan Jiwa
Ketenangan jiwa merupakan sesuatu yang sangat pokok
dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu kehadirannya akan sangat
didambakan oleh setiap orang. Di dalam kehidupan sehari-hari, ada
orang yang hidup kaya raya dengan segala kebutuhan terpenuhi,
tetapi berantakan, jauh dari kasih sayang dan gersang dari nilai-nilai
keagamaan. Sebaliknya ada keluarga yang hidup pas-pasan,
sederhana dan tidak melimpah secara materi, tetapi hidupnya
tentram, bahagia dan penuh kasih sayang, keluarganya terbina
dengan rapi dan taat dalam menjalankan perintah agama (Daradjat,
1982: 15). Dari fenomena ini dapat diketahui bahwa ada aspek
32
psikologi yang sangat berperan dalam kehidupan manusia yaitu
kondisi ketenangan jiwa.
Untuk mengetahui seseorang tenang jiwanya tidaklah mudah,
karena tidak dapat diukur, diperiksa, atau dilihat dengan alat-alat
seperti halnya kesehatan badan. Biasanya yang dijadikan bahan
penyelidikan atau tanda-tanda ketenangan jiwa adalah tindakan,
pikiran, tingkah laku atau perasaan, karena seseorang dikatakan tidak
tenang jiwanya apabila terjadi kegoncangan emosi atau terdapat
kelainan pada tingkah laku atau tindakannya. Namun demikian ada
beberapa pendapat yang mengemukakan tentang kriteria yang
menjadi syarat bagi ketenangan jiwa.
Menurut Abdul Mujid, ada beberapa ciri yang menjadi tolak
ukur ketenangan jiwa yaitu: Kondisi jiwa yang tenang dan tenteram
dapat digambarkan tiga bentuk, yaitu:
1) Adanya kemampuan individu dalam menghadapi perubahan dan
persoalan zaman. Misalnya, jika ia terkena musibah maka
musibah itu diserahkan dan dikembalikan kepada Allah Swt. dan
bersikap bersahaja dalam menghadapi sesuatu, sebab sesuatu
yang dibenci terkadang memiliki nilai baik, sementara sesuatu
yang disenangi memiliki nilai buruk.
2) Kemampuan individu dalam bersabar menghadapi persoalan-
persoalan hidup yang berat, misalnya cobaan akan ketakutan dan
kemiskinan.
33
3) Kemampuan individu untuk optimis dan menganggap baik dalam
menempuh kehidupan, sebab setiap ada kesulitan pasti akan
datang kemudahan (Mujid, 2001: 139).
Sedangkan menurut Hakim, karakteristik ketenangan jiwa
adalah:
1) Jiwanya tidak berontak (rileks)
2) Dapat menerima kenyataan sebagaimana adanya (pasrah)
3) Selalu bereaksi positif dalam menghadapi setiap masalah
4) Mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan,
masyarakat, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat
5) Memahani kelebihan dan kelemahan diri pribadi maupun
menjalani kehidupan sesuai dengan batas-batas kemampuan diri
6) Hidup harus sesuai dengan ajaran agama (Hakim, 2002: 35).
Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulan bahwa
karakteristik ketenangan jiwa adalah adanya kemampuan seseorang
dalam menghadapi problem, dapat menerima kenyataan sebagaimana
adanya (pasrah kepada Allah Swt), tawakal, sabar, selalu ingat
kepada Allah Swt sehingga hati akan merasakan ketentraman, dan
kedamaian. Ketentraman ini akan menimbulkan sikap hidup yang
tenang dan akan hilang kegelisahan, keraguan, ketakutan dan rasa
putus asa. Firman Allah Swt dalam surat Ar-Ra’d:
34
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram dengan mengigat Allah Swt.
ingatlah hanya dengan mengigat Allah-lah hati
menjadi tenang. Orang-orang yang beriman dan
beramal shaleh, bagi mereka kebahagian dan
tempat kembali yang baik”. (Q.S Ar-Ra’d 28-29)
2.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketenangan Jiwa
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketenangan jiwa itu secara
garis besar ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
ini antara lain meliputi: kepribadian, kondisi fisik, perkembangan dan
kematangan, kondisi psikologis, keberagamaan, sikap menghadapi
program hidup, kebermaknaan hidup, dan keseimbangan dalam
berfikir. Adapun yang termasuk faktor eksternal antara lain: keadaan
sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya (Daradjat,
2001: 9).
Menurut Daradjat (2001: 9) kedua faktor di atas, yang paling
dominan adalah faktor eksternal. Ia mengungkapkan bahwa ketenang-
an jiwa itu tidak banyak tergantung pada faktor-faktor luar seperti
keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya. Akan
35
tetapi lebih tergantung pada cara dan sikap menghadapi faktor tersebut.
Meskipun demikian, menurut hemat peneliti keduanya sama-sama
penting dan sangat berpengaruh terhadap ketenangan jiwa sehingga
perlu sekali untuk diperhatikan. Dengan memperhatikan kedua hal
tersebut maka akan terjadi keseimbangan yang pada akhirnya
ketenangan jiwa yang baik dapat dicapai.
2.2.4. Prinsip- prinsip Ketenangan Jiwa
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip ketenangan jiwa ialah
fundamen (dasar-dasar) yang harus ditegakkan manusia guna men-
dapatkan ketenangan dan terhindar dari gangguan kejiwaan. Diantara-
nya prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri
Memiliki gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri (self
image) merupakan dasar dan syarat utama untuk mendapatkan
ketenangan jiwa. Orang yang memilki self image memiliki
kemampuan menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain,
alam, lingkungan dan Tuhan. Self image antara lain dapat
diperoleh dengan bersedia menerima dirinya sendiri dengan apa
adanya, yakin dan percaya kepada diri sendiri.
b. Keterpaduan atau Integrasi Diri
Keterpaduan diri berarti adanya keseimbangan antara kekuatan
jiwa dalam diri, kesatuan pandangan atau falsafah dalam hidup,
36
dan kesanggupan menghadapi stres. Orang yang memiliki
keseimbangan diri berarti orang yang seimbang kekuatan Id, Ego,
dan Super Egonya. Orang yang memiliki kesatuan pandangan
hidup adalah orang yang memperoleh makna dan tujuan dari
kehidupannya.
c. Perwujudan Diri
Perwujudan atau aktualisi diri sebagai kematangan diri seperti
sebagai kemampuan mempergunakan potensi diri, memilki
gambaran dan sikap yang baik tehadap diri sendiri serta peningkat-
an motivasi dan semangat hidup.
d. Berkemampuan Menerima Orang Lain
Melakukan aktifitas sosial, dan menyesuaikan diri dengan ling-
kungan tempat tinggal. Kemampuan menerima orang lain berarti
menerima kesedihan, kehadiran, mencintai, menghargai, menjalin
pershabatan, dan memperlakukan orang lain dengan baik.
e. Berminat dalam tugas dan pekerjaan
Setiap manusia harus berminat dalam tugas dan pekerjaan yang
ditekuninya. Dengan demikian, ia dapat merasakan kebahagian
dalam dirinya dan mengurangi beban penderitaan.
f. Agama dan cita dan Falsafah Hidup
Untuk pembinaan dan pengembangan kejiawaan, manusia mem-
butuhkan agama, seperangkat cita-cita yang konsisten dan pan-
dangan hidup yang kukuh.
37
g. Pengawasan diri
Mengadakan pengawasan terhadap hawa nafsu atau dorongan dan
keinginan serta kebutuhan untuk akal pikiran merupakan hal pokok
dari kehidupan manusia dewasa yang berjiwa sehat dan berkepri-
badian normal, karena pengawasan tersebut manusia dapat mem-
bimbing tingkah lakuya.
h. Rasa benar dan tanggung jawab
Rasa benar dan tanggung jawab penting bagi tingkah laku karena
tiap individu ingin bebas dari rasa dosa, salah dan kecewa. Sebalik-
nya rasa benar dan tanggung jawab dan sukses adalah keinginan
setiap manusia yang sehat mentalnya (Jaya, 1994: 82-84).
2.3. Hikmah Kekhusyu’an Shalat Fardhu Bagi Ketenangan Jiwa
Shalat menurut pandangan Islam merupakan bentuk komunikasi
manusia dengan Tuhan-Nya. Komunikasi ini dimaksudkan untuk meng-
hadap sungguh-sungguh dan ikhlas kepada Allah Swt. Shalat juga
dimaksudkan untuk meneguhkan keesaan Allah, tunduk dan patuh terhadap
perintah-perintah dan larangan-Nya.
Shalat hendaknya mampu dijadikan satu terapi spiritual yang bisa
dijadikan acuan oleh para terapis muslim untuk keluarga pasien maupun
pasiennya. Semua ucapan dan gerakan yang dilakukan di dalam shalat
adalah satu bentuk relaksasi bagi tubuh dan ruh, serta proses pengajaran dan
pendidikan bagi akal dan badan. Gerakan shalat, baik itu ruku’ maupun
38
sujud, akan merelaksasikan otot tubuh dan melancarkan peredaran darah.
Kekhusyu’an hati akan menyambungkan hubungan antara ruh dengan
penciptanya, hingga akan merasakan ketentraman, rasa aman, dan juga
kejernihan hati. Dalam shalat, manusia berdiri dengan khusyu’ dan tunduk
kepada Allah Swt dan pencipta seluruh alam semesta. Dengan tubuh yang
kecil dan lemah berdiri dihadapan Tuhan. Berdirinya manusia dihadapan
Allah Swt dengan khusyu’ dan tunduk akan membekalinya dengan suatu
tenaga rohani yang timbul dalam diri perasaan yang tenang, jiwa yang damai
dan kalbu yang tentram. Sebab dalam shalat, yang dilakukan dengan
semestinya manusia mengarahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Allah
Swt, berpaling dari kesibukan dan tidak memikirkan sesuatu kecuali Allah
Swt dan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca. Menurut Ibnu Qayyim, shalat
adalah cara terbaik untuk mendapatkan rezeki, menjaga kesehatan, menolak
bencana dan menjauhi penyakit, menenangkan hati, menyinarkan wajah,
menyenangkan jiwa, menghilangkan kemalasan, mengaktifkan gerak
anggota tubuh, menambah kekuatan, melapangkan dada, menolak balak,
menjaga kenikmatan yang diberikan Allah, dan menjaga kesehatan tubuh
dan jiwa (Taufiq, 2006: 516).
Keadaan yang tenang dan jiwa yang damai ditimbulkan shalat juga
membantu melepaskan diri dari kegelisahan yang dikeluhkan oleh keluarga
pasien. Keadaan tenang dan jiwa yang damai yang ditimbulkan shalat
biasanya tetap berlangsung untuk berapa lama setelah shalat selesai.
39
Menurut Dr. Muhammad Usman Najati bahwa shalat memiliki
pengaruh yang besar dan efektif dalam terapi individu atas kegelisahan dan
kecemasannya. Di saat individu melakukan shalat dengan kekhusyu’an dan
memusatkan seluruh konsentrasinya dengan menyingkirkan kesibukan
duniawi dan problematikannya, maka pada saat itulah akan mendapatkan
ketenangan dan ketentraman yang semua itu menjadi pereda kecemasan dan
ketegangan saraf yang ditimbulkan oleh tekanan kehidupan dan
problematika (An-Najar, 2002: 82).
Ditinjau dari metode ketenangan jiwa, shalat dapat berfungsi sebagai
pengobatan, pencegahan, dan pembinaan. Dalam suatu terapi kejiwaan,
biasanya terjadi dialog antara penderita dan konsultan. Penderita meng-
ungkapkan perasaan, keluhan, dan permasalahan dirinya kepada konsultan.
Konsultan mendengarkan, memahami, memperhatikan perasaannya serta
menerimanya. Dengan cara demikian, penderita merasa lega karena
perasaan, keluhan, dan permasalahannya didengar, dipahami, diperhatikan,
dan diterima. Dengan pertemuan beberapa kali penderita akan sembuh. Dari
segi pembinaan jiwa, pelaksanaan shalat yang khusyu’ serta gerakannya
dilakukan dengan penuh ketenangan dan penghayatan akan membentuk jiwa
yang tenang. Penghayatan terhadap makna dan doa dalam setiap bacaan
shalat yang berisi pengagungan terhadap Allah Swt, permohonan ampunan
dari segala dosa, serta permohonan rahmat dan kebaikan akan membentuk
jiwa yang suci. Pelaksanaan shalat yang tepat waktu dan sesuai dengan
40
jadwal waktu shalat yang telah ditetapkan lima kali sehari akan membentuk
jiwa disiplin dan waspada (Jaelani, 2001: 102).
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian, patokan duga,
atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut. Setelah memulai pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis
ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2002:
72).
Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah ada dampak positif
antara kekhusyu’an shalat fardhu terhadap ketenangan jiwa keluarga pasien
rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
3.1.1. Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif, karena
data yang diperoleh nantinya berupa jumlah atau angka yang dapat
dihitung secara matematik. Dan dalam penelitian ini dipakai rumus
statistika (Nawawi, 1996: 53). Sedangkan metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan
teknik analisis regresi satu prediktor.
3.1.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 Mei sampai
dengan 3 Juni 2009. Sedangkan tempat penelitian dilaksanakan di
Rumah Sakit Islam Muhammadiyah kendal. Semua subyek
penelitian berjumlah 34 orang, dan dapat mengikuti jalannya
penelitian sampai selesai.
3.1.3. Definisi Konseptual dan Operasional
Karena dalam penelitian ini mempunyai dua variabel, maka
akan dijelaskan masing-masing definisi konseptual dan operasional
dari variabel yang akan diteliti yaitu:
3.1.3.1. Definisi Konseptual
42
a. Kekhusyu’an Shalat Fardhu
Menurut Sangkan (2006: 23), Khusyu’ adalah
orang yang mempunyai kesadaran ruhani (dzhan) bah-
wa dirinya sedang bertemu dengan Tuhannya dan
perasaan khusyu’ harus memiliki kesadaran dan keper-
cayaan, bahwa sebenarnya di saat shalat kita sedang
berhadapan dengan Allah, sedang berkata-kata dengan
Allah SWT.
Menurut Al-Ghazali (2006: 62), Khusyu’ adalah
kehadiran hati (Hudhurul qalb), pemahaman mendalam
(Tafahhum), penghormatan (Ta’zhim), takut disertai
pengagungan (Haibah), harapan (Raja’), dan rasa malu
(Haya’).
b. Ketenangan jiwa
Ketenangan yaitu sebuah kondisi jiwa yang
tenang dan nyaman yang Allah Swt. turunkan dalam
hati seorang hamba saat mengalami goncangan dahsyat
akibat ketakutan yang amat sangat. Kemudian Allah
Swt. tidak akan memintanya kembali, malah akan
menambah kualitas keimanan, keyakinan, dan ketegar-
annya (Salim, 2008: 83). Indikasi jiwa yang tenang
adalah jiwanya tidak berontak (rileks), dapat menerima
kenyataan sebagaimana apa adanya (pasrah), selalu
43
bereaksi positif dalam menghadapi setiap masalah,
mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan,
masyarakat, dan norma-norma yang berlaku di masyara-
kat, memahami kelebihan dan kelemahan diri pribadi,
maupun menjalani kehidupan sesuai dengan batas-batas
kemampuan diri, dan hidup harus sesuai dengan ajaran
agama (Hakim, 2002: 35).
Kondisi jiwa yang tenang dan tentram dapat
digambarkan tiga bentuk, yaitu:
1) Adanya kemampuan individu dalam menghadapi
perubahan dan persoalan zaman. Misalnya, jika ia
terkena musibah maka musibah itu diserahkan dan
dikembalikan kepada Allah Swt. dan bersikap ber-
sahaja dalam menghadapi sesuatu, sebab sesuatu
yang dibenci terkadang memiliki nilai baik, semen-
tara sesuatu yang disenangi memiliki nilai buruk.
2) Kemampuan individu dalam bersabar menghadapi
persoalan-persoalan hidup yang berat, misalnya
cobaan akan ketakutan dan kemiskinan.
3) Kemampuan individu untuk optimis dan mengang-
gap baik dalam menempuh kehidupan, sebab setiap
ada kesulitan pasti akan datang kemudahan (Mujid,
2001: 139).
44
Jiwa yang tenang (muthmainnah) adalah jiwa
yang senantiasa mengajak kembali kepada fitrah
Ilahiyah Tuhannya. Indikasi hadirnya jiwa yang tenang
pada diri seseorang terlihat dari prilaku, sikap dan
gerak-geriknya yang tenang, sabar, tidak tergesa-gesa,
penuh pertimbangan dan perhitungan yang matang,
tepat dan benar. Ia tidak terburu-buru untuk bersikap
apriori dan berprasangka negatif. Akan tetapi di tengah-
tengah sikap itu, secara diam-diam ia menelusuri
hikmah yang terkandung dari setiap peristiwa, kejadian
dan eksistensi yang terjadi (Adz- Dzaky, 2006:458).
3.1.3.2. Definisi Operasional
a. Kekhusyu’an Shalat Fardhu
Kekhusyu’an shalat fardhu yang dimaksud
dalam skripsi ini adalah suatu keadaan dalam jiwa yang
dapat menampakkan ketenangan dan ketundukan pada
anggota tubuh serta shalat memiliki pengaruh yang
efektif untuk mengobati rasa sedih dan gundah yang
menghimpit manusia. Ketika manusia menjalankan
ibadah shalat dengan penuh khusyu’ dan ikhlas serta
membebaskan diri dari segala urusan duniawi, maka
45
jiwanya akan merasa damai dan tenang serta terhindar
dari segala himpitan dan problematika hidup.
Adapun indikator kekhusyu’an shalat fardhu
adalah konsentrasi penuh (ingat) pada Allah Swt.
selama shalat, upaya hati dalam memahami makna yang
terkandung dalam suatu ucapan (isi bacaan-bacaan
shalat), pengagungan dan penghormatan (Ta’zhim), rasa
takut kepada Allah Swt. (Haibah), dan mampu
mewujudkan pesan shalat dalam kehidupan sehari-hari.
b. Ketenangan jiwa
Ketenangan jiwa yang dimaksud dalam skripsi
ini adalah keadaan penyesuaian yang baik disertai suatu
keadaan subyektif dari kesehatan dan kesejahteraan,
penuh semangan hidup dan disertai perasaan bahwa
seseorang mampu menggunakan bakat dan
kemampuannya. Dalam hal ini ketenangan jiwa
seseorang dapat dilihat dari pembawaan dalam
keseharian tidak mudah putus asa, tidak ragu-ragu,
hidupnya tenang, bahagia dan tentram.
Adapun indikator ketenangan jiwa adalah jiwa-
nya tidak berontak (rileks), dapat menerima kenyataan
sebagaimana adanya (pasrah), selalu bereaksi positif
dalam menghadapi setiap masalah, mampu menyesuai-
46
kan diri dengan kondisi lingkungan, masyarakat, dan
norma-norma yang berlaku di masyarakat, memahami
kelebihan dan kelemahan diri pribadi, maupun men-
jalani kehidupan sesuai dengan batas-batas kemampuan
diri, dan hidup harus sesuai dengan ajaran agama.
3.1.4. Sumber dan Jenis Data
Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh
(Arikunto, 1997: 107). Dalam hal ini, penulis akan mengambil data
dari berbagai sumber seperti buku-buku, maupun karya tulis lainnya
yang mendukung dan sangat relevan dengan penelitian.
Menurut sumbernya, data penelitian dibagi dua yaitu data
primer dan data sekunder. Data Primer, atau data tangan pertama,
adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan
mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung
pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data sekunder,
atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data
sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan
yang telah tersedia (Azwar, 2007: 91).
a. Data Primer
Adapun dalam penelitian ini data primernya adalah
kekhusyu’an shalat fardhu dan ketenangan jiwa keluarga pasien
47
rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal.
Sedangkan sumber primernya adalah keluarga pasien rawat inap
Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal.
b. Data Sekunder
Sedangkan data sekundernya adalah Rohaniawan Rumah
Sakit Islam Muhammadiyah Kendal sebagai penunjang dari
sumber primer disertai buku-buku tentang kekhusyu’an shalat
fardhu dan ketenangan jiwa serta karya-karya yang sesuai dengan
judul penelitian. Selain itu dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan judul penelitian juga diperlukan.
3.1.5. Populasi dan Sampel
3.1.5.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian
yang akan diteliti (Arikunto, 2006: 130). Jumlah populasi di
Rumah Sakit Islam Muhammadiyah 120 keluarga pasien,
dalam hal ini populasi yang dimaksud adalah keluarga inti
pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah
Kendal yang berstatus keluarga pasien yang 1 minggu
menjalani rawat inap, beragama Islam, dan berusia 13 tahun
ke atas.
48
3.1.5.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
akan diteliti (Arikunto, 2006: 131). Pengambilan sample
didasarkan pada pertimbangan dan acuan umum dari
pemgambilan sample Suharsimi Arikunto, sample yaitu
apabila jumlah subyek lebih dari 100 orang maka sampel
yang diambil antara 10%-50% atau 20%-25% atau lebih
dari populasi yang ada (Arikunto, 2006: 134). Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah 10% dari jumlah
populasi yaitu 34 responden. Adapun teknik pengambilan
sample penelitian ini adalah teknik Non Probability dengan
menggunakan teknik purposive sampling atau sample
bertujuan. Sample penelitian yang dimaksud adalah
keluarga inti keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit Islam
Muhammadiyah Kendal.
3.1.6. Teknik pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam peneliti-
an ini, peneliti menggunakan metode:
a. Angket
Angket yaitu suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh
data berupa jawaban-jawaban dari responden (Koentjoroningrat,
1989: 173). Teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh data
49
tentang kekhusyu’an shalat fardhu dan ketenangan jiwa keluarga
pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal
dengan cara memberikan pertanyaan untuk dijawab atau
dikerjakan responden secara tertulis.
Jenis angket yang digunakan dalam pengukuran skala ini
menggunakan Skala Likert atau disebut juga dengan teknik
pengukuran methode of summated rating, karena nilai setiap
jawaban atau tanggapan yang diujikan sehingga mendapat nilai
total. Skala ini terdiri atas jumlah pertanyaan yang semuanya
menunjukkan sikap terhadap objek tertentu atau menampilkan
ciri tertentu yang akan diukur.
Angket dalam penelitian ini mempergunakan skala
kekhusyu’an shalat fardhu dan skala ketenangan jiwa yang
tersusun mengikuti pola favorable dan unfavorable, yaitu
sebagaimana terangkum pada table berikut:
Tabel. 1
Blue Print Skala Kekhusyu’an Shalat Fardhu
Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
Konsentrasi penuh
(ingat) pada Allah Swt.
selama shalat
1, 2, 3 4, 5, 6 6
50
Upaya hati dalam
memahami makna yang
terkandung dalam suatu
ucapan (isi bacaan-
bacaan shalat)
7, 8, 9 10, 11, 12 6
Pengagungan dan
penghormatan (Ta’zhim) 13, 14, 15 16, 17, 18 6
Rasa takut kepada Allah
Swt. (Haibah) 19, 20, 21 22, 23, 24 6
Mampu mewujudkan
pesan shalat dalam
kehidupan sehari-hari
25, 26, 27 28, 29, 30 6
Jumlah 15 15 30
Tabel. 2
Blue Print Skala Ketenangan Jiwa
Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
Jiwanya tidak berontak
(rileks) 1, 2, 3, 4, 5, 6 6
Dapat menerima
kenyataan sebagaimana
adanya (pasrah)
7, 8, 9 10, 11, 12 6
51
Selalu bereaksi positif
dalam menghadapi setiap
masalah
13, 14, 15 16, 17, 18 6
Mampu menyesuaikan
diri dengan kondisi
lingkungan, masyarakat,
dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat
19, 20, 21 22, 23, 24 6
Memahami kelebihan
dan kelemahan diri
pribadi maupun
menjalani kehidupan
sesuai dengan batas-batas
kemampuan diri
25, 26, 27 28, 29, 30 6
Hidup harus sesuai
dengan ajaran agama 31, 32, 33 34, 35, 36 6
Jumlah 18 18 36
Pengukuran skala menggunakan empat alternatif jawaban
“sangat sesuai”, “sesuai”, “tidak sesuai”, “sangat tidak sesuai”.
Skor jawaban mempunyai nilai 1 sampai 4. Nilai yang diberikan
pada masing-masing jawaban adalah sebagai berikut untuk item
favorable “sangat sesuai (SS)”, memperoleh nilai 4, “sesuai (S)”,
52
memperoleh nilai 3, “tidak sesuai(TS)”, memperoleh nilai 2 dan
“sangat tidak sesuai (STS)”, memperoleh nilai 1.
Sedangkan untuk jawaban item unfavorable ”sangat
sesuai (SS)”, memperoleh nilai 1, “sesuai (S)”, memperoleh nilai
2, “tidak sesuai (TS)”, memperoleh nilai 3, “sangat tidak sesuai
(STS)”, memperoleh nilai 4.
Setelah seluruh angket diberi skor masing-masing
langkah selanjutnya memasukkan data tersebut dalam tabel
distribusi untuk memperoleh perhitungan.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab yang mana
dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu
dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga
sendiri suaranya (Hadi, 2000: 192). Metode ini digunakan untuk
memperoleh informasi dari rohaniwan dan keluarga pasien rawat
inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal.
c. Observasi
Observasi merupakan metode atau cara-cara menganalisis
mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu
atau kelompok secara langsung (Purwanto, 2002: 191). Metode
ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang prilaku
keluarga pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam Muhammadi-
yah Kendal.
53
3.1.7. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisa data yang ada, penulis menggunakan tiga
tahapan analisis data, yaitu: 1) Analisis pendahuluan untuk
memberikan skor pada masing-masing item; 2) Analisis uji hipotesis
untuk menguji kebenaran hipotesis; 3) Analisis lanjut untuk
mengambil interpretasi lebih lanjut dengan membandingkan harga F-
table dengan Freg hasil penelitian; 4) Analisis akhir.
3.1.7.1. Analisis pendahuluan
Analisis pendahuluan merupakan langkah awal
yang diambil dalam melakukan analisis data. Tahapan ini
berupa langkah mengubah data kualitatif yang bersumber
dari metode angket menjadi data kuantitatif yaitu dengan
memberi nilai pada setiap iten jawaban pada pernyataan
dengan berdasarkan teknik skorsing yang telah ditentukan.
Dalam analisis pendahuluan ini juga dilakukan
upaya untuk mengetahui validitas item angket dan
reliabilitas angket penelitiannya. Hal ini dilakukan sebagai
usaha untuk mengetahui keshahihan dan kehandalan angket
penelitian yang digunakan.
Instrument angket penelitian ini berjumlah 66 butir
pertanyaan, 30 item adalah angket kekhusyu’an shalat
fardhu dan 36 item angket tentang ketenangan jiwa.
54
Dari uji validitas dan reliabilitas instrument dengan
SPSS versi 12 diketahui, bahwa dari 30 item kekhusyu’an
shalat fardlu yang valid dan tidak valid (reliabilitas)
berjumlah 21 item yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13,
14, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 26, 27. Sedangkan yang tidak
valid (drop) berjumlah 9 item yaitu 7, 9, 15, 16, 23, 24, 28,
29, 30.
Sementara itu, dari 36 item soal variable ketenangan
jiwa yang valid berjumlah 24 item, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25,
26, item. Sedangkan yang tidak valid (drop) berjumlah 12
soal, yaitu 17, 20, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36.
Untuk mempermudah dan menjelaskan pemahaman hasil
uji validitas dan reliabilitas instrument kekhusyu’an shalat
fardlu dan ketenangan jiwa dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel. 3
Uji Validitas dan Reliabilitas Kekhusyu’an Shalat Fardlu dan
Ketenangan Jiwa
No Instrumen No. Item
Favorabel
No. Item
Anfavorabel
Jumlah
item
1. Kekhusyu’an
Shalat Fardhu
1, 2, 3, 4, 5, 6, 8,
10, 11, 12, 13, 14,
7, 9, 15, 16,
23, 24, 28,
30
55
17, 18, 19, 20, 21,
22, 25, 26, 27
29, 30
2. Ketenangan
Jiwa
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 18, 19,
21, 22, 23, 24, 25,
26,
17, 20, 27,
28, 29, 30,
31, 32, 33,
34, 35, 36
36
Jumlah 45 21 66
Angket valid dan tidak valid di atas kemudian
diujikan kepada responden untuk mengetahui dampak
positif antara kekhusyu’an shalat fardhu dengan ketenangan
jiwa.
3.1.7.2. Analisis Uji Hipotesis
Untuk menunjukkan kebenaran hipotesis yang peneliti
ajukan, langkah selanjutnya adalah perhitungan nilai dari data yang
diperoleh dengan mengunakan rumus analisis regresi dengan skor
kasar atau satu prediktor sebagai berikut (Hadi, 2001: 14).
Freg = RkresRkreg
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Mencari korelasi antara kekhusyu’an shalat fardlu degan
ketenangan jiwa
56
rxy = ∑ ∑ ∑∑
∑ ∑ ∑−−
−
])(][)([
))((2222 YYNXXN
YXXYN
b. Mencari persamaan garis regresi
Y = ax + k
Untuk mencari a dan k dengan cara :
∑ ∑= xaxy 2+k∑x
∑ += ∑ ΝΚΥ xa
Dengan membagi persamaan 1 dengan persamaan 2 (Hadi,
2001: 18)
c. Menentukan nilai F dengan mencari jumlah kuadrat (JK)
dengan rentang rata-rata kuadrat (RK) regresi dan residu
dengan langkah-langkah sebagai berikut (Hadi, 2001: 18).
NyykxaJkreg
22 )(Σ
−Σ+Σ=
xyxyayJkreg Σ−Σ−Σ= 2
Rkreg = dbresjkreg Freg =
RkresRkreg
Keterangan:
a = Koefisien prediktor
K = Bilangan konstanta
N = Jumlah sampel yang diteliti
57
∑Χ = Nilai dari variable X
∑Υ = Nilai dari variable Y
2∑Χ = Nilai kuadrat dari variable X
2∑Υ = Nilai kuadrat dari variable Y
∑Υ = Hasil kali dari variable X dan Y
JKreg = Jumlah kuadrat regresi
JK res = Jumlah kuadrat residu
RKreg = Rata-rata kuadrat regresi
RK res = Rata-rata kuadrat residu
Db = Derajat kebebasan (N-1)
db reg = Derajat kebebasan regresi
db res = Derajat keabsahan (N-2).
Dalam analisis lanjut ini sekaligus untuk membuat
interpretasi lebih lanjut dari hasil analisis hasil uji hipotesis.
Dalam hal ini, penulisan interpretasi dan regresi kasar satu
prediktor yang lebih diketahui dengan jalan membandingkan
harga F hitung dengan harga F tabel dengan kemungkinan :
• Jika F hitung > F tabel, maka hipotesis diterima
• Jika F hitung < F tabel, maka hipotesis ditolak.
58
3.1.7.3. Analisis akhir
Selanjutnya dari hasil olahan data, akan di analisis lebih
lanjut dengan mengunakan metode deskriptif analisis. Metode
ini merupakan prosedur pemecahan masalah yang diketahui
dengan menggambarkan obyek yang sebenarnya dan sesuai
dengan fakta yang nampak, dalam hal ini tidak hanya berupa
penyajian data secara deskriptif melainkan data yang telah
terkumpul diolah dan ditafsirkan (Nawawi, 1996: 73).
Artinya hasil dari uji dampak dengan menggunakan rumus
regresi satu prediktor akan dianalisis dan ditafsirkan dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan kualitatif.
59
BAB IV
GAMBARAN UMUM KELUARGA PASIEN RAWAT INAP RUMAH
SAKIT ISLAM MUHAMMADIYAH
KENDAL
4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal
4.1.1. Tinjauan sejarah
Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal merupakan
Rumah Sakit swasta yang dimiliki oleh persyarikatan Muhammadi-
yah Kabupaten Dati II Kendal. Rumah Sakit ini terletak di kota
Weleri, 15 Km dari kota Kendal dan mempunyai sarana jalan yang
cukup baik.
Rumah Sakit Kendal ini mulai dioperasikan pada tanggal 15
Januari 1996 dengan kategori type D. Pendirian Rumah Sakit ini
berdasarkan:
1. Akte Notaris Sri Widyati, SH, No. 1, April 1991 mengenai
pendiri Yayasan dan No. 2 tanggal 3 Agustus 1991 mengenai
perubahan.
2. Surat keputusan Dirjen Pelayanan Medik DEPKES RI Nomor.
HK.00.06.3.5.5797 tentang petunjuk pelaksanaan upaya
pelayanan kesehatan di bidang medik spesialis.
60
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
YM.01.04.2.25140 tanggal 18 Desember 2000 mengenai ijin
tetap operasional.
4. Rekomendasi dari Kanwil DEPKES tingkat I Jawa Tengah
Nomor YM.01.01.3.2.601.
Pada awal pembangunan yaitu pembangunan gedung induk
dilaksanakan secara bertahap, dimulai pada tahun 1994-1995.
Setelah tahap pembangunan gedung induk selesai dan dapat di-
operasikan, pihak Rumah Sakit mengadakan pengembangan, yaitu:
1. Gedung bedah sentral, dibangun pada anggaran 1996-1997.
2. Gedung Usman I dan Usman II, dibangun pada anggaran 1998-
1999.
3. Gedung Hamzah, dibangun pada anggaran 2000-2001.
4. Gedung ICU, dibangun pada anggaran 2001-2002.
5. Ruang garasi mobil, kamar jenazah, IPAL, dibangun pada
anggaran 2001-2002.
Pembangunan Rumah Sakit diarahkan pada peningkatan
mutu pelayanan, luas jangkauan serta efesiensi dan efektivitas dalam
pengolahannya. Rumah Sakit merupakan bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan dengan padat karya dan teknologi, harus dapat
memberikan pelayanan sesuai dengan apa yang menjadi tuntunan
masyarakat. Untuk memenuhi tuntunan tersebut maka Rumah Sakit
61
Islam Muhammadiyah Kendal sekarang mempunyai 9 spesialis dasar
dan sejak tahun 2002 telah mendapatkan akreditasi.
Mutu Rumah Sakit ditentukan oleh faktor manusia, oleh
karana itu akan terus diupayakan penambahan tenaga dan pelatihan
dalam rangka peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
prilaku semua tenaga kesehatan Rumah Sakit Islam Muhammdiyah
Kendal.
Di samping itu juga akan diupayakan tersedianya alat
kesehatan dan obat-obatan dengan penggunaan secara rasional,
peningkatan fisik bangunan rumah. Penyusunan dan penetapan
standar pelayanan serta pengembangan manajemen Rumah Sakit
yang ditunjang sistem informasi kesehatan yang memadai.
4.1.2. Visi dan Misi Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal
a. Visi Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal
Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal yang
profesional dengan mengutamakan pelayanan prima didukung
Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
b. Misi Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal
Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal yang
terkemuka, profesional dengan mengutamakan Sumber Daya
Manusia yang berkualitas Islami serta didukung oleh peralatan
yang standar dan sistem manajemen yang efektif dan efesien.
62
4.1.3. Sarana Fisik
1. Luas Tanah
Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal terletak di
jalan Arrahman Nomor 17 Weleri Kendal. Luas tanah yang
dimiliki Rumah Sakit ini adalah 9000 m2 yang merupakan
gedung induk dan 605 m2 yang merupakan pengembangan.
Sedangkan luas tanah seluruhnya sekitar 9315 m2.
2. Transportasi terdiri dari
1) Sarana Ambulance 3 (tiga) buah
2) Mobil jenazah 1 (satu) buah
3) Toyota kijang 2 (dua) buah
4) Sepeda motor 1 (satu) buah
3. Sarana Penerangan (instalasi listrik)
Memakai PLN dengan dua macam tegangan yaitu 220 dan 110
volt.
4. Sarana Air Minum
Sejak pertama dioperasikan Rumah Sakit Islam Muhammadiyah
Kendal mengunakan sanyo untuk memenuhi kebutuhan air
bersih.
5. Sarana Pembuangan Air Limbah
Sarana pengolahan limbah cair ini selesai dikerjakan pada bulan
November 2002 yang berguna untuk pencegah pencemaran dan
akibat selanjutnya.
63
6. Sarana Pengolahan Sampah
Sudah dipisahkan antara sampah medis (infeksitus) dan sampah
non medis sejak dari ruangan dan halaman serta sudah diatur
pembuangannya.
4.1.4. Tujuan Dan Kebijakan Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal
Sesuai dengan perubahan orientasi nilai dan pemikiran yang
berkembang sejalan dengan ilmu pengetahuan dan sosial budaya,
maka pelayanan kesehatan Rumah sakit terutama ditujukan pada
upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan
secara terpadu dengan upaya peningkatan dan kesehatan dan
pencegahan. Sedangkan sasaran pelayanan bukan hanya individu
pasien semata, tetapi juga menyangkut keluarga pasien serta
masyarakat sekitarnya dengan memperlakukan pasien sebagai
manusia seutuhnya.
Untuk menyelengarakan tugas seperti yang tersebut di atas,
Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal mempunyai tujuan
sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan
mutu dan jangkauan Rumah Sakit Muhammadiyah Kendal yang
makin merata dan pengembangan kesadaran serta prilaku hidup
sehat dikalangan masyarakat.
64
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan tingkat pemanfaatan Rumah Sakit, dengan
melaksanakan usaha pelayanan medis. Usaha pelayanan
medis di sini dengan menyediakan fasilitas penunjang untuk
pelayanan kesehatan. Misalnya unit gawat darurat,
laboratorium, radiology, farmasi, kamar bedah, dan instalasi
gizi.
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
yang ditunjang dengan sikap, keterampilan seluruh pegawai
Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
lebih baik.
3. Semakin mantapnya sistim rujukan (sistem refeal) dari
perawat, bidan, dokter praktek, puskesmas, RB/BP (Rumah
bersalin atau Balai pengobatan).
4. Pengembangan manajemen Rumah Sakit yang semakin
efisien dengan ditunjang dengan sistem informasi manajemen
yang memadai.
5. Menentukan angka kematian dan kesakitan Rumah Sakit.
6. Terbentuknya tim atau panitia yang diperlukan Rumah Sakit
serta mengjalankan dan mendayagunakan secara maksimum.
7. Terbinanya gerakan Rumah Sakit bersih dan tertib.
Kebijaksanaan yang memprioritaskan pada peningkatan
mutu dan pendekatan kesehatan Rumah Sakit melalui:
65
a. Optimalisasi penyediaan, pengelolaan dan pendayagunaan
tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan nyata (secara
rasional);
b. Penyelengaraan upaya kesehatan Rumah Sakit mulai dari
perencanaan, pelaksanaan secara terpadu, menyeluruh dan
dinamis yang didukung sistem informasi kesehatan yang
mantap;
c. Mengadakan pembinaan dan penyuluhan kesehatan secara
optimal;
d. Mengalakan gerakan Rumah Sakit bersih dan tertib;
e. Pemantapan sistem rujukan (sistem refeal) dari perawat,
bidan, dokter praktek, puskesmas, RB/BP (Rumah Bersalin
atau Balai Pengobatan) ke dan Rumah Sakit;
f. Meningkatkan pengawasan melekat secara sistematis sejak
dari perencanaan. Pelaksanaan sampai penilaiain terhadap
kegiatan yang bersifat administrasi teknis dalam rangka
peningkatan mutu, hasil guna dan daya guna pelayanan
kesehatan.
4.1.5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Di dalam usahanya untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
di tetapkan, maka Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal
semakin meningkatkan pengadaan fasilitas pelayanan, pemeliharaan
66
pelayanan kesehatan yang selama ini telah ada dan semua usaha-
usaha yang di lakukan untuk semakin memperbaiki keadaan fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut.
Pelayanan kesehatan yang di selenggarakan Rumah Sakit
Islam Muhammadiyah Kendal adalah:
a. Unit Rawat Inap
1. Ruang Hamzah
2. Ruang Usman
3. Ruang Abu Bakar
4. Ruang Umar
5. Ruang Lukman
6. Ruang Fatimah
7. Ruang Ali
8. Ruang Aisyah dan Khotijah
b. Unit Gawat Darurat
1. Ruang ICU
c. Unit Poliklinik
1. Poli Umum
2. Poli Dalam (internis)
3. Poli Bedah
4. Poli Anak
5. Poli kandungan dan Kebidanan
6. Poli Telinga, Hidung dan Tenggorokan
67
7. Poli syaraf
8. Poli Mata
d. Unit Penunjang Medis
1. Unit Farmasi (apotik)
2. Unit Laboratorium
3. Unit Radiologi
4. Unit Rehabilitas Medik
5. Kamar Bedah Sentral
6. Kamar Anesthesi
4.1.6. Jenis Pelayanan
Rumah Sakit Islam Muhammadiyah (RSIM) Kendal sebagai
lembaga pemberi pelayanan kesehatan yang menyeluruh menyeliputi
aspek kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan maupun pemulih-
an kesehatan yang sempurna terstruktur, berkualitas dan terjangkau
oleh masyarakat.
Selaras dengan perkembangan pelayanan kesehatan dan
teknologi kesehatan, Rumah Sakit Islam Muhammadiyah (RSIM)
Kendal berupaya menjadi Rumah Sakit yang mampu berfungsi
pemberi pelayanan kesehatan, informasi kesehatan dan dakwah
Islamiyah di bawah naungan Yayasan Rumah Sakit Islam (YASRI)
(Dokumentasi RSI Muhammadiyah Kendal).
68
4.1.7. Kondisi Keluarga Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Islam
Muhammadiyah Kendal
Latar belakang kehidupan keluarga pasien rawat inap di
Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal dapat dilihat dari
beberapa segi, sebagai berikut: pertama segi keagamaan, keluarga
pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal
memiliki keagamaan yang relatif baik. Hal ini terbukti dari seluruh
keluarga pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam Muhammadiyah
Kendal kebanyakan mereka memeluk agama Islam, dan mereka
sangat agamis serta taat pada perintah agama.
Kedua segi pendidikan merupakan salah satu unsur penting
bagi kehidupan suatu masyarakat. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa, globalisasi yang berorientasi penuh pada
perkembangan atau kemajuan science dan teknologi menurut
manusia bersaing dengan negara lain, dan masyarakat harus
berpartisipasi aktif untuk dapat mewujudkan kondisi seperti ini.
Salah satu upaya untuk menguasai dan kiprah dalam konteks
globalisasi yang berorientasi pada kemajuan dan perkembangan ilmu
teknologi adalah dengan meningkatkan pendidikan pada masyarakat,
khususnya pada generasi muda. Keluarga pasien rawat inap Rumah
Sakit Islam Muhammadiyah Kendal rata-rata berpendidikan SD,
SMP, Pon-Pes, dan SMA.
69
Ketiga segi sosial ekonomi, diartikan sebagai kekuatan atau
kemampuan manusia dalam memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya.
Di dalam kehidupan, manusia akan selalu berupaya untuk dapat
memenuhi kebutuhan sesuai dengan kemampuannya.
Islam memandang bahwa keadaan sosial ekonomi yang
berbeda merupakan hasil usaha manusia dan merupakan sunnatullah.
Allah Swt telah menganugerahkan kelebihan kepada individu, baik
menyangkut kekuatan fisik, kemampuan dengan berpikir dan
kebutuhan jiwa, keuletan bekerja dan lain sebagainya untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai kebahagian hidup merupakan
hal yang wajar bila manusia saling berbeda, ada yang memiliki
kelebihan dan kekurangan. Mata pencaharian setiap harinya ada yang
bertani tembakau, berdagang, kantoran, dan nelayan. Oleh karena itu,
keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah
Kendal perekonomiannya baik, dengan mata pencaharian itu mereka
dapat memenuhi kebutuhan setiap harinya.
Keempat segi kesehatan. Kesehatan pada prinsipnya berada
pada rentang yang kontinum, yaitu di antara titik yang benar-benar
sakit dan titik benar-benar sehat. Kesehatan seseorang atau
masyarakat dapat diupayakan ditingkatkan statusnya, dari yang
kurang sehat menjadi lebih sehat atau sebaliknya. Kesehatan, selain
ada secara fisik juga ada secara psikologis. Kesehatan secara
fisiologis berhubungan dengan kesehatan mental, dan keduanya
70
saling menentukan. Jika terjadi gangguan fisik akan mempengaruhi
keadaan mentalnya. Demikian juga jika terjadi gangguan mental
maka akan mempengaruhi kesehatan fisiknya (Notosoedirjo &
Latipun, 2005: 11).
Kesehatan, kekayaan, kesenangan, jabatan, kemewahan dan
sakit merupakan ujian dan cobaan dari Allah Swt. Jika seseorang
menghadapi ujian dan cobaan itu, harus sabar dan tabah
menghadapinya. Sebagaimana yang sedang dihadapi oleh keluarga
pasien di Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal merupakan
ujian dan cobaan dari Allah Swt. Mereka menerimanya dengan
ikhlas karena dibalik segala sesuatu yang terjadi pada manusia pasti
ada hikmahnya. Semua yang dialami dalam hidup ini adalah cobaan
Allah Swt supaya manusia dapat membuktikan sikapnya dalam
menghadapi segala macam ujian, untuk mengetahui seberapa jauh
iman seseorang dapat mengendalikan dirinya, kondisi sakit adalah
sebagai sarana meninggikan derajat, mengigatkan betapa besarnya
nikmat Allah Swt, dan mengigatkan akan dosa yang telah dilakukan
dengan sengaja atau tidak disengaja.
71
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Data
5.1.1. Data Hasil Angket Tentang Kekhusyu’an Fardhu dan Ketenangan
Jiwa
Untuk menentukan nilai kuantitatif kekhusyu’an shalat fardhu
adalah menunjukkan skor jawaban angket dari responden sesuai
dengan frekuensi jawaban. Angket tentang kekhusyu’an shalat
fardhu berjumlah 30. Masing-masing pertanyaan terdiri dari 4
alternatif jawaban, yaitu SS, S, TS, dan STS, dengan skor 4, 3, 2, dan
1 untuk item soal favorable, jika tidak dijawab (kosong), maka
skornya 0 (nol). Agar lebih jelas, maka dapat dilihat pada table
berikut ini:
Tabel. 4
Data Hasil Angket tentang Kekhusyu’an Shalat Fardhu
No. Instrumen No. Item
Favorabel
No. Item
Anfavorabel
Jumlah
item
1. Kekhusyu’an
Shalat Fardlu
1, 2, 3, 4, 5, 6, 8,
10, 11, 12, 13, 14,
17, 18, 19, 20, 21,
22, 25, 26, 27
7, 9, 15, 16,
23, 24, 28, 29,
30
30
Jumlah 21 9 30
72
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa skor tertinggi
kekhusyu’an shalat fardhu adalah 67, sedangkan skor terendah
adalah 49, sehingga selisih (rentang) adalah 18.
5.1.2. Data Hasil Angket Tentang Ketenangan Jiwa
Untuk menentukan nilai kuantitatif ketenangan jiwa adalah
dengan menunjukkan skor jawaban angket dari responden sesuai
dengan frekuensi jawaban. Angket tentang ketenangan jiwa
berjumlah 36. Masing-masing pertanyaan terdiri dari 4 alternatif
jawaban, yaitu SS, S, TS dan STS, dengan skor 4, 3, 2, dan 1 untuk
item soal favorable, sedangkan skor 1, 2, 3, dan 4 untuk item soal
unfavorable. Jika tidak dijawab (kosong), maka skornya 0 (nol).
Agar lebih jelas, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 5
Data Hasil Angket tentang Ketenangan Jiwa
No Instrumen No. Item
Favorabel
No. Item
Anfavorabel
Jumlah
item
1. Ketenangan
Jiwa
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 18, 19, 21, 22, 23,
24, 25, 26
17, 20, 27, 28,
29, 30, 31, 32,
33, 34, 35, 36
36
Jumlah 24 12 36
73
Dari table di atas dapat diketahui bahwa nilai (skor) tetinggi
ketenangan jiwa keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit Islam
Muhammadiyah Kendal adalah 81 sedangkan skor terendahnya 59
sehingga selisih (rentang) adalah 22.
5.1.3. Kondisi Ketenangan Jiwa Keluarga Pasien Rawat Inap Rumah Sakit
Islam Muhammadiyah Kendal Setelah Melaksanakan Shalat Dengan
Khusyu’
Ibadah shalat fardhu yang dilaksanakan dengan khusyu’ oleh
keluarga pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam Muhammadiyah
Kendal, mampu mempengaruhi ketenangan jiwa keluarga pasien
tersebut. Pertama dari segi perasaan, yang sebelumnya mudah goyah
dan tidak tenang, kini menjadi tentram, tenang dan mudah menerima
kenyataan dengan iman yang kuat. Dan merasakan kesejukan,
kenyamanan menjalani realita hidup, yang sebelumnya mudah marah
menjadi penyabar. Yang sebelumnya mudah putus asa menjadi
semangat dan selalu termotivasi dan selalu merasa dekat serta
mendapatkan perlindungan dari-Nya.
Dari segi tingkah laku dan pembawaan dalam kesehariannya,
para keluarga pasien lebih bisa mengontrol dan mengendalikan
dirinya, untuk tidak meningkatkan sifat-sifat tercela dan selalu
berusaha untuk lebih baik, lebih bisa menerima kenyataan hidup, dan
74
dalam hal beribadah lebih khusyu’, tidak cemas, tidak ragu dan
mampu mengondisikan dirinya sebagai mahluk sosial.
5.2. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui hubungan antara kekhusyu’an shalat
fardhu dengan ketenangan jiwa keluarga pasien rawat inap Rumah
Sakit Islam Muhammadiyah Kendal, yang diperoleh dari hasil
angket. Hal ini dimaksudkan untuk mencari kebenaran hipotesis
yang telah ditentukan yaitu adanya dampak positif antara
kekhusyu’an shalat fardhu dengan ketenangan jiwa keluarga pasien
rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal.
Dari hasil analisis masing-masing variabel, kemudian
dioperasikan dalam rumus regresi dengan lengkah sebagai berikut:
a. Menguadratkan tiap-tiap skor atau nilai angket dari variabel
X da Y sehingga diperoleh 2Χ dan 2Υ
b. Mengendalikan tiap-tiap variabel X dan Y sehingga
diperoleh XY
Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam table di bawah ini:
Tabel. 6
Tabel Kerja Analisis Regresi
75
Resp.R_1R_2R_3R_4R_5R_6R_7R_8R_9R_10R_11R_12R_13R_14R_15R_16R_17R_18R_19R_20R_21R_22R_23R_24R_25R_26R_27R_28R_29R_30R_31R_32R_33R_34JumlahMaxMin
X60545859595454636455575754575358526057675765595449595555565354575155
19316749
=Χ∑
Y61666065697867767063646459656867626859676168637056766166636566676465
22297856
=Υ∑
3600291633643481348129162916396940963025324932492916324928093364270436003249448932494225348129162401348130253025313628092916324926013025
110181
2Χ
=Χ∑ 2
3721435636004225476160844489577649003969409640963481422546244489384446243481448937214624396949003136577637214356396942254356448940964225
146893
2Υ
=Υ∑ 2
XY3660356434803835407142123618478844803465364836483186370536043886322440803363448934774420371737802744448433553630352834453564381932643575
3 126808=ΧΥ∑
Dari tabel persiapan tersebut di atas dapat diketahui bahwa:
• Kolom 01: Jumlah responden
• Kolom 02: Skor variable X
• Kolom 03: Skor variable Y
• Kolom 04: Hasil pengkuadratan skor variable X
• Kolom 05: Hasil pengkuadratan skor variable Y
76
• Kolom 06: Hasil perkalian antara skor variable X dan variable Y
Langkah berikutnya adalah mengolah data tersebut di atas ke
dalam rumus analisis regresi satu prediktor sebagai berikut:
Diketahui :
34=Ν
∑ =Χ 1931
∑ =Υ 2229
∑ =Χ 110812
∑Y2 = 162382
∑XY = 133354
( )( )∑∑∑
ΥΧ
ΧΥ=
22rxy
( )( )N
YXXYXY ∑∑−∑=∑
= 133354 - (1931) (2344)
= 133354 – 133125,4118
= 228,5882
( )NXXX
222 ∑−∑=∑
( )34
19311101812
−=
343728761110181−=
77
= 110181 – 109669,44
= 511,56
( )NYYY
222 ∑−∑=∑
= 162382 – (2344)
344968441146893 −=
= 162382 – 161598,1176
= 783,8824
( )( )∑∑∑
ΥΧ
ΧΥ=
22rxy
( )( )38,76256,51191,213
=
11,39000391,213
=
= 0,36097744
= 0,361
Dari pengolahan data menggunakan SPSS versi 12 diperoleh
hasil sebagai berikut:
78
Table. 7
Model Summaryb
.361a .130 .103 4.61566 2.049Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), KHUSYUKa.
Dependent Variable: K_JIWAb.
Koefisien korelasi Pearson (r) didapat sebesar 0,361,
menyatakan besarnya derajat keeratan hubungan antara kekhusyu’an
shalat fardhu dan ketenangan jiwa. Nilai sebesar 0,130 pada table di
atas menunjukkan bahwa besarnya pengaruh ketenangan jiwa yang
disebabkan oleh kekhusyu’an shalat fardlu adalah sebesar 13 %.
Setelah mengetahui hasil analisis regresi di atas, maka
langkah selanjutnya mencari persamaan garis regresi. Adapun
langkah-langkah operasional data sebagai berikut:
a. Mencari korelasi antara kekhusyu’an shalat fardhu dengan
ketenangan jiwa
( )( )( ) ( ) ( )22
22 ∑∑∑ ∑∑ ∑∑
Υ−ΥΧ−ΧΝ
ΥΧΧΥΝ=Γxy
Dari uji koefisien korelasi di atas dapat diketahui bahwa
rxy hitung adalah 0,361. Kemudian dikonsultasikan dengan
harga rt (tabel) pada taraf signifikan 5% (0,339). Jika rxy < rt
pada taraf signifikan 5% maka hasilnya signifikan dan hipotesis
diterima. Jadi bisa dilakukan uji regresi, karena sudah terbukti
signifikan.
79
b. Mencari persamaan garis regresi
y = ax + k
Untuk mencari a dan k dengan cara
1) ∑ ∑ ∑ΧΚ+Χ= 2axy
2) ∑ ∑ ΝΚ+Χ= ay
1) 133354 = 110181 a + 1931 K (masing-masing dibagi 1931)
2) 2344 = 1931 a + 34 K (masing-masing dibagi 34)
Persamaan tersebut disesuaikan secara simultan: persamaan 1)
dibagi dengan 1931 dan persamaan 2) dibagi 34 dan hasilnya:
3) 69,05955463 = 57,05903677 a + K
4) 68,94117647 = 56,79411765 a + K -
0,11837816 = 0,26491912 a
a = 0,446846418
Jadi nilai a = 0,447
Untuk mencari hubungan konsultan k di pergunakan kembali
persamaan 4):
4) 68,94117647= 56,79411765 a + K
68,94117647= (56,79411765)(0,447) + K
68,94117647 = 25,38697059
K = 68,94117647 – 25,38697059
K = 43,554
Jadi nilai K = 43,554
80
Dari pengolahan dengan menggunakan SPSS versi 12 diperoleh
data seperti di bawah ini:
Tabel. 8
Coefficientsa
43.563 11.617 3.750 .001 19.900 67.226.447 .204 .361 2.190 .036 .031 .863
(Constant)KHUSYUK
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Lower Bound Upper Bound5% Confidence Interval for B
Dependent Variable: K_JIWAa.
c. Menentukan nilai F dengan mencari:
JK ( )22∑ ∑ ∑Υ−ΥΚ+Χ= areg
JK ∑ ∑ ∑Κ−ΧΥ−= yayres 2
Dari uji regresi di atas dapat diketahui bahwa F hitung
adalah 4,25 kemudian di konsultasikan dengan Ft (table) pada
taraf signifikan 5%. Jika F hitung lebih besar dari Ft (table) pada
taraf signifikan 5%, maka signifikan dan hipotesis diterima.
Untuk mengetahui lebih lanjut, maka dapat dilihat dalam tabel:
81
Tabel. 9
Analisis Regresi Satu Prediktor
Sumber variasi Db JK RK
Regresi (reg) 1 102,143571 102,43571
Residu (res) 32 681,738829 21,30433841
Total 33 783,8824 -
Freg = 4,808
Dari hasil tabel di atas diperoleh nilai Freg sebesar dengan
nilai Ftabel 0.05 = 0.339. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesisnya
diterima. Artinya ada pengaruh positif antara kekhusyu’an shalat
fardlu dengan ketenangan jiwa keluarga pasien rawat inap Rumah
Sakit Islam Muhammadiyah Kendal. Hal ini berarti jika keluarga
pasien memiliki pengetahuan tentang agama Islam, pemahaman
terhadap ibadah, serta intensitas yang tinggi dalam kekhusyu’an
shalat fardlu, maka akan semakin meningkat ketenangan jiwanya.
Untuk mengetahui kriteria rata-rata dari masing-masing
responden dapat dibaca pada ringkasan sebagai berikut:
Tabel. 10
Kriteria rata-rata kekhusyu’an shalat fardhu pada keluarga pasien rawat Inap
Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal
No. Mean Interval Frekuaensi Kriteria
1 49-52 3 Rendah
82
2 53-56 13 Agak rendah
3 57-60 14 Sedang
4 61-64 2 Agak tinggi
5
56,8
65-68 2 Tinggi
Tabel. 11
Kriteria rata-rata ketenangan jiwa pada keluarga pasien rawat Inap Rumah Sakit
Islam Muhammadiyah Kendal
No. Mean Interval frekuensi Kriteria
1 59-63 3 Rendah
2 64-68 14 Agak rendah
3 69-73 14 Sedang
4 74-78 1 Agak tinggi
5
68,94
79-83 3 Tinggi
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata
kekhusyu’an shalat fardhu keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit
Islam Muhammadiyah Kendal termasuk kategori “sedang” terletak
pada interval 57-60. Sedangkan rata-rata ketenangan jiwa keluarga
pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal
termasuk kategori “sedang” terletak pada interval 69-73.
83
5.3. Pembahasan
Dari analisis data diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh positif
antara kekhusyu’an fardlu terhadap ketenangan jiwa, sejalan dengan
pendapat Ustman Najati (1985: 308) bahwa keadaan yang tentram dan jiwa
tenang yang dihasilkan oleh shalat yang mempunyai dampak terapeutik yang
penting dalam meredakan ketegangan saraf, yang timbul akibat berbagai
tekanan kehidupan sehari-hari dan menurunkan kegelisahan yang diderita
oleh sebagian orang.
Shalat merupakan perlindungan dari berbagai penyakit yang bisa
menyerang tubuh. Shalat juga adalah obat untuk berbagai penyakit. Dr.
Suwaidan, berpendapat bahwa shalat dipercaya sebagai cara perlindungan
paling efektif dari berbagai penyakit pencernaan dan penyakit kronis
lainnya, sebagaimana ia juga merupakan metode paling baik untuk menjaga
kesehatan (Bahnasi, 2007: 121).
Shalat memiliki pengaruh yang efektif untuk mengobati rasa sedih
dan gundah yang menghimpit keluarga pasien dan manusia lainnya. Ketika
seseorang menjalankan shalat dengan khusyu’ dan ikhlas serta
membebaskansan dirinya dari urusan duniawi, maka jiwanya akan merasa
damai dan tenang serta terhindar dari segala himpitan dan problematika
hidup.
Dalam hal ini, Allah Swt memerintahkan bahwa untuk menjalankan
ibadah shalat ketika seseorang dihadapkan kepada persoalan yang mem-
bebani dirinya. Allah Swt berfirman:
84
Artinya: “Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar
dan shalat. Dan shalat itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu”’. (QS. Al-Baqarah: 45) (Depag,
2002: 8).
Hubungan manusia dengan Tuhannya ketika tengah menjalankan
ibadah shalat dapat meningkatkan kekuatan spiritual yang memiliki
pengaruh besar dalam menciptakan perubahan raga dan jiwa. Kekuatan
spiritual itu dapat menghilangkan perasaan terhimpit dan perasaan tidak
berdaya dan menyembuhkan berbagai penyakit, membangkitkan harapan,
menguatkan keinginan, meninggikan cita-cita, menghalau kekhawatiran dan
rasa takut, menjaga keseimbangan jiwa dan memunculkan ketenangan jiwa,
kekuatan itu pun memberi rasa tanggungjawab dalam mengemban tugas dan
tujuan manusia dalam kehidupan dunia dengan baik.
Ibadah shalat juga memiliki pengaruh besar untuk mengubah
perasaan bersalah yang menyebabkan perasaan khwatir dan penyakit. Hal ini
karena shalat dapat menghapus berbagai dosa, menyucikan jiwa, dan
membangkitkan jiwa untuk selalu berharap meraih ampunan dan keridhaan
Allah Swt. Hubungan shalat dengan ketenangan jiwa telah diketahui dan
dirasakan oleh banyak orang, hal ini juga didasarkan pada (Qs. Al-
Mu’minun: 1-2):
85
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya”.
(QS. al-Mu’minun: 1-2).
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Bimroh RSI
Muhammadiyah Kendal bahwa seseorang yang menjalankan shalat dengan
khusyu’ maka hatinya akan menjadi tentram dan shalat memiliki pengaruh
yang efektif untuk mengobati rasa sedih dan gundah yang menghimpit
manusia. Dengan menjalankan ibadah shalat maka bisa memperoleh
ketenangan jiwa. Dalam ketenangan ini bukan hanya memperoleh kekuatan
secara batin akan tetapi dapat pula memperoleh kekuatan secara lahiriyah
dan dampak positifnya terlihat jelas pada kesehatan mereka.
Hubungannya dengan dakwah bahwa bimbingan yang dilaksanakan
di rumah sakit merupakan salah satu sarana dakwah, karena secara tidak
langsung mengajak pasien dan keluarga pasien untuk tetap menjalakan
perintah agama, seperti shalat, berdoa, berzikir, bersabar dan tawakal dalam
menghadapi sakit atau musibah yang sedang dialaminya. Dengan mendekat-
kan diri kepada Allah Swt maka segala permasalahan yang belum
menemukan jalan keluar mendapat petunjuk dan jiwa menjadi tenang.
Sedangkan hubungannya dengan bimbingan konseling adalah membantu
proses kesembuhan pasien dan memperkuat psikis pasien dan keluarga.
86
Jadi menurut penulis, kekhusyu’an shalat fardhu merupakan salah
satu dari amalan shalat yang wajib dan harus disertai dengan keikhlasan
seperti pada amalan lainnya, karena itu ketika seseorang beramal hendaklah
ia khusyu’ dan ikhlas karena Allah Swt. Orang yang mengerjakan shalat
dengan khusyu’ tidak merasa sendiri. Seolah-olah berhadapan dan
melakukan dialog dengan Tuhan. Suasana spiritual ini dapat menolong
seseorang untuk menggungkapkan segala perasaan dan berbagai per-
masalahan yang sedang dihadapi. Dengan demikian ia mendapatkan tempat
untuk mencurahkan segala yang ada dalam pikirannya. Dengan shalat yang
khusyu’ orang akan mendapatkan ketenangan jiwa, karena merasa diri dekat
dengan Allah Swt dan memperoleh ampunan.
Dengan keimanan dan ketaqwaan, manusia mampu bersikap tenang
dan sabar dalam menghadapi cobaan hidup serta kondisi jiwanya penuh
dengan ketentraman karena selalu mengingat Allah. Maka dari itu sebagai
umat manusia, apabila di hadapkan dengan berbagai kondisi terpuruk, maka
harus senantiasa menghadapinya dengan keikhlasan dan mencari sebuah
alternatif yang baik untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Menjalankan
segala larangan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, merupakan sebuah
cara agar lebih dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan
mengamalkan ajaran agama setiap hari akan membawa pribadi yang lebih
utuh dan sehat, sehingga bebas dari berbagai gangguan kejiwaan.
87
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa ada dampak positif antara kekhusyu’an shalat fardhu dengan
ketenangan jiwa keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit Islam
Muhammadiyah Kendal dengan korelasi 13 %, rata-rata kekhusyu’an shalat
fardhu keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah
Kendal sebesar 56,8, termasuk dalam kualifikasi “sedang” terletak pada
interval 57-60. Sedangkan rata-rata ketenangan jiwa keluarga pasien rawat
inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal sebesar 68,94, termasuk
dalam kualifikasi “sedang” terletak pada interval 69-73. Kemudian hasil
pengujian hipotesis diperoleh Fhitung 4,808, dengan demikian Fhitung >
Ftabel 0,339 (4,808 > 0,339) yang berarti bahwa ada dampak positif
kekhusyu’an shalat fardhu terhadap ketenangan jiwa keluarga pasien rawat
inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal.
6.2. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemuka-
kan saran sebagai berikut:
1. Bagi Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal
88
Bagi Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal, diharapkan
untuk meningkatkan aktifitas dakwah Islam tidak hanya melalui tenaga
medis tetapi juga membuat kegiatan yang Islami. Dakwah dilakukan bisa
berfungsi intern seperti penyantunan bantuan bagi pasien dan keluarga
yang tidak mampu, maupun dakwah yang bersifat ekstern seperti
sunatan masal bagi anak-anak yang tidak mampu serta mengadakan
pembinaan dan pembekalan keagamaan lebih lanjut kepada para tenaga
medis dan rohaniawan. Di sinilah RSI juga perlu mengadakan training
dakwah bagi tenaga medis RSI memiliki bekal ilmu keagamaan, juga
mampu menyampaikan kepada pasien dan keluarga.
2. Bagi rohaniwan, psikolog, dokter dan perawat
Keluarga pasien Rumah Sakit Muhammadiyah Kendal pada
umumnya mengalami goncangan jiwa, oleh karena itu rohaniawan,
psikolog, dokter dan perawat dalam menjalankan profesinya disarankan
untuk lebih empati kepada pasien dan keluarga pasien. Sikap hangat,
kesabaran dan keterbukaan akan membuat keluarga pasien termotivasi
untuk bersabar dalam menghadapi penyakit yang dialami salah satu
anggota keluarganya dan melakukan pendidikan psikomotorik
(pengalaman) dan kognitif (rasional) dalam melakukan ibadah shalat
untuk meningkatkan ketakwaan.
3. Bagi subjek penelitian
Para keluarga pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam
Muhammadiyah Kendal disarankan untuk meningkatkan ibadah shalat
89
agar bisa mencapai ketenangan jiwa yang lebih baik. Caranya dengan
selalu berusaha menemukan hikmah di balik penderitaan yang dialami
sehingga pengalaman-pengalaman itu dapat berkurang, bahkan dapat
menimbulkan makna yang lebih berarti.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan peneliti-
an dengan topik dampak kekhusyu’an shalat fardhu dan ketenangan jiwa
keluarga pasien dapat mempertimbangkan variable-variabel lain seperti
ekonami, tipe kepribadian, dan pendidikan.
6.3. Penutup
Alhamdulillah wasyukurilah wani’matillah yang sangat mendalam,
penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi karena dengan limpahan rahmat,
taufiq, hidayah, serta inayahnya yang tiada terkira, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu kriti dan saran yang konstruktif sangat penulis
harapkan dari pembaca sebagai masukan bagi penulis demi kesempurnaan
skripsi ini sehingga menjadi lebih sempurna.
Penulis harap semoga karya yang sederhana ini dapat memberikan
manfaat secara optimal bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada
90
umumnya, dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya
dan ridho-Nya kepada kita semua, Amin-amin Ya Robbal ‘alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdu, Misa. 2006. Menjernihkan Batin Dengan Shalat Khusyuk. Yogyakarta: PT
Mitra Pustaka.
Al-Ghazali, Imam. 1984. Ihya Ulumuddin Bab Ajaibul Qolbi Terj. Ismail Yakub.
Jilid 4. Jakarta: Tirta Mas.
_______________. 2006. Rahasia-rahasia dan Keutamaan shalat khusyu’.
Bandung: Mizan Media Utama.
_______________. 1989. Menangkap Kedalaman Rohaniah Peribadatan Islam.
Jakarta: Rajawali.
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka cipta.
_______________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi VI. Jakarta: Rineka cipta.
_______________. Prof. Dr. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka cipta.
Ali, Muhammad Daud Prof. H. S.H. 2004. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT.
Grafindo Persada.
Ahmad bin Salim Baduweilan. 2008. Misteri Pengobatan Dalam Shalat ;
Menguap Rahasia Pengobatan dan kesehatan dalam Ibadah Shalat.
Jakarta: Mirqad Media Grafika.
Azwar, Saifudin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bagir, Haidar. Dr. 2008. Buat Apa Shalat?! Kecuali Jika Anda Hendak
Mendapatkan Kebahagian dan Ketenangan Jiwa. Bandung: PT Mizan
Pustaka.
Bahnasi, M. 2007. Shalat sebagai Terapi Psikologi. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Burhani MS & Hasbi Lawrens. tt. Referensi ilmiah-Politik Kamus Ilmiah Populer.
Jombang: PT. Lintas media.
Bakran Adz-Dzaky, HM. Hamdani. 2006. Konseling dan Psikoterapi Islam.
Jogyakarta: PT. Fajar Pustaka Baru.
Caplin J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Dahlan, Abdul Aziz. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ictiah Baru Van
Hoeve.
Daradjat, Z. 1982 . Kesehatan Mental. Jakarta: PT Toko Gunung Agung.
_______. 1990. Kesehatan Mental. Jakarta: CV.Haji Masagung.
_______. 2002. Islam Untuk Disiplin Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan 1. Jakarta:
DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN AGAMA ISLAM.
Departemen Agama RI. 2002. Mushaf Al-Qur’an Terjemahan. Jakarta: Pena
Pundi Aksara.
Faqih, Aunur R & Amir Mu’alim. 1998. Ibadah dan Akhlak dalam Islam.
Yogyakarta: UII Press.
Faqih, Aunur R. 2001. Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam. Jogyakarta: UII
Press.
Hakim, Thursan. Drs. 2002. Mengatasi Gangguan Konsentrasi. Jakarta: Puspa
Swara Hadi, Sutrisno. Prof. Drs. M. A. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi
Offset.
Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah. 2006. Pengaruh Shalat Terhadap Iman dan
Jiwa. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Irmim, Soejitno & Soeharyo AP. 2005. Jika Bekerja Seperti Shalat. Surabaya:
SEYMA MEDIA.
Irwanto, dkk. 1991. Psikologi Umum. Jakarta: PT Grafindo Pustaka Utama.
Koentjoroningrat. 1989. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Mahalli, Ahmad Mudjab. 2002. Membangun Pribadi Muslim. Jogjakarta: Menara
Kudus.
Moeljono Notosoedirjo & Latipun. 2005. Kesehatan Mental: Konsep dan
Penerapan. Malang: UMM Press.
Mujid, Abdul & Jusuf Mudzakkir. 2001. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mursal, Drs.H. dkk. 1977. Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan. Bandung: PT.
Alma’arif.
Musbikin, Imam. 2007. Rahasia Shalat bagi Penyembuhan Fisik dan Psikis.
Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Musfir bin Said Az- Zahrani. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Press.
Nada Abu Ahmad, Syaikh. 2007. Sekhusyu’ Shalat Nabi Tangga Menuju
Pengalaman Spiritual Tertinggi. Klaten: Inas Media.
Najati, M. ‘Ustman. 1985. Al-Qur’an & Ilmu Jiwa. Bandung: PT Pustaka.
Nashori, Fuad H. 2006. Jurnal Psikologi Islam Psikoterapi Islam Kontenporer.
Yogyakarta: Pengurus Pusat Asosiasi psikologi Islam.
Nawawi, Badari. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada.
Notoatmodjo, Suekidjo. Dr. 2002. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Nasution, Muslim. 2002. Menuju Ketenangan Batin. Jakarta: Gema Insani.
Pratiknya, Ahmad Watik & Abdul Salam M. Sofro. 1986. Etika, Islam, dan
Kesehatan: sambangan Islam dalam menghadapi problema kesahatan
Indonesia tahun 2000-an. Jakarta: Rajawali.
Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsi-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
RI, Depag. 1993. Ensiklopedi Islam di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Proyek Peningkatan Prasarana
& Sarana Perguruan Tinggi Agama.
_______________. 2002. Islam Untuk Disiplan Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan
1. Jakarta: Direktorat Jenderal kelembagaan Agama Islam.
_______________. 2002. Mushaf Al-Qur’an Terjemahan. Jakarta: Pena Pundi
Aksara.
Rifa’i, Moh. 2004. Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT Toha Putra.
Salim bin Idul Hilal. 2008. Khusyuk Cahaya Kehidupan. Surakarta: Ziyad Visi
Media.
Sangkan, Abu. 2006. Pelatihan Shalat Khusyu’. Jakarta: Baitul Ihsan.
Shadily, Hussain. 1983. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina
Aksara.
Shahab, Husein. 2002. Seni Menata Hati Terapi Sufistik. Jakarta: Hikmah.
Sholeh, Moh. & Musbikin Imam. 2005. Agama sebagai Terapi; Telaah Menuju
Ilmu Kedokteran Holistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soewanto, Westy. 1988. Pengantar Psikologi. Jakarta: Bina Aksara.
Syukur, M.Amin Prof. Dr. H.MA. Pengantar Studi Islam. Semarang: CV. Bima
Sejati.
Tim Penyusun Kamus PPPB, 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan Kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Taufiq, Muhammad Izzuddin. 2006. Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi
Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
BIODATA PENULIS
Nama : SURIYANTI
Tempat/Tanggal Lahir : Margotani Rt 06 Rw 02 Kecamatan MADANG
SUKU II Kabupaten OKU TIMUR
Alamat Asal : Margotani Rt 06 Rw 02 Kecamatan MADANG
SUKU II Kabupaten OKU TIMUR
Jenjang Pendidikan :
1. SDN. NO.2 Margotani Rt 06/02 Kec. Madang Suku II Kab. OKU TIMUR:
Lulus Tahun 1998
2. MTS Negeri Kota Negara Kec. Madang Suku II Kab. OKU TIMUR:
Lulus Tahun 2001
3. MAN 3, Jl. Inspektur Marzuki Km. 4 Pakjo Palembang: Lulus Tahun 2004
4. Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
Demikian biodata ini penulis dibuat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, Desember 2009
Peneliti
Suriyanti
BIODATA PENULIS
Nama : SURIYANTI
Tempat/Tanggal Lahir : Margotani Rt 06 Rw 02 Kecamatan MADANG
SUKU II Kabupaten OKU TIMUR
Alamat Asal : Margotani Rt 06 Rw 02 Kecamatan MADANG
SUKU II Kabupaten OKU TIMUR
Jenjang Pendidikan :
1. SDN. NO.2 Margotani Rt 06/02 Kec. Madang Suku II Kab. OKU TIMUR:
Lulus Tahun 1998
2. MTS Negeri Kota Negara Kec. Madang Suku II Kab. OKU TIMUR:
Lulus Tahun 2001
3. MAN 3, Jl. Inspektur Marzuki Km. 4 Pakjo Palembang: Lulus Tahun 2004
4. Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
Demikian biodata ini penulis dibuat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, Desember 2009
Peneliti
Suriyanti
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN A: SKALA SEBELUM DAN SESUDAH UJI COBA
1. Sebelum Uji Coba
IDENTITAS DIRI
1. Nama : ……………………………………………….
2. Usia : …………… Tahun
3. Agama : ……………………………………………….
4. Pendidikan : ………………………………………………
5. Pekerjaan : ……………………………………………….
6. Alamat : .………………………………………………
PETUNJUK
Kami bermaksud meminta bantuan kepada Anda dengan cara mengisi dua
macam skala. Mohon Anda membaca petunjuk-petunjuk di bawah ini:
1. Dalam skala-skala ini terdapat sejumlah pertanyaan. Setelah membaca dengan
seksama Anda dimintak memilih salah satu dari 4 pilihan tanggapan yang tersedia
dengan memberi tanda silang (X) pada pilihan yang disediakan, yaitu:
SS : Bila Anda sangat sesuai dengan pertanyaan
S : Bila Anda sesuai dengan pertanyaan
TS : Bila Anda tidak sesuai dengan pertanyaan
STS : Bila Anda sangat tidak sesuai dengan pertanyaan
2. Pilihlah alternatif tanggapan yang benar-benar sesuai dengan keadaan/kenyataan diri
Anda, bukan dengan apa yang seharusnya.
3. Seumpama ada pertanyaan yang secara kenyataan Anda belum mengalaminya, Anda
dapat membayangkan bila suatu saat Anda mengalaminya dan memperkirakan reaksi
Anda terhadap hal tersebut.
4. Dalam menjawab skala ini Anda tidak perlu takut salah, karena semua jawaban dapat
diterima.
5. Kerahasiaan identitas dan jawaban Anda akan kami jamin
6. Kesungguhan dan kejujuran Anda sangat menentukan kualitas hasil penelitian ini.
Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Semarang, Mei 2009
Peneliti
1. Skala Kekhusyu’an Shalat Fardhu
No. PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya membaca bacaan-bacaan shalat dengan
thuma’ninah
2 Pada waktu shalat saya merasakan bahwa saya
berkomunikasi dengan Allah Swt. dan saya
berada dihadapan Allah
3 Saya berusaha untuk memusatkan pikiran pada
saat mengerjakan shalat dan tiada berpaling pada
sesuatu yang lain
4 Ketika membaca Al-Fatihah muncullah imajinasi
saya dan melayang kemana-mana
5 Saya tidak bisa memahami arti setiap ucapan dan
gerakan dalam shalat dengan baik
6 Orang yang shalat dengan khusyu’ tidak harus
mempunyai kesadaran ruhani dan kepercayaan
7 Pada waktu menggucapkan takbir “allahu akbar
dan membaca bacaan-bacaan dalam shalat”, hati
saya memahami dan menghayati sepenuhnya
bahwa Allah Maha Besar
8 Subhanna rabbiyal-‘adhiimii wa bi hamdih
artinya Maha Suci Tuhan Yang Maha Agung
serta memujilah aku kepada-Nya
9 Dengan melaksanakan ibadah shalat semoga saya
terhindar dari perbuatan keji dan munkar
10 Saya membaca surat Al-Ikhlas dengan cepat
tanpa memahami maknanya
11 Melaksanakan shalat dengan khusyu’ adalah
mudah
12 Saya tidak menikmati setiap gerak dari takbir
hingga salam
13 Ketika membaca doa Iftitah saya menghadapkan
muka hatiku kepada Dzat yang menciptakan
langit dan bumi
14 Ibadah yang saya lakukan adalah sebagai sarana
penghubung ikhtiar manusia dengan Allah Swt.
15 Saya shalat menghadap Allah Swt. dengan serius
dan hikmat serta tidak berpaling dari-Nya
16 Saya tidak percaya sepenuhnya akan keagungan-
Nya
17 Pada waktu shalat saya tidak meluruskan shaf dan
merapatkannya
18 Saya tidak mengindahkan adzan ketika
dikumandangkan
19 Pada waktu sujud saya mengakui atas kelemahan
diri saya dan mengakui kebesaran-Nya
20 Saya yakin bahwa suatu saat akan bertemu
dengan Allah Swt. dan semua makhluk akan
kembali kepada-Nya
21 Apabila mendengar asma Allah Swt. maka hati
saya bergetar
22 Saya ragu akan petunjuk Allah Swt.
23 Saya tidak percaya dengan hari pembalasan
24 Saya tidak takut dengan azab Allah Swt.
25 Dengan melaksanakan shalat khusyu’ saya
menjadi peduli terhadap anak-anak yatim, dan
fakir miskin
26 Dengan shalat khusyu’ saya menjadi lebih
optimis
27 Setelah melaksanakan shalat dengan khusyu’ saya
lebih bersabar dalam menghadapi musibah
28 Meskipun saya telah melaksanakan shalat dengan
khusyu’ saya masih tetap berbohong dan tidak
mandiri
29 Meskipun saya melaksanakan shalat dengan
khusyu’ saya masih tidak disiplin
30 Saya melaksanakan shalat karena ingin
mendapatkan penghargaan dari orang lain
2. Skala Ketenangan Jiwa
No
. PERNYATAAN SS S TS STS
1 Hati saya tetap tenang, meskipun sedang dilanda
masalah.
2 Hati saya menjadi tenang dan tentram apabila
mengingat Allah SWT.
3 Dalam keadaan seperti apapun, saya masih bisa
merasakan kebahagian hidup.
4 Saya sering dihinggapi perasaan cemas dan sedih.
5 Meskipun saya banyak melakukan ibadah namun
saya masih tetap gelisah.
6 Hati saya selalu tidak tenang ketika menghadapi
masalah.
7 Saya menerima dengan ikhlas atas apa yang
sudah diberikan Allah SWT kepada saya.
8 Sesungguhnya saya adalah milik Allah Swt. dan
kepada-Nya-lah saya kembali.
9 Saya percaya bahwa Allah SWT menguji
hambanya sesuai dengan kemampuannya.
10 Dalam mengambil keputusan, saya jarang
mempertimbangkan hati nurani.
11 Segala keputusan saya serahkan semua kepada
selain Allah SWT (paranormal).
12 Allah SWT tidak adil terhadap saya, karena selalu
memberi cobaan yang tiada henti-hentinya.
13 Saya optimis penuh bahwa Allah Swt. akan selalu
memberikan pertolongan.
14 Saya selalu dapat mengambil pelajara dari
musibah yang menimpa diri saya.
15 Bila mengalami banyak kesulitan, saya selalu
berusaha sekuat tenaga untuk mencari solusi
(jalan keluar) terbaik.
16 Permasalahan hidup yang kompleks membuat
saya pesimis.
17 Saya takut menjalani hidup ini.
18 Permasalahan yang kompleks membuat saya
malas beribadah.
19 Saya tidak terburu-buru untuk bersikap apriori
dan berprasangka negatif.
20 Di manapun saya berada, saya tanamkan pada diri
saya untuk bisa tenggang rasa (tepo seliro)
terhadap orang lain.
21 Saya mampu menahan diri saat memperoleh
keberuntungan dan menerima musibah.
22 Permasalahan hidup yang sangat rumit membuat
saya terkadang melupakan norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
23 Saya tidak merasa berbahagia meskipun telah
membantu orang yang membutuhkan pertolongan
saya.
24 Ketika sedang kesal, saya menjadi sangat mudah
marah pada orang di sekitar saya.
25 Saya merasa hidup saya berguna.
26 Saya selalu berusaha mengembangkan potensi
yang saya miliki.
27 Dalam keadaan bagaimanapun saya selalu dapat
mengontrol diri.
28 Meskipun saya berdzikir saya tidak memperoleh
ketentraman batin.
29 Untuk memperoleh hak saya, maka saya sering
menempuh jalan kekerasan.
30 Saya akan marah dengan orang yang berani
menasehati saya.
31 Kepada Allah SWT, saya mengadukan segala
permasalahan (problem) yang sedang saya
hadapi.
32 Saya berusaha memahami ajaran agama saya
dengan serius, sehingga saya yakin akan
kebenarannya.
33 Saya berusaha menjadi manusia yang baik
sebagaimana dianjurkan agama.
34 Saya tidak berpegang teguh pada ajaran Islam
yang menjanjikan keselamatan.
35 Saya tidak pernah bersyukur atas kenikmatan
yang telah Allah berikan kepada saya.
36 Saya lebih percaya kepada yang lain yang dapat
memberikan kesejahteraan dan kebahagian tanpa
harus berusaha.
2. Sesudah Uji Coba
IDENTITAS DIRI
1. Nama : ……………………………………………….
2. Usia : …………… Tahun
3. Agama : ……………………………………………….
4. Pendidikan : ………………………………………………
5. Pekerjaan : ……………………………………………….
6. Alamat : .………………………………………………
PETUNJUK Kami bermaksud meminta bantuan kepada Anda dengan cara mengisi dua
macam skala. Mohon Anda membaca petunjuk-petunjuk di bawah ini:
1. Dalam skala-skala ini terdapat sejumlah pertanyaan. Setelah membaca dengan
seksama Anda dimintak memilih salah satu dari 4 pilihan tanggapan yang
tersedia dengan memberi tanda silang (X) pada pilihan yang disediakan, yaitu:
SS : Bila Anda sangat sesuai dengan pertanyaan
S : Bila Anda sesuai dengan pertanyaan
TS : Bila Anda tidak sesuai dengan pertanyaan
STS : Bila Anda sangat tidak sesuai dengan pertanyaan
3. Pilihlah alternatif tanggapan yang benar-benar sesuai dengan
keadaan/kenyataan diri Anda, bukan dengan apa yang seharusnya.
4. Seumpama ada pertanyaan yang secara kenyataan Anda belum mengalaminya,
Anda dapat membayangkan bila suatu saat Anda mengalaminya dan
memperkirakan reaksi Anda terhadap hal tersebut.
5. Dalam menjawab skala ini Anda tidak perlu takut salah, karena semua
jawaban dapat diterima.
6. Kerahasiaan identitas dan jawaban Anda akan kami jamin
7. Kesungguhan dan kejujuran Anda sangat menentukan kualitas hasil penelitian
ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Semarang, Mei 2009
Peneliti
1. Skala Kekhusyu’an Shalat Fardhu
No. PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya membaca bacaan-bacaan shalat dengan
thuma’ninah
2 Pada waktu shalat saya merasakan bahwa saya
berkomunikasi dengan Allah Swt. dan saya
berada dihadapan Allah
3 Saya berusaha untuk memusatkan pikiran pada
saat mengerjakan shalat dan tiada berpaling pada
sesuatu yang lain
4 Ketika membaca Al-Fatihah muncullah imajinasi
saya dan melayang kemana-mana
5 Saya tidak bisa memahami arti setiap ucapan dan
gerakan dalam shalat dengan baik
6 Orang yang shalat dengan khusyu’ tidak harus
mempunyai kesadaran ruhani dan kepercayaan
7 Subhanna rabbiyal-‘adhiimii wa bi hamdih
artinya Maha Suci Tuhan Yang Maha Agung
serta memujilah aku kepada-Nya
8 Saya membaca surat Al-Ikhlas dengan cepat
tanpa memahami maknanya
9 Melaksanakan shalat dengan khusyu’ adalah
mudah
10 Saya tidak menikmati setiap gerak dari takbir
hingga salam
11 Ketika membaca doa Iftitah saya menghadapkan
muka hatiku kepada Dzat yang menciptakan
langit dan bumi
12 Ibadah yang saya lakukan adalah sebagai sarana
penghubung ikhtiar manusia dengan Allah Swt.
13 Pada waktu shalat saya tidak meluruskan shaf
dan merapatkannya
14 Saya tidak mengindahkan adzan ketika
dikumandangkan
15 Pada waktu sujud saya mengakui atas kelemahan
diri saya dan mengakui kebesaran-Nya
16 Saya yakin bahwa suatu saat akan bertemu
dengan Allah Swt. dan semua makhluk akan
kembali kepada-Nya
17 Apabila mendengar asma Allah Swt. maka hati
saya bergetar
18 Saya ragu akan petunjuk Allah Swt.
19 Dengan melaksanakan shalat khusyu’ saya
menjadi peduli terhadap anak-anak yatim, dan
fakir miskin
20 Dengan shalat khusyu’ saya menjadi lebih
optimis
21 Setelah melaksanakan shalat dengan khusyu’
saya lebih bersabar dalam menghadapi musibah
2. Skala Ketenangan Jiwa
No. PERNYATAAN SS S TS STS
1 Hati saya tetap tenang, meskipun sedang dilanda
masalah
2 Hati saya menjadi tenang dan tentram apabila
mengingat Allah SWT.
3 Dalam keadaan seperti apapun, saya masih bisa
merasakan kebahagian hidup.
4 Saya sering dihinggapi perasaan cemas dan
sedih.
5 Meskipun saya banyak melakukan ibadah namun
saya masih tetap gelisah.
6 Hati saya selalu tidak tenang ketika menghadapi
masalah.
7 Saya menerima dengan ikhlas atas apa yang
sudah diberikan Allah SWT kepada saya.
8 Sesungguhnya saya adalah milik Allah Swt. dan
kepada-Nya-lah saya kembali.
9 Saya percaya bahwa Allah SWT menguji
hambanya sesuai dengan kemampuannya.
10 Dalam mengambil keputusan, saya jarang
mempertimbangkan hati nurani.
11 Segala keputusan saya serahkan semua kepada
selain Allah SWT (paranormal).
12 Allah SWT tidak adil terhadap saya, karena
selalu memberi cobaan yang tiada henti-hentinya.
13 Saya optimis penuh bahwa Allah Swt akan selalu
memberikan pertolongan.
14 Saya selalu dapat mengambil pelajaran dari
musibah yang menimpa diri saya.
15 Bila mengalami banyak kesulitan, saya selalu
berusahasekuat tenaga untuk mencari solusi
(jalan keluar) terbaik.
16 Permasalahan yang kompleks membuat saya
pesimis
17 Permasalahan hidup yang kompleks membuat
saya malas beribadah.
18 Saya tidak terburu-buru untuk bersikap apriori
dan berprasangka negatif.
19 Saya mampu menahan diri saat memperoleh
keberuntungan dan menerima musibah.
20 Permasalahan hidup yang sangat rumit membuat
saya terkadang melupakan norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
21 Saya tidak merasa berbahagia meskipun telah
membantu orang yang membutuhkan pertolongan
saya.
22 Ketika sedang kesal, saya menjadi sangat mudah
marah pada orang di sekitar saya.
23 Saya merasa hidup saya berguna.
24 Saya selalu berusaha mengembangkan potensi
yang saya miliki.
NO. Resp.1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 TOTAL
1 Ansori 3 3 2 2 3 3 2 1 4 4 4 3 2 2 2 3 3 3 4 4 3 602 Aminudin 4 3 3 1 3 3 1 2 3 2 3 3 1 2 2 1 3 4 3 4 3 543 Chamid 2 4 3 3 2 2 2 4 3 3 2 4 3 2 1 3 3 3 3 3 3 584 Casminah 4 3 4 2 4 4 2 2 4 1 3 3 2 1 1 1 3 3 4 4 4 595 Danuri 4 3 3 1 4 4 2 1 3 1 4 4 2 1 2 2 4 3 3 4 4 596 Gito 3 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 3 2 1 2 2 3 3 3 3 3 547 Hj.Latifah 4 4 3 1 1 1 2 2 2 3 4 3 2 2 2 2 3 3 3 3 4 548 Hanafi 3 4 2 3 4 4 2 4 3 3 2 3 3 1 4 4 3 3 2 3 3 639 Ika.Ayu 3 4 4 2 3 3 2 1 4 4 4 4 3 2 1 1 3 4 4 4 4 6410 Ilham.Wijaya 3 3 3 2 2 2 2 4 3 4 4 3 2 1 1 2 1 4 3 3 3 5511 Komariyah 4 4 4 1 2 2 2 3 3 3 4 3 1 2 2 2 3 3 3 3 3 5712 Keman 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 5713 Kusni 3 4 1 1 3 3 2 3 4 2 2 2 3 2 3 3 4 4 2 1 2 5414 Maryuni 3 3 3 2 3 3 1 2 4 2 3 4 2 2 2 2 3 3 3 3 4 5715 Nyenik 2 4 3 1 2 2 1 2 1 3 2 3 2 4 3 3 2 2 4 4 3 5316 Nur.Yasin 3 4 3 2 1 1 2 2 4 4 4 4 2 2 1 2 3 4 3 3 4 5817 Rumyanah 3 3 3 1 1 1 1 1 4 3 3 4 2 1 2 2 4 3 3 4 3 5218 Ridwan 3 4 4 3 2 2 3 1 1 2 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 3 6019 Saifur.Anwar 3 3 3 2 2 2 2 4 3 3 3 3 2 2 1 1 3 4 3 4 4 5720 Sobihin 4 4 4 2 2 2 2 4 4 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 4 4 6721 Siti.Maryati 4 4 4 1 1 1 1 3 4 4 4 4 1 2 1 2 3 3 3 4 3 5722 Soni.Suryanto 4 4 4 3 1 1 1 4 4 4 4 4 1 2 3 3 4 3 3 4 4 6523 Sutejo 4 4 2 2 2 2 1 3 4 4 3 4 2 2 2 2 3 3 3 4 3 5924 Slamet 2 3 2 4 3 3 4 4 3 1 1 2 1 3 2 3 3 2 3 2 3 5425 Siti.Kasmirah 4 2 3 4 2 2 2 3 1 2 3 3 3 1 2 2 1 1 2 3 3 4926 Suswati 3 4 3 2 3 3 2 2 3 2 4 4 3 2 2 4 3 3 3 2 2 5927 Sutariyah 3 3 4 1 1 1 2 2 4 3 4 4 1 2 1 2 3 4 3 3 4 5528 Saadah 4 4 3 2 1 1 1 2 2 3 3 4 2 1 2 2 4 3 3 4 4 5529 Sri.Mulyati 3 4 3 3 1 1 2 2 3 3 2 1 3 2 3 4 4 2 3 4 3 5630 Tamsir 4 3 3 2 2 2 1 2 4 3 2 3 3 2 3 4 3 3 2 1 1 5331 Tohayani 4 4 3 3 1 1 1 2 4 4 4 4 2 1 1 2 2 3 3 2 3 5432 Waryani 4 3 4 1 2 2 1 3 3 4 3 4 2 1 2 1 3 4 3 4 3 5733 Warniyah 3 3 4 3 1 1 2 3 4 3 2 1 3 3 3 1 1 4 1 2 3 5134 Yodhano 4 4 3 2 3 3 2 1 3 2 3 3 1 2 1 1 3 4 4 3 3 55
ITEM JAWABAN KEKHUSYU'AN IBADAH SHALAT FARDHU
NO. Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 TOTAL1 Ansori 4 3 3 1 2 3 4 3 1 1 3 3 4 4 2 1 3 3 2 3 2 3 3 612 Aminudin 4 3 4 3 4 4 4 4 2 2 4 3 4 4 1 1 1 3 1 2 2 3 3 663 Chamid 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 3 4 3 3 2 2 3 3 2 2 1 3 3 604 Casminah 3 4 3 3 4 4 4 3 2 1 2 3 3 3 3 2 3 3 2 1 3 3 3 655 Danuri 3 4 4 3 4 3 4 3 2 2 4 4 3 3 2 2 3 4 2 1 2 3 4 696 Gito 4 4 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 4 4 3 4 787 Hj.Latifah 4 3 3 2 3 3 4 3 2 1 4 3 4 4 2 2 3 3 2 2 3 3 4 678 Hanafi 4 2 4 4 4 2 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 769 Ika.Ayu 4 4 3 3 3 4 4 4 2 2 4 3 4 4 2 2 3 3 2 2 1 4 3 7010 Ilham.Wijaya 4 3 3 2 2 2 3 4 1 1 4 3 4 4 2 1 2 4 2 3 2 4 3 6311 Komariyah 4 3 3 1 2 3 4 3 1 2 3 3 4 4 2 2 3 3 2 3 3 3 3 6412 Keman 3 2 3 3 2 4 4 4 2 1 4 3 4 4 2 1 3 3 2 1 2 3 4 6413 Kusni 3 4 2 2 3 3 3 4 2 1 3 3 2 2 4 4 2 1 2 2 1 4 2 5914 Maryuni 3 3 3 3 1 3 4 4 2 1 4 3 4 4 2 2 3 3 2 2 2 3 4 6515 Nyenik 4 3 4 2 3 3 2 3 4 4 2 4 2 2 2 4 3 3 4 3 2 3 2 6816 Nur.Yasin 4 3 3 2 2 4 4 4 2 2 3 3 4 4 2 2 3 4 2 1 3 3 3 6717 Rumyanah 3 3 3 3 2 4 4 4 2 1 3 3 3 3 3 1 1 3 2 1 3 3 4 6218 Ridwan 4 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 4 4 2 3 3 3 3 6819 Saifur.Anwar 4 3 3 1 2 4 4 4 2 1 3 3 3 3 3 1 1 3 2 1 1 3 4 5920 Sobihin 4 4 2 2 2 4 4 4 2 2 3 3 4 4 2 2 3 4 2 3 2 2 3 6721 Siti.Maryati 4 3 3 1 2 3 4 3 1 1 3 3 4 4 2 1 3 3 2 3 2 3 3 6122 Soni.Suryanto 4 3 2 3 2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 2 4 3 2 3 4 3 6823 Sutejo 4 3 3 2 2 3 4 3 2 1 4 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 6324 Slamet 3 4 2 3 3 4 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 4 2 2 4 3 3 4 7025 Siti.Kasmirah 2 4 3 2 1 1 2 2 2 3 2 4 3 3 3 1 1 4 3 3 3 1 3 5626 Suswati 3 3 4 4 4 3 2 3 4 3 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 7627 Sutariyah 3 4 1 2 2 4 3 4 2 1 3 4 3 3 2 2 2 3 2 1 3 3 4 6128 Saadah 4 4 4 1 3 4 4 4 2 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 1 2 3 4 6629 Sri.Mulyati 4 3 3 4 3 4 4 3 2 4 3 2 1 1 1 3 2 2 3 4 1 3 3 6330 Tamsir 3 4 2 3 2 2 3 3 2 2 3 4 3 3 3 2 3 2 2 3 4 4 3 6531 Tohayani 4 4 4 3 2 3 4 4 2 1 4 3 4 4 1 1 2 3 2 3 2 3 3 6632 Waryani 3 4 2 3 2 3 4 3 2 2 3 4 3 3 1 2 4 3 2 3 4 4 3 6733 Warniyah 3 4 4 3 2 4 3 3 2 1 4 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 6434 Yodhano 3 3 2 2 2 3 4 3 4 2 4 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 4 3 65
ITEM JAWABAN KETENANGAN JIWA
UJI REABILITAS DAN VALIDITAS KEKHUSYU’AN IBADAH SHALAT FARDHU
Case Processing Summary
30 100.00 .0
30 100.0
ValidExcludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.876 30
Cronbach'sAlpha N of Items
Item Statistics
2.6667 .92227 302.2667 1.08066 302.2333 1.22287 302.2667 1.04826 302.8333 1.01992 302.9333 .98027 302.8333 1.01992 302.7000 1.17884 302.7000 1.05536 302.9000 1.02889 302.5333 1.07425 302.9333 1.04826 302.8667 .77608 302.5667 .85836 302.3333 .71116 302.3000 .59596 302.9333 .98027 302.8333 1.01992 302.7000 1.17884 302.7000 1.05536 302.9000 1.02889 302.5333 1.07425 302.9333 1.04826 302.8667 .77608 302.5667 .85836 302.6667 .80230 302.7000 1.02217 302.2667 .90719 302.4667 .77608 302.3333 .60648 30
R_1R_2R_3R_4R_5R_6R_7R_8R_9R_10R_11R_12R_13R_14R_15R_16R_17R_18R_19R_20R_21R_22R_23R_24R_25R_26R_27R_28R_29R_30
Mean Std. Deviation N
Item-Total Statistics
76.6000 176.041 .307 .87477.0000 174.069 .322 .87477.0333 166.930 .506 .86977.0000 165.793 .649 .86676.4333 170.185 .495 .87076.3333 166.299 .678 .86576.4333 167.909 .585 .86876.5667 168.461 .476 .87076.5667 169.771 .492 .87076.3667 170.102 .494 .87076.7333 168.547 .527 .86976.3333 172.644 .387 .87276.4000 173.697 .494 .87176.7000 174.631 .399 .87276.9333 186.754 -.147 .88276.9667 183.137 .057 .87876.3333 166.299 .678 .86576.4333 167.909 .585 .86876.5667 168.461 .476 .87076.5667 169.771 .492 .87076.3667 170.102 .494 .87076.7333 168.547 .527 .86976.3333 172.644 .387 .87276.4000 173.697 .494 .87176.7000 174.631 .399 .87276.6000 177.145 .310 .87476.5667 182.944 .015 .88177.0000 179.103 .185 .87776.8000 180.924 .138 .87776.9333 184.616 -.035 .879
R_1R_2R_3R_4R_5R_6R_7R_8R_9R_10R_11R_12R_13R_14R_15R_16R_17R_18R_19R_20R_21R_22R_23R_24R_25R_26R_27R_28R_29R_30
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Scale Statistics
79.2667 184.409 13.57973 30Mean Variance Std. Deviation N of Items
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS KETENANGAN JIWA
Case Processing Summary
30 100.00 .0
30 100.0
ValidExcludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.886 36
Cronbach'sAlpha N of Items
Item Statistics
2.7667 .93526 302.7667 .93526 302.9333 .98027 302.7667 1.10433 302.6333 1.15917 302.4333 1.22287 302.6333 1.24522 302.7667 1.19434 302.9000 1.12495 302.8333 1.01992 302.4667 1.16658 302.6000 1.03724 302.3667 .99943 302.6333 .99943 302.3667 .99943 302.7333 1.08066 302.5667 1.04000 302.4000 1.16264 302.7333 1.04826 302.5667 1.13512 302.8333 .98553 302.7000 1.11880 302.7333 1.04826 302.7667 .97143 302.6667 .92227 302.8000 1.09545 302.8333 .91287 302.9333 .94443 302.5000 1.19626 302.9000 1.02889 302.5667 .97143 302.4000 1.00344 302.8000 1.03057 302.6667 .88409 302.4000 .85501 302.4000 .81368 30
R_1R_2R_3R_4R_5R_6R_7R_8R_9R_10R_11R_12R_13R_14R_15R_16R_17R_18R_19R_20R_21R_22R_23R_24R_25R_26R_27R_28R_29R_30R_31R_32R_33R_34R_35R_36
Mean Std. Deviation N
Item-Total Statistics
93.0000 263.862 .574 .88093.0000 260.000 .707 .87892.8333 262.213 .599 .87993.0000 260.138 .585 .87993.1333 259.430 .573 .87993.3333 254.299 .677 .87793.1333 259.844 .518 .88093.0000 257.517 .606 .87892.8667 258.395 .623 .87892.9333 266.892 .428 .88293.3000 255.390 .682 .87793.1667 262.902 .541 .88093.4000 264.524 .513 .88193.1333 262.189 .587 .87993.4000 267.972 .404 .88393.0333 266.240 .419 .88293.2000 270.648 .306 .88493.3667 259.413 .572 .87993.0333 267.344 .401 .88393.2000 269.614 .303 .88592.9333 264.202 .531 .88093.0667 262.478 .509 .88193.0333 268.792 .358 .88493.0000 264.690 .524 .88193.1000 264.852 .549 .88092.9667 266.585 .403 .88392.9333 272.616 .290 .88592.8333 279.040 .071 .88893.2667 274.202 .165 .88892.8667 278.602 .073 .88993.2000 283.821 -.079 .89193.3667 293.413 -.356 .89592.9667 277.620 .102 .88893.1000 278.852 .086 .88893.3667 273.620 .277 .88593.3667 281.275 .009 .888
R_1R_2R_3R_4R_5R_6R_7R_8R_9R_10R_11R_12R_13R_14R_15R_16R_17R_18R_19R_20R_21R_22R_23R_24R_25R_26R_27R_28R_29R_30R_31R_32R_33R_34R_35R_36
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Scale Statistics
95.7667 282.185 16.79836 36Mean Variance Std. Deviation N of Items
ANALISIS PENELITIAN
Statistics
34 340 0
56.7941 68.9412.67523 .83585
57.0000 68.500054.00a 68.00a
3.93723 4.8738115.502 23.754
18.00 22.0049.00 59.0067.00 81.00
1931.00 2344.00
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
KHUSYUK K_JIWA
Multiple modes exist. The smallest value is showna.
Frequency Table
KHUSYUK
1 2.9 2.9 2.91 2.9 2.9 5.91 2.9 2.9 8.82 5.9 5.9 14.76 17.6 17.6 32.44 11.8 11.8 44.11 2.9 2.9 47.16 17.6 17.6 64.72 5.9 5.9 70.64 11.8 11.8 82.42 5.9 5.9 88.21 2.9 2.9 91.21 2.9 2.9 94.11 2.9 2.9 97.11 2.9 2.9 100.0
34 100.0 100.0
49.0051.0052.0053.0054.0055.0056.0057.0058.0059.0060.0063.0064.0065.0067.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
K_JIWA
1 2.9 2.9 2.92 5.9 5.9 8.83 8.8 8.8 17.61 2.9 2.9 20.63 8.8 8.8 29.43 8.8 8.8 38.24 11.8 11.8 50.03 8.8 8.8 58.84 11.8 11.8 70.62 5.9 5.9 76.52 5.9 5.9 82.42 5.9 5.9 88.21 2.9 2.9 91.21 2.9 2.9 94.11 2.9 2.9 97.11 2.9 2.9 100.0
34 100.0 100.0
59.0062.0064.0065.0066.0067.0068.0069.0070.0071.0072.0073.0074.0079.0080.0081.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Frequencies Table Regression
Descriptive Statistics
68.9412 4.87381 3456.7941 3.93723 34
K_JIWAKHUSYUK
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 .361.361 1.000
. .018.018 .
34 3434 34
K_JIWAKHUSYUKK_JIWAKHUSYUKK_JIWAKHUSYUK
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
K_JIWA KHUSYUK
Variables Entered/Removedb
KHUSYUKa . EnterModel1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: K_JIWAb.
Model Summaryb
.361a .130 .103 4.61566 2.049Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), KHUSYUKa.
Dependent Variable: K_JIWAb.
ANOVAb
102.144 1 102.144 4.795 .036a
681.739 32 21.304783.882 33
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), KHUSYUKa.
Dependent Variable: K_JIWAb.
Residuals Statisticsa
65.4584 73.5016 68.9412 1.75934 34-7.03317 13.30737 .00000 4.54519 34
-1.980 2.592 .000 1.000 34-1.524 2.883 .000 .985 34
Predicted ValueResidualStd. Predicted ValueStd. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: K_JIWAa.
Coefficientsa
43.563 11.617 3.750 .001 19.900 67.226.447 .204 .361 2.190 .036 .031 .863
(Constant)KHUSYUK
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval for B
Dependent Variable: K_JIWAa.
NPar Tests
Descriptive Statistics
34 56.7941 3.93723 49.00 67.0034 68.9412 4.87381 59.00 81.00
KHUSYUKK_JIWA
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
34 3456.7941 68.94123.93723 4.87381
.126 .120
.126 .120-.092 -.069.736 .699.651 .713
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
KHUSYUK K_JIWA
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Oneway