dampak buruk penggunaan obat tradisional
TRANSCRIPT
Dampak Buruk Penggunaan Obat Tradisional - Taukah anda bahwa sebenarnya penggunaan obat tradisional juga mengandung resiko.Meskipun herba atau obat tradisional secara umum dianggap aman karena produk ini berlabel "natural", namun diharapkan dan disarankan juga bagi anda untuk tetap waspada dengan penggunaan obat herbal tersebut. Dan yang paling ironis lagi bahwa kebanyakan orang tidak memandang obat tradisional atau herba ini sebagai mana mestinya. Dalam uji klinis yang dilakukan oleh para pakar menyebutkan bahwa senyawa kimia yang terkadung dalam beberapa ramuan obat tradisional atau herba tersebut bisa mengubah detak jantung, tekanan darah dan kadar glukosa dalam tubuh. Jadi bagi anda yang mempunyai kelainan atau masalah dengan hal hal yang disebutkan tadi diharapkan untuk tetap waspada dalam mengkonsumsi obat tradisional atau herba ini.
Namun, efek samping dari obat tradisional biasanya hanya terbatas pada reaksi tertentu tipe alergi. Misalnya sakit kepala, pusing, mual, atau ruam. Beberapa pengobatan tradisional atau herba kemungkinan bisa menimbulkan "krisis penyembuhan" dengan menghasilkan gejala seperti flu atau gejala lainnya. Orang yang mengkonsumsi obat tradisional mungkin tampak menjadi lebih parah sebelum menjadi lebih baik. Secara umum dikatakan bahwa reaksi ini disebabkan oleh pembuangan limbah racun dari tubuh selama tahap-tahap awal terapi herbal.
Jika Anda para sahabat memilih untuk pengobatan penyakit dengan obat tradisional, sebaiknya Anda mempertimbangkan beberapa risiko seperti bahwa Anda mungkin tidak benar-benar tahu apa penyebab problem kesehatan Anda. Lalu pengobatan yang Anda lakukan sendiri mungkin menyembuhkan penyakit ringan, tetapi memperburuk problem kesehatan lainnya, seperti tekanan darah tinggi. Bahkan beberapa pengobatan sendiri bisa jadi mungkin bertolak belakang dengan obat yang diresepkan dokter. Jadi meningkatkan kewaspadaan pada penggunaan herba atau obat tradisional ini sangatlah dibutuhkan.
Seperti semua produk kesehatan yang sudah ada, obat tradisional sebaiknya digunakan dengan kewaspadaan, pengetahuan dan keseimbangan. Ingatlah bahwa ada beberapa penyakit dan problem kesehatan yang sekarang ini belum ditemukan obatnya. Akan lebih baik lagi jika dalam penggunaan obat tersebut dikonsultasikandengan para ahlinya.
Demikian tadi info untuk anda dari kenzoo yang terangkum dalam Dampak Buruk Penggunaan Obat Tradisional yang bisa dihadirkan pada artikel kali ini. Semoga bisa bermanffat bagi kita semua.
EFEK SAMPING OBAT HERBAL TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT
Pemakaian obat herbal pada kesehatan masyarakat meningkat ini dapat dilihat
dengan larisnya produk obat herbal seperti jamu sebagai obat tradisional. Namun
ada beberapa hal penting perlu diperhatikan dalam pemakain obat herbal bagi
kesehatan.
Upaya menempatkan obat herbal sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
formal harus disertai peningkatan mutu, standardisasi dari hulu ke hilir, dan
pelaksanaan uji farmakologi agar terbukti khasiat dan keamanannya. Tujuannya
untuk menghindari kemungkinan adanya efek samping obat herbal dan memenuhi
sebagian kebutuhan obat nasional.
“Selama ini upaya beralih ke obat herbal masih sulit dilakukan karena khasiat dan
keamanannya belum terjamin, kandungan senyawa aktifnya belum terstandar,
sehingga sulit menentukan dosis pemakaian,” kata Direktur Pusat Teknologi Farmasi
dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Rifatul Widjhati.
Menanggapi pernyataan dr Hedi R Dewoto dari Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FKUI mengenai efek samping penggunaan sejumlah obat herbal, Rifatul
menyatakan, kandungan pada bahan alam umumnya bersifat seimbang dan saling
menetralkan. Jadi, efek samping obat herbal jauh lebih kecil dibandingkan dengan
obat sintesa.
Menurut Rifatul, tumbuhan umumnya punya ratusan senyawa kimia dan ada yang
memiliki efek keras atau toksik, di antaranya senyawa berkhasiat anti- kanker,
digitalis sebagai obat jantung pada tanaman Ephedra.
Namun, obat herbal produk lokal di Indonesia jarang menimbulkan efek berbahaya
karena sudah dikenal turun-temurun. Diakui, ada sejumlah tanaman obat yang
belum dikenal efek toksisitasnya, tetapi belakangan ini banyak beredar, misalnya
buah mahkota dewa dan buah merah papua.
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Prof Wahono
Sumaryono menambahkan, penggunaan obat secara majemuk (polifarmasi) tanpa
penjelasan aturan pemakaian yang benar bisa menimbulkan interaksi yang
merugikan. Hal ini bisa terjadi pada interaksi obat herbal dengan obat modern, atau
interaksi antarobat modern yang reaksinya berlawanan, atau mengurangi efek
terapi.
Interaksi obat modern dengan makanan atau minuman yang mengandung zat
tertentu bisa merugikan jika tidak jelas aturan pakainya. Misalnya, minum alkohol
dengan asetosal dapat menyebabkan perdarahan lambung, minuman kaya CO2
(minuman ringan) berpotensi menyebabkan perdarahan kapiler jika diminum dengan
obat penurun tekanan darah tinggi.
Dosis pemakaian
“Efek toksik obat herbal bisa dihindari jika cara pemakaian benar dan sudah diuji
praklinik dan uji klinik, seperti dilakukan pada obat konvensional,” kata Rifatul. Untuk
menghindari ekses pada obat herbal, Badan POM mendorong uji khasiat dan
keamanan sebelum obat herbal dapat izin edar. Hingga kini, jumlah obat herbal
terstandar 19 produk dan fitofarmaka baru 5 produk.
Standardisasi obat herbal lebih tepat dilakukan jika diterapkan kaidah “Cara yang
Benar” pada proses pembibitan hingga produksi. “Dalam rangka harmonisasi obat
tradisional tingkat ASEAN, pemerintah perlu melakukan standardisasi obat herbal
untuk menjamin mutu dan keamanan produk, di antaranya diuji toksisitasnya dan uji
klinik,” ujar Charles Saerang, Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia.
Pengusaha jamu Irwan Hidayat menambahkan, sejauh ini mayoritas perusahaan
jamu telah memproduksi jamu berdasarkan referensi berstandar internasional sesuai
dengan aturan Badan POM. “Jika ada obat herbal di luar referensi, bisa diuji
toksisitasnya untuk meningkatkan kepercayaan konsumen,”
Last Updated ( Saturday, 31 January 2009 14:22 )
VII. HASIL PENELITIAN
Responden pengobat tradisional ramuan terdiri dari Pengobat tradisional ramuan Indonesia (jamu), gurah, tabib, sinshe dan pengobat tradisional lainnya yang metode pengobatannya sejenis. Dari survey yang dilakukan, diperoleh profil pengobatan tradisional (Battra) dalam hal pendidikan, pekerjaan pokok, sebab ketertarikan pada pengobatan tradisional dan dari mana kemampuan Battra diperoleh.
Battra di Kabupaten Kutai Kertanegara lebih didominasi oleh perempuan, umur battra sekitar 35 sampai 45 tahun, dengan pekerjaan pokok Pengobat tradisional, dan umumnya berpendidikan rendah atau tidak sekolah. Dalam mengobati pasien hamper 65 % atas dasar melestarikan warisan nenek moyang.
Semua Battra tidak mempunyai catatan pasien dan tidak terdaftar di Dinas Kesehatan setempat. Dalam rangka membina upaya pengobatan tradisional; memberikan perindungan
kepada masyarakat dan menginventarisasi jumlah pengobat tradisional jenis dan cara pengobatannya, pemerintah melalui Surat keputusan Menkes No. 1076 tahun 2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional, mensyaratkan Battra ramuan yang berpraktek di Indonesia paling tidak mendaftarkan prakteknya ke Departemen Kesehatan, dalam hal ini ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat untuk memperoleh Surat Terdaftar Pengobat Tradisional.
Salah tujuan untuk menilai profil pasien adalah untuk melihat bagaimana kemampuan atau manfaat Battra dinilai oleh pasien. Hampir 90 % pasien menyatakan bahwa setelah berobat, penyakit berangsur sembuh. Namun data kesembuhan didukung pula oleh adanya informasi bahwa selain berobat ke Battra, pasien berobat juga ke dokter (53%).
Informasi mengenai jenis tanaman obat dalam ramuan, bagian tumbuhan yang digunakan, bagaimana bahan digunakan, cara olah, cara pakai, frekuensi penggunaan dan lama penggunaan Ramuan dapat dilihat pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 19.
Tabel 1 : Ramuan untuk keluhan/penyakit KANKER.
No Nama tanaman Bgn tum buhan yangdigunakan
BanyakBahan
KeadaanBahan
Caraolah
Carapakai
Frek & lamapenggunaan
LamaPeng gunaan
1
2.
3
4
5
Benalu pohon
Benalu batu
Kunyit putih
Sambiloto
Daun kaki kuda
Temu lawak
Kunyit putih
Kunyit hitam
Sambiloto
Brotowali
Kunyit putih
Kunyit merah
Jahe
Serai
daun
daun
rhizom
daun
daun
rhizom
rhizom
rhizom
semua bgn
batang
rhizom
rhizom
rhizom
batang
secukup
nya
secukup nya
secukup
nya
secukup
nya
secukup nya
kering
kering
kering
kering
segar
haluskan peras
sangrai,
seduh
haluskan seduh
peras
rebus
rebus
minum
minum
minum
minum
minum
3x/hari
Sampai sembuh
2x/hari
5 – 7 hari
2x/hari
3 – 4 hari
3x/hari
3 – 4 hari
3x/hari
Sampai sem
Kumis kucing
Benalu
Nangka air
Kenanga
daun, btng
daun, btng
batang
batang
Sumber : data olahan hasil penelitian Balitbangda Kab. Kukar dan Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbangkes, Departemen Kesehatan RI Jakarta. 2009.
Dari identifikasi jenis tanaman obat untuk kanker, terdapat 15 tanaman obat yang digunakan. Benalu, dan kunyit putih merupakan tanaman yang memang sering digunakan untuk mengobati kanker. Menjadi hal yang dapat menjadi pertanyaan, yaitu untuk mengobati kanker hanya dibutuhkan waktu 3-4 hari, namun pertanyaan lain adalah ramuan diminum sampai sembuh. Belum pernah para pengobat tradisional mendapat pembinaan baik dari Dinas Kesehatan/Puskesmas atau instansi yang kompeten tentang proses ukuran dalam memformulasi ramuan tersebut dan tentang higiene dan sanitasi dalam proses pengolahan ramuan, disamping itu semua ramuan tersebut belum ada yang diuji di laboratorium Balai Besar POM Samarinda.
Tabel 2 : Ramuan untuk keluhan/penyakit DIABETUS MELITUS
No NamaTanaman
Bagian tumbuhan yg diguna kan
Banyakbahan
Keadaanbahan
Caraolah
CaraPakai
Frek & Lamapenggunaan
Lama
Pengguna
an
1
2
3.
4
5
6
Sambiloto
Daun dewa
Kunyit
Aren
Temu lawak
Kunyit putih
Kunyit hitam
Sambiloto
daun
daun
rhizom
buah
rhizom
rhizom
rhizom
semua bgn
secukup
nya
secukup nya
secukup
nya
secukup
nya
secukup nya
kering
segar
kering
kering
kering
kering
haluskan kapsul
haluskan
rebus
sangrai
haluskan
rebus
haluskan
rebus
minum
minum
minum
minum
minum
3x/hari
Sampai sembuh
2x/hari
3 – 4 hari
2x/hari
5 – 7 hari
2x/hari
3 – 4 hari
sampai sembuh
3 – 4 hari
5 – 7 hari
3 – 4 hari
5 – 7 hari
sampai sembuh
Brotowali
Kunyit putih
Kunyit merah
Jahe
Serai
Kunyit putih
Sambiloto
Jintan hitam
batang
rhizom
rhizom
rhizom
batang
rhizom
semua bgn
buah
secukup nya haluskan
rebus
3x/hari
5- 7 hari
1x/hari
Sampai sembuh
Sumber : data olahan hasil penelitian Balitbangda Kab. Kukar dan Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbangkes, Departemen Kesehatan RI Jakarta. 2009.
Ramuan yang digunakan cukup rasional, karena menggunakan tanaman obat yang memang secara empiris digunakan untuk mengobati diabetes, hanya ukurannya saja yang bervariasi dosisnya karena tidak menggunakan ukuran timbangan, volume dosis diukur sesuai perasaan pengobatan tradisional saja, sementara daya tahan tubuh seseorang juga sangat bervariasi, hal ini tentunya akan berdampak dalam proses metabolisma tubuh manusia, baik dampak positif penyembuhan penyakit tertentu, tetapi bisa juga berdampak negatif menyebabkan penyakit tertentu seperti al; penyakit ginjal, karena adanya penumpukan bahan ramuan di ginjal.
Tabel 3 : Ramuan untuk keluhan/penyakit KENCING BATU.
No Nama tanaman Bgn tum buhan yangdigunakan
Banyakbahan
Keadaanbahan
Caraolah
Carapakai
Frek & Lamapenggunaan
Lamapenggunaan
1
2.
3
4
5
Kaca beling
Keji beling
Gempur batu
Kunyit
Temu lawak
Temu lawak
Kunyit putih
Kunyit hitam
Daun
Daun
Daun
Rhizom
Rhizom
Rhizom
Rhizom
Rhizom
Secukup nya
Secukup nya
Secukup nya
Secukup nya
Secukup nya
Kering
Segar
Kering
Kering
segar
Rebus
Haluskan, kapsul
Sangrai
Sangrai
rebus
Minum
Minum
Minum
Minum
minum
3x/hari
5 – 7 hari
3x/hari
Sampai sembuh
2x/hari
5 – 7 hari
3x/hari
Sampai sembuh
Sambiloto
Brotowali
Buah seragam
Kumis kucing
Daun meniran
Semua bgn
Batang
Biji
Daun
daun
3x/hari
5 – 7 hari
Dari daftar diatas, terdapat lima tanaman obat yang paling sering digunakan oleh Battra yaitu kunyit putih, kencur, sambiloto, jahe dan kunyit hitam. Selain kunyit hitam, tanaman yang lain merupakan tanaman yang biasa terdapat di Pulau Jawa, namun diperlukan perhatian khusus pada tanaman obat kunyit hitam, mengingat tanaman obat tersebut langka ditemukan di Pulau Jawa.
Upaya pengembangan dan Upaya Pengembangan Dan Pemberdayaan Pengobatan Tradisional Dan Obat Tradisional Di Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dilakukan dengan melakukan kajian terhadap kondisi Sumber Daya Manusia, sarana dan prasarana pengobatan Tradisional yang dilakukan serta substansi atau khususnya pada Pengobat Tradisional yang menggunakan ramuan, adalah dengan menginventarisasi jenis tanaman, identifikasi penyakit yang diobati dengan tanaman obat.
Profil Pengobat tradisional, dapat dilakukan pembinaan lebih lanjut untuk pengembangan pengobatan tradisional yang dilakukan baik dari Dinas Kesehatan/ Puskesmas maupun dari Balai Besar POM dan Dinas Pertanian serta dari Perindagkop setempat.
Dampak positif dan negatif akibat penggunaan ramuan tradisional yang tidak menggunakan ukuran dosis dan prosedur apoteker, maka dapat menyebakan penyakit dan kematian.
Lima penyakit yang paling banyak diobati oleh Battra menggunakan ramuan adalah kanker, diabetes melitus, darah tinggi, kencing batu, serta batuk-asma. Perlu dilakukan kajian terhadap ramuan untuk menilai kerasionalan klaim khasiat. Hal tersebut akan menjadi dukungan ilmiah yang dapat menjadi feed back kepada Battra agar rasional memilih tanaman obat untuk mengobati tertentu.
Terdapat lima tanaman obat yang paling sering digunakan oleh Battra yaitu kunyit putih, kencur, sambiloto, jahe dan kunyit hitam. Selain kunyit hitam, tanaman yang lain merupakan tanaman yang bisasa terdapat di Pulau Jawa, namun diperlukan perhatian khusus pada tanaman obat kunyit hitam, mengingat tanaman obat tersebut langka ditemukan di Pulau Jawa. Informasi mengenai keamanan, kandungan kimia dan khasiat dari tanaman obat yang berada di Kabupaten Kutai Kertanegara.
Dari berbagai tanaman obat yang digunakan, telah dicoba untuk menambahkan data toksisitas akut untuk menilai keamanan, kandungan kimia dan khasiatnya. Informasi tersebut belum
sepenuhnya lengkap, namun dapat digunakan sebagai dukungan data ilmiah, untuk mengkaji khasiat yang telah diklaim oleh Battra.