dalam kerangka protokol kyoto terdapat tiga mekanisme inovatif yaitu joint implementation the clean...

6
Dalam kerangka Protokol Kyoto terdapat tiga mekanisme inovatif yaitu joint implementation the clean development mechanism, danemissions trading. Ketiga mekanisme tersebut dibuat dengan tujuan membantu negara-negara yang termasuk dalam Annex I untuk mengurangi biaya reduksi emisi sesuai target yang telah ditetapkan. ProtokolKyoto secara umum merupakan system 'cap and trade' yang memberikan kuota emisinasional bagi negara-negara sesuai dengan kelompok tempat ia berada yaitu Annex I atauNon- Annex I. Pada ketiga mekanisme di atas masing-masing negara dapat melakukanperdagangan kuota emisi nasional yang ia jalankan melalui jalan alternatif yang disediakan,sehingga logikanya hal tersebut tidak masalah selama tetap terjadi zero sum emission. Namun sayangnya dalam ketiga mekanisme tersebut terdapat beberapa kelemahan yang perlu diatasiagar mekanisme tersebut dapat mengatasi masalah lingkungan. Kelemahan pertama dari segi substansial ketiga mekanisme tersebut secara implisit memberikan justifikasi untuk dapat terus berpolusi asal mereka memiliki uang untuk membayar kelebihan karbon mereka baik itu dengan membeli cap emisi dari negara Annex Iatau dengan memberikan biaya untuk program pemeliharaan lingkungan di negara lain. Inilahsuatu bentuk ide yang secara filosofis salah (you can pollute as long as you can pay) dan dapat dimanfaatkan secara berlebihan oleh negara yang mengeluarkan polusi. Oleh karena itu emissions tradingsangatlah populer, khususnya diantara ekonom karena trading di sini berarti negara manapun yang masih mempunyai sisa kuota emisinya dapat

Upload: annisa-zaririma

Post on 19-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kerangka protokol kyoto

TRANSCRIPT

Dalam kerangka Protokol Kyoto terdapat tiga mekanisme inovatif yaitu joint implementation the clean development mechanism, danemissions trading. Ketiga mekanisme tersebut dibuat dengan tujuan membantu negara-negara yang termasuk dalam Annex I untuk mengurangi biaya reduksi emisi sesuai target yang telah ditetapkan. ProtokolKyoto secara umum merupakan system 'cap and trade' yang memberikan kuota emisinasional bagi negara-negara sesuai dengan kelompok tempat ia berada yaitu Annex I atauNon-Annex I. Pada ketiga mekanisme di atas masing-masing negara dapat melakukanperdagangan kuota emisi nasional yang ia jalankan melalui jalan alternatif yang disediakan,sehingga logikanya hal tersebut tidak masalah selama tetap terjadi zero sum emission. Namun sayangnya dalam ketiga mekanisme tersebut terdapat beberapa kelemahan yang perlu diatasiagar mekanisme tersebut dapat mengatasi masalah lingkungan.Kelemahan pertama dari segi substansial ketiga mekanisme tersebut secara implisit memberikan justifikasi untuk dapat terus berpolusi asal mereka memiliki uang untuk membayar kelebihan karbon mereka baik itu dengan membeli cap emisi dari negara Annex Iatau dengan memberikan biaya untuk program pemeliharaan lingkungan di negara lain. Inilahsuatu bentuk ide yang secara filosofis salah (you can pollute as long as you can pay) dan dapat dimanfaatkan secara berlebihan oleh negara yang mengeluarkan polusi. Oleh karena itu emissions tradingsangatlah populer, khususnya diantara ekonom karena trading di sini berarti negara manapun yang masih mempunyai sisa kuota emisinya dapat dapat memberikan kuotanya yang tidak terpakai tersebut (batas emisi yang diperbolehkan dikurangi dengan emisinya yang sebenarnya) kepada negara yang menawarkan kompensasi finansial.Negara pembeli tersebut hal kemudian menggunakan kuotanya yang dibeli tersebut untuk meningkatkan kuota emisinya sendirinya. Idenya adalah untuk memperbolehkan untuk dikurangi dimanapun proses pengurangan tersebut paling ekonomis. Pada akhirnya hal iniakan memberikan insentif yang salah kepada mereka yang berpolusi dalam usahaperlindungan lingkungan dimana mereka tidak lagi merasa bahwa proses industrialisasi atauekspliotasi lingkungan perlu dikurangi demi menjadi eksistensi lingkungan hidup. Lebihlanjut lagi mekanisme pasar seperti carbon trading dapat menjadi jalan bagi negara maju atau industri yang secara histories bertanggung jawab atas terjadinya climate change untuk menghindari tanggung jawab mereka. Dengan mengijinkan mereka dan bisnis mereka untuk membeli kredit karbon di negara berkembang, mereka dapat secara efektif mengalihkan kewajiban mereka untuk mengurangi emisi karbon. Dengan demikian mereka akan semakinmengedepankan kepentingan ekonomi daripada kepentingan lingkungan dan hal ini perludihindari karena sangat berbahaya.Kelemahan kedua dari mekanisme ini adalah adalah terbukanya kesempatan baginegara-negara maju atau industri untuk mengeksploitasi negara-negara berkembang dankuota emisi mereka. Hal ini terjadi karena dengan adanya clean development mechanism yang membiarkan negara-negara maju untuk mengalokasikan uang kompensasi emisi yangberlebih untuk pembangunan suatu program ramah lingkungan atau uang segar untuk pemerintah negara berkembang tersebut melestarikan lingkungannya sehingga tidak padaakhirnya dapat mengurangi emisi karbon dari negara tersebut. Tujuan awal dari Cleandevelopment mechanism adalah agar aktor yang tidak termasuk dalam Annex I dapat dibantuuntuk mencapai sebuah sustainable development dan dalam berkontribusi terhadap tujuanutama dari konvensi, serta untuk membantu pihak yang termasuk dalam Annex I untuk mencapai ketaatan pada batas emisi mereka yang telah terkuantifikasi dan komitmen reduksi mereka.Namun pada kenyataannya negara maju terkadang mengeksploitasi berlebihan dari hal ini dimana mereka akhirnya memberikan uang segar pada negara berkembang untuk menambal kuota emisi karbon mereka yang berlebih. Pemberian uang segar terhadap negara berkembang memiliki dampak nyata yang amat perlu diwaspadai. Dampak pertama adalah kemungkinan terjadinya suatu bentuk dependensi dari negara berkembang terhadap aliran dana segar ataupun bantuan pelestarian lingkungan sehingga akan menghilangkaninsentif bagi negara berkembang untuk melakukan kebijakan yang membuat negaranyamenjadi lebih ramah lingkungan. Negara berkembang, karena pada awalnya saja emisikarbonnya tidak melebihi kuota, kurang memiliki insentif untuk membuat produksibarangnya dan kebijakannya menjadi ramah lingkungan. Dengan adanya bantuan yang seperti ini, besar kemungkinannya negara berkembang menjadi lebih tergantung pada upayayang diberikan oleh negara maju terhadap teknologi yang ramah lingkungan ataupun upayalainnya. Di sisi lain terdapat pula dampak lain yaitu dengan mekanisme seperti ini yaitunegara berkembang menjadi sulit untuk tumbuh dan menuju industrialisasi. Hal inidiakibatkan jatah kuota emisi yang ia miliki malah dipergunakan oleh negara maju untuk terus memproduksi barang sedangkan di saat negara berkembang sendiri inginmengembangkan industrinya yang secara jelas pasti menambah emisi karbonnya jatahnyatersebut telah menipis atau bahkan habis termakan negara maju. Hal ini memberi kesempatan bagi tertutupnya kesempatan bagi negara berkembang untuk menjadi maju dan menjadi lebihsenang langsung menerima bantuan dari negara berkembang saja. Dengan begitupertumbuhan dan perkembangan negara berkembang mungkin dapat terhalang dan gap atau jurang pemisah antara negara maju dan berkembang dapat menjadi lebih besar. Kelebihan protocol KyotoProtokol Kyoto sebagai hukum lingkungan internasional sebenarnya menjalankan perannya dengan baik, untuk menggalang kerja sama dan perhatian dunia internasional untuk lebih peduli pada masalah lingkungan internasional, dan lebih lanjut untuk berusaha dan bertindak langsung dalam menyikapi masalah perubahan iklim dan pemanasan global tersebut dengan mengurangi kadar emisi dunia.Protokol Kyoto membuat hukum lingkunganinternasional semakin bergerak ke arah yang lebih baik karena untuk memberikan perlindungan lingkungan secara menyeluruh, memang diperlukan suatu enforcement baik secara halus maupun secara tegas pada para anggotanya.Protokol Kyoto bukanlah sesuatu yang statis dan kaku, melainkan sesuatu yang dinamis, sanggup mengikuti perkembangan jaman, sambil dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat internasional.

Pendapat Penulis :Kelemahan-kelemahan yang tertulis di atas merupakan tantangan sendiri yang harus dihadapi oleh Protokol Kyoto. Diperlukan suatu dorongan yang kuat untuk kemudian menutupi loopholes yang mampu disalah gunakan oleh aktor-aktor yang kurang bertanggung jawab. Sebagai hukum lingkungan internasional, protokol kyoto memang membawa suatu kemajuan tersendiri dengan memberikan target nyata berikut mekanisme yang dapat membantu untuk mencapai target penurunan emisi tersebut tapi perlu juga dipikirkan lebih lanjut cara untuk menghadapi tantangan ini agar upaya pelestarian lingkungan dapat berjalanlebih efektif dan menyeluruh. agar Protokol Kyoto dapat terlaksana, ia memerlukan itikad baik (good will) dari para anggotanya. Kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup di sini memainkan peran yang krusial sehingga harus dibangun sebaik mungkin demi tercapainya sustainable environment , demi kebaikan kita bersama. Masyarakat internasional juga diharapkan senantiasa bersikap kritis padahukum yang ada, karena perkembangan dari hukum itu sendiri membutuhkan aspirasi dankeikutsertaan masyarakat karena hukum internasional, termasuk di dalamnya hukumlingkungan internasional, dibentuk demi kelangsungan masyarakat internasional juga.