bab ii latar belakang terbentuknya protocol kyotoeprints.umm.ac.id/46663/3/bab ii.pdf · mekanisme...

21
24 BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTO Pada Bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai bagaimana latar belakang terbentuknya Protocol Kyoto, sebagaimana Protocol Kyoto merupakan sebuah legal instrument atau perjanjian Internasional yang mengikat bagi negara- negara yang berkomitmen untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim atau Climate change. tentunya hal ini mempunyai pengaruh bagi Negara-negara anggotanya dalam melakukan implementasi prinsip-prinsip dari Protocol Kyoto yang di implementasikan melalui kebijakan domestik suatu Negara sebagai bentuk aksi nyata dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim. Peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu sejarah Protocol Kyoto sebagai acuan dasar dalam memahami cikal bakal terbetuknya kesepakatan Kyoto atau Protocol Kyoto dengan berpijak pada penjelasam secara terperinci terkait hal yang melatar belakangi Protocol Kyoto terbentuk. Selanjutnya peneliti akan menjabarkan secara terperinci terkait hasil kesepakatan dari Protocol Kyoto sebagai cikal bakal terbentuknya mekanisme atau prinsip-prinsip dalam Protocol Kyoto. Setelah itu peneliti akan menjelaskan mengenai prinsip-prinsip Protocol Kyoto sebagai output dari kesepakatan tersebut, dimana dalam prinsip tersebut terdapat beberapa mekanisme untuk melakukan implementasi dari prinsip-prnsip Protocol Kyoto yang akan dijalankan oleh Negara anggota Protocol Kyoto. Selanjutnya peneliti akan menjelaskan mengenai mekanisme Implementasi Bersama Joint Implementation, Perdagangan Emisi Emission Trading, dan Mekanisme Pembangunan atau Bersih Clean Development Mechanism sebagai

Upload: others

Post on 13-Feb-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

24

BAB II

LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTO

Pada Bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai bagaimana latar

belakang terbentuknya Protocol Kyoto, sebagaimana Protocol Kyoto merupakan

sebuah legal instrument atau perjanjian Internasional yang mengikat bagi negara-

negara yang berkomitmen untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim atau

Climate change. tentunya hal ini mempunyai pengaruh bagi Negara-negara

anggotanya dalam melakukan implementasi prinsip-prinsip dari Protocol Kyoto

yang di implementasikan melalui kebijakan domestik suatu Negara sebagai bentuk

aksi nyata dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim.

Peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu sejarah Protocol Kyoto sebagai

acuan dasar dalam memahami cikal bakal terbetuknya kesepakatan Kyoto atau

Protocol Kyoto dengan berpijak pada penjelasam secara terperinci terkait hal yang

melatar belakangi Protocol Kyoto terbentuk. Selanjutnya peneliti akan

menjabarkan secara terperinci terkait hasil kesepakatan dari Protocol Kyoto sebagai

cikal bakal terbentuknya mekanisme atau prinsip-prinsip dalam Protocol Kyoto.

Setelah itu peneliti akan menjelaskan mengenai prinsip-prinsip Protocol

Kyoto sebagai output dari kesepakatan tersebut, dimana dalam prinsip tersebut

terdapat beberapa mekanisme untuk melakukan implementasi dari prinsip-prnsip

Protocol Kyoto yang akan dijalankan oleh Negara anggota Protocol Kyoto.

Selanjutnya peneliti akan menjelaskan mengenai mekanisme Implementasi

Bersama Joint Implementation, Perdagangan Emisi Emission Trading, dan

Mekanisme Pembangunan atau Bersih Clean Development Mechanism sebagai

Page 2: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

25

acuan dalam menjelaskan keterkaitan atau kesalinghubungan antara topik yang

peneliti angkat, yaitu prinsip dari Protocol Kyoto yang di implementasikan oleh

Indonesia melalui kebijakan energi nasionalnya, untuk itu peneliti akan

menjelaskan ketiga mekanisme tersebut yang merupakan cikal bakal dari ide

penting melakukan pemanfaatan dari pengembangan energi baru terbarukan. Secara

sederhana sub bab dari Prinsip-prinsip tersebut mempunyai keterkaitan satu sama

lain dengan topik yang peneliti angkat.

2.1 Sejarah Protocol Kyoto

2.1.1 Latar Belakang Protocol Kyoto

Hal yang melatar belakangi Protocol Koyoto terbentuk ialah terkait

permasalahan perubahan iklim yang diakibatkan oleh kegiatan industri yang

masif selama 150 tahun, pada dasarnya Protocol Kyoto memiliki tujuan

untuk menyatukan komitmen terkait penanggulangan permasalahan

perubahan iklim dengan mendapatkan pengakuan dari negara-negara maju

untuk bertanggung jawab atas tingginya tingkat emisi gas rumah kaca atau

GRK sebagai akibat dari kegiatan industri tersebut.1 Untuk itu dalam

Protokol ini, negara-negara maju di posisikan sebagai pemangku beban

permasalahan pengurangan emisi gas rumah kaca dan pemrakarsa

komitmen bagi negara-negara di dunia untuk berkomitmen dalam

penanggulangan permasalahan perubahan iklim dengan prinsip ‘’Common

1UNFCCC, Kyoto Protocol, diakses dalam https://unfccc.int/process-and-meetings/the-kyoto-

protocol/what-is-the-kyoto-protocol (6/1/2018, 20.45 WIB)

Page 3: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

26

but differentiated responsibilities’’ atau tanggung jawab bersama tapi

berbeda. 2 Diharapkan hal ini menjadi kerjasama multirateral dalam rangka

mengatasi permasalahan perubahan iklim karena dalam mengatasi

permasalahan tersebut perlu melibatkan seluruh negara didunia yang tidak

hanya sebagian saja.

Berangkat dari latar belakang tersebut, dibawah naungan PBB pada

United Nations Framework Convention on Climate Change atau UNFCCC

Protocol Kyoto disepakati oleh Negara-negara anggota PBB di Kyoto,

Jepang, pada tanggal 11 Desember 1997, kemudian kesepakatan tersebut

mulai berlaku pada 16 Februari tahun 2005. Aturan terperici terkait

pelaksanaan kesepakatan Protocol Kyoto sebenarnya tertera melalui

konverensi anggota yang ke-7 di Marrakesh, Maroko pada tahun 2001 atau

yang dikenal sebagai Kesepakatan Marrakesh atau Marakesh Accords.

Dalam Protocol Kyoto negara dibagi menjadi tiga bagian kelompok

utama dengan komitmen yang berbeda, kelompok pertama yaitu negara

Annex satu dimana, kelompok ini merupakan negara yang memiliki

ekonomi maju yang notabenenya ialah negara industrialisasi maju.

2 Prinsip CBDR dideklarasikan pada KTT Bumi pertama tahun 1997 di Rio De Jenairo Brazil,

deklarasi tersebut menyatakan bahwa, setiap Negara mempunyai kontribusi yang berbeda-beda

terhadap degradasi lingkungan global oleh karena itu setipa Negara mempunyai kesamaan visi

dengan tanggung jawab yang berbeda. Prinsip CBDR mempunyai 2 pilar terhadap implementasiya,

pilar pertama ialah lingkungan hidup. Dalam pilar ini yang menjadi prioritas ialah Pembangunan

berkelanjutan dimana, baik negara-negara maju ataupun negara-negara berkembang dalam

melakukan pengurangan emisi GRK diwajibkan meninjau aspek pembangunan berkelanjutan

terhadap lingkungan hidup. Pilar yang terakhir adalah pembiayaan atau finansial. Dalam hal ini

negara-negara maju diminta untuk menigkatkan dukugan finansial bagi negara berkembang dimana,

negara-negara maju diharapkan dapat memfasilitasi aliran modal swasta, transfer teknologi,

kemitraaan internasional dan lain-lain untuk negara-negara berkembang. ATD Fourt World, Policy

Brief and Proposals: Common But Difeereniated Responsibilities, diakses dalam

https://sustainabledevelopment.un.org/getWSDoc.php?id (6/1/2018, 20.45 WIB)

Page 4: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

27

Selanjutnya kelompok Anneex dua ialah negara yang terdiri dari anggota

OECD atau Organisation for Economic Cooperation and Development ,

kelompok negara Annex dua pada dasarnya juga merupakan negara-negara

maju yang mempunyai peran dalam memfasilitasi negara-negara

berkembang terkait penyediaan sumber daya keuangan untuk

memungkinkan negara berkembang melakukan kegiatan penanggulangan

pengurangan GRK sesuai dengan konvensi Protocol Kyoto. Selain itu

kelompok negara Annex dua juga diwajibkan melakukan pertukaran

informasi maupun penjalinan kerjasama dalam hal transfer teknologi terkait

permasalahan emisi GRK.

Kemudian yang terakhir ialah kelompok negara Non Annex satu,

kelompok negara ini dari negara-negara berkembang yang diakui konvensi

Protocol Kyoto, kelompok negara ini merupakan kelompok yang dinilai

membutuhkan bantuan dari kelompok negara Annex dalam hal adaptasi

maupun implementasi terkait penanggulangan pengurangan GRK. Secara

sederhana gambaran umum hal yang melatar belakangi terbentuknya

Protocol Kyoto adalah sebagai berikut:

Page 5: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

28

Gambar 1. Timeline terbentuknya Protocol Kyoto3

Mengacu pada gambar diatas Protocol Kyoto dibentuk melalui

proses panjang dari hasil pertemuan para pemimpin dunia pada KTT Bumi

tentang Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro, Brasil tahun 1992.

Agenda tersebut merupakan cikal bakalterbentuknya Protocol Kyoto

dimana, negara-negara melakukan negosiasi terkait peraturan detail tentang

penanggulangan permasalahan pengurangan GRK. Sebagaimana pada saat

pertemuan tinggi tahunan dalam Converence of parties ke tiga di Kyoto,

Jepang, sebuah agenda yang diadopsi sebagai pendekatan untuk

mengurangi GRK. Adapun kepentingan dari Protocol Kyoto ialah untuk

mengatur setiap negara yang meratifikasi konvensi tersebut dalam

melakukan penanggulangan pengurangan GRK.

3 Youssef Nassef, NAPAs in the co text of the UNFCCC Process, diakses dalam

https://unfccc.int/files/adaptation/napas/application/pdf/03_unfccc.pdf (6/1/2018, 21.00 WIB)

Page 6: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

29

Setelah Protocol Kyoto diadopsi pada tanggal 11 Desember 1997,

protokol ini dibuka untuk ditandatangani pada tanggal 16 Maret 1998 oleh

negara-negara lain di Markas Besar PBB, New York. Namun demikian, bagi

negara pihak yang tidak ikut menandatanganinya dapat mengaksesi

protokol tersebut setiap saat. Sesuai dengan pasal dua puluh lima, protokol

ini berlaku efektif setelah Sembilan puluh hari setelah diratifikasi oleh lima

puluh lima negara. Kesepakatan tersebut mulai berlaku pada 16 Februari

2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.

Pada waktu itu Protokol telah ditandatangani oleh delapan puluh empat

negara penandatangan salah satunya ialah negara Indonesia, dengan

demikian Protocol tersebut telah terbentuk dan terkait bagaimana

implementasi serta hasil kesepakatan dari agenda tersebut akan dijelaskan

pada sub bab selanjutnya.

2.1.2 Hasil kesepakatan Protocol Kyoto

Sebagaimana telah dijelaskan diatas Potocol Kyoto dibentuk dengan

tujuan untuk menjaga konsentrasi GRK agar berada pada tingkat yang tidak

membahayakan iklim bumi, oleh karena itu ksesepakatan pertama Protocol

Kyoto muncul ialah untuk mengatur penurunan emisi GRK oleh negara

maju atau negara-negara industri sebesar lima persen dibawah tingkat emisi

tahun 1990 dalam periode 2008-2012 dengan melalui mekanisme

Implementasi Bersama Joint Implementation, Perdagangan Emisi Emission

Page 7: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

30

Trading, dan Mekanisme Pembangunan bersih Clean Development

Mechanism.4

Tiga mekanisme tersebut merupakan output dari kesepakatan

Protocol Kyoto guna mngatur negara yang meratifikasi agenda tersebut,

akan tetapi seperti yang kita ketahui masa periode implementasi mekanisme

tersebut telah usai, untuk itu pada perjalananya Protocol Kyoto dewasa ini

melakukan perpanjangan implementasi agenda tersebut dengan melakukan

agenda komitmen ke dua pada Pada bulan Desember 2012, agenda ini

merupakan sidang COP 18 UNFCCC di Doha, Qatar, yang berisi tentang

kesepakatan perpanjangan masa periode imlementasi Procol Kyoto

diperpanjang masa berlakunya hingga tahun 2020.5 Adapun tujuan

diberlakukanya masa perpanjangan periode ini guna mengisi kekosongan

hukum internasional akibat usainya masa periode kesepakatan Protocol

Kyoto yang pertama.

Namun pada masa periode kesepakatan yang ke dua pada dasarnya

tidak memiliki perubahan dalam segi prinsip maupun mekanisme, oleh

karena itu jika hal tersebut digambarkan dalam sebuah table ialah sebagai

berikut:

4Rhesa Ayu Putri Belinawati, Posisi Jepang Dalam Amandemen Doha Terhadap Protokol Kyoto,

diakse dalam (6/1/2018, 21.00 WIB)

http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67222/potongan/S1-2014-297099-chapter1.pdf 5 Ibid., hal. 2.

Page 8: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

31

Tabel 1. Perbedaan Protokol Kyoto 2008 dan 20126

Aspek Protocol Kyoto 2008 Protocol Kyoto 2012

Jumlah Emisi - Memiliki target

pengurangan emisi

GRK sebesar 5%

dibawah tingkat emisi

1990 dalam periode

2008-2012

- Memiliki target

pengurangan emisi

GRK sebesar 18%

dari tahun 1990

yang dimulai pada

tahun 2013-2020

Mekanisme - Mekanisme Joint

Impemetations

(mekanisme bersama),

Clean development

mechanism (meknisme

pembangunan bersih),

Emission Trading

(perdagangan emisi)

- Memiliki

mekanisme yang

sama dengan

sebelumnya,

namun surplus

yang didapat pada

periode

sebelumnya tidak

dapat digunakan

pada tahun 2012.

Mengacu pada table diatas bisa kita lihat bahwa pada periode

komitmen ke dua pengurangan emisi ditingkatkan menjadi delapan belas

persen yang dimulai pada tahun 2013 sampai 2020 dengan demikian hal ini

menjadi tantangan tersendiri bagi negara yang teah meratifikasi komitmen ke

dua tersebut mengingat mekanisme yang digunakan sama pada periode

sebelumnya. Pada hal ini tentu praktik meknisme tersebut diharapkan

nantinya dapat di jalankan dengan baik oleh negara yang telah meratifikasi.

Selanjutnya terkait bagaimana implementasi Protocol Kyoto akan diuraikan

pada sub bab selanjutnya.

6 Ibid., hal. 3.

Page 9: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

32

2.2 Mekanisme Protocol Kyoto

2.2.1 Mekanisme Implementasi Bersama, Joint Implementation

Mekanisme implementasi bersama ialah kerjasama antar pihak yang

diatur dalam Protocol Kyoto artikel 6 dimana, Protocol Kyoto memberikan

izin bagi negara yang berkomitmen untuk mengurangi atau membatasi emisi

yang tergabung dalam Protokol Kyoto untuk memperoleh unit pengurangan

emisi Emission Reduction Unit atau ERU atas proyek pengurangan emisi

yang dimiliki oleh negara lain yang tergabung dalam negara anggota Annex

I.7 Praktik mekanisme ini bisa terjadi apabila negara yang memiliki

kapasitas emisi yang lebih banyak dapat membantu negara anggota Annex

satu lainya yang memiliki kekurangan dalam hal memenuhi kapasitas

emisinya melalui kegiatan proyek yang bersifat mereduksi GRK. Selain itu

jika kerjasama tersebut berhasil terselenggara, penerbitan kredit

pengurangan emisi GRK akan diterbitkan berdasarkan jumlah serapan GRK

dari penyelenggraan proyek tersebut.

Adapun detail mekanisme dari praktik proyek tersebut yang menjadi

negara tuan rumah ialah negara yang memprakarsai proyek tersebut

berjalan, perhitungan kredit pengurangan emisi GRK disebut Emission

Reduction Unit atau ERU. Dalam implementasinya negara anggota Annex

satu dapat menggunakan ERU untuk memenuhi target pengurangan emisi

GRK melalui mekanisme Protokol Kyoto dengan catatan salah satu dari

7UNFCCC, Joint Implementation, diaksse dalam https://unfccc.int/process/the-kyoto-

protocol/mechanisms/joint-implementation (6/1/2018, 22.00 WIB)

Page 10: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

33

negara tersebut memiliki kekurangan kapasitas emisi GRK, oleh karena itu

kapasitas emisi negara Anggota Annex satu tidak akan berubah jika antar

anggota penyelenggara sama-sama memiliki kapasitas emisi yang

mumpuni, akan tetapi jika salah satu negra tersebut memiliki kekurangan

kapasitas emisi ERU akan diterbitkan.

Gambar 2. Mekanisme Joint Implemantatitons8

Dalam gambar diatas bisa diphamai bawasanya negara X dan negara

Y sama-sama anggota Annex satu dalam Protocol Kyoto dimana, negara X

memiliki kapasitas emisi GRK yang lebih dari target yang ditentukan oleh

Protocol Kyoto, untuk itu dalam praktiknya negara X bersedia menjalin

kerjasama dengan negra Y dalam hal melakukan mekanisme Joint

Implementations mealalui proyek yang bersifat mereduksi GRK. Dalam

gambar diatas negara X menjadi negara tuan rumah sebagai negara

8 CDM dalam Bagan versi Hyperlink, di akses dalam https://pub.iges.or.jp/pub_file/chartsbahasa-

indonesiapdf/download (5/8/2018, 23.00 WIB)

Page 11: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

34

pnyelenggra. Setelah klasifikasi praktik tersebut terjadi sesuai yang

ditetapkan oleh Protocol Kyoto pada Artikel 6, negara Y akan mendapatkan

ERU, selanjutnya perhitungan pengurangan emisi GRK tersebut bisa

dihitung melalui efektifitas proyek tersebut terselenggara melalui ERU, jika

hal tersebut berjalan dengan tanpa hambatan maka para negara anggota

Annex satu akan memiliki kapasitas emisi yang sama sesuai contoh pada

gambar diatas.

2.2.2 Perdagangan Emisi, Emission Trading

Perdagangan emisi merupakan suatu mekanisme transaksi antara

negara Annex satu yang berhasil menurunkan tingkat emisi yang ditetapkan

oleh Protocol Kyoto dengan negara Annex satu juga yang tidak bisa

menurunkan target emisinya. Target ini terlihat dari level jumlah

diperbolehkannya emisi, atau jumlah yang disepakati selama periode 2008

sampai 2012, Sesuai dengan ketentuan Pasal 17 yaitu:9

‘’Emission Trading as set out in Article 17 of the Kyoto Protocol,

allows counties that have emission units to spare emissions permitted them

but not to “used” to sell this excess capacity to countries that are over their

target.’’

Perdagangan emisi seperti yang tercantum dalam ketentuan Pasal

17 Protokol Kyoto mengizinkan negara yang mempunyai jatah emisi untuk

9UNFCCC, Greenhouse gas emissions a new commodity, diaksse dalam

https://unfccc.int/process/the-kyoto-protocol/mechanisms/emissions-trading (6/1/2018, 23.00 WIB)

Page 12: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

35

menyisakan jatahnya, tetapi tidak untuk menjual sisa unit emisi tersebut

kepada negara lain yang telah melampaui target emisi mereka.

Secara sederhana praktik kerjasama Emission Trading atau IET ialah

perdagangan unit-unit kredit yang ada dalam klasifikasi Protocol Kyoto

seperti ERU Emission Reduction Unit, AAU Assigned amount unit, RMU

A Removal Unit, CER A Certified Emission Reduction. Pada konteks ini

komoditas perdagangan baru telah tercipta dalam bentuk pengurangan atau

penghilangan emisi. Sebagaimana karbondioksida merupakan GRK yang

menjadi pokok pembahasan merujuk ke perdagangan karbon. Beberapa unit

yang dapat dijual dibawah aturan Protocol Kyoto ialah sebagai berikut:10

1. A Removal Unit atau RMU ialah klasifikisasi perhitungan dalam hal

pengurangan emisi GRK melalui kegiatan proyek aforestasi dan

reforestasi yang merupakan kegiatan kehutanan.

2. An Emission Reduction Unit ERU diadakan atas proyek Joint

Implementation. perhitungan kredit pengurangan emisi GRK melalui

proyek kerjasama anatar negara anggota Annex satu.

3. A Certified Emission Reduction CER diadakan atas proyek

mekanisme pembangunan bersih dalam segi kerjasama proyek

kegiatan aforestasi dan reforestasi.

4. Assigned amount unit AAU ialah klasifikasi perhitungan dari

Protocol Kyoto untuk negara anggota Annex satu yang dihitung dari

10 Daga Ardianto, Protocol Kyoto, diakses dalam http://e-journal.uajy.ac.id/2837/3/2HK08058.pdf

(6/1/2018, 24.00 WIB)

Page 13: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

36

jumlah total emisi dasar pertahun dan meliki target yang ditentukan.

Jika target tersebut terlampaui maka berhak melakukan kegiaan

transfer emisi antar pihak anggota Annex satu.

Gambar 3. Mekanisme Perdagangan Emisi11

Gambar tersebut menjelaskan bahwa adanya mekanisme

perdagangan bersama mengakibatkan peningkatan target maupun

penurunan dalam mereduksi GRK. Hal ini berlaku pada sesama negara

anggota Annex satu yang melakukan perdagangan emisi dalam bentuk uni-

unit yang sudah dijelaskan sebelumnya dibawah protokol Kyoto di artikel

17 yang bertujuan untuk membantu negara anggota Annex satu dalam

melakukan pemunuhan target pengurangan GRK. Signifikasi dari prktik

kegiatan IET tersebut bisa kita lihat dari setelah IET tersebut ada, dengan

11 CDM dalam Bagan, Loc. Cit., hal.10

Page 14: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

37

adanya IET negara yang kurang memenuhi kapasitas emisinya terbantu

dalam segi pelaksanaan proyek dan nominal sebagaimana gambar diatas

paparkan.

2.2.3 Mekanisme Pembangunan Bersih, Clean Development

Mechanism

Mekanisme pembanguna bersih atau MPB merupakan mekanisme

yang diatur dalam artikel 12 Protocol Kyoto. Pada mekanisme ini, Protocol

Kyoto memberikan izin bagi negara Annex satu dalam

mengimplementasikan proyek pengurangan emisi pada negara berkembang

yaitu negara non Annex, dimana proyek tersebut harus menghasilkan CER

atau Certified Emission Reduction, dengan kata lain unit-unit yang

diperoleh melalui kegiatan tersebut dapat dikonversi menjadi unit

pengurangan emisi yang harus ditambahkan pada jatah emisi para Pihak

negara Annex satu maupun non Annex.12 Tujuan dari MPB ini pada

dasarnya guna membantu negara-negara maju Annex satu untuk memenuhi

target kapasitas emisinya dalam mereduksi GRK melalui implementasi

kegiatan proyek yang bersifat mereduksi GRK dengan negara-negara non

Annex satu. Kemudian menghitung nilai GRK yang dapat direduksi atau

diserap sebagai kredit yang dapat diperjual belikan.

12 UNFCCC, The Clean Development Mechanism, diakses dalam https://unfccc.int/process-and-

meetings/the-kyoto-protocol/mechanisms-under-the-kyoto-protocol/the-clean-development-

mechanism#main-content (6/1/2018, 24.00 WIB)

Page 15: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

38

Sebagaimana Insitute for global environmental strategis atau IGES

dan Kementrian Lingkungn Hidup Indonesia memaparkan bahwa pada

dasarnya minat negara-negara anggota Protocol Kyoto cukup tinggi dalam

menjalankan MPB dan perbaikan dalam aturan-aturan terus berlanjut akan

tetapi banyak investor yang merupakan negara maju Annex satu dan

pengembang proyek yang masih merasa kesulitan dalam melaksanakan

MPB. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi penghalang

dalam pelaksanaan MPB diantaranya ialah faktor kemampuan suatu negara

dalam menarik minat investor asing. Faktor ini dikarenakan belum siapnya

negara berkembang atau negara non Annex untuk menjadi negara tuan

rumah proyek MPB. Adapun sebabnya dikarenakan belum matangnya

perkembangan institusi, kompleksnya sistem pengesahan untuk suatu

proyek, kurangnya pegalaman pegawai pemerintah serta kurangnya

koordinasi kementrian terhadap institusi pemerintah lainya yang berkaitan.

13 Mengacu pada permasalahan tersebut penting kiranya untuk memperbaiki

situasi di negara tuan rumah dalam membantu perkembangan proyek MPB

dan memberikan kontribusi terhadap usaha global dalam mengatasi

permasalahan perubahan iklim.

Dalam konteks ini menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia

untuk melaksanakan proyek MPB, Indonesia merupakan negara non Annex

satu tentunya Indonesia memiliki keinginan untuk menarik minat investor

13Insitute for global environmental strategis IGES, Panduan kegiatan MPB Indonesia, diakses dalam

https://pub.iges.or.jp/pub_file/panduanmpbpdf/download

(5/8/2018, 24.00 WIB)

Page 16: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

39

asing dalam hal pelaksanaan kerjasama MPB melalui proyek yang akan

dijalankan. Tahun 2002 indonesia memiliki potensi pengurangan emisi

GRK sebesar 23-24 juta ton CO2-eq per tahun dalam sektor kehutanan dan

energi.14 Untuk itu dalam konteks ini pemerintah Indonesia diharapkan

mampu untuk memanfaatkan potensi tersebut dengan cara mendukung

sepenuhnya melalui pembentukan peraturan institusional yang kongkrit dan

kokoh guna mampu memanfaatkan peluang tersebut dan secara tidak

langsung akan menrik investor asing dalam melakukan proyek MPB di

Indonesia.

Selanjutnya terkait praktik detail MPB terselenggra terdapat 6 jenis

GRK berdasarkan klasifikasi Protocol Kyoto diantaranya Karbondioksida

(CO2), Metana (CH4), Nitrogenoksida (N2O), Hidroflorokarbon (HFCs),

Perflorokarbon (PFCs), Sulfur heksaflorida (SF6), ke enam jenis GRK

tersebut dapat dikonversi terhadap pengurangan emisi GRK dengan

mengacu pada sektor proyek yang akan dijalankan. Adapun gambara

mekanisme MPB terselenggara ialah sebagai berikut:

14 Ibid.

Page 17: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

40

Gambar 4. Mekanisme Pembangunan Bersih15

Mengacu pada gambar diatas negara berkembang non Annex satu

menjadi negara tuan rumah dimana, lokasi kegiatan proyek tersebut

dijalankan, scenario dasar gambar diatas menjelaskan negara non Annex

satu mempunyai potensi kapasitas emisi yang mumpuni kemudian

mendapatkan perhatian minat dari negara Annex satu, selanjutnya

penyusunan pelaksanan konsep akan di sodorkan pada Protocol Kyoto

tentunya melalui klasifikasi yang telah ditetapkan, jika mendapat

persetujuan dari Procol Kyoto maka CER Certified Emission Reduction

akan diterbitkan. Tentunya proyek MPB ini merupakan proyek yang saling

menguntungkan bagi negara Annex satu maupun non Annex, akan tetapi

perlu diperhatikan pula kelayakan proyek yang harus dipenuhi.

15 Ibid., hal. 39

Page 18: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

41

Terkait aspek kelayakan, proyek MPB diharuskan dapat memenuhi

penghasilan penyerapan GRK yang terukur secara nyata, dimana akan ada

perbedaan antara awal terselenggranya proyek tersebut berjalan dan pada

prosesnya menghasilkan penguran emisi GRK atau tidak, sehingga konversi

perhitungan tersebut bisa dijalankan. Selanjutnya aspek yang lain ialah

proyek MPB harus sejalan dengan kebijakan lingkungan nasional negara

tuan rumah dan juga dengan tujuan akhir pembangunan berkelanjutan yang

telah ditetapkan oleh Negara tersebut. Melaui Insitute for global

environmental strategis atau IGES dan Kementrian Lingkungn Hidup

Indonesia menyebutkan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat

menyebabkan proyek tersebut tidak dapat terselenggra diantaranya, Proyek

yang emisi karbonnya berkurang akibat pemanfaatan fasilitas nuklir, Proyek

yang telah memperoleh bantuan resmi ODA Official development

assistance dari Negara Annex satu.

Proyek yang bersangkutan telah dimulai antara 1 Januari 2000

hingga tanggal kegiatan proyek CDM pertama di dunia didaftarkan 18

November 2004, Proyek yang didaftarkan ke Badan Pengawas Eksekutif

CDM Executive Board sebelum tanggal 31 Desember 2005 dan yang

terakhir ialah Proyek yang memiliki bukti sah sebagai kegiatan CDM pada

tahap awal desain. 16 Berdasar pada aspek tersebut jika suatu negara telah

melaksanakan salah satu atau lebih dari aspek tersebut secara otomatis baik

negara Annex satu mapun negara non Annex tidak dapat melaksanakan

16 Ibid.

Page 19: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

42

proyek MPB atau dengan kata lain tidak memenuhi peratura Protocol Kyoto

dan tidak mempunyai legalitas pengurangan emisi GRK.

Selanjutnya dalam pelaksanaan proyek MPB terdapat klasifikasi

yang harus dipenuhi. Berikut gambran klasifikasi proyek MPB :

Gambar 5. Klasifikasi Mekanisme Pembangunan Bersih17

Pada gambar diatas proyek MPB dapat diklasifikasikan menjadi 2

kategori, kategori pertama ialah Reduksi emisi GRK yang mempunyai 2 sub

proyek biasa dan kecil, dimana proyek reduksi emisi GRK ini pada tataran

aspek non kehutanan. Sedangkan kategori yang kedua ialah Sekuturasi

penyerapan karbon melalui aspek kehutanan dan memiliki sub proyek biasa

dan kecil. Pada proses klasifikasi diatas terdapat contoh proyek yang

memenuhi syarat MPB yang dipaparkan melalui gambar table sebagai

berikut:

17 Ibid., hal. 40

Page 20: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

43

Tabel 2. Contoh kategori proyek CDM18

NO RUANG LINGKUP

SEKTORAL

CONTOH

PROYEK

1 Industri penghasil energi

(terbarukan/tak terbarukan)

Energi terbarukan Tenaga angina,

Matahari, Air dan

Panas Bumi

Energi tak

terbarukan

Pembangkit termal

yang menggunakan

batu bara dan bahan

bakar fosil

2 Distribusi Energi Listrik Jalur Transmisi dan

distribusi

3 Pemakaian Energi Efisiensi Energi Peralatan yang

pemakaian

energinya sangat

efisien dan fasilitas

penerangan

4 Industri Manufaktur Efisiensi Energi

Peralatan yang

pemakaian

energinya sangat

efisien

Penggantian jenis

bahan bakar

Batu bara diganti

gas alam,

pemakaian batu

bara berteknologi

bersih

18 Ibid.

Em

issi

on R

educt

ions

Act

ivit

ies

Page 21: BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PROTOCOL KYOTOeprints.umm.ac.id/46663/3/BAB II.pdf · Mekanisme Pembangunan atau Bersih . Clean Development Mechanism. sebagai . 25 . acuan dalam

44

Contoh kategori proyek yang memenuhi syarat MPB ialah contoh

proyek kategori pertama dalam klasifikasi MPB, dimana tujuan dari contoh

proyek tersebut merupakan aktivitas yang dapat dilakukan dalam rangka

mengkonversi pengurangan emisi GRK melalui pelaksanan proyek yang

akan dilakukan, untuk itu jika negara Annex satu maupun non Annex dapat

memenuhi aspek klasifikasi dan aspek kelayakan yag telah ditetapkan

selanjutnya melalui Badan Pengawas Eksekutif CDM Executive Board

akan menerbitkan CER sebagai legalitas proyek tersebut terlaksana.