dakwah, agama 7

6
Insân kamîl berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata: insân dan kamîl. Secara harfiah, insân berarti manusia, dan kamîl berarti yang sempurna. Dengan demikian, insân kamîl berarti manusia yang sempurna. Dalam bahasa Arab kata insân mengacu kepada sifat manusia yang terpuji. Selanjutnya kata insân digunakan oleh para filosof klasik sebagai kata yang menunjukkan pada arti manusia secara totalitas yang secara langsung mengarah pada hakikat manusia. Adapun kata kamîl dapat pula berarti suatu keadaan yang sempurna, dan digunakan untuk menunjukkan pada sempurnanya zat dan sifat, dan hal itu terjadi melalui terkumpulnya sejumlah potensi dan kelengkapan seperti ilmu, dan sekalian sifat yang baik lainnya. Selanjutnya kata insân dijumpai di dalam al-Qur'an dan dibedakan dengan istilah basyâr dan al-nâs. Kata insân jamaknya kata al-nâs. Kata insân mempunyai tiga asal kata. Pertama, berasal dari kata anâsa yang mempunyai arti melihat, mengetahui dan minta izin. Yang kedua berasal dari kata nâsiya yang artinya lupa. Yang ketiga berasal dari kata al- ûns yang artinya jinak, lawan dari kata buas. Dengan bertumpu pada asal kata anâsa, maka insân mengandung arti melihat, mengetahui dan meminta izin, dan semua arti ini berkaitan dengan kemampuan manusia dalam bidang penalaran, sehingga dapat menerima pengajaran. Dalam teorinya ini, insân kamîl adalah duplikasi Tuhan (nuskhah al- Haqq), yaitu Nur Muhammad yang merupakan "tempat penjelmaan" (tajalli) asma', dan dzat Allah yang paling menyeluruh, yang dipandang sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Hakikat Nur Muhammad sesungguhnya mempunyai dua dimensi hubungan; yang pertama adalah dimensi kealaman sebagai asas pertama bagi penciptaan alam, dan yang kedua dimensi kemanusiaan yaitu sebagai hakikat manusia. Dari dimensi kealaman maka hakikat Muhammad mengandung pula kenyataan yang diciptakan oleh Allah SWT. lewat proses Kun. Proses penjadian lewat Kun ini tidak mengandung makna pencapaian-tujuan dari tujuan diciptakannya kenyataan-kenyataan yang ada. Sebab, kenyataan-kenyataan tersebut masih merupakan tempat penampakan (tajalli) diri yang masih kabur. la belum cukup dapat memantulkan Asma dan Dzat Allah SWT. yang ditajallikan atasnya. Melalui dimensi kemanusiaan maka hakikat Muhammad merupakan insân kamîl yang dalam dirinya terkandung himpun- an realitas. Pada tahap inilah penampakan Asma Dzat Tuhan menjadi sempurna.

Upload: muthia-aztari

Post on 28-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dakwah, Agama 7

Insân kamîl berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata: insân dan kamîl. Secara harfiah, insân berarti manusia, dan kamîl berarti yang sempurna. Dengan demikian, insân kamîl berarti manusia yang sempurna.

Dalam bahasa Arab kata insân mengacu kepada sifat manusia yang terpuji. Selanjutnya kata insân digunakan oleh para filosof klasik sebagai kata yang menunjukkan pada arti manusia secara totalitas yang secara langsung mengarah pada hakikat manusia. Adapun kata kamîl dapat pula berarti suatu keadaan yang sempurna, dan digunakan untuk menunjukkan pada sempurnanya zat dan sifat, dan hal itu terjadi melalui terkumpulnya sejumlah potensi dan kelengkapan seperti ilmu, dan sekalian sifat yang baik lainnya.

Selanjutnya kata insân dijumpai di dalam al-Qur'an dan dibedakan dengan istilah basyâr dan al-nâs. Kata insân jamaknya kata al-nâs. Kata insân mempunyai tiga asal kata. Pertama, berasal dari kata anâsa yang mempunyai arti melihat, mengetahui dan minta izin. Yang kedua berasal dari kata nâsiya yang artinya lupa. Yang ketiga berasal dari kata al- ûns yang artinya jinak, lawan dari kata buas. Dengan bertumpu pada asal kata anâsa, maka insân mengandung arti melihat, mengetahui dan meminta izin, dan semua arti ini berkaitan dengan kemampuan manusia dalam bidang penalaran, sehingga dapat menerima pengajaran.

Dalam teorinya ini, insân kamîl adalah duplikasi Tuhan (nuskhah al-Haqq), yaitu Nur Muhammad yang merupakan "tempat penjelmaan" (tajalli) asma', dan dzat Allah yang paling menyeluruh, yang dipandang sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Hakikat Nur Muhammad sesungguhnya mempunyai dua dimensi hubungan; yang pertama adalah dimensi kealaman sebagai asas pertama bagi penciptaan alam, dan yang kedua dimensi kemanusiaan yaitu sebagai hakikat manusia. Dari dimensi kealaman makahakikat Muhammad mengandung pula kenyataan yang diciptakan oleh Allah SWT. lewat proses Kun. Proses penjadian lewat Kun ini tidak mengandung makna pencapaian-tujuan dari tujuan diciptakannya kenyataan-kenyataan yang ada. Sebab, kenyataan-kenyataan tersebut masih merupakan tempat penampakan (tajalli) diri yang masih kabur. la belum cukup dapat memantulkan Asma dan Dzat Allah SWT. yang ditajallikan atasnya. Melalui dimensi kemanusiaan maka hakikat Muhammad merupakan insân kamîl yang dalam dirinya terkandung himpun- an realitas. Pada tahap inilah penampakan Asma Dzat Tuhan menjadi sempurna.

Menurut Ibn Arabi, Manusia Sempurna adalah penyebab dari penciptaan, karena di dalam "Manusia Sempurna" tersebut obyek penciptaan itu disadari. Andaikata bukan karena dia (manusia sempurna), maka penciptaan itu tentu saja tidak akan berarti apa-apa, karena Tuhan tentunya tidak akan dikenal. Jadi karena dia maka seluruh penciptaan itu dibuat, yakni Tuhan memanifestasikan Diri-Nya di dalam dunia dan di dalam Manusia Sempurna itu. Oleh karena itu dia menduduki tempat mulia, dan karena itu seluruh isi alam dikuasakan padanya. Dan alam ini akan dipelihara terus menerus selama dia masih ada di dalamnya.

� �ق�و�يم ن� ت �ح�س� ان� ف�ي أ �س� �ا اإلن �ق�ن ل ق�د� خ�”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS At-Tiin: 4)Konsep Insan Kamil menurut Al Quran dan As Sunnah

Nabi Muhammad saw disebut sebagai teladan insan kamil seperti yang tercantum dalam firman Allah swt :

Page 2: Dakwah, Agama 7

”sesungguhnya telah ada pada diri Rasululloh itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah” Perwujudan insan kamil dibahas secara khusus didalam kitab-kitab tasawuf, namun konsep insan kamil ini juga dapat dikatakan dalam kehidupan yang kontemporer.

Alloh swt tidak membiarkan kita untuk menginterprestasikan tata nilai tersebut semuanya, berstandar seenaknya, tetapi juga memberikan kepada kita Rasululah yang menjadikan uswatu khasanah. Rasullullah insan kamil, manusia paripurna, yang tidak ada satupun sisi kemanusiaan yang tidak disentuhnya selama hidupnya. Ia adalah ciptaaan yang terbaik yang hanya epadanya kita merujuk akan akhlak yang mulia.

Allah berfirman:“dan sesungguhna engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang mulia”“sesungguhnya telah ada dalam diri Rasululloh suri tauladan yang baik bagi kalian, orang-orang yang mengharapkan (keridhoan) Alloh dan kebahagiaan dunia akhirat serta banyak mengingat Alloh”

Jika manusia adalah sebaik-baik penciptaan maka Muhammad adalah sebaik-baik manusia. Tak ada manusia yang mampu menandingi penciptaan Muhammad secara lahiriah, juga sifat dan juga perbuatannya.Kehidupan nabi Muhammad adalah rujukan bagi umat manusia. Cara makan dan minum adalah standar rujukan kita untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Demikian Alloh swt telah menjadikan suri tauladan bagi kita yang tak akan pernah berubah.

Ciri-ciri atau kriteria insan kamil pada diri Rasululloh yaitu:1. Sifat amanahà, dapat memegang apa yang dipercayakan seseorang kepadanyawalaupun

hanya sesuatuyang kita anggap sepele.2. Sifat fathanahà, sifat yang dapat membawa seseorang dalam bergaul, bermasyarakat

dan dalam menjalani kehidupan untuk menuju yang lebih baik3. Sifat siddiqà, jujur. Jujur adalah  sebuah kata yang sangat sederhana sekali,dan sering

kita jumpai tetapi penerapannya sangat sulit sekali dimasyarakat.4. Sifat tablighà, menyampaikan sesuatu yang seharusnya didengar oleh orang dan

berguna baginya.dan sesuatu itu semestinya benar dan sesuai dengan kenyataan.

Ciri-ciri insân kamîl :

1. Berfungsi Akalnya Secara Optimal. Manusia yang akalnya berfungsi secara optimal dapat mengetahui bahwa segala perbuatan baik seperti adil, jujur, berakhlak sesuai dengan essensinya dan merasa wajib melakukan semua itu walaupun tidak diperintahkan oleh wahyu. Manusia yang berfungsi akalnya sudah merasa wajib melakukan perbuatan yang baik. Dan manusia yang demikianlah yang dapat mendekati tingkat insân kamîl. Dengan demikian insân kamîl akalnya dapat mengenali perbuatan yang baik dan perbuatan buruk karena hal itu telah terkandung pada essensi perbuatan tersebut.

2. Berfungsi Intuisinya. Insân kamîl dapat juga dicirikan dengan berfungsinya intuisi yang ada dalam dirinya. Intuisi ini dalam pandangan Ibn Sina disebut jiwa manusia (rasional soul). Menurutnya jika yang berpengaruh dalam diri manusia adalah jiwa manusianya, maka orang itu hampir menyerupai malaikat dan mendekati kesempurnaan

Page 3: Dakwah, Agama 7

3. Mampu Menciptakan Budaya. Manusia yang sempurna adalah manusia yang mampu mendayagunakan seluruh potensi rohaniahnya secara optimal. Lewat kemampuan berpikirnya itu, manusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga menaruh perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makna hidup

4. Menghiasi Diri dengan Sifat-sifat Ketuhanan. Manusia termasuk makhluk yang mempunyai naluri ketuhanan (fitrah) dan cenderung kepada hal-hal yang berasal dari Tuhan, dan mengimaninya. Sifat-sifat tersebut menyebabkan ia menjadi wakil Tuhan di muka bumi. Manusia sebagai khalifah yang demikian itu merupakan gambaran ideal. Yaitu manusia yang berusaha menentukan nasibnya sendiri, baik sebagai kelompok masyarakat maupun sebagai individu. Yaitu manusia yang memiliki tanggung jawab yang besar, karena memiliki daya kehendak yang bebas. Manusia yang ideal itulah yang disebut insân kamîl, yaitu manusia yang dengan sifat-sifat ketuhanan yang ada pada dirinya dapat mengendalikan sifat-sifat rendah yang lain

5. Berakhlak Mulia. Sejalan dengan ciri keempat di atas, insân kamîl juga adalah manusia yang berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan pendapat Ali Syari'ati yang mengatakan bahwa manusia yang sempurna memiliki tiga aspek, yakni aspek kebenaran, kebajikan dan keindahan.

6. Berjiwa Seimbang.

Sifat-sifat inilah yang menjamin seseorang menjadi sempurna dan mencapai hasanah dalam dunia dan hasanah dalam akhirat. Adapun cara-cara untuk mencapai manusia sempurna yaitu dengan:

1. Bertaubat2. Selalu ikhlas3. Selalu bersabar4. Selalu cermat5. Selalu berharap dan mempunyai rasa takut kepada Alloh6. Selalu memuji dan bersyukur atas segala yang diberikan kepada kita

Untuk menuju tahap insan kamil, manusia ditempa dengan liku-liku ujian dan cobaan lewat batu sandungan dan kawat berduri serta jurang yang dalam. Dan tidak semua manusia berhasil. Hanya orang-orang ulet, rajin dan tahan bantinglah yang sukses menjadi insan kamil.

1. Pada tahap awal, manusia disebut makhluk biologis yang bertingkah laku seperti binatang, yaitu : makan, minum, tidur, melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Biasanya dialami pada usia 1 sampai 15 tahun atau pada usia kanak-kanak. Anehnya, masih ada manusia yang bertingkah laku seperti anak-anak, makan, minum, tidak mau bekerja, suka meminta-minta. Kalau kegiatan sehari-hari ia hanya makan, minum, tidur, mencari uang untuk makan, atau melampiaskan nafsu atau memuaskan keinginan belaka, maka tidak ada bedanya dengan hewan. Alangkah hina dan rendah, orang yang hidupnya hanya berorientasi kepada uang, harta dan kekayaan.

2. Tahap kedua, manusia disebut makhluk sosial. Manusia memahami bahwa hidupnya tidak sendirian dan satu sama lain saling membutuhkan. Adanya saling membutuhkan ini, manusia mulai membuat aturan yang disepakati tentang perkawinan yang hal ini tidak dilakukan dalam kehidupan hewan. Aturan-aturan lain pun dibuat dalam rangka mengatur kehidupan bersama, kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat. Tetapi karena manusia sejak awal, sejak Nabi Adam sudah diperkenalkan tentang aturan-

Page 4: Dakwah, Agama 7

aturan agama oleh para Rasul sebagai pedoman hidup, maka manusia tidak membuat aturan, melainkan mematuhi dan mentaati ajaran agama yang dibuat oleh Allah swt, meski tidak semuanya.

3. Pada tahap ketiga, manusia disebut makhluk politis. Mereka manuntut hak-haknya dalam roda pemerintah atau roda organisasi. Dalam hukum politik berlaku menang dan kalah. Ada orang yang diuntungkan dan ada orang yang dirugikan. Bahkan kebenaran sering diukur dengan suara mayoritas meski bertentangan dengan Alqur’an, karena ada slogan yang berbunyi bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan. Karena berlaku menang dan kalah, maka mereka saling bersaing bahkan bertengkar, saling menjegal, saling menguasai, dan lain-lain. Orang bilang bahwa politik itu kotor. Padahal Allah melebihkan sebagian manusia atas sebagian yang lain dan menjadikan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar mereka saling mengenal, saling melengkapi dan saling membantu.

Membentuk manusia menjadi manusia sempurna (insan kamil) hanya dapat dilakukan dengan ibadah kepada Allah Ta’ala. Karena peribadatan merupakan tujuan kesempurnaan seorang manusia. Dengannya manusia dapat mewujudkan tujuan penciptaannya, berarti sempurnakan sifat kemanusiaannya. Jika telah sempurna sifat manusianya maka berarti telah menjadi insan kamil.Oleh karena itulah Nabi kita Muhammad dikatakan manusia sempurna dan mendapat kedudukan tertinggi diantara makhluk Allah Ta’ala. Beliau peroleh kedudukan ini dengan kesempurnaan peribadatan beliau kepada Allah Ta’ala, sehingga memperoleh pujian dan keridhoan ilahi Robb.        Semakin sempurna perwujudan ibadah seorang akan membuatnya lebih sempurna dan tinggi dihadapan Allah Ta’ala. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman: ن��د� الل��ه� ك�م� ع� م� ر� ب�آئ�ل� إ�ن� أ�ك��� ع�وب�ا و�ق� ع�ل�ن�اك�م� ش� �نث�ى و�ج� ن�اك�م م*ن ذ�ك�ر' وأ ل�ق� �ن�ا خ� ا الن�اس� إ �ي/ه� ي�آأ

ب�ير1 اك�م� إ�ن� الله� ع�ل�يم1 خ� �ت�ق� أ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Surat Al Hujrat 49:13)