daftar isi pedoman teknis pelaksanaan tridaya revisikotaku.pu.go.id:8081/pustaka/files/pedoman...
TRANSCRIPT
-
PEDOMAN TEKNIS Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) i
PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN TRIDAYA (SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN)
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ‐ PERKOTAAN
Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum
-
ii PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) iii
KATA PENGANTAR Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang tidak menimbulkan persoalan baru, bersifat adil intra generasi dan inter generasi. Prinsip‐prinsip universal pembangunan berkelanjutan tersebut pada hakekatnya merupakan pemberdayaan sejati yang terintegrasi, yaitu pemberdayaan manusia seutuhnya agar mampu membangkitkan ketiga daya yang telah dimiliki manusia secara integratif, yaitu daya pembangunan agar tercipta masyarakat yang peduli dengan pembangunan perumahan dan permukiman yang berorietasi pada kelestarian lingkungan, daya sosial agar tercipta masyarakat efektif secara sosial, dan daya ekonomi agar tercipta masyarakat produktif secara ekonomi.
Pedoman Teknis TRIDAYA merupakan bagian dari pedoman teknis lainnya yang ditetapkan untuk menjadi rujukan bagi setiap jenis implementasi kegiatan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan. Pedoman ini akan dijelaskan secara rinci dalam bentuk Petunjuk Teknis sesuai dengan jenis kegiatannya yaitu kegiatan lingkungan (Infrastruktur), sosial, dan Ekonomi (Pinjaman Bergulir).
Pedoman Teknis TRIDAYA harus menjadi dasar pengambilan keputusan semua pelaku program di semua tingkatan. Oleh seba itu, melalui buku Pedoman Teknis ini, diharapkan pelaksanaan kegiatan TRIDAYA terkelola dengan baik, dan program penanggulangan kemiskinan dapat dilaksanakan oleh seluruh pelaku secara efektif dan optimal. Semoga bermanfaat. Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum
Ir. Guratno Hartono, MBC
-
iv PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) v
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR | i i i DAFTAR ISI | v BAB I | PENDAHULUAN
1.1. Konsep Dasar TRIDAYA | 2
1.2. Tujuan | 4
1.3 Sasaran dan Strategi | 5 BAB I I | KETENTUAN UMUM
2.1. Komponen Kegiatan Tridaya | 12
2.1.1 Pelaksana Kegiatan dan Penerima Manfaat | 14
2.1.2 Ketentuan Umum Pelaksanaan Kegiatan Tridaya | 15 BAB III | TAHAPAN PELAKSANAAN
3.1. Tahapan Pelaksanaan Umum Kegiatan Lingkungan | 30
3.2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Sosial | 40
3.3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Bergulir | 47
-
vi PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 1
BAB I PENDAHULUAN
-
2 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
1.1. Konsep Dasar TRIDAYA Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang tidak menimbulkan persoalan baru, bersifat adil intra generasi dan inter generasi. Oleh sebab itu prinsip‐prinsip universal pembangunan berkelanjutan harus merupakan prinsip keseimbangan pembangunan, yang dalam kasus PNPM Mandiri Perkotaan diterjemahkan sebagai sosial, ekonomi dan lingkungan yang tercakup dalam konsep Tridaya. Jadi prinsip‐pinsip pembangunan berkelanjutan yang harus dijunjung tinggi, ditumbuhkembangkan dan dilestarikan oleh semua pelaku PNPM‐MP (baik masyarakat, konsultan, maupun pemerintah), dalam melaksanakan PNPM‐MP adalah melalui penerapan konsep Tridaya sebagai berikut.
1) Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection); dalam pengambilan keputusan
maupun pelaksanaan kegiatan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak, terutama kepentingan masyarakat miskin, maka didorong agar keputusan dan pelaksanaan kegiatan tersebut berorientasi pada upaya perlindungan/pemeliharaan lingkungan baik lingkungan alami maupun buatan termasuk perumahan dan permukiman, yang harus layak, terjangkau, sehat, aman, teratur, serasi dan produktif. Termasuk didalamnya adalah penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan yang kondusif dalam membangun solidaritas sosial dan meningkatkan kesejahteraan penduduknya.
2) Pengembangan Masyarakat (Social Development); tiap langkah kegiatan P2KP harus selalu berorientasi pada upaya membangun solidaritas sosial dan keswadayaan masyarakat sehingga dapat tercipta masyarakat efektif secara sosial sebagai pondasi yang kokoh dalam upaya menanggulangi kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Pengembangan masyarakat juga berarti upaya meningkatkan potensi segenap unsur masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang rentan (vulnerable groups) dan marjinal yang selama ini tidak memiliki peluang/akses dalam program/kegiatan setempat;
3) Pengembangan Ekonomi (Economic Development); dalam upaya menyerasikan kesejahteraan material, maka upaya‐upaya kearah peningkatan kapasitas dan keterampilan masyarakat miskin dan atau penganggur perlu mendapat porsi khusus termasuk upaya untuk mengembangkan peluang usaha dan akses kesumberdaya kunci untuk peningkatan pendapatan, dengan tetap memperhatikan dampak lingkungan fisik dan sosial.
Prinsip‐prinsip universal pembangunan berkelanjutan tersebut pada hakekatnya merupakan pemberdayaan sejati yang terintegrasi, yaitu pemberdayaan manusia seutuhnya agar mampu membangkitkan ketiga daya yang telah dimiliki manusia secara integratif, yaitu daya pembangunan agar tercipta masyarakat yang peduli dengan pembangunan perumahan dan permukiman yang berorietasi pada kelestarian lingkungan, daya sosial agar tercipta masyarakat efektif secara sosial, dan daya ekonomi agar tercipta masyarakat produktif secara ekonomi.
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 3
Gambaran umum mengenai implementasi prinsip‐prinsip universal pembangunan berkelanjutan melalui TRIDAYA ini dapat dilihat pada Gambar 1.3 sebagai berikut:
Gambar I.1. Konsep TRIDAYA
Diyakini bahwa pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan sebagian besar akan sangat ditentukan oleh individu‐individu dari pelaksana, pemanfaat, maupun pelaku‐pelaku lainnya. Oleh karena itu, dengan memberdayakan individu‐individu tersebut diharapkan dapat membangun kesadaran kritis dan perubahan perilaku yang positif, mandiri dan merdeka berlandaskan nilai‐nilai kemanusiaan yang universal. Perubahan perilaku individu inilah yang menjadi pilar bagi perubahan perilaku kolektif, sehingga pada akhirnya masyarakat (kumpulan‐kumpulan individu yang memiliki kesadaran kritis) mampu
Manusia
Membangkitkan daya sosial agar tercipta masyarakat effektif
Membangkitkan daya ekonomi agar tercipta
masyarakat yg produktif
Membangkitkan daya lingkungan agar
tercipta masyarakat pembangunan
Pem
berd
ayaa
n Se
jati
-
4 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
membangun dan menumbuhkembangkan keberdayaan masyarakat dalam bidang pembangunan lingkungan, sosial dan ekonomi.
1.2. Tujuan
a. Kegiatan Lingkungan
Sesuai dengan konsepsi kegiatan PNPM‐MP, maka tujuan yang dicapai dari pelaksanaan pembangunan infrastruktur atau sarana dan prasarana adalah :
1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam melaksanakan pengembangan lingkungan dan permukiman;
2. Meningkatkan akses/pelayanan infrastruktur dasar yang berdampak langsung pada pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi produktif warga miskin;
3. Meningkatkan akses masyarakat terhadap lingkungan hunian yang sehat, tertib, aman dan lestari;
4. Mendorong terbangunnya kemitraan antara masyarakat, Dinas/Pemda dan Kelompok Peduli dalam Penanggulangan Kemiskinan melalui pembangunan infrastruktur;
5. Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, khususnya selama pelaksanaan pembangunan infrastruktur;
b. Kegiatan Sosial
Untuk mewujudkan program bidang sosial sehingga dapat terlaksana, tepat pada sasaran, secara langsung dan dapat memberi layanan sosial yang semakin berkualitas bagi warga miskin. Tujuan Kegiatan Sosial terintegrasi dengan Tujuan PNPM Mandiri Perkotaan yaitu :
1. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin dengan membuka kesempatan kerja
2. Menguatkan modal sosial masyarakat. 3. meningkatkan angka harapan hidup masyarakat dalam mengakses layanan
kesehatan, sumberdaya dan kesempatan pendidikan. 4. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan kegiatan
penanggulangan kemiskinan.
c. Kegiatan Ekonomi 1) Membantu kegiatan yang bersifat produktif dalam rangka menciptakan
peluang usaha dan kesempatan kerja 2) Untuk menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin
dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 5
1.3. Sasaran dan Strategi
Kegiatan Lingkungan
Sasaran utama pelaksanaan kegiatan infrastruktur adalah rumah tangga miskin (berpendapatan rendah) di wilayah kelurahan/desa sasaran program, khususnya masyarakat miskin yang sudah ditetapkan bersama oleh warga dalam daftar masyarakat miskin PS‐2. Sedangkan hasil yang diharapkan dari pembangunan infrastruktur adalah :
1. UPL terlatih dan berfungsi efektif dalam mengelola pembangunan infrastruktur diwilayahnya;
2. Meningkatnya kuantitas/kualitas pelayanan sarana & prasarana yang dibutuhkan warga miskin;
3. Infrastruktur yang dibangun dengan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dapat diselesaikan, berkualitas baik dan dioperasikan & dipelihara bersama secara swadaya oleh masyarakat;
4. Adanya kontribusi masyarakat, Pemda, Swasta dan pihak lainnya dalam pembangunan Infrastruktur;
5. Meningkatnya kesempatan kerja bagi masyarakat, khususnya selama pelaksanaan pembangunan infrastruktur;
Kegiatan pembangunan infrastruktur PNPM‐MP secara substansi bermakna sebagai media pembelajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses bekerja dan belajar masyarakat dalam pembangunan lingkungan permukiman, khususnya dalam pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan sarana & prasarana (fisik). Namun demikian, seluruh kegiatan infrastruktur yang dibangun harus dapat memberikan manfaat secara langsung dan sebesar‐besarnya bagi warga miskin (PS‐2) serta harus memenuhi persyaratan kelayakan/standar teknis bangunan & peraturan yang berlaku.
Adapun strategi operasional pembangunan infrastruktur adalah :
1) Mendorong partisipasi masyarakat pada semua tahapan kegiatan (termasuk kontribusi swadaya dan keterlibatan perempuan). Pada tataran ini masyarakat (individu dan kelembagaannya) ditempatkan sebagai sasaran (obyek) sekaligus sebagai subyek kegiatan (pelaku utama).
2) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi/kapasitas masyarakat berkembang, diantaranya dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya;
3) Mendorong perbaikan kualitas pengelolaan pembangunan infrastruktur yang menerus (Continuous Quality Improvement) baik ditingkat masyarakat (UPL/KSM) selaku pelaksana langsung kegiatan maupun ditingkat Fasilitator Teknik kelurahan selaku pendamping masyarakat;
-
6 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
4) Pengendalian yang fokus pada pengembangan kapasitas masyarakat (UPL/KSM) dan Fasilitator Teknik selaku pendamping terdepan dimasyarakat. Pengembangan kapasitas diarahkan untuk menumbuhkan Kemauan,
5) mengembangkan Kemampuan (Paham, Terampil) serta menggali pengalaman mereka sendiri. Dengan cara demikian diharapkan kemampuan dan pengalaman masyarakat berangsur‐angsur berkembang sehingga keterlibatan orang luar semakin berkurang dan akhirnya masyarakat dapat mandiri.
6) Pendampingan kepada masyarakat dilakukan secara bertahap sesuai mekanisme tahapan proses pelaksanaan kegiatan dilapangan dan dilakukan secara menerus, termasuk melakukan pelatihan/coaching secara periodik sesuai mekanisme tahapan proses kegiatan dilapangan, memberikan pengarahan/bimbingan, memberikan dukungan, mendorong/memotivasi, melakukan pengawasan, membantu penyelesaiaan masalah, mengkoordinasikan untuk sinkronisasi kegiatan, evaluasi/penilaian;
7) Penjaminan kualitas infrastruktur oleh seluruh pendamping infrastruktur pada seluruh rangkaian siklus kegiatan program PNPM‐MP, dimulai sejak dari tahapan RK, PS dan PJM Pronangkis sebelum pelaksanaan pembangunan fisik serta pengendalian pada tahap proses perencanaan teknis usulan kegiatan, pelaksanaan pembangunan dan tahap pasca konstruksi;
8) Mendorong pelaksanaan supervisi/pengawasan (membimbing, mengarahkan) diseluruh pelaku terhadap pelaksanaan kegiatan konstruksi dilakukan sejak awal kegiatan, dengan sasaran utama adalah meningkatkan kemampuan personil pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan dengan benar dan teliti. Dengan pengawasan/pengendalian yang baik sejak awal pelaksanaan konstruksi maka diharapkan suatu pekerjaan dilaksanakan dengan benar atau tidak terjadi kesalahan pekerjaan sejak awal pelaksanaannya sampai selesai (Zero defect/kesalahan nol).
9) Penyediaan Pedoman/Petunjuk Teknis, Media Sosialisasi kegiatan infrastruktur diseluruh jajaran personil pendamping infrastruktur dan masyarakat;
10) Peningkatan kualitas praktek kerja konstruksi dan pelatihan/Coaching bagi KSM;
11) Mendorong pengembangan kapasitas KSM Pelaksana Kegiatan Infrastruktur yang dapat menjadi wadah group kerja “usaha alternatif” disektor Jasa Konstruksi;
12) Mendorong Revitalisasi lembaga keswadayaan masyarakat yang sudah ada atau membentuk organisasi baru sebagai Organisasi Pengelola O&P berikut aturan mainnya yang disepakati bersama oleh warga;
13) Integrasi proses pengembangan Organisasi Pengelola O&P dengan proses perencanaan dan pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur sejak awal;
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 7
Kegiatan Sosial
1) Memperkuat ikatan sosial dengan menggalang kepedulian/solidaritas, kebersamaan, dan menumbuhkan kepercayaan dengan menggerakkan kapasitas sosial untuk penanggulangan kemiskinan di masyarakat.
2) Menumbuhkan kebiasaan dalam mengelola kegiatan sosial yang berbasis pada program yang telah direncanakan, fokus pada kelompok sasaran, dan memberdayakan.
3) Meningkatkan pendapatan dan/atau mengurangi pengeluaran warga miskin melalui peningkatan pelayanan sosial langsung seperti: memberikan pelatihan keterampilan yang dapat mendorong terciptanya kegiatan usaha produktif.
4) Meningkatkan akses warga miskin terhadap pelayanan kesehatan yang mudah, mudah, dan berkualitas tidak terkecuali kesehatan balita, kesehatan ibu, terbebas dari penyakit HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.
5) Meningkatkan akses warga miskin terhadap pelayanan pendidikan (wajib belajar 9 tahun).
Sasaran Kegiatan Sosial adalah KK Miskin yang telah teridentifikasi dalam data PS 2 hasil Pemetaan Swadaya. Data‐data PS 2 tersebut harus dipastikan telah diupdate secara periodic minimal setahun sekali. Data PS 2 yang telah diperoleh harus dipetakan, baik secara geografis, mata pencaharian maupun tingkat kemiskinannya. Sehingga akan diperoleh tiga kategori KK miskin yang berhak mendapatkan intervensi pelayanan/kegiatan social dalam PNPM Mandiri Perkotaan. Tiga kelompok warga PS 2 tersebut antara lain :
a. Anak‐anak KK Miskin (keluarga PS2), usia sekolah yang tidak memiliki kecukupan dana untuk mendapatkan pendidikan dan jaminan kesehatan yang layak
b. KK Miskin yang masih berusia produktif tetapi tidak memiliki pendapatan tetap, tidak memiliki akses terhadap pekerjaan yang layak, aset, pendidikan maupun kesehatan
c. KK Miskin yang telah melewati usia produktif (tidak produktif), tidak memiliki pendapatan tetap/tidak memiliki sumber pendapatan, tidak memiliki akses kesehatan, tidak memiliki jaminan hari tua
Data keluarga/jiwa miskin yang ditetapkan dalam (PS‐2) selanjutnya dilakukan proses perankingan (wealth ranking) sehingga didapatkan beberapa kategori keluarga/jiwa miskin. Kategori tersebut misalnya mendekati miskin ‐ miskin ‐ sangat miskin. Untuk meningkatkan ketepatan sasaran kegiatan sosial maka tiga kategori diatas perlu dikembangkan lagi dengan penggunaan kategori lain, misalnya; anak‐anak KK miskin (usia sekolah), miskin produktif ‐ miskin non produktif.
-
8 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
Gambar 1 Klasifikasi Sasaran Kegiatan Sosial dalam PS‐2
Kategori anak‐anak miskin usia sekolah adalah anak‐anak miskin yang tidak memiliki kemampuan mengakses pendidikan dan kesehatan karena ketidakcukupan biaya dari orang tua mereka (6‐17 tahun). Sedangkan miskin produktif secara umum berisikan kelompok umur usia bekerja 17‐65 tahun, mempunyai kemampuan untuk menekuni suatu pekerjaan, mempunyai pekerjaan tetap/ tidak tetap. Sedangkan untuk kategori miskin non produktif secara umum berisikan kelompok umur usia dibawah 17 tahun atau diatas 65 tahun, belum/ sudah tidak mempunyai kemampuan untuk menekuni suatu pekerjaan, belum mempunyai/ sudah tidak mempunyai pekerjaan tetap/ tidak tetap. Namun usia 6 sampai 17 tahun adalah Usia sekolah.
Kegiatan Ekonomi
Sasaran utama pelaksanaan Kegiatan Ekonomi (pinjaman bergulir) adalah rumah tangga miskin (berpendapatan rendah) di wilayah kelurahan/desa LKM/UPK berada, khususnya masyarakat miskin yang sudah diidenti fi kasi dalam daft ar masyarakat miskin PS2.
Kelanjutan pelaksanaan Kegiatan Ekonomi (Pinjaman Bergulir) dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan dengan strategi di tiap‐tiap tataran antara lain:
1) Memprioritaskan pada meningkatkan kemampuan institusi yang sudah ada berkelanjutan, daripada memperbanyak institusi ke seluruh kelurahan
2) Menunda pembentukan UPK baru hingga kebijakan dan prosedur lengkap dan fasilitator telah siap
Anak‐anak KK Miskin (usia
sekolah)
•Usia dibawah 6‐17 tahun•Tidak memiliki kecukupan dana untuk mengakses pendidikan dan kesehatan
Usia Produktif
• Usia 17‐65 tahun•Tidak memiliki pekerjaan•pekerjaan tidak tetap•Tidak berpendidikan•Tidak memiliki ketrampilan•Tidak memiliki akses perawatan kesehatan
Usia Tidak Produktif
• Usia di atas 65 tahun•sumber pendapatan tidak tetap•ketergantungan kepada tetangga•Tidak memiliki akses kesehatan•Tidak memiliki jaminan hari tua
PS 2
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 9
3) Membuat sistem penjenjangan sederhana terhadap UPK berdasarkan kinerja keuangan, manajemen, kejujuran, dan kinerja sosial untuk membedakan UPK yang kinerjanya bagus dan yang buruk
4) Menetapkan kriteria untuk kinerja memuaskan dan kinerja minimal yang transparan dan mudah diukur oleh UPK, PMU dan PNPM Mandiri Perkotaan. Indikator utama untuk melihat kinerja pinjaman bergulir adalah LAR, PAR, RoI dan CCr
5) Bagi Desa/Kelurahan baru Modal BLM untuk kegiatan pinjaman bergulir sebesar 30%,
6) Bagi Desa/Kelurahan lanjutan: Penambahan modal BLM sebesar 20% untuk kegiatan bergulir apabila kinerja
pinjaman beresiko (PAR) > 3 bulan klasifikasi memuaskan (20%
Menunda penambahan dana apabila kinerja pinjaman beresiko (PAR) > 10%, namun tetap menggulirkan dana yang ada kepada KSM lama maupun baru,
Apabila kinerja pinjaman beresiko (PAR) di bawah miinimal (> 20%), hanya dapat menggulirkan kepada KSM lama yang pengembaliannya lancar
BKM/UPK wajib memperbaiki kinerja pinjaman bergulir dan melaksanakan strategi untuk secara agresif menagih peminjam yang menunggak. Apabila kriteria kinerja PAR mencapai minimal bagi UPK atau hasil penagihan mencapai 60% bagi UPK yang pinjamannya telah jatuh tempo (melebihi jangka waktu pinjaman) dapat menggulirkan kembali bagi KSM lama maupun KSM baru yang layak.
7) Mengubah orientasi Manajemen Keuangan ke pengelolaan Kredit Mikro dan menyesuaikan struktur tim agar mampu mendisain pinjaman mikro, menyusun dan melaksanakan program pelatihannya, meningkatkan kemampuan dan monitoring fasilitator dalam bidang pinjaman bergulir
8) Struktur organisasi UPK secara jelas dan tegas terpisah baik operasional maupun keuangannya dari LKM, dan beroperasi menurut prinsip usaha yang seimbang dengan misi sosialnya
9) LKM membentuk Pengawas yang bertugas mengawasi dan mendukung UPK dalam promosi dan penagihan tunggakan pinjaman serta memasti kan bahwa semua ketentuan telah dipatuhi UPK. Pengawas terdiri dari 2‐3 orang yang mengandung unsur laki‐laki dan perempuan
10) LKM harus membuat/mengubah Anggaran Dasarnya yang secara jelas mengatur tentang tujuan, tugas, tanggung jawab serta hasil yang diharapkan dari Pengawas dan UPK
11) LKM membuat pernyataan khusus bahwa BLM yang dialokasikan untuk Pinjaman Bergulir adalah menjadi modal lembaga UPK dan digunakan hanya untuk mendanai kegiatan yang berkaitan dengan Pinjaman Bergulir saja. Penggunaan diluar kegiatan Pinjaman Bergulir harus dengan persetujuan dari KMP
12) Pendapatan UPK tidak boleh untuk membiayai kegiatan‐kegiatan diluar Pinjaman Bergulir. Pendapatan UPK hanya untuk membayar insentif pegawai dan biaya operasional UPK
-
10 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
13) Unit Pengelola Keuangan (UPK) perlu diti ngkatkan kualitas dan kuantitas pelatihannya. Fasilitator di bidang kredit mikro perlu mengubah fokus pelatihan dari pembukuan ke pelatihan dasar perkreditan, antara lain; pengenalan
14) nasabah, analisis pinjaman, teknik penagihan, cash flow sederhana, laporan kinerja keuangan dan pembinaan. Modul pelatihan perlu ditambah sesuai dengan penambahan materi baru dan revisi materi yang sudah ada.
15) LKM harus menetapkan besarnya jasa pinjaman yang berfokus pada keberlanjutan. Jasa pinjaman harus dapat menutup semua biaya, yang antara lain terdiri dari: Cost of Fund (biaya dana), Biaya operasional, Cadangan Risiko Pinjaman, Inflasi serta untuk Laba yang diinginkan.
16) Secara khusus strategi Peningkatan penghidupan masyarakat berbasis Komnitas (PPMK) sbb:
a) Meningkatkan kapasitas "Kelembagaan KSM"
b) Meningkatkan kapasitas "kelompok masyarakat miskin" dalam kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat.
c) Meningkatkan pelayanan BKM melalui Unit‐unit Pelaksana untuk masyarakat miskin.
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 11
BAB II KETENTUAN UMUM
-
12 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
2.1 Komponen Kegiatan Tridaya Kegitan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999 hingga pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan saat ini terbagi kedalam 3 komponen kegiatan utama yaitu komponen kegiatan lingkungan, sosial dan ekonomi.
a. Komponen Kegiatan Lingkungan Kegiatan lingkungan atau infrastruktur yang dibangun melalui PNPM Mandiri Perkotaan pada dasarnya bersifat sangat luwes (flexible) sesuai usulan/kebutuhan masyarakat, terutama bagi masyarakat miskin. Secara umum, komponen kegiatan lingkungan PNPM Mandiri Perkotaan mencakup kegiatan infrastruktur: Jalan Drainase Jembatan Perumahan MCK TPA/Gerobak Sampah Air Bersih Penerangan Umum Sarana Pendidikan Sarana Kesehatan Sarana Perdagangan Irigasi Saluran Pembuangan limbah Tambatan Perahu dan Kegiatan lainnya berdasarkan hasil kesepakatan masyarakat
b. Komponen Kegiatan Sosial Komponen kegiatan sosial yang dialaksanakan dalam PNPM Mandiri Perkotaan adalah kegiatan yang bisa memberikan dampak manfaat langsung kepada masyarakat miskin. Adapun dalam komponen kegiatan sosial, beberapa jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat antara lain : Kegiatan sosial bidang pemenuhan hak dasar, pemberian jaminan pemenuhan
kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan kepada warga miskin (PS‐2). Keberlanjutan kegiatan sosial berupa layanan perlindungan sosial menjadi prasyarat utama dilakukanya pola ini, sehingga kegiatan memang harus melembaga dan mudah diakses oleh warga miskin. Kecukupan pangan, sandang, dan papan sesuai standar kelayakan hidup minimal bagi warga miskin merupakan landasan dasar bagi penanggulangan kemiskinan selanjutnya.
Kegiatan sosial bidang pendidikan seperti: beragam jenis kegiatan di bidang
pendidikan bagi warga miskin (PS‐2) yang bertujuan untuk memberikan kemudahan akses informasi, akses terhadap fasilitas dan akses layanan
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 13
pendidikan dasar (9 tahun) bagi warga miskin sehingga kualitas pendidikan usia sekolah akan meningkat. Penanganan transportasi warga miskin ke sekolah,
belum mendapatkan layanan program pendidikan lain, kemampuan membayar SPP yang rendah, sarana dan prasarana yang kurang, dll. Selain itu kegiatan juga dapat berupa upaya untuk mempermudah/mendekatkan akses warga miskin terhadap fasilitas/lembaga pendidikan dasar seperti sekolah dasar, SMP, Madrasah, Kejar Paket, pendidikan alternatif, dll.
Kegiatan sosial bidang kesehatan, beragam jenis kegiatan di bidang kesehatan
untuk warga miskin (PS‐2) yang bertujuan untuk memberikan kemudahan akses informasi, akses fasilitas dan akses layanan kesehatan bagi warga miskin. Selain itu kegiatan untuk mempermudah/mendekatkan akses warga miskin terhadap fasilitas/lembaga kesehatan seperti posyandu, bidan desa, dokter, puskesmas, rumah sakit juga penting untuk diperhatikan.
Kegiatan sosial bidang penanggulangan bencana, serangkaian kegiatan yang
dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi bencana atau mengurangi resiko bencana melalui pengorganisasisan, pembangunan fisik, penyadaran, peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kegiatan ini dapat berupa : penyediaan informasi, penyuluhan, pelatihan, gladi, simulasi, dll.
Kegiatan sosial bidang pengembangan kapasitas seperti : beragam jenis kegiatan
pelatihan, kursus, seminar, lokakarya, penyuluhan, magang kerja, dll, dalam bingkai penanggulangan kemiskinan yang secara umum bertujuan untuk memberikan bekal dasar atau meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dari warga miskin kelurahan (PS‐2). Jenis‐jenis kegiatan sosial pengembangan kapasitas adalah sebuah menu terbuka bagi masyarakat, yang menentukan tentunya adalah masalah sosial yang dialami oleh warga miskin (PS‐2) yang telah diidentifikasi semenjak pelaksanaan Refleksi Kemiskinan, Pemetaan Swadaya, dan dirumuskan dalam dokumen PJM Pronangkis kelurahan. Dengan sistem yang demikian maka sebuah kegiatan sosial yang dipilih harusnya bisa dirunut ulang asal muasalnya.
c. Komponen Kegiatan Ekonomi
Komponen kegiatan ekonomi yang dilaksanakan dalam PNPM Mandiri Perkotaan adalah pemberian pinjaman bergulir kepada masyarakat miskin melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar dengan kegiatan yang menghasilkan pendapatan yang biasanya tidak memiliki akses ke sumber pinjaman lainnya, untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan kegiatan yang mendukung tumbuhnya ekonomi serta usaha mikro disamping itu membelajarkan mereka dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar. Pemberian pinjaman bergulir hanya merupakan salah satu upaya meningkatkan pendapatan masyarakat miskin agar bisa terlepas dari kemiskinannya. PNPM Mandiri Perkotaan hanya menyediakan alternatif kegiatan pinjaman bergulir,
-
14 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
masyarakat sendirilah yang memutuskan apakah akan menggunakan kegiatan pemberian pinjaman bergulir dalam program penanggulangan kemiskinannya. Penetapan kegiatan pemberian pinjaman bergulir kepada masyarakat miskin diputuskan sendiri oleh masyarakat melalui Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Dalam rangka pengembangan konsep TRIDAYA khususnya melalui peningkatan penghidupan warga miskin dan perempuan yang terhimpun dalam KSM melalui proses pendampingan dan fasilitas dikembangkan program Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK)
2.1.1 Pelaksana Kegiatan dan Penerima Manfaat
Komponen Kegiatan
Pelaksanan Kegiatan Penerima Manfaat
Lingkungan KSM/Panitia
Masyarakat kelurahan/desa diwilayah PNPM Mandiri Perkotaan dimana minimal 80% masyarakat miskin sebagai penerima manfaatan kegiatan lingkungan
Sosial KSM/Panitia
Rumah tangga miskin berpendapatan rendah diwilayah kelurahan/desa sasaran PNPM Mandiri Perkotaa, khususnya masyarakat miskin yang telah teridentifikasi dalam daftar masyarakat miskin PS‐2
Ekonomi KSM
Rumah tangga miskin berpendapatan rendah diwilayah kelurahan/desa sasaran PNPM Mandiri Perkotaa, khususnya masyarakat miskin yang telah teridentifikasi dalam daftar masyarakat miskin PS‐2
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 15
2.1.2 Ketentuan Umum Pelaksanaan Kegiatan Tridaya
a. Kegiatan Lingkungan Kriteria Pemilihan Prioritas Kegiatan Lingkungan
(1) Pemilihan prioritas pembangunan infrastruktur yang akan dilaksanakan harus memenuhi kriteria berikut:
a) Memberikan prioritas untuk memenuhi kebutuhan Infrastruktur bagi masyarakat miskin yang diusulkan dan disepakati bersama oleh warga setempat sebagaimana tertuang dalam Dokumen Renta/PJM‐Nangkis/RTPLP Kelurahan/Desa atau perubahannya;
b) Memberikan prioritas kegiatan infrastruktur yang secara langsung mempunyai dampak secara kolektif untuk peningkatan sosial, ekonomi produktif masyarakat yang paling optimal bagi warga miskin;
c) Memberikan prioritas kegiatan infrastruktur yang merupakan integrasi antara kebutuhan lokal dengan upaya pengembangan wilayah/kawasan kelurahan/desa yang lebih luas, seperti kegiatan yang bersifat lintas wilayah (lintas RT atau RW atau Dusun, dst)
d) Memberikan prioritas kegiatan infrastruktur yang menumbuhkan modal social, kegotong royongan masyarakat;
e) Masyarakat/warga pemanfaat bersedia memelihara sarana dan prasarana yang dibangun;
f) Lahan untuk pembangunan telah tersedia atau dapat disediakan sendiri oleh masyarakat/pemda tanpa menggunakan dana BLM program;
g) Memberikan prioritas pada pembangunan infrastruktur yang menggunakan teknologi sederhana, sehingga pembangunan dan pemeliharaannya dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat tanpa mendatangkan keahlian atau peralatan dari luar wilayah setempat;
h) Tidak bertentangan dengan Kegiatan yang Dilarang oleh program, tidak menimbulkan Dampak Negatif (merusak) terhadap Lingkungan dan Sosial;
i) Tidak mempunyai masalah teknis yang sangat berat/kompleks sehingga dapat dilaksanakan oleh masyarakat dalam kurun waktu sesuai ketentuan program;
j) Tidak tumpang tindih dengan yang dibangun oleh pemerintah atau program lain;
k) Untuk prasarana yang bersifat jaringan, harus terintegrasi dengan sistem/jaringan pelayanan yang sudah ada (seperti prasarana jalan, jembatan, drainase, irigasi, persampahan).
l) Untuk usulan prasarana yang memerlukan dukungan (prasarana atau tenaga bantuan teknis) dari pemda/pihak ketiga lainnya agar dapat berfungsi atau dioperasikan maka hanya dapat disetujui setelah ada bukti
-
16 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
komitmen yang pasti antara masyarakat (BKM/LKM) dengan pihak yang akan memberikan dukungan tersebut.
(2) Pertimbangan dalam pemilihan teknologi kegiatan infrastruktur yang akan dilaksanakan, antara lain:
a) Memberikan prioritas sebanyak‐banyaknya penggunaan tenaga kerja setempat, termasuk swadaya masyarakat dengan tetap memenuhi persyaratan sesuai kualifikasi tenaga kerja yang dipersyaratkan;
b) Memberikan prioritas pemanfaatan bahan/material lokal, termasuk swadaya masyarakat dengan tetap memenuhi persyaratan standar teknis/spesifikasi teknis pekerjaan yang dipersyaratkan;
c) Dalam pemilihan bahan bangunan, teknologi konstruksi dan pelayanan prasarana harus menerapkan kriteria keberlanjutan dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta harus mempertimbangkan kemungkinan bencana alam (tanggap bencana);
d) Memenuhi standar teknis bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah/instansi teknis terkait, seperti PU/SKPD terkait sehingga bangunan dapat menjamin Keselamatan (Kekuatan, Keamanan) dan Kesehatan warga pengguna, dapat berfungsi optimal serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya (sosial);
e) Dicari karya yang bermutu dan dapat memberikan nilai tambah estetika‐arsitektural sehingga dapat memberikan pandangan yang sesuai dan harmonis dengan kondisi lokasi/lingkungan prasarana dan budaya setempat;
Pola Pelaksanaan dan Pemaketan Kegiatan Lingkungan
Pola pelaksanaan kegiatan Infrastruktur PNPM‐MP pada prinsipnya dilakukan oleh masyarakat mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, namun dalam hal terdapat kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan oleh masyarakat sendiri maka dapat dibantu oleh pihak ketiga yang lebih mampu. Khususnya dalam kegiatan perencanaan wilayah/kawasan, perencanaan teknis bangunan, pelaksanaan fisik infrastruktur yang tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dan pemasaran kegiatan;
Untuk pelaksanaan paket pekerjaan infrastruktur yang merupakan usulan/kebutuhan anggota KSM maka LKM/UPL dapat menunjuk langsung KSM tersebut untuk bertindak sebagai Pelaksana pembangunannya, sedangkan untuk paket kegiatan yang menjadi kebutuhan bersama warga kelurahan atau kebutuhan lebih dari satu KSM maka dapat dipilih salah satu KSM yang ada sebagai Pelaksana pembangunannya. Proses pemilihan KSM tersebut dilakukan secara musyawarah dengan tetap mengutamakan prioritas bagi KSM yang memiliki kemampuan teknis pekerjaan konstruksi dan memilki komitmen dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang diwujudkan antara lain dalam bentuk nilai keswadaayan/kegotong royongan.
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 17
Besarnya nilai paket pekerjaan pembangunan infrastruktur untuk dilaksanakan melalui/oleh setiap Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau pihak ketiga (bila ada) tidak dibatasi oleh biaya pekerjaan. Namun demikian dalam pemaketan ini tetap memaksimalkan perluasan kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat
dengan tetap mengutamakan prinsip efisiensi, kesatuan sistem infrastruktur, target kualitas dan kemampuan teknis kelompok masyarakat. Indikator Kinerja 1. Jumlah dari setiap jenis kegiatan infrastruktur yang selesai dibangun; 2. Minimal 70% dari prasarana yang dibangun dinilai memiliki kwalitas baik; 3. Prasarana lebih murah 20% dibandingkan dengan yang dibangun dengan pola
tidak bertumpu pada masyarakat, di 80% kelurahan sasaran; 4. Pengelola O&P prasarana yang dibangun telah menjalankan rencana kerjanya
selambat‐lambatnya 3 bulan setelah pembangunan selesai;
-
18 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
b. Kegiatan Sosial 1) Prinsip‐prinsip pengelolaan kegiatan social Kegiatan Sosial wajib mengikuti prinsip‐prinsip sebagaimana diatur dalam ketentuan dan pedoman yang berlaku dalam PNPM Mandiri Perkotaan (prinsip‐prinsip ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam POB Kegiatan Sosial) antara lain : a) Pemberdayaan masyarakat untuk kemandirian masyarakat. Strategi
penanggulangan kemiskinan nasional telah terbagi menjadi 4 klaster, dan domain PNPM terdapat pada klaster yang kedua yaitu program‐program yang menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan pembelajaran, baik terhadap komunitas, KSM maupun penerima manfaat.
b) Sesuai dengan Kegiatan yang diprogramkan dalam PJM Pronangkis yang dihasilkan melalui Pemetaan Swadaya dan secara rutin direview melalui tinjauan partisipatif
c) Bermanfaat langsung bagi KK Miskin yang tercatat dalam PS2, bukan pemanfaat tidak langsung.
d) Mampu menggalang swadaya masyarakat dan merekatkan solidaritas social dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoringnya. Memastikan KSM Sosial bukan kepanitiaan baru tetapi telah berpengalaman menjalankan aktivitas sosial.
e) Berkelanjutan, artinya bukan kegiatan instant dan berjangka pendek untuk merespon BLM. Sebab kebutuhan dasar KK miskin yang harus dilayani bersifat menerus. Hal‐hal yang menjadikan sebuah kegiatan berjangka panjang adalah kejelasan pengelola, dukungan financial dan kemitraan dengan pihak ketiga, baik SKPD maupun CSR atau sumber lain
f) Mendukung Program Perlindungan Sosial Cluster I seperti Beasiswa miskin, Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Cluster IV Program Serba Murah, seperti Program Rumah Sangat Murah, Transportasi umum murah, air bersih untuk rakyat, listrik Murah dsb.
g) Membuka Lapangan Kerja dan meningkatkan pendapatan. Kegiatan Sosial yang membuka lapangan kerja baru harus lebih diprioritaskan pelaksanaannya karena bermanfaat dan memberi pemasukan kepada banyak jiwa yang ditanggung oleh masing‐masing KK miskin. Selain itu kegiatan Sosial juga akan berpotensi membuka lapangan kerja baru jika terkait dengan mata pencaharian pokok masyarakat.
h) Berkaitan dengan peningkatan kesehatan otomatis akan meningkatkan Angka Harapan Hidup sebagamana ditargetkan IPM. Semakin sehat seseorang akan makin panjang harapan hidupnya, sehingga makin produktif sebagai manusia sejahtera. Adapun area‐area strategis yang digarap mestinya juga berkaitan dengan target‐target MDGs seperti memberantas kelaparan (MDGs 1), mengurangi kematian anak (MDGs 4), meningkatkan kesehatan ibu (MDGs 5), melawan penyakit menularmalaria dan HIV (MDGs 6), serta menjaga daya dukung lingkungan hidup (MDGs 7) yang sehat sebagai habitat hidup jangka panjang.
i) berkaitan dengan pendidikan harus mendapatkan prioritas yang sama karena pendidikan adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi sebagaimana
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 19
ditargetkan dalam IPM, sebagai target ketiga, yaitu menjadikan masyarakat terdidik. Dalam MDGs pendidikan diletakkan pada target ke 2 dan ke‐3 yaitu pemerataan kesempatan mendapatkan pendidikan dan tidak ada diskriminasi gender dalam mengaksesnya
j) Kemitraan untuk menjaga kesinambungan program. Ketujuh kegiatan di atas akan terjaga keberlanjutannya jika dilaksanakan bermitra dengan berbagai pihak mulai dari level local, regional bahkan global. Dalam konteks PNPM Mandiri Perkotaan yang terpenting adalah bermitra dengan Pemda, Perguruan Tinggi dan swasta. Sebab ketiga kompartemen tersebut yang paling realistis diajak mewujudkan kerjasama jangka panjang di level kota/kab.
2) Pola kegiatan
Sebagaimana kegiatan yang lain, Pola Kegiatan Sosial meliputi Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi yang dalam pelaksanaannya diwujudkan untuk memenuhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM). yaitu : 1. Peningkatan Angka Harapan Hidup melalui pelayanan Kesehatan. 2. Peningkatan Kapasitas SDM, Pelayanan Pendidikan 3. Peningkatan Daya Beli, berkaitan dengan peningkatan pendapatan mata
pencaharian Sedangkan jenis kegiatan sosial adalah bentuk‐bentuk kegiatan sebagai realisasi pemenuhan IPM di atas. Jenis‐jenis kegiatan sosial dimaksud antara lain : 1. penyelenggaraan kegiatan sendiri (melalui PNPM Mandiri Perkotaan) bidang
kesehatan yang difasilitasi BKM dan KSM seperti; pengobatan gratis, penambahan gizi balita, penimbangan balita, imunisasi, perawatan ibu hamil,
2. fasilitasi dan dukungan kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD seperti dukungan pelayanan jamkesmas, pemanfaatan obat generic, vaksinasi, pencegahan penyakit menular (malaria, demam berdarah, HIV), antisipasi pandemi maupun endemi, fogging, dst
3. penyelenggaraan bantuan biaya pendidikan atas insiatif KSM dan BKM sendiri seperti pemberian bantuan beasiswa berkelanjutan, bantuan seragam sekolah, pembangunan perpustakaan sekolah, penyediaan prasarana sekolah, penyediaan buku‐buku sekolah dsb.
4. fasilitasi dan dukungan kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh SKPD seperti, pengendalian dan pengawasan biaya operasional sekolah (BOS), pengawasan bantuan beasiswa, dsb
5. Pelatihan‐pelatihan bagi calon‐calon anggota KSM ekonomi produktif yang belum memiliki ketrampilan dan kemampuan wirausaha atau pengelolaan kegiatan usaha kecil
6. fasilitasi dan dukungan kegiatan santunan berkelanjutan yang didukung swadaya dan pihak ketiga yang membuatnya berkesinambungan. Pihak‐pihak ketiga dimaksud adalah SKPD dan dunia usaha atau swasta.
7. penyelenggaraan Kegiatan sosial produktif yang dilaksanakan sendiri melalui PNPM mandiri Perkotaan
8. fasilitasi dan support Kegiatan sosial produktif yang dilaksanakan oleh SKPD, dunia usaha (CSR) atau Perguruan tinggi melalui PNPM mandiri Perkotaan
-
20 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
3) Sumber pendanaan
Sumber pendanaan kegiatan social berasal dari : a. BLM Sosial yang dialokasikan dari dana BLM yang diterima BKM. b. Hasil perguliran kegiatan ekonomi produktif. c. Dana Swadaya dan APBD yang dialokasikan oleh SKPD‐SKPD Teknis d. Dana APBN dari program‐program sector dalam rangka memenuhi program
perlindungan sosial
4) Pelaporan hasil kegiatan
Pada tahap ini KSM Sosial dituntun melaporkan apa saja yang telah dikerjakan, baik laporan progress, maupun laporan final kegiatan. Laporan disampaikan kepada BKM melalui UPS. Selain laporan kegiatan, KSM juga melaporkan pengelolaan keuangannya, baik terkait pemanfaatan dana BLM maupun pemanfaatan dana swadaya atau sumberdana lain. Di dalam Laporan KSM juga disampaikan kegiatan telah mengcover berapa KK miskin dengan memberikan kontribusi apa saja. Pelaporan penting untuk melihat sejauhmana output dan sasaran kegiatan telah tercapai, sehingga bisa diukur lebih lanjut dampaknya. Laporan adalah konsumsi public, bukan konsumsi administratif, sehingga harus dipublikasikan kepada semua pihak, baik melalui penempelan pada papan pengumuman di 5 titik strategis maupun melalui berbagai pertemuan. Tahap pelaporan terdiri dari langkah 10) tahap penyusunan laporan dan 11) sosialisasi laporan.
c. Kegiatan Ekonomi (Pinjaman Bergulir) Kegiatan ekonomi melalui intervensi pinjaman bergulir dilaksanakan baik dengan pola konvensional maupun pola syariah, dalam perkembangannya disamping bersifat reguler juga diterapkan program lanjutan berupa Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK). Ketentuan umum dalam pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir adalah sbb: 1) Organisasi Pengelola Pinjaman Bergulir Dalam Pengelola kegiatan Pinjaman Bergulir dilaksanakan oleh Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang merupakan salah satu Unit Pengelola dari 3 Unit Pengelola di bawah BKM/LKM. Adapun kedudukan UPK dalam struktur organisasi BKM disajikan di Gambar‐1.
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 21
Gambar 1 : STRUKTUR ORGANISASI LKM/BKM
Unit Pengelola Keuangan (UPK) dikelola secara ideal oleh 4 (empat) personil dengan pembagian tugas sebagai Manajer, Petugas pinjaman, Petugas Pembukuan dan Kasir. Apabila kegiatannya masih relatif kecil UPK minimal dikelola 2 (dua) orang personil dengan tugas Manajer merangkap sebagai petugas pembukuan (Pembuku) dan Kasir merangkap sebagai petugas pinjaman. Adapun struktur organisasi UPK secara lengkap (ideal) dan minimal di sajikan di Gambar 2 dan 3.
Gambar 2 :STRUKTUR ORGANISASI UPK (Lengkap)
LKM/BKM
Pengawas
Unit Pengelola Keuangan
Unit Pengelola Lingkungan
Unit Pengelola Sosial
Masyarakat
Sekretariat
Manajer UPK
Pembuku Petugas Pinjaman Kasir
KSM/Masyarakat
-
22 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
Gambar 3 :STRUKTUR ORGANISASI UPK (Minimal)
2) Sasaran
Sasaran utama pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir adalah rumah tangga miskin (berpendapatan rendah) di wilayah kelurahan/desa LKM/UPK berada, khususnya masyarakat miskin yang sudah diidentifikasi dalam daftar masyarakat miskin PS2.
Indikator tercapainya sasaran tersebut meliputi:
a) Peminjam berasal dari rumah tangga miskin yang telah diidentifikasi dalam PJM Pronangkis dan telah masuk dalam Daftar PS2.
b) Minimal 30% peminjam adalah perempuan
c) Para peminjam dari rumah tangga miskin tersebut telah bergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) khusus untuk kegiatan ini beranggotakan minimal 5 orang dan telah menggalang tabungan kelompok minimal 3 bulan berturut‐turut.
d) Akses pinjaman bagi KSM peminjam yang kinerja pengembaliannya baik terjamin keberlanjutannya baik melalui dana BLM maupun melalui dana hasil chanelling dengan kebijakan pinjaman yang jelas
e) Tambahan Khusus Sasaran bagi kegiatan PMPK adalah :
Memiliki kegiatan produktif yang berpotensi dikembangkan (prospektif)
KSM Ekonomi. Jenis usaha sektor jasa maupun produksi yang prospektif pemasaran tinggi dan melibatkan warga miskin.
KSM Lingkungan. Memiliki kegiatan produktif seperti pembuatan batu bata/batako, berpengalaman membangun sarana produksi atau instalasi lingkungan yang mendukung produksi/penghidupan (pasar lokal/kios), prasarana limbah usaha dll.
KSM Sosial. Pernah melakukan pelatihan kerja, magang, dan tindaklanjut usahanya berkelanjutan
Manajer UPK
Pembuku
KSM/Masyarakat
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 23
Bagi KSM yang memiliki kegiatan dana bergulir pernah mendapatkan pinjaman dari UPK atau lembaga keuangan lain dengan tingkat pengembalian pinjaan >90%.
Bagi KSM bentukan baru dari warga miskin yang berasal dari beberapa KSDM yang memiliki usaha sejenis, aneka usaha atau memiliki potensi untuk membentuk Kelompok Usaha bersama (Kube)
3) Pendekatan
Pendekatan yang digunakan adalah dengan mengarahkan kegiatan pinjaman bergulir sebagai akses pinjaman masyarakat miskin yang saat ini belum mempunyai akses pinjaman ke lembaga keuangan lain melalui:
a) Kegiatan pinjaman bergulir dilaksanakan ditingkat kelurahan, dikelola secara profesional untuk menjaga keberlangsungan akses pinjaman bagi masyarakat miskin.
b) Transparansi atas pengelolaan dan kinerja UPK serta monitoring partisipatif oleh warga masyarakat sebagai wujud pertanggungjawaban pengelolaan dana masyarakat .
c) Penyediaan akses pinjaman yang jumlahnya maupun tingkat bunganya hanya menarik bagi kelompok masyarakat miskin.
d) Menggunakan sistem tanggung renteng kelompok sebagai alat kontrol pengelola (UPK) maupun kelompok peminjam (KSM)
e) Meningkatkan kapasitas kewirausahaan masyarakat melalui pelatihan ekonomi rumah tangga, kewirausahaan dan pembukuan sederhana.
f) PPMK fokus pada penguatan KSM dalam rangka peningkatan penghidupan masyarakat
4) Prinsip‐Prinsip
Beberapa prinsip dasar dalam pemberian pinjaman bergulir yang perlu mendapat perhatian dari LKM/UPK antara lain adalah:
a) Dana BLM yang dialokasikan untuk kegiatan pinjaman bergulir adalah milik masyarakat kelurahan/desa sasaran dan bukan milik perorangan;
b) Tujuan dipilihnya kegiatan pinjaman bergulir adalah dalam rangka membantu program penanggulangan kemiskinan dan oleh karenanya harus menjangkau warga masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran utama PNPM Mandiri Perkotaan
c) Pengelolaan pinjaman bergulir berorientasi kepada proses pembelajaran untuk penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat miskin, serta kegiatan‐kegiatan produktif lainnya;
-
24 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
d) Pengelolaan pinjaman bergulir dipisahkan antara LKM sebagai representasi dari warga masyarakat pemilik modal dengan UPK sebagai pengelola kegiatan pinjaman bergulir yang bertanggungjawab langsung kepada LKM;
e) Prosedur serta keputusan pemberian pinjaman harus mengikuti prosedur pemberian pinjaman bergulir standar yang ditetapkan
f) Manajer dan Petugas UPK harus orang yang mempunyai kemampuan dan telah memperoleh sertifikat pelatihan dasar yang diadakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan;
g) UPK telah mempunyai sistim pembukuan yang standar dan sistim pelaporan keuangan yang memadai;
h) UPK mendapat pengawasan baik oleh LKM melalui Pengawas UPK maupun konsultan pelaksana (KMW) melalui tenaga ahli dan fasilitator, atau pihak yang ditunjuk proyek.
i) Secara khusus prinsip dasar PPMK sebagai berikut:
Kemitraan, semua pihak yang berkepentingan dalam kegiatan PPMK didorong untuk mewujudkan kemitraan dan kerjasama sinergi antar pemangku kepentingan dalam rangka optimalisasi upaya dan manfaat kegiatan bagi warga miskin.
Kewirausahaan, dalam kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat memerlukan jiwa pelaku usaha yang kuat, kukuh, kreatif dan tidak mudah terguncang, dalam menghadapi penghidupannya dapat lebih produktif, tumbuh dan berkelanjutan.
Kelembagaan KSM, menjadi wahana belajar mengukuhkan pranata sosial yang memperteguh kebersamaan dalam memperjuangkan tujuan dan kepentingan anggota‐anggotanya serta memperkokoh kemandirian KSM dalam mengembangkan kapasitas sosial ekonomi anggotanya.
Kearifan lokal, pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat didasarkan optimalisasi sumberdaya setempat yang ada di wilayahnya maupun sekitarnya, baik sumber daya manusia, sumber daya material, sumber daya produksi dan pasar, sumber daya pendanaan dan sumber daya lainnya dalam rangka mendukung usaha yang akan dikembangkan
Keberlanjutan, setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan
masyarakat miskin, tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan
5) SKIM Pinjaman Bergulir
a) SKIM/ketentuan pinjaman bergulir (Reguler)
Peminjam adalah warga miskin yang tergabung dalam Kelompok KSM dengan anggota minimal 5 orang dan minimal 30 %nya adalah wanita.
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 25
Pinjaman untuk mengembangkan usaha yang tidak melanggar ketentuan, bukan untuk menunjang kepentingan militer atau politik
Besar Pinjaman pertama kali maksimal Rp.1.000.000,‐ per orang (disesuaikan dengan usahanya dan kemampuan bayarnya). Besar pinjaman berikutnya tergantung pada pembayaran kembalinya, dan besar pinjaman maksimal Rp 3.000.000.
Jasa pinjaman minimal 1,5% per bulan dihitung dari pokok pinjaman mula‐mula (besar pinjaman yang diterima), selain dengan sistem jasa dapat dikembangkan sistem bagi hasil sesuai kesepakatan LKM/BKM dengan masyarakat.
Jasa pinjaman yang ditetapkan berdasarkan keputusan rapat LKM/BKM minimal harus dapat menutup semua biaya UPK yaitu biaya dana (apabila ada), biaya operasional UPK, biaya resiko pinjaman, memelihara nilai modal awal (inflasi), serta tingkat keuntungan tertentu yang dapat digunakan untuk: pemupukan modal, BOP LKM, Dana Lingkungan dan Dana Sosial, dll.
Jangka waktu pinjaman 3–12 bulan, disesuaikan dengan kegiatan usaha peminjam.
Peminjam hanya bisa meminjam sebanyak‐banyaknya 4 kali pinjaman dengan catatan pengembaliannya lancar.
Angsuran Pinjaman maksimal bulanan tanpa tenggang waktu pembayaran (grace period), namun apabila pinjaman diberikan untuk sektor pertanian yang hasilnya musiman dimungkinkan angsuran secara musiman dengan bunga dibayar secara bulanan.
b) SKIM pinjaman Pola PPMK Ketentuan‐ketentuan pelaksanaan pengelolaan pinjaman modal usaha di kegiatan PPMK
Peminjam, penerima manfaat atau peminjam adalah KSM yang telah memenuhi kriteria peserta PPMK sbb:
- KSM Kube (Kelompok Usaha Bersama), yaitu kumpulan para peminjam/wirausahawan yang mempunyai satu usaha dan dikelola secara bersama‐sama
- KSM Sejenis, yaitu yaitu kumpulan peminjam/wirausahawan yang mempunyai usaha sejenis dan/atau saling terkait.
- KSM Aneka Usaha, yaitu kumpulan peminjam/wirausahawan yang mempunyai usaha beraneka ragam dalam satu kelompok.
-
26 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
Tabungan, merupakan salah satu kegiatan ekonomi KSM maupun UPK dalam rangka memperkuat modal sendiri menuju keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat maupun lembaga.
Besar Pinjaman/Pembiayaan, mempertimbangkan keterbatasan dana BLM PPMK, UPK dalam memberikan pinjaman bergulir PPMK adalah sesuai kelayakan proposal yang diajukan KSM dengan ketentuan maksimum Rp.30.000.000 untuk setiap KSM dan maksimum Rp.5.000.000 untuk setiap anggota KSM.
Jasa pinjaman, sebesar 1%‐3% per bulan dihitung dari pokok pinjaman mula‐mula (besar pinjaman yang diterima)
Jangka Waktu Pinjaman dan Frekuensi Pinjaman, disesuaikan dengan kondisi usaha peminjam berdasarkan kelayakan usaha dan kemampuan membayar kembali.
Angsuran Pinjaman, dapat dilakukan berdasarkan perputaran dan kemampuan usaha KSM, yaitu pembayaran dengan cara harian, mingguan, bulanan, atau musiman seperti peternakan, perikanan, pertanian, perkebunan dll.
c) Pinjaman Pola Syariah BKM/LKM menetapkan pelayanan pinjaman pola syariah, apabila masyarakat menghedaki pelayanan pinjaman bergulir dengan pola syariah Adapun jenis jenis pembiayaan dengan pola syariah adalah sbb:
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
Al – Mudharabah. Merupakan perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati.
Al – Musyarakah. Merupakan perjanjian diantara pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati.
Pembiayaan dengan prinsip jual beli
Al – murabahah. Merupakan perjanjian jual beli antara pemberi pinjaman dan peminjam membeli barang yang diperlukan oleh peminjam dan kemudian menjualnya kepada peminjam yang bersangkutan sebesar harga
perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang disepakati pemberi pinjaman dengan peminjam.
Bai’as‐salam. Merupakan perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat‐syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 27
Bai’al‐istisna’. Merupakan perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.
Pembiayaan dengan prinsip sewa
Al‐ Ijarah. Merupakan perjajian sewa menyewa suatau barang dalam waktu tertentu melalaui pembayaran sewa.
Al‐ijarah Muntahiya Biltamlik/wa Iqtina. Merupakan perjajian sewa menyewa suatau barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.
Pembiayaan jasa pelayanan
Al‐Wakalah. Merupakan akad perwakilan antara dua pihak, umumnya digunakan untuk penerbitan L/C (letter Of Credit), akan tetapi juga dapat digunakan untuk mentranfer dana nasabah ke pihak lain.
Al – Kafalah. Merupakan jaminan yang diberikan oleh penangguang (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiaban pihak kedua atau yang ditanggung.
Al‐Hawalah. Merupakan pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.
Rahn. Merupakan akad menggadaikan barang dari satu pihak ke pihak lain, dengan uang sebagai gatinya atau menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Al‐Qardh. Merupakan pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali dengan kata lain meminjamakan tanpa mengharapkan imbalan atau penyediaan dana dan/atau tagihan antara pemberi pinjaman syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu.
-
28 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 29
BAB III TAHAPAN PELAKSANAAN
-
30 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
3.1 Tahapan Pelaksanaan Umum Kegiatan Lingkungan
Secara umum mekanisme pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana & prasarana, mencakup 3 tahapan utama, yaitu a). Tahap Perencanaan Teknis, b). Tahap Pelaksanaan Pembangunan (Konstruksi/Fisik) dan c). Tahap Pasca Konstruksi (Operasi/Pemanfaatan & Pemeliharaan). Masing‐masing tahapan mencakup lingkup kegiatan sebagai berikut :
1) Tahap Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis infrastruktur program PNPM Mandiri Perkotaan secara sederhana merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menyusun rencana opersional/pelaksanaan pembangunan infrastruktur secara rinci/detil yang dilakukan oleh masyarakat sebelum melaksanakan tahapan pembangunan fisik/konstruksi.
Sasaran perencanaan teknis pelaksanaan kegiatan infrastruktur ini adalah masyarakat mampu menyusun rencana teknis pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang dapat menjamin terwujudnya infrastruktur yang diinginkan sesuai dengan ketentuan, kriteria/standar teknis bangunan (mutu yang dipersyaratkan), dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien serta dapat bermanfaat secara berkelanjutan. Adapun ukuran dan standar keluaran yang ingin dicapai adalah :
Jenis Kegiatan yang diusulkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagaimana yang tercantum dalam dokumen perencanaan pembangunan yang telah disepakati oleh masyarakat secara bersama (Renta/PJM‐Pronangkis/RTPLP);
Luas lahan yang diperoleh/tersedia, sesuai kebutuhan bangunan yang dan tidak menimbulkan dampak sosial bagi masyarakat (pemilik lahan dan warga sekitarnya);
Tersedianya rencana teknis bangunan (Desain/Gambar, Spesifikasi Teknis) yang memenuhi kriteria/standar teknis bangunan yang sudah ditetapkan oleh instansi teknis seperti PU;
Tersedianya rencana teknis pengamanan dampak lingkungan dan sosial sesuai ketentuan pembangunan yang berlaku;
Tersedianya rencana biaya pembangunan yang efisien (termasuk tidak menimbulkan biaya tinggi atau sesuai dengan kebutuhan kegiatan dilapangan);
Tersedianya rencana waktu pelaksanaan pembangunan yang efektif (dapat dicapai, termasuk tidak melampaui batas waktu yang ditentukan oleh program);
Tersedianya rencana pengadaan yang sesuai dengan metode pengadaan yang telah ditetapkan program.
Adanya Komitmen warga penerima manfaat untuk memelihara bangunan secara bersama‐sama;
Tersedianya Dokumen Proposal Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur yang benar dan lengkap sesuai substansi yang dipersyaratkan program;
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 31
Adapun mekanisme pelaksanaan perencanaan secara umum meliputi 2 tahap kegiatan : a). persiapan dan b). pelaksanaan perencanaan teknis, berikut :
A. Persiapan, pada tahap ini dilakukan pengorganisasian Tim yang akan melaksanakan perencanaan kegiatan pembangunan infrastruktur, sekaligus pemberian bimbingan/Coaching sehingga dapat melakukan kegiatan perencanaan teknis.
B. Pelaksanaan Perencanaan Teknis Pelaksanaan Kegiatan, sekurang‐kurangnya mencakup kegiatan :
1) Penyediaan Lahan dan perijinan yang dibutuhkan; 2) Perencanaan Teknis, mencakup kegiatan Pembuatan Desain/Gambar‐
gambar perencanaan teknis & Spesifikasi Teknis, Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial, Lingkup Kegiatan Konstruksi, Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan, termasuk Penyusunan Dokumen Rencana Kerja & Syarat (RKS) Pengadaan Pelaksanaan Pekerjaan untuk pihak ketiga (bila ada).
3) Penyusunan Proposal pelaksanaan kegiatan; 4) Verifikasi Kelayakan Proposal Pelaksanaan kegiatan.
Secara rinci, cakupan, keluaran dan pelaku kegiatan perencanaan tersebut sebagaimana diuraikan pada tabel berikut.
Tabel. 3.1. Tahap Perencanaan Teknis Kegiatan Lingkungan
No URAIAN KEGIATAN KELUARAN KEGIATAN PELAKU UTAMA 1 Penyediaan Lahan Tersedia lahan yang sesuai kebutuhan
bangunan yang diinginkan (dan mendukung tercapainya mutu/manfaat bangunan);
Pemilik/warga yang terkena dampak pembangunan termasuk penduduk asli disekitarnya, terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan memahami sepenuhnya konsekuensi/akibat-akibat penyediaan lahan tersebut bagi dirinya;
Kepuasan pemilik/warga yang terkena dampak atas terselesaikannya persyaratan-persyaratan atau tuntutan yang diinginkan, seperti kompensasi/ganti rugilainnya (bila ada);
UPL/TPP/KSM
2 Survey Teknis Prasarana, termasuk photo Kondisi Awal (0%)
Tersedia data/informasi kondisi/situasi awal lokasi pembangunan infrastruktur yang sebenarnya
KSM/TPP
3 Survey Swadaya Masyarakat
Adanya kontribusi keswadayaan masyarakat (tenaga kerja/Bahan/Alat, konsumsi) untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan pembangunan infrastruktur
KSM
-
32 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
No URAIAN KEGIATAN KELUARAN KEGIATAN PELAKU UTAMA 4 Survey Harga Satuan Tersedianya data/informasi harga satuan dasar
upah/bahan /alat, minimal pada 3 toko/pemasok setempat/terdekat
KSM
5 Survey Calon Tenaga Kerja
Tersedianya calon tenaga kerja sesuai kualifikasi dan kebutuhan pekerjaan yang akan dilaksanakan
KSM
6 Kesepakatan Swadaya Disepakatinya rencana/target swadaya masyarakat yang akan dikontribusikan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan Infrastruktur;
UPL/TPP/KSM
7 Kesepakatan Harga Disepakatinya harga satuan tiap jenis tenaga kerja, bahan/alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur
UPL/TPP/KSM
8 Penyusunan Desain, Gambar Teknis & Spesifikasi Teknis. Khusus untuk kegiatan ND, termasuk RKS untuk Pengadaan Pihak Ketiga (bila ada).
Adanya Gambar perencanaan Teknis & Spesifikasi Teknis sebagai persyaratan mutu sesuai kriteria dan persyaratan teknis bangunan. Khusus untuk kegiatan PLPBK ditambah produk ”Contoh Bentuk Propsal” untuk acuan KSM, termasuk RKS untuk Pengadaan Pihak Ketiga (bila ada).
UPL/TPP/KSM
10 Pengamanan Dampak Lingkungan & Sosial
Tersedianya rencana bangunan yang mengoptimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif sosial dan lingkungan
UPL/TPP/KSM
11 Menentukan Lingkup kegiatan Pekerjaan Konstruksi
Diketahuinya Jenis-jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan, satuan pengukurannya, Kuantitasnya, termasuk metode pelaksanaannya;
UPL/TPP/KSM
12 Perhitungan RAB Diperolehnya Lingkup Pekerjaan Konstruksi (Jenis-jenis Pekerjaan, satuan pengukurannya, Kuantaitasnya, Metode Pelaksanaannya dan Urutan Pelaksanaan pekerjaannya)
Diperolehnya Volume/kuantitas kebutuhan tenaga kerja, bahan, alat termasuk administrasi yang diperlukan untuk melaksanakan/menyelesaikan seluruh pembangunan infrastruktur;
Diperolehnya total nilai RAB proyek/sub-proyek (baik dari kontribusi swadaya masyarakat, Dinas/APBD dan dana dari BLM/APBN)#.
Terintegrasinya rencana penggunaan dana dari sumber-sumber pembiayaan yang ada;
#Khusus untuk kegiatan PLPBK, RAB yang disusun oleh UPL/TPP adalah perhitungan RAB secara teknis (Engineering Estimate/Harga Perhitungan Sendiri) untuk menjadi acuan plafon harga pembangunan sehingga belum mencakup Swadaya Masyarakat.
UPL/TPP/KSM
13 Jadwal Pelaksanaan Diketahuinya jangka waktu pelaksanaan proyek/keseluruhan pekerjaan yang paling KSM
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 33
No URAIAN KEGIATAN KELUARAN KEGIATAN PELAKU UTAMA realistis dan tidak melampaui batasan yang telah ditetapkan oleh program;
14 Rencana Pengadaan Diperolehnya rencana pengadaan kebutuhan yang akan dilakukan oleh KSM Pelaksana kegiatan, sesuai dengan persyaratan pengadaan program;
KSM
15 Organisasi & Tim Pelaksana Lapangan
Adanya struktur organisasi dan Tim Pelaksana kegiatan dilapangan; KSM
16 Pernyataan Kesanggupan O&P
Adanya komitmen bersama warga untuk melaksanakan Operasi & Pemeliharaan (O&P) prasarana
UPL/TPP/KSM
17 Penyusunan Dokumen Proposal Pelaksanaan & Pengajuan ke LKM
Adanya Dokumen Proposal Pelaksanaan Pekerjaan yang diajukan oleh Calon Pelaksana Pekerjaan
KSM
18 Verifikasi Kelayakan Dokumen Proposal
Diperolehnya Pelaksana Kegiatan berikut Rencana Kerjanya yang menjamin terwujudnya bangunan secara, efisiensi, kualitas sesuai ketentuan/standar teknis bangunan dan peraturan yang di persyaratkan;
UPL/TPP bersama
Pendamping bidang Teknik
Untuk kegiatan PLPBK/ND, maka kegiatan perencanaan teknis menjadi tanggungjawab dari UPL yang dalam menjalankan tugas‐tugasnya dibantu oleh Tim Pelaksana Pembangunan (TPP). Dan untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan teknis boleh dibantu oleh pihak ketiga Konsultan/Tenaga Ahli Perencana Teknis. Selanjutnya hasil perencanaan teknis tersebut menjadi dasar/acuan bagi KSM untuk menyusun Proposal Pelaksanaan Kegiatan. Sedangkan untuk kegiatan Reguler/BLM Reguler, proses perencanaan teknis dilakukan secara terintegrasi dengan penyusunan Proposal pelaksanaan kegiatan oleh KSM calon pelaksana pembangunan pekerjaan (fisik).
Produk Kegiatan
Produk/hasil kegiatan perencanaan infrastruktur pada dasarnya berupa data/informasi kegiatan dan Rencana Kerja hasil perencanaan teknis untuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur, sekurang‐kurangnya mencakup data/dokumen berikut :
a) Gambaran umum kegiatan yang akan dilaksanakan; b) Data “Pernyataan Kontribusi Lahan yang telah disetujui oleh pemiliknya,
termasuk Persetujuan Pemda terkait perubahan lahan (bila ada); c) Desain/Gambar‐gambar perencanaan & Spesifikasi Teknis; d) Daftar Keswadayaan Masyarakat yang telah disepakati berdasarkan hasil survey
investigasi; e) Daftar Harga Upah/Bahan/Alat yang telah disepakati berdasarkan hasil survey
minimal 3 Toko/pemasok; f) Daftar Calon Tenaga kerja yang telah disepakati berdasarkan hasil survey
investigasi; g) Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan & Sosial; h) Daftar Kuantitas Pekerjaan; i) Perhitungan RAB Pelaksanaan Pekerjaan;
-
34 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
j) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan; k) Struktur Organisasi & Tim Pelaksana Pekerjaan; l) Rencana Pengadaan Bahan/Alat; m) Pernyataan Kesanggupan O&P oleh masyarakat
Untuk kegiatan infrastruktur kelurahan Reguler maka keseluruhan data/dokumen tersebut menjadi satu kesatuan dalam satu buku Dokumen Proposal Usulan Kegiatan KSM sedangkan untuk kegiatan PLPBK maka data/dokumen tersebut boleh disusun dalam buku yang terpisah, sekurang‐kurangnya : Buku Hasil Perencanaan Teknis dan buku Proposal Usulan Kegiatan KSM.
2) Tahap Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur (Tahap Konstruksi)
Setelah semua rencana disusun, organisasi telah ditetapkan, orang‐orang telah ditunjuk dan memahami tugas dan tanggungjawabnya, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan pembangunan. Sasaran proyek pembangunan Infrastruktur adalah mewujudkan infrastruktur yang diinginkan sesuai dengan ketentuan, kriteria/standar teknis bangunan (mutu yang dipersyaratkan) dalam kurun waktu tertentu dan biaya yang telah ditetapkan (direncanakan) serta dapat bermanfaat secara berkelanjutan. Secara rinci sasaran ini meliputi :
Terwujudnya bangunan yang memenuhi atau sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku, standar/persyaratan teknis bangunan yang sudah ditetapkan, yaitu menjamin keselamatan (keamanan/kenyamanan dan kesehatan masyarakat yang menggunakannya) dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap sosial masyarakat dan pelestarian lingkungan (Tepat Mutu);
Terwujudnya bangunan dalam kurun waktu yang sesuai dengan jadwal yang ditentukan/direncanakan (Tepat Waktu);
Terwujudnya bangunan sesuai dengan biaya yang telah ditentukan/direncanakan (Tepat Biaya);
Terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan pembangunan (Tertib Administrasi & Keuangan proyek);
Berfungsinya Organisasi Pengelola O&P dan atau berjalannya kegiatan Operasi & Pemeliharaan prasarana dari, oleh dan untuk masyarakat sehingga bangunan dapat bermanfaat secara terus menerus bagi masyarakat (berkesinambungan atau berkelanjutan);
Adapun ukuran dan standar keluaran yang ingin dicapai adalah :
Jumlah jenis pekerjaan konstruksi (baik pekerjaan bangunan utama maupun kelengkapan bangunan) yang dilaksanakan, minimal sesuai dengan jenis pekerjaan yang telah ditetapkan/direncanakan;
Volume setiap jenis pekerjaan yang dilaksanakan minimal sesuai dengan volume yang telah ditetapkan/direncanakan;
Kualitas setiap jenis pekerjaan yang dilaksanakan minimal sesuai dengan kualitas yang dipersyaratkan sebagaimana yang telah ditetapkan/direncanakan;
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 35
Jangka waktu penyelesaiaan keseluruhan pekerjaan (proyek) minimal sesuai dengan waktu yang telah direncanakan;
Jumlah Biaya penyelesaiaan keseluruhan pekerjaan (proyek) sesuai dengan biaya yang telah direncanakan;
Jumlah kegiatan pengamanan dampak sosial dan lingkungan yang dilaksanakan minimal sesuai dengan kegiatan pengamanan dampak sosial dan lingkungan yang telah direncanakan;
Cara pengadaan barang/Jasa pelaksana pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan cara pengadaan yang telah ditetapkan/direncanakan;
Progres pelaksanaan proyek dan pemanfaatan dana telah mencapai 100% (selesai); Jumlah jenis administrasi dan pelaporan kegiatan/keuangan yang dibuat oleh
Pelaksana Pekerjaan sesuai dengan standar administrasi yang ditetapkan program dan diarsipkan dengan baik;
Berita Acara terbentuknya Organisasi O&P ditingkat masyarakat, termasuk disepakatinya Rencana Kerja & sumber pembiayaan O&P prasarana yang dibangun;
Mekanisme pelaksanaan pembangunan infrastruktur PNPM Mandiri Perkotaan secara umum meliputi 2 tahap kegiatan : a). persiapan dan b). pelaksanaan pembangunan/Konstruksi, berikut :
a. Persiapan Pelaksanaan Konstruksi, meliputi kegiatan : a) Pembentukan/Pengembangan Organisasi Pengelola O&P prasarana (termasuk
rencana kerja dan aturan mainnya); b) Penandatangan Surat Perjanjian Kerjasama/Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana‐
Lingkungan (SPPD‐L); c) Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K); d) Coaching/Pelnguatan Teknis dan Administrasi bagi KSM; e) Pembuatan & Pemasangan Papan Nama Kegiatan dilokasi proyek;
b. Pelaksanaan Konstruksi :
Pada tahap ini, dilaksanakan kegiatan‐kegiatan pembangunan infrastruktur dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan‐kegiatan tersebut. Kegiatan‐kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi : a) Pencairan Dana; b) Mobilisasi Tenaga Kerja/Bahan/Alat; c) Musyawarah Pengadaan Bahan dan Alat (bila ada), khusus untuk kegiatan yang
dilaksanakan oleh masyarakat; d) Praktek Kerja Lapangan bagi KSM; e) Pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik; f) Supervisi kegiatan Konstruksi; g) Membuat Administrasi/Laporan Harian, Mingguan dan Kemajuan Pekerjaan; h) Membuat Dokumentasi (Photo‐photo) kondisi 50%, 100%; i) Pemantauan Dampak Lingkungan kondisi 50%, 100%; j) Melakukan Rapat Evaluasi Kemajuan Mingguan Lapangan; k) Pelaksanaan Pemeriksaan/Sertifikasi & Membuat Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan (BAP2) dan SP3; l) Pembuatan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Kegiatan KSM;
-
36 PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan)
m) Serah Terima Prasarana Kepada Pengelola Pemanfaatan/Operasi & Pemeliharaan (O&P) untuk kegiatan yang dilaksanakan oleh phak ketiga (bila ada);
Secara rinci, cakupan, keluaran dan pelaku kegiatan pelaksanaan pembangunan tersebut sebagaimana diuraikan pada tabel berikut.
Tabel. 3.2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Lingkungan
No URAIAN KEGIATAN KELUARAN KEGIATAN PELAKU UTAMA
1 Rembug Penyiapan Organisasi Pengelola O&P
Terbentuknya Struktur Organisasi dan Tim Pengelola O&P
Adanya aturan main Pengelola O&P UPL/TPP/KSM
2 Penajaman Rencana Kerja
Adanya rencana pelaksanaan pembangunan yang lebih rinci/detail atau lebih siap dijalankan dilapangan (realistis), khususnya terkait jadwal pelaksanaan, rencana pengadaan/mobilisasi tenaga kerja/ bahan/alat, rencana tim pelaksana lapangan, rencana Tenaga Kerja yang akan terlibat;
KSM
3 Penandatanganan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPD-L)
Tersedianya Dokumen Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB/SPPD-L) yang telah ditandatangani oleh semua pihak terkait;
LKM/UPL bersama KSM
4 Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K)
Diperoleh kepastian adanya Organisasi & Rencana Kerja O&P yang telah disepakati warga;
Diperolehnya kesepakatan rencana pelaksanaan pembangunan yang lebih rinci/detail atau lebih siap dijalankan dilapangan (realistis), khususnya terkait : Jadwal pelaksanaan Pekerjaan; Jadwal mobilisasi Lapangan; Rencana Pengadaan bahan/alat; Personil/Tim pelaksana lapangan; Ketersediaan Tenaga Kerja yang
akan terlibat; Meningkatnya pemahaman & komitmen
pihak Pelaksana untuk melaksanakan Dokumen Surat Perjanjian Kerjasama yang telah disepakati seperti tepat waktu, mutu, biaya dan tertib administrasi;
UPL/TPP, KSM dan Fasilitator
Teknik
5 Coaching KSM (Teknis, Administrasi, Keuangan)
Meningkatnya pemahaman/ keterampilan para Pelaksana Pekerjaan terhadap manajemen pelaksanaan, prosedur administrasi & pendanaan, persyaratan teknis pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakannya;
Adanya Tim Pelaksana Kegiatan Yang Paham Tugas/Tanggungjwabnya;
UPL/TPP, KSM dan Fasilitator
Teknik
-
PEDOMAN TEKNIS Kegiatan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) 37
No URAIAN KEGIATAN KELUARAN KEGIATAN PELAKU UTAMA
7 Sosialisasi Kegiatan Tersosialisasinya rencana kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dokumen Dokumen Surat Perjanjian Kerjasama/SPPD-L
UPL/TPP dan KSM
8 Pencairan Dana Dana BLM Cair dari LKM kepada pihak Pelaksana Pekerjaan untuk dimanfaatkan; LKM & KSM
9 Rembug Pengadaan Diperolehnya pihak ketiga yang akan menjadi mitra kerja masyarakat dalam rangka penyedia barang/jasa pelaksana pekerjaan yang dibutuhkan. (hanya dilakukan pada setiap ada kegiatan Pengadaan Terbatas);
Tim Pengadaan KSM
10 Mobilisasi Tersedianya kebutuhan pelaksanaan pekerjaan (Tenaga Kerja/Bahan/Alat) dilapangan/lokasi pekerjaan
KSM
11 Praktek Kerja Lapangan Meningkatnya keterampilan dan ketelitian kerja dari tenaga kerja/pelaksana pekerjaan dilapangan untuk mencapai kualitas yang sesuai standar teknik pekerjaan konstruksi;
UPL/TPP, KSM dan Fasilitator
Teknik
12 Pelaksanaan Konstruksi, termasuk kegiatan Pengamanan Dampak
Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/ bangunan sesuai volum