daftar isipai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/buku...a. latar belakang masalah...
TRANSCRIPT
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN C. Latar Belakang ............................................................................. 1 D. Rumusan Masalah ........................................................................ 5 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 5 F. Pengertian Judul dan Definisi Operasional ................................. 11 G. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 13
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pendekatan Saintifik .................................................................... 14 1. Pengertian Pendekatan Saintifik ............................................ 14 2. Landasan Pendekatan Saintifik .............................................. 16 3. Langkah- Langkah Pembelajaran Pada
Pendekatan Saintifik .............................................................. 19 B. Pendidikan Aqidah Akhlak .......................................................... 29
1. Pengertian Pendidikan Aqidah Akhlak ................................... 29 2. Tujuan Pendidikan Aidah Akhlak .......................................... 33 3. Ruang lingkup Pendidikan Aqidah Akhlak ............................ 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................. 38 B. Lokasi Penelitian ........................................................................ 38 C. Sumber Data ............................................................................... 39 D. Subbjek dan Objek Penelitian .................................................... 39 E. Tekhnik Pengumpulan Data ...................................................... 35 F. Teknik Analisis Data .................................................................. 41 G. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................... 42
BAB IV PEMBAHASAN
A. Histori dan Lokasi Penelitian ..................................................... 45 B. Pendekatan Saintifik Mata Pelajaran Aidah Akhlak di kelas
VII Mts Negeri 2 Kabupaten Gorontalo ..................................... 47 C. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Penerapan Pendekatan
Saintifik pada Pelajaran Aqidah Akhlak di kelas VII Mts Negeri 2 Kab Gorontalo .............................................................. 57
3
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 59 B. Saran ............................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemajuan Suatu bangsa.
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun
teori belajar, yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
murid. Sedangkan menurut Corey sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful Sagala
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisikondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subjek khusus dari pendidikan.1
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut guru dalam
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang
telah diprogramkan.2 Menurut Bruce Will (1980) sebagaimana yang dikutip oleh
Wina Sanjaya, ada tiga prinsip yang dijalankan dalam proses pembelajaran, yaitu8:
Pertama, proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat
membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengaturan lingkungan
ini dimaksudkan untuk menyediakan pengelaman belajar yang memberi latihan-
1 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung : Alfabeta, 2003), h. 61 2 Dr.E.Mulyasa, M.Pd, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 90.
5
latihan penggunaan fakta-fakta. Kedua, berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan
yang harus dipelajari. Ada tiga tipe pengetahuan masing-masing memerlukan
situasi yang berbeda dalam mempelajarinya. Pengetahuan tersebuat adalah
pengetahuan fisis, pengetahuan sosial dan pengetahuan logika.
Definisi di atas dapat ditarik satu pemahaman bahwa, pembelajaran adalah
proses yang disengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar
dalam diri individu. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan sesuatu hal yang
bersifat eksternal dan sengaja dirancang untukmendukung terjadinya proses belajar
internal dalam diri individu.
Life long education, kalimat yang sering kita kenal sejak dulu sampai sekarang,
artinya "Pendidikan sepanjang hayat". Dalam ajaran agamapun juga disebutkan
“Tuntutlah ilmu mulai diri ayunan sampai ke liang lahat". Semua itu menjelaskan
bahwa pendidikan telah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia. Sebagaimana
Firman Allah Swt dalam Al- Qur’an surah At- Taubah ayat 122
Terjemahan
Mengapa tidak pergi dari tiap- tiap golongan beberapa diantara mereka beberapa orang untuk memeperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
6
kepadanya, supaya mereka dapat menjaga diri menjaga dirinnya ( Qs At- Taubah ayat 122)3
Dari sisni dapat dipahami betapa bahwa betapa pentingnya pengetahuan bagi
kelangsungan hidup manusia. Dengan pengetahuan, manusia mengetahui apa yang
baik dan buruk, yang benar yang salah, yang membawa manfaat dan yang membaa
mudharat.
Indonesia memiliki tujuan pendidikan yang diatur dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 bab II pasal 3, yang berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mecerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4
Pentingnya pendidikan tidak hanya untuk disuarakan dan disiarkan melalui
kalimat dan jargon, namun perlu langkah nyata dalam kehidupan. Kita realisasi
keberadaan pendukung terhadap tercapainya suatu tuntutan terhadap pentingnya
pendidikan. Kebijakan dalam sistem pendidikan harus memenuhi unsur aktualisasi
dan berdaya guna. Konsep pendidikan sepanjang hayat menjadi panduan dalam
meninggikan harkat dan martabat manusia. Anak-anak bangsa ini tidak boleh
tertinggal dengan bangsa lainnya di dunia. Dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak Hak dan Kewajiban Pasal 9 Ayat 1dan 2 dijelaskan bahwa
setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
3 Kementrian Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya Edisi yang Disempurnakan , Jilid, 4 Jakarta : Kementrian Agama , 2009 , h. 231
4 Repulik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, diundangkan di Jakarta tanggal 8 Juli 2003, Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 78.
7
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya. Sedangkan ayat yang kedua berisi selain hak anak sebagai mana di
maksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak
memperoleh pendidikan luarbiasa, sedangkan bagi anak yang memeiliki
keunggualan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus. 5
Berbicara soal ilmu pengetahuan, sebagai makhluk sosial kita diwajibkan untuk
menuntut ilmu. Dikarenakan ilmu sebagai wadah keberhasilan hidup seseorang, dan
itu dikarenakan menuntut ilmu adalah tempat mampu mengubah orang bodoh
menjadi cerdas sehingganya seluruh kesulitan manusi dapat teratasi. Menuntut ilmu
itu diwajibkan supaya tidak sulit semua yang dibutuhkan dalam hidup mudah
diperoleh. Pada dasarnya menuntut ilmu sebagai suatu yang terpenting pada
penyelenggaraan satu rancangan pada setiap sisi kehidupan manusi baik di dalam
Negari ini maupun diluar negeri dan pada didalam kehidupan sosial manusia.
Sejalan dengan diberlakukanya otonomi daerah sistem pendidikan nasional
dituntut untuk melakukan perubahan dan penyesuaian sehingga dapat mewujudkan
proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagamaan,
memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan
partisipasi masyarakat. pada prinsipnya dapat disimpulakan bahwa pendidikan
merupakan aspek yang sangat terpenting dalam pencapaian tujuan dan cita-cita
suatu negara pada sektor pembangunan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah, ditentukan dengan jelas mengenai hak-hak dan kewajiban daerah.
5 Repulik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak Hak dan Kewajiban Pasal 9 Ayat 1dan 2
8
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Sedangkan pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial
dalam proses pendidikan. Sasaran yang dicapai bukan semata-mata memproduksi
bahan pelajaran melainkan lebih dititik beratkan untuk meningkatkkan kualitas
pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan proses faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Karena pengembangan
kurikulum merupakan alat untuk membantu guru dalam melakukan tugasnya
mengajarkan bahan, menarik minat dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis.
Oleh karenanya kurikulum harus selalu dikembangkan dan disempurnakan agar
sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
masyarakat yang sedang membangun. Hal ini dimaksudkan agar hasil
pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat kebutuhan peserta
didik, lingkungan, kebutuhan daerah, sehingga dapat mempelancar program
pendidikan salam rangka perwujudan dan pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait
langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak
orang, seperti: politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur
masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
9
Selain harus memperhatikan unsur-unsur diatas, di dalam mengembangkan
sebuah kurikulum juga harus menganut beberapa prinsip dan melakukan
pendekatan terlebih dahulu, sehingga di dalam penerapannya sebuah kurikulum
dapat mencapai sebuah tujuan seperti yang di harapkan. Dan pendekatan
pengembangan kurikulum akan dijelaskan selengkapnya dalam pembahasan
makalah ini yang berjudul “ Pendekatan Pengembangan Kurikulum”.
Dalam dunia pendidikan, tidak lepas dari peran kurikulum di dalamnya.
Kurikulum sebagai acuan dalam dunia pendidikan terus mengalami perkembangan
dan penyempurnaan. Dari tahun ke tahun, kurikulum berusaha disempurnakan dan
disesuaikan dengan perkembangan jaman.
Mulai dari tahun 1968 sampai sekarang kurikulum berkembang dan mengalami
penyempurnaan. Pengembangan kurikulum di Indonesia dilakukan oleh team
nasional.Pengembangan kurikulum yang pernah dilakukan dari Kurikulum 1968
menjadi Kurikulum 1975. Perubahannya terletak pada organisasi dan
orientasinya 6Kemudian pengembangan lagi dari Kurikulum 1975 menjadi
Kurikulum 1984.Berkembang lagi dari Kurikulum 1984 menjadi Kurikulum 1994
kemudian Kurikulum 2004.Dari Kurikulum 2004 berkembang menjadi Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang mengalami perkembangan menjadi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.Dan yang terakhir berhasil dikembangkan ialah Kurikulum
2013.
6 Syarief, A.Hamid.1996.Pengembangan Kurikulum.Surabaya:Bina Ilmu, h.35
10
Kurikulum 2013 merupakan inovasi terbaru dari pengembangan
kurikulum.Kurikulum ini menitik beratkan pada pengetahuan afektif yaitu sikap
dan budi pekerti.Pendidikan Agama Islam mendapat peran yang paling strategis
dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan pendidikan memiliki
potensi untuk mengembangkan sikap, perilaku dan budi pekerti yang luhur sesuai
dengan teladan Rasulullah SAW.Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ahzab
ayat:21 :
Terjemahan
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah ( Al- Ahzab ayat: 21 7
Berdasarkan bentuk organisasi kurikulum, Kurikulum 2013 merupakan
Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu). Omar Hamalik mengemukakan
bahwa Integrated Curriculum adalah kurikulum yang menghapuskan segala batas-
batas mata pelajaran yang satu dengan yang lain berdasarkan kebutuhan anak, teori
pelajaran modern, minat anak, dan sebagainya, sehingga merupakan suatu
keseluruhan. Semua mata pelajaran yang ada dalam kurikulum ini sudah
dirumuskan dalam bentuk masalah atau unit, sehingga menjadi kebulatan yang
utuh. Dimana unit yang dimaksud merupakan integrasi antara fakor anak, bahan
7Kementrian RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahan ( New Cordova. Bandung: Syaamil Qur’an) ,h. 420
11
pelajaran serta lingkungan sekitar anak didik.Hal ini diharapkan dapat membentuk
kepribadian yang utuh sesuai dengan lingkungan masyarakat8.
Kurikulum 2013 berorientasi pada keterampilan proses yang menjadikan
kegiatan belajar mengajar menjadi sesuatu yang pokok dan utama. Kegiatan belajar
mengajar harus dilakukan dengan adanya komunikasi dua arah atau bersifat timbal
balik. Guru dan murid harus sama-sama aktif
Dalam proses belajar mengajar. Murid diharapkan mendapatkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan sendiri serta mengolah, mempergunakan dan
mengkomunikasikan hal-hal yang telah mereka temukan sendiri.Sedangkan guru
juga harus lebih aktif untuk merencanakan, memilih, menentukan, membimbing
dan mengevaluasi berbagai kegiatan murid.
Proses belajar-mengajar seperti ini sering kita kenal dengan istilah Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA). Kelebihan dari orientasi keterampilan proses ini
terletak pada pendekatan terhadap kebutuhan siswa dan mempersiapkan
kemampuan siswa memperoleh sendiri mengenai suatu yang telah direncanakan
atau diprogramkan sekolah9 Dan pendekatan scientific dianggap sebagai
pendekatan yang relevan dalam orientasi keterampilan proses pada Kurikulum
2013 ini.
Dalam Pendekatan scientific, materi pelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapatdijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu. Siswa
diharapkan dapat berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi,
8 Syarie f, A.Hamid.1996.Pengembangan Kurikulum.(Surabaya:Bina Ilmu,) h..61
9 Syarief, A.Hamid.1996.Pengembangan Kurikulum.Surabaya:Bina Ilmu, h.76-77
12
memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
system penyajiannya.
Dalam Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan scientific ini, peran
guru tidak kalah pentingnya.Guru diharapkan memiliki kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi personal dan kompetensi sosial dalam
menunjang proses belajar mengajar. Kompetensi pedagogik mendapat penekanan
khusus pada Kurikulum 2013 ini karena guru harus mampu mendorong dan
menginspirasi siswa untuk dapat memahami, menerapkan, dan mengembangkan
pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
Namun tidaklah mudah untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan baik dari
guru maupun siswa pada proses pembelajaran yang telah berlangsung selama ini.
Guru yang dijadikan pusat pembelajaran dan segala sumber informasi bagi siswa
diubah perannya, untuk hanya menjadi fasilitator yang mengarahkan siswa dalam
mencari dan menggali sendiri informasi dari segala sumber yang ia temui di
lingkungan sekitar. Guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran tetapi siswalah
yang menjadi pusat pembelajaran. Karena itu guru harus dapat memotivasi siswa
agar mau berpikir logis, kreatif, kritis dan analistis serta mandiri dalam setiap materi
pembelajaran. Guru juga harus lebih kreatif dan inovatif dalam menggunakan baik
media, alat maupun metode pembelajaran. Guru tidak akan mampu melaksanakan
pendekatan scientific jika hanya menggunakan satu metode pembelajaran saja.
Penggunaan berbagai macam media dan alat pembelajaran juga akan sangat
mendukung dalam pelaksanaan pendekatan Saintifik Proses ini. Misalnya penyajian
13
tayangan video menggunakan LCD sesuai tema atau materi ajar dapat dilakukan
dalam tahap observing. Tulisan ini dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana
penerapan pendekatan Saintifik Proses dalam pembelajaran Aqidah Akhlak
ditunjuk untuk menerapkan Kurikulum 2013.Disamping itu untuk mencari tahu
faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan pendekatan Saintifik Proses
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, peneliti menentukan fokus penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan pendekatan Saintifik Proses mata pelajaran Aqidah
Akhlak di Kelas VII Mts Negeri 2 Kabuaten Gorontalo 2018?
2. Apa sajakah faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan pendekatan
Saintifik Proses pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di Kelas VII Mts Negeri
2 Kabuaten gorontalo 2018?
H. Tujuan dan kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut;
a. Untuk mengetahui penerapan pendekatan Saintifik Proses mata pelajaran
Aqidah Akhlak di Kelas VII Mts Negeri 2 Kabuaten Gorontalo 2018 .
b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan
pendekatan Saintifik Proses pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di Kelas VII Mts
Negeri 2 Kabuaten gorontalo 2018.
2. Kegunaan
14
a. Untuk memberikan sumbangan bagi pengembangan dan peningkatan kualitas
pendidikan pada umumnya, dan dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan
Islam pada jurusan Tarbiyah pada khususnya.
b. Untuk memberikan motivasi bagi tenaga pendidik untuk lebih meningkatkan
kompetensi yang dimiliki untuk dapat mendidik, mendorong, dan memotivasi
siswa supaya berpikir logis, kreatif, kritis dan analistis dalam setiap materi
pembelajaran.
c. Bagi guru Untuk menambah wawasan dan disiplin ilmu dalam memilih dan
merancang metode pembelajaran yang sesuai sehingga dapat menerapkan
pendekatan scientific dimana proses pembelajaran harus tetap berpegang pada
kaidah-kaidah dan langkah-langkah ilmiah dan menghindari nilai-nilai dan sifat-
sifat non ilmiah.
d. Bagi siswa Untuk memudahkan bagi siswa dalam memahami dan menguasai
materi pelajaran sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
I. Pengertian Judul Dan Definisi Operasional
1. Pengertian Judul
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dan untuk memberikan pemahaman yang
tidak jelas serta operasional, berikut ini diberikan penjelasan istilah-istilah utama
yang digunakan dalam judul penelitian ini.
a. Penerapan
15
Menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain penerapan adalah hal, cara
atau hasil10. Sedangkan menurut Lukman Ali, penerapan adalah mempraktekan,
memasangkan.Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan adalah cara yang dilakukan untuk mempraktekkan suatu hal atau
program supaya dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan11.
b. Pendekatan Scientific
Pembelajaran scientific merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-
langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.Model
pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya
kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan
berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu
menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana
pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik.
c. Pendidikan aqidah akhak
Pendidikan aqidah akhlak merupakan suatu sarana pendidikan agama islam
yang didalamnya terdapat bimbignan dari pendidik kepada peserta didik agar
mampu memahami menghayati dan meyakini kebenaran ajaran islam , kemudian
menamakannya dalam kehiduan sehari- hari namun lebih penting mereka dapat
10 Zain, Sutan Mohammad dan JS.Badudu. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka, h. 1487
11 Lukman, Ali. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,h.1044
16
terbiasa melakukan perbuatan dari hati nurani yang ikhlas dan spontan tanpa harus
menyimang dari al- quran dan hadist.
2. Definisi operasional
Penerapan pendekatan Seintific Proses pada mata pelajaran aqidah akhlak , yakni
pembelajaran aqidah akhlak di kelas dengan memakai pendekatan seintific.
E. Kajian Pustaka
1. Arif Mutohir, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim , Malang 2015,
Dengan Judul Penerapan Kurikuum 2013 Dengan Pendekatan Saintifik Pada
Mata Pelajaran Qidah Akhlak Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri ( Mts
/N) Kabuaten Lamongan
2. Ulin Navissaroh, Program studi Pendidikan agama islam fakultas tarbiyah dan
ilmu keguruan institiut agama islam negeri iain Purwekerto 2017, dengan judul
Implementasi Pendekatan saintifk ada mata Pelajaran Pendidikan agama islam
Di Sd- Al Irsyad 01 Purwekerto.
3. Muhammad Fadhli, Jurusan Pendidikan Agama Islam , Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Institute Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung , Dengan Judul
Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Dan Budi Pekerti Kelas X Di Sma Yp Unila Bandar Lampung
4. Dewi Shinta Nuraini, fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan jurusan pendidikan
agama islam institut agama islam negeri (iain) Salatiga 2016, dengan judul
penerapan pendekatan scientific Mata pelajaran pendidikan agama Islam pada
siswa kelas VII smpn 7 salatiga tahun 2016.
17
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendekatan Scientific
1. Pengertian Pendekatan Scientific
Dalam proses pembelajaran, pendekatan digunakan untuk memudahkan
dalam mencapai tujuan. Syaiful Sagala menyatakan bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam
mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu12.
Sedangkan menurut Sanjaya) adalah suatu titik tolak atau sudut pandang mengenai
terjadinya proses pembelajaran secara umum berdasarkan cakupan teoritik
tertentu13.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
81A tahun 2003 tentang Implementasi Kurikulum menyebutkan bahwa proses
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik terdiri atas lima pengalaman
belajar pokok yaitu : mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data,
mengasosiasikan dan mengkomunikasikan14. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pendekatan scientific ialah proses pembelajaran yang ditempuh melalui
tahap mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasikan dan
mengkomunikasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
12 Syaiful Sagala,. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, h.68 13 Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Beriorentasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana Pendidikan Dasar dan Menengah BagianProyek Penataran Guru SLTP Setara D-III,h.127 14Tatik Pudjiani,. 2014. Pendekatan Saintifik dan Penilaian Otentik. Yogjakarta: Spirit,h.7
18
Pendekatan scientific diyakini mampu mengembangkan tiga ranah yaitu:
sikap, pengetahuan dan keterampilan. Menurut Tatik Pudjiani, Pendekatan
scientific memiliki prinsip-prinsip pembelajaran yang dijelaskan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yaitu :
a. Peserta didik mencari tahu.
b. Pembelajaran berbasis aneka sumber belajar.
c. Penggunaan pendekatan ilmiah;
d. Berbasis kompetensi;
e. Terpadu
f. Jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
g. Keterampilan aplikatif;
h. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
i. Pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajaran
sepanjang hayat;
j. Menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarsosung tulodo),
membangun kemauan (ing madyo mangun karso),dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
k. Berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
l. Menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan
di mana saja adalah kelas; Pemanfaatan teknologi informasi dan
19
mengkomunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
dan
m. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta
didik.15
2. Landasan Pendekatan Scientific
a. Landasan Yuridis Formal Pendekatan Scientific
Pelaksanaan pendekatan scientific dilandasi oleh beberapa pasal dalam undang-
undang dan juga peraturan pemerintah. Menurut Tatik Pudjiani dalam bukunya
PendekatanSaintifik dan Penilaian Otentik regulasi yang melandasi
dilaksanakannya pendekatan scientific meliputi :
1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Pasal 1 ayat:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.
Pasal 3:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
15 Tatik Pudjiani,. 2014. Pendekatan Saintifik dan Penilaian Otentik. Yogjakarta: Spirit,h.10
20
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Pasal 4 ayat 3:
“Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat”.
Pasal 40 ayat 2:
Pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban :
a) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis;
b) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan;
c) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya”.
2) Peraturan Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Pasal 19 ayat 1:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis Peserta Didik. Berdasarkan beberapa peraturan pendidikan di atas dapat kita pahami bahwa
peraturan dan perundangan pendidikan mengarahkan proses pembelajaran
21
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan scientific. Hal ini dimaksudkan
agar pembelajaran dapat berjalan secara interaktif, menyenangkan, menantang,
memotivasi dan menginspirasi peserta didik. Selain itu dengan pendekatan
scientific ini peserta didik diharapkan mampu untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandiriannya
sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis yang sedang dialami16.
b. Landasan Psikologis Pendekatan Scientific
Landasan psikogis pendekatan scientific merupakan hubungan penggunaan
pendekatan scientific menurut kajian psikologis belajar. Berdasarkan prinsip-
prinsip pembelajaran dalam pendekatan scientific dapat dinyatakan bahwa
pendekatan scientific ini dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme.
Teorikonstruktif dikembangkan berdasarkan ide dan hasil kerja secara terpisah oleh
Jean Piaget dan Lev Vygostsky.
Suparno mengemukakan teori ini mencirikan bahwa belajar berarti
membentuk makna17. Makna diciptakan dari apa yang mereka lihat, dengar,
rasakan, dan alami.
Pernyataan tersebut didukung oleh Anita Woolfolk dalam Benny A. Pribadi
yang mengemukakan bahwa pendekatan konstruktivistik sebagai pembelajaran
yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan
16 Pudjiani, Tatik. 2014. Pendekatan Saintifik dan Penilaian Otentik. Yogjakarta: Spirit,h.11-12
17 Suparno, Paul. 1997. Filsafat Kontruktivisme Dalam Pedidikan. Yogyakarta: Kanisius, h.61
22
memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami18. Suparno juga
mengidentifikasi 4 prinsip konstruktivis dalam belajar yakni sebagai berikut;
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun
sosial,
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pengajar kepada pebelajar,
kecuali dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar,
3. Peserta didik aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga terjadi
perubahan konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep
ilmiah,
4. Pengajar sekedar membantu pembelajaran dengan menyediakan sarana dan
situasi agar proses konstruksi pembelajaran berlangsung secara efektif dan
efisien. Prinsip konstruktivis, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator
yang membantu agar proses pembelajaran berjalan dengan baik19.
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Pada Pendekatan Scientific
Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan scientific lima pengalaman
belajar pokok yaitu : mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Kelima langkah ini berkaitan erat
dengan kegiatan belajar dan kompetensi yang ingin dikembangkan. Keterkaitan
antara langkah pembelajaran dengan kegiatan belajar dan maknanya dapat dilihat
dalam tabel berikut : Tabel 2.1
18 Benny A. Pribadi. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat, h.156 19 Tatik, Pudjiani,. 2014. Pendekatan Saintifik dan Penilaian Otentik. Yogjakarta:
Spirit,h.12-13
23
Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan
Kegiatan Belajar dan Maknanya
Tabel 2.1
Langkah
Kegiatan Belajar
Kompetensi Yang
Pembelajaran
Dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar, Melatih kesungguhan,
menyimak, melihat (tanpa ketelitian, mencari
atau dengan alat) Informasi
Menanya Mengajukan pertanyaan Mengembangkan
tentang informasi yang kreativitas, rasa ingin
tidak dipahami dari apa tahu, kemampuan
yang diamati atau Merumuskan
pertanyaan untuk pertanyaan untuk
mendapatkan informasi membentuk pikiran
tambahan tentang apa yang kritis yang perlu
diamati (dimulai dari untuk hidup cerdas
pertanyaan faktual sampai dan belajar sepanjang
ke pertanyaan yang Hayat
bersifat hipotetik)
Mengumpulkan - melakukan eksperimen Mengembangkan
informasi/ - membaca sumber lain sikap teliti,
24
Eksperimen selain buku teks jujur,sopan,
- mengamati objek/ menghargai pendapat
kejadian/ orang lain,
- Aktivitas Kemampuan
- wawancara dengan berkomunikasi,
Narasumber Menerapkan
Kemampuan
Mengumpulkan
informasi melalui
berbagai cara yang
dipelajari,
Mengembangkan
kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang
hayat.
Mengasosiasikan/ - mengolah informasi Mengembangkan
mengolah informasi yang sudah sikap jujur, teliti,
dikumpulkan baik disiplin, taat aturan,
terbatas dari hasil kerja keras,
Kegiatan Kemampuan
mengumpulkan/eksperi menerapkan prosedur
men mau pun hasil dari dan kemampuan
25
Langkah
Kegiatan Belajar
Kompetensi Yang
Pembelajaran
Dikembangkan
kegiatan mengamati dan berpikir induktif serta
kegiatan mengumpulkan deduktif dalam
informasi. menyimpulkan .
- Pengolahan informasi
yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman
sampai kepada
pengolahan informasi
yang bersifat mencari
solusi dari berbagai
sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda
sampai kepada yang
bertentangan.
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil Mengembangkan
pengamatan, kesimpulan sikap jujur, teliti,
26
berdasarkan hasil analisis toleransi, kemampuan
secara lisan, tertulis, atau berpikir sistematis,
media lainnya Mengungkapkan
pendapat dengan
singkat dan jelas, dan
Mengembangkan
kemampuan berbahasa
yang baik dan benar.
a. Mengamati
Mengamati atau observasi disebutkan oleh Tim Pengembang Ilmu Pendidikan
fip-upn adalah penginderaan khusus dengan penuh perhatian terhadap subyek.
Proses pengamatan dilakukan melalui indera penglihatan (melihat, membaca),
indera pendengaran (mendengarkan, menyimak) baik menggunakan alat maupun
tidak20.Allah SWT juga memerintahkan kita untuk menyaksikan kebesaran-Nya
dengan mengamati ciptaan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al -Hajj
ayat 65:
Terjemahan
Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah menundukkan bagimu(manusia) apa yang ada di bumi, dan kapal yang berlayar di lautan
20 Tatik, Pudjiani.. 2014. Pendekatan Saintifik dan Penilaian Otentik. Yogjakarta: Spirit,h.15
27
dengan perintah-Nya. dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh agar tidak jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.21
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada
hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan
oleh guru. Lebih lanjut lagi Tatik Pudjiani menuliskan langkah- langkah observasi
yang dikutip dari pendapat Purbayu Budi Santoso dan Muliawan Hamdani, sebagai
berikut :
1) Merumuskan tujuan dan variabel. Peserta didik dengan guru dapat
merumuskan tujuan dan variabel pengamatan yang akan dilakukan.
2) Menentukan data yang akan dikumpulkan secara jelas. Peserta didik dan guru
menetapkan data yang akan diamati dan dikumpulkan secara pasti.
Menentukan tempat objek yang akan diobservasi dan pelaksanaan observasi
secara cermat. Peserta didik dan guru memilih dan menentukan tempat
keberadaan objek yang akan diobservasi dan menentukan langkah
pelaksanaannya.
3) Mempersiapkan beberapa peralatan pendukung yang diperlukan seperti alat
tulis untuk mencatat hal-hal yang muncul saat pengamatan, kamera untuk
mengamati gambar sebagai bukti pengamatan dan perekam untuk mengambil
gambar yang lebih jelas karen dapat diputar ulang22.
21 Kementrian RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahan New Cordova. Bandung: Syaamil Qur’an, h.340
22 Pudjiani, Tatik. 2014. Pendekatan Saintifik dan Penilaian Otentik. Yogjakarta: Spirit,h.15
28
Adapun alat yang digunakan ketika observasi menurut Eddy Soeryanto
Soegoto meliputi;
a) Alat tulis untuk menulis segala sesuatu yang terjadi saat pengamatan;
b) tape recorder untuk merekam hal-hal ditampilkan oleh obyek pada saat
observasi;
c) Kamera untuk mendokumentasikan pelaku atau obyek yag diamati23.
b. Menanya
Pada kurikulum 2013 kegiatan menanya diharapkan muncul dari siswa.
Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Menanya dapat
juga tidak diungkapkan, tetapi dapat saja ada di dalam pikiran pesertadidik. Untuk
memancing peserta didik mengungkapkannya guru harus memberi kesempatan
mereka untuk mengungkapkan pertanyaan. Kegiatan bertanya oleh guru dalam
pembelajaran juga sangat penting, sehingga tetap harus dilakukan
Bertanya dalam proses pembelajaran memiliki beberapa fungsi.Fungsi
tersebut dikemukakan oleh W.Gulo yang dikutip oleh Tatik Pudjiani dalam
bukunya Pendekatan Scientifik danPenilaian Otentik meliputi;
1) Mengembangkan minat dan keingintahuan
2) Memusatkan perhatian pada pokok masalah.
23 Pudjiani, Tatik. 2014. Pendekatan Saintifik dan Penilaian Otentik. Yogjakarta: Spirit,h.16
29
3) Mendiagnosis kesulitan belajar
4) Meningkatkan keaktivan belajar peserta didik
5) Kemampuan memahami informasi
6) Kemampuan mengemukakan pendapat
7) Mengukur hasil belajar24.
Kriteria pertanyaan yang baik adalah singkat dan jelas, menginspirasi jawaban,
memiliki fokus, bersifat probing ataudivergent, bersifat validatif atau penguatan,
memberi kesempatanpeserta didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan
tuntutan kemampuan kognitif, merangsang proses interaksi.
c. Mencoba/mencari informasi
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, peserta didik harus
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang
sesuai. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan
metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya sehari-hari. Mengumpulkan informasi/ eksperimen kegiatan
pembelajarannya antara lain:
1) Melakukan eksperimen;
2) Membaca sumber lain selain buku teks;
3) Mengamati objek/ kejadian/aktivitas; dan
4) Wawancara dengan narasumber.
24 W. Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo, h.102
30
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar
a) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid,
b) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan,
Perlu memperhitungkan tempat dan waktu,
c) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid,
d) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen,
e) Membagi kertas kerja kepada murid,
f) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan
g) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap
perludidiskusikan secara klasikal25.
d. Mengasosiasikan
Dalam kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi terdapat kegiatan menalar.
Tatik Pudjiani mendefinisikan menalar adalah proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta kata yang dapat diobservasi. Ada dua cara menalar, yaitu
induktif dan deduktif. Penalaran induktif yaitu menarik simpulan dari fenomena
khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Sedangkan penalaran deduktif yaitu
menarik simpulan dari atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang
bersifat khusus26.
25 Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2015, h. 29
26Tatik, Pudjiani,. 2014. Pendekatan Saintifik dan Penilaian Otentik, Yogjakarta: Spirit, h. 12
31
Kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan daya menalar peserta didik dapat
dilakukan dengan cara berikut:
1) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai
dengan tuntutan kurikulum.
2) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas
utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-
contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
3) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang
sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan
tinggi).
4) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
5) Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
6) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan atau pelaziman
7) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
8) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan
tindakan pembelajaran perbaikan.
e. Mengkomunikasikan
Proses mengkomunikasikan dalam pendekatan scientific dapat dilakukan
dalam beberapa hal antara lain adalah (1) Membuat kesimpulan, (2) Interpretasi
hasil pemecahan masalah atau (3) Menyampaikan hasil pada orang lain di sekitar
32
(Tatik Pudjiani, 2014:20). Dalam Islam kita juga diperintahkan untuk
menyampaikan ilmu yang kita miliki kepada orang lain.
Dalam memperdalam pengetahuan kita tentang agama, kita dapat
menggunakan keempat langkah dalam pendekatan scientific yaitu mengamati
kebesaran Allah dari ciptaan-Nya, bertanya pada ulama tentang ilmu agama,
mencari informasi dari berbagai sumber seperti Al-Qur’an, Hadist dan sumber lain,
mengasosiasikan infomasi yang diperoleh untuk diamalkan dalam kehidupan
sehari- hari. Dan tugas kita memberi peringatan kepada kaum dengan
mengkomunikasikan atau mengajarkan ilmu yang kita miliki kepada orang lain.
B. Pendidikan Aqidah-Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Aqidah-Akhlak
Sebelum menjelaskan pengertian pendidikan aqidah akhlak terlebih dahulu di
ketahui pengertian aqidah akhlak terdiri dari dua kata, yaitu aqidah dan akhlak.
a. Pengertian Aqidah
Aqidah adalah bentuk masdar dari kata “‘aqoda, ya’qidu, ’aqdan- ‘aqidatan”
yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan kokoh. Sedang secara
teknis aqidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Dan tumbuhnya
kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud aqidah adalah
kepercayaan yang menghujam atau tersimpul di dalam hati27.
27 Tadjab, Muhaimin, Abd. Mujib, Dimensi-Dimensi Studi Islam (Surabaya: Karya Abditama, 1994), h. 241-242
33
Sedangkan menurut istilah aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh
hati dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang
tidak tercampur oleh keraguan28.
Menurut KH. Zaenal Arifin Jamaris sebagaiman yang dikutip oleh
Jamaluddin Darwis, aqidah ialah sesuatu yang dianut manusia dan diyakininya.
Aqidah berwujud agama atau lainnya. Aqidah dalam Islam ialah iman atau
kepercayaan. Sumbernya yang asasi adalah Al-Qur’an Aqidah merupakan poko-
pokok atau dasar-dasar keyakinan hidup yang intinya keyakinan kepada Allah Swt
yang menciptakan dan mengatur kehidupan atau usaha yang dilakukan secara sadar
untuk dapat menyiapkan peserta didik agar beriman terhadap ke-Esaan Allah Swt.29
Menurut M Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa
(bahasa arab) ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam
lubuk jiwa dan tak dapat beralih dari padanya. Adapun aqidah menurut Syaikh
Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu
dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh
dicampuri oleh syakwasangka dan tidak dipengaruhi oleh keragu-raguan30.
Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi
manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya.31
28 Abdullah bin ‘Abdil Hamid al-Atsari, Panduan Aqidah Lengkap, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005), h. 28 29 Djamaluddin Darwis, Dinamika Pendidikan Islam (Sejarah, ragam dan Kelembagaan), (Semarang: Rasa’il, 2006), h.80 30 Syaikh Mahmoud Syaltout, Islam sebagai Aqidah dan Syari’ah (1,) (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), h. 28-29
31 A. Syihab, Akidah Ahlus Sunnah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), h. 1
34
Sedangkan Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang
seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang
menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.32
b. Pengertian Akhlak
Sedang pengertian akhlak secara etimologi berasal dari kata “Khuluq” dan
jama’nya “Akhlaq”, yang berarti budi pekerti, etika, moral. Demikian pula kata
“Khuluq” mempunyai kesesuaian dengan “Khilqun”, hanya saja khuluq merupakan
perangai manusia dari dalam diri (ruhaniah) sedang khilqun merupakan perangai
manusia dari luar (jasmani).33
Selanjutnya Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak
jika yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan
pikiran.
Akhlak adalah “sikap hati yang mudah mendorong anggota tubuh untuk
berbuat sesuatu”.
Adapun Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin, yang disebut akhlak itu ialah
kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka
kebiasaan itulah yang dinamakan akhlak. Dalam penjelasan beliau, kehendak ialah
ketentuan dari beberapa keinginan sesudah bimbang, sedangkan kebiasaan ialah
perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah dikerjakan. Jika apa yang bernama
kehendak itu dikerjakan berulang-kali sehingga menjadi kebiasaan, maka itulah
yang kemudian berproses menjadi akhlak.34
32 Tadjab, Muhaimin, Abd. Mujib, Op. Cit, h. 242 33 Ibid., h. 243 34 Tim Dosen Agama Islam, Pendidikan Agama Islam Untuk Mahasiswa, (Malang: IKIP
Malang, 2005), h. 170
35
Dengan demikian pendidikan aqidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan
mengimani Allah SWT dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan Qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk
menghormati penganut agama lain dan hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.
Sedangkan Pendidikan aqidah akhlak menurut Moh. Rifai adalah sub mata
pelajaran pada jenjang Pendidikan Dasar yang membahas ajaran agama Islam
dalam segi aqidah dan akhlak. Mata pelajaran aqidah akhlak juga merupakan bagian
dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang memberikan bimbingan kepada
siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam, serta
bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.35
Dari berbagai pendapat di atas meskipun terjadi perbedaan dalam
memformulasikannya namun pada hakekatnya yang membuat rumusan itu
mempunyai titik tekan yang sama tentang apa pendidikan aqidah akhlak itu sendiri.
Bahwa pendidikan aqidah akhlak merupakan suatu sarana pendidikan agama Islam
yang didalamnya terdapat bimbingan dari pendidik kepada peserta didik agar
mereka mampu memahami, menghayati, dan meyakini kebenaran ajaran agama
Islam, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun yang lebih
35 Moh. Rifai, Aqidah Akhlak (Untuk Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 1994 Jilid 1 Kelas
1) (Semarang: CV.Wicaksana, 2004), h. 5
36
penting, mereka dapat terbiasa melakukan perbuatan dari hati nurani yang ikhlas
dan spontan tanpa harus menyimpang dari Al-Qur’an dan Hadist.
2. Tujuan Pendidikan Aqidah Akhlak
Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari suatu proses yang
diharapkan untuk menuju kesuatu tujuan. Dimana tujuan pendidikan merupakan
suatu masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan, sebab dari
tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana remaja itu dibawa. Karena
pengertian dari tujuan itu sendiri yaitu suatu yang diharapkan tercapai setelah
sesuatu usaha atau kegiatan selesai36. Adapun tujuan pendidikan aqidah akhlak
menurut beberapa para ahli adalah sebagai berikut:
Tujuan akhlak menurut Barmawie Umary yaitu supaya dapat terbiasa atau
melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji, serta menghindari yang buruk, jelek,
hina, tercela. Dan supaya hubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama
makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.37
Menurut Mohd. Athiyah Al-Abrasyi tujuan dari pendidikan moral atau akhlak
dalam Islam ialah untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras
kamauan, sopan dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan
perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci.38
Sedangkan Menurut Moh. Rifai tujuan pendidikan aqidah akhlak yaitu sebagai
berikut:
36 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 29 37 Barmawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: CV. Ramadhani, 1991), h. 2 38 Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 104
37
a. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa akan hal-
hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya
sehari-hari.
b. Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk
mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk, baik dalam
hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia,
maupun dengan alam lingkungannya.
c. Memberikan bekal kepada siswa tentang aqidah dan akhlak untuk melanjutkan
pelajaran ke jenjang pendidikan menengah.
Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, maka dapat penulis ambil suatu
kesimpulkan bahwa tujuan pendidikan aqidah akhlak tersebut sangat menunjang
peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT serta dapat
memberikan pengetahuan sekitar pendidikan agama Islam kearah yang lebih baik.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Aqidah Akhlak
Ruang lingkup merupakan obyek utama dalam pembahasan pendidikan aqidah
akhlak. Maka ruang lingkup pendidikan aqidah akhlak menurut Moh. Rifai
meliputi:
a. Hubungan manusia dengan Allah.
Hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliqnya mencakup dari segi
aqidah yang meliputi: iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat-Nya,
iman kepada kitab-kitab-Nya, dan iman kepada rasul-Nya, iman kepada hari
akhir dan iman kepada qadha dan qadar-Nya.
a. Hubungan manusia dengan manusia.
38
Materi yang dipelajari meliputi: akhlak dalam pergaulan hidup sesama manusia,
kewajiban membiasakan berakhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain,
serta menjauhi akhlak yang buruk.
b. Hubungan manusia dengan lingkungannya.
Materi yang dipelajari meliputi akhlak manusia terhadap alam lingkungannya,
baik lingkungan dalam arti luas, maupun makhluk hidup selain manusia, yaitu
binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Sedangkan menurut Departemen Agama, pendidikan aqidah akhlak di
Madrasah Tsanawiyah cakupan pembahasannya antara lain sebagai berikut:
a. Aspek aqidah, terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan jaiz Allah,
keimanan kepada kitab Allah, rasul Allah, sifat-sifat dan mu’jizatnya, dan hari
kiamat.
b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas khauf, raja’, taubat, tawadhu, ikhlas,
bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta’aruf, ta’awun,
tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah.
c. Aspek akhlak tercela meliputi kompetensi dasar kufur, syirik, munafik,
namimah, dan ghadab.
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan aqidah akhlak
tidak hanya mencakup hubungan manusia dengan Tuhannya, melainkan hubungan
manusia dengan sesamanya serta hubungan manusia dengan lingkungannya.
Sehingga terwujudlah keyakinan yang kuat, yang pada akhirnya terbentuklah
akhlak yang luhur yakni akhlak terpuji.
4. Sumber Ajaran Pendidikan Aqidah Akhlak
39
Sumber ajaran pendidikan aqidah akhlak dapat dibagi menjadi dua yaitu Al-
Qur’an dan Al-Hadist.
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Rasul
dan Nabi-Nya yang terakhir Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti. Oleh karena
itu, Al-Qur’an sebagai manifestasi kalam Allah yang qadim (tidak diciptakan) dan
bukanlah hasil pemikiran manusia.
Adapun sumber Al-Qur’an yang menjelaskan tentang pendidikan aqidah
akhlak, antara lain sebagai berikut:
1) Al-Qur’an Surat Al’Ashr ayat 1-3
Pada surat Al’Ashr ayat 1-3 bahwa manusia harus bisa memanfaatkan waktu
hidupnya agar masa itu jangan sampai disia- siakan, perlu digunakan dengan
sebaik-baiknya untuk beribadah dan beramal sholeh. Dan apabila manusia tersebut
tidak dapat memanfaatkan masa hidupnya, maka mereka akan rugi dan tidak
mendapatkan keuntungan sama sekali. Sebaliknya bagi orang- orang yang beriman,
mereka tidak akan merasakan kerugian sepanjang masa karena mereka bekerja
dengan baik dan berfaedah. Maka hubungan antar sesama muslim dapat
mewujudkan kehidupan yang bahagia, dengan mengajak orang lain bersabar dalam
berilmu dan beramal.
2) Al-Qur’an Surat Luqman ayat 17
Pada surat Luqman ayat 17 bahwa dari kisah Luqman, beliau menyuruh
anaknya untuk melaksanakan shalat karena dengan shalat kita akan mendapatkan
40
kekuatan pribadi, lahir batin, moral dan mental, namun yang lebih penting lagi hati
dan seluruh anggota badan kita akan selalu ingat kepada Allah SWT. Kemudian
hendaklah dia berani menyampaikan kebenaran kepada sesama manusia, sesudah
itu hendaklah berani menegor orang yang berbuat mungkar. Tetapi jika ditegor
mereka marah, maka kita harus sabar dan tabah.
Jadi inti dari surat Luqman ayat 17 yaitu shalat sebagai kekuatan pribadi, amar
ma’ruf nahi mungkar dalam hubungan dengan masyarakat, dan sabar untuk
mencapai apa yang dicita-citakan. Karena semua kehidupan yang kita rasakan
apabila tidak sabar, kita akan putus asa di tengah jalan.
3) Al-Qur’an Surat Ali-Imran ayat 104
Dalam surat Ali-Imran ayat 104 terdapat dua kata penting yaitu menyuruh
berbuat ma’ruf, mencegah perbuatan mungkar. Menyampaikan ajakan kepada yang
ma’ruf dan menjauhi yang mungkar itulah yang dinamakan da’wah, dengan adanya
umat yang berda’wah agama menjadi hidup dan berkembang. Sehingga hanya
orang-orang yang tetap menjalankan da’wah sajalah yang akan memperoleh
kemenangan dan beruntung.
b. Al-Hadist
Sedangkan Al-Hadist merupakan sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW yaitu berupa perkataan, perbuatan, pernyataan, dan sifat-sifat
atau keadaan-keadaan Nabi Muhammad yang lain.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
41
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kualitatif
deskriptif. Seperti dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, Lexy J.
Moleong menjelaskan bahwa :
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll.,secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah39.
Adapun jenis penelitiannya ialah studi kasus intrinsik. mengemukakan jenis
studi kasus intrinsik merupakan usaha penelitian untuk mengetahui “lebih dalam”
mengenai suatu hal.Jadi, studi kasus ini tidak dimaksudkan untuk mengembangkan
teori. Dengan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian studi kasus intrinsik ini
peneliti mencoba menggambarkan proses penerapan pendekatan scientific mata
pelajaran Aqidah Akhlak
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Mts Negeri 2 Kab gorontalo kelas VII
C. Sumber Data
39Lexy Moleong, J.2009.Metodologi PenelitianKualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya, h.6
42
Sumber data dalam ha ini adalah , subyek dan objek dari mana data diperoleh
‘’dari Mts Negeri 2 kabupaten gorontalo kelas VII adalah:
a. Sumber data primer diperoleh dari siswa kelas VII, guru mata pelajaran
Aqidah Akhlak, bagian kurikulum dan Kepala Sekolah
b. Sumber data sekunder yang dapat diperoleh dari dokumen tertulis seperti,
Silabus, RPP, sejarah dan perkembangan Mts Negeri, letak geografis, identitas
sekolah, visi, misi dan tujuan, struktur organisasi, sarana dan prasarana dll.
D. Subjek dan objek penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah
1) Kepala Mts Negeri 2 Kabuaten gorontalo dalam hal ini kepala sekolah dijadikan
sumber untuk mengetahui perjalanan dan keadaan Mts Negeri 2 kabupaten
gorontalo selain itu untuk mengetahui bentuk kurikulum , pengawasan , dan
bentuk pembelajaran di Mts Negeri 2 Kabuaten gorontalo.
2) Guru Aqidah Akhlak kelas VII Mts Negeri 2 kabupaten gorontalo dalam hal
ini guru sebagai sumber untuk mengetahui tentang perbedaan pembelajaran
yang diterapkan kelas VII dengan kelas lainnya selain itu juga guru selaku
pelaksana dalam penerapan pembeajarn aqidah akhlak dengan pendekatan
saintifik , sehingga dapat dijadiakan sumber untuk tentang langkah – langkah
dalam penerapan pembelajaran pendekatan Saintific.
3) Peserta didik , Untuk memudahkan bagi siswa dalam memahami dan
menguasai materi pelajaran sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
43
4) Objek dalam penelitian ini adalah proses pelaksanaan dan penerapan
pendekatan saintific pada pembelajaran Aqidah Akhlak.
E. Tekhnik Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan pengamatan yang tidak
terstruktur, dengan mengarahkan pada situasit terbuka,dimana peneliti melihat
kejadian secara lengsung pada tujuan atau yang diteliti.16 Penelitian dalam hal ini
selaku pengamat yang berpartisipasi, maksudnya peneliti secara terbaka. Diketahui
oleh seluruh subyek, bahkan memungkinkan pengamat didukung subyek.
2. Wawancara
Peneliti cenderung untuk menggunakan model wawancara semistruktur
(semi/structure interview), karena dengan model ini pelaksanaannya lebih terbuka
dan bebas, peneliti dapat menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana
objek wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.40
3. Dokumentasi
40 Lihat Consuelo G. sevilla et all, an introduction to research methods, terj, pengantar
metode penelitian, penerj..Alimuddin Tuwu ( Jakarta: UI pres, 1993), h.198
44
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan benda-
benda tertulis sepeerti buku, majalah, dokumentasi, peraturan-peratura, notulen
rapat, catatan harian dan sebagainnya.
Dari uraian diatas maka metode dokumentasi merupakan pengumpulan data
dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan
objek penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Peneliti akan menganlisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara
deskriptif/-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif. Analisis deskriptif/-
kualitatif merupakan suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan
arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam
sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh
gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.41
Bug dan taylor berpendapat, penelitan kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau bisa dari orang-
orang dan perilaku yang diamati.42 Terdapat tiga jalur teknik analisis kualitatif yaitu
:
1. Reduksi Data
41 Tizar Rahmawan, contoh Proposal penelitian kualitatif, http:tizarrahman.wordpres
.com/2009/12/09/contoh proposal – penelitian- kualitatif/html (30 juni 2014). 42 Lexi j.moeloeng. Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : Remaja Rosdakarya
2000), h.3
45
Merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang
penting dan dicari tema dan polanya.
2. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif biasanya menggunakan teks yang
bersifat naratif, dalam bentuk uraian singkat. Dengan begitu akan
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan mudah
dipahami apa yang akan direncanakan selanjutnya.
3. Verifikasi
Langkah selaanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bisa bersifat sementara, setelah didukung dengan
data-data yang valid dan konsisten maka akan diperoleh kesimpulan yang kredibel.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Kegiatan pengecekan hasil temuan dilaksanakan agar keakuratan data tersebut
dalam upaya menarik kesimpulan yang tepat dan obyektif sesuai dengan fakta
dilapangan. Sehingganya pengecekan keabsahan data mempunyai hal yang sangat
penting dalam penelitian, hal ini di sebabkan karena pelaksanaan pengecekan
terhadap keabsahan hasil temuan secara cermat dengan menggunakan berbagai
tekhnik yang ada diharapkan hasil penelitian benar- benar ilmiahdan dapat
dipertanggung jawabkan keshahiannya, Dalam pengecekan keabsahan temuan pada
penelitian dilakukan dengan cara trianggulasi.
Penggunaan cara trianggulasi adalah tekhnik yang pemeriksaan keabsahan
temuannya ( data) yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk
46
keperluan pengecekan atau pembanding data tersebut. Triangulasi data dapat
dibedakan menjadi empat macam yaitu:
1. Trianggulasi sumber data
2. Trianggulasi metode
3. Trianggulasi teori.43
Adapun bentuk trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Pada trianggulasi sumber pengecekan
data dilakukan dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara. Sedangkan trianggulasi metode di tempuh dengan cara mengecek
kebenaran data yang diperoleh melalui tekhnikpengumpulan data yang lain atau
membandingkan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan
orang lain. Hal ini mempertimbangkan bahwa kedua langkah tersebut lebih praktis
dan lebih obyektif.
H. Tahap- Tahap Penelitian
Dalam penelitian ini dapat penulis golongkan dalam 3 tahapan kegiatan, yaitu
perencanaan (persiapan),pelaksanaan,dan penulian lapaoran penelitian,berikut ini
uraiannya:
1. Tahap perencanaan. Pada tahapan penulis menempuh langakah langakah sebagai
berikut:
a. Penentuan pemilihan masalah.
b. Studi awal untuk mengecek layak tidaknya penelitian yang diadakan.
43 Lexi moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ,Bandung ; Remaja Rosdakarya :1994, h.
78
47
c. Perumusan atau identifikasi masalah,
d. Telaah kepustakaan
e. Pemilihan metode penelitian,
f. Perumusan tujuan dan kegunaan penelitian,
g. Konsultasi dengan dosen pembimbing,dan
h. Pembuatan instrumen penelitian.
2. Tahap pelaksanaan. Dalam tahapan ini penulis melaksanakan empat kegiatan
pokok yaitu:
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan data
c. Analisa data, dan
d. Penafsiran hasil analisa dan penarikan kesimpulan
3. Tahap penulis laporan
Dalam tahap penulis laporan ini menggunakan format atau pedoman penulisan
karya ilmiah yang diberlakukan oleh Institut Agama Islam Negeri ( Iain) Sultan
Amai Gorontalo .selain itu penulis memperhatikan pula aspek pembaca, bentuk dan
isi,serta penyusunan laporan sebagai aspek yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan laporan penelitian.
BAB IV
PEMBAHASAN
48
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kabupaten Gorontalo berlokasi Jalan Jl. H.Abd.
Gani Habibie, Desa/Kelurahan lomanggaKecamatan TabongoKabupaten/Kota
Gorontalo Provinsi Gorontalo Kodepos 96271, NSM 121175010002 NPSN,
60728602, Nama Madrasah MTs.Negeri 2 Kab.Gorontalo Status Madrasah
Negeri Waktu Belajar Pagi NPWP 00-213-319-7-822-000 Kode Satker
Anggaran553551 Nomor DIPA Tahun 2018 DIPA -025.04. 2.553551 -2019
Penempatan DIPA 2018 Kanwil Kemenag Alamat Email Madrasah
[email protected]. Selain itu Dokumen Perijinan & Sertifikat Iso No.SK
Pendirian Kep/E/341/182 Tanggal SK Pendirian 01-10-1970 Tanggal SK Ijin
Operasional 22-04-1993 Kepemilikan Sertifikat ISO 30.02.33.05.4.00001
30.02.33.05.4.00002 30.02.33.05.4.00003.
Madrasah ini berstatus Akreditas Terakhir : “A” (Amat Baik) No. SK
Akreditas Terakhir 025486 TMT SK Akreditas Terakhir Tahun 2017 Tanggal
Berakhir Akreditas Tahun 2022 Nilai Akreditas Terakhir: 94. Adapun data kepala
madrasah yakni Nama Lengkap Masita Naue Gelar Akademik M.Pd. Jenis Kelamin
Perempuan Status Kepegawaian PNS NIP 19701127 199703 2 007 Pendidikan
Terakhir S2 Status Sertifikasi Sudah Tersertifikasi Nomor Telepon/Hp.
Selain itu Sarana Prasarana Madrasah kepemilikan tanah (status kepemilikan dan
penggunaannya) luas tanahLuas Tanah (m2) Menurut Status Sertifikat milik sendiri
dengan luas 18.251m2. Adapun penggunaan tanah Bangunan 26512, Lapangan Olah
Raga 89322. Halaman 4140, Kebun / Taman 2700 Pagar 18.251. Selain itu jumlah
ruangan diantaranya Ruang Kelas 23, 8x9 m2 Ruang Guru 1, 9x12 m2, Ruang
49
Kantor Perpustakaan Lab. IPA Aula Lab. Bahasa Asrama Guru Lab. Komputer
UKS Ruang OSIS BK Lab. Keagamaan Ruang Keterampilan Masing-masing
ruangan tersebut berjumlah1.44
Adapun eberadaan Guru dan Pegawai di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2
Kabupaten Gorontalo sebagai berikut Kepala Madrasah 1 Orang, Guru PNS 30
Orang Guru Aqidah Akhlak 3 Orang, Guru Fiqih 1 Orang, Guru Alqur’an
Hadits 2 Orang, Guru SKI 2 Orang, Guru Bahasa Arab 2 Orang,Total 10 Orang
Selain itu terdapat Guru Umum Guru Bhs.Indonesia 4 Orang,Guru.bahasa
Inggri 4 Orang Guru Matematika 2 Orang Guru IPA 5 Orang Guru PKn 2 Orang
Guru IPS 2 Orang, Guru Penjaskes1Orang, Total : 20 orang Guru Tidak Tetap 11
Orang Guru Matematika 3 Orang, Guru IPS 1Orang, Guru Bhs. Indonesia
1Orang, Guru Penjaskes 1Orang, Guru Prakarya 2 Orang, Guru Seni Budaya
1 Orang Guru Bimbingan Konseling 1Orang Pegawai Pegawai Administrasi Pns:
5 Orang, Kepala Tata Usaha 1Orang, Bendahara Rutin1 Orang, Staf Tata Usaha
3 Orang. Selain itu di Madrasah ini terdapat pegawai tidak tetap14 Orang.
Keberadaan Peserta Didik Tahun Pelajaran 2018 / 2019 Jumlah peserta didik
seluruhnya : 614 orang, dengan rincian : Laki – Laki 269 Orang
Perempuan 345 Orang Kelas VII Laki – Laki 99 Orang, Perempuan 123 Orang,
Total 222 Orang.Kelas VIII : Laki – Laki 87 Orang Perempuan 97 Orang Total
44 Data Diambil Dari Bagian Pendataan Mts Negeri 2 Kab Gorontalo
50
184 Orang. Kelas IX Laki – Laki 83 Orang Perempuan 125 Orang Total 208
Orang.45
B. Pendekatan Saintifik Proses Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Kelas VII
Mts Negeri 2 Kabuaten Gorontalo
Dalam dunia pendidikan, tidak lepas dari peran kurikulum di dalamnya.
Kurikulum sebagai acuan dalam dunia pendidikan terus mengalami perkembangan
dan penyempurnaan. Dari tahun ke tahun, kurikulum berusaha disempurnakan dan
disesuaikan dengan perkembangan jaman
.Kurikulum 2013 pada pembelajaran, pendekatan digunakan untuk memudahkan
dalam mencapai tujuan. Syaiful Sagala menyatakan bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam
mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu46.
Sedangkan menurut Sanjaya) adalah suatu titik tolak atau sudut pandang mengenai
terjadinya proses pembelajaran secara umum berdasarkan cakupan teoritik
tertentu47.
Menurut kepala Madrasah Mts 2 Kab. Gorontalo bahwa:
Kurikulum 2013 suatu program yang sangat bagus dimana didalam suatu pembelajaran nantinya siswa akan di libatkan secara langsung dalam suatu proses pembelajaran, tidak hanya mendengarkan saja seperti pembelajaran yang dulu yang lebih dominan dengan pembelajaran ceramah saja, karena di dalam kurikulum 2013 pembelajarannya sangat menarik dan berfareasi, karena banyak pembelajaran yang materinya mengikutsertakan/ mengajak siswa praktik secara langsung, serta menggunakan pendekatan scientific serta
45 Data Diambil Langsung dari Bagian Pendataan Mts Negeri 2 Kabupaten Gorontalo 46 Syaiful Sagala,. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, h.68 47 Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Beriorentasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III,h.127
51
dengan pembelajaran 5 M yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring. 48
Hal senada disampaikan Titi Karim Katili, S.Ag bahwa:
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum pernyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, dimana dalam kurikulum 2013 tidak ada lagi kegiatan dimana guru hanya melakukan proses pembelajaran dengan ceramah saja, karena dalam kurikulum 2013 guru dituntut supaya mampu mengajak siswa berperan aktif dalam suatu kegiatan pembelajaran, karena dengan demikian siswa mampu lebih memahami materi ajar dengan baik, karena belajar dengan baik adalah belajar dengan mempraktikan sesuatu hal secara langsung. 49
Sama halnya dengan ungkapan Risna Ismail S.Ag bahwa
Kurikulum 2013 adalah dimana dalam suatu proses pembelajaran tidak ada lagi kegiatan dimana guru hanya melakukan proses pembelajaran dengan ceramah saja, karena dalam kurikulum 2013 guru dituntut supaya mampu mengajak siswa berperan aktif dalam suatu kegiatan pembelajaran, jadi siswa belajar sendiri didalam kelas akan tetapi dengan bimbingan guru, serta dalam suatu proses pembelajaran guru hanya bertugas menjadi fasilitator dan pembimbing siswa.) 50
Dari wawancara yang telah dilaksanakan megenai pengertian dari kurikulum
2013 oleh bapak kepala sekolah sert guru Aqidah Akhlak VII A dan kelas VII B di
Mts 2 Kab. Gorontalo ini telah di jelaskan bahwa mereka sudah memahami
mengenai kurikulum 2013 dan tidak ada permasalahan lagi di dalam memahami
mengenai pengertian kurikulum 2013.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rancangan secara keseluruhan
kegiatan belajar mengajar yang akan berlangsung didalam kelas yang sebelumnya
dibuat oleh guru yang fungsinya sebagai acuan guru untuk melaksanakan
48 Masita Naue, M.Pd Kepala Mts N.2 Kab. Gorontalo 25 April 2019
49 Titi Karim Katili, S.Ag wawancara guru Aqidah Akhlak kelas VII B, Mts 2 Kab. Gorontalo 25 April ) 50 Risna Ismail, S.Ag wawancara guru Aqidah Akhlakkelas VII B 25 April 2019
52
pembelajaran didalam kelas nantinya, dengan demikian proses belajar mengajar
akan berlangsung dengan sistematis, tidak terbolak balik materi yang akan
disampaikan, dengan demikian proses belajar mengajar dalam kelas berjalan
dengan lebih baik.
Adapun penyampaian Kepala Mts N. 2 Kab. Gorontalo bahwa:
Di Mts ini setiap rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru nantinya akan dikumpulkan. di akhir tahun ajar, atau akhir di setiap semester.51
Ungkapan lain disampaikan Titin Karim bahwa:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan suatu rancangan atau rangkaian kegiatan pembelajaran yang dibuat oleh guru kelas yang fungsinya sebagai acuan guru untuk melaksanakan proses belajar mengajar di dalam kelas supaya proses belajar bisa berlangsung secara terstruktur, karena dengan adanya rencana pelaksanaan pembelajaran atau yang sering di sebut dengan Rpp materi ajar yang akan di sampaikan bisa di sampaikan secara keseluruhan dan terstruktur karena materi yang disamapaikan sudah disusun terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran. Serta rpp yang baik adalah menggunakan pendekatan scientific, yakni mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. 52
Hal yang sma disampaikan Sri Astuti Kumadji, S.Ag
Suatu rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik tentunya mampu membuat siswa menjadi happy dalam melalui kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam suatu kelas, untuk mengetahui siswa merasa happy di dalam kelas bisa dilihat dari antusias siswa pada saat guru menyampaikan materi, dimana cici-cirinya nanti siswa akan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang berlangsung dalam kelas, siswa berani bertanya kepada guru apabila tidak faham mengenai materi yang belum faham serta siswa berani menyampaikan pendapatnya kepada guru dan teman-temannya didalam kelas, serta tidak lupa dilaksanakan pendekatan scientific, dan 5M yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. 53
51 .Masita Naue, M.Pd, Kepala Mts N. 2 Kab. Gorontalo wawancara Tanggal 25 April
2019) 52 Titin Karim Wawancara Guru Aqidah Akhlak kelas VII A Pada Tanggal 25 April 2019 53 Sri Astuti Kumadji, S.Ag Guru Aqidah Akhlak 7 C wawancara 25 April 2019
53
Adapun contoh mengenai proses kegiatan pembelajaran berkurikulum 2013
pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII 54
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahuluan Orientasi
Mengucapkan salam, berdo’a, mengabsen dan
mengkondisikan kelas.
Apersepsi
Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif
tentang hal-hal yang berkaitandengan materi adab
shalatyang diketahui peserta didik.
Motivasi
Peserta didik diberi penjelasan tentang manfaat
mempelajari adab shalatbagi kehidupanyang akan
dipelajari
Pemberian Acuan
• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
• Peserta didik dibagi ke dalam beberapa
kelompok
• Peserta didik menyimak mekanisme
pelaksanaan pembelajaran
10
menit
54 Titin Karim Wawancara Guru Aqidah Akhlak kelas VII A Pada Tanggal 25 April 2019
54
Inti Mengamati
• Peserta didik memperhatikan dan merenungkan
kisah dan contoh gambar, video atau fenomena
tentang adab shalat yang ada pada rubrik “Amati
dan Perhatikan”
• Peserta didik mendengarkan penjelasan guru
tentang kisah dan gambar yang diamati
Mempertanyakan
• Peserta didik menuliskan pertanyaan-
pertanyaan yang ada dibenaknya hasil dari
pengamatan, pada kolom “Penasaran”.
• Peserta didik bertanya jawab tentang pengertian
adab shalat
• Peserta didik bertanya jawab tentang dalil adab
shalat
• Peserta didik bertanya jawab tentang adab-adab
shalat
Mengeksplorasi
• Peserta didik membaca materi/pemahaman
konsep pada rubrik “Buka Cakrawalamu!”
• Peserta didik mengidentifikasi pengertian adab
shalat
60
menit
55
• Peserta didik mengidentifikasi dalil tentang
adab shalat
• Peserta didik mengidentifikasiadab-adab shalat
Mengasosiasikan
• Peserta didik melakukan kegiatan dalam rubrik
“Kembangkan Wawasanmu!”
• Peserta didik menyimpulkan pengertian adab
shalat
• Peserta didik menuliskan dalil tentang adab
shalat
• Peserta didik menuliskan simpulan tentang
adab-adab shalat
Mengkomunikasikan
• Peserta didik mengerjakan soal-soal essay untuk
menguatkan pemahaman konsep
• Peserta didik menjelaskan pengertian adab
shalat
• Peserta didik menyebutkan dalil tentang adab
shalat
• Peserta didik menjelaskan adab-adab shalat
Penutup • Guru membuat simpulan tentang materi ajar.
• Guru mengadakan evaluasi.
10
menit
56
• Guru menugaskan peserta didik mencari materi
tentang adab shalatdari berbagai sumber (buku,
majalah, internet, narasumber) sebagai refleksi.
• Guru menyebutkan materi yang akan dipelajari
selanjutnya
• Bersama-sama menutup pembelajaran dengan
do’a dan salam.
2. Media Pendukung Kegiatan Pembelajaran
Media pendukung kegiatan pembelajaran merupakan suatu bagian yang
sangat penting dalam suatu sekolah yang fungsinya untuk membantu proses belajar
mengajar yang akan laksanakan di dalam atau di luar kelas, karena suatu media
pembelajaran mampu menunjang keberhasilan suatu proses belajar mengajar yang
berlangsung, serta dengan adanya suatu media ajar maka nantinya akan membuat
suatu proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan, lebih baik lagi dan
juga akan membantu guru dalam menyampaikan materi yang akan diberikan
kepada siswa sehingga siswa akan menerima materi ajar dengan lebih mudah.
Media pembelajaran merupakan suatu alat yang dimiliki oleh sekolah
ataupun guru yang berguna untuk membantu guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, yang dimana fungsinya supaya suatu proses pembelajaran bisa
berjalan lebih menarik dan materi yang akan disampaikan nantinya mudah diterma
oleh siswa.
Adapun penyampaian Risna Ismail, S.Ag bahwa :
57
Untuk mempunyai media belajar di Mts 2 Kab. Gorontalo tidak hanya dengan membeli saja, tidak hanya guru yang membuat akan tetapi dari karya tangan siswa siswi Mts 2 Kab. Gorontalo.55
Media yang baik merupakan media yang daya penggunaannya tidak hanya
sekali saja, akan tetapi suatu media dikatakan baik apabila mampu digunakan secara
berkali-kali, karena dengan demikian penggunaan media bisa lebih maksimal dan
tidak boros bahan, karena hasil dari media yang dibuat bisa di gunakan secara
berkali-kali, tidak sekali penggunaan langsung di buang karena tidak mampu di
gunakan lagi.
Senada dengan hal itu Masita Naue menyampaikan
Selain dengan media guru harus bisa memberikan motivasi karena dengan pemberian suatu motivasi bisa membuat siswa nantinya lebih semangat berpartisipasi dalam suatu proses pembelajaran yang akan berlangsung, karena motivasi merupakan salah satu bagian penting yang mampu mendukung keberhasilan suatu proses pembelajaran, motivasi bisa berupa suatu perkataan, tindakan serta yang lainnya.56
Mengubah pola mengajar tidak mudah, karena sudah berpuluh tahun guru
mengajar dengan model ceramah. Tidak mudah bila tiba-tiba guru harus berubah
menjadi seorang fasilitator dan motivator seperti yang ada dalam kurikulum 2013
ini. Mengubah cara mengajar guru itulah pekerjaan rumah tersendiri bagi
Kemendikbud dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Kegagalan mengubah cara mengajar guru akan menjadi sumber kegagalan
implementasi Kurikulum 2013. Persoalannya adalah perubahan cara mengajar
suatu guru tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, melainkan butuh waktu
55 Risna Ismail, S.Ag wawancara Guru Aqidah Akhlakkelas VII B 25 April 2019 56 Masita Nauoe M.Pd Kepala Mts N.2 Kab. Gorontalo Waawancara 26 April 2019
58
bertahuntahun, karena seperti yang kita ketahui bahwa suatu cara mengajar dengan
ceramah sudah melekat pada diri seorang guru karena sudah diterapkan sejak dulu,
padahal Kurikulum 2013 itu harus dilaksanakan dalam waktu secepatnya.
Komprominya adalah persoalan teknis dilatihkan dalam waktu satu minggu, tapi
perubahan cara mengajar suatu guru harus dilakukan terus-menerus dengan cara
mendorong guru untuk terus belajar.
Dalam wawancara yang dilakukan kepada Guru Aqidah Akhlak kelas VII
bahwasannya
Proses belajar mengajar pastinya nanti suatu guru akan menemui suatu masalah yang harus di selesaikan, diantara akan menemui kelas yang ramai, siswa yang susah diatur, murid yang aktif dan masih banyak yang lainnya. Masalah yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar untuk kurikulum 2013 ini dapat dibagi menjadi 2 sumber, yaitu masalah yang timbul dari dalam diri guru itu sendiri yang dimana masalah tersebut guru itu sendiri yang mengetahuinya atau internal dan masalah yang bersumber dari luar atau eksternal. Masalah yang bersumber dari dalam guru itu sendiri atau yang lebih dikenal dengan internal diantaranya adalah: a). Guru kurang kreatif dalam menerangkan suatu pembelajaran di kelas sehingga membuat suasana kelas menjadi membosankan dan siswa menjadi gaduh. b) Guru kurang menguasai mengenai ice breaking. c) Guru kurang faham mengenai pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 d ) Guru kurang bisa menguasai kelas e) Suara yang kurang keras yang dimiliki seorang guru. f) Guru kurang kreatif dalam mengembangkan materi ajar yang ada di buku. g) Guru kurang mamapu mengaitkan materi pembelajaran yang satu dengan yang lainnya, sehingga pemisahan materii ajar masih terlihat. Masalah yang bersumber dari luar guru atau yang lebih sering disebut dengan masalah eksternal yang diantaranya :a) Kurang adanya pelatihan yang disenggalaran oleh pemerintah mengenai kurikulum 2013. b) Kurang adanya penyelenggaraan workshop mengenai kurikulum 2013. c) Kurang adanya seminar mengenai kurikulum 2013. d) Tidak adanya kegiatan sharing pengalaman antar sekolah satu dengan yang lainnya. Masalah tersebut salah satunya sesuai dengan ungkapan Permasalahan penerapan dalam pembelajaran kurikulum 2013 di antaranya adalah : a) Pertama "Yang kurang dipahami adalah proses penilaian yang dianggap rumit. Banyak yang belum paham dalam memberikan penilaian dalam implementasi kurikulum 2013, b) Kedua, para guru masih kesulitan menerapkan scientific dalam kegiatan belajar mengajar. c) Kendala ketiga, adalah membuat siswa aktif. Sebab, dalam kurikulum 2013, guru harus pintar
59
menjadi fasilitator agar siswa bertanya. Sayang, belum semua guru mampu melaksanakannya57
Kurikulum 2013 berorientasi pada keterampilan proses yang menjadikan
kegiatan belajar mengajar menjadi sesuatu yang pokok dan utama. Kegiatan belajar
mengajar harus dilakukan dengan adanya komunikasi dua arah atau bersifat timbal
balik. Guru dan murid harus sama-sama aktif.
Dalam proses belajar mengajar. Murid diharapkan mendapatkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan sendiri serta mengolah, mempergunakan dan
mengkomunikasikan hal-hal yang telah mereka temukan sendiri.Sedangkan guru
juga harus lebih aktif untuk merencanakan, memilih, menentukan, membimbing
dan mengevaluasi berbagai kegiatan murid.
Ungkapan tersebut juga diperkuat dengan pendapat yang di ungkapkan oleh
Guru Aqidah Aqkhlak kelas VII B yang berpendapat.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum pernyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, dimana dalam kurikulum 2013 tidak ada lagi kegiatan dimana guru hanya melakukan proses pembelajaran dengan ceramah saja, karena dalam kurikulum 2013 guru dituntut supaya mampu mengajak siswa berperan aktif dalam suatu kegiatan pembelajaran, karena dengan demikian siswa mampu lebih memahami materi ajar dengan baik, karena belajar dengan baik adalah belajar dengan mempraktikan sesuatu hal secara langsung.58
Kurikulum 2013 merupakan inovasi terbaru dari pengembangan
kurikulum.Kurikulum ini menitik beratkan pada pengetahuan afektif yaitu sikap
dan budi pekerti.Pendidikan Agama Islam mendapat peran yang paling strategis
dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan pendidikan memiliki
57 Masita Nauoe M.Pd, Kepala Mts N.2 Kab. Gorontalo Wawancara 25 April 2019
58 Risna Ismail, S.Ag wawancara Guru Aqidah Akhlakkelas VII B 25 April 2019
60
potensi untuk mengembangkan sikap, perilaku dan budi pekerti yang luhur sesuai
dengan teladan Rasulullah SAW. Hal senada disampaikan Guru Aqidah Akhlak
kelas VII B bahwa
Kurikulum 2013 adalah dimana dalam suatu proses pembelajaran tidak ada lagi kegiatan dimana guru hanya melakukan proses pembelajaran dengan ceramah saja, karena dalam kurikulum 2013 guru dituntut supaya mampu mengajak siswa berperan aktif dalam suatu kegiatan pembelajaran, jadi siswa belajar sendiri didalam kelas akan tetapi dengan bimbingan guru, serta dalam suatu proses pembelajaran guru hanya bertugas menjadi fasilitator dan pembimbing siswa.59 Berdasarkan hasil wawancara yang telah saya lakukan bahwa penerapan
kurikulum 2013 dalam pembelajaran yakni berbasis kepada siswa, Guru hanya
sebagai Fasilitator sehingga seluruh kegiatanitu dilakukan oleh siswa.
C. Faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan pendekatan
scientific pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di Kelas VII Mts Negeri 2
Kabuaten gorontalo
Permasalahan yang Ada Pada Proses Pembelajaran Berkurikulum 2013
Menurut Masita Naue, M.Pd permasalahan penerapan dalam pembelajaran
kurikulum 2013 di antaranya adalah :
a. Pertama "Yang kurang dipahami adalah proses penilaian yang dianggap rumit.
Banyak yang belum paham dalam memberikan penilaian dalam implementasi
kurikulum 2013.
b. Kedua, kata Tuti, para guru masih kesulitan menerapkan scientific approach
dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Tuti, metode tersebut digunakan karena
melihat adanya antara jenjang pendidikan, baik SD ke SMP, SMP ke SMA, SMA
59 Risna Ismail, S.Ag wawancara Guru Aqidah Akhlakkelas VII B 25 April 2019
61
ke Perguruan Tinggi. "Baru kaget ketika lihat hasil PISA. Tapi sebenarnya sudah
lama dan memang ada.
Beliau sebagai kepala Madrsaah juga mengungkapkan
Dari lima langkah pendekatan scientific, yakni mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring, yang sering terlewat ialah menalar," ungkap adalah membuat siswa aktif. Sebab, dalam kurikulum 2013, guru harus pintar menjadi fasilitator agar siswa bertanya. Sayang, belum semua guru mampu melaksanakannya60
Pendapat tersebut berbeda dengan yang di ungkapkan oleh Guru kelas VII A Mts 2
Kab. Gorontalo yang berpendapat bahwa:
Masalah yang sering saya temukan didalam kelas adalah siswa yang terlalu aktif dikarenakan dalam kurikulum ini guru harus mampu membuat siswa aktif dalam suatu pembelajaran, sehingga kadang membuat guru kuwalahan, kadang sulit juga untuk menyangkutkan materi ajar satu dengan yang lainnya karena pada kurikulum ini materi ajar di buat bertema, serta yang sering juga didapati adalah siswa yang bosan dan gaduh di dalam kelas.61
Hal senada disampaikan oleh Guru Aqidah Akhlak kelas VII B Mts 2 Kab.
Gorontalo
Masalah yang ada bisa saya kategorikan 2 tipe karena ada masalah dari dalam atau internal dan dari luar yang sering disebut eksternal, masalah dari dalam diantaranya masalah yang sering saya temukan didalam kelas adalah siswa yang terlalu aktif karena pembelajaran sangat menarik shingga siswa sulit untuk dikondisikan, kadang sulit juga untuk mengaitkan materi satu dengan yang lainnya, kadang saya kurang tidak begitu baik dalam menjadi fasilitator, suara yang saya miliki kalah keras dengan suara siswa.”
Berdasarkan wawancara bersama narasumber bahwa dalam melaksanakn
pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013 di Mts N.2 Kab. Gorontalo,
terdapat beberapa faktor penghambat yang ditemui yakni faktor eksternal danfaktor
internal.
60 Risna Ismail, S.Ag wawancara Guru Aqidah Akhlakkelas VII B 25 April 2019 61 Risna Ismail, S.Ag wawancara Guru Aqidah Akhlakkelas VII B 25 April 2019
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebijakan pemerintah tentang perubahan kurikulum dalam pendidikan
menjadikan sebagian guru kebingungan karena ,pada dasranya guru yang ada
merupakan guru yang telah lama mengajar dan mereka kesulitan menggunakan
aplikasinya terutama pada penilaian.
2. Penggunaan pendekatan seintifik dalam proses pembelajaran menjadika tujuan
pembelajaran dalam terlaksana dengan baik dikarenakan , pendekatan seintifik
memiliki langkah langkah yangmengharuskan siswa aktif dalam proses
pembelajaran
3. Dengan menggunakan pendekatan seintifik terutama pada pembelajaran Aqidah
Akhlak,menjadikan siswa berkarakter, berilmu tentang Aqidah Akhlaknya, serta
mampu membawa diri dimasyarakat.
4. Faktor- faktor penghambat pada penerapan Pendekatan Scientifik Pada Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII Mts. N.2 Kab. Gorontalo. Yakni terdapat
Faktor Eksternal dan Faktor Internal
B. Saran
63
1. Kiranya sebagai seorang Guru harus mampu menggunakan aplikasi penilaian K.
13
2. Pemerintah kiranya dapat member solusi terhada guru- guru yang sulit
menggunakan aplikasi penialaian K. 13
PEDOMAN WAWANCARA
Fendi Abdullah: Penerapan Pendekatan Scientifik Pada Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak kelas VII Mts N. Gorontalo
Pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda sebagai seorang guru aqidah akhlak tentang
kebijakan pemerintah dalam menerapkan K. 13 dalam pembelajaran?
2. Apakah dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di sekolah tempat anda
mengajar telah menggunakan K. 13?
3. Bagaimana proses pembelajaran menggunakan k . 13 terutama pada
pembelajaran Aqidah Akhlak?
4. Apakah pendekatan seintifik dalam pembelajaran termasuk dalam k. 13?
5. Apa saja langkah- langkah dalam pada pendekatan seintifk pada pebelajaran
Aqidah akhlak di kelas temapat andamengajar?
6. Apa aja yang diamati dalam tahapan mengamati pada proses pembelajaran
menggunakan pendekatan seintifik?
7. Apakah dalam menggunakan pendekatan seintifik proses pembelajaran
akan sesuai dengan tujuan pembelajaran?
64
8. Dengan menggunakan pendekatan seintifik apakah terwujud tujuan
pendidikan yang sesuai dengan undang- undang ?
9. Apakah dalam penerapakn K.13 anda sebagai seorang Guru mendapati
kesulitan? Diman kesulitannya?
10. Apa tanggapan anda sebagai seorang guru aqidah akhlak tentang penerapan
pendekatan seintifik dalam proses pembelajaran?