dada-kepailitanc

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan diperoleh melalui perjuangan yang sangat panjang. Oleh karena itu, hasil dari perjuangan tersebut harus dipertahankan untuk memberikan kesempatan kepada bangsa Indonesia mewujudkan kesejahteraan yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Sejalan dengan perkembangan pembangunan nasional, pembangunan dunia usaha di Indonesia turut pula berkembang dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya banyak pengusaha, baik yang bertindak secara pribadi maupun secara bersama-sama mendirikan perusahaan dengan tujuan untuk mencari keuntungan. Sekarang ini juga telah berkembang macam-macam bentuk perusahaan. Di dalam peraturan perundang-undangan kita, mengenal bentuk badan usaha yang dapat dibentuk, ada Firma, CV (Persekutuan Komanditer), Koperasi, Yayasan, dan yang paling banyak diminati adalah Perseroan Terbatas (PT). Masing-masing bentuk usaha ini memiliki ciri-ciri, kelemahan dan kelebihannya tersendiri. Didalam menjalankan usahanya, perusahaan membutuhkan modal, baik berupa uang ataupun berupa

Upload: putragie225

Post on 19-Jan-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ada

TRANSCRIPT

Page 1: dada-kepailitanc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang

Maha Esa dan diperoleh melalui perjuangan yang sangat panjang. Oleh karena itu,

hasil dari perjuangan tersebut harus dipertahankan untuk memberikan kesempatan

kepada bangsa Indonesia mewujudkan kesejahteraan yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

Sejalan dengan perkembangan pembangunan nasional, pembangunan dunia

usaha di Indonesia turut pula berkembang dengan pesat. Hal ini dapat dilihat

dengan munculnya banyak pengusaha, baik yang bertindak secara pribadi maupun

secara bersama-sama mendirikan perusahaan dengan tujuan untuk mencari

keuntungan. Sekarang ini juga telah berkembang macam-macam bentuk

perusahaan. Di dalam peraturan perundang-undangan kita, mengenal bentuk

badan usaha yang dapat dibentuk, ada Firma, CV (Persekutuan Komanditer),

Koperasi, Yayasan, dan yang paling banyak diminati adalah Perseroan Terbatas

(PT). Masing-masing bentuk usaha ini memiliki ciri-ciri, kelemahan dan

kelebihannya tersendiri.

Didalam menjalankan usahanya, perusahaan membutuhkan modal, baik

berupa uang ataupun berupa barang-barang. Khusus untuk jenis badan usaha

berbentuk Perseroan Terbatas memiliki kekurangan yaitu membutuhkan modal

yang tidak sedikit, hal ini telah diatur di dalam Pasal 32 Undang-undang No 40

Tahun 2007 yang menyatakan bahwa modal dasar Perseroan paling sedikit

sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Semakin besar usaha yang

akan dijalankan maka semakin besar pula modal yang dibutuhkan. Di dalam

menjalankan usaha, satu hal yang pasti perusahaan akan memperoleh keuntungan

atau kerugian. Jika perusahaan itu memperoleh keuntungan, tentu saja perusahaan

itu akan terus berkembang dan bahkan bisa menjadi perusahaan raksasa. Pada saat

sekarang ini yang sedang menjadi trend bagi perusahaan-perusahaan yang sudah

besar adalah dengan membentuk suatu perusahaan grup/kelompok.

Page 2: dada-kepailitanc

Hubungan-hubungan yang ada diantara perusahaan anggota perusahaan grup dapat diartikan sebagai hubungan antara badan-badan hukum yang ada di dalam suatu grup tersebut, yaitu badan hukum dengan bentuk Perseroan Terbatas. Hubungan itu dapat terjadi antara lain karena adanya keterkaitan kepemilikan yang banyak atau sedikit. Mempunyai keterikatan yang erat baik satu sama lain, dalam kebijakan menjalankan usaha maupun dalam hal pengaturan keuangan dan hubungan organisasi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perusahaan yang berada di bawah satu pimpinan sentral atau pengurusan bersama dikelola dengan gaya dan pola yang sama.1

Keadaan suatu perusahaan tidaklah selalu berjalan dengan baik dan

terkadang mengalami kesulitan di bidang keuangan sehingga perusahaan tersebut

tidak lagi mampu membayar semua utang-utangnya. Untuk mempertahankan

usahanya tersebut perusahaan dapat melakukan peminjaman uang yang

dibutuhkan kepada pihak lain. dalam keidupan memang tersedia sumber-sumber

dana yang tersedia bagi seseorang atau badan hukum yang ingin memperoleh

pinjaman, dari sumber-sumber dana itulah kekurangan dana dapat diperoleh.

Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) tidak memberikan

definisi mengenai Debitur dan Kreditur. Begitu juga Undang-Undang Kepailitan

tahun 1998 juga tidak memberikan definisi terhadap istilah debitur dan kreditur.

Barulah pada Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yang menggantikan undang-undang

tahun 1998, diberikan definisi yang jelas mengenai debitur dan kreditur. Pasal 1

angka 2menyebutkan, “kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena

perjanjian atau Undang- Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan”.

Sedangkan Pasal 1 angka 3 menyebutkan, “debitur adalah orang yang mempunyai

utang karena perjanjian atau Undang-Undang yang pelunasannya dapat ditagih di

muka pengadilan”.

Pemberian pinjaman oleh kreditor kepada debitur didasarkan pada asumsi

bahwa kreditur percaya bahwa debitur dapat mengembalikan utangya tepat pada

waktunya. Namun debitur terkadang juga tidak melakukan pinjaman kepada satu

kreditur saja, bisa terdapat satu atau lebih kreditur karena debitur membutuhkan

jumlah dana yang lumayan besar. Pelunasan utang oleh debitur kepada kreditur

1 ? Emmy Simanjuntak, Seri Hukum Dagang; Perusahaan Kelompok (group company.concern), Universitas Gajah Mada, Jogjakarta, 1997, hal.5

Page 3: dada-kepailitanc

tidak selalu dapat berjalan dengan lancar adakalanya debitur tidak membayar

utangnya kepada kreditur walaupun telah jatuh tempo. Debitur yang tidak mampu

melunasi utangnya, maka harta kekayaan debitur yang bergerak maupun yang

tidak bergerak dan baik yang telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari

menjadi jaminan atas utangnya. Hal ini diatur dalam Pasal 131 KUHPerdata,

dengan kata lain Pasa l131 tersebut tidak hanya menentukan bahwa harta

kekayaan debitur demi hukum menjadi agunan bagi kewajiban membayar

utangnya kepada kreditur yang mengutanginya, tetapi juga menjadi agunan bagi

semua kewajiban lain yang timbul karena perikatan-perikatan lain, baik perikatan

lain timbul karena undang-undang maupun karena perjanjian selain perjanjian

kredit atau perjanjian pinjam-meminjam uang.

Ketentuan Pasal 1132 KUHPerdata mengisyaratkan bahwa setiap kreditur

memiliki kedudukan yang sama terhadap kreditur yang lainnya, kecuali

ditentukan lain oleh undang-undang karena memiliki alasan-alasan yang sah untuk

didahulukan daripada kreditur-kreditur lainnya. Kedua pasal tersebut diatas

merupakan jaminan bagi kreditur untuk mendapatkan pelunasan bagi semua

piutangnya, tapi untuk melaksanakan pembayaran utang oleh debitur kepada

kreditur. Karena tidak dapat membayar utang-utangnya maka kemudian

perusahaan tersebut dapat dikatakan mengalami kepailitan.

Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang

pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan

Hakim Pengawan sebagaimana diatur oleh Undang-Undang ini (Pasal 1 angka 1

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang). Seseorang debitur baru dapat dikatakan dan

diajukan kepailitannya apabila ia mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak

dapat membayar lunas sedikitnya satu utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat

ditagih dan dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas

permohonannya sendiri ataupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya.

Setiap perusahaan bisa saja menjadi pailit, begitu juga terhadap suatu grup

perusahaan. Walaupun bisa dikatakan suatu grup perusahaan sudah merupakan

perusahaan yang besar dan berkembang sangat pesat tidak menutup kemungkinan

Page 4: dada-kepailitanc

salah satu perusahaan yang ada di dalam grup perusahaan tersebut dapat

mengalami kepailitan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggung jawab induk perusahaan terhadap kreditur dari

anak perusahaan?

2. Bagaimana dampak kepailitan induk perusahaan terhadap anak

perusahaan di dalam satu grup perusahaan?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Mengacu kepada judul dan permasalahan dalam makalah ini, maka dapat

dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dari penulisan makalah ini

adalah:

1. Untuk mengetahui tanggung jawab induk perusahaan terhadap kreditur

dari anak perusahaan.

2. Untuk mengetahui dampak kepailitan induk perusahaan terhadap anak

perusahaan didalam satu grup perusahaan.

Page 5: dada-kepailitanc

BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN UMUM

1. Kepailitan

Seperti yang telah dibahas diatas, bahwa pada Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang yang menggantikan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1998, memberikan definisi yang jelas mengenai kepailitan. Ada beberapa

ahli yang menyamakan istilah “pailit” dengan istilah “bangkrut”. Secara

ekonomis, seseorang atau suatu perusahaan dikatakan bangkrut jika

keadaan dalam neraca menunjukkan bahwa posisi pasivanya lebih rendah

atau tidak sebanding daripada posisi aktivanya. Dengan kata lain rugi,

sehingga ada beberapa pendapat yang tidak setuju jika istilah “pailit” itu

disamakan dengan istilah “bangkrut”.

Istilah “bangkrut” adalah istilah yang tidak resmi digunakan di luar

undang-undang. Bangkrut juga harus diartikan bahwa debitur berada

dalam keadaan berhenti membayar, tidak peduli karena ia tidak mampu

atau tidak mau. Bangkrut tidak selalu harus ditunjukkan oleh keadaan

perusahaan yang merugi. Memang bisa terjadi perusahaan terus rugi,

kemudian ia tidak mampu membayar utang-utangnya. Pada keadaan

seperti ini belum tentu ia bangkrut, ia baru dapat dikatakan bangkrut jika

memang sudah diputus demikian oleh Hakim.2

Dari definisi tersebut, menurut Undang-Undang Kepailitan,

seorang kreditur dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada

Pengadilan Niaga. Dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) dapat disimpulkan

bahwa permohonan pernyataan pailit hanya dapat dilakukan apabila

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. debitur paling sedikit mempunyai dua kreditur atau lebih

dengan kata lain harus memiliki lebih dari satu kreditur;

2 ? Prof. Dr. Nindyo Parmono, S.H., M.S., Hukum Kepailitan, hal. 16

Page 6: dada-kepailitanc

2. debitur paling sedikit tidak dapat membayar satu utangnya

kepada kreditur; dan

3. utang yang tidak dibayar itu telah jatuh tempo dan telah dapat

ditagih.

Dari syarat permohonan pernyataan pailit itu salah satunya

disebutkan bahwa debitur tidak dapat membayar utangnya kepada

kreditur. Apakah yang menjadi tolak ukur atau norma pada keadaan

“tidak dapat membayar” itu? Untuk pernyataan kepailitan ada pedoman

yang telah disepakati, yaitu tidak perlu ditunjukkan bahwa debitur tidak

mampu untuk membayar utangnya dan tidak peduli apakah berhenti

membayar itu sebagai akibat dari tidak dapat atau tidak mau membayar.

Melainkan bahwa debitur pada waktu diajukan permohonan pernyataan

pailit berada dalam keadaan tidak membayar utang-utangnya.3

Walaupun bagi pengusaha, pernyataan pailit terhadap

perusahaannya menjadi suatu pengrusakan nama baik terhadap

perusahaannya namun bukan berarti adanya pernyataan pailit ini tidak

memiliki tujuan. Adapun tujuan dari pailit ini adalah:

1. untuk mendapatkan penyitaan umum atas kekayaan si debitur

pailit, yaitu segala harta kekayaan debitur disita dan dibekukan

untuk kepentingan semua krediturnya;

2. untuk menghindarkan kreditur pada waktu yang bersamaan

meminta pembayaran kembali piutangnya kepada sei debitur;

3. menghindari adanya kreditur yang ingin mendapatkan Hak

Istimewa yang menuntut hak-haknya dengan cara menjual

sendiri barang miliki debitur, tanpa memperhatikan

kepentingan kreditur lainnya;

4. menghindarkan kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh

debitur itu sendiri, misalnya debitur melarikan atau

menghilangkan semua harta kekayaannya dengan maksud

melepaskan semua tanggung jawabnya kepada kreditur, debitur

3 ? Ibid, hal. 12

Page 7: dada-kepailitanc

menyembunyikan harta kekayaannya, sehingga para kreditur

tidak akan mendapatkan apa-apa.

Pengajuan permohonan pailit ini dapat diajukan baik oleh debitur

itu sendiri maupun oleh satu atau lebih krediturnya. Selain itu juga dapat

diajukan oleh Kejaksaan, Bank Indonesia (debiturnya adalah bank-bank),

Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) jika debiturnya adalah bursa

efek, Menteri Keuangan (debiturnya adalah perusahaan asuransi dan

perusahaan re-asuransi), BUMN (debiturnya adalah perusahaan BUMN

seperti Telkom, PLN). Dari sini dapat kita simpulkan bahwa yang dapat

dipailitkan adalah:

1. Orang perorangan. Baik pria maupun wanita, menikah atau

belum menikah. Jika pemohon adalah debitur yang telah

menikah, maka permohonana hanya dapat diajukan atas

persetujuan suami/istrinya, kecuali ada perjanjian tidak ada

pencampuran harta.

2. Perserikatan atau perkumpulan yang tidak berbadan hukum.

Jika pemohon berbentuk Firma maka harus dicantumkan nama

dan tempat kediaman masing-masing Persero yang secara

tanggung renteng terikat untuk seluruh utang Firma.

3. Perseroan, perkumpulan, yayasan dan koperasi yang berbadan

hukum.

4. Harta warisan.

2. Induk perusahaan (Holding Company)

Perusahaan grup merupakan suatu fenomena di bidang hukum perusahaan yang tumbuh sebagai reaksi terhadap kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi ekonomis dalam kegiatan usaha. Hal ini selanjutnya diperlukan manakala sebuah kelompok perusahaan bergerak dalam berbagai bidang bisnis yang tidak saling terkait (unrelated) suatu usaha yang dalam praktek lebihg dikenal dengan konglomerasi.4

4 ? HMU Fattowi Assari, Peningkatan Kinerja BUMD Melalui Pengembangan Holding Company, Tesis Fakultas Sosial Politik Program S2 Universitas Indonesia, Jakarta, 2000, hal. 54

Page 8: dada-kepailitanc

Istilah konglomerat dapat disebutkan untuk grup-grup usaha

perusahaan besar seperti: Grup Bakrie, Grup Astra dan lain-lain, dimana

bisnis perusahaan tersebut dilakukan ekspansi secara vertikal, horizontal

maupun campuran keduanya.

Kerjasama diantara perusahaan-perusahaan yang dikenal dengan nama consern atau group company atau perusahaan grup, secara umum dapat diberi pengertian sebagai susunan dari perusahaan-persusahaan yang secara yuridis tetap mandiri dan yang satu dengan yang lain tetap merupakan satu kesatuan ekonomi yang dipimpin oleh satu induk perusahaan.5

Di dalam undang-undang tidak diatur secara khusus tentang

perusahaan kelompok. Dari istilah kelompok bisa diartikan bahwa

didalamnya terdapat beberapa anggota di dalam kelompok. Bila di

KUHPerdata diatur mengenai persekutuan perdata yang anggotanya

terdiri dari orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama untuk

memperoleh keuntungan dengan kewajiban masing-masing memasukkan

sesuatu, baik berupa modal, uang, barang, tenaga atau keahlian yang

kesemuanya itu dimaksudkan untuk tujuan memperoleh keuntungan.

Demikian pula dengan kata kelompok dapat digambarkan bahwa dalam

perusahaan kelompok terdapat beberapa anggota yaitu beberapa

perusahaan yang juga mempunyai tujuan yang sama untuk memajukan

perusahaannya.

Suatu holding company adalah suatu perusahaan yang tujuan

utamanya adalah memiliki saham perusahaan lain (Joel G Siegel et al,

1996: 947). Holding adalah perusahaan penyertaan modal/penyertaan

saham. Demikian definisi Pasal 1 ayat 11 Keputusan Menteri Negara

Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 38/SK/1999,

6 Oktober 1999. Dari definisi yang tersebut diatas, maka dapat

disimpulkan beberapa unsur penting yang harus ada di dalam konsern,

yaitu:

ada kesatuan dari sudut ekonomi

ada jumlah jamak secara yuridis

5 ? Rita Diah Widyawati, Tanggung Jawab Induk Perusahaan Terhadap Perikatan yang Dilakukan oleh Anak Perusahaan, 2009, hal. 77

Page 9: dada-kepailitanc

Pada umumnya, holding company lazim diadakan dengan tujuan

agar dapat diselenggarakan penguasaan ekonomis dalam skala yang lebih

besar, menghilangkan kompetisi atau untuk menjamin stabilitas

penyediaan bahan yang berkesinambungan/terus menerus (Rudhi

Prasetya, 2001:60). Untuk dapat melakukan pengendalian atas suatu

usaha (business), holding company dapat membeli secara langsung dari

pasar atau melakukan suatu tender offer.

Alasan perseroan menjadi holding company karena terjadinya

penurunan terhadap usaha utamanya dan kemudian memutuskan untuk

melikuidasi aset-asetnya dan menggunakan dana hasil likuidasi aset

tersebut untuk berinvestasi di perusahaan yang sedang bertumbuh

kembang (Joel G Siegel et al, 1996: 947).

Perusahaan berbentuk holding company dapat memetik berbagai

keuntungan. Jika ditilik dari sisi finansial, keuntungan yang dapat dipetik

adalah kemampuan mengevaluasi dan memilih portofolio bisnis terbaik

demi efektivitas modal yang ditanamkan, optimalisasi sumber daya yang

dimiliki, serta manajemen dan perencanaan pajak yang lebih baik.

Jika dilihat dari sisi nonfinansial terdapat sederet manfaat. Bentuk

holding company memungkinkan perusahaan membangun,

mengendalikan, mengelola, mengonsolidasikan, dan mengoordinasikan

aktivitas dalam sebuah lingkungan multibisnis.

Ini juga menjamin, mendorong dan memfasilitasi perusahaan

induk, anak perusahaan dan afiliasinya guna peningkatan kinerja. Yang

tidak kalah pentingnya adalah membangun sinergi diantara perusahaan

yang tergabung dalam holding company serta memberikan support demi

tercapainya efisiensi. Dari sisi kepemimpinan juga terjadi

institusionalisasi kepemimpinan individual ke dalam sistem.

Joel G Siegel et al juga memaparkan bahwa seperti halnya bentuk

restrukturisasi korporasi lainnya, pembentukan suatu holding company

juga berdampak positif dan negatif (Joel G Siegel et al, 1996:947):

Page 10: dada-kepailitanc

Dengan holding company akan memberikan keuntungan; pertama,

memberikan suatu proteksi terhadap resiko yaitu dalam hal terjadi suatu

wanprestasi pada salah satu perusahaan.

Kedua, kemampuan mendapatkan sejumlah aset penting dengan

investasi yang kecil, kemampuan yang mana tidak akan diperoleh dengan

melakukan merger. Ketiga, akan mempermudah mendapatkan

pengendalian dari perusahaan lain.

Namun disamping keuntungan tersebut di atas, pembentukan

holding company juga akan membawa sisi kerugian; pertama, ongkosnya

mahal dibandingkan hanya dengan menatausaha/mengelola. Kedua, akan

mengakibatkan tambahan utang karena dengan akuisisi tersebut

(pembentukan holding company) dapat memperbesar beragamnya

pendapatan perseroan yang akan merupakan potensi dari risiko holding

company. Ketiga, akan terjadi multiple tax karena penghasilan yang

diterima holding company berupa uang tunai.

Tatanan perusahaan grup semakin banyak terjadi, umumnya yang

menjalankan pengendalian operasional dilakukan oleh induk perusahaan

yang sekaligus menjalankan kegiatan usaha sendiri. “Di Indonesia

pengendalian sentral masih cenderung dipengaruhi dan berada pada figur

pribadi pemegang saham (owner)”.6

Perusahaan kelompok dapat terjadi melalui penggabungan,

peleburan, dan pengambilalihan perseroan. Pengertian penggabungan

(merger), peleburan (konsolidasi), dan pengambilalihan (akuisisi) diatur

dalam Pasal 122 sampai dengan Pasal 134 Undang-Undang Perseroan

Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.

Berdasarkan ketentuan di dalam Pasal 122 ayat (1) Undang-

Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, penggabungan

adalah perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri dan

berkahir karena hukum, yang berarti bahwa perusahaan yang

menggabungkan diri beralih pada perusahaan yang menerima

penggabungan atau bisa dikatakan perseroan sebagai hasil dari

6 ? Rudi Prasetya. 2001. Hal. 64

Page 11: dada-kepailitanc

penggabungan (merger). Dalam merger kerja sama antar perusahaan

yang bergabung itu mencakup kegiatan yang bersifat penuh dan

kemandirian pihak-pihak yang melakukan merger sudah tidak ada lagi.

Akuisisi adalah pengambilalihan suatu perseroan oleh perseroan

lain, ditentukan dalam Pasal 125 ayat (1) Undang-Undang Perseroan

Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. Pengambilalihan dapat dilakukan oleh

badan hukum atau orang perorangan. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal

125 ayat (3) Undang-Undang Perseroan Terbatas, pengambilalihan dapat

dilakukan dengan pengambilalihan saham yang mengakibatkan

beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.

Persyaratan untuk melakukan penggabungan, peleburan dan

pengambilalihan ternyata tidak mudah. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal

127 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas yang menentukan

RUPS mengenai penggabungan, peleburan dan pengambilalihan

perseroan sah apabila diambil sesuai dengan ketentuan Pasal 87 ayat (1)

dan Pasal 89.

Hubungan-hubungan konsern biasanya diartikan hubungan anara

badan-badan hukum terutama badan hukum yang berbentuk perseroan,

misalnya: Perseroan Terbatas. Hubungan ini ada apabila pimpinan

perusahaan dari dua atau lebih perusahaan diusahakan agar antar sesama

perusahaan itu lebih kurang ada susunan yang erat secara ekonomis,

finansial dan organisatoris.

Dari segi variasi usahanya, perusahaan grup dapat dibagi menjadi

perusahaan grup horizontal, vertikal dan kombinasi. Perusahaan grup

horizontal ada apabila perusahaan-perusahaan yang bergabung

mempunyai bidang usaha yang tidak saling terkait. Perusahaan grup ini

menangani bidang usaha yang beragam. Sedangkan perusahaan grup

vertikal ada apabila perusahaan yang digabungkan saling terkait.

Perusahaan-perusahaan yang bergabung ini saling melanjutkan

perusahaan lainnya. Sedangkan perusahaan grup kombinasi merupakan

gabungan dari keduanya.

Page 12: dada-kepailitanc

Secara a contrario, pengertian holding company (induk

perusahaan) adalah Perseroan Terbatas yang mempunyai hubungan

khusus dengan satu atau lebih anak perusahaan yang terjadi karena:

memiliki lebih dari 50% saham anak perusahaan, menguasai lebih dari

50% suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham anak perusahaan, dan

atau sangat mempengaruhi kontrol atas jalannya anak perusahaan

termasuk dalam hal pengangkatan dan pemberhentian direksi dan

komisaris anak perusahaan.

B. TANGGUNG JAWAB INDUK PERUSAHAAN TERHADAP

KREDITUR DARI ANAK PERUSAHAAN

Sejauh mana hak, kewajiban dan wewenang induk perusahaan terhadap

anak perusahaan sangat bervariasi. Dalam perusahaan grup perusahaan yang

berlaku prinsip desentralisasi, induk perusahaan sangat jauh terlibat langsung

sehingga anak perusahaan hanya menjalankan tugas rutin saja tanpa bisa

menentukan keputusan. Akan tetapi dalam kelompok yang menerapkan prinsip

desentralisasi, anak perusahaan diberi kewenangan yang sangat besar. Ada juga

variasi dimana divisi dapat mempunyai kewenangan yang sangat besar dan induk

perusahaan hanya melakukan fungsi koordinasi saja, melalui pranatanya yang

disebut coordinating board. 7

Hubungan hukum yang timbul antara induk perusahaan dengan anak

perusahaannya merupakan hubungan antara pemegang saham (induk perusahaan)

dengan anak perusahaan. Hubungan hukum tersebut diatur secara jelas dalam

anggaran dasar anak perusahaan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.

Sebagai contoh suatu anak perusahaan untuk dapat melakukan suatu tindakan

hukum tertentu harus mendapat persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham

(termasuk induk perusahaan sebagai pemegang saham mayoritas). Tindakan

tertentu tersebut adalah: melakukan penyertaan pada perusahaan lain, menerima

pinjaman atau memberikan pinjaman pada perusahaan lain, melakukan perjanjian

dengan pihak ketiga. Segala sesuatu tindakan hukum anak perusahaan yang

berhubungan dengan anggaran dasar harus mendapat persetujuan dari induk

7 ? Munir Fuady. Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis. Bandung. 1999. Hal. 14

Page 13: dada-kepailitanc

perusahaan. Oleh karenanya organisasi dan manajemen induk perusahaan diatur

sebagaimana layaknya Perseroan Terbatas biasa yaitu di dalam anggaran dasar

induk perusahaan tersebut. Induk perusahaan melakukan pengawasan terhadap

anak perusahaan sebatas pemegang saham dan sebatas diatur dalam anggaran

dasar anak perusahaan.

Mengenai sejauh mana tanggung jawab induk perusahaan terhadap anak

perusahaannya terutama terhadap utang anak perusahaan kepada pihak ketiga,

pada prinsipnya setiap konsekuensi yuridis atas tindakan perseroan baik atau pun

buruk akan dipikul oleh perseroan tersebut. Namun demikian, undang-undang

mengenal beberapa pengecualian. Walaupun itu tindakan perseroan, dapat terbuka

kemungkinan bukannya perusahaan yang bertanggung jawab, tetapi pihak lainnya.

Misalnya direktur secara pribadi ataupun secara bersama-sama (renteng).

Di dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, jika anak perusahaan

melakukan perbuatan yang mengharuskan bertanggung jawab secara hukum,

induk perusahaan akan ikut bertanggung jawab sejauh tidak menyimpang dari

tugas yang seharusnya dilakukan oleh perusahaannya. Kecuali misalnya direksi

pada anak perusahannya telah bertindak melebihi kekuasaan yang diberikan

kepadanya. Seberapa jauh kekuasaan diberikan kepadanya, dapat dilihat dalam

anggaran dasar perusahaan yang bersangkutan. Biasanya dalam bagian

“Kepengurusan” dan bagian “Tugas dan Wewenang Direksi”. Apabila direktur

bertindak melampaui wewenang yang diberikan kepadanya tersebut, maka

direktur tersebut bertanggung jawab secara pribadi.

Jadi walaupun perusahaan grup merupakan kesatuan ekonomi, namun

secara yuridis perusahaan-perusahaan dalam perusahaan grup masing-masing

merupakan badan hukum, sehingga hak dan kewajiban PT. A tidak otomatis

menjadi hak dan kewajiban PT. B. Dalam hubungan ini, salah satu yang dapat

dipandang sebagai sisi positifnya dari keterikatan perusahaan-perusahaan yang

secara yuridis mandiri di dalam perusahaan adalah bahwa mereka dapat saling

memberikan jaminan dalam pembiayaan.

Begitu pula halnya dengna transaksi-transaksi yang diadakan PT. A dengan

pihak ketiga tidak sekaligus mengikat PT. B yang termasuk dalam perusahaan

kelompok. Hak dan kewajiban satu perseroan secara yuridis tidak dapat sekaligus

Page 14: dada-kepailitanc

menjadi hak dan kewajiban PT-PT lainnya. Dengan kata lain apabila anak

perusahaan mengadakan transaksi dengan kreditur kemudian kewajiban ini tidak

secara otomatis beralih kepada induk atau anak perusahaan lainnya. Dengan

demikian induk perusahaan tidak bertanggung jawab atas pemenuhan kewajiban

anak perusahaan dengan pihak ketiga (kreditur). Akan tetapi apabila anak-anak

perusahaan memperoleh kredit dari kreditur, maka keterikatan secara yuridis dari

induk perusahaan dapat muncul karena ia ikut bertanggung jawab terhadap

pelunasan pinjaman atau utang dari kreditur tersebut karena ia sebagai pemegang

saham.

C. DAMPAK KEPAILITAN INDUK PERUSAHAAN TERHADAP

ANAK PERUSAHAAN DALAM SATU PERUSAHAAN GRUP

Telah disebutkan diatas bahwa tanggung jawab di dalam perusahaan grup

walaupun terdapat induk perusahaan dan anak perusahaan, namun dari masing-

masing tersebut hanyalah Perseroan Terbatas biasa, yang hak dan kewajibannya

masing-masing tidak secara otomatis menjadi hak dan kewajiban perusahaan

lainnya di dalam perusahaan grup tersebut. Induk perusahaan mempunyai

wewenang kepada anak perusahaan hanya sebatas pemegang saham, namun

dalam hal ini sebagai pemegang saham mayoritas sehingga memiliki pengaruh

yang kuat dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

Direktur anak perusahaan dapat bertindak sesuai dengan wewenang yang

diberikan kepadanya seperti yang tercantum di dalam Anggaran Dasar perusahaan

tersebut. Jika ia bertindak melampaui wewenang yang diberikan kepadanya maka

direktur tersebut akan bertanggung jawab secara pribadi.

Jika perusahaan yang bersangkutan jatuh pailit, maka beban tanggung jawab

tidak cukup ditampung oleh harta perusahaan (harta pailit), maak direksi pun ikut

bertanggung jawab secara renteng. Jika anak perusahaan itu ada beberapa

direktur, salah seorang direktur itu menyebabkan kerugian yang menyebabkan

kepailitan pada anak perusahaan tersebut, sejauh itu dilakukan tidak melanggar

anggaran dasar, atau melanggar tugasnya kemungkinan adanya sistem pembuktian

terbalik. Artinya kepada anggota direktur diberi kemungkinan untuk mengelak

dari tanggung jawab renteng jika ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah

Page 15: dada-kepailitanc

(pasal 90 ayat (3) UU PT). Dalam hal ini induk perusahaan tidak ikut bertanggung

jawab.

Namun jika induk perusahaan yang jatuh pailit, maka dapat berdampak

kepada anak perusahaannya. Seperti yang terdapat pada ketentuan Pasal 21

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang yaitu kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitur

pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh

selama kepailitan. Jadi dalam hal ini seluruh harta debitur pailit akan disita oleh

Balai Harta Peninggalan. Namun tidak semua harta debitur pailit ini disita,

terhadap pengecualiannya ini telah diatur dalam Pasal 22 Undang-Undang

Kepailitan.

Karena induk perusahaan sebagai pemegang saham mayoritas di masing-

masing anak perusahaannya, yang mana itu berarti bahwa induk perusahaan itu

juga mendapatkan deviden dari keuntungan yang diperoleh anak perusahaannya,

maka deviden itu juga berarti menjadi harta dari induk perusahaan itu. Namun

bagi anak perusahaan kepailitan yang dialami oleh induk perusahaan pasti akan

memiliki dampak yang sangat besar. Kegiatan anak perusahaan akan menjadi

terhambat, karena induk perusahaan itu sudah tidak memiliki sebanyak ketika

belum mengalami kepailitan, anak perusahaan harus bisa menjadi lebih mandiri

dalam mengurus perusahaannya.

Page 16: dada-kepailitanc

BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

yaitu:

1. Hubungan hukum yang terjadi antara induk perusahaan dengan anak

perusahaan adalah induk perusahaan sebagai pemegang saham dari anak

perusahaannya sehingga dengan demikian induk perusahaan dapat

mengontrol jalannya perusahaan dengan kepemilikan mayoritas saham.

Pengontrolan induk perusahaan dilakukan dengan memberikan pembatasan-

pembatasan yang tertuang dalam anggaran dasar dari anak perusahaan,

seperti: anak perusahaan untuk dapat melakukan perjanjian dengan pihak

ketiga untuk mendapatkan kredit, memberikan pinjaman pada perusahaan

lainnya dan perbuatan hukum lainnya harus mendapat persetujuan dari induk

perusahaan.

2. Dengan adanya hubungan hukum tersebut bentuk tanggung jawab induk

perusahaan adalah tanggung jawab materiil, yaitu sebesar jumlah saham yang

dimiliki induk perusahaan terhadap anak perusahaan, dan tanggung jawab

moriil, yaitu beban nama baik yang dimiliki perusahaan induk dalam

lingkungan bisnis.

3. Dalam hal induk perusahaan jatuh pailit, anak perusahaan tetap mendapat

pengawasan dari induk perusahaan namun karena kekayaan induk perusahaan

banyak yang disita maka jalannya anak perusahaan itu menjadi sedikit

terhambat.