gadar trauma dada

32
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Dewasa ini banyak kejadian gawat darurat yang ditemukan. Hal ini disebabkan karena aktifitas manusia semakin beragam dan kompleks. Selain itu karena alat transfortasi atau kendaraan pribadi semakin berekembang pesat yang membuat jalanan semakin padat dan beresiko. Salah satu kasus gawat darurat yang ditemukan adalah trauma dada. Trauma dada adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. Pasien dengan cedera daerah dada seringkali berada dalam kondisi kritis dan memerlukan diagnosis yang cepat dan terapi yang adekuat. Torakotomi darurat dilakukan hanya pada 10% kasus dari trauma toraks yang besar. Sekitar 90% lainnya memerlukan tindakan resusitasi yang dapat dipenuhi oleh unit gawat darurat 1

Upload: fauzul-azmi

Post on 16-Nov-2015

557 views

Category:

Documents


91 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Dewasa ini banyak kejadian gawat darurat yang ditemukan. Hal ini disebabkan karena aktifitas manusia semakin beragam dan kompleks. Selain itu karena alat transfortasi atau kendaraan pribadi semakin berekembang pesat yang membuat jalanan semakin padat dan beresiko.

Salah satu kasus gawat darurat yang ditemukan adalah trauma dada. Trauma dada adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. Pasien dengan cedera daerah dada seringkali berada dalam kondisi kritis dan memerlukan diagnosis yang cepat dan terapi yang adekuat. Torakotomi darurat dilakukan hanya pada 10% kasus dari trauma toraks yang besar. Sekitar 90% lainnya memerlukan tindakan resusitasi yang dapat dipenuhi oleh unit gawat darurat (UGD) yang perlengkapannya baik, disertai dengan perawatan pasien yang tepat. Untuk lebih jelasnya di makalah iniakan dibahas muliai dari pengertian sampai konsep asuhan keerawatannya.II. Rumusan MasalahApa pengertian dan etiologi trauma dada, anatomi dari dada atau thorak, bagaimana patofisiologi klasifikasi, penatalaksaan serta konsep asuhan keperawatan pada trauma dada.III. Tujuan Untuk mengetahui Apa pengertian dan etiologi trauma dada, anatomi dari dada atau thorak, bagaimana patofisiologi klasifikasi, penatalaksaan serta konsep asuhan keperawatan pada trauma dada.

BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian Trauma dada adalah trauma tajam atau tumpul thorax yang dapat menyebabkan tamponade jantung, pneumothorax, hematothorax, dan sebagainya (FKUI, 1995).

Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Suzanne & Smetzler, 2001).

Jadi trauma dada adalah cidera pada dada baik tumpul maupun tajam yang menyebabkan gangguan pada system pernafasan atau kondisi patologis lainnya pat organ-organ yang ada pada dada.

B. ANATOMI THORAK1. Anatomi Rongga ThoraksKerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, dibatasi oleh :a. Depan : Sternum dan tulang iga.

b. Belakang : 12 ruas tulang belakang (diskus intervertebralis).

c. Samping : Iga-iga beserta otot-otot intercostal.

d. Bawah : Diafragma

e. Atas : Dasar leher.

2. Isi a. Sebelah kanan dan kiri rongga toraks terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungkus pleuranya.

b. Mediatinum : ruang di dalam rongga dada antara kedua paru-paru. Isinya meliputi jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar, oesophagus, aorta desendens, duktus torasika dan vena kava superior, saraf vagus dan frenikus serta sejumlah besar kelenjar limfe (Pearce, E.C., 1995).C. ETIOLOGI 1. Trauma tembus a) Luka Tembak b) Luka Tikam / Tusuk 2. Trauma tumpul a) Kecelakaan kendaraan bermotor

b) Jatuh

c) Pukulan pada dada D. PatofisiologiTrauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentuk kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya menyebabkan memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum, trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio paru. Keadaan ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade pada jantung, atau tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru.

Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan Flail Chest, yaitu suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan hipoksia yang serius.

Sedangkan trauma dada / thorax dengan benda tajam seringkali berdampak lenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Benda tajam dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan merobek pembuluh darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisi tusukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada (Hemothorax), dan jika berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan tekanan didalam rongga baik rongga thorax maupun rongga pleura jika tertembus. Kemudian dampak negatif akan terus meningkat secara progresif dalam waktu yang relatif singkat seperti Pneumothorax, penurunan ekspansi paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal nafas dan jantung. E. KlasifikasiTrauma dada diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Trauma Tajam a) Pneumothoraks terbuka : luka tembus yang jelas disertai dengan aliran udara ke dalam defek dinding dada tersebut.b) Hemothoraks : akumulasi darah dalam ruang pleura.seringkali timbul pada trauma dada yang hebat dan sering, tetapi tidak selalu disertai dengan pneumotorak.

c) Trauma tracheobronkial : biasanya terjadi pneumomediastinum atau pneumotorak. Rupture jalan nafas dapat menyebabkan penyaluran udara ke paryu yang inadekuat.d) Contusio Paru : dapat timbul dalam 72 jam pertama dan dikarakteristikkan dengan dyspnea, penurunan PO2 arterial, ronki, dan infiltrate yang terlihat pada rontgen foto.

e) Ruptur diafragma : perubahan fisiologis pernafasan sebagian besare menyeruai apa yang didapatkan pada neumotorak. Dapat terjadi herniasi dari isi abdomen dengan keluhan dyspnea dan nyeri dada kiri, yang dapat menjalar ke bahu.f) Trauma Mediastinal

2. Trauma Tumpul a) Tension pneumothoraks : Adanya udara didalam cavum pleura mengakibatkan tension pneumothorak. Apabila ada mekanisme ventil karena lubang pada paru maka udara akan semakin banyak pada sisi rongga pleura, sehingga mengakibatkan : Paru sebelahnya akan terekan dengan akibat sesak yang berat Mediastinum akan terdorong dengan akibat timbul syok Pada perkusi terdengar hipersonor pada daerah yang cedera, sedangkan

Pada auskultasi bunyi vesikuler menurun. b) Trauma tracheobronchial : biasanya terjadi pneumomediastinum atau pneumotorak. Rupture jalan nafas dapat menyebabkan penyaluran udara ke paryu yang inadekuat.c) Flail Chest : Tulang iga patah pada 2 tempat pada lebih dari 2 iga sehingga ada satu segmen dinding dada yang tidak ikut pada pernafasan. Pada ekspirasi segmen akan menonjol keluar, pada inspirasi justru masuk kedalam yang dikenal dengan pernafasan paradoksal.d) Ruptur diafragma : perubahan fisiologis pernafasan sebagian besar menyerupai apa yang didapatkan pada pneumotorak. Dapat terjadi herniasi dari isi abdomen dengan keluhan dyspnea dan nyeri dada kiri, yang dapat menjalar ke bahu.e) Trauma mediastinal f) Fraktur kostaF. Manifestasi Klinis

Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.

1. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.

2. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.

3. Dyspnea, takipnea

4. Takikardi

5. Tekanan darah menurun.

6. Gelisah dan agitasi

7. Kemungkinan cyanosis.

8. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.

9. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.

10. Ada jejas pada thorak

11. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher

12. Bunyi muffle pada jantung

13. Perfusi jaringan tidak adekuat

14. Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan pernapasan ) dapat terjadi dini pada tamponade jantung.G. KOMPLIKASI1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.

2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.

3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep jantung.

4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.

5. Esofagus : mediastinitis.

6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson, 1990).H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Radiologi : foto thorax (AP).

2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.

3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.

4. Hemoglobin : mungkin menurun.

5. Pa Co2 kadang-kadang menurun.

6. Pa O2 normal / menurun.

7. Saturasi O2 menurun (biasanya).

8. Oraksentesis : menyatakan darah/cairanI. Penatalaksanaan1. Gawat Darurat / Pertolongan PertamaPenanganan yang diberikan harus sistematis sesuai dengan keadaan masing-masing klien secara spesifik. Bantuan oksigenisasi penting dilakukan untuk mempertahankan saturasi oksigen klien. Jika ditemui dengan kondisi kesadaran yang mengalami penurunan / tidak sadar maka tindakan tanggap darurat yang dapat dilakukan yaitu dengan memperhatikan :

a) Pemeriksaan dan Pembebasan Jalan Napas (Air-Way)

Klien dengan trauma dada seringkali mengalami permasalahan pada jalan napas. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada mulut korban.

Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Jaw Thrust Manuver).

b) Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Usaha Napas (Breathing)

Kondisi pernapasan dapat diperiksa dengan melakukan tekhnik melihat gerakan dinding dada, mendengar suara napas, dan merasakan hembusan napas klien (Look, Listen, and Feel), biasanya tekhnik ini dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu. Bantuan napas diberikan sesuai dengan indikasi yang ditemui dari hasil pemeriksaan dan dengan menggunakan metode serta fasilitas yang sesuai dengan kondisi klien.

c) Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Siskulasi (Circulation)

Pemeriksaan sirkulasi mencakup kondisi denyut nadi, bunyi jantung, tekanan darah, vaskularisasi perifer, serta kondisi perdarahan. Klien dengan trauma dada kadang mengalami kondisi perdarahan aktif, baik yang diakibatkan oleh luka tembus akibat trauma benda tajam maupun yang diakibatkan oleh kondisi fraktur tulang terbuka dan tertutup yang mengenai / melukai pembuluh darah atau organ (multiple). Tindakan menghentikan perdarahan diberikan dengan metode yang sesuai mulai dari penekanan hingga penjahitan luka, pembuluh darah, hingga prosedur operatif.

Jika diperlukan pemberian RJP (Resusitasi Jantung Paru) pada penderita trauma dada, maka tindakan harus diberikan dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan atau meminimalisir kompilkasi dari RJP seperti fraktur tulang kosta dan sebagainya.

d) Tindakan Kolaboratif

Pemberian tindakan kolaboratif biasanya dilakukan dengan jenis dan waktu yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien yang mengalami trauma dada. Adapun tindakan yang biasa diberikan yaitu ; pemberian terapi obat emergensi, resusitasi cairan dan elektrolit, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah Vena dan AGD, hingga tindakan operatif yang bersifat darurat.2. Konservatif Pemberian Analgetik Pemasangan Plak / Plester

Jika Perlu Antibiotika

Fisiotherapy

3. Invasif / Operatif WSD (Water Seal Drainage)

VentilatorJ. Konsep Asuhan Keerawatan Gawat Darurat pada Trauma Dada1. PengkajianPengkajian pasien dengan trauma thoraks (Doenges, 2000) meliputi :

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

b. SirkulasiTanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah, tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ.

c. Integritas egoTanda : ketakutan atau gelisah.

d. Makanan dan cairanTanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.

e. Nyeri/ketidaknyamananGejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen.Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.

f. PernapasanGejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.

g. KeamananGeajala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.

h. Penyuluhan/pembelajaranGejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsy paru.2. Diagnosa dan intervensi Keperawatana. Dx I: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma. Tujuan : Pola pernapasan efektif. Kriteria hasil :

b. Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.

c. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.

d. Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab

Intervensi :

1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

2. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.

3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

6. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 2 jam :a) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.

b) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan.R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural.

c) Observasi gelembung udara botol penempung.R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun seiring dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.

d) Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi dranase bela perlu.R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah tekanan negative yang diinginkan.

e) Catat karakter/jumlah drainage selang dada.R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang memerlukan upaya intervensi.

7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam Pemberian antibiotika, Pemberian analgetika, Fisioterapi dada serta Konsul photo toraks.R/ Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

b. Dx II : Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.Tujuan : Jalan napas lancar/normal Kriteria hasil :

Menunjukkan batuk yang efektif.

Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. Pernapasan

Klien nyaman. Intervensi :1) Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

2) Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.a) Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

b) Lakukan pernapasan diafragma.R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.

c) Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.

d) Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.

R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.

3) Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.

4) Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.

5) Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.

6) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

a) Pemberian expectoran.b) Pemberian antibiotika.c) Fisioterapi dada.d) Konsul photo toraks.R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.c. Dx III : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder. Tujuan : Nyeri berkurang/hilang. Kriteria hasil :- Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.- Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/ menurunkan nyeri.- Pasien tidak gelisah.

Intervensi :

1) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

2) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.

3) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.

4) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.

5) Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

6) Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik.R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.

7) Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.BAB IIIPENUTUPI. Kesimpulan

Jadi trauma dada adalah cidera pada dada baik tumpul maupun tajam yang menyebabkan gangguan pada system pernafasan atau kondisi patologis lainnya pada organ-organ yang ada pada dada. Thorak terdiri dari tulang rawan dan tulang keras yaitu bagian dari tulang iga dan sternum yang melindungi oragn-organ di dalamnya seperti paru-paru dan jantung. Trauma dada disebabkan oleh trauma tumpul dan tajam denga patofisiologi Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentuk kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya menyebabkan memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum, trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio paru. Penatalaksanaan yang tepat mulai dari pertolongan pertama hingga operasi. Pada ruang rawat inap pada kondisi-kondisi yang memerlukan perawatan yang intensif dilakukan asuhan keperawatan yang tepat mulai dari pengkajian hingga evaluasi. II. SaranSetelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat mengaplikasikannya ada saat praktik dan bekerja.DAFTAR PUSTAKAKathleen S. Oman dkk.2008.Panduan Belajar Keperawatan Emergensi: Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC Michael Eliastam dkk.1998. Penuntuk Kedaruratan Medis : Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Healthy Entusiast.2012.Trauma Dada.07 Oktober 2014.10:30 WITA. Http//www.blog.trauma-dada.htmlIkrima Rahmasari.2012.TraumaThorak.07 Oktober 2014.11:00 WITA. Http//www.blog.trauma-thorax.html20