documentd5

3
glukosasetelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjaluntuk zat ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresisosmotik yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakinbesar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Selain itupasien juga mengeluh lelah dan mengantuk (Price and Wilson, 2005). Pada diabetes tipe I, pasien dapat menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis,serta dapat meninggal jika tidak mendapatkan pengobatan dengan segera. Sedangkanpada diabetes tipe II mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, dandiagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium danmelakukan tes toleransi glukosa. Biasanya pasien tidak mengalami ketoasidosiskarena pasien ini tidak defisiensi insulin secara absolut namun hanya relatif (Priceand Wilson, 2005). 2.2.6. Kriteria Diagnosis Untuk mendiagnosis DM dapat ditentukan dengan adanya gejala klasik DM, yaitu : poliuri, polodipsi, dan polifagi

Upload: rizal-ibeel

Post on 17-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

d5

TRANSCRIPT

glukosasetelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjaluntuk zat ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresisosmotik yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakinbesar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Selain itupasien juga mengeluh lelah dan mengantuk (Price and Wilson, 2005).Pada diabetes tipe I, pasien dapat menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis,serta dapat meninggal jika tidak mendapatkan pengobatan dengan segera. Sedangkanpada diabetes tipe II mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, dandiagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium danmelakukan tes toleransi glukosa. Biasanya pasien tidak mengalami ketoasidosiskarena pasien ini tidak defisiensi insulin secara absolut namun hanya relatif (Priceand Wilson, 2005).2.2.6. Kriteria DiagnosisUntuk mendiagnosis DM dapat ditentukan dengan adanya gejala klasik DM, yaitu : poliuri, polodipsi, dan polifagi ditambah dengan kadar glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dL (11,1 mmol/L) atau gejala klasik DM ditambah dengan glukosa plsma puasa > 126 mg/dL (7,0 mmol/L) atau glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dL (11,1 mmol/L). TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air. (Sudoyo, 2009).Menurut American Heart Association (2012) merubah gaya hidup seperti menurunkan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik dapat menurunkan progresivitas DM tipe II dan mengontrol DM tipe I. Perubahan gaya hidup dapat meminimalkan faktor risiko seperti hipertensi dan dislipidemi.2.2.7. Penatalaksanaan diabetes mellitus Pada penatalaksanaan diabetes mellitus, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah raga. Apabila dalam langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat dikombinasi dengan langkah farmakologis berupa terapi insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).2.2.8. Terapi non farmakologi a. Pengaturan diet Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak. Terapi nutrisi direkomendasikan untuk semua pasien diabetes mellitus, yang terpenting dari semua terapi nutrisi adalah pencapian hasil metabolis yang optimal dan pencegahan serta perawatan komplikasi. Untuk pasien DM tipe 1, perhatian utamanya pada regulasi administrasi insulin dengan diet seimbang untuk mencapai dan memelihara berat