d1215011.docx · web viewpkms bertujuan sebagai asuransi kesehatan kepada seluruh warga masyarakat...
TRANSCRIPT
JURNAL
DIFUSI INOVASI PROGAM BANTUAN KESEHATAN MASYARAKAT
KOTA SURAKARTA
(Studi Deskriptif Kualitatif Difusi Progam Bantuan Kesehatan Masyarakat
Kota Surakarta (BKMKS) di Kota Surakarta)
Oleh:
AYUDHA HARDIAN PRATAMA
D1215011
PRODI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
DIFUSI INOVASI PROGAM BANTUAN KESEHATAN MASYARAKAT
KOTA SURAKARTA
(Studi Deskriptif Kualitatif Difusi Progam Bantuan Kesehatan Masyarakat
Kota Surakarta (BKMKS) di Kota Surakarta)
Ayudha Hardian Pratama
Sutopo JK
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Based on the UUD 1945 article 28H stipulates that health is the basic right of every individual. All citizens are entitled to health services, including the poor. Referring to the data of 2016, there are 140.913 residents of Solo City who have not been registered in the Jaminan Kesehatan National (JKN) through BPJS Health, either independently or through the company. The residents are targeted in the BKMKS program, especially the poor. However, based on data of July 2017, only about 16.004 residents who just register BKMKS program. So the diffusion of BKMKS information has not been maximal since many people have not registered as BKMKS program.
This research uses Rogers (1983) theory about the diffusion of innovation to explain how the diffusion process of BKMKS (Bantuan Kesehatan Masyarakat Kota Kesehatan Surakarta) innovation in Surakarta City. In additiaon, this research is intended to find out the obstacles in the process of diffusion of BKMKS program innovation in Surakarta.
This research uses descriptive qualitative method aims to know the description of the dissemination of BKMKS program message and its obstacles. Researchers conducted in-depth interviews of 7 informants involved and played an important role in the dissemination of BKMKS program messages in Surakarta.
Based on the results of the study, it is concluded that the BKMKS program is a continuous innovation program which has been developed and modified from previous programs. Diffusion of BKMKS program innovation is more effective using group communication channels. The role of opinion leaders such as community leaders is important in the process of diffusion. The obstacles from BKMKS program are semantic obstacles, education level and social system, limited use of mass media.Keywords: innovation diffusion, communication obstacles, BKMKS program
1
Pendahuluan
Produktifitas manusia ditentukan oleh berbagai aspek salah satunya
kesehatan. Pembangunan yang dilakukan pemerintah tidak lepas dari peran
warganya. Oleh karena itu, pemerintah harus menjamin kesejahteraan warga
Indonesia untuk meningkatkan produktifitas pembangunan. Sesuai dengan amanat
UUD 1945 pasal 28H menetapkan bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap
individu.Semua warga Negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
termasuk pula masyarakat miskin. Serta dalam UU No. 23/1992 yang kemudian
diganti dengan UU 36/2009 tentang Kesehatan yang menegaskan bahwa setiap
orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Sebaliknya, setiap warga Negara Indonesia wajib berpartisipasi dalam
progam kesehatan demi menjamin kesejahteraan Indonesia di bidang kesehatan.
Untuk mengatasi permasalahan ekonomi bagi masyarakat yang tidak
mampu, Pemerintah Surakarta meluncurkan progam BKMKS (Bantuan Kesehatan
Masyarakat Kota Surakarta). Sejak pertama kali dibuka pada 3 Januari 2017,
pendaftaran program Bantuan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (BKMKS)
mulai membuahkan hasil signifikan.1 Namun, pihak kelurahan terus berupaya
melakukan sosialisasi melalui berbagai organisasi kemasyarakatan di tingkat
kelurahan. Inovasi akan berjalan dengan efektif dan optimal maka perlu didukung
komunikasi dalam penyebaran informasi yang baik. Komunikasi berperan penting
memberikan informasi yang akurat dan bermanfaat agar inovasi bisa diterima dan
dipahami oleh masyarakat dengan baik sehingga tidak ada kesalahpahaman
mengenai program Bantuan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (BKMKS).
Dengan begitu program BKMKS akan lebih cepat diadopsi oleh masyarakat dan
dapat berjalan secara optimal.
Saat ini progam Bantuan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (BKMKS)
sedang gencar di sosialisasikan pemerintah sejak tanggal 3 januari 2017. Maka
1 Bayu AS, diakses dari http://solo.tribunnews.com/2016/12/30/warga-solo-bisa-langsung-manfaatkan-bkmks-mulai-3-januari-2017.html; pada tanggal 20 Juli 2017, pukul 21.00 WIB
2
Kota Surakarta menjadi pilihan peneliti untuk melakukan penelitian karena
dimana progam ini khsusus ditunjukan untuk warga Surakarta yang tidak mampu.
Merujuk data 2016, ada 140.913 warga Kota Solo yang belum terdaftar dalam
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS Kesehatan, baik
mandiri maupun melalui perusahaan. Warga tersebut menjadi sasaran dalam
program BKMKS, khususnya warga tidak mampu.2 Berdasarkan data per Juli
2017, peserta yang mendaftar progam BKMKS baru 16.004 warga. Artinya
banyak masyarakat yang belum tercover jaminan kesehatan. Maka difusi
informasi BKMKS belum berjalan maksimal karena banyak masyarakat yang
tidak mempunyai jaminan kesehatan belum terdaftar sebagai progam BKMKS.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas permasalahan yang
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana difusi inovasi dalam sosialisasi komunikasi progam Bantuan
Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (BKMKS) di kota Surakarta?
2. Apakah hambatan - hambatan dalam proses difusi inovasi progam Bantuan
Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (BKMKS) di kota Surakarta?
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
Manusia merupakan makhluk sosial sehingga komunikasi tidak bisa lepas
dalam kehidupan manusia. Dengan komunikasi, sosialisasi antar individu dapat
berjalan sesuai keinginan individu-individu tersebut. Komunikasi yang terjalin
mampu membentuk hubungan antar manusia untuk saling menyampaikan gagasan
dan mempengaruhi perilaku.
Raymond S. Ross dalam Deddy Mulyana berpendapat bahwa komunikasi
adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol
2 Ibid
3
sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau
respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.3
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.4 Dalam
definisi tersebut tersimpul tujuan, yaitu memberi tahu atau mengubah sikap
(attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior). Jadi ditinjau dari segi si
penyampai pernyataan, komunikasi yang bertujuan bersifat informatif dan
persuasif. Komunikasi persuasif (persuasive communication) lebih sulit daripada
komunikasi informatif (informative communication), karena memang tidak mudah
untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku atau sejumlah orang.
2. Komunikasi Pembangunan
Komunikasi pembangunan adalah sebagai penerapan dari strategi dan
prinsip komunikasi dalam pembangunan yang diturunkan dari teori-teori
pembangunan dan perubahan sosial yang diidentifikasikan dari berbagai masalah
sebagaimana yang dikembangkan di dunia Barat.5
Komunikasi pembangunan dapat diterapkan di beberapa bidang, seperti
bidang pertanian, pendidikan, ekonomi, kesehatan dan lainnya. Komunikasi
pembangunan menurut Quebral dan Gomez dalam Zulkarnaen Nasution bahwa
komunikasi pembangunan adaah displin ilmu dan praktkum komunikasi dalam
konteks negara-negara sedang berkambang terutama kegiatan komunikasi untuk
perubahan sosial berencana.6
3. Difusi Inovasi
a. Pengertian Teori Difusi Inovasi
Rogers mendefinisikan difusi sebagai proses di mana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu diantara
3 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010. Hal. 69
4 Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 2003. Hal. 28
5 Totok Mardikanto. Konsep Pemberdayaan Masyarakat. Surakarta: UNS Press. 2010. Hal. 536 Zulkarnaen Nasution. Komunikasi Pembangunan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004. Hal
142
4
para anggota suatu sistem sosial. Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi
yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan
komunikasi didefinisikan sebagai proses di mana para pelakunya menciptakan
informasi dan saling bertukar informasi untuk mencapai pengertian bersama.7
Difusi merupakan proses dimana inovasi dikomunikasikan atau disebarkan
melalui saluran komunikasi dalam kurun waktu tertentu di dalam suatu sistem
sosial. Komunikasi merupakan suatu proses yang mana individu membuat dan
meyebarkan informasi dengan individu lain dalam rangka menyamakan
pengertian. Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi
adalah proses pemusatan (convergence) informasi ketika dua individu saling
bertukar informasi.8
b. Unsur utama dalam difusi inovasi
Menurut Rogers dalam Robert Kwame Dzogbenuku ada empat unsur
pokok dalam proses difusi inovasi yaitu :9
1) Inovasi
2) Cara dan saluran komunikasi yang dipergunakan
3) Dalam jangka waktu yang tertentu
4) Karakter individu-individu sebagai anggota sosial yang menjadi
sasaran kegiatan difusi inovasi
4. Faktor-Faktor Penghambat Difusi Inovasi
Dalam proses difusi inovasi tidak selalu berjalan lancar, maka peneliti
akan menjelaskan faktor penghambat yang menjadi kendala penyebaran difusi
inovasi. Menurut Effendy, faktor-faktor penghambat komunikasi terdiri dari :10
a. Aspek Sosiologis – Antropologis - Psikologis
b. Aspek semantik
c. Aspek mekanis
d. Aspek ekologis7 Everett M. Rogers. Diffusion of Innovations. London: The Free Press. 1983. Hal 58 Ibid9 Robert Kwame Dzogbenuku. Banking Innovation in Ghana: Insigh to Students’Adoptionand Diffusion. Journal of Internet Banking and Commerce. Ghana, XXIII. Hal. 710 Onong Uchjana Effendy. Op. Cit. Hal. 14
5
6
Metodologi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyebaran pesan
progam BKMKS bagi masyarakat yang tidak mampu. Jenis penelitian ini adalah
penelitian dekriptif kualitatif. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini
hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari hubungan, tidak menguji
hipotesis atau membuat prediksi.11
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara mendalam
(indepth interview) untuk memperoleh gambaran yang memadai dan akurat
mengenai persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan program BKMKS (Bantuan
Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta) yang sedang digencarkan oleh
pemerintah. Sedangkan jenis wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara
tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaannya
dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat
wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara.12
Validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik validitas triangulasi data
atau triangulasi sumber, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan data dari sumber dengan dicek dari sumber lain untuk pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data. Artinya data yang sama atau sejenis, akan
lebih mantap kebenarannya apabila digali dari beberapa sumber yang berbeda.13
Sajian dan Analisis Data
a. Perbandingan Progam BKMKS dan Progam PKMS
Progam BKMKS (Bantuan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta) resmi
menggantikan progam sebelumnya yaitu progam PKMS (Pemeliharan Kesehatan
Masyrakat Surakarta) pada 3 Januari 2017. Progam PKMS sendiri dimulai pada
Januari tahun 2008 yang sebelumnya dikeluarkannya Perda (Peraturan Daerah)
Nomor 8 Tahun 2007. PKMS bertujuan sebagai asuransi kesehatan kepada
seluruh warga masyarakat Kota Surakarta yang belum mempunyai asuransi atau
jaminan kesehatan apapun. Tidak seperti BKMKS yang dikhususkan untuk warga
11 Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2001. Hal. 2412 Deddy Mulyana,. Op. Cit. Hal 18013 HB Sutopo. Metologi Penelitian Kualitatif. 2002. Surakarta: UNS Press,. Hal. 78
7
yang tidak mempunyai jaminan kesehatan dan tidak mampu, PKMS ini berlaku
bagi seluruh lapisan masyarakat Kota Surakarta baik kaya maupun miskin.
. Disi lain progam PKMS tidak lepas dari masalah sebelumnya yaitu
masyarakat yang berhak untuk menjadi peserta adalah masyarakat Kota Surakarta.
Akan tetapi, dalam hal pendaftaran peserta PKMS banyak fenomena yang terjadi
di masyarakat, yaitu banyak ditemui pendaftar berKTP baru. Hal ini disinyalir
terdapat mobilisasi dari warga luar Kota Surakarta yang ingin mendapatkan
pelayanan pengobatan gratis. Sehingga kelompok penerima manfaat program
PKMS tidak sesuai target sasaran. Selain itu, banyak peserta yang mempunyai
keanggotaan silver ingin berubah jadi gold.
Sejauh ini progam BKMKS belum menemukan masalah seperti peogam
PKMS karena sesuai dengan Perwali no 37 tahun 2016, dalam progam BKMKS
pelaksanaanya dibentuk tim verifikasi untuk melakukan crosscheck terhadap jenis
pelayanan yang diberikan rumah sakit dan ada tim kepersertaan yang bertugas
crosscheck terhadap kelengkapan administrasi kepersertaan agar progam BKMKS
ini sehingga dapat diharapkan lebih selektif dan tepat sasaran.
b. Difusi Inovasi Progam BKMKS (Bantuan Kesehatan Masyarakat
Kota Surakarta)
1. Inovasi
Progam BKMKS (Bantuan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta)
merupakan inovasi dari pemerintah kota Surakarta pengganti progam PKMKS
Silver (Pemeliharaan Kesehatan masyarakat Kota Surakarta) yang ditujukan untuk
masyarakat tidak mampu di kota Surakarta dan tidak mempunyai jaminan
kesehatan sama sekali. BKMKS dikelola oleh bagian UPT Pemeliharaan Dinas
Kesehatan kota Surakarta. Progam BKMKS adalah termasuk inovasi yang terus
menerus dan merupakan pengembangan. Menurut Robertson dalam Nugroho,
inovasi terus menerus adalah modifikasi dari produk yang sudah ada dan bukan
pembuatan produk yang baru sepenuhnya.14
14 Setiadi Nugroho. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Pranada Media. 2003. Hal. 395
8
2. Saluran Komunikasi
Difusi adalah proses dimana suatu inovasi tersebar ke dalam suatu sistem
sosial. Saluran komunikasi memiliki peranan penting dalam proses tersebut,
karena melalui saluran komunikasi itulah ide-ide baru tersebut menular dari
sumber kepada anggota sistem sosial lainnya. Rogers M Everett dan Floyd
Shoemaker diterjemahkan oleh Abdillah Hanafi menjelaskan bahwa terdapat
peranan berbeda yang dilakukan saluran komunikasi pada setiap tahap keputusan
inovasi.15 Di dalam penyebaran (difusi) gagasan baru mengenai progam BKMKS
(Bantuan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta) di Surakarta terdapat 3 jenis
saluran komunikasi, diantaranya sebagai berikut:
a. Komunikasi Interpersonal
Di dalam kelompok masyarakat biasanya terdapat orang-orang tertentu
yang menjadi tempat bertanya dan tempat meminta nasehat anggota masyarakat
lainnya mengenai urusan-urusan tertentu. Rogers M Everett dikutip oleh Abdillah
Hanafi menegaskan peranan tokoh masyarakat disini penting dalam penyebaran
inovasi. Tetapi perlu diingat mereka dapat mempercepat proses difusi tetapi bisa
pula menghalanginya.16
i. Di Kelurahan
Menurut Perwali 37 Tahun 2016 tentang progam BKMKS, tempat
pendaftaran BKMKS adalah dikelurahan tempat calon adopter tinggal. Kelurahan
juga menjadi sumber informasi bagi calon adopter dalam mendapatkan informasi
BKMKS. Kelurahan merupakan salah satu instansi yang dekat dengan masyarakat
untuk mencari informasi progam pemerintah. Maka terjadi tanya jawab progam
pemerintah salah satunya progam BKMKS di kelurahan karena kepentingan
masyarakat untuk mendapatkan jaminan kesehatan gratis.
ii. Di rumah tokoh masyarakat
Ketua RW, RT maupun kader ini merupakan tokoh masyrakat yang
menghubungkan dua sistem sosial, yaitu dari pemerintah ke masyarakat. Jadi
15 Abdillah Hanafi. Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Surabaya: Usaha Nasional. 1986. Hal. 12016 Ibid, 111
9
ketua RT, RW dan Kader memiliki peran penting dalam transfer informasi ke
masyarakat. Sehingga tokoh masyarakat tersebut sering tanya jawab dengan
warga tentang informasi progam BKMKS.
iii. Di Puskesmas
Tenaga ahli dalam penyebaran inovasi progam BKMKS juga dianggap
berpengaruh. Mereka mempunyai peranan yang penting karena dekat dengan
masyarakat. Mereka adalah orang yang dipercaya oleh masyrakat karena keahlian
mereka yang bermanfaat bagi masyrakat. Salah satunya adalah tenaga medis di
Puskesmas.
iv. Di Dinas Kesehatan
Komunikasi interpersonal dalam progam BKMKS juga terjadi langsung di
Dinas Kesehatan selaku innovators. Ketika keadaan mendesak seperti anggota
keluarga yang sakit, calon adopters langsung bertanya untuk mencari tahu
bagaimana pendaftaran progam BKMKS dan mendaftar langsung di Dinas
Kesehatan. Umumnya proses pembuatan kartu BKMKS harus melalui kelurahan
setempat dulu, namun beberapa kondisi yang mendesak memungkinkan untuk
segera dibuatkan kartu langsung di Dinas Kesehatan.
b. Komunikasi Kelompok
i. Sosialisasi
Dalam penyebaran informasi progam BKMKS, komunikasi kelompok
juga diterapkan, yaitu melalui kegiatan sosialiasi resmi UPT Pemeliharaan
Kesehatan Dinas Kesehatan khusus untuk progam BKMKS ke 51 kelurahan di
kota Surakarta. Sosialisasi BKMKS oleh UPT Pemeliharaan Kesehatan dilakukan
di Balai Kelurahan dibantu dari pihak kelurahan dan puskesmas mengundang
tokoh masyarakat seperti ketua RT, RW, LPMK, PKK, dan kader. Media yang
digunakan dalam proses sosialisasi hanya menggunakan PPT (Power Point) dan
terkadang dibantu oleh leaflet. Penggunaan bahasa dalam sosialisasi kepada tokoh
masyarakat bersifat situasional. Frekuensi sosialisasi sendiri satu kali di setiap
kelurahan. Lokasi sosialisasi dilaksanakan di balai Kelurahan di 51 kelurahan di
Surakarta. Komunikasi yang terjadi di sini melibatkan komunikasi interpersonal
yang melibatkan pertemuan tatap muka (sumber dan penerima). Para pelaku
10
komunikasi saling bertukar informasi, pikiran, gagasan, dan sebagainya. Dengan
adanya pertukaran ini komunikasi disebut proses transaksional. Proses
transaksional berarti komunikasi interpersonal merupakan proses dan para pelaku
komunikasi bertindak sekaligus bereaksi.17
ii. Mider Projo dan JuSe (Jumat Sehat)
Penyebaran informasi BKMKS juga disampaikan oleh walikota sendiri
bersamaan dengan progam-progam pemerintah lainnya. Proses komunikasi yang
terjadi berlangsung interaktif (dua arah). Komunikasi seperti ini lebih efektif dan
dekat dengan masyarakat, karena inovator datang langsung memberikan
informasi kepada calon adopter. Walikota dalam beberapa kesempatan ikut dalam
kegiatan warga yaitu JuSe (Jumat Sehat) yang biasanya dilaksanakan di rumah
warga. Dalam acara tersebut,walikota menyampaikan progam-progam pemerintah
salah satunya BKMKS, serta mengingatkan bagi warga yang tidak mampu dan
belum mempunyai jaminan kesehatan untuk mendaftar progam BKMKS.
Walikota juga mengunjungi kelurahan setiap 2 bulan sekali di setiap kelurahan-
kelurahan di solo yang biasanya disebut Mider Projo.
iii. Pertemuan Rutin
Tokoh masyarakat seperti ketua RT dan RW yang memiliki kedekatan
dengan masyarakat sering mengadakan pertemuan rutin. Intensitas pertemuan bisa
mingguan dan bulanan. Hal ini efektif dalam proses penyebaran pesan informasi
progam BKMKS. Berdasarkan penelitian yang ditemukan di lapangan, bahwa
memang ada masyarakat yang tidak aktif dalam kegiatan kemasyarakatan seperti
pertemuan rutin, arisan, kumpul warga, dan lain-lain. Sehingga ada sebagian
mereka yang mendaftar karena keadaan mendesak dan butuh bantuan untuk
meringankan biaya berobat mereka.
c. Media Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa,
baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio,televisi). Media yang
digunakan dalam sosialisasi progam BKMKS ini hanyalah leaflet. Leaflet adalah
17 Widjaja. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2000. Hal. 125
11
merupakan selebaran kecil berisi informasi-informasi mengenai Jaminan
Kesehatan Nasional.. Leaflet progam BKMKS berisi informasi tentang manfaat
pelayanan kesehatan, syarat pendaftaran, disertai informasi alur pelayanan dan
periksa gratis di Puskemas. Leaflet jelas menarik dan cukup membantu bagi
masyarakat yang mencari informasi progam BKMKS. Media massa kaitannya
dengan proses difusi inovasi menurut Burhan Bungin dapat berperan dalam
menciptakan kesadaran dan pengetahuan akan inovasi.18
3. Jangka Waktu
Masyarakat Kota Surakarta memerlukan jangka waktu tertentu untuk
mengetahui suatu inovasi, memutuskan untuk menerima atau menolak hingga
mengukuhkan keputusan inovasi baru yaitu progam BKMKS (Bantuan Kesehatan
Masyarakat Kota Surakarta) terhitung dari resminya progam ini pada 3 Januari
2017. Di sini tingkat keinovatifan (cepat dan lambatnya masyarakat menerima
inovasi) menentukan keberhasilan proses difusi inovasi UPT Pemeliharaan
Kesehatan.
UPT Pemeliharaan Kesehatan memulai sosialisasi sejak Perwali no 37
tahun 2016 dikeluarkan yaitu pada pertengahan juli 2016. Sosialisasi sudah
dijalankan jauh sebelum progam BKMKS di resmikan pada 3 januari 2017.
BKMKS merupakan pergantian dari progam sebelumnya yang bernama PKMKS
Silver (Pemeliharaan Kesehatan Kota Surakarta). UPT Pemeliharaan memerlukan
waktu yang cukup lama, terhitung hampir lebih dari 10 bulan dari juli 2016
mengingat luasnya wilayah Kota Surakarta yang harus terjangkau. Dalam kurun
waktu hampir satu tahun tersebut, telah terjadi banyak sosialisasi pengenalan
progam BKMKS kepada masyarakat.
4. Anggota Sistem Sosial
Peran tingkat Kelurahan dan Puskesmas adalah ikut menyebarkan
informasi tentang progam BKMKS dari UPT Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat Kota Surakarta kepada jajaran di tingkat bawah yakni tingkat tokoh
18 Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana. 2008. Hal. 281
12
masyarakat. Diharapkan tokoh masyrakat seperti: Ketua RT, RW, LPMK, Kader,
PKK yang diundang mampu menyebarkan infromasi kebwahnya saat pertemuan
warga yang sudah rutin dilakukan.
Di dalam sistem sosial peran pemuka pendapat (opinion leader) penting
peranannya. Pemuka pendapat adalah seseorang yang berpengaruh dalam sikap
dan tingkah laku anggota dalam sistem sosial tersebut. Peran pemuka pendapat
mengambil prakarsa dalam komunikasi dengan mencari kesempatan-kesempatan
menghubungi anggota masyarakat untuk menyebarkan pesan-pesan.19 Tokoh
masyarakat yang terlibat dalam penyebaran BKMKS adalah Ketua RW, RT,
PKK, LPMK dan Kader Posyandu. Diharapkan tokoh masyarakat yang
mempunyai pengaruh dan dipercaya di masyarakat mampu melanjutkan informasi
BKMKS ini dalam setiap pertemuan rutin di masyarakat seperti arisan, dasa
wisma, posyandu lansia dan balita.
Tenaga kesehatan seperti dokter dari Puksesmas menjadi sosok yang juga
dipercaya oleh masyarakat. Tenaga kesehatan ini pun juga diharapkan
menginformasikan kembali ke masyarakat apabila ada masyarakat yang
membutuhkan bantuan kesehatan kemiskinan khususnya kesehatan. Karena
mereka juga dekat dengan masyarakat ketika masyarakat berobat ke puskesmas.
Mereka bisa dianggap merekeomendasikan progam BKMKS bagi mereka yang
tidak mampu dan tidak mempunyai jaminan kesehatan. Seperti yang dikuatkan
oleh Jalaludin Rahmat dalam buku “Psikologi Komunikasi” dijelaskan bahwa
seseorang mendengarkan apa yang dikatakan komunikator tidak hanya tentang
“apa” yang dibicarakan tapi juga tentang “siapa” yang berbicara.20
Agen pembaru juga berperan penting dalam penyebaran suatu inovasi ke
masyarakat. Tim UPT Pemeliharaan Kesehatan yang meliputi Kepala UPT beserta
pegawainya merupakan agen pembaru yang terdapat dalam penyebaran peogam
BKMKS (Bantuan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta). Onong Uchjana
Effendy menjelaskan bahwa terdapat 2 faktor penting pada diri komunikator
apabila dirinya melancarkan komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source
19 Astrid Susanto. Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan Suatu Kumpulan Karangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1987. 21
20 Jalaludin Rahmat. Op. Cit. 255
13
attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility).21 Seorang
komunikator dianggap berhasil melakukan komunikasi jika memiliki daya tarik
tertentu yaitu memiliki keahlian atau merupakan sosok yang dipercaya.22 Oleh
karena itu, UPT Pemeliharaan Kesehatan bersama pegawainya mempunyai
kredibilitas yang dipercaya untuk menyampaikan informasi progam BKMKS
karena mempunyai latar belakang dibawah instansi Dinas Kesehatan Kota
Surakarta. Selanjutnya, kepercayaan komunikan terhadap keahlian komunikator
merupakan faktor yang melancarkan komunikasi.
c. Kendala-Kendala Dalam Proses Difusi Inovasi Progam BKMKS
(Bantuan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta)
Inovasi akan lebih lama di adopsi oleh masyarakat apabila terdapat banyak
faktor penghambat. Dalam proses adopsi program BKMKS, ada beberapa
penghambat yang berpotensi membuat adopsi terhadap program tersebut menjadi
lebih lama.
1. Hambatan Semantik
Hambatan yang terjadi dalam proses difusi informasi progam BKMKS
adalah hambatan semantik. Terjadi ketidaksesuaian isi pesan antara pelaku
komunikasi. Yakni perbedaan informasi antara pihak satu dengan pihak lainnya.
Hambatan yang terjadi dalam proses difusi informasi progam BKMKS. salah
satunya adalah hal yang ditakutkan ketika hanya mengandalkan informasi berantai
dari Puskesmas/ Kelurahan kemudian kepada Ketua RT yang selanjutnya
disampaikan kepada masyarakat adalah terjadinya bias informasi. Alo Liliweri
menjelaskan hambatan semantik dapat menyebabkan terjadinya perbedaan
penafsiran terhadap suatu pesan. Hambatan semantik dapat terjadi karena si
komunikator menganggap komunikan telah mengerti isi pesan.23
2. Faktor pendidikan dan sistem sosial
21 Onong Uchjana Effendy. Op. Cit. 3822 Riswandi. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009. Hal. 13423 Alo Liliweri. Memahami Peran Komunikasi Massa Dalam Masyarakat. Bandung : PT.Citra
Aditya Bakti.1991. Hal. 26
14
Pendidikan dan sistem sosial juga menjadi faktor-faktor penghambat
proses difusi progam BKMKS. Masyarakat telah ada kesadaran tertarik dengan
hal-hal baru tetapi pemahaman mengenai inovasi terbatas hanya pada inovasi
yang telah diadopsinya. Maka tingkat pemahaman masyarakat yang berbeda-beda
tersebut menjadi hambatan dalam proses difusi inovasi progam BKMKS .
Sedangkan penyampaian informasi progam BKMKS dilakukan secara seragam.
Maka tingkat pemahaman masyarakat yang berbeda-beda tersebut menjadi
hambatan dalam proses difusi inovasi progam BKMKS ini.
3. Warga tidak aktif dalam lembaga masyarakat
Sebagian warga yang tidak aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau
pertemuan rutin padahal mereka adalah sasaran BKMKS menjadi salah satu
penghambat. Sehingga sehingga sosialisasi kurang sampai pada tingkat bawah.
4. Media Massa kurang
Media yang digunakan dalam membantu penyebaran proses difusi hanya
sebatas leaflet sehingga salah satu penghambat, karena media massa penting
dalam penyebaran suatu inovasi. Media adalah salah satu faktor penting dalam
mendukung proses difusi. Walapun saluran komunikasi yang efektif dalam
progam ini adalah saluran komunikasi kelompok dan interpersonal, namun akan
lebih efektif lagi jika penggunaan media lebih masif. Dinas Kesehatan juga
diharapakan bekerjasma dengan instansi lain untuk penyebaran informasi
BKMKS.
Kesimpulan
Proses difusi inovasi progam BKMKS meliputi empat unsur yaitu inovasi,
saluran komunikasi, anggota sistem sosial, dan jangka waktu tertentu. Progam
BKMKS merupakan inovasi dari inovasi terus menerus yaitu memodifikasi atau
meneruskan progam sebelumnya yang sudah ada yaitu PKMKS Silver. Saluran
Komunikasi yang digunakan dalam penyebaran informasi BKMKS adalah,
Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Kelompok, dan Media Massa. Sejauh ini
komunikasi kelompok adalah yang paling efektif digunakan dalam proses difusi
progam BKMKS karena dapat menghemat anggaran. Tokoh masyarakat
15
mempunyai peranan penting dalam menyebarkan progam BKMKS ini pada
warganya yang membutuhkan. Selain itu media yang digunakan untuk membantu
proses difusi masih dirasa kurang efektif karena hanya sebatas leaflet. Hambatan
dalam proses difusi inovasi progam BKMKS: (1) Hambatan semantik, (2) Tingkat
Pendidikan dan sistem sosial, (4) Warga tidak aktif dalam lembaga masyarakat,
(3) Media yang sedikit dan terbatas dari progam BKMKS.
Daftar PustakaBungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.Dzogbenuku, Robert Kwame. (2013). Banking Innovation in Ghana: Insigh to
Students’Adoptionand Diffusion. Journal of Internet Banking and Commerce. Ghana, XXIII.
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Cetakan ketiga. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Hanafi ,Abdillah. (1986). Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Surabaya: Usaha Nasional.
Liliweri, Alo. 1991. Memahami Peran Komunikasi Massa Dalam Masyarakat. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti.
Mardikanto, Totok. (2010). Konsep Pemberdayaan Masyarakat. Surakarta: UNS Press
Mulyana, Deddy. (2010). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution, Zulkarnaen. (2004). Komunikasi Pembangunan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nugroho, Setiadi, J. (2003). Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Pranada Media.
Rakhmat, Jalaluddin. (2001). Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha IlmuRogers, Everett M.. (1983). Diffusion of Innovations. London: The Free Press.Susanto, Astrid S. (1978). Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan
Suatu Kumpulan Karangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Sutopo , H. B. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
University PressWidjaja , H.A.W. (2000). Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.AS, Bayu. (30 Desember 2016). Warga Solo Bisa Langsung Manfaatkan BKMKS
Mulai 3 Januari. Dari http://solo.tribunnews.com/2016/12/30/warga-solo-bisa-langsung-manfaatkan-bkmks-mulai-3-januari-2017. Diakses 20 Juli 2017. Pukul 21.00 WIB
16