d0214070.docx · web viewberdasarkan data riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013,prevalensi...
TRANSCRIPT
JURNAL
Studi Korelasi Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Kementerian
Kesehatan “Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit”
Terhadap Sikap Untuk Melakukan Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Pada
Perempuan di Kota Surakarta
Oleh:
NIRMALA KURNIANINGRUM
D0214070
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
1
Studi Korelasi Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Kementerian Kesehatan “Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit”
Terhadap Sikap Untuk Melakukan Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Pada Perempuan di Kota Surakarta
Nirmala Kurnianingrum
Firdastin Ruthnia Yudiningrum
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
This study originated from a lack of awareness to do BSE to cause increased number of breast cancer patients. A campaign initiative to increase awareness of BSE is done by launching public service advertisements (PSAs) on television. Researchers examined the correlation of public service ads to the attitude to perform BSE. Factors in these advertisements and audience attitudes are tested for their validity in the hierarchy of effect models and models of cognitive responses.This research is included in quantitative research with correlation method, data collection technique using survey with questionnaire. The population in the study were all women in Surakarta City. Through purposive sampling amounted to 110 people. Calculations using simple correlation analysis (Kendall's tau bivariate correlation) and partial with SPPS 17 for windows. The results of the analysis showed a significant and positive correlation between the Public Service Service Impressions of the Ministry of Health "BSE (Check Your Own Breasts) Just 7 Minutes" on the attitude to perform BSE, either by controlling age, education level and SES of respondents.Keywords: effectiveness of PSA, television, audience attitude.
1
Pendahuluan
Berdasarkan data WHO penyakit kanker merupakan penyebab kematian
terbanyak di dunia, di mana kanker sebagai penyebab kematian nomor 2 di dunia
sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Setiap tahun, 12 juta orang di dunia
menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Diperkirakan pada
2030 kejadian tersebut dapat mencapai hingga 26 juta orang dan 17 juta di
antaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang
kejadiannya akan lebih cepat, termasuk Indonesia (Kementerian Kesehatan RI,
2015:20).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk. Prevalensi
kanker tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (4,1‰), diikuti Jawa Tengah (2,1‰),
Bali (2‰), Bengkulu, dan DKI Jakarta masing-masing 1,9 per mil (Kementerian
Kesehatan RI, 2015:20).
Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan
kanker leher rahim. Berdasarkan estimasi GLOBOCAN, International Agency for
Research on Cancer (IARC) tahun 2012, insiden kanker di Indonesia 134 per
100.000 penduduk dengan incidence tertinggi pada perempuan adalah kanker
payudara sebesar 40 per 100.000 diikuti dengan kanker leher rahim 17 per
100.000 dan kanker kolorektal 10 per100.000 perempuan.
Kasus penyakit kanker yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2009 sebesar 24.204 orang lebih sedikit dibanding dengan tahun 2008
sebanyak 27.125 kasus, terdiri dari Kanker Servik 9.113 kasus (37,65%), kanker
payudara 12.281 kasus (50,74%), kanker hati 2.026 (8,37%), dan kanker paru 784
(3,24%). Prevalensi kanker di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebagai
berikut: kanker servik sebesar 0,028% dan tertinggi di Kota Semarang sebesar
0,382%, kanker payudara sebesar 0,037% dan tertinggi di Kota Surakarta sebesar
0,637%, kanker hati sebesar 0,006% dan tertinggi di Kota Surakarta sebesar
0,034%, kanker paru 0,002% dan tertinggi di Kota Surakarta sebesar 0,027%
(Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2009).
2
Kanker payudara sangat berbahaya dan harus diwaspadai sejak dini.
Sayangnya, Riset Penyakit Tidak Menular (PTM) 2016 menyatakan perilaku
masyarakat dalam deteksi dini kanker payudara masih rendah. Tercatat 53,7%
masyarakat tidak pernah melakukan SADARI, sementara 46,3% pernah
melakukan SADARI; dan 95,6% masyarakat tidak pernah melakukan SADANIS,
sementara 4,4% pernah melakukan SADANIS (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, 2016).
Rendahnya tingkat deteksi dini kanker payudara tersebut, membuat
pemerintah berupaya dalam mensosialisasikannya agar kampanye ini nantinya
berjalan dengan efektif dan efisien yang sangat bergantung dengan jenis media
yang digunakan. Melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan
pengembangan program bertajuk Gerakan masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
dikemas melalui tayangan iklan layanan masyarakat SADARI Hanya 7 Menit
dengan menggunakan media televisi.
Berdasarkan telaah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
efektivitas iklan layanan masyarakat di televisi dalam mempengaruhi sikap
khalayak yang berjudul “Studi Korelasi Tayangan Iklan Layanan Masyarakat
Kementerian Kesehatan “Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit”
Terhadap Sikap Untuk Melakukan Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Pada Pada
Perempuan di Kota Surakarta”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang pada penelitian ini, maka
disimpulkan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Adakah Hubungan Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Kementerian
Kesehatan “Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit” Terhadap
Sikap Untuk Melakukan Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Pada Pada
Perempuan di Kota Surakarta?
2. Adakah Hubungan Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Kementerian
Kesehatan “Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit” Terhadap
3
Sikap Untuk Melakukan Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Pada Pada
Perempuan di Kota Surakarta dengan mengendalikan umur responden?
3. Adakah Hubungan Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Kementerian
Kesehatan “Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit” Terhadap
Sikap Untuk Melakukan Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Pada Pada
Perempuan di Kota Surakarta dengan mengendalikan tingkat pendidikan
responden?
4. Adakah Hubungan Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Kementerian
Kesehatan “Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit” Terhadap
Sikap Untuk Melakukan Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Pada Pada
Perempuan di Kota Surakarta dengan mengendalikan tingkat SES responden?
Telaah Pustaka
1. Komunikasi Massa
Komunikasi atau dalam bahasa inggris communication yang berasal
dari bahasa latin communicatio dan bersumber dari kata communis, yang
berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 1992:9).
Pengertian komunikasi massa menurut Janowitz (1960) yang dikutip
oleh Morrisan yakni komunikasi massa terdiri atas lembaga dan teknik dimana
kelompok-kelompok terlatih menggunakan teknologi untuk menyebarluaskan
simbol-simbol kepada audiens yang tersebar luas dan heterogen (Morissan,
2013:7-8).
2. Periklanan
Iklan merupakan bagian dari bauran promosi dan promosi itu sendiri
termasuk dalam bauran pemasaran. Adapun pengertian iklan secara sederhana
adalah suatu pesan yang berisi penawaran suatu produk yang diajukan kepada
orang lain melalui media (Morissan, 2013:07-08).
Institusi praktisi periklanan inggris mendefinisikan bahwa periklanan
merupakan sebuah penyampaian pesan-pesan penjualan yang bersifat
persuasif, dimana pesan tersebut diarahkan kepada para calon pembeli yang
4
paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang
semurah-murahnya (Jefkins, 1996:02).
3. Iklan Layanan Masyarakat
Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk
menyampaikan informasi, mengajak, atau mendidik khalayak dimana tujuan
akhir bukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, melainkan keuntungan
sosial berupa penambahan pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan
perilaku masyarakat terhadap masalah yang diiklankan, serta mendapatkan
citra yang baik di mata masyarakat (Pujiyanto, 2013:08).
Periklanan layanan masyarakat dibuat untuk kepentingan masyarakat dan
mempromosikan kesejahteraan masyarakat yang diciptakan oleh para
professional periklanan tanpa menggunakan biaya, dengan ruang dan waktu
iklan merupakan hibah oleh suatu media (Lee, 2011:9).
4. Sikap untuk melakukan SADARI
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan
merasa dalam menghadapi suatu objek, ide, situasi atau nilai. Namun sikap
bukan perilaku, melainkan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara
tertentu terhadap objek sikap. Dalam hal ini objek yang dimaksud adalah
benda, orang, tempat, gagasan atau situasi hingga kelompok (Rakhmat,
2000:39-40).
Sikap merupakan hal penting dalam sebuah pemasaran periklanan,
sikap mampu menyimpulkan tentang evaluasi konsumen terhadap suatu objek
(merek, perusahaan, dan lain-lain) serta menunjukkan perasaan positif ataupun
negatif yang cenderung kearah berperilaku (Morrisan, 2010:106).
5. Hierachy Of Effects Model
Hierarchy of effect model dari Robert Lavidge dan Gary Steiner
merupakan salah satu model perilaku konsumen yang menyediakan sudut
5
pandang umum untuk menganalisa dampak komunikasi termasuk di
dalamnnya respon maupun sikap terhadap pesan (Belch, 2004:189).
Tahapan dalam Hierarchy Of Effect adalah sebagai berikut :
1. Aspek Kognitif
Merupakan pengetahuan atau persepsi yang dimiliki seseorang
(pengetahuan atau pemikirannya) sebagai perpaduan pengalaman
langsung dari objek dan informasi yang berkaitan dengan objek.
Pengetahuan dan persepsi ini muncul dalam bentuk kepercayaan terhadap
atribut-atribut objek (Lazarnuk, 2000:201).
2. Aspek Afektif
Merupakan perasaan emosi terhadap objek. Komponen ini bersifat
evaluatif didasarkan pada hasil evaluasi penampilan objek dari beberapa
atributnya. Penilaian evaluatif juga dapat berkembang tanpa perlu
didahului informasi kognitif maupun kepercayaan produk. Komponen ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti motivasi, personality,
pengalaman masa lalu, kelompok referensi, serta kondisi fisik. Aspek ini
menggambarkan reaksi emosional individu setelah mengevaluasi dan
memberi penilaian negatif atau positif terhadap suatu objek berdasarkan
aspek afektif (like or dislike feeling). Aspek ini memiliki nilai yang lebih
tinggi dari aspek kognitif (Lazarnuk, 2000:201). Aspek afektif memiliki
tiga tahapan yaitu liking, preference dan conviction.
3. Aspek Konatif
Aspek konatif merupakan keinginan untuk merespon dalam
berbagai cara mengenai suatu objek sikap sebagai ekspresi rasa suka dan
tidak suka yang telah terbentuk sebelumnya. Konatif merupakan langkah
terakhir yang mengubah perasaan dan keyakinan konsumen kepada
perilaku membeli produk yang diiklankan atau dalam kata lain disebut
dengan purchase. Pada akhirnya level tertinggi dari model ini adalah
tingkah laku atau tindakan khalayak. Apakah khalayak akan bertingkah
laku sesuai dengan apa yang diinginkan.
6
6. Model Tanggapan Kognitif
Belch dan Belch mengemukakan sebuah model yang bertujuan untuk
menegaskan dasar pengasumsian adanya hubungan antara muatan kognitif
pada iklan yang memberikan pengetahuan produk. Terpaan iklan dapat
menghasilkan tiga tanggapan, yaitu :
a. Tanggapan Mengenai Pesan (Product/Message Thoughts) (Belch,
2004:157)
Variabel pesan yang digunakan untuk membentuk pesan yang
efektif dibagi ke dalam dua kategori, yaitu struktur pesan dan isi pesan.
Struktur pesan (Message Structure), dipengaruhi oleh verbal vs non
verbal, kemudahan dibaca (readability) dan efek penempatan (ordering
effect) (Burnett, 1998:256).
Sedangkan isi pesan (Message Content), memiliki beberapa tipe yang
biasa digunakan, yakni rasa takut (fear appeals), lucu (humor),
kebahagiaan (pleasant appeals) (Burnett,1998:260).
b. Tanggapan Mengenai Sumber/Model (Source-Oriented Thoughts)
Khalayak sasaran memberikan tanggapan terhadap sumber
informasi dalam iklan berupa endorser, spokesperson/perusahaan yang
menyampaikan pesan. Jika khalayak memberikan respon negatif (source
derogation) karena sumber informasi tidak dapat dipercaya, khalayak
akan sulit menerima pesan dalam iklan. Dengan demikian, agar iklan
dapat mempengaruhi khalayak, pemasar sebaiknya menggunakan
spokesperson atau model iklan yang disukai (source bolsters) dan
kredible.
Karakteristik seorang model iklan yang biasanya digunakan
pengiklan adalah daya tariknya, yang terdiri dari similarity yaitu
kemiripannya atau kesesuaian antara model/sumber iklan dengan
khalayak sasaran, dan likeability yaitu pengaruh sumber yang dilihat dari
penampilan fisik, perilaku, serta karakteristik pribadi lainnya (Belch,
2004:192).
7
c. Tanggapan Mengenai Eksekusi Iklan ( Ad Execution Thoughts)
Khalayak sasaran memberi tanggapan terhadap eksekusi iklan itu
sendiri secara keseluruhan. Banyak khalayak yang kurang
memperhatikan produk/endorser dalam iklan, sehingga mereka hanya
membangun muatan afektif pada iklan tersebut. Pemikiran seperti ini
termasuk yang diakibatkan oleh faktor-faktor seperti kreatifitas iklan,
kualitas efek visual dan voice tones, yaitu video dan audio (Wells,
2000:350).
Metodologi
Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yakni penelitian yang
sistematis terhadap sebab dan akibat suatu fenomena serta hubungan-
hubungannya, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
dan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono,
2011:08).
Penelitian ini berusaha menjelaskan hubungan antara tayangan Iklan
Layanan Masyarakat Kementerian Kesehatan “SADARI (Periksa Payudara
Sendiri) Hanya 7 Menit” di televisi terhadap sikap untuk melakukan SADARI
dengan mengendalikan umur, tingkat pendidikan dan SES responden pada
perempuan di Kota Surakarta.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah perempuan di Kota
Surakarta dengan rentang umur 15-49 tahun sebanyak 193.482 orang (Badan
Pusat Statistik, 2017). Pada penelitian ini menggunakan metode pengambilan
cluster random sampling. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 110
responden.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi
bivariat dan parsial dengan Rank Kendall’s tau. Teknik ini digunakan untuk
mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah
hubungan yang terjadi.
8
Sedangkan untuk menguji kuesioner, dilakukan uji reliabilitas pada
seluruh item pertanyaan untuk menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran dapat
memberikan hasil yang relatif konstan bila dilakukanpengukuran kembali
terhadap subyek yang sama. Metode yang digunakan adalah metode dari Alpha
Cronbach (α) (Arikunto, 1996:190-191).
Sajian Data
Dalam penelitian ini terdapat 1 variabel independen, yaitu tayangan Iklan
Layanan Masyarakat Kementerian Kesehatan “Sadari (Periksa Payudara Sendiri)
Hanya 7 Menit”. Sedangkan untuk variabel dependennya yaitu sikap untuk
melakukan SADARI . Dan terdapat 3 variabel kontrol, yaitu umur, tingkat
pendidikan dan SES responden.
Terdapat 52 pertanyaan yang terdiri dari; 6 pertanyaan untuk indikator
iklan, 6 pertanyaan untuk indikator sumber model, 6 pertanyaan untuk indikator
eksekusi iklan, 11 pertanyaan untuk indikator liking, 11 pertanyaan untuk
indikator preference, dan 12 pertanyaan untuk indikator conviction. Peneliti
menggunakan skala likert untuk mengukur data hasil jawaban responden untuk
semua pertanyaan tersebut. Berikut adalah pembagian kategori skor dari hasil
jawaban responden:
Apabila responden menjawab sangat setuju (SS), maka diberi skor 4
Apabila responden menjawab setuju (S), maka diberi skor 3
Apabila responden menjawab tidak setuju (TS), maka diberi skor 2
Apabila responden menjawab sangat tidak setuju (STS), maka diberi skor 1.
9
1. Variabel Kontrol – Umur, Tingkat Pendidikan, SES Responden
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 15-19 10 9.1 9.1 9.1
20-24 12 10.9 10.9 20.0
25-29 39 35.5 35.5 55.5
30-39 31 28.2 28.2 83.6
40-49 18 16.4 16.4 100.0
Total 110 100.0 100.0
Berdasarkan hasil kuesioner dan olah data, dari segi umur, yang menjadi
mayoritas adalah para responden dengan rentang usia 25-29 tahun dengan total
jumlah responden sebanyak 39 orang (35,5%).
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikanterakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SMP 11 10.0 10.0 10.0
SMA 34 30.9 30.9 40.9
Diploma 28 25.5 25.5 66.4
Sarjana 37 33.6 33.6 100.0
Total 110 100.0 100.0
Berdasarkan hasil kuesioner dan olah data dari segi pendidikan terakhir
responden, yang menjadi mayoritas adalah para responden dengan pendidikan
terakhir Sarjana dengan total jumlah responden sebanyak 37 orang (33,6%).
10
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan SESPengeluaranperbulan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 700.000 12 10.9 10.9 10.9
701.000 - 1.000.000 19 17.3 17.3 28.2
1.000.001 - 1.500.000 29 26.4 26.4 54.5
1.500.001 - 2.000.000 15 13.6 13.6 68.2
2.000.001 - 3.000.000 23 20.9 20.9 89.1
> 3.000.000 12 10.9 10.9 100.0
Total 110 100.0 100.0
Berdasarkan hasil kuesioner dan olah data dari segi pengeluaran per bulan
responden, yang menjadi mayoritas adalah para responden dengan pengeluaran
perbulan 1.000.001 – 1.500.000 (SES C2) dengan total jumlah responden
sebanyak 29 orang (26,4%).
2. Variabel Independen – Tayangan Iklan Layanan Masyarakat
Kementerian Kesehatan “SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7
Menit”.
Tabel 4. Indikator Pesan
No Pernyataan SS S TS STS
1. Bahasa yang digunakan untuk penyampaian pesan pada iklan mudah dimengerti
37 65 8 0
33,6 % 59,1 % 7,3 % 0%
3. Cara penyampaian pesan pada iklan tidak membosankan
50 47 12 1
45,5% 42,7% 10,9% 0,9 %
5. Cara penyampaian pesan pada iklan sudah mengena inti pesan
35 54 20 1
31,8% 49,1% 18,2% 0,9%7. Pesan yang disampaikan model
dalam iklan sudah jelas32 50 26 2
29,1% 45,5% 23,6% 1,8%
9. Pesan yang disampaikan dalam iklan mudah dimengerti
36 63 11 0
32,7% 57,3% 10,0% 0%11. Pesan yang disampaikan dalam
iklan sistematis32 63 14 1
29,1% 57,3% 12,7% 0,9%
11
Dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju
terhadap pernyataan yang diajukan pada indikator ini.
Tabel 5. Indikator Sumber Model
No Pernyataan SS S TS STS
1. Aktivitas model yang ditampilkan dalam iklan memiliki kesesuain aktivitas dengan saya
46 50 12 2
41,8% 45,5% 10,9% 1,8%
3. Keahlian model dalam memperagakan perannya dalam iklan menarik perhatian saya
41 52 15 2
37,3% 47,3% 13,6% 1,8%
5. Model yang ditampilkan dalam iklan dapat memperagakan pesan iklan dengan tepat
33 51 24 2
30,0% 46,4% 21,8% 1,8%7. Kesibukan aktivitas model yang
ditampilkan dalam iklan mendorong kepercayaan saya terhadap isi pesan bahwa banyak wanita tidak mengetahui pentingnya SADARI
32 56 17 0
29,1% 50,9% 15,5% 0%
9. Model yang ditampilkan dalam iklan dapat menjelaskan pesan iklan dengan baik, yakni menyadarkan bahwa SADARI tidak akan mengganggu aktivitas yang padat
42 54 13 1
38,2% 49,1% 11,8% 0,9%
11.Ekspresi (tertawa, mengobrol, menangis) para model menarik perhatian saya
33 52 20 530% 47,3% 18,2% 4,5%
Dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju
terhadap pernyataan yang diajukan pada indikator ini.
12
Tabel 6. Indikator Eksekusi Iklan
No Pernyataan SS S TS STS
1. Setting yang ditampilkan dalam iklan sudah menggambarkan kehidupan wanita masa kini
46 49 13 2
41,8% 44,5% 11,8% 1,8%
3. Logo pita pink yang ditampilkan dalam iklan menggambarkan pentingnya SADARI
41 52 15 2
37,3% 47,3% 13,6% 1,8%
5. Slogan “SADARI Hanya 7 Menit” yang ditampilkan dalam iklan menggambarkan pentingnya SADARI
32 52 24 2
29,1% 47,3% 21,8% 1,8%
7. Jingle (music) yang disajikan pada iklan sudah sesuai
36 57 17 0
32,7% 51,8% 15,5% 0%
9. Suara narrator yng disajikan pada iklan sudah jelas
41 55 13 1
37,3% 50,0% 11,8% 0,9%11.Dominasi warna pink pada iklan
sesuai dengan sasaran iklan32 54 19 5
29,1% 49,1% 17,3% 4,5%
Dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju
terhadap pernyataan yang diajukan pada indikator ini.
3. Variabel Dependen – Sikap Untuk Melakukan SADARI
Tabel 7. Indikator Liking
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya menyukai tayangan iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
36 62 12 0
32,7% 56,4% 10,9% 0%3. Saya menyukai informasi yang
disampaikan pada tayangan iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
46 49 14 1
41,8% 44,5% 12,7% 0,9%
5. Saya menyukai isi pesan iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
44 48 17 1
40% 43,6% 15,5% 0,9%7. Saya menyukai cara
penyampaian pesan iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
32 53 24 1
29,1% 48,2% 21,8% 0,9%
13
No Pernyataan SS S TS STS
9. Saya menyukai aktivitas model pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
31 48 29 2
28,2% 43,6% 26,4% 1,8%11. Saya menyukai keahlian model
pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
27 56 24 324,5% 50,9% 21,8% 2,7%
13. Saya menyukai pesan narrator pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
38 51 19 2
34,5% 46,4% 17,3% 1,9%
15. Saya menyukai setting pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
28 61 18 325,5% 55,5% 16,4% 2,7%
17. Saya menyukai logo pita pink pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
42 50 17 1
38,2% 45,5% 15,5% 0,9%19. Saya menyukai slogan pada iklan
“SADARI Hanya 7 Menit”41 53 16 0
37,3% 48,2% 14,5% 0%21. Saya menyukai music pada iklan
“SADARI Hanya 7 Menit”21 62 21 6
19,1% 56,4% 19,1% 5,5%
Dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju
terhadap pernyataan yang diajukan pada indikator ini.
Tabel 8. Indikator Preference
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya tertarik tayangan iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
54 47 8 1
49,1% 42,7% 7,3% 0,9%3. Saya tertarik informasi yang
disampaikan pada tayangan iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
48 55 7 0
43,6% 50,0% 6,4% 0%
5. Saya tertarik isi pesan iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
49 46 14 1
44,5% 41,8% 12,7% 0,9%7. Saya tertarik cara penyampaian
pesan iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
29 65 16 0
26,4% 59,1% 14,5% 0%
9. Saya tertarik aktivitas model 29 54 25 2
14
No Pernyataan SS S TS STS
pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
26,4% 49,1% 22,7% 1,8%
11. Saya tertarik keahlian model pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
27 61 20 224,5% 55,5% 18,2% 1,8%
13. Saya tertarik pesan narrator pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
44 48 16 2
40% 43,6% 14,5% 1,8%15. Saya tertarik setting pada iklan
“SADARI Hanya 7 Menit”28 58 21 3
25,5% 52,7% 19,1% 2,7%17. Saya tertarik logo pita pink pada
iklan “SADARI Hanya 7 Menit”38 56 16 0
34,5% 50,9% 14,5% 0%
19. Saya tertarik slogan pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
38 58 12 2
34,5% 52,7% 10,9% 1,8%21. Saya tertarik music pada iklan
“SADARI Hanya 7 Menit”27 67 12 4
24,5% 60,9% 10,9% 3,6%
Dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju
terhadap pernyataan yang diajukan pada indikator ini.
Tabel 9. Indikator Conviction
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasa yakin akan tayangan iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
42 51 17 0
38,2% 46,4% 15,5% 0%
3. Saya merasa yakin akan informasi yang disampaikan pada tayangan iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
43 60 7 0
39,1% 54,5% 6,4% 0%
5. Saya merasa yakin akan isi pesan iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
43 60 7 0
39,1% 54,5% 6,4% 0%7. Saya merasa yakin akan cara
penyampaian pesan iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
40 55 14 1
36,4% 50,0% 12,7% 0,9%
9. Saya merasa yakin akan 40 40 26 4
15
No Pernyataan SS S TS STS
aktivitas model pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
36,4% 36,4% 23,6% 3,6%
11. Saya merasa yakin akan keahlian model pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
31 52 24 328,2% 47,3% 21,8% 2,7%
13. Saya merasa yakin akan pesan narrator pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
41 57 10 2
37,3% 51,8% 9,1% 1,8%
15. Saya merasa yakin akan setting pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
30 57 19 4
27,3% 51,8% 17,3% 3,6%17. Saya merasa yakin akan logo
pita pink pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
44 51 15 0
40,00% 45,4% 13,6% 0%
19. Saya merasa yakin akan slogan pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
46 47 15 2
41,8% 42,7% 13,6% 1,8%21. Saya merasa yakin akan music
pada iklan “SADARI Hanya 7 Menit”
27 58 17 8
24,5% 52,7% 15,5% 7,3%23. Saya merasa yakin untuk
melakukan SADARI44 46 20 0
40% 41,8% 18,2% 0%
Dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju
terhadap pernyataan yang diajukan pada indikator ini.
Analisis Data
a. Uji Korelasi Hubungan Antara Tayangan Iklan Layanan Masyarakat
Kementerian Kesehatan “Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7
Menit” Terhadap Sikap Untuk Melakukan Sadari (Periksa Payudara
Sendiri)
Berdasarkan hasil analisis menunjukan nilai koefisien korelasi (rs)
sebesar 0,494, yang berarti antara tayangan Iklan Layanan Masyarakat
Kementerian Kesehatan “SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7
Menit” terhadap sikap untuk melakukan SADARI memiliki hubungan
yang sedang.
16
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara tayangan Iklan Layanan Masyarakat Kementerian Kesehatan
“SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit” terhadap sikap
untuk melakukan SADARI (Ha) diterima, karena rs = 0,494 yang berarti
memiliki hubungan sedang.
b. Uji Korelasi Hubungan antara tayangan Iklan Layanan Masyarakat
Kementerian Kesehatan “SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya
7 Menit” terhadap sikap untuk melakukan SADARI dengan
mengendalikan umur responden
Berdasarkan hasil analisis menunjukan nilai koefisien korelasi (rs)
sebesar 0,770, yang berarti antara tayangan Iklan Layanan Masyarakat
Kementerian Kesehatan “SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7
Menit” terhadap sikap untuk melakukan SADARI dengan mengendalikan
umur responden memiliki hubungan yang kuat.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara tayangan Iklan Layanan Masyarakat Kementerian Kesehatan
“SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit” terhadap sikap
untuk melakukan SADARI dengan mengendalikan umur responden (Ha)
diterima, karena rs = 0,770 yang berarti memiliki hubungan kuat.
c. Uji Korelasi Hubungan antara tayangan Iklan Layanan Masyarakat
Kementerian Kesehatan “SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya
7 Menit” terhadap sikap untuk melakukan SADARI dengan
mengendalikan tingkat pendidikan responden
Berdasarkan hasil analisis menunjukan nilai koefisien korelasi (rs)
sebesar 0,771, yang berarti antara tayangan Iklan Layanan Masyarakat
Kementerian Kesehatan “SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7
Menit” terhadap sikap untuk melakukan SADARI dengan mengendalikan
tingkat pendidikan responden memiliki hubungan yang kuat.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara tayangan Iklan Layanan Masyarakat Kementerian Kesehatan
“SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit” terhadap sikap
17
untuk melakukan SADARI dengan mengendalikan tingkat pendidikan
responden (Ha) diterima, karena rs = 0,771 yang berarti memiliki
hubungan kuat.
d. Uji Korelasi Hubungan antara tayangan Iklan Layanan Masyarakat
Kementerian Kesehatan “SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya
7 Menit” terhadap sikap untuk melakukan SADARI dengan
mengendalikan tingkat SES responden
Berdasarkan hasil analisis menunjukan nilai koefisien korelasi (rs)
sebesar 0,767, yang berarti antara tayangan Iklan Layanan Masyarakat
Kementerian Kesehatan “SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7
Menit” terhadap sikap untuk melakukan SADARI dengan mengendalikan
tingkat SES responden memiliki hubungan yang kuat.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara tayangan Iklan Layanan Masyarakat Kementerian Kesehatan
“SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit” terhadap sikap
untuk melakukan SADARI dengan mengendalikan tingkat SES responden
(Ha) diterima, karena rs = 0,767 yang berarti memiliki hubungan kuat.
Kesimpulan
Setelah melakukan pengujian, analisa,dan interpretasi terhadap data
penelitian, peneliti membuat beberapa kesimpulan :
1. Hasil analisis menunjukkan tayangan Iklan Layanan Masyarakat Kementerian
Kesehatan “SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit” secara
efektif mempengaruhi sikap untuk melakukan SADARI, artinya menayangkan
iklan melalui televisi merupakan salah satu cara yang efektif untuk
membentuk sikap untuk melakukan SADARI pada perempuan di Kota
Surakarta, dikarenakan derajat korelasinya yaitu 0,494.
2. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor
umur dengan tayangan Iklan Layanan Masyarakat Kementerian Kesehatan
“SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit” dan sikap untuk
melakukan SADARI, dikarenakan derajat korelasinya 0,770.
18
3. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor
tingkat pendidikan dengan tayangan Iklan Layanan Masyarakat Kementerian
Kesehatan “SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit” dan sikap
untuk melakukan SADARI, dikarenakan derajat korelasinya 0,771.
4. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor
SES dengan tayangan Iklan Layanan Masyarakat Kementerian Kesehatan
“SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7 Menit” dan sikap untuk
melakukan SADARI, dikarenakan derajat korelasinya 0,767.
5. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pendidikan menjadi yang tertinggi
sebagai faktor yang mempengaruhi tayangan Iklan Layanan Masyarakat
Kementerian Kesehatan “SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Hanya 7
Menit” dan sikap untuk melakukan SADARI pada perempuan di Kota
Surakarta dikarenakan derajat korelasinya 0,771.
Daftar Pustaka
Belch, George E dan Michael A. Belch. 2004. Advertising and Promotion: An Intergrated Marketing Communication Perspective. Boston: McGrawhill, Irwin.
Burnett, John dan Sandra Moriaty. 1998. Introduction to Marketing Communications: An Intergrated Approach. London: Prentice Hall International.
Effendi, Sofian. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.Jalaluddin, Rakhmat. 2001. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosda Karya.Jefkins,Frank. 1996. Periklanan. Jakarta: Erlangga.Kementerian Kesehatan. 2015. Panduan Program Nasional Gerakan
Pencegahan Dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara.
Kementerian Kesehatan. 2016. Panduan Germas.Lazarnuk, Leslie dan Leon G. Fistinger. 2000. Consumer Behaviour 5th Edition
New York: Prentice Hall.Lee, Monle, Johnson,Carla. 2011. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam
Perspektif Global. Jakarta: Kencana.Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &
Televisi.Jakarta: Kencana.Pujiyanto. 2013. Iklan Layanan Masyarakat. Yogyakarta: Andi Offset.Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
19
Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Wells, William, John Burnett dan Sandra Moriarty. 2000. Advertising: Principle. London: Prentice Hall International.
20