paparan materi -...
TRANSCRIPT
PAPARAN MATERI
Temu Ilmiah Pendidikan Jasmani dengan Guru PJOK
di kota Surabaya dengan tema “Merdeka Belajar
dan Kampus Merdeka Ditinjau dari Perspektif
Pendidikan jasmani”.
Sabtu, 14 Maret 2020 di Auditorium FIO Unesa
13/03/2020
1
Merdeka Belajar dan
Kampus Merdeka: Kemana
Arah Pendidikan Kita?Ali MaksumGuru Besar Fakultas Ilmu Olahraga
Universitas Negeri Surabaya
*disampaikan dalam “Temu Ilmiah Pendidikan Jasmani”, sabtu, 14 Maret 2020 di Auditorium FIO Unesa
Memahami Logika Kebijakan
• USBN diselenggarakan sekolah
• UN diganti asesmen kompetensi
• RPP satu lembar
• Zonasi lebih fleksibel
Merdeka Belajar
• Otonomi pembukaan Prodi
• Akreditasi sukarela
• Transformasi menuju PTN-BH
• Hak belajar 3 semester di luar Prodi
Kampus Merdeka
13/03/2020
2
“Kemerdekaan
Berpikir”
Membebaskan
sekolah/kampus dari okupansi
politik dan kekuasaan agar
terbangun kemandirian,
kemampuan berpikir kritis,
kreativitas, dan inovasi
UUD 1945
Pembukaan: “Mencerdaskan kehidupan bangsa…”
Pasal 28: “Kemerdekaan berserikat, kebebasan berpikir, dan bersikap sesuai hati nurani…
UU No. 20 Tahun 2003
Pasal 3: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
UU No 12 Tahun 2012
Pasal 5 (tujuan PT): berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, danberbudaya untuk kepentingan bangsa
Pasal 8: Kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan wajibdilindungi dan difasilitasi oleh pimpinan perguruan tinggi
Apa esensinya?
Pola Berpikir Mahasiswa Unesa*
FakultasCRT1 CRT2 CRT3 Pola Berpikir
I R I R I R I R
FBS 89,7 10,3 82,6 17,4 95,9 4,1 89,40 10,60
FE 93 7 76,5 23,5 99,1 0,9 89,53 10,47
FIO 98 2 85,7 14,3 100 0 94,57 5,43
FIP 79,6 20,4 70,1 29,9 85,4 14,6 78,37 21,63
FISH 94,5 5,5 93,8 6,2 95,2 4,8 94,50 5,50
FMIPA 61 31 39,1 60,9 66,3 33,7 55,47 41,87
FT 65,9 34,1 45,3 54,7 54,7 45,3 55,30 44,70
Pasca 70,5 29,5 40,9 59,1 65,9 34,1 59,10 40,90
Unesa 81,5 18,5 67,8 32,2 81,7 18,3 77 23
*hasil riset Maksum & Khory (2019)
13/03/2020
3
Kinerja akademik mahasiswa Unesa*
Fakultas
Rerata Waktu (jam) Frekuensi mengikuti
IPKBaca/hari Mengerjakan
Tugas/minggu
Pertemuan Ilmiah Penguatan Softskill
FIP 3,05 14,52 3,54 3,50 3,50
FBS 3,21 11,69 3,66 3,66 3,60
FMIPA 3,75 22,85 3,51 3,63 3,47
FISH 3,51 15,12 3,63 3,59 3,41
FT 3,08 12,40 3,57 3,59 3,33
FIO 1,81 7,08 3,26 3,81 3,35
FE 2,63 15,77 3,81 3,83 3,50
Pascasarjana 2,41 11,47 3,50 3,72 3,70
Unesa 3,08 13,99 3,59 3,64 3,47
Pilihan profesi ke depan: 63% mahasiswa akan memilih non-kependidikan dan 37% memilih kependidikan
*hasil riset Maksum & Khory (2019)
Indikator kebugaran dan kesehatan
1,47
26,9
25,8
1,810,9
3,88,5
34,1
010203040
Prevalensi penyakit tidak menular
naik
2013 2018
1
16,9
44,1
32,1
5,9
0
4
13
23
60
0
0
5,3
13,5
81,2
0 20 40 60 80 100
baik sekali
baik
sedang
kurang
kurang sekali
Perbandingan tingkat kebugaran pelajar (%)
1995 2011 2018
• 27,8% siswa SMP di Surabaya mengalami overweight (Nurhayati,
dkk., 2018), prevalensinya lebih tinggi dari rata-rata nasional
10,8%;
• Kemampuan motorik siswa SMP di Surabaya (Indahwati, dkk.,
2018): kategori baik sekali sebesar 7.3 %, kategori baik sebesar
20.7 %, kategori sedang sebesar 36 %, kategori kurang sebesar
32 %, dan kategori kurang sekali sebesar 4 %. Data 2018 mengacu penelitian Hartati, dkk., (2018)
13/03/2020
4
Evidence Based
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 2015 2017 2019
Prestasi Indonesia dalam SEA Games, 1991-2017
Indonesia Malaysia Thailand Vietnam
371
397
371
360
386
379
393
403
396
330
340
350
360
370
380
390
400
410
2003 2015 2018
Skor PISA Indonesia 2003, 2015, 2018
Reading Math Science
Mekanisme Kerja Otak (Peters, 2012; Kahneman, 2011; Evans, 2008)
Meyakini apa yang dirasakan dan alami
Membutuhkan justifikasilogis dan bukti
13/03/2020
5
Fenomena Post-Truth (McIntyre, 2018; Nichols, 2017)
• Menilai kebenaran bukanatas dasar justifikasi logisdan bukti empirik, tetapipada emosi: suka - tidaksuka
• Sesuatu dianggap benarhanya karena disukai, dansebaliknya, sesuatu dianggapsalah jika tidak disukai
• Kondisi tersebut merugikandunia akademik yang menjunjung tinggi nalar dandata
Korelasi antara Level Berpikir, Indeks Korupsi, dan Indeks Inovasi
Science Reading Math CPI GII
Science Pearson Correlation 1 .974** .970** -.626** .807**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 31 31 31 31 31
Reading Pearson Correlation 1 .960** -.577** .791**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000
N 31 31 31 31
Math Pearson Correlation 1 -.563** .776**
Sig. (2-tailed) .001 .000
N 31 31 31
CPI Pearson Correlation 1 -.787**
Sig. (2-tailed) .000
N 31 31
GII Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 31
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
CPI= Corruption Perceptions Index; GII= Global Innovation Index
13/03/2020
6
Merdeka belajar dalam PJOK
Kondisi Sekarang Perubahan ke depan
Pertemuan 1x/mg (±150’) Pertemuan 1x/mg
Daily physical activity, ≥3x aktivitas fisik/mg @≥30’
Orangtua wajib memberikan waktu kepada anak untuk
melakukan aktivitas fisik ≥3x/mg @30’
Waktu luang (sebelum jam masuk, jeda
istirahat, pulang sekolah) tidak dimanfaatkan
Memanfaatkan waktu luang dengan memberikan kebebasan
kepada para siswa untuk aktivitas fisik
Ekosistem literasi fisik tidak terbangun Membangun ekosistem sekolah agar terjadi literasi fisik:
• Sekolah wajib memberikan kebebasan kepada siswa/guru
memanfaatkan waktu luang untuk aktivitas fisik
• Pengaturan transportasi ke/dari sekolah
• Pengaturan tempat parkir menjauh dari sekolah
• Sekolah bebas rokok
• Menghindari/mengurangi makanan/minuman manis &
kolesterol
• Komitmen kolektif kepala sekolah, guru, siswa, dan orangtua
Tidak ada pengukuran CP secara reguler Pengukuran CP secara periodik, minimal 6 bulan sekali
Kampus Merdeka – LPTK
Penguatan Sistem Pendidikan Guru (Permenristekdikti 55/2017)
4 tahun (≥144 SKS); level 6 KKNI 1 tahun (36-40 SKS); level 7
KKNI
Sarjana Pendidikan PPG
• Sistem penerimaan mahasiswa baru: Passion
• Pendidikan akademik/keilmuan - HOTS
• Akademik kependidikan: Pemahaman peserta didik dan pembelajaran yang
mendidik
• Bidang keilmuan: meliputi filsafat keilmuan, substansi, struktur, pola pikir,
tradisi keilmuan, dan perkembangan keilmuan
• Pembelajaran mikro dan PLP
• Diakhiri dengan penyusunan deskripsi saintifik: skripsi/TA/karya ilmiah setara
• Respons Permendikbud 3/2020: model 512 (5s in-in; 1s out-in; 2s out-out)
• Pendidikan profesi –
evidence based
• Diakhiri dengan uji
kompetensi nasional
(tulis+kinerja)
• Sertifikat pendidik
• Mengacu pada Permendikbud 3/2020 dan penjelasan Menteri diberbagai kesempatan, PT wajib menyediakan pembelajaran 3 semester di luar Prodi (bagi mahasiswa merupakanpilihan)
• Mengapa bidang kesehatan dikecualikan (pasal 15 ayat 6), sementara bidang pendidikantidak?
14/03/2020
1
LAPORAN AKHIR PENELITIAN KEBIJAKANJURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA/ FAKULTAS ILMU OLAHRAGA
PROFIL TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA SURABAYA
Dra. Sasminta Christina Yuli Hartati, M.Pd.
Dr. Anung Priambodo, M.Psi.T
Dr. Sapto Wibowo, M.Pd.
Dony Andrijanto, S.Pd., M.Pd.
Nur Ahmad Arief, S.Pd., M.Pd.
RINGKASAN
Adanya berbagai permasalahan terkait dengan optimalisasi fungsi tubuh untuk mendapatkan kesehatan dari aktivitas gerak
Di Indonesia, PJOK hanya mampu memberikan dampak terhadap kebugaran jasmani sebesar 15% (Depdiknas Balitbang Puskur 2007).
Walau pemerintah telah membuat berbagai perubahan dalam kurikulum, data menunjukkan bahwa dari 2006 sampai 2010 kebugaran jasmani siswa menurun.
14/03/2020
2
Setelah 6 tahun K-13 diimplementasikan, perlu diketahui keadaan kebugaran jasmani siswa.
Selain itu, perlu ada update data kebugaran sebagai dasar rekomendasi pengembangan pembelajaran PJOK untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan penelitian yang menggunakan teknik survei kepada siswa sekolah dasar di Kota Surabaya.
PENDAHULUANPada hakekatnya, PJOK terdiri dari proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik demi pembentukan manusia seutuhnya.
Aktivitas jasmani dalam PJOK bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik, fungsional dan kebugaran jasmani peserta didik.
Prinsip-prinsip pembelajaran pendidikan jasmani haruslah memacu pembentukan, pengembangan, dan peningkatan kualitas kemampuan unsur-unsur kognitif, afektif dan psikomotorik.
14/03/2020
3
Hartono, dkk (2013: 6) menyatakan bahwa kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari domain psikomotorik yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis organ tubuh.
Sementara menurut Widiastuti, (2015: 13) kesegaran jasmani merupakan aspek fisik dari kesegaran yang menyeluruh, yang membuat seseorang sanggup untuk menjalankan hidup produktif tanpa mengalami kelelahan yang berlebih dan masih sanggup melakukan aktifitas fisik yang lain.
Oleh karena itu, salah satu indikator keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran PJOK di sekolah dapat dilihat dari tingkat kebugaran jasmani peserta didiknya.
Kebugaran jasmani merupakan aspek terdekat yang menghubungkan antara aktivitas fisik dengan kesehatan (Prakoso, Saifuddin, dan Burstiando, 2014).
Anak perlu melakukan banyak bergerak agar dapat meraih kebugaran jasmani, akan tetapi untuk dapat lama melakukan aktivitas fisik yang lama perlu memiliki kebugaran jasmani yang tinggi pula.
Kebugaran jasmani dapat memberikan harapan hidup lebih tinggi dan terbebas dari penyakit degeneratif, sehingga perbaikan derajat kebugaran jasmani sangat perlu dilakukan agar semakin mengurangi risiko kematian akibat penyakit (Beverage Institute For Health & Wellness, The Coca-Cola Company, 2012 dan Church et al., 2007).
14/03/2020
4
Begitu pentingnya kebugaran jasmani berdampak pada derajat hidup anak, maka perlu monitoring tingkat kebugaran jasmani sehingga promosi dan perlakuan untuk meningkatkan derajat kebugaran jasmani dapat dilakukan secara tepat.
6%
0%
5,15% 5,05%
6% 6%
Baik Baik Sekali
Survey Kebugaran Jasmani Terakhir
2005 2006 2010
METODOLOGI PENELITIANPengukuran tingkat kebugaran jasmani dapat dilakukan melalui berbagai bentuk tes.
Beberapa contoh tes untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani antara lain: tes kebugaran dengan menggunakan Balke Test atau Tes Jalan-Lari 15 menit, Multistage Fitness Test (MFT), Harvard Test atau tes naik turun bangku, Tes Kebugaran Jasmani Lari 2,4 Km, Tes Kebugaran jasmani Lari 12 Menit dan Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI).
Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah MFT karena berfokus pada daya tahan jantung dan paru siswa.
14/03/2020
5
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD dan SMP di kota Surabaya.
Teknik sampling yang digunakan adalah multistage random sampling yang merupakan gabungan antara stratified random sampling dengan cluster sampling.
Proses pengambilan sampel dilakukan menggunakan urutan seperti dalam gambar berikut.
Sasaran Wilayah Pengukuran Kebugaran Jasmani
HASIL DAN DISKUSI
Variabel Sekolah/ Wilayah Mean SD Min Max
VO2Max SDN Bubutan IV/ UPTD 3 24,0 3,49 19,1 33,7
SDN Gading 1/ UPTD 2 23,5 3,45 18,1 34,3
SDN Kedung Cowek 1/ UPTD 5 22,7 2,93 18,6 33,3
SDN Wiyung 1/ UPTD 4 22,6 2,92 19,1 33,0
SDN Karah 1/ UPTD 1 21,3 6,68 18,1 30,3
Total 22,8 3,89 18,1 34,3
IMT SDN Gading 1/ UPTD 2 19,3 4,93 13,2 37,5
SDN Karah 1/ UPTD 1 18,6 4,11 11,8 29,1
SDN Kedung Cowek 1/ UPTD 5 17,4 3,74 12,1 29,7
SDN Wiyung 1/ UPTD 4 17,2 3,85 12,0 29,6
SDN Bubutan IV/ UPTD 3 16,5 2,76 12,3 25,4
Total 17,8 3,88 11,8 37,5
Aktivitas
Fisik SDN Kedung Cowek 1/ UPTD 5 8,46 2,25 1 13
SDN Wiyung 1/ UPTD 4 7,84 1,69 4 13
SDN Bubutan IV/ UPTD 3 7,71 1,69 4 11
SDN Gading 1/ UPTD 2 7,61 2,14 2 13
SDN Karah 1/ UPTD 1 7,20 2,41 0 13
Total 7,76 2,03 0 13
Statistik Deskriptif Data Kebugaran Jasmani (VO2Max), Status Gizi (IMT),
dan Aktivitas Fisik Berdasarkan Wilayah
14/03/2020
6
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kebugaran siswa SD kota Surabaya berada pada kategori buruk (M= 22,8, SD= 3,89, Min= 18,1, Max= 34,3).
Urutan wilayah UPTD paling tinggi sampai ke yang paling rendah adalah:
1. SDN Bubutan IV/ UPTD 3 masuk dalam kategori buruk (M= 24,0, SD= 3,49)
2. SDN Gading 1/ UPTD 2 masuk dalam kategori buruk (M= 23,5, SD= 3,45)
3. SDN Kedung Cowek 1/ UPTD 5 masuk dalam kategori buruk (M= 22,7, SD= 2,93)
4. SDN Wiyung 1/ UPTD 4 masuk dalam kategori buruk (M= 22,6, SD= 2,92)
5. SDN Karah 1/ UPTD 1 masuk dalam kategori buruk (M= 21,3, SD= 6,68).
Kondisi status gizi siswa berdasarkan IMT dapat dijelaskan bahwa siswa SD kota Surabaya memiliki status gizi normal (M= 17,8, SD= 3,88, Min= 18,1, Max= 34,3).
Urutan nilai IMT dari yang paling tinggi sampai paling rendah adalah:
1. SDN Gading 1/ UPTD 2 dengan kategori normal (M= 19,3, SD= 4,93)
2. SDN Karah 1/ UPTD 1 dalam kategori normal (M= 18,6, SD= 4,11)
3. SDN Kedung Cowek 1/ UPTD 5 kategori normal (M= 17,4, SD= 3,74)
4. SDN Wiyung 1/ UPTD 4 kategori normal (M= 17,2, SD= 3,85)
5. SDN Bubutan IV/ UPTD 3 kategori normal (M= 16,5, SD= 3,88).
14/03/2020
7
Tingkat aktivitas fisik siswa kota Surabaya masuk dalam kategori aktif (M= 7,76, SD= 2,03, Min= 0, Max= 13).
Urutan tingkat aktivitas fisik siswa SD kota Surabaya mulai dari yang paling tinggi ke yang paling rendah yaitu:
1. SDN Kedung Cowek 1/ UPTD 5 dalam kategori aktif (M= 8,46, SD= 2,25)
2. SDN Wiyung 1/ UPTD 4 dalam kategori aktif (M= 7,84, SD= 1,69)
3. SDN Bubutan IV/ UPTD 3 dalam kategori aktif (M= 7,71, SD= 1,69)
4. SDN Gading 1/ UPTD 2 dalam kategori aktif (M= 7,61, SD= 2,14)
5. SDN Karah 1/ UPTD 1 dalam kategori aktif (M= 7,20, SD= 2,41).
21,3 23,5 24 22,6 22,7
18,619,3 16,5 17,2 17,4
7,2
7,617,71 7,84 8,46
0
10
20
30
40
50
60
SDN Karah 1 (UPTD 1) SDN Gading 1 (UPTD 2) SDN Bubutan IV (UPTD 3) SDN Wiyung 1 (UPTD 4) SDN Kedung Cowek 1 (UPTD 5)
Keseluruhan Data Kebugaran Jasmani (Mean)
Kebugaran Status Gizi Aktivitas Fisik
14/03/2020
8
Deskripsi Data Berdasarkan Jenis Kelamin
Data membuktikan bahwa terdapat kecenderungan kebugaran jasmani, status gizi, dan aktivitas fisik pada siswa yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Variabel Jenis Kelamin Mean Std. Deviation Minimum Maximum
VO2Max Laki-Laki 23,8 3,87 18,1 34,3
Perempuan 21,8 1,96 18,6 29,5
Total 22,8 2,9 18,1 34,3
IMT Laki-Laki 18,4 4,19 12,7 32,7
Perempuan 17,3 3,85 11,8 37,5
Total 17,8 4,0 11,8 37,5
Aktivitas
Fisik Laki-Laki 7,86 2,35 0 13
Perempuan 7,68 1,83 3 12
Total 7,8 2,1 0 13
Pengaruh Perbedaan Wilayah dengan Kebugaran Jasmani
59
37
29
41
52
14
2931
21
33
810
6 5
0
10
20
30
40
50
60
70
SDN Karah 1 (UPTD 1) SDN Gading 1 (UPTD 2) SDN Bubutan IV (UPTD3)
SDN Wiyung 1 (UPTD 4) SDN Kd. Cowek 1 (UPTD5)
Sangat Buruk Buruk Cukup
14/03/2020
9
Pengaruh Perbedaan Jenis Kelamin terhadap Kebugaran Jasmani
108 110
59 59
17 15
0
20
40
60
80
100
120
Laki-Laki Perempuan
Sangat Buruk Buruk Cukup
Pengaruh Status Gizi terhadap Kebugaran Jasmani
89
23
82
1014
81
2016
1 0
27
41 0 0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas
Sangat Buruk Buruk Cukup
14/03/2020
10
Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Kebugaran Jasmani
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani, r (368)= 0,110, p= 0,034.
Hubungan yang terjadi adalah positif sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi aktivitas fisik maka semakin tinggi kebugaran jasmani.
Variabel Mean Std. Deviation N r p
VO2Max 22,8 3,21 368
0,110 0,034
Aktivitas Fisik 7,77 2,10 368
Pengaruh Status Gizi dan Aktivitas Fisik terhadap Kebugaran Jasmani
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa secara simultan, status gizi dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi kebugaran jasmani, F (5, 108)= 12,0, p= 0,000.
Artinya, untuk memaksimalkan tingkat kebugaran jasmani maka perlu menjaga status gizi dan aktivitas fisik.
Dependent Variable: VO2Max
SourceType III Sum of
Squaresdf Mean Square F Sig.
Corrected Model 539a 5 108 12,0 ,000
Intercept 11759 1 11759 1311 ,000
IMT * Aktivitas Fisik 539 5 108 12,0 ,000
Error 3247 362 8,97
Total 195270 368
Corrected Total 3786 367
a. R Squared = ,142 (Adjusted R Squared = ,131)
14/03/2020
11
KEBUGARAN JASMANI SISWA SMP
Siswa SMP yang bersekolah di wilayah Surabaya pusat memiliki kebugaran jasmani paling tinggi dibandingkan dengan wilayah yang lainnya.
25,225,5
24,7
24,1
24,9 24,9
23
23,5
24
24,5
25
25,5
26
Barat Pusat Selatan Timur Utara Surabaya
KEBUGARAN SISWA SMP BERDASAR KATEGORI
Sebanyak 5,3% siswa SMP di Surabaya yang masuk dalam kategori cukup, 13,5% buruk, dan 81,2% sangat buruk.
76,583,3 83,5 85,1
79,1 81,2
16,59,7 11,4 10,9
17,4 13,57 6,9 5,1 4 3,5 5,3
0
20
40
60
80
100
Barat Pusat Selatan Timur Utara Surabaya
Ukuran dalam %
Sangat Buruk Buruk Cukup
14/03/2020
12
KESIMPULANBerdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan empat hal, sebagai berikut.
1. Tingkat kebugaran jasmani siswa SD kota Surabaya masuk dalam kategori buruk (M= 22,8, SD= 3,89), status gizi masuk dalam kategori normal (M= 17,8, SD= 3,88), dan aktivitas fisik masuk dalam kategori aktif (M= 7,76, SD= 2,03).
2. Terdapat pengaruh wilayah siswa SD kota Surabaa terhadap kebugaran jasmani (X² (8, N= 368)= 24.2, p= 0.002), tetapi kebugaran jasmani siswa laki-laki dan perempuan terbukti sama (X2 (2, N= 368)= 0.143, p= 0.931).
3. Variabel status gizi terbukti dapat memengaruhi kebugaran jasmani (X2 (2, N= 368)= 57,8, p= 0,000), begitu pula dengan variabel aktivitas fisik juga terbukti dapat memengaruhi kebugaran jasmani (r (368)= 0,110, p= 0,034).
4. Status gizi dan aktivitas fisik secara simultan memengaruhi kebugaran jasmani (F (5, 108)= 12,0, p= 0,000).
Berdasarkan penelitian ini dapat disarankan 3 hal, yaitu:
1. Kebugaran jasmani siswa SD di kota Surabaya masuk dalam kategori buruk, perlu pemeliharaan status gizi dan aktivitas fisik yang cukup sesuai dengan prinsip latihan untuk meningkatkan kebugarna jasmani.
2. Perlu dibuat program peningkatan kebugaran jasmani berskala sekolah agar implementasi dari program tersebut dapat dikontrol oleh guru PJOK yang telah memiliki kompetensi mumpuni dalam kajian ini.
3. Jika program peningkatan kebugaran jasmani sudah berjalan di sekolah, perlu dukungan penuh oleh dinas tekait agar dapat memperkuat dan memfasilitasi program tersebut lebih dapat berjalan dengan optimal.
14/03/2020
1
Profil Status Gizi Siswa SD dan SMP Negeri Di Kota Surabaya
Dr. dr. Endang Sri Wahyuni, M.Kes. Faridha Nurhayati, S.Pd.,M.Kes.
Irma Febriyanti, S.Or, M.Kes.Drs. Bambang Ferianto Tjahyo Kuncoro, MPd.
Pendahuluan
Status Gizi
SD
SMP
Junk Food
Sedentary
Obesitas
14/03/2020
2
RUMUSAN MASALAH
• Bagaimanakah gambaran status gizi pada siswaSD dan SMP di kota Surabaya?
TUJUAN PENELITIAN
• Mendiskripsikan gambaran status gizi pada siswaSD dan SMP di kota Surabaya.
URGENSI PENELITIAN
• Memberikan informasi terkait data status gizi siswa SD dan SMP di kota Surabaya.
• Sebagai bahan kajian bagi jurusan Pendidikan Olahraga FIO Unesa terkait status gizi SD danSMP di kota Surabaya.
• Memberikan rekomendasi bagi pemangku kepentingan terkait status gizi siswa SD dan SMP di kota Surabaya.
14/03/2020
3
KAJIAN PUSTAKA
• Status gizi
• Penilaian status gizi
• Indeks TB/U dan IMT/U
Metode Penelitian• Penelitian ini merupakan penelitian survei. • Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas I
SD Negeri dan siswa kelas VII di Kota Surabaya dan pengambilan sampel dengan menggunakan cluster random sampling berdasarkan wilayah, yaitu Surabaya Pusat, Surabaya Timur, Surabaya Barat, Surabaya Selatan dan Surabaya Utara.
• Instrumen yang digunakan adalah TB/U danIMT/U.
• Teknik analisis data dengan persentase
14/03/2020
4
Hasil Penelitian SMP
Tabel 4.1 Data berat badan, tinggi badan dan umur siswa SMP Negeri di kota
Surabaya
Variabel Nilai Minimum Nilai Maksimum Mean SD
Berat badan 23,2 109,4 48,44 14,67
Tinggi badan 132,9 176,8 155,69 8,33
Umur 11,11 15,7 13,4 0,8
Kategori Status Gizi
Status_Gizi Total
Kurus Sekali Kurus Normal Gemuk Obesitas
Jenis_Kelamin
Laki-laki 12 9 65 13 20 119
Perempuan 4 9 76 26 8 123
Total 16 18 141 39 28 242
Tabel 4.2 Data Status gizi siswa SMP Negeri se Surabaya
14/03/2020
5
Grafik
• Rata-rata status gizi normal sebesar 58,3%, tetapi untuk prevalensi overweight termasuk tinggi sebesar 27,8% yang terdiri dari gemuk sebesar 16,1% dan obesitas 11,6%.
• Data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang memiliki status gizi overweight lebih tinggi dari status gizi underweight yaitu sebesar 14%, terdiri dari kurus sebesar 7,4 % dan kurus sekali sebesar 6,6%.
• Berdasarkan jenis kelamin status gizi kurus sekali (12 orang) dan obesitas (20 orang) banyak terjadi padasiswa laki-laki daripada perempuan
14/03/2020
6
Pendidikan Ibu dan Status gizi
Tabel 4.5 Pendidikan Ibu dan Status Gizi Siswa SMP Negeri di kota Surabaya
Status Gizi
TotalKurus Sekali Kurus Normal Gemuk Obesitas
Pendidikan Ibu
Tidak sekolah 0 1 0 1 0 2
SD 1 1 10 4 0 16
SMP 3 6 25 5 3 42
SMA 9 8 61 17 11 106
D3/S1 2 2 42 10 9 65
S2 1 0 3 2 5 11
Total 16 18 141 39 28 242
Pekerjaan Ibu dan Status Gizi
Tabel 4.6 Pekerjaan Ibu dan Status Gizi siswa SMP se Surabaya
Status_Gizi
TotalKurus Sekali Kurus Normal Gemuk Obesitas
Pekerjaan Ibu
Ibu Rumah Tangga 10 11 87 27 17 152
Wiraswasta 2 0 13 5 3 23
Swasta 4 7 30 7 4 52
Buruh 0 0 4 0 0 4
PNS 0 0 7 0 4 11
Total 16 18 141 39 28 242
14/03/2020
7
Pola makan dan status gizi
Tabel 4.7 Jenis Kelamin dan Pola makan siswa SMP Negeri di kota Surabaya
Pola_makan Total
1 kali 2 kali 3 kali 4 kali 5 kali
Jenis_KelaminLaki-laki 2 16 88 13 0 119
Perempuan 4 35 75 8 1 123
Total 6 51 163 21 1 242
Konsumsi fast food dan status gizi
Tabel 4.8 Konsumsi Fast food siswa SMP Negeri se kota Surabaya
Fast_food Total
Jarang Sering
Jenis_KelaminLaki-laki 97 22 119
Perempuan 104 19 123
Total 201 41 242
14/03/2020
8
Aktivitas fisik dan status giziTabel 4.9 Status Gizi dan Aktivitas_fisik Siswa SMP Negeri se kota Surabaya
Aktivitas_fisik Total
tidak melakukan <3kali >3kali
Status_Gizi
Kurus sekali 0 6 10 16
Kurus 1 9 8 18
Normal 12 78 51 141
Gemuk 1 22 16 39
Obesitas 2 16 10 28
Total 16 131 95 242
Hasil Penelitian SDTabel 4.1 Data berat badan, tinggi badan dan umur siswa SD Negeri se kota
Surabaya
Wilayah Berat badan Tinggi badan Umur
Mean SD Mean SD Mean SD
Surabaya Barat 21,62 5,33 116,32 5,27 6,3 0,28
Surabaya Selatan 23,1 6,55 117,41 6,15 6,10 0,62
Surabaya Timur 25,74 7,50 120,77 5,93 7,5 0,30
Surabaya Pusat 22,98 6,71 119,6 5,85 6,9 0,56
Surabaya Utara 21,44 5,47 116,68 5,14 7,2 0,35
Total 22,98 6,31 118,16 5,66 6,8 0,42
14/03/2020
9
Kategori Status Gizi TB/UTabel 4.2 Data status gizi berdasarkan TB/U siswa SD Negeri se kota
Surabaya
Wilayah Status Gizi Berdasarkan TB/U Total
Sangat Pendek Pendek Normal Tinggi
L P L P L P L P
Surabaya Barat 2 1 6 6 22 28 0 0 65
Surabaya Selatan 1 1 1 2 26 24 0 1 56
Surabaya Timur 2 2 3 8 43 35 0 0 93
Surabaya Pusat 0 2 1 2 30 26 1 0 62
Surabaya Utara 0 1 6 2 29 24 0 0 62
Total 12
(3,6%)
37
(10.9%)
287
(84,9%)
2
(0,6%)
338
(100%)
Grafik
14/03/2020
10
• Secara keseluruhan status gizi yang memiliki persentase tertinggi adalah kategori normal yaitu 287 orang (84,9%), dan terendah kategori tinggi yaitu 2 orang (0,6%). Dengan prevalensi stunting sebanyak 49 orang (14,5%)
• Analisa per wilayah angka stunting tertinggi adadi wilayah Surabaya Barat sebanyak 15 orang (23,1%) dari 65 orang siswa dan terendah ada di Surabaya Pusat sebanyak 5 orang (8,06%) dari 62 orang siswa.
Kategori Status Gizi IMT/U
Wilayah Status Gizi Berdasarkan IMT/U Total
Sangat
Kurus
Kurus Normal Gemuk Obesitas
L P L P L P L P L P
Surabaya Barat1 1 2 5 19 24 4 3 4 2 65
Surabaya Selatan0 0 1 4 21 15 5 4 1 5 56
Surabaya Timur2 0 2 2 25 37 6 3 13 3 93
Surabaya Pusat0 1 7 2 19 22 0 4 6 1 62
Surabaya Utara3 0 5 0 22 20 4 5 1 2 62
Total
8
(2,4%)
30
(8,9%)
224
(66,3%)
38
(11,2%)
38
(11,2%)
338
(100%)
Tabel 4.3 Data status gizi berdasarkan IMT/U Siswa SD Negeri di kota Surabaya
14/03/2020
11
Grafik
• Secara keseluruhan status gizi yang memiliki persentase tertinggi adalah kategori normal yaitu 224 orang (66,3%), dan terendah kategori sangat kurus yaitu 8 orang (2,4%).
• Prevalensi overweight (gemuk dan obesitas) sebanyak 76orang (22,4%), lebih besar dari kategori underweight(kurus dan kurus sekali) sebanyak 38 orang (11,3%).
• Analisa per wilayah prevalensi overweight (gemuk danobesitas) tertinggi adalah wilayah Surabaya Timursebanyak 25 orang (28,88%) dari 93 siswa dan terendahSurabaya Pusat sebanyak 11 orang (17,74%) dari 62 siswa.
• Kategori underweight (kurus sekali dan kurus) angkatertinggi ada di wilayah Surabaya Pusat sebanyak 10 orang (16,13%) dari 62 siswa dan angka terendah ada di Surabaya Timur sebanyak 6 orang (6,4%) dari 93 siswa.
14/03/2020
12
Pembahasan• Stunting merupakan indikator status gizi kronis yang dapat memberikan
gambaran status sosial ekonomi di masa lampau yang disebabkan olehkonsumsi yang tidak adekuat di masa lampau dan respon yang tinggi terhadappenyakit infeksi (Sudiman, 2008)
• Mesfin, Firehiwot, dkk. (2015) menyebutkan bahwa kejadian stunting padaanak usia sekolah dasar disebabkan karena ibu yang bekerja, usia ibu, kasuspenyakit infeksi pada anak dan pola pengasuhan anak.
• Kondisi status gizi siswa yang termasuk underweight (kurus dan kurus sekali)atau status overweight (gemuk dan obesitas) memerlukan perbaikan gizi,karena dengan keadaan tersebut bisa menimbulkan masalah padapenampilannya, bahkan dapat menimbulkan penyakit.
• Menurut Karkhi, Asmita, dkk (2019), ada beberapa faktor yang mempengaruhiangka kejadian overweight pada anak, antara lain konsumsi junk food danaktivitas sedentari yang tinggi. Pendidikan kesehatan sekolah merupakan salahsatu program untuk mengurangi konsumsi energi dari makanan danpenyuluhan (promosi) tentang gaya hidup aktif termasuk penggunaan alattransportasi aktif (misal: sepeda, jalan kaki).
Simpulan• Prevalensi overweight pada siswa SMP
termasuk tinggi sebesar 27,8% yang terdiri dari gemuk sebesar 16,1% dan obesitas 11,6%.
• Prevalensi stunting pada siswa SD sebanyak 49 orang (14,5%).
• Prevalensi overweight pada siswa SDsebanyak 76 orang (22,4%).
14/03/2020
13
Saran • Identifikasi status gizi siswa perlu dilakukan
secara berkala, sehingga apabila terjadimasalah dapat segera dilakukan penanganankhusus.
• Perlu adanya sosialisasi bagi siswa yang memiliki status gizi normal agar dapatmempertahankan status gizinya, dan bagisiswa yang mengalami status gizi stunting, underweight dan overweight perlu adanyaupaya perbaikan gizi.
14/03/2020
1
z
ProfilKemampuan Motorik Anak
SD dan SMP se- Surabaya
Nanik Indahwati, dkk
z
Latar Belakang
▪ Belum adanya data emperik terkait indeks
keterampilan motorik siswa usia SD dan SMP di
Kota Surabaya
▪ PJKR perlu memberikan masukan terkait kebutuhan
gerak siswa usia SD dan SMP
14/03/2020
2
z
Tujuan Penelitian
▪ mengetahui profil kemampuan motorik (motor ability)
siswa usia SD dan SMP se Kota Surabaya
▪ Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kemampuan motorik siswa SD
dan SMP se-Surabaya
z
Metode Penelitian
▪ Jenis penelitian semu (quasi experiment),dengan pendekatan deskriptif kuantitatif
▪ Sampel : Siswa SD dan SMP (se Surabaya)
14/03/2020
3
z
Instrumen TesGMA (General Motor Ability) :
▪ Kecepatan (speed). Speed test lari lurus minimal 30-100 yard.
▪ Kelincahan (Agility). Zig-zan Run
▪ Keseimbangan (Balance). Statis balance: Stork Stand
▪ Koordinasi mata dan tangan. Hand Eyes Coordination Test
z
Hasil Penelitian
Lari 60 m Agility Balance Komata
Mean 5,59 25,62 15,44 3,37
SD 2,15 6,01 27,33 4,40
Varian 4,62 36,14 747,15 19,35
Min 2,22 3 0,01 0
Max 27,68 49 300 19
A. SD
Kategori F %
Baik Sekali 1 0,3%
Baik 79 24,1%
Sedang 181 55,2%
Kurang 63 19,2%
Kurang sekali 4 1,2%
Total 328100,0
%
Hasil Tes Lari 60 meter
Kategori F %
Baik Sekali 20 6,1%
Baik 32 9,8%
Sedang 203 61,9%
Kurang 58 17,7%
Kurang sekali 15 4,6%
Total 328 100,0%
Hasil Tes Kelincahan (Agility)
Kategori Ʃ %
Baik Sekali 20 6,1%
Baik 4313,1
%
Sedang 14042,7
%
Kurang 12538,1
%
Kurang
sekali0 0,0%
Total 328100,0
%
Hasil Tes Kesimbangan (Balance)
Kategori Ʃ %
Baik Sekali 3510,7
%
Baik 5215,9
%
Sedang 6519,8
%
Kurang 17653,7
%
Kurang
sekali0 0,0%
Total 328100,0
%
Hasil Tes Koordinasi Tangan (Komata)
14/03/2020
4
z
Hasil penelitian
Lari 60 m Agility Balance Komata
Mean 9.07 6.79 4.63 6.07
SD 2.22 0.78 3.52 4.06
Varian 4.94 0.60 12.41 16.51
Min 4,7 5.24 1.5 1
Max 13.47 9.1 29.46 18
B. SMP
Kategori Ʃ %
Baik Sekali 18 12,0
%
Baik 26 17,3
%
Sedang 49 32,7
%
Kurang 51 34,0
%
Kurang
sekali
6
4,0 %
Total 150 100,0
%
Hasil Tes Lari 60 meter
Kategori Ʃ %
Baik Sekali6 4,0%
Baik49
32,7
%
Sedang51
34,0
%
Kurang34
22,7
%
Kurang
sekali 10 6,7%
Total 150 100,0
%
Hasil Tes Kelincahan (Agility)
Kategori Ʃ %
Baik Sekali8 5,3%
Baik10 6,7%
Sedang95 63,3%
Kurang37 24,7%
Kurang
sekali 0 0,0%
Total 150 100,0
%
Hasil Tes Kesimbangan (Balance) Hasil Tes Koordinasi Tangan (Komata)
Kategori Ʃ %
Baik Sekali19 12,7%
Baik17 11,3%
Sedang52 34,7%
Kurang62 41,3%
Kurang
sekali 0 0,0%
Total 150 100,0
%
zKesimpulan
A. Secara umum profil kemampuan motorik siswa SD SMPN se Surabaya
berada pada kategori Sedang (35,4 %) dan kategori Sedang (36 %).
Hal ini dapat dilihat dari berbagai karakteristik hasil pengukuran
kemampuan motorik yang terdiri dari komponen (Kecepatan, Kelincahan,
Keseimbangan, dan Koordinasi Mata- Tangan).
1. Total 328 siswa SD menunjukkan hasil dengan urutan kategori : Sedang
= 116 (35,4%), Kurang = 102 (31 %), Baik = 76 ( 23.2 %), Baik Sekali = 22
( 6.7 %) dan Kurang Sekali = 12 ( 3.7 %).
2. Total 150 siswa SMP menunjukkan hasil dengan urutan kategori : Sedang
= 54 (36,%), Kurang = 48 (32 %), Baik = 31 ( 20.7 %), Baik Sekali = 11 (
7.3 %) dan Kurang Sekali = 6 ( 4 %).
14/03/2020
5
z Kesimpulan
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kemampuan
motorik tersebut menurut hasil observasi dan wawacara
lapangan diantaranya adalah
1. kurangnya pola aktivitas gerak yang dilakukan olehsiswa, guru kurang mengenalkan bentuk-bentukpermainan (tradisional) yg memacu meningkatnyakemampuan gerak,
2. Terpola dengan sajian materi di buku,3. tidak familiar dengan bentuk tes,4. merasa enggan/ malu mencoba kativitas gerak yang
baru,5. ruang terbuka tidak terlalu luas sehingga ruang
gerak siswa terbatas.
z
PROFIL KOMPETENSI GURU PJOK SMP(PEDAGOGIK, KEPRIBADIAN, SOSIAL, DAN PROFESIONAL)
DI SURABAYA
TIM PENELITI
Dr. Abdul Rachman S.T.
Drs. Sudarso, M.Pd.
Dr. Dwi Cahyo Kartiko, M.Kes.
Drs. Hari Wisnu, M.Pd.
Bayu Budi Prakoso, S.Pd., M.Pd.
KEBUTUHAN GURU DI INDONESIA
Jumlah guru di Indonesia sudah mencukupi.
Kompetensi guru di Indonesia masih belum memuaskan.
Indonesia tidak butuh guru “biasa” lagi, tetapi Indonesia benar-benar butuh GURU profesional yang memiliki
kompetensi yang tinggi.
19,01 18,98
18,59
18,3
18,4
18,5
18,6
18,7
18,8
18,9
19
19,1
2011 2012 2013
Rasio Guru - Siswa
43,82
47,84
41
42
43
44
45
46
47
48
49
2011 2012
Nilai UKG
TUNTUTAN PEMERINTAH TTG KOMPETENSI GURU
Tuntutan pemerintah tinggi, tetapi tidak semua guru tahutingkat kompetensi pribadi akibat fasilitas pengukuran kompetensi yg masih sebatas kebijakan pemerintah untuk guru-guru yang terpilih.
Fakta Pengukuran Kompetensi Guru
1. Pengukuran kompetensi guru dilakukan berbasis kebijakan pemerintah, tidak semua guru dapat mengukur kompetensi secara mandiri.
2. Pengukuran kompetensi guru di Indonesia (UKG), hanya mengukur Kompetensi Pedagogik dan Profesional. Padahal ada empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru (Pedagogik, Sosial, Kepribadian, dan Profesional).
3. Pengukuran kompetensi wajib dilakukan secara berkelanjutan sebagai bahan refleksi guru untuk mengmbangkan kinerka secara berkelanjutan.
1.Perlu terobosan baru untuk memberikan pengalaman dan bantuan kepada para guru agar secara mandiri dapat mengetahui profil kompetensi pribadi.
2.Kompetensi guru rendah dan hanya diketahui melalui UKG yang dilakukan oleh pemerintah sebatas pada dua dari empat kompetensi yang wajib dikuasai oleh guru, perlu diukur 4 kompetensi sesuai dengan UU RI No. 14 th 2005 ttg Guru dan Dosen
Justifikasi Masalah
Justifikasi
Jenis penelitian: Deskriptif menggunakan metode Survei
Subjek: guru PJOK di MGMP Kota Surabaya
Instrumen: Pengukuran kompetensi guru dari Lembaga Riset PJOK Indonesia bernama Instrument PengukuranKadar Keguruan (Tingkat Kompetensi) MahasiswaCalon Guru dan Guru PJOK Indonesia (KKMCG-GPJOKI)melalui http://risetpjokindonesia.com/
Metode Penelitian
ITEM SOAL INSTRUMEN UNTUK KOMPETENSI PEDAGOGIK
No. Kompetensi Inti GuruNilai Maksimal
Guru Calon Guru
Kompetensi Pedagogik
1Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.5 2
2 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 5 3
3 Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 5 3
4 Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 3 1
5Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.4 2
6Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.4 2
7 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. 4 1
8 Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 5 3
9 Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 4 2
10 Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 4 2
ITEM SOAL INSTRUMEN UNTUKKOMPETENSI KEPRIBADIAN
No. Kompetensi Inti Guru
Nilai Maksimal
GuruCalon
Guru
Kompetensi Kepribadian
11Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.4 2
12Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.4 2
13Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa.4 2
14Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.4 2
15 Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 4 2
ITEM SOAL INSTRUMEN UNTUKKOMPETENSI SOSIAL
No. Kompetensi Inti Guru
Nilai Maksimal
GuruCalon
Guru
Kompetensi Sosial
16
Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
4 4
17Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.4 4
18Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.4 4
19Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.4 2
ITEM SOAL INSTRUMEN UNTUKKOMPETENSI PROFESIONAL
No. Kompetensi Inti Guru
Nilai Maksimal
GuruCalon
Guru
Professional Competence
20Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu.4 4
21Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu.4 4
22Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara
kreatif.5 5
23Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan melakukan tindakan reflektif.4 2
24Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.4 2
Kompetensi PedagogikGuru SMP di kota Surabaya
Sebanyak 50% guru SMP di kota Surabaya masuk kategori hebat, 25% baik, dan 21% biasa.
50%
25%21%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Hebat Baik Biasa
Kompetensi KepribadianGuru SMP di kota Surabaya
Sebanyak 75% guru SMP di kota Surabaya masuk kategori hebat, 17% baik, dan 8% biasa.
75%
17%8%
0%
20%
40%
60%
80%
Hebat Baik Biasa
Kompetensi SosialGuru SMP di kota Surabaya
Sebanyak 79% guru SMP di kota Surabaya masuk kategori hebat dan 21% baik.
79%
21%
0%0%
20%
40%
60%
80%
100%
Hebat Baik Biasa
Kompetensi ProfesionalGuru SMP di kota Surabaya
Sebanyak 50% guru SMP di kota Surabaya masuk kategori hebat, 42% baik, dan 8% biasa.
50%42%
8%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Hebat Baik Biasa
Kompetensi Guru SMPdi kota Surabaya
Sebanyak 63% guru SMP di kota Surabaya masuk kategori hebat, 29% baik, dan 8% biasai.
63%
29%
8%
0%
20%
40%
60%
80%
Hebat Baik Biasa
TERIMA KASIH
14/03/2020
1
TRACER STUDY DAN
STAKEHOLDER JURUSAN
PENDIDIKAN OLAHRAGA
TIM PENELITI
Dr. Heryanto Nur Muhammad, M.Pd.
Drs. Gatot Darmawan, M.Pd.
Hamdani, S.Pd., M.Pd.
Dwi Lorry Juniarisca, S.Pd., M.Ed.
Afifan Yulfadinata, S.Pd., M.Pd.
LATAR BELAKANG
TRACER STUDY
14/03/2020
2
TUJUAN
Sebagi basis data alumni Jurusan Pendidikan Olahraga
Melakukan evaluasi relevansi (kurikulum, saran, kebutuhandunia usahadan industri)
Memberikan kontribusi dalam proses akreditasi
Memperoleh informasi penting untuk mengembangkan Jurusan
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian: Deskriptif dengan menggunakan metodesurvei
Subjek Penelitian:1. Alumni Jurusan Pendidikan Olahraga2. Stakeholder Jurusan Pendidikan Olahraga
Instrumen Penelitian: 1. Tracer Study2. Stakeholder
14/03/2020
3
INSTRUMEN TRACER STUDY
NO INDIKATOR
1 Jumlah Lulusan
2 Waktu Tunggu
3 Kesesuaian Bidang Kerja
Jenis kelamin Jumlah Prosentase
Laki-Laki59 79,9
Perempuan15 20,3
Total 74 100
Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber Data Primer (Angkatan 2012-2015)
14/03/2020
4
MASA TUNGGU
Masa Tunggu Jumlah Prosentase
Bekerja Sebelum Lulus 39 52,7
< 3 bulan 19 25,7
3-12 bulan 11 14,9
> 12 bulan 5 6,8
TOTAL 74 100
KESESUAIAN BIDANG KERJA
No Pekerjaan Jumlah Prosentase
1 Guru 51 68,9
2 Wirausaha 10 13,5
3 Karyawan Swasta 4 5,4
4 Personal Training 2 2,7
5 Mahasiswa (S2) 2 2,7
6 Pegawai Bank 2 2,7
7 Tidak bekerja 3 4,1
Total 74 100
14/03/2020
5
KOMPETENSI STAKEHOLDER
NO INDIKATOR SKALA LIKERT
Maksimal Minimal
1 Etika 5 1
2 Keahlian pada Bidang Ilmu 5 1
3 Kemampuan Bahasa Asing 5 1
4 Penggunaan Teknologi Informasi 5 1
5 Kemamopuan Berkomunikasi 5 1
6 Kerjasama Tim 5 1
7 Pengembangan Diri 5 1
ETIKA
0 0
5,88
41,18
52,94
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
ETIKA (%)
14/03/2020
6
Keahlian Bidang Studi
0 0 0
47,06
52,94
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
KEAHLIAN BIDANG (%)
Kemampuan Bahasa Asing
05,88
23,53
70,59
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
BAHASA ASING (%)
14/03/2020
7
Penggunaan Teknologi
0 05,88
70,59
23,53
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
TEKNOLOGI INFORMASI (%)
Kemampuan Berkomunikasi
0 05,88
70,59
23,53
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
KOMUNIKASI (%)
14/03/2020
8
Kerjasama Tim
0 0
5,88
52,94
41,18
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
KERJASAMA TIM (%)
Pengembangan Diri
0 0
5,88
64,71
29,41
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
PENGEMBANGAN DIRI (%)
14/03/2020
9
KEPUASAN STAKEHOLDER
5,9
52,9
41,2
Sangat Tidak Puas Tidak Puas Cukup Puas Puas Sangat Puas
Kepuasan Stakeholder (%)
KESIMPULAN
Alumni Jurusan Pendidikan Olahraga bekerja sesuai
bidang pekerjaan dengan menjadi tenaga pengajar
Hasil perbandingan perspektif stakeholder terhadap
kompetensi alumni di indikator etika dengan kategori
sangat tinggi dan kategori sangat kurang adalah
bahasa asing
14/03/2020
10
”
“TERIMAKASIH