d0213063.docx · web viewdalam fotografi, memegang area wajah seperti dalam foto-foto di atas...
TRANSCRIPT
JURNAL
PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP KONSEP “WANITA CANTIK”
(Studi Deskriptif Persepsi Masyarakat terhadap Konsep “Wanita Cantik” pada
Akun Instagram Mahasiswi Cantik @uns.cantik Tahun 2017)
Oleh
Mutiara Larasati Permono
D0213063
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
1
PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP KONSEP “WANITA CANTIK”
(Studi Deskriptif Persepsi Masyarakat terhadap Konsep “Wanita Cantik” pada
Akun Instagram Mahasiswi Cantik @uns.cantik Tahun 2017)
Mutiara Larasati Permono
Monika Sri Yuliarti
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
AbstractThis study was conducted to find out the public perception of the concept of “beautiful woman” seen from the photos uploaded by the account @uns.cantik. This research belongs to the type of qualitative paradigm by using descriptive qualitative methods. The data collection technique was done by doing observation and text analysis to the Instagram of @uns.cantik and doing in-depth-interview to informants, they are administrator, followers (or not) who give comments, students whose photos are uploaded, and sociologists or experts. Informants in this study were selected by using purposive sampling technique. The data was analyzed by using perception steps according to Julia T. Wood (selection, organization and interpretation). This study uses Social Judgment Theory that talks about someone’s perception that influenced by their experience in the past. The results showed that the concept of beautiful women in @uns.cantik according to the perception of informants is: Beautiful woman in @uns.cantik is ‘pretty according to admin’, Beautiful woman in @uns.cantik is based on number of likers, Beautiful women in @uns.cantik have bright skin, Beautiful woman in @uns.cantik wear makeup, Beautiful woman in @uns.cantik take pictures with composition and angle, Beautiful woman in @uns.cantik wear hijab. The public perception of the concept of “beautiful woman” is influenced by personal character, residence culture, and past experience. Suggestions that researchers can convey to social media users is to use social media wisely, and not affected information from social media. to women, should always be confident with the beauty of themselves both physical and nonphysical.
Keywords: Perception, Instagram, Beautiful Women Concept, Beauty Standard
2
Pendahuluan
Kata “cantik” berasal dari bahasa latin, bellus. Sedangkan menurut Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia cetakan pertama edisi keempat (2008), cantik mempunyai
arti elok, molek, indah dan rupawan. Kemudian dalam penerapannya, pemaknaan
seseorang terhadap kecantikan itu berbeda dan bahkan selalu berubah dari waktu ke
waktu. Konsep kecantikan seseorang di daerah tertentu boleh jadi berbeda dari
konsep kecantikan seseorang di daerah lain (Syata, 2012).
Konsep cantik juga didefinisikan dalam penelitian “Putri Utama Jawa:
Kecantikan Wanita dalam Pespektif Jawa” (Firdausy, 2014). Menurut Firdausy,
konsep cantik menurut perspektif Jawa, yaitu yang terdapat dalam cerita Arjuna
Wiwaha karya Sunardi D.M dan buku-buku seputar Serat Candrarini. Dalam cerita
ini, konsep cantik tercermin dalam diri kelima putri utama Jawa yaitu Dewi Wara
Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan Dewi
Manohara, di mana terdapat dua jenis makna cantik, yaitu cantik menurut fisiknya,
dan cantik menurut sikapnya.
Konsep cantik lainnya yaitu yang digambarkan oleh beberapa media massa.
Yang pertama adalah konsep cantik dalam film, yaitu film “200 Pounds Beauty”
karya Kim Young Hwa. Konsep kecantikan dalam film ini dijelaskan dalam
penelitian Ariani (2015). Konsep wanita cantik dalam film asal Korea Selatan karya
Kim Young Hwa ini, ada delapan konsep kecantikan yang diangkat yang sekaligus
mewakili konsep kecantikan di masyarakat Asia pada umumnya, yaitu dilihat dari
potongan rambut, make up, bentuk tubuh, pakaian, aksesoris, bahasa, dan angle.
Adanya campur tangan media dalam mengarahkan persepsi masyarakat
tentang konsep cantik juga terdapat dalam majalah. Jurnal yang ditulis Marlianti
(2012) yang mengenai Representasi Tubuh Wanita di Majalah Femina, dipaparkan
bahwa majalah Femina turut memberikan pemahaman yang bersandar pada nilai-nilai
konstruksi mengenai konsep pemaknaan tubuh dan kecantikan. Tubuh wanita
dijadikan sebagai suatu yang dapat diubah dan dibentuk sesuai dengan keinginan
mereka. Kecantikan sendiri seharusnya bersifat kultural dan geografis di mana konsep
3
kecantikan berbeda antarnegara, antarsuku bangsa, dan antarbudaya. Namun konsep
kecantikan yang ada saat ini adalah konsep kecantikan menurut media. Masyarakat
cenderung setuju dengan konsep kecantikan yang media sampaikan (Marlianti, 2012).
Konsep cantik dalam majalah Femina yaitu, tubuh seorang wanita memerlukan
penanganan khusus, tubuh wanita harus dirawat dan dijaga setiap saat.
Penggambaran konsep kecantikan di media-media ini berdampak pada
perilaku wanita yang mengejar cantik fisik saja, bahkan mungkin sampai
mengesampingkan konsep cantik sikap. Periset terdahulu menemukan bahwa citra
tubuh dapat memengaruhi kepercayaan diri wanita, ketegasannya, dan sikapnya
mengenai pilihan gaya hidup (Lijtmaer, 2010). Wanita mulai khawatir dan tidak
percaya diri, kemudian melakukan seribu cara untuk mempercantik penampilannya.
Diet berlebihan, eating disorder seperti anorexia dan bulimia, serta meningkatnya
permintaan untuk melakukan prosedur-prosedur medis seperti sedot lemak, breast
implant, dan cosmetic surgery yang lain adalah bukti bahwa wanita telah menjadi
korban gambaran ideal tentang kecantikan (Wood dalam Puspa, 2010).
Media massa adalah saluran dari proses komunikasi massa. Fungsi dari
komunikasi massa menurut Harold D Lasswell salah satunya adalah transmission of
the social heritage from one generation to the next artinya media memiliki fungsi
meneruskan nilai-nilai sosial dari generasi ke generasi berikutnya, dalam penelitian
ini, nilai-nilai sosial yang diteruskan oleh media adalah konsep kecantikan. Di depan,
telah dipaparkan dua konsep kecantikan, yaitu cantik fisik dan cantik sikap.
Keterbatasan fitur Instagram yang hanya bisa menampilkan visual yaitu melalui foto,
menyebabkan konsep cantik secara fisik saja yang dapat digambarkan. Maka, ada
keterbatasan dalam menampilkan konsep cantik sikap.
Yang masih menjadi tren sejak tahun 2014 adalah munculnya akun-akun
mahasiswi cantik di Instagram. Akun tersebut mengunggah foto-foto anak kampus
tertentu yang oleh administratornya dinilai cantik. Foto tersebut akhirnya banyak
diperbincangkan di kalangan mahasiswa.
4
Entah berdasarkan standar apa, admin akun tersebut akan menyeleksi mahasiswi
kampus di Instagram yang telah masuk dalam daftar rekomendasi dan kemudian
mengunggah ulang foto mereka ke dalam akun cantik itu. Muncullah asumsi bahwa
mahasiswi yang fotonya ada di akun itu adalah mahasiswi yang masuk kategori
‘cantik’.
Dosen Filsafat Universitas Indonesia, Saras Dewi dikutip dari
suaramahasiswa.com mengungkapkan bahwa persoalan yang muncul dari akun
cantik merujuk pada standar tertentu, yaitu standar pemilik akunnya. Hal tersebut
tidak salah, yang jadi masalah kalau semua orang di universitas itu menganggap yang
cantik adalah mereka yang fotonya ada di akun cantik (Andhini, 2014).
Peneliti ingin melihat lebih jauh mengenai persepsi khalayak terhadap
konsep “cantik” yang ada pada akun Instagram @uns.cantik.
Penelitian ini mengambil fokus pada Instagram @uns.cantik, yaitu akun
mahasiswi cantik yang ada di Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang beralamat di
Jl. Ir Sutami no. 36A, Kentingan, Surakarta. Peneliti dapat mengobservasi fenomena
yang terjadi secara langsung karena peneliti berkuliah dari universitas tersebut.
Peneliti telah menemukan penelitian serupa yang dilakukan di berbagai
negara. Berikut peneliti jabarkan satu persatu secara singkat. Penelitian pertama
dilakukan oleh Poran (2002). Dilakukan terhadap 157 mahasiswa kampus yang terdiri
dari 48 orang latin (berkulit cokelat), 52 orang berkulit hitam, 51 orang berkulit putih,
dan 6 lainnya yang tidak terkategorikan. Poran melakukan penelitian dengan 2 tahap,
yang pertama mengenai definisi cantik menurut partisipan, dengan menunjukkan 7
foto boneka manekin yang mewakili kecantikan masing-masing kategori partisipan (2
latina, 2 hitam, 3 putih). Temuan yang muncul adalah kecantikan dapat dilihat dari 1)
personalitas, 2) karakterisitik fisik, 3) personalitas dan karakteristik, 4) lain-lain.
Kemudian, tahap kedua adalah dengan melihat persepsi kecantikan kultural dari
partisipan. Temuan yang muncul adalah 1) stereotypical standard of beauty, 2)
nonstereotypical standard of beauty, dan 3) “other”.
5
Penelitian lain pernah dilakukan oleh Karupiah (2015) yang berjudul “Have
Beauty Ideals Evolved? Readling of Beauty Ideals in Tamil Movies by Malaysian
Indian Youth”. Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara mendalam
terhadap 20 mahasiswi dan mahasiswa keturunan India di universitas di Malaysia
mengenai persepsi kecantikan ideal dilihat dari 25 film Tamil. Karupiah
menyimpulkan bahwa elemen kecantikan di film-film Tamil lebih berkiblat pada
kebudayaan barat dan sangat jauh berbeda dari kecantikan khas orang-orang India.
Penelitian-penelitian di atas dapat dijadikan referensi bagi peneliti. Memang,
penelitian serupa sudah banyak ada di lingkup dunia, namun, yang menarik dalam
penelitian ini, akan muncul konsep-konsep kecantikan yang berbeda karena faktor-
faktor kebudayaan di Indonesia yang memang berbeda.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana persepsi
masyarakat terhadap konsep “wanita cantik” berdasarkan foto-foto dalam Instagram
@uns.cantik.
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
Harold Lasswell dalam Effendy (2001) menyatakan bahwa untuk
menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan “who says
what in which channel to whom with what effect?” atau “siapa mengatakan apa
dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?” Berdasarkan
definisi ini, ada lima unsur dalam komunikasi, yakni sumber (source), pesan
(message), saluran (channel), penerima (receiver), dan efek (effect).
Dalam penelitian mengenai persepsi cantik dalam akun Instagram
@uns.cantik ini, yang dimaksud sumber adalah administrator akun tersebut,
sedangkan pesan adalah foto-foto yang telah diunggah. Saluran atau medianya
6
yaitu Instagram sebagai salah satu platform media sosial, kemudian yang
dimaksud dengan penerima dan efek yaitu khalayak follower dari akun
@uns.cantik dan bagaimana persepsi mereka terhadap konsep “wanita cantik”.
Dalam konteks penelitian ini, fungsi komunikasi massa yang banyak berperan
adalah transmission of the social heritage from one generation to the next. Hal ini
bisa diketahui dari pesan-pesan yang terkait dengan ‘wanita cantik’ dalam akun
Instagram @uns.cantik akan diteruskan atau diwariskan dari satu generasi ke
generasi lain.
McQuail membuat pengelompokan media baru menjadi empat kategori.
Pertama, media komunikasi interpersonal yang terdiri dari telepon, handphone, e-
mail. Kedua, media bermain interaktif seperti komputer, videogame, permainan
dalam internet. Ketiga, media pencarian informasi berupa portal search engine.
Keempat, media partisipasi kolektif seperti penggunaan internet untuk pertukaran
informasi, pendapat, pengalaman dan menjalin melalui komputer di mana
penggunanya tidak semata-mata untuk alat, namun juga dapat menimbulkan
afeksi dan emosional (McQuail, 2000). Berdasarkan pengelompokan ini media
sosial termasuk dalam salah satu media partisipasi kolektif, karena fungsinya
sebagai media berbagi dan pertukaran pesan.
Menurut Kaplan dan Haenlein (dalam Azlina, 2015) ada enam tipe media
sosial, yaitu a) Collaboration project; b) Micro blogs; c) Content community; d)
Social Networking sites; e) Virtual game world, dan f) Social Virtual World. Pada
penelitan ini, jenis media sosial Instagram termasuk dalam Content Community
karena berdasarkan penjelasan yang dipaparkan diatas, media sosial Instagram
memiliki karakteristik yang sama dengan jenis Content Community, yaitu dapat
saling membagikan konten media. Dalam Instagram, konten yang dapat
dibagikan adalah gambar dan mini video.
2. Konsep ‘Wanita Cantik’
Cantik menurut Dr. Martha Tilaar dapat dipersepsikan berbeda oleh setiap
orang, setiap bangsa (Tilaar, 1999). Bagaimana wanita menilai tubuhnya akan
7
sangat berkaitan dengan bagaimana lingkungan sosial dan budaya di luar dirinya
menilai tubuh wanita. Artinya kalangan wanita akan selalu berusaha untuk
menyesuaikan bentuk tubuh mereka dengan kata sosial dan budaya masyarakat
tentang konsep kecantikan. Namun kini media massa yang merambah berbagai
budaya telah banyak mengubah citra kecantikan wanita dalam budaya-budaya
tersebut. Salah satu ciri kecantikan modern adalah tubuh yang ramping (Mulyana,
2004).
Konsep cantik dapat dilihat dari dua sisi, yaitu fisik dan nonfisik. Secara fisik,
konsep kecantikan di masyarakat Jawa pada jaman dahulu, tercermin dalam
Cerita Arjuna Wiwaha dan Serat Candrarini dilihat dari kecantikan 5 putri Jawa,
Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan
Dewi Manohara. Dalam penelitian Firdausy (2014) konsep cantik dalam cerita
Arjuna Wiwaha dan Serat Candrarini yaitu: a. Berkulit kuning karena terawat; b.
Badan ramping; c. Pandai memilih busana; d. Rambut tebal.
Konsep cantik secara fisik yang lain yang penulis ambil adalah dilihat dari
penelitian Ariani (2015) mengenai konsep cantik dalam film 200 Pounds Beauty
yang mewakili konsep cantik wanita Asia. Peneliti memilih konsep cantik dalam
penelitian ini karena konsep cantik dalam film 200 Pounds Beauty
menggambarkan kehidupan perempuan masa kini yang mengagungkan
kecantikan (Ariani, 2015). Konsep cantik tersebut terdiri dari:
a. Potongan rambut
Wanita cantik adalah yang memiliki rambut panjang dan tebal.
b. Make up
Wanita harus bisa berdandan untuk selalu tampil cantik dan menarik.
c. Bentuk tubuh
Wanita gemuk bukanlah wanita yang menarik. Wanita dikatakan cantik
jika dirinya memiliki tubuh langsing dan sexy.
8
d. Pakaian
Wanita akan terlihat lebih cantik ketika dirinya memiliki tubuh langsing
dengan pakaian yang feminim.
e. Aksesoris
Aksesoris tertentu akan membuat wanita lebih cantik. Misalnya kacamata
yang memberikan kesan gaya hidup yang mewah dan glamor.
f. Bahasa
Terkait dengan penggunaan bahasa orang-orang di sekitar wanita. Orang
akan cenderung menggunakan bahasa yang baik ketika berbicara dengan
wanita cantik. Jika wanita terlihat cantik, maka orang akan menghargai.
g. Angle
Dalam visualisasi foto atau film, penggunaan teknik medium shot atau
close up akan menimbulkan kesan menekankan pada aspek emosi dan
ekspresi.
Sedangkan konsep cantik secara nonfisik dalam penelitian ini merujuk
pada konsep cantik nonfisik menurut Sherrie Campbell, PhD dalam artikelnya
yang berjudul The 10 Understated Qualities of a Truly Beautiful Woman.
Konsep cantik secara nonfisik menurut Campbell (2015) adalah: a.
Keanggunan; b. Kebaikan hati; c. Ketenangan; d. Keberanian; e. Kepercayaan
diri
3. Persepsi
Julis T Wood mendefinisikan lebih lanjut persepsi sebagai sebuah proses
menyeleksi, mengatur, dan menafsirkan orang, objek, peristiwa, situasi dan
aktivitas. Persepsi merupakan salah satu aspek dalam komunikasi yang
.memberikan pengaruh terhadap pemaknaan pesan yang diterima maupun yang
disampaikan (Wood, 2013).
Dalam memersepsikan suatu hal, manusia melakukan sebuah proses tertentu,
Julia T. Wood (2013) dalam bukunya Komunikasi Teori dan Praktik,
9
menyebutkan ada tiga proses dalam persepsi, yaitu: seleksi, organisasi dan
interpretasi.
a. Seleksi
Seleksi adalah proses memilih rangsangan mana yang dijadikan
perhatian. Rangsangan yang kita perhatikan tergntung pada sejumlah
faktor. Pertama, beberapa kualitas dari fenomena eksternal menarik
perhatian. Kita memperhatikan hal-hal yang menonjol karena mereka
cepat, relevan atau intens. Misalnya, kita akan lebih memperhatikan
orang dengan kemeja berwarna cerah daripada yang menjemukan.
Kedua, seleksi dipengaruhi oleh ketajaman indra kita. Misalnya,
orang dengan penciuman yang tajam akan memperhatikan aroma
menyengat seperti minyak wangi atau masakan.Faktor ketiga yaitu
perubahan atau variasi mendorong perhatian, misalnya, kita melupakan
apa yang sedang kita lakukan saat sedang memerhatikan momen yang
menegangkan.
b. Organisasi
Pada tahap ini, seluruh informasi yang telah masuk seleksi pada tahap
sebelumnya akan diorganisasikan. Setelah melalui proses seleksi dalam
diri individu, lebih lanjut Wood menjelaskan di mana rangsangan-
rangsangan yang diterima oleh individu akan dipadukan menjadi satu
kesatuan yang bermakna, yang disebut dalam tahapan organisasi.
Sederhananya, tahap organisasi adalah ketika kita mengatur untuk
memilih informasi mana yang akan diproses oleh otak untuk menuju
proses selanjutnya atau diintepretasikan lebih lanjut.
c. Interpretasi
Interpretasi adalah proses subjektif dalam menjelaskan persepsi untuk
menentukan arti pada persepsi itu. Interpretasi dilakukan untuk
menafsirkan apa yang telah kita perhatikan dan atur. Stephen P. Robbins
(2002) menyebutkan faktor-faktor yang memengaruhi persepsi, yaitu:
10
1) Pelaku persepsi: bila seseorang individu memandang objek dan
mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu
itu.
2) Target: karakteristik-karakteristik dari target yang akan diamati dapat
memengaruhi apa yang dipersepsikan.
3) Situasi: penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa, unsur-
unsur lingkungan sekitar memengaruhi persepsi individu.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif kualitatif. Menurut
Kriyantono (2010), penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena
dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.
Penelitian jenis ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampel bahkan
populasi atau sampling-nya sangat terbatas.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
observasi dan wawancara mendalam (indepth interview). Pertama, peneliti
melakukan observasi terhadap akun @uns.cantik, yaitu dengan cara melihat
tampilan instagram @uns.cantik, mendefinisikan fitur-fitur di dalamnya,
mengkonfirmasi proses kerjanya dengan menanyakan pada pengelola akun.
Peneliti juga melakukan observasi pada unggahan-unggahan foto yaitu dengan
cara memilih foto-foto dengan liker terbanyak, mengubahnya menjadi bentuk
screen capture, mengodenya dengan nama-nama baru agar mudah untuk
dianalisis, kemudian melakukan analisis.
Kedua, peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap informan.
Kriteria informan dalam penelitian ini adalah: Follower dan / atau yang memberi
comment pujian pada foto wanita dalam akun @uns.cantik periode Maret baik
dengan menggunakan emoji atau kata-kata.
11
1. Administrator akun yang mengontrol unggahan yang ada di Instagram atau
sebagai komunikator yang mengontrol pesan berupa foto-foto mahasiswi
cantik.
2. Mahasiswi yang fotonya diunggah ke dalam akun @uns.cantik
3. Informan memiliki pengetahuan secara teoritis mengenai konsep wanita
cantik yang merupakan bagian dari kajian gender.
Sajian dan Analisis Data
1. Analisis Isi Visual @uns.cantik
Analisis isi visual dalam akun @uns.cantik meliputi tampilan antarmuka
dan foto-foto unggahannya. Bagian-bagian dalam tampilan antarmuka terdiri
dari: username, jumlah unggahan, jumlah followers, jumlah following, foto
profil, nama akun, biografi akun, foto unggahan. Secara keseluruhan, isi foto-
foto yang ada dalam @uns.cantik adalah foto mahasiswi cantik dari berbagai
fakultas. Foto-foto ini diambil atau dipilih langsung oleh administrator dari
akun personal mahasiswi cantik tersebut, dan kemudian diunggah kembali
(repost) ke akun @uns.cantik menggunakan aplikasi repost Instagram. Foto
yang telah diunggah ditandai (di-tag) ke username pemilik foto.
Foto-foto mahasiswi cantik di sini tentunya sesuai dengan standar pemilik
akunnya, dikarenakan pemilik akun / administrator memilih foto secara
mandiri. Konsep wanita cantik dalam akun @uns.cantik terbentuk dengan
sendirinya. Peneliti melihat seluruh unggahan satu persatu, mulai tanggal
didirikan yaitu 16 Februari 2015 sampai 19 Oktober 2017. Peneliti
menyeleksi foto-foto yang akan ditampilkan dalam bagian ini, yaitu foto-foto
dengan jumlah like terbanyak (di atas 1000 likes). Foto yang terhimpun
berjumlah 15 buah, terdiri dari foto mahasiswi dari berbagai fakultas.
2. Analisis Isi Verbal @uns.cantik
Analisis isi verbal dalam @uns.cantik meliputi caption, comment dan
like. Caption dalam Instagram @uns.cantik berupa nama mahasiswi, jurusan
12
atau fakultas dan tahun angkatan. Misalnya: “Viki Paramita, Manajemen 12”.
Viki Paramita adalah nama mahasiswi yang fotonya diunggah, Manajemen
adalah jurusan Viki, dan 12 adalah tahun angkatan Viki.
Like adalah cara akun Instagram lain menyukai sebuah foto. Untuk
menyukai sebuah foto, pengguna Instagram harus mengetuk pada ikon
berbentuk hati, atau menyentuh dua kali pada foto. Like pada akun
@uns.cantik beragam jumlahnya mulai dari 20 sampai 1000-an. Dalam
penelitian ini foto-foto yang diambil adalah yang berjumlah di atas 1000 likes.
Yang terakhir adalah comment. Comment adalah komentar-komentar
yang diberikan oleh pengguna Instagram lain melalui kolom komentar.
Komentar-komentar di akun @uns.cantik biasanya mengomentari kecantikan
foto mahasiswi yang diunggah. Peneliti mengategorikan komentar-komentar
dalam @uns.cantik menjadi dua, yaitu potitif (menggunakan kata “cantik”,
ungkapan kagum, dan emoji) dan negatif (penolakan dan hinaan).
3. Analisis Konsep Cantik Berdasarkan Observasi Peneliti
a. Wanita cantik dalam akun @uns.cantik memakai riasan wajah / make up
Seluruh foto mahasiswi unggahan foto @uns.cantik memakai riasan
wajah. Minimal, mereka menggunakan riasan berupa pewarna bibir, dan
riasan alis.
Untuk memperlihatkan riasan wajah, dan bagian-bagian menarik di
wajahnya, foto diambil dengan teknik close up yaitu dengan melakukan
swafoto. Pengambilan secara close up mengarahkan pembaca untuk
menikmati objek foto lebih dekat dan memperlihatkan detail-detail
keindahan yang tercipta dalam sebuah frame foto yang dihasilkan
(Rochman, 2015).
b. Wanita cantik dalam akun @uns.cantik berfoto dengan komposisi
menampilkan background
13
Foto-foto mahasiswi dalam @uns.cantik berfoto dengan komposisi
menampilkan background. Foto dengan menampilkan latar belakang,
ditujukan untuk memerlihatkan lokasi foto
c. Wanita cantik dalam akun @uns.cantik berfoto close up
Teknik close up dipakai untuk menampilkan detail dari gambar diperlukan
diperlukan pengambilan secara close up agar dapat memunculkan bagian
utama dari objek dan menjadikannya pusat perhatian dari sebuah foto.
(Soelarko dalam Rochman, 2015).
d. Wanita cantik dalam akun @uns.cantik berpose memegang area wajah
Foto-foto di bawah menunjukkan bahwa wanita cantik dalam @uns.cantik
adalah yang berpose memegang area wajahnya. Dalam fotografi,
memegang area wajah seperti dalam foto-foto di atas disebut self
touching. Self touching memiliki makna untuk menyampaikan
kelembutan, kepekaan, kelemahan, perasaan dan keterlibatan rasa seorang
perempuan (Goffman dalam Rochman, 2015).
e. Wanita cantik dalam akun @uns.cantik memiliki kulit yang putih
Dari 16 foto mahasiswi yang peneliti ambil, seluruhnya adalah foto
mahasiswi yang memiliki kulit cerah atau putih. Terlepas dari
kemungkinan-kemungkinan proses editing yang dapat dilakukan untuk
mencerahkan warna kulit, followers akun @uns.cantik lebih banyak
menyukai foto dengan kulit wajah yang putih
f. Wanita cantik dalam akun @uns.cantik berhijab
Sebanyak 9 dari 15 foto mahasiswi cantik mengenakan hijab. Hal ini
dikarenakan hijab dan fashion hijab semakin menjamur dewasa ini,
bahkan hijab tidak sekadar dipandang sebagai kewajiban dalam agama
Islam, tetapi telah menjadi tren fashion kekinian.
g. Wanita cantik dalam akun @uns.cantik memakai aksesoris atau busana
kekinian
14
Aksesoris dan busana kerap menjadi perhatian seseorang yang akan
melakukan pemotretan.
4. Analisis Persepsi Masyarakat terhadap Konsep “Wanita Cantik”
berdasarkan foto-foto akun @uns.cantik
a. Seleksi
Tahapan persepsi yang pertama menurut Julia T.Wood adalah seleksi.
Dalam penelitian ini, proses seleksi dapat dilihat dari bagaimana informan
menangkap stimulus di sekitarnya tentang wanita cantik. Yang pertama,
dimana saja informan biasanya melihat wanita cantik, media apa yang
digunakan informan untuk mencari foto-foto wanita cantik, dan indera
apa yang digunakan informan untuk menilai kecantikan.
Informan menemukan wanita cantik di kampus, studio foto, TV, media
sosial dan indera yang dapat digunakan untuk menilai kecantikan menurut
informan adalah mata dan telinga.
b. Organisasi
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan proses organisasi yang
dilakukan indorman dengan cara menanyakan sumber mana yang paling
dominan dalam menilai cantik. Sumber yang dimaksud di sini adalah
sumber tempat, media dan indera yang menjadi jawaban pada poin
seleksi. Jawaban yang muncul adalah: informan paling banyak
menemukan wanita cantik di kampus, di media sosial instagram dan
indera yang paling dominan dalam menilai kecantikan wanita adalah
indera mata.
c. Interpretasi
Interpretasi adalah memberikan arti pada informasi yang telah diseleksi
dan diorganisasikan. Stephen P. Robbins (2002) menyebutkan faktor-
faktor yang memengaruhi persepsi, yaitu di antaranya: Pelaku persepsi,
Target, Situasi. Peneliti menanyakan pengalaman-pengalaman informan
15
di masa lalu yang berkaitan dengan cara mereka memandang atau menilai
kecantikan wanita.
Selanjutnya, di bawah ini, peneliti akan memaparkan hasil persepsi
informan berdasarkan foto-foto @uns.cantik. peneliti mengategorikannya
sesuai dengan kategori cantik yang telah peneliti lakukan sebelumnya
menggunakan teknik observasi
d. Hasil Persepsi “Wanita Cantik” berdasarkan Foto-Foto Akun @uns.cantik
1) Fisik
a) Wanita cantik dalam @uns.cantik memiliki kulit putih
b) Wanita cantik dalam @uns.cantik memakai riasan wajah / make
up
c) Wanita cantik dalam @uns.cantik memakai pakaian atau aksesoris
kekinian
d) Wanita cantik dalam akun @uns.cantik berfoto dengan komposisi
dan angle foto
e) Wanita cantik dalam @uns.cantik berfoto close up
f) Wanita cantik dalam @uns.cantik berhijab
2) Nonfisik
a) Wanita cantik dalam @uns.cantik adalah ‘cantik menurut admin’
b) Wanita cantik dalam @uns.cantik adalah yang diprediksi
mendapat banyak like
c) Wanita cantik dalam @uns.cantik tidak tampak kecantikan
nonfisik-nya
Kesimpulan
1. Konsep “Wanita Cantik” di akun @uns.cantik
Setelah melalui tahap observasi oleh peneliti, konsep “wanita cantik”
dalam akun @uns.cantik yang muncul adalah: Wanita cantik dalam akun
@uns.cantik memakai riasan wajah / make up, berfoto dengan komposisi
16
menampilkan background, berfoto close up, berpose memegang area wajah,
memiliki kulit yang putih, berhijab, memakai aksesoris atau busana kekinian.
2. Persepsi masyarakat terhadap konsep “wanita cantik” berdasarkan foto-
foto @uns.cantik
Persepsi masyarakat terhadap konsep wanita cantik berdasarkan foto-foto
@uns.cantik adalah wanita cantik dalam @uns.cantik memiliki kulit putih,
memakai riasan wajah / make up, memakai pakaian atau aksesoris kekinian,
berfoto dengan komposisi dan angle foto, berfoto close up, berhijab. Nonfisik:
Wanita cantik dalam @uns.cantik adalah ‘cantik menurut admin’, diprediksi
mendapat banyak like, tidak tampak kecantikan nonfisik-nya.
3. Persepsi masyarakat terhadap konsep “wanita cantik” dipengaruhi oleh
karakter pribadi, budaya tempat tinggal, dan pengalaman masa lalu.
Masyarakat memersepsikan konsep “wanita cantik” menurut foto-foto di
akun Instagram @uns.cantik dipengaruhi oleh latar belakang setiap individu,
seperti karakter pribadi, jenjang pendidikan, lingkungan tempat tinggal,
pengalaman-pengalaman yang melibatkan mereka dengan wanita-wanita
cantik, maupun pengalaman akademis yang telah mereka pelajari. Faktor-
faktor ini lah yang memengaruhi tahapan dalam akhir dalam persepsi, yaitu
interpretasi.
Saran
1. Kepada administrator akun @uns.cantik, disarankan untuk melengkapi
keterangan foto (caption) dengan keterangan terkait dengan kecantikan di
bidang lain, misalnya keahlian, atau prestasi yang pernah diperoleh mahasiswi
yang fotonya akan diunggah. Upaya lain yang bisa dilakukan untuk
memunculkan wanita cantik dari segi nonfisik bisa dengan memilih foto yang
dapat menunjukkan passion mahasiswi di dalam foto. Dengan begitu,
kecantikan nonfisik lebih terlihat. Cara paling mudah adalah memilih foto
dengan komposisi frame, background atau konsep foto yang baik.
17
2. Kepada mahasiswi UNS, sebaiknya tidak menelan mentah-mentah informasi
yang ada di dalam akun @uns.cantik. Seperti yang telah disebutkan dalam
kesimpulan, kecantikan tidak dapat diukur dengan komposisi fisik saja,
melainkan dapat juga dilihat dari karakter, sifat, kepribadian, keahlian,
prestasi dan unsur-unsur nonfisik lainnya. Jangan sampai, mahasiswi UNS
merasa tidak percaya diri dengan adanya akun @uns.cantik, dengan
beranggapan bahwa yang cantik hanya yang ada di akun tersebut.
3. Kepada masyarakat, baik yang follow maupun yang tidak follow akun
@uns.cantik, sebaiknya tidak menganggap serius konten yang ada di dalam
akun @uns.cantik, karena dilihat dari pandangan administratornya saja, akun
tersebut lama kelamaan hanya bersifat bisnis semata, tidak ada standar baku
yang dapat digunakan untuk menyeleksi foto-foto wanita cantik yang
diunggah.
Daftar PustakaAndhini, Retno. (17 Oktober 2014). Mempertanyakan Arti Rupawan. Suara
Mahasiswa. Retrieved from http://suaramahasiswa.com/mempertanyakan-arti-rupawan/
Ariani, Meldina. (2015). Representasi Kecantikan Wanita dalam Film “200 POUNDS BEAUTY” Karya Kim Young Hwa. eJournal lmu Komunikasi 3 (4): 320-332, retrieved from ejournal.ilkom.fisip-unmul.org
Azlina, Annisa. (2015). Pengaruh Aktivitas pada Instagram terhadap Sikap Mahasiswi Pengguna Instagram di Bandung: Studi Pada Instagram Fashion Blogger Sonia Eryka. (Skripsi). Retrieved from https://repository.telkomuniversity.ac.id.
Campbell, Sherie. (2015) The 10 Understated Qualities of a Truly Beautiful Woman. Retrieved from https://www.huffingtonpost.com/sherrie-campbell-phd/the-10-understated-qualities-of-a-truly-beautiful-woman_b_7209136.html
Effendy, Onong Uchjana. (2001). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya
Firdausy, Syarifah Wardah el. (2014). Putri Utama Jawa: Kecantikan Wanita dalam Prespektif Jawa.(Paper). Retrieved from
18
http://www.academia.edu/15460620/PUTRI_UTAMA_JAWA_KECANTIKAN_WANITA_DALAM_PRESPEKTIF_JAWA.
Karupiah, Premalatha. (2015). Have Beauty Ideals Evolved? Readling of Beauty Ideals in Tamil Movies by Malaysian Indian Youths. Jurnal Sociological Inquiry, Vol. 85, No.2. Retrieved from http://web.a.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=1&sid=8704eb61-f3f1-443d-8dc8-356445319dc4%40sessionmgr4009
Lijtmaer, Ruth. (2010). The Beauty and the Beast Inside: The American Beauty: Does Cosmetic Surgery Help?. Journal of The American Academy of Psychoanalysis and Dynamic Psychiatry. 38(2), 203–217
Marlianti, Nelly dan Ade Suryani. (2012). Representasi Tubuh Wanita Dalam Rubrik Kecantikan di Majalah Femina Edisi Mei 2011. Jurnal Komunikologi 9(2) Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul, 70. Retrieved from http://ejournal.esaunggul.ac.id
McQuail, Denis. (2000). Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Mulyana, Deddy. (2004). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda Karya
Poran, A Maya. (2002). Denying Diversity: Perceptions of Beauty and Social Comparison Processes Among Latina, Black, and White Women. jurnal Sex Roles vol. 47 Np. 1/2. Retrieved from http://web.a.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=5&sid=b17f27d6-6ba6-4b63-b5c4-45e282b4fc21%40sessionmgr4009
Puspa, Ratih. (2010). Isu Ras dan Warna Kulit dalam Konstruksi Kecantikan Ideal Wanita. Jurnal Komunikasi Universitas Airlangga 23 (4), 312-323
Robbins, Stephen P. 2002. Perilaku Organisasi: Konsep , Kontroversi, Aplikasi, edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Prenhalindo
Rochman, Arifin. (2014). Fotografi nude dalam social media (Konstruksi Kecantikan dalam Kumpulan Foto Nude yang Berjudul “Pearls of Paradise” Karya Graphic Art di Social Media Website www.pixoto.com). Retrieved from https://digilib.uns.ac.id
Syata, Novitalista. (2012). Makna Cantik di Kalangan Mahasiswa dalam Perspektif Fenomenologi. (Skripsi) Universitas Hasanudin Makassar. Retrieved from repository.unhas.ac.id
Tilaar, Martha. (1999). Kecantikan Wanita Timur. Magelang: IndonesiaTeraWood, Julia T. (2013). Komunikasi Teori dan Praktik: Komunikasi dalam
Kehidupan Kita. Putri Aila Idris (terj.) Jakarta: Salemba HumanikaWood, N.T & Solomon, M.R, (2009). Virtual Social Identity and Consumer
Behavior. New York: M.E Sharpe.
19