cvp
TRANSCRIPT
1
BAB IPENDAHULUAN
Objektif
Untuk mengulas mengenai penggunaan klinik dari pengukuran central venous
pressure (CVP).
Sumber Data
Database Medline, artikel biografi, dan database pribadi.
Pengolahan Data
Empat prinsip dasar harus diperhatikan. Pengukuran tekanan dengan sistem
pengisian cairan merupakan hal yang penting. Tekanan yang sangat penting untuk
preload dari jantung adalah tekanan transmural, yang mana dipengaruhi oleh
tekanan atmosfer dari luar thorax. CVP merupakan hasil interaksi dari fungsi
kardiak dan fungsi kembali. Ada bentuk lembah/plateau pada kurva fungsi
kardiak, ketika diraih, loading volume tidak dapat meningkatkan kardiak output.
Kesimpulan
Jika berhati-hati dengan tiknik pengukuran, CVP sangat berguna secara klinik.
Bagaimanapun proses fisiologis atau patofisiologis dari CVP harus dicocokkan
dengan kardiak output.
Kata Kunci : tekanan atrium kanan, administrasi cairan, cardiac output, resusitasi
2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
3
4
5
6
BAB IIIPEMBAHASAN
Central Venous Pressure (CVP) biasa digunakan untuk melihat cardiac
preload dan volume status (1). CVP dapat dinilai melalui vena jugularis (2).
Bagaimanapun, CVP tidak terlalu baik untuk melihat cardiac preload dan volume
status (3,4,5). Penulis beranggapan bahwa adanya ketidakpahaman mengenai
manfaat CVP merupakan suatu kegagalan untuk menentukan patokan keadaan
fisiologis dari CVP dan kemungkinan eror pengukuran (6,7).
3.1 Prinsip Pengukuran
Sebelum menentukan nilai fisiologis dari CVP, terdapat beberapa prinsip
dasar yang perlu dipahami. Hal yang penting yang selalu tidak dipedulikan adalah
nilai tekanan hidrostatik relatif diperoleh dari referensi yang sembarang, dan
perubahan dari referensi yang digunakan juga merubah nilai tekanan. Efek yang
ditimbulkan dari perubahan tersebut adalah perubahan dari CVP, karena
perubahan kecil dari CVP juga dapat merubah efek hemodinamik. Misalnya, nilai
normal dari venous return 4-6 mmHg (8), dan nilai normal fungsi kardiak pada
kurva dimulai dari angka 0 dan lembah di angka 10 mmHg pada kebanyakan
orang. Pada umunya nilai dari referensi mengenai pengukuran pada vaskuler
adalah midpoin dari atrium kanan, yang mana darah kembali ke jantung dan
berhubungan dengan fungsi jantung. Hal yang biasa diajarkan pada mahasiswa
kedokteran adalah hal ini dapat diukur langsung melalui pemeriksaan fisik yakni 5
cm di bawah sudut sternum (2). Pengukuran ini dilakukan dengan posisi pasien
supinasi ataupun duduk dengan sudut 60° karena atrium kanan terdapat pada
bagian anterior dada dan bentuknya relatif bulat. Jadi, 5 cm garis vertikal dari
sudut sternum merupakan pertengahan tempat dari atrium dengan posisi pasien
duduk dengan sudut 60°.
7
Posisi lain yang bisa digunakan adalah mid-thorax pada costae kelima
yang biasa digunakan saat pasien berada pada ICU. Posisi ini hanya dapat
dilakukan pada posisi pasien supinasi, karena dengan posisi pasien lain dapat
mengubah postur. Hasil menunjukkan dengan menggunakan posisi ini referensi
level rata-rata lebih tinggi 3 mmHg.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah adanya tekanan transmural.
Tekanan transmural adalah tekanan disekitar jantung saat pengukuran cardiac
preload. Hal ini merupakan hal yang paling banyak menimbulkan hasil eror (10).
Jantung berdekatan dengan pleura yang memiliki tekanan yang disebut tekanan
pleura, dan tekanan pleura menyesuaikan dengan tekanan atmosfer di sistem
pernafasan. Pada akhir ekspirasi, tekanan pleura hampir negatif dari tekanan
atmosfer, dan CVP diukur dari tekanan atmosfer yang berkaitan dengan tekanan
transmural, apakah pasien bernafas spontan ataupun menggunakan ventilasi
tekanan positif. Bagaimanapun, pada pasien yang bernafas dengan positive end
expiratory pressure (PEEP), CVP transmural akan ditaksir lebih tinggi dari
tekanan transmural. Pada PEEP rendah, pasien dengan penurunan fungsi paru,
efeknya lebih kecil. Hal ini yang menjadi alasan mengapa keadaan hemodinamik
dapat mengubah nilai CVP.
Meskipun ekspirasi normal adalah pasif, ekspirasi aktif biasa pada pasien
kritis. Saat ekspirasi aktif, kontraksi abdomen dan otot thorax meningkatkan
tekanan pleura selama ekspirasi, dan kemungkinan tidak ada fase selama siklus
respiratori yang mana tekanan diukur melalui referensi transducer pada tekanan
atmosfer memberikan hasil yang erat dengan tekanan arteri transmural (Fig. 1).
Satu-satunya hal yang dapat disimpulkan dari keadaan ini adalah untuk meneliti
siklus multiple dan membuat pengukuran dari siklus dimana terdapat upaya
ekspirasi cepat. Terkadang, tidak ada hasil dari pasien yang mengalami kelelahan,
dan pengukuran pada awal tahap ekspirasi mungkin lebih menghasilkan hal yang
bagus daripada akhir ekspirasi.
8
Hal yang penting lainnya adalah untuk mengukur CVP yang mana untuk
menentukan hubungan, digunakan gelombang “a”, “c”, dan “v”. Range
gelombang “a” dan “v” 8-10 mmHg, yang mana berarti memiliki perbedaan yang
tinggi pada hasil atas, tengah, dan bawah (Fig. 2). Pemilihan yang sembarangan
dan masing-masing bagian siklus memiliki perbedaan keadaan fisiologis yang
signifikan. Bagaimanapun, untuk mengukur kardiak preload, tekanan dasar pada
gelombang “c” yang cocok karena tekanan ini merupakan tekanan terakhir arteri
sebelum kontraksi ventrikel dan paling bagus digunakan untuk menghitung
kardiak preload (11). Apabila tekanan “c” tidak dapat dihitung, gelombang “a”
dasar juga dapat digunakan. Gelombang Q pada EKG dapat mengidentifikasi
posisi garis vertikal. CVP pada posisi supinasi memiliki nilai 8-10 mmHg lebih
tinggi daripada pada posisi 5 cm di bawah sudut sternum.
CVP dapat diukur melalui pemeriksaan fisik pada distensi dari vena
jugularis. Untuk mengonvert nilai CVP dari cm H2O ke mmHg adalah 1 H2O
sama dengan 13,6.
9
3.2 Penentu CVP
Central Venous Pressure (CVP) atau Tekanan vena sentral ditentukan oleh
interaksi dari dua fungsi: fungsi jantung, yang merupakan hubungan klasik
Starling length-tension, dan fungsi kembali (return function), yang didefinisikan
sebagai kembalinya darah dari vaskular reservoir ke jantung (13). Dengan demikian
tekanan vena sentral itu sendiri memiliki makna yang sedikit. Tekanan vena
sentral pada orang normal dengan postur tegak biasanya kurang dari nol (tekanan
atmosfer) dengan volume dan fungsi jantung yang normal (14). Namun, rendahnya
tekanan vena sentral juga dapat mengindikasikan adanya hipovolemia atau dapat
ditemukan pada seseorang yang hipervolemi (dengan peningkatan return
function). Di sisi lain, tekanan vena sentral yang tinggi dapat ditemukan pada
seseorang dengan volume yang tinggi dan fungsi jantung yang normal serta pada
seseorang dengan volume yang normal namun dengan penurunan fungsi jantung.
Dengan demikian, pengukuran tekanan vena sentral harus ditafsirkan secara jelas
dari ukuran cardiac output atau setidaknya pengganti dari cardiac output, seperti
saturasi oksigen vena atau variasi tekanan nadi. Situasi ini mirip dengan analisis
PCO2, untuk dapat secara benar menafsirkan makna klinis dari PCO2, maka hatus
mengetahui kadar pH.
3.3 Penggunaan CVP
Tekanan vena sentral umumnya digunakan untuk mengoptimalkan preload
jantung. Namun, point pentingnya adalah bahwa kurva fungsi jantung adalah
mendatar dan ketika bahwa plateau yang mencapai volume, lanjut loading dan
meningkatkan tekanan vena sentral tidak akan mengubah output jantung.
Peningkatan tekanan vena sentral hanya akan memberikan kontribusi
untuk edema perifer dan kongesti organ. Plateau dapat terjadi karena adanya
pembatasan oleh pericardium, atau ketiadaan perikardium (jantung sitoskeleton).
Masalah yang sulit untuk mengelola perawatan pasien dengan tekanan vena
sentral adalah pengisian jantung yang terbatas dan sangat bervariasi (3,15,16). Hal ini
dapat terjadi pada tekanan vena sentral dibawah 2 mm Hg (diukur relatif 5 cm di
bawah sudut sternal) dan diatas 18 sampai 20 mm Hg. Namun, sebagai working
number, kurva fungsi jantung akan mendatar di sebagian besar orang dengan
10
tekanan vena sentral 10 mm Hg (12-14 mm Hg ketika tingkat referensi mid-
thoracic digunakan) (9). Ketika tekanan vena sentral lebih tinggi dari 10 mm Hg
dan timbul potensial beban volume untuk meningkatkan cardiac output, maka hal
pertama yang harus dipertimbangkan adalah kemungkinan alasan mengapa
tekanan vena sentral lebih tinggi dari biasanya. Penjelasan ini dapat termasuk
apakah terdapat hipertensi pulmonal kronis, tekanan ekspirasi positif akhir yang
tinggi (baik eksternal atau internal), dan beberapa hal lain yang membatasi proses.
"Standar emas" untuk penentuan apakah fungsi jantung tidak volume-
limited untuk melakukan beban cairan dan menentukan apakah peningkatan
tekanan vena sentral menghasilkan peningkatan curah jantung. Untuk tujuan ini
Saya sarankan agar ada peningkatan tekanan vena sentral pada minimal 2 mm Hg,
untuk itu besarnya perubahan dapat dikenali pada monitor kebanyakan.
Untuk tes menjadi positif, harus ada peningkatan cardiac output dari 300
mL/menit, nilai dalam kisaran reproduktifitas dari thermodilution perangkat
output jantung (17). Pada kenyataannya, hanya sedikit perubahan pada tekanan vena
sentral sudah meningkatkan cardiac output seseorang dengan jantung pada bagian
ascending dari kurva fungsi jantung. Mempertimbangkan seseorang pada plateau
dari kurva fungsi jantung terjadi pada tekanan vena sentral 10 mm Hg dan cardiac
output di plateau adalah 5 L/min. Kemiringan garis yang menghubungkan plateau
untuk memotong titik nol yang menunjukkan bahwa cardiac output harus
meningkat 500 mL/menit untuk setiap 1-mm Hg dan meningkatkan tekanan vena
sentral, masih berada di bawah dari bagian curam fungsi kurva. Selain itu,
peningkatan curah jantung harus dilakukan secepat peningkatan tekanan vena
sentral, untuk atas dasar hukum Starling, peningkatan pada volume akhir diastolik
akan mempengaruhi stroke volume berikutnya.
Jika pertanyaan klinis hanya untuk menentukan apakah orang tersebut
respon terhadap volume yang diberikan pada tekanan vena sentral, jenis cairan
yang digunakan untuk pembebanan tidak terlalu penting. Yang penting adalah
menjalankan cairan secepat mungkin, semakin cepat cairan diberikan, maka lebih
rendah yang akan diberikan. Ketika saya khawatir tentang pemberian banyak
volume yang tidak perlu, saya kadang-kadang menggunakan pressure bag untuk
11
meningkatkan kecepatan infus, dan segera setelah tekanan vena sentral meningkat
sebesar 2 mm Hg, saya mengukur cardiac output.
Suatu pendekatan yang menarik untuk pembebanan volume yang dapat
menghindari volume ekstrinsik infus adalah mengangkat kaki pasien untuk
memberikan suatu autotransfusi dan amati respon jantung (18). Tes lain yang
mungkin adalah melakukan refluks hepatojugular (12). Dalam tes ini perut dalam
keadaan dikompresi dan efek distensi pada vena jugularis diamati. Telah
ditunjukkan bahwa jika distensi vena jugularis berlangsung selama > 10 detik,
maka menggambarkan adanya disfungsi pada jantung kanan, meskipun hal ini
belum secara langsung dipelajari, tapi kemungkinan akan menjelaskan bahwa
pasien tersebut tidak akan respon terhadap volume.
Pertanyaan klinis yang penting sehubungan untuk respon cairan pada
kebanyakan pasien harus diungkapkan dalam pertanyaan negatif: "Apakah tidak
mungkin bahwa pasien ini akan merespon cairan" Untuk pemeriksaan ini, pola
variasi pernapasan di tekanan vena sentral berguna untuk memprediksi kurang
responsifnya cairan pada pasien yang memiliki upaya inspirasi spontan (15).
Pemeriksaan ini juga terbukti efektif untuk pasien dengan ventilasi mekanis.
Langkah pertama adalah menentukan apakah ada upaya inspirasi yang memadai.
Jika Pasien memiliki kateter arteri paru, fluktuasi tekanan arteri pulmonal akan
memberikan indikasi kecukupan upaya inspirasi. Jika tidak ada kateter arteri paru-
paru, pengamatan sederhana pasien sering memadai. Jika tekanan vena sentral
diukur di dasar gelombang "a" jatuh pada > 1 mm Hg selama inspirasi dan hal ini
bukan karena relaksasi otot ekspirasi, maka biasanya pasien akan merespon
terhadap cairan, meskipun beberapa pasien mungkin tidak. Namun, tes ini lebih
penting dalam arti negatif. Jika tidak ada penurunan gelombang inspirasi dalam
tekanan vena sentral dan penurunan tekanan oklusi arteri pulmonalis minimal 2
mmHg, hal tersebut sangat tidak mungkin menybebakan cardiac output
meningkat sebagai respons terhadap cairan.
Besarnya turunan "y" pada catatan tekanan vena sentral menyediakan
prediktor potensi kurangnya respon cairan. Dalam serangkaian kecil, kami
menemukan bahwa tidak ada pasien dengan turunan "y" > 4 mm Hg, termasuk
turunan "y" yang terjadi selama inspirasi spontan, mengalami peningkatan cardiac
12
output dalam respon cairan (19). Namun, beberapa pasien dengan keturunan "y" < 4
mm Hg juga tidak respon terhadap cairan; Dengan demikian, sekali lagi, turunan
"y" mengindikasikan bahwa jantung beroperasi pada plateau dari kurva fungsi dan
output tidak akan meningkat sebagai respon terhadap cairan, tetapi nilai yang
kurang dari ini tidak mengesampingkan pembatasan volume.
Selain penilaian status volume, pola perubahan tekanan vena sentral dalam
kaitannya dengan perubahan dalam output jantung dapat sangat berguna (selama
tidak ada perubahan besar dalam pleura atau tekanan perut). Jika penurunan
cardiac output diamati, maka pertanyaan berikutnya adalah apa yang terjadi pada
tekanan vena sentral, karena ini memungkinkan penilaian dari interaksi fungsi
jantung dan fungsi kembali (return function). Jika curah jantung menurun dengan
penurunan tekanan vena sentral, masalah utamanya adalah penurunan pada return
function, yang paling sering adalah karena hilangnya volume stres vaskular;
Volume infus kemungkinan adalah pendekatan terapi terbaik . Jika curah jantung
jatuh dengan peningkatan tekanan vena sentral, Masalah utama adalah penurunan
fungsi pompa (pump function), dan terapi harus ditujukan untuk memperbaiki
fungsi pompa.
Perhatikan, bahwa dalam semua pembahasan di atas adalah tentang
pembebanan cairan, Saya telah menyebut tekanan vena sentral dan bukan tekanan
oklusi arteri pulmonal untuk pengelolaan preload jantung. Hal tersebut karena
tekanan vena sentral menunjukkan dimana jantung berinteraksi dengan
pengembalian darah. Apakah pembatasan jantung adalah akibat masalah jantung
kanan atau jantung kiri, namun atrium kanan adalah tempat di mana fungsi
jantung berinteraksi dengan fungsi kembali (6). Selain itu, jantung kanan dan kiri
berada dalam seri, sekali fungsi kurva jantung kanan mencapai plateau, perubahan
pada fungsi jantung kiri tidak akan lagi mempengaruhi aliran, kecuali jika terjadi
perubahan fungsi pembebanan pada jantung kanan dan dengan demikian
mengubah akan mengubah plateau. Ekspresi diartikan sebagai "sisi kiri tidak akan
sukses tanpa sisi kanan." Ini adalah alasan yang membuat saya berpendapat bahwa
tekanan oklusi arteri pulmonal tidak boleh digunakan untuk mengoptimalkan
preload jantung. Demikian pula, pengukuran besar ventrikel kiri dengan
echocardiography juga tidak boleh digunakan untuk menilai preload jantung.
13
Sebuah perbedaan yang sangat penting yang harus dibuat adalah antara
cardiac output menjadi volume responsif dan kebutuhan pasien untuk volume.
Semua diskusi sejauh ini dianggap bagaimana mengidentifikasi volume responsif.
Kebutuhan cairan didasarkan pada parameter klinis seperti adanya hipotensi, arus
penggunaan vasopressors, dan bahkan hanya kebutuhan untuk membangun
cadangan volume. Ada kekurangan data dalam literatur untuk memberikan dasar
bagi pedoman yang tepat untuk penggunaan cairan, untuk tujuan ini studi empiris
diperlukan untuk memberikan jawaban.
14
BAB IVKESIMPULAN
Tekanan vena sentral hadir untuk digunakan oleh dokter dengan bijaksana,
dan selama prinsip dasar fisiologis serta prinsip pengukuran diperhatikan dengan
baik, menurut pendapat saya hal tersebut dapat memberikan panduan yang
berguna untuk penilaian dari preload jantung, status volume, dan penyebab
perubahan dalam output jantung dan tekanan darah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Magder, S. 2006. Central venous pressure : A useful but not so simple
measurement. Concise Definitive Review. Crit Care Med Vol. 34. P 2224-2227.