cupang

Upload: ichwannfeng

Post on 14-Jan-2016

59 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ikan cupang

TRANSCRIPT

1

1. PERJALANAN CUPANG

SEBAGAI KOMODITAS BISNISA. Antara Cupang Adu dan Cupang Hias

Banyak masyarakat sudah mengenal ikan cupang. Namun, banyak diantaranya yang tidak mengetahui hal-hal yang menyangkut ikan cupang. Umumnya masyarakat hanya berpendapat bahwa cupang merupakan jenis cupang hias yang dapat di adu.

Memang orang awam mengenal cupang sebagai ikan laga. Padahal dikalangan ilmuan, antara cupang adu dengan cupang hias merupakan jenis dua ikan yang berbeda walaupun masih satu famili, yaitu Anabantidae.

Literatur yang mengulas ikan hias, baik didalam maupun diluar negeri, menyebutkan cupang hias merupakan anggota dari marga Trichopsis. Orang sering menamai ikan ini dengan sebutan talking gourami atau croaking gourami. Sifatnya tenang dan tidak pernah mau diadu. Sejak tahun 60-an, cupang hias ini hanya dikenal sebagai ikan hias biasa, tidak berbeda dengan guppy (Poecilia reticula), black molly (Poecilia latipian ), atau maskoki (Carassius auratus).

Sepuluh tahun sejak orang mengenal cupang hias, yaitu tahun 70-an, importir ikan hias memasukkan jenis cupang lain ke Indonesia. Jenis cupang ini ada yang bersirip panjang dan ada yang bersirip pendek. Cupang bersirip panjang dinamakan slayer hanya dijadikan cupang hias di Akuarium.

Sementara cupang bersirip pendek merupakan ikan laga yang juga dikenal dengan nama dagang cupang adu bangkok. Ikan ini sangat agresif dan suka berkelahi dengan sesamanya. Oleh karena suka berkelahi maka ikan ini menjadi populer dengan nama fighting fish. Hanya dalam waktu singkat sejak diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 70-an, cupang adu bangkok ini digemari orang. Pada era tahun 80-an, importir memasukan cupang hias dan cupang adu. Cupang adu baru ini ternyata lebih jago dibanding cupang adu bangkok. Cupang baru ini didatangkan dari Singapura sehingga dikenal dengan sebutan cupang adu singapura.

Era tahun 80-an itu pun di Jakarta dikenal jenis cupang lain yang warna tubuh dan siripnya merah. Ikan ini didatangkan ke Jakarta dari daerah Sumatera bagian timur sehigga disebut cupang bagan api. Namun, keganasan cupang bagan api saat berkelahi tidak sehebat cupang adu singapura. Akhirnya, lambat laun cupang bagan api dilupakan orang.

Hingga pertengahan tahun 90-an, cupang adu singapura merajai arena pertarungan ikan cupang. Akibatnya, harga cupang ini pun melambung tinggi. Penangkar yang pada awalnya menangkar cupang adu bangkok segera beralih ke bisnis penangkaran cupang adu singapura. Hanya saja, penangkar ini banyak menemui kesulitan, terutama dengan pengadaan induk dari spesies aslinya. Akhirnya penangkar tetap menggunakan induk betina cupang adu bangkok dalam upayanya memperoleh benih cupang. Itulah sebabnya hingga saat ini banyak dijumpai varietas-varietas baru dari cupang adu sebagai akibat dari perkawinan silang antar spesies.

B. Daya Tarik Cupang Adu

Hobi mengadu cupang ibarat orang yang suka mengadu ayam. Jalannya pertarungan yang diiringi dengan aturan main pasti menimbulkan rasa tegang penontonnya. Kepuasan akan tercapai kalau cupang jagoannya memenangkan pertarungan. Diskusi mengenai jalannya pertarungan, gaya bertarung, dan cara melatihnya untuk menjadi jagoan merupakan topik menarik bagi penggemar cupang adu.

Daya tarik menjadi kian besar takala cupang adu benar-benar dipersiapkan untuk menjadi petarung andal. Untuk memperoleh cupang jagoan ternyata tidak hanya sekedar mengandalkan ukuran tubuh, spesies, dan harga, tetapi juga harus melalui proses latihan. Proses latihan dimulai sejak anak cupang berumur 3 bulan. Lama latihan sekitar 4 bulan. Upaya mendapatkan cupang adu jagoan merupakan rangkaian proses yang sangat menarik untuk diamati. Mulai dari memilih jenis, menyeleksi burayak, hingga melatihnya setiap hari dengan berbagai metode memerlukan ketekunan dan pengetahuan.

Kegiatan menarik lain di seputar cupang adu adalah melatihnya agar menjadi petarung andal. Tahapan pelatihan cupang adu tidak hanya sekedar diletakkan dalam tabung plastik jantur, lalu disuruh naik-turun. Teknik itu terlalu sederhana karena hanya dapat memperpanjang kekuatan napas cupang adu. Untuk itu, pelatihan tersebut masih harus ditambah dengan diet ketat dan pemberian bahan kimia. Pemberian bahan kimia ini bertujuan untuk memperkuat gigi dan sisik ikan. Ada pula metode khusus untuk mempertinggi daya tahan tubuh dan memperkuat mental sehingga ikan cupang tidak mudah menyerah.

Bagi penangkar dan penjual, daya tarik utama cupang adu adalah tingkat harga jualnya yang tinggi. Penggemarnya yang sangat beragam, dari anak kecil sampai dewasa dengan berbagai kelas ekonomi dan sosial, menyebabkan peluangnya sangat terbuka. Untuk anak-anak, biasanya cupang seharga Rp1.000,00-Rp5.000,00 per ekor. Untuk dewasa dari kalangan ke bawah, kualitasnya lebih ditingkatkan dengan harga yang juga sedikit lebih mahal. Sementara untuk penggemar kalangan ekonomi tinggi, cupang dari luar negeri merupakan peluang usaha yang menarik.

Ditinjau dari peralatannya, yang perlu disediakan tidaklah terlalu banyak. Hanya dengan toples kecil dari kaca atau plastik, cupang adu ini sudah bisa dijajakan di piggiran jalan dan pasar. Perawatannya tidak terlalu sulit. Makanannya hanya kutu air yang mudah di budidayakan dan jentik nyamuk. Sementara pergantian air agar ikan tetap sehat hanya setiap tiga hari.

C. Prospek Bisnis dan Jalur Tata Niaga

Apabila ingin dibuatkan segmentasi ,bisnis cupang dapat dibagi menjadi dua yaitu pembenihan dan pembesaran. Mereka yang memilih pembenihan sangat berharap pada penjualan burayak. Umumnya burayak dipelihara dalam satu kolam (lubuk) yang sempit dengan populasi 60-70 ekor. Hanya dalam waktu dua bulan, burayak cupang sudah bisa dijual dengan harga cukup lumayan, yaitu Rp100.000,00-Rp200.000,00 per kolam. Harga burayak ini semakin mahal jika induk pejantan burayak tersebut dikenal sebagai jagoan.Burayak dapat djual pada mereka yang memilih segmen usaha pembesaran. Selang tiga bulan dipelihara, harga jualnya pun meningkat, mulai dari Rp1.000,00-Rp10.000,00 per ekor. Dari segi bisnis, usaha pembesaran cupang adu ini sungguh menarik. Hanya dengan kolam seluas 3 m2 sudah bisa diperoleh keuntungan hampir setengah juta rupiah. Itu pun sudah diperhitungkan mortalitas (tingkat kematian) sebesar 20% dari total populasi cupang adu yang berjumlah 150 ekor/kolam. Modal investasi untuk segmen usaha ini pun relatif kecil, hanya sekitar Rp500.000,00.

Sempitnya lahan yang dipakai sangat memungkinkan usaha ini dilakukan di halaman rumah. Modal investasi tersebut sudah termasuk biaya pembuatan kolam dari bahan batu bata dan semen. Bahan kolam ini pun masih bisa di modifikasi dengan hanya menggunakan kotak kayu bekas. Bagian bawah dan keempat sisi kotak ini hanya dialasi dengan plastik , bisa transparan atau berwarna. Asalkan tidak ada bagian yang bocor atau tidak ada benda tajam, kotak kayu tersebut sudah memadai untuk membesarkan cupang selama tiga bulan.

Jalur perdagangan cupang adu relatif pendek dan umumnya pelaku di dalam jalur tersebut sudah saling mengenal. Produsen burayak, misalnya,memperoleh induk dari imprortir atau dari pengusaha pembesaran. Burayak yang dihasilkan dijual ke peternak pembesaran. Ini pun kalau produsen burayak tidak berminat untuk membesarkan sendiri. Sementara itu hasil dari peternak pembesaran ini dijual ke eksportir untuk selanjutnya dikirim ke luar negeri. Ada juga peternak pembesaran yang mengirimkan produksinya langsung ke eksportir.

Tidak hanya diserap pasar lokal, cupang adu pun malahan berpeluang besar untuk pasar luar negeri. Indonesia menguasai 90% pasoakan ikan hias dunia dengan puluhan jenis ikan. Sebagian besar ikan hias memang di ekspor ke singapura untuk kemudian di ekspor ke Amerika, Eropa, dan Australia. Meskipun demikian, ada beberapa eksportir yang sanggup mengirmkan langsung ke berbagai belahan dunia tanpa perantara singapura. Hingga saat ini tercatat ada sekitar 300 jenis ikan hias yang diperdagangkan ke pelosok dunia, termasuk cupang adu. Sayangnya tidak ada catatan pasti tentang volume dan nilai jual khusus untuk cupang adu. Namun, dari pengamatan terhadap sejumlah eksportir ikan hias di Indonesia, cupang adu merupakan salah satu jenis ikan yang secara teratur di ekspor kemancanegara. Jumlahnya memang tidak fantastis karena biasanya cupang adu hanya menjadi pelengkap agar cukup banyak ragam ikan hias yang di ekspor.

Meskipun hanya sebagai pelengkap, namun hal itu sudah cukup untuk menyatakan kesanggupan mengekspor. Untuk ekspor ini tentu ada keterikatan untuk menjaga kontinuitas pasokan. jika tidak, kepercayaan pembeli luar negeri bisa lenyap. Itulah sebabnya eksportir tetap saja memerlukan pasokan cupang adu secara teratur.

Apa penyebab terjadinya fluktuasi harga cupang adu diluar negeri ? Munculnya fluktuasi harga karena terjadi perubahan cuaca di luar negeri. Di musim panas saat warga di daerah beriklim empat musim berlibur, permintaan ikan hias turun drastis. Namun, begitu musim panas berlalu, perlahan-lahan permintaannya menanjak dan mencapai puncaknya pada musim dingin.

Pola fluktuansi tersebut selalu terjadi setiap tahun di Amerika Serikat dan Eropa yang merupakan tujuan ekspor ikan hias terbesar di dunia.

Amerika Serikat, misalnya permintaannya berfluktuasi dengan pola yang dapat diprediksi secara agak pasti. Pada JanuariMaret, permintaan ikan hias meningkat tajam. Pada April, bisnis ikan hias masih tetap sebagus maret karena musim dingin masih tetap berlangsung. Seandainya musim panas datang lebih cepat, permintaan bulan April ini akan mulai menurun hingga Juni

Pada JuliSeptember, permintaan kembali mulai meningkat dan akan semakin baik pada OktaberDesember karena sedang musim dingin. Biasanya di akhir tahun, musim libur di Amerika Serikat sangat banyak, seperti libur Natal dan Tahun Baru. Berdasarkan pengamatan waktu libur ini ternyata sangat berpengaruh terhadap pemintaan ikan hias. Jika libur tersebut jatuh pada hari minggu, pemintaan hanya turun sedikit. Namun, jika hari libur bukan pada hari minggu atau pertengahan minggu, permintaan ikan hias merosot dua kali lipat.

Kebiasaan yang terjadi di negara tujuan ekspor ikan hias perlu diketahui secara jelas oleh penangkar maupun eksportir cupang adu. Dengan mengetahui kebiasaan tersebut maka dapat diatur produksi cupang adu. Pengaturan ini sangat diperlukan agar produksinya tidak terlalu berlimpah saat permintaan turun. Hal ini secara otomatis akan menjaga turunnya harga. Oleh karena itu, kontinuitas tetap dipertahankan, tetapi volume produksi diatur sesuai prediksi permintaan pasar.

2. PAKAN CUPANG ADU

A. Pakan AlamiPakan alami berarti pakan yang berasal dari alam tanpa proses lanjutan. Sebagai hewan diurnal (aktif pada siang hari), cupang adu giat mencari pakan mulai matahari terbit sampai terbenam.

1. Jenis pakan alamia. Infusoria

Infusoria merupakan pakan alami yang sangat baik untuk anak ikan pada awal kehidupannya. Kehadirannya di dalam air tidak mungkin terlihat jika hanya sendiri. Namun kenyataannya infusoria ini lebih sering hidup berkelompok dengan sesamanya sehingga mudah terlihat. Gerombolan infusoria tersebut berwarna putih bagaikan susu. Kalau warna putih tersebut mulai berubah bening, berarti populasi jasad renik tersebut sudah mulai berkurang.

Infusoria merupakan pakan yang paling awal yang diberikan pada cupang adu, yaitu sejak burayak berumur dibawah dua minggu. Pemberiannya dilakukan hingga ikan berumur 3 bulan. Pemberian infusoria pada burayak dilakukan dengan menuangkan air dari ember yang dipakai untuk mengkultur infusoria ke kolam cupang. Penambahan infusoria dilakukan berdasarkan jumlahnya di air. Bila air di kolam cupang sudah tampak bening, infusoria perlu ditambah lagi. Seandainya air masih tetap berwarna putih susu, infusoria jangan ditambah. Bahkan kalau muncul bau seperti sayuran busuk, justru air yang mengandung infusoria harus diencerkan. Caranya dengan menuangkan air secukupnya ke kolam cupang sampai baunya hilang.

b. Kutu air

Kutu air biasanya diambil dari air tergenang yang belum diketahui kebersihannya. Bisa saja air tersebut mengandung bibit penyakit. Oleh karena itu, untuk mencegah terjangkitnya penyakit maka kutu air harus beberapa kali dibersihkan sebelum diberikan pada cupang adu.

Kutu air yang baru diambil dari alam disimpan dahulu dalam ember atau baskom berisi air bersih. Permukaan ditutup dengan daun kering. Setelah tiga jam, daun keringnya diambil dan diganti oleh daun kering baru. Biasanya kutu air yang tidak layak konsumsi akan melekat pada daun. Setalah dua kali pergantian daun, seluruh kutu air mangembang di air layak dimakan oleh cupang adu.

Kutu air yang mengembang tersebut memang menjadi pilihan. Sementara kutu air yang terpendam di dasar dikhawatirkan membawa bibit penyakit jamur (Ichtyophthirius multifiliis). Kutu air ini diberikan dengan cara tersedia setiap saat. Kutu air ini harus tersedia setiap saat agar cupang tidak bertarung memperebutkan pakan. Pemberiannya sejak ikan berumur seminggu sampai tiga bulan.c. Jentik nyamukSeperti juga kutu air, jentik atau larva nyamuk (cuk) pun biasanya diambil dari air yang tergenang dan belum di ketahui kebersihannya. Untuk itu, jentik nyamuk tersebut harus dibersihkan beberapa kali sebelum diberikan ke ikan. Hal ini di maksudkan agar kuman penyakit yang mungkin terbawa oleh jentik nyamuk dapat tercuci.

Jentik nyamuk yang bebas kuman penyakit di peroleh dengan cara dimasukkan ke dalam baskom berisi air bersih. Setelah itu, jentik nyamuk tersebut diserok kembali dengan saringan berlubang sedikit kasar. Semua kotoran dan jentik berukuran besar yang terikut dalam serok dibuang. Setelah dilakukan beberapa kali penyaringan maka yang tersisa dalam baskom hanyalah jentik nyamuk yang berukuran kecil atau halus. Lalu, air yang tertinggal dalam baskom tersebut dibiarkan beberapa saat sampai jentik nyamuk berkumpul di permukaan air. Selanjutnya secara, perlahan-lahan kumpulan jentik nyamuk tersebut diambil dan dipindahkan ke dalam baskom atau ember yang sudah diisikan air bersih. Jentik nyamuk yang halus ini diberikan sebagai pakan tambahan setelah burayak cupang adu berusia 3-4 bulan. Setelah berumur empat bulan, anak ikan atau cupang muda diberikan jentik nyamuk yang berukuran besar atau kasar

Mendapatkan jentik nyamuk kasar ini pun tetap harus melalui proses pembersihan dan pemilihan sebelum dijadikan santapan ikan cupang. Setalah diambil dari alam, jentik nyamuk dicuci dari lumpur atau kotoran yang melekat. pencucian ini dilakukan pada air yang mengalir. Setelah terlihat bersih, jentik nyamuk dimasukan ke dalam ember berdiameter 30-35 cm yang sudah diisi penuh dengan air. Lalu, dipilih jentik nyamuk yang berbentuk panjang sebagai makanan cupang muda, sedangkan yang pendek dan bengkok dibuang. Jentik nyamuk besar yang pangkal ekornya terdapat bulu-bulu halus pun harus dibuang karena kepalanya keras sehingga dapat merusak gigi cupang muda.

Memilih jentik nyamuk yang baik sangat mudah. Setelah dimasukkan dalam ember dan didiamkan beberapa saat, jentik nyamuk yang bengkok akan naik paling awal ke permukaan air. Saat itulah jentik nyamuk bengkok tersebut segera diserok dengan saringan berlubang kasar agar air cepat keluar. Gerakan menyerok pun harus cukup cepat karena gerakan naik-turun jentik nyamuk bengkok ini cepat. Penyerokan dilakukan berulang kali sampai yang tertinggal di dalam ember sudah tidak tampak yang bengkok. Jentik nyamuk ini pun sudah dapat langsung diberikan pada cupang muda.

Waktu pemberian jentik nyamuk sebaiknya dilakukan secara teratur agar cupang muda tidak berkembang biak terlalu cepat. Waktu pemberian yang paling tepat adalah antara pukul 7.00-8.00 dan pukul 16.00-17.00. Pemberiannya harus sampai cupang adu tampak kenyang.

d. Cacing sutera

Cacing sutera tidak pernah diberikan kepada cupang adu hasil pengkaran. Ini disebabkan cacing sutera dapat membuat cupang cepat besar. Padahal setiap penangkar mengharapkan cupang peliharaannya kuntet akibat pertumbuhannya terhambat. Jika cupang cepat besar dan gemuk, sisiknya menjadi lunak dan mudah lepas serta gerakannya menjadi lambat.2. Mengultur sendiri pakan alami

a. Infusoria

Infusoria yang cocok untuk burayak cupang dapat dikulturkan dengan mudah. Alat yang disediakan hanya berupa ember berisi air bersih. Ke dalam ember tersebut dimasukan daun kol, daun pisang, jerami, dan sedikit air kolam. Air kolam pasti mengandung infusoria. Namun, air tersebut jangan diambil dari koalm bekas tempat hidup ikan sakit.

Sementara penggunaan daun sebagai media kultur dimaksudkan agar pH air sesuai dengan kebutuhan cupang. Penyesuaian pH air sangat diperlukan karena air di masukkan ke kolam yang mengandung infusoria. Daun kol ber-pH 7, kulit pepaya matang yang mendekati busuk ber-pH 5, serta jerami ber-pH 7,5. Ketiga jenis daun tersebut tidak perlu digunakan seluruhnya, cukup salah satunya saja. Daun yang digunakan perlu dibungkus agar tidak berserakan. Setelah itu, ember ditutup dengan kassa.

Selang 3-4 hari, akan muncul lapisan putih seperti awan didalam air. Lapisan putih itulah yang merupakan jutaan infusoria yang tidak terlihat mata bila hanya sendiri. Umur infusoria ini hanya tujuh hari. Oleh karena itu, setelah tujuh hari infusoria harus di kulturkan lagi.b. Kutu air

mengkulturkan kutu air dapat dilakukan dalam bak semen setinggi minimal 60 cm yang sudah diisi dengan air. Ke dalam kolam ini dimasukkan sedikit pupuk kandang ayam. Setelah dibiarkan selama 3-5 hari, taburkan bibit kutu air yang diambil dari alam. Jumlahnya sekitar satu kantung plastik kecil.

Seminggu kemudian, kutu air sudah dapat di panen. Cara panennya cukup dengan menyerok kutu air yang mengambang. Umumnya kutu air akan turun ke dasar kolam kalau kolamnya terkena sinar matahari. Untuk itu, sebaiknya bak ditutup agar suasana di dalamnya menjadi gelap sehingga kutu air mau naik ke permukaan. Dengan demikian, panen kutu air akan menjadi mudah. Air kolam untuk mengultur kutu air tidak perlu diganti selama sebulan.B. Pakan Buatan

Pakan buatan sebenarnya tidak lazim diberikan kepada burayak, anak ikan maupun cupang adu muda. Namun, pakan buatan ini dapat menjadi alternatif saat pakan alami sulit diperoleh. Sulitnya memperoleh pakan alami terutama karena cuaca. Saat musim hujan sulit mencari genangan air sehingga kutu air dan jentik nyamuk sulit diperoleh. Sebaiknya saat musim kemarau, seluruh genangan air menguap sehingga kutu air dan jentik nyamuk tidak dapat diperoleh. Pada kondisi seperti ini pakan buatan sangat diperlukan.

Pakan buatan sebenarnya dibuat dari bahan pakan alami. Sebagai contoh, tubifex form merupakan pakan buatan berbahan baku cacing sutera yang diproses secara fermentasi. Pakan buatan lainnya dapat berupa pelet dari udang atau ikan yang dicampur powder sebagai penguat, nutrisi seperti vitamin B 12 dan mineral MgSO 4 sebagai penguat metabolisme ikan.

Pakan buatan harus dilunakkan terlebih dahulu sebelum diberikan pada ikan. Hal ini, dimaksudkan agar pakan tersebut mengambang di permukaan air dan empuk. Dosis pemberian disesuaikan dengan umur ikan. Sisa pakan buatan harus dibuang karena dapat mengotori air. Oksigen terlarut akan berkurang karena pembusukan sisa pakan tersebut.

Untuk mendapatkan pakan buatan, tidak harus dengan cara membeli yang siap pakai, tetapi dapat dibuat sendiri. Bahan yang diperlukan hanya berupa 5-10 ekor udang, tergantung jumlah cupang adu yang dipelihara. Seekor udang seukuran jari kelingking orang dewasa cukup untuk konsumsi 20 ekor cupang dewasa sekali makan.

Udang tersebut dikupas kulit dan kepalanya, lalu dagingnya dikukus sampai matang. Setelah matang, daging udang ditumbuk sampai sangat halus, dimasukan ke kantung plastik, dan disimpan dalam lemari es atau tempat tertutup agar tidak dimakan semut.

Kalau akan diberikan ke burayak, udang direndam dahulu dalam air selama sekitar setangah menit agar menjadi lunak kembali. Sedikit udang diletakkan pada serokan berlubang halus yang terbuat dari kain kelambu. Udang berikut serokan direndam kedalam wadah tempat burayak. Serokan digoyang-goyang sehingga tampak larutan keruh keluar dari serokan. Larutan itulah yang dipakai sebagai pakan yang baik untuk burayak sampai usia sebulan.

Untuk burayak umur 2-3 bulan, daging udang di saring dengan serokan berlubang lebih besar. Sementara untuk anak ikan, daging udang ini tidak perlu di saring. Pakan buatan tersebut dapat tahan disimpan selama tiga hari didalam lemari es. Daging udang sangat baik diberikan pada cupang karena senyawa karoten yang terkandung di dalamnya dapat menjadikan warna sisik ikan cermelang. Sementara senyawa kitinnya dapat membantu memperkuat sisik dan gigi ikan cupang adu.Pemberian pakan buatan pada cupang adu harus langsung habis dikonsumsi ikan. Sisa pakan hanya akan memperkeruh air untuk pemeliharaan cupang adu. Residunya akan mengurangi oksigen terlarut di dalam air. Bila daging udang yang dikeluarkan dari lemari es tidak habis diberikan ke cupang, sisanya dapat disimpan lagi. Namun, udang tersebut harus dihaluskan dahulu kalau akan diberikan lagi ke cupang.

C. Pemberian Pakan Berapa jenis yang diberikan dan berapa jumlah masing-masing jenisnya merupakan persoalan klasik. Sampai sekarang tidak ada kepastian jawaban karena terlalu banyak faktor yang mempengaruhinyaKendatipun demikian, ada beberapa hal yang sering dijadikan patokan umum. Pemberiannya dilakukan 2-3 kali sehari dalam jumlah tertentu hingga ikan menghabiskan dalam waktu 10-15 menit. Kalau toleransi waktu menghabiskan pakan tersebut terlampaui maka jumlah pakan yang diberikan perlu di kurangi.Di alam, cupang adu akan memakan sebanyak mungkin pakan yang dijumpainya. Ini disebabkan cupang adu tersebut tidak tahu pasti kapan lagi akan menemukan pakan. Berdasarkan pengalaman alami tersebut maka secara naluri cupang adu akan makan sebanyak-banyaknya sampai kenyang.

Pada cupang adu yang di pelihara tentu berlainan dengan yang hidup di alam. Naluri makan sampai kenyang harus dibatasi. Sisa pakan dan kotoran cupang adu akan mengotori air sehingga kualitasnya turun drastis. Air yang kualitasnya sangat rendah dapat membahayakan kesehatan ikan.

Memberi pakan sampai ikan tampak kenyang bukanlah hal yang baik. Ini disebabkan cupang adu akan selalu tampak lapar dan sepanjang hari seakan berusaha mencari pakan. Suatu kesalahan fatal bila pemilik cupang adu bila setiap kali menengok peliharaannya untuk memberikannya pakan agar naluri alamiah ikan tersebut terpenuhi. Cupang yang kelaparan justru adalah cupang yang sehat.

3. MEMPEROLEH CALON

CUPANG ADU JAGOANSebagian besar penggemar cupang adu lebih suka membesarkan burayak daripada peminjahan sendiri. Untuk meminjahkan sendiri, ada kendala besar berupa ketersediaan induk unggul. Induk dianggap unggul seandainya pernah menjadi juara karena daya tahan saat bertarungkan sudah teruji.

Cupang adu impor diakui kehebatannya sehigga sering dijadikan induk. Namun, sedikit sekali penangkar yang mengkawinkan cupang adu dengan menggunakan induk impor. Untuk memperoleh cupang adu impor yang benar-benar bagus, diperlukan biaya relatif cukup besar karena harus didatangkan dari luar negeri. Umumnya hanya penagkar bermodal besar saja yang sekali order dapat memasukan sekitar 4-5 jenis cupang adu impor.

Namun, ada juga penakar yang suka mengkawinkan cupang adu antarspesies sehingga muncul beragam varietas. Beberapa contoh adalah albino, three colour, dan bagan. Cupang adu tersebut merupakan hasil perkawinan silang. A. Persiapan Sarana Pemijahan Memijahkan cupang tidak terlalu sulit. Ikan tahan hidup di air kekurangan oksigen ini mampu berkembang biak meskipun tempat tinggalnya sempit. Hanya dengan lahan seluas 50m2 sudah memadai untuk menangkar cupang adu.

1. Bak semen

Di kalangan penakar, bak semen untuk memijahkan cupang adu ini sering disebut lubuk. Dalam satu bak hanya untuk pemijahan sepasang induk. Umumnya anak-anak cupang adu jantan yang dibesarkan bersama-sama didalam satu lubuk relatif bisa damai.

Untuk peminjahan cupang adu, diperlukan bak semen berukuran 100cm X 100cm. Bagian dalam bak perlu disekat menjadi kamar terpisah. Masing-masing kamar yang rata-rata berukuran 30cm X 30cm berisi sepasang cupang. Sekat ini pun terbuat dari dinding semen.

Dinding bak diusahakan tidak ada pori-porinya. Pori-pori pada dinding dapat meremberkan air. Untuk itu, seluruh dinding bak perlu disemen dan dinding harus licin, agar bebas dari pori-pori

Bak yang baru selesai dibuat jangan langsung digunakan, biarkan dahulu hingga bau semen hilang. Untuk menghilangkan bau semen, bak direndam dahulu dengan air selama seminggu, lalu dikuras. Setelah dikuras, bak kembali diisi air baru dan dibiarkan selama seminggu, lalu dikuras. Selanjutnya bak dibiarkan tidak diisi air selama tiga hari.

2. Akuarium

Akuarium untuk meminjahkan cupang adu sangat berbeda-beda tergantung penangkarnya. Ada penangkar yang memakai ukuran 40cm X 60cm dan ada pula yang hanya 20cm X 40cm. Dengan ukuran tersebut maka ketebalan kaca cukup 2mm. Ini disebabkan volume air dalam akuarium hanya sekitar lima liter.

B. Persiapan Induk

Untuk memijahkan cupang adu calon jagoan, induk sehat tidaklah cukup. Para penangkar selalu berusaha mencari pejantan yang sudah diketahui keandalannya di arena

Pertarungan. Keandalannya tersebut meliputi gaya bertarung dan kekuatan. Sebagai contoh, betta smaragdina selalu di incar penangkar karena tahan pukulan dan mampu bertarung sampai mati. Apalagi kalau cupang adu tersebut dikawinkan dengan betina spesies betta imbellis varietas lokal, keturunannya terbukti sering menjadi juara di arena pertarungan.

Untuk dijadikan induk, jantan cupang adu tersebut perlu dicarikan pasangan kawinnya. Kriteria cupang adu betina untuk induk antara lain matang kelamin atau umurnya sudah di atas lima bulan. Betina ini pun sebaiknya di pilih dari lubuk yang pernah menghasilkan cupang jantan jagoan. Dan induk cupang adu juga harus sehat, ciri induk yang sehat tampak dari fisiknya, yaitu tidak ada serangan penyakit dan ukuran tubuhnya minimal 3cm.

Sebelum dikawinkan, cupang jantan dan betina harus dipelihara dahulu ditempat terpisah. Jika mereka sudah siap memijah, barulah keduanya dimasukkan dalam bak pemijahan. Ciri induk jantan sudah siap memijah adalah pada penutup insang tampak warna merah atau hijau menyala dan ikan sudah membuat gelembung-gelembug udara. Sementara ciri induk betina siap kawin adalah perutnya tampak besar, warna tubuhnya pucat, dan tingkah lakunya jinak.

Cupang adu termasuk jenis ikan yang pilih-pilih pasangan. Belum tentu jantan dan betina yang dijodohkan benar-benar mau kawin. Kalau setelah empat hari dijodohkan, tetapi tidak terjadi perkawinan maka keduanya memang tidak jodoh. Untuk itu, diperlukan calon betina cadangan untuk menggantikan betina yang tidak mau kawin.

C. Proses Pemijahan

Umumnya cupang adu termasuk kelompok ikan yang membuat gelembung pada saat ingin kawin. Untuk itu, di dalam bak atau akuarium peminjahan perlu disediakan daun segar sebagai tempat cupang jantan menempelkan gelembung udaranya. Daun segar dapat berupa tanaman air berdaun lebar seperti eceng gondok dan kiamang.

Setelah itu, cupang jantan dapat dimasukkan ke bak pemijahan. Bila memang sudah siap kawin, cupang jantan tersebut akan segera menempelkan gelembung-gelembung udara ke daun. Cupang betina yang siap berpijah dapat dimasukkan ke bak pemijahan. Apabila jumlah gelembung udara di daun sudah cukup banyak.

Cupang jantan yang sedang mencari pasangan akan segera menghampiri betina. Lalu, betina diajak mendekati gelembung-gelembung udara, di peluk sehingga keduanya seakan menempel dan tidak bergerak. Beberapa saat kemudian, telur keluar dari tubuh betina dan segera dibuahi oleh jantan. Telur-telur tersebut ditangkap oleh mulut cupang jantan, lalu ditempelkan ke gelembung-gelembung udara. Sementara cupang betina hanya diam saja. Penempelan telur dilakukan dengan cara disemburkan dari mulut.

Setelah telur ditempelkan ke gelembung udara, induk jantan kembali mendekati induk betina untuk kawin lagi. Demikian seterusnya proses kawin tersebut dilakukan berulang-ulang hingga sekitar 3-4 jam. Biasanya jumlah telur yang dihasilkan sekitar 100-150 butir. Perkawinan akan selesai jika induk betina sudah berhenti mengeluarkan telur atau induk jantan mengusir betinanya. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk mengangkat induk betina. Bila tidak segera diangkat, induk betina akan terus diserang dan dilukai oleh induk jantan dan induk betina akan memakan telurnya.

Induk betina yang baru saja dikawinkan diistirahatkan di tempat atau bak terpisah. Induk betina tersebut sudah siap dikawnkan lagi setelah dirawat selama 2-3 miggu dalam bak tepisah. Pada saat induk betina beristirahat, induk jantan akan menjaga telurnya hingga menetas setelah tiga hari.

Saat baru menetas, larva cupang adu membawa kunig telur sebagai cadangan makanan sebelum sanggup memakan pakan yang disediakan. Pada tahap awal kehidupan tersebut, mungkin saja larva cupang jatuh ke dasar bak dan tidak sanggup lagi kembali ke sarangnya (gelembung udara) karena belum bisa berenang. Larva tersebut dipunguti dengan tekun oleh mulut jantan, lalu dikembalikan ke sarangnya. Induk jantan dapat dipisahkan setelah gelembung udara habis. Saat itu larva sudah bisa berenang. Pada 3-4 hari pertama, larva cupang diberi infusoria, kemudian kutu air.

D. Perawatan Burayak

Banyak orang yang enggan melakukan pemijahan sendiri karena kesulitan mencari induk unggul. Mereka umumnya memilih membeli burayak untuk dibesarkan. Burayak merupakan ikan umur 1-3 bulan atau 3-12mm. Burayak yang dipilih sesuai dengan tipe cupang adu yang akan dipeliharanya.

Pada bulan pertama, burayak cupang diberi kutu air yang tersedia setiap saat. Pada bulan kedua, burayak ini sudah bisa disebut anak cupang. Pada umur dua bulan inilah ikan diseleksi perkembangannya. Ikan yang pertumbuhannya jelek dipindahkan ke kolam kosong. Waktu yang tepat melakukan penyeleksian adalah sore hari setelah ikan diberi pakan. Pemindahannya harus serentak dalam satu hari agar perkelahian dapat dicegah. Selanjutnya, ikan diberi pakan tambahan berupa jentik nyamuk bertubuh panjang. Pakan ini diberikan sampai ikan siap dijual.

E. Pembesaran Anak Cupang Adu

Pembesaran dilakukan setelah burayak dipelihara selama sebulan. Biasanya pada umur tersebut anak cupang sudah tumbuh sirip.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembesaran cupang adu adalah sebagai berikut.

1. Wadah pembesaran

wadah pembesaran (lubuk) dapat berupa bak semen, akuarium, atau yang alas dan keempat sisinya dilapisi plastik. Dari ketiga jenis wadah ini, kotak kayu berplastik lebih sering digunakan karena biayanya murah.

Bila ingin menggunakan kotak kayu tingginya tergantung selera dan kebutuhan, biasanya minimal 50cm. Panjang dan lebarnyapun tidak pasti. Setelah dibentuk, kotak kayu dilapisi dengan plastik dan siap digunakan.

Apa pun jenis wadah pembesaran yang digunakan, ukurannya memang sangat bervariasi karena tergantung populasi cupang. Untuk anak cupang berjumlah hingga 100 ekor, ukuran wadah pembesar ini sebaiknya memiliki panjang 60cm, lebar 30cm dan tinggi 30cm. Tinggi air maksimal 25cm.

Wadah pembesaran diletakan ditempat ternaung, tetapi masih memperoleh cahaya matahari. Usahakan agar wadah pembesar ini tidak terkena curah hujan karena suhu air bisa turun drastis. Bila suhu air turun drastis maka ikan yang masih rawan penyakit ini bisa mati.

2. Pemindahan anak cupang adu

Sebelum anak cupang dipindahkan, wadah pembesaran harus diisi dengan air. Air tersebut harus sudah diendapkan terlebih dahulu. Air ledeng dapat saja digunakan asalkan diendapkan dahulu semalam dan diberi aerasi agar gas beracun didalamnya bisa keluar. Air sumur pun perlu diberi perlakuan serupa.

Anak cupang adu dipindahakan dari bak pemijahan ke wadah pembesaran setelah berumur sebulan. Biasanya pada umur tersebut anak cupang adu sudah tumbuh sirip. Namun, diantara anak cupang adu tersebut pasti ada yang pertumbuhannya bongsor dan ada yang lambat. Untuk itu, sebelum dipindahkan anak cupang adu tersebut harus diseleksi terlebih dahulu. Ikan yang berukuran sama dimasukkan dalam wadah yang sama. Biasanya untuk memisahkannya, diperlukan tiga buah pembesaran. Pengambilan anak ikan tersebut dilakukan dengan serokan.

3. Pemberian pakan

Cupang adu tidak mau di beri pelet sehingga pakan yang cocok untuknya hanya kutu air dan jentik nyamuk. Pemberiannya cukup dua hari kali sehari, pagi dan sore, secara bergantian antara kutu air dan jentik nyamuk. Ukuran jentik nyamuk yang beragam diberikan sesuai umur ikan. Kalau anak ikan cupang adu masih kecil, jentik nyamuknya pun berukuran kecil, demikian sebaliknya kalau berukuran besar.

Untuk memperkecil kemungkinan munculnya nitrit yang melebihi ambang batas toleransi, jumlah pakan tidak boleh terlalu banyak. Pakan yang diberikan harus habis dalam waktu dibawah 15 menit.

4. Pergantian air

Air di dalam wadah pembesaran tidak boleh dibiarkan terlalu kotor agar tidak muncul senyawa-senyawa kimia berbahaya. Air kotor dapat memicu munculnya penyakit white spot, yaitu bintik putih di tubuh ikan.

Kalau penyakit ini tidak segara diobati, cupang adu bisa mati. Kotornya air ini lebih banyak disebabkan oleh sisa pakan dan kotoran ikan. Untuk itu, sisa pakan dan kotoran tersebut harus secara teratur dibuang. Menjaga agar air selalu bersih merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Bila air terlihat kotor, sesegera mungkin kotorannya dibersihkan dan airnya diganti dengan air yang baru.

Membuang kotoran dan sisa pakan dalam air dilakukan dengan cara menyifon, yaitu menyedot menggunakan selang. Selang untuk menyifon berukuran diameter maksimum 0,5 inchi dengan panjang yang sesuai dengan kebutuhan. Jumlah air yang dibuang harus tidak lebih dari separuhnya. Air yang dibuang tersebut pun harus segara diganti dengan air yang baru. Namun, air pengganti tersebut harus sudah diendapkan terlebih dahulu selama semalam. Tujuannya agar suhu air tidak berubah drastis.

Saat melakukan pembersihan air kolam tersebut sekaligus harus diperhatikan kesehatan ikannya. Ikan yang sakit atau mati sesegera mungkin disingkirkan. Biasanya tingkat kematian (mortatitas) yang muncul pada tahapan pembesaran anak cupang adu ini berkisar 5%.

PAGE 15