cuci tangan dg diare

Upload: basten

Post on 05-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    1/19

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian DiareMenurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya

    defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan

    perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan

    tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan

    menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya

    perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan

    bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .

    Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau

    bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap

    kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila

    diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan

    (Soegijanto, 2002).

    Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu

    ( Depkes RI, 2007):

    1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balitayang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI

    penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    2/19

    2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kumankarena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai

    selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus

    yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare.

    Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare

    3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jampada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.

    4. Menggunakan air minum yang tercemar.5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau

    sebelum makan dan menyuapi anak

    6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidakberbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar.

    Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

    Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar,

    tetapi yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan

    keracunan. Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut: (1) infeksi yang dapat

    disebabkan: a) bakteri, misal: Shigella, Salmonela, E. Coli, golongan vibrio, bacillus cereus,

    Clostridium perfringens, Staphyiccoccus aureus, Campylobacter dan aeromonas; b) virus

    misal: Rotavirus, Norwalkdan norwalk like agen dan adenovirus; c) parasit, misal: cacing

    perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba

    histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto; (2) alergi, (3) malabsorbsi, (4)

    keracunan yang dapat disebabkan; a) keracunan bahan kimiawi dan b) keracunan oleh bahan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    3/19

    yang dikandung dan diproduksi: jasat renik, ikan, buah-buahan dan sayur-sayuran, (5)

    Imunodefisiensi dan (6) sebab-sebab lain (Widaya, 2004).

    Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat

    kelompok yaitu:

    1) Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurangdari tujuh hari),

    2) Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,3) Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus

    menerus,

    4) Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkinjuga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

    Diare akut dapat mengakibatkan: (1) kehilangan air dan elektrolit serta gangguan

    asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia, (2)

    Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan

    atau tanpa disertai muntah, (3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan

    berlebihan karena diare dan muntah (Soegijanto, 2002).

    Diare mengakibatkan terjadinya:

    a. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, danasidosis metabolik.

    b. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan sebagaiakibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perpusi jaringan berkurang

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    4/19

    sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat, kesadaran menurun dan bila

    tak cepat diobati penderita dapat meninggal.

    Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan

    muntah, kadang-kadang orang tuanya menghentikan pemberian makanan karena takut

    bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan dalam bentuk

    diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah

    menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan. Sebagai akibat

    hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan kejang dan koma

    (Suharyono, 2008).

    2.2. Gejala DiareDiare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit, terutama

    natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis metabolik. Dehidrasi dapat

    diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan serum elektrolit. Setiap

    kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air dari

    tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan apabila defisit melampaui 15%

    (Soegijanto, 2002).

    Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau

    lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu

    makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului

    diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare,

    muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula

    mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak

    demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-

    kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    5/19

    Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan mula-mula pasien

    cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja mungkin disertai

    lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare. Bila penderita

    benyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan

    menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir

    dan mulut serta kulit tampak kering.

    Dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang

    berulang-ulang. Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan elektrolit yang melebihi

    pemasukannya (Suharyono, 1986). Kehilangan cairan akibat diare menyebabkan dehidrasi

    yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat.

    2.3. Pencegahan Penyakit Diare

    Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:

    pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan

    pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi

    diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary

    prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).

    2.3.1. Pencegahan PrimerPencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan

    dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme

    penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan

    lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    6/19

    tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian

    imunisasi.

    1. Penyediaan air bersihAir adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan hampir 70% tubuh

    manusia mengandung air. Air dipakai untuk keperluan makan, minum, mandi, dan

    pemenuhan kebutuhan yang lain, maka untuk keperluan tersebut WHO menetapkan

    kebutuhan per orang per hari untuk hidup sehat 60 liter. Selain dari peranan air sebagai

    kebutuhan pokok manusia, juga dapat berperan besar dalam penularan beberapa penyakit

    menular termasuk diare (Sanropie, 1984).

    Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat adalah: air permukaan yang

    merupakan air sungai, dan danau. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air

    tanah dangkal atau air tanah dalam. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti

    hujan dan salju (Soemirat, 1996).

    Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya

    penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta

    penyebar penyakit, bila jumlah air bersih tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat

    membersihkan dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes sementara penyakit

    (Soemirat, 1996).

    Dengan memahami daur/siklus air di alam semesta ini, maka sumber air dapat

    diklasifikasikan menjadi; a) air angkasa seperti hujan dan air salju, b) air tanah seperti air

    sumur, mata air dan artesis, c) air permukaan yang meliputi sungai dan telaga. Untuk

    pemenuhan kebutuhan manusia akan air, maka dari sumber air yang ada dapat dibangun

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    7/19

    bermacam-macam saran penyediaan air bersih yang dapat berupa perpipaan, sumur gali,

    sumur pompa tangan, perlindungan mata air, penampungan air hujan, dan sumur artesis

    (Sanropie, 1984).

    Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber yang

    terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari kandang ternak dan

    kakus paling sedikit sepuluh meter dari sumber air. Air harus ditampung dalam wadah yang

    bersih dan pengambilan air dalam wadah dengan menggunakan gayung yang bersih, dan

    untuk minum air harus di masak. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih

    mempunyai resiko menderita diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang

    tidak mendapatkan air besih (Andrianto, 1995).

    2. Tempat pembuangan tinjaPembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan.

    Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung terhadap insiden penyakit

    tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare (Haryoto, 1983).

    Keluarga yang tidak memiliki jamban harus membuat dan keluarga harus membuang

    air besar di jamban. Jamban harus dijaga dengan mencucinya secara teratur. Jika tak ada

    jamban, maka anggota keluarga harus membuang air besar jauh dari rumah, jalan dan daerah

    anak bermain dan paling kurang sepuluh meter dari sumber air bersih (Andrianto, 1995).

    Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran

    manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban memenuhi syarat kesehatan apabila

    memenuhi syarat kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah, tidak mengotori air

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    8/19

    permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan

    dan dipelihara, dan murah (Notoatmodjo, 1996).

    Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan

    risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga

    yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo,

    2003). Menurut hasil penelitian Irianto (1996), bahwa anak balita berasal dari keluarga yang

    menggunakan jamban (kakus) yang dilengkapi dengan tangki septik, prevalensi diare 7,4%

    terjadi di kota dan 7,2% di desa. Sedangkan keluarga yang menggunakan kakus tanpa tangki

    septik 12,1% diare terjadi di kota dan 8,9 % di desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada

    keluaga yang mempergunakan sungai sebagi tempat pembuangan tinja, yaitu, 17,0% di kota

    dan 12,7% di desa.

    3. Status giziStatus gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang berhubungan dengan

    penggunaan makanan oleh tubuh (Parajanto, 1996). Penilaian status gizi dapat dilakukan

    dengan menggunakan berbagai metode, yang tergantung dan tingkat kekurangan gizi.

    Menurut Gibson (1990) metode penilaian tersebut adalah;

    1) konsumsi makanan; 2) pemeriksaan laboratorium, 3) pengukuran antropometri dan 4)

    pemeriksaan klinis. Metode-metode ini dapat digunakan secara tunggal atau kombinasikan

    untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif.

    Makin buruk gizi seseorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang dialami.

    Mortalitas bayi dinegara yang jarang terdapat malnutrisi protein energi (KEP) umumnya kecil

    (Canada, 28,4 permil). Pada anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya akan mengecil dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    9/19

    kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga kemampuan untuk mengadakan kekebalan

    nonspesifik terhadap kelompok organisme berkurang (Suharyono, 1986).

    4. Pemberian air susu ibu (ASI)ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi komponen zat makanan tersedia

    dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi.

    ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Untuk menyusui

    dengan aman dan nyaman ibu jangan memberikan cairan tambahan seperti air, air gula atau

    susu formula terutama pada awal kehidupan anak. Memberikan ASI segera setelah bayi lahir,

    serta berikan ASI sesuai kebutuhan. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik

    dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan

    perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara penuh

    mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI

    yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada enam bulan pertama

    kehidupannya, risiko mendapatkan diare adalah 30 kali lebih besar dibanding dengan bayi

    yang tidak diberi ASI (Depkes, 2000).

    Bayi yang memperoleh ASI mempunyai morbiditas dan mortalitas diare lebih

    rendah. Bayi dengan air susu buatan (ASB) mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan

    dengan bayi yang selain mendapat susu tambahan juga mendapatkan ASI, dan keduanya

    mempunyai risiko diare lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang sepenuhnya

    mendapatkan ASI. Risiko relatif ini tinggi dalam bulan-bulan pertama kehidupan (Suryono,

    1988).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    10/19

    5. Kebiasaan mencuci tanganDiare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan penerapan

    perilaku hidup sehat. Sebahagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

    jalur oral. Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan yang tercemar

    tinja yang mengandung mikroorganisme patogen dengan melalui air minum. Pada penularan

    seperti ini, tangan memegang peranan penting, karena lewat tangan yang tidak bersih

    makanan atau minuman tercemar kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.

    Pemutusan rantai penularan penyakit seperti ini sangat berhubungan dengan

    penyediaan fasilitas yang dapat menghalangi pencemaran sumber perantara oleh tinja serta

    menghalangi masuknya sumber perantara tersebut kedalam tubuh melalui mulut. Kebiasaan

    mencuci tangan pakai sabun adalah perilaku amat penting bagi upaya mencegah diare.

    Kebiasaan mencuci tangan diterapkan setelah buang air besar, setelah menangani tinja anak,

    sebelum makan atau memberi makan anak dan sebelum menyiapkan makanan. Kejadian

    diare makanan terutama yang berhubungan langsung dengan makanan anak seperti botol

    susu, cara menyimpan makanan serta tempat keluarga membuang tinja anak (Howard &

    Bartram, 2003).

    Hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare dikemukakan oleh

    Bozkurt et al (2003) di Turki, orang tua yang tidak mempunyai kebiasaan mencuci tangan

    sebelum merawat anak, anak mempunyai risiko lebih besar terkena diare. Heller (1998) juga

    mendapatkan adanya hubungan antara kebiasaan cuci tangan ibu dengan kejadian diare pada

    anak di Betim-Brazil.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    11/19

    Anak kecil juga merupakan sumber penularan penting diare. Tinja anak, terutama

    yang sedang menderita diare merupakan sumber penularan diare bagi penularan diare bagi

    orang lain. Tidak hanya anak yang sakit, anak sehatpun tinjanya juga dapat menjadi carrier

    asimptomatik yang sering kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu cara membuang tinja

    anak penting sebagai upaya mencegah terjadinya diare (Sunoto dkk, 1990). Berdasarkan

    penelitian yang dilakukan Aulia dkk., (1994) di Sumatera Selatan, kebiasaan ibu membuang

    tinja anak di tempat terbuka merupakan faktor risiko yang besar terhadap kejadian diare

    dibandingkan dengan kebiasaan ibu membuang tinja anak di jamban.

    6. ImunisasiDiare sering timbul menyertai penyakit campak, sehingga pemberian imunisasi

    campak dapat mencegah terjadinya diare. Anak harus diimunisasi terhadap penyakit campak

    secepat mungkin setelah usia sembilan bulan (Andrianto, 1995).

    2.3.2. Pencegahan SekunderPencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare

    atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan

    yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi.

    Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan

    mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan,

    bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis

    pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas

    penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan

    spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan.

    Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    12/19

    menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit.

    Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk

    dokter (Fahrial Syam, 2006).

    2.3.3. Pencegahan TertierPencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami

    kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan

    pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan

    usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang

    dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga

    keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap

    memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak

    yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus

    dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan

    teman sepermainan.

    2.4. Pengertian Perilaku

    Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai

    bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

    kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang

    dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati

    langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

    Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa

    perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    13/19

    Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan

    kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau

    Stimulus Organisme Respon.

    Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan

    menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

    1. Perilaku tertutup (covert behavior)Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

    terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas

    pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

    menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

    2. Perilaku terbuka (overt behavior)Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

    Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang

    dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

    2.4.1. Klasifikasi Perilaku KesehatanPerilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang

    (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim

    pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku

    kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    14/19

    1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance).

    Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar

    tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

    2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atas sering disebut

    perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).

    Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit

    dan atau kecelakaan.

    3. Perilaku kesehatan lingkunganAdalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya,

    dan sebagainya

    2.4.2. Model Perilaku KesehatanHealth Belief Model

    Faktor-faktor yang menentukan model-model perilaku kesehatan sangat banyak dan

    rumit, menurut Mckinly dalam Muzaham (1995) mengidentifikasikan enam pendekatan

    utama yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan yaitu ; dari sudut ekonomi,

    sosiodemografi, psikologi sosial, sosial budaya dan organisasional. Masing-masing model

    yang dikemukakan berbeda sesuai dengan pandangan teori masing-masing.

    Salah satu model perilaku kesehatan adalah Model Perilaku Kesehatan

    (Health Belief Model). Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50-an dan didasarkan

    atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberculosis. Analisis terhadap

    berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    15/19

    dikembangkan sebagai model perilaku. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial

    ;

    1.Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit ataumemperkecil risiko kesehatan.

    2.Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.3.Perilaku itu sendiri.

    Menurut Rosenstock dalam Muzaham (1995), dalam model ini adalah orang tidak

    akan mencari pertolongan medis atau pencegahan penyakit mereka kurang memunyai

    pengetahuan dan motivasi minimal yang relevan dengan kesehatan, bila mereka memandang

    keadaan tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin terhadap keberhasilan suatu tindakan medis

    atau pencegahan, dan bila mereka melihat adanya beberapa kesulitan dalam melaksanakan

    perilaku kesehatan yang disarankan.

    Pada dasarnya, model ini terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:

    1. Persepsi Individu tentang kerentanandirinya terhadap suatu penyakit. Misal: seorang klien

    perlu mengenal adanya pernyakit koroner melalui riwayat keluarganya, apalagi kemudian ada

    keluarganya yang meninggal maka klien mungkin merasakan resiko mengalami penyakit

    jantung.

    2. Persepsi Individu terhadap keseriusan penyakit tertentu. Dipengaruhi oleh variabel

    demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit, anjuran untuk bertindak

    (misal: kampanye media massa, anjuran keluarga atau dokter dll)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    16/19

    3. Persepsi Individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil. Seseorang

    mungkin mengambil tindakan preventif, dengan mengubah gaya hidup, meningkatkan

    kepatuhan terhadap terapi medis, atau mencari pengobatan medis.

    Hipotesis HBM adalah perilaku pada saat mengalami gejala penyakit dipengaruhi

    secara langsung oleh persepsi individu mengenai ancaman penyakit dan keyakinannya

    terhadap nilai manfaat dari suatu tindakan kesehatan. Bagaimanapun juga, rasa sakit dan

    kurang enak badan yang berkaitan dengan gejala penyakit dapat memengaruhi persespsi

    individu terhadap ancaman penyakit dan juga memengaruhi perilaku, sedangkan karakteristik

    sosial, tingkat toleransi seseorang terhadap rasa sakit, kekurangan daya dan semangat

    diperkirakan memunyai pengaruh tidak langsung atas suatu tindakan atau perilaku.

    Gambar 2.1. Skema Konsep Health Belief Models

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    17/19

    2.5. Persepsi

    Menurut Rakhmat (2005), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

    hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

    Dengan demikian persepsi merupakan gambaran arti atau interprestasi yang bersifat subjektif,

    artinya persepsi sangat tergantung pada kemampuan dan keadaan diri yang bersangkutan.

    Dalam kamus psikologi persepsi diartikan sebagai proses pengamatan seseorang terhadap

    segala sesuatu di lingkungannya dengan menggunakan indera yang dimilikinya, sehingga

    menjadi sadar terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan tersebut.

    Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami

    informasi mengenai lingkungannya. Dalam hubungannya dengan perilaku orang-orang dalam

    suatu organisasi, ada tiga hal yang berkaitan, yakni pemahaman lewat penglihatan,

    pendengaran, dan perasaan. Dalam menelaah timbulnya proses persepsi ini, menunjukkan

    bahwa fungsi persepsi itu sangat dipengaruhi oleh tiga variabel berikut : (1) Objek atau

    peristiwa yang dipahami (2) lingkungan terjadinya persepsi, dan (3) orang-orang yang

    melakukan persepsi. Dengan demikian, persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang

    dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat

    penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami

    persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran

    yang unik terhadap situasi bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha,

    1999).

    Menurut Notoatmojo (2003) setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek

    kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    18/19

    proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui

    atau disikapinya. Inilah yang disebut praktik kesehatan, atau dapat dikatakan sebagai perilaku

    kesehatan. Oleh sebab itu indikator praktik kesehatan ini sangat berkaitan dengan persepsi.

    Menurut Wolinsky (1998) bahwa masyarakat mengembangkan pengertian sendiri

    tentang sehat dan sakit sesuai dengan pengalaman hidupnya atau nilai-nilai yang diturunkan

    oleh generasi sebelumnya, maka pencegahan penyakit diare yang sering dilaporkan terjadi

    akibat lingkungan yang buruk tergantung persepsi masyarakat tentang diare. Artinya, jika

    diare dipersepsikan sebagai suatu penyakit tidak serius dan tidak mengancam kehidupannya

    maka perilaku pencegahan akan penyakit diare pun tidak terlalu serius dilakukan. Sebaliknya,

    jika mereka mempersepsikan bahwa diare merupakan masalah kesehatan yang perlu

    diwaspadai, otomatis mereka akan bereaksi serius terhadap penyakit ini dengan

    mengembangkan perilaku-perilaku pencegahan.

    Dengan demikian masalah persepsi akan penyakit merupakan aspek penting dalam

    memahami perilaku sehat di kalangan masyarakat. Karena itu masalah yang hendak diangkat

    dalam penelitian ini menyangkut hubungan antara persepsi masyarakat yang tinggal di

    kawasan kumuh dengan perilaku pencegahan yang dikembangkannya dalam menghadapi

    penyakit diare.

    Tindakan dalam hal ini adalah tindakan ibu balita dalam melakukan pencegahan

    khususnya pencegahan primer diare. Pencegahan ini meliputi , tindakan ibu dalam

    penyediaan air bersih, tindakan pencegahan yang erat kaitannya dengan tempat pembuangan

    tinja, tindakan ibu dalam peningkatan status gizi, tindakan ibu dalam pemberian air susu ibu

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Cuci Tangan Dg Diare

    19/19

    (ASI), dan tindakan ibu yang berkaitan dengan kebiasaan mencuci tangan dan pemberian

    imunisasi pada balita.

    2.6. Kerangka Konsep Penelitian

    Variabel bebas Variabel terikat

    Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

    2.7. Definisi Konsep

    Dalam penelitian ini dikaji dua variabel bebas dan satu variabel terikat dengan

    definisi konsep sebagai berikut :

    1. Persepsi tentang keseriusan penyakit adalah pandangan seseorang tentang keparahanatau kemungkinan akibat fisik bila seseorang terkena penyakit

    2. Persepsi tentang kerentanan penyakit adalah pandangan seseorang tentang mudahtidaknya dirinya terserang penyakit

    3. Pencegahan diare adalah usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka menghindari danmengurangi resiko terjadinya suatu penyakit

    Persepsi

    1. Persepsi tentang keseriusan penyakit

    2. Perse si tentan kerentanan terhada

    Pencegahan Diare