ctm (2)

18
1 Praktikum I ANALISIS KADAR CTM DALAM TABLET CTM I. Tujuan Mahasiswa dapat memahami dan melakukan analisis kadar CTM dalam tablet CTM. II. Dasar Teori Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang kesehatan, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh. Obat memiliki cakupan makna yang luas, bukan hanya terbatas pada zat- zat yang digunakan untuk menyembuhkan seseorang dari sakit. Zat-zat yang  berfungsi untuk menetapkan diagnosis (mengetahui penyakit), mencegah, mengurangi (meski tidak menyembuhkan), menghilangkan penyakit atau gejala  penyakit, luka, atau kelainan, baik jasmani ah maupun rohan iah pada manusia dan hewan, juga disebut dengan obat (Nasution, 2009). Obat dibuat dalam skala besar di pabrik obat. Dibuat dalam bentuk tablet, kapsul, sirup, atau bentuk lainnya, bisa juga dibuat dalam berbagai bentuk sekaligus. Pada proses pembuatannya, zat aktif obat tersebut biasanya akan ditambahkan bahan-bahan lain yang dimaksudkan agar dapat membantu menjadi  bentuk obat yang baik. Bahan-bahan tambahan juga dimaksudkan untuk membantu agar obat tersebut mudah masuk dan berkhasiat dalam tubuh sesuai dengan yang diharapkan (Widodo, 2004). Salah satu jenis obat yang banyak diproduksi oleh pabrik adalah tablet. Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung

Upload: fechlyes

Post on 30-Oct-2015

2.253 views

Category:

Documents


124 download

DESCRIPTION

laporan analisis CTM AOKM

TRANSCRIPT

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 1/18

1

Praktikum I

ANALISIS KADAR CTM DALAM TABLET CTM

I.  Tujuan

Mahasiswa dapat memahami dan melakukan analisis kadar CTM dalam

tablet CTM.

II.  Dasar Teori

Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh

semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah,

meringankan, maupun menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undangkesehatan, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan

yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah,

mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka

atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk 

memperelok tubuh atau bagian tubuh.

Obat memiliki cakupan makna yang luas, bukan hanya terbatas pada zat-

zat yang digunakan untuk menyembuhkan seseorang dari sakit. Zat-zat yang

 berfungsi untuk menetapkan diagnosis (mengetahui penyakit), mencegah,

mengurangi (meski tidak menyembuhkan), menghilangkan penyakit atau gejala

 penyakit, luka, atau kelainan, baik jasmaniah maupun rohaniah pada manusia dan

hewan, juga disebut dengan obat (Nasution, 2009).

Obat dibuat dalam skala besar di pabrik obat. Dibuat dalam bentuk tablet,

kapsul, sirup, atau bentuk lainnya, bisa juga dibuat dalam berbagai bentuk 

sekaligus. Pada proses pembuatannya, zat aktif obat tersebut biasanya akan

ditambahkan bahan-bahan lain yang dimaksudkan agar dapat membantu menjadi

 bentuk obat yang baik. Bahan-bahan tambahan juga dimaksudkan untuk 

membantu agar obat tersebut mudah masuk dan berkhasiat dalam tubuh sesuai

dengan yang diharapkan (Widodo, 2004).

Salah satu jenis obat yang banyak diproduksi oleh pabrik adalah tablet.

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk 

tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 2/18

2

satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang

digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat

 pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Anonim, 1979).

Salah satu jenis tablet yang kerap dijumpai dipasaran adalah Tablet CTM

digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikum adalah obat yang

menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna dalam

menekan alergi yang disebabkan oleh timbulnya  simptom karena histamin

(Ansel, 1995). Chlorpheniramine Maleat (CTM) sebagai obat anti alergi, banyak 

diberikan secara oral maupun intravena, bekerja di susunan saraf pusat, dapat

menimbulkan rasa kantuk yang kuat, maka tidak dianjurkan meminum obat ini

 jika hendak bepergian. Obat ini juga termasuk obat keras, jadi pemakaiannyaharus hati-hati dan dianjurkan untuk menggunakannya hanya jika memang

diperlukan (Simbolon, 2008).

Meskipun obat dapat menyembuhkan tapi banyak kejadian bahwa

seseorang telah menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat dikatakan

 bahwa obat dapat bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat

apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan

waktu yang tepat. Jadi bila digunakan salah dalam pengobatan atau dengan

kelewat dosis akan menimbulkan keracunan. Bila dosisnya lebih kecil kita tidak 

memperoleh penyembuhan (Anief, 1997).

Kadar dari suatu obat yang dalam hal ini CTM perlu dilakukan uji

terhadap kadarnya agar kita mengetahui bahwa obat yang diproduksi oleh suatu

 pabrik obat memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Obat yang dikonsumsi akan

memberikan efek terapi yang menyembuhkan di dalam tubuh jika kadarnya

 berada di rentang persyaratan yang ditetapkan. Apabila kadar obat berada di atas

rentang persyaratan maka obat tersebut akan memberikan efek toksik terhadap

konsumen. Sedangkan bila berada di bawah rentang persyaratan, maka obat

tersebut tidak akan memberikan efek terapi. Oleh karena itu penetapan kadar dari

obat yang diproduksi setiap pabrik obat perlu dilakukan.

Pengawasan mutu adalah bagian yang penting dari cara pembuatan obat

yang baik untuk memastikan tiap obat yang di buat senantiasa memenuhi

 persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaanya.

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 3/18

3

Pengawasan produk obat harus dilakukan untuk menjamin mutu dan

keamanannya. Salah satu jenis pengawasan mutu tersebut adalah analisis kadar 

senyawa aktif dalam proses pengendalian mutu obat. Penentuan kadar senyawa

aktif memerlukan suatu metode analisis dengan ketelitian dan ketepatan yang

cukup baik. Selain itu juga memenuhi kriteria lain seperti spesifisitas, linearitas,

limit deteksi, limit kuantitasi, dan ketangguhan (robustness) (Wulandari, 2007).

Analisis kualitatif dan kuantitatif bahan obat harus dilakukan sebelum

 proses produksi obat dilaksanakan. Dahulu analisis kuantitatif obat dilakukan

dengan cara gravimetri dan titrimetri. Kedua cara tersebut relatif mudah

dikerjakan serta tidak membutuhkan peralatan yang mahal. Gravimetri dan

titrimetri kehilangan kespesifikan karena tidak dapat menyatakan bagian darimolekul obat yang mempunyai informasi biologis tentang khasiat obat tersebut.

Peranan gravimetri dan titrimetri dalam penetapan kadar obat kemudian

digantikan oleh spektrofotometri dan kromatografi. Penggunaan spektrofotometer 

serapan sinar tampak dan ultraviolet dalam penetapan kadar obat sangat luas

karena obat termasuk molekul organik yang mempunyai elektron ikatan dan

 bukan ikatan (Gandjar, 1997).

Berbagai macam cara penentuan kadar senyawa obat, baik untuk 

 penentuannya dalam sediaan maupun dalam cairan biologis untuk keperluan

 pengendalian mutu obat dan pemeriksaan klinis telah dikembangkan oleh para

 peneliti terdahulu. Cara analisis yang sudah dikembangkan tersebut mencakup

cara sederhana, seperti spektrofotometri, sampai cara yang melibatkan peralatan

analisis yang modern seperti kromatografi gas dan kromatografi cair penampilan

tinggi (Rasyid, 1985).

III. Alat dan Bahan

A.  Alat

  Labu takar 5, 25, dan 100 ml

  Pipet tetes

  Pipet volume

  Propipet

  Mikropipet + tip

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 4/18

4

  Kertas Saring

  Gelas Beaker 100 ml

  Penyemprot

  Corong kaca

  Spektrofotometer + kuvet

   Neraca analitik 

  Sendok plastik 

  Mortir + stamper 

  Pengaduk kaca

B.  Bahan

  Tablet CTM

  Serbuk CTM murni

  H2SO4 98 %

  Aquades

IV. Cara Kerja

A.  Pembuatan larutan H2SO4 0,25 M

Ambil 3,4675 ml H2SO4 96% dengan menggunakan pipet ukur 5 ml,

Masukkan ke dalam labu takar 25 ml

Tambah aquadest hingga batas

Gojog homogen

B.  Pembuatan Larutan Baku

Membuat larutan induk ctm2

2⁄  

Masukkan 25 mg serbuk ctm murni ke dalam labu takar 25 ml,

tambahkan H2SO4 0,25 M hingga batas

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 5/18

5

Gojog homogen

Membuat seri larutan baku dengan ketentuan sebagai berikut :

 No

Volume

Pengambilan

Larutan Baku

(µl)

Kadar sampel

(µg/50 ml) ad H2SO4 0,25M

(ml)

1

2

3

45

20

30

40

5060

100

150

200

250300

5

5

5

55

Gojog homogen

Lakukan scanning pada kadar terkecil

untuk menentukan panjang gelombang dan operating time

Ukur absorbansi kelima seri konsentrasi

Buat persamaan kurva baku kadar vs absorbansi

C.  Preparasi dan Analisis Sampel

Timbang 20 tablet ctm, serbuk halus

Ambil 0,141 g serbuk setara dengan 3 mg ctm

Masukkan dalam labu takar 50 ml, tambahkan H2SO4 0,25 M hingga batas

Gojog homogen

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 6/18

6

Saring dengan kertas saring, tampung cairan dalam gelas beaker 

Ukur volume larutan sampel

Encerkan sebanyak 3 kali

Ukur absorbansi pada panjang gelombang 265 nm

Hitung kadar ctm dalam sampel

Replikasi 3 kali

V.  DATA DAN PERHITUNGAN

1.  Data Obat

 Nama obat : CTM

 Nama produsen : Kimia Farma

Kategori : Generik 

Bentuk sediaan : Tablet

Komposisi : Chlorpheniramine maleat 4 mg

2.  Organoleptis

  Warna : kuning

  Rasa : pahit

  Bau : khas

3.  Data Percobaan

a)  Keseragaman bobot

Bobot masing-masing tablet :

1.  0,1952 g

2.  0,2022 g

3.  0,1711 g

4.  0,1760 g

5.  0,1744 g

6.  0,1751 g

7.  0,1664 g

8.  0,1830 g

9.  0,1893 g

10. 0,1960 g

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 7/18

7

11. 0,1985 g

12. 0,1771 g

13. 0,1839 g

14. 0,1661 g

15. 0,1856 g

16. 0,1833 g

17. 0,1814 g

18. 0,1890 g

19. 0,1758 g

20. 0,1888 g

Bobot total = 3,6582 g

SD = 0,0103

Mean = 0,1829 g

CV =

    

= 5,6315 %

Penyimpangan 7,5% =  

= + 0,013725 g

Rentang bobot (7,5%) =  

= (0,169275 < x < 0,196725) g

Terdapat 1 tablet yang bobotnya berada di luar range.

Penyimpangan 15% =

 

= + 0,02745 g

Rentang bobot (15%) =  

= (0,15555 < x < 0,21045) g

Tidak terdapat tablet yang bobotnya berada di luar range.

 b)  Pembuatan larutan H2SO4 0,25 M

Tersedia H2SO4 96%, akan diencerkan dalam labu takar 25,0 ml.

Molaritas H2SO4 =

 

=

 

= 18,0245 M

Pengenceran :

M1 x V1 = M2 x V2 

18,0245 M x V1 = 0,25 M x 500 ml

V1= 6,9350 ml ≈ 7  

c)  Kurva Baku

1.  Pembuatan larutan induk 

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 8/18

8

2.  Scanning panjang gelombang

Scan panjang gelombang dilakukan dari 400,0 nm hingga 200,0 nm

menunjukkan panjang gelombang maksimum CTM dalam H2SO4 

0,25 M adalah 623 nm.

3.  Penentuan baku CTM

Didapatkan dari literatur   CTM dalam H2SO4 0,25 M yang

diukur pada panjang gelombang 265 nm adalah 212 (Anonim, 2009).

  = 212

Absorbansi CTM dengan kadar 1 g / 100 ml = 212

Absorbansi CTM dengan kadar 1 mg / 100 ml =

= 0,212

Absorbansi CTM dengan kadar 50 µg / 5 ml = 0,212

Absorbansi CTM dengan kadar 80 µg / 5 ml =

 

= 0,399

Absorbansi CTM dengan kadar 110 µg / 5 ml =

 

= 0,466

Absorbansi CTM dengan kadar 140 µg / 5 ml =

 

= 0,594

Absorbansi CTM dengan kadar 170 µg / 5 ml =

 

= 0,721

Larutan induk CTM 25 mg/25 ml (= 1 µg/µl). Dipipet x µl larutan

induk, dimasukkan ke labu 5,0 ml. Ditambahkan H2SO4 0,25 M ad

5,0 ml.

Volume pengambilan (µl) Kadar (µg/ml) Absorbansi teoritis

50 10 0,212

80 16 0,339

110 22 0,466

140 28 0,594

170 34 0,721

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 9/18

9

4.  Absorbansi baku

Larutan induk CTM 25 mg/25 ml (= 1 µg/µl). Dipipet x µl larutan

induk, dimasukkan ke labu 5,0 ml. Ditambahkan H2SO4 0,25 M ad 5,0

ml.

Volume pengambilan (µl) Kadar (µg/ml) Absorbansi nyata

20 100 0,259

30 150 0,366

40 200 0,464

50 250 0,587

60 300 0,636

A = 0,0724

B = 1,95 x 10 -3 

r = 0,9934

y = 1,95 x 10-3

x + 0,0724

d)  Data sampel

Pengambilan sampel : 0,1829 g

Kemudian masing-masing diencerkan hingga 50,0 ml dan disaring.

Setelah disaring, ketiganya menghasilkan 46 ml.

y = 0.002x + 0.0724

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0 50 100 150 200 250 300 350

   A    b   s   o   r    b   a   n   s   i

Kadar (µg/50 ml)

Kurva baku CTM

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 10/18

10

SampelAbsorbansi (A)

(pengenceran 5x)

1 0,582

2 0,638

3 0,568

x =

 x faktor pengenceran

Berat CTM per tablet =

 

Sampel 1 :

y = 0,582

=

 x 5 = 1307,6925 µg/50 ml = 1,3077 mg/50 ml

Jumlah CTM hasil absorbansi =

 

= 1,3077 mg/ tablet

Jumlah CTM dalam sampel teoritis =

 

 

 

x = 3,9999 mg

Persentase CTM dalam sampel =

 

=

 

= 32,69 %

Sampel 2 :

y = 0,638

=

 x 5 = 1451,2825 µg/50 ml = 1,4513 mg/50ml

Jumlah CTM hasil absorbansi =

 

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 11/18

11

= 1,4513 mg/ tablet

Jumlah CTM dalam sampel teoritis =

 

 

 

x = 3,9999 mg

Persentase CTM dalam sampel =

 

=

 

= 36,28 %

Sampel 3:

y = 0,568

=

 x 5 = 1271,7950 µg/50 ml = 1,2717 mg/50ml

Jumlah CTM hasil absorbansi =

 

= 1,2717 mg/ tablet

Jumlah CTM dalam sampel teoritis =

 

 

 

x = 3,9999 mg

Persentase CTM dalam sampel =

 

=

 

= 31,79 %

NoAbsorbansi

(pengenceran 5x)

Kadar

(µg/50ml)

Jumlah

(mg)

CTM dalam

sampelCTM tiap

tablet (mg)mg %

1 0,582 261,5385 1,3077 1,3077 36,28 3.9999

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 12/18

12

2 0,638 290,2565 1,4513 1,4513 32,69 3,9999

3 0,568 254,3590 1,2717 1,2717 31,79 3,9999

Rata-rata 268,7180 1,3436 1,3436 33,59 3,9999

SD jumlah CTM per tablet = 0,0950

CV % CTM dalam sampel =

 

=

 

= 7,0706 %

Recovery jumlah CTM per tablet =

 

=

 

= 33,59 %

VI. PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan menguji kadar CTM (klofeniramin maleat) dalam

tablet tunggal CTM secara analisis kuantitatif, dengan menggunakan metode

spektrofotometri visibel. Metode yang dipilih ini berdasarkan oleh standar yang

telah ditetapkan di dalam British Pharmacopoeia 2009. CTM bisa dianalisisdengan spektrofotometer visibel karena kemampuan molekul CTM menyerap

sinar visibel oleh gugus kromofor yang ditunjukkan oleh rumus bangunnya

sebagai berikut:

H3C

N

CH3

Cl

N

 

Molekul CTM di atas merupakan molekul utuh pada suasana netral.

 Nantinya saat akan dianalisis dengan spektrofotometer visibel, sampel

mengandung CTM akan dilarutkan dalam asam sulfat karena sifat CTM yang

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 13/18

13

cenderung bersifat basa dapat terlarut di dalam suatu asam membentuk ion

sebagai berikut:

H3C

NH+

CH3

Cl

+HN

 

Dengan adanya muatan positif pada atom N di suasana asam inilah akan

menyebabkan CTM memiliki absorbansi lebih besar dibandingkan molekul

netralnya. Lebih jelasnya dapat dituangkan dalam persamaan sebagai berikut:

ɛ = 0,87 x 1020 x P x a

A = ɛ bc

Dimana

ɛ = koefisien ekstinsi molar A = absorbansi

P = probabilitas transisi electron

a = panjang kromofor 

 b = tebal kuvet

c = konsentrasi sampel

(Gandjar, 1997)

Semakin besar perbedaan muatan timbul, maka semakin besar 

kemungkinan transisi electron (P) karena muatan yang lebih positif lebih mudah

menarik elektron dari atom lain untuk berpindah. Karena nilai P yang lebih

tinggi, nilai ɛ (koefisien ekstinsi molar)nya juga lebih tinggi. Nilai ɛ yang lebih

tinggi ini menyebabkan absorbansi (A) semakin besar karena nilai A berbanding

lurus dengan ɛ.

Pada analisis ini digunakan model multi-point calibration, meskipun pada

literature acuan menggunakan one-point calibration. Hal ini dipilih karena

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 14/18

14

mempertimbangkan perbedaan kondisi lingkungan, perlakuan, fasilitas, dan

instrumentasi antara laboratorium sumber literature (Inggris) dengan kondisi di

laboratorium tempat percobaan dilaksanakan.

Mula-mula disiapkan larutan asam sulfat baku dengan konsentrasi

0,25 M. larutan tersebut dapat dibuat dengan memipet dengan seksama 3.4675

mL larutan asam sulfat stok 96% dengan molaritas 18,0245 M dengan

menggunakan pipet ukur (dalam percobaan menggunakan pipet ukur berskala 5

mL). Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar dengan volume 25 mL.

Kemudian ditambahkan aquadest hingga mencapai batas yang tertera pada labu

takar. Lalu digojog hingga didapat larutan asam sulfat yang homogen.

Pengenceran larutan asam sulfat dilakukan di dalam labu takar, karena labu takar merupakan instrument volumetrik yang didesain memiliki presisi dan akurasi

yang tinggi untuk melakukan pengenceran, yang dapat dilakukan kalibrasi secara

 berkala sehingga akurasinya selalu terjaga. Sedangkan untuk memipet sejumlah

tertentu larutan stok dapat digunakan pipet ukur, atau menggunakan buret sebagai

alternative pengganti pipet ukur. Skala yang digunakan juga sebaiknya

menyesuaikan seberapa banyak volume yang akan diambil. Dalam analisis kali

ini digunakan asam sulfat dengan konsentrasi 0,25 M sesuai dalam ketentuan

dalam British Pharmacopoeia 2009.

Setelah membuat larutan baku asam sulfat, kemudian menyiapkan larutan

seri kadar CTM yang selanjutnya digunakan untuk membuat kurva baku (metode

multi-point calibration). Yang pertama dilakukan pada tahap ini adalah

menimbang dengan seksama CTM baku tunggal sebanyak 25 mg, kemudian

dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL untuk dilakukan pelarutan dengan larutan

asam sulfat 0,25 M baku tadi sampai batas yang tertera pada labu takar. Gojog

homogen hingga mendapat larutan yang jernih, dimana semua serbuk CTM

terlarut sempurna di dalam larutan asam sulfat. Setelah itu menyiapkan labu takar 

5 mL untuk dilakukan pengenceran dengan hasil akhir CTM dengan berbagai

konsentrasi yang telah ditentukan. Secara berturut-turut larutan awal CTM tadi

dipipet sebanyak 0, 80, 110, 140, 170 μL. Ha ini didasarkan dari hitunan

melalui rumus one-point calibration analisis CTM pada literature sumber,

ditentukan beberapa titik absorbansi diatas dan dibawah absorbansi kalkulasi

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 15/18

15

untuk kandungan CTM 4 mg secara one-point calibration. Dari titik-titik tersebut

ditentukan berapa kadar CTM yan harus disiapkan pada larutan seri kadar,

sehingga dapat dilakukan seperti pada uraian diatas tersebut. Setelah larutan seri

kadar siap, dilakukan scanning panjang gelombang. Hal ini perlu dilakukan untuk 

memastikan serapan visibel maksimal oleh larutan sari kadar tersebut. Karena

dimungkinkan terjadi perubahan nilai panjang gelombang yang minor akibat

 perbedaan perlakuan selama preparasi larutan seri kadar. Pada proses ini

dilakukan scanning dengan menggunakan larutan seri kadar yang paling kecil.

Scanning dilakukan pada panjang gelombang 200 sampai 400 nm. Hal ini

diharapkan pada kadar terkecil pun masih dapat menyerap sinar visibel secara

maksimal, pada panjang gelombang tertentu. Hasilnya diperoleh absorbansimaksimal pada panjang gelombang 265 nm. Setelah didapatkan panjang

gelombang yang memberikan absorbansi maksimal, kemudian segera dilakukan

 penetapan absorbansi tiap-tiap seri kadar. Sehingga akhirnya dapat ditentukan

untuk membuat suatu persamaan kurva baku yang baik, untuk kemudian

digunakan dalam penetapan kadar CTM dalam sampel tablet tunggal CTM yang

ada dalam perdagangan. Dari seri absorbansi diperoleh, dapat dibuat regresi linier 

kadar vs absorbansi untuk memperoleh kurva baku. Dari hasil regresi linier kurva

 baku didapat persamaan kurva baku y = 0,0181 x + 0,1674 dengan r = 0,986.

 Nilai r ini tidak memenuhi persyaratan r yang baik (diatas 0,999), tapi persamaan

ini sudah cukup bagus mewakilkan respon yang timbul sebagai perubahan kadar.

Tahapan analisis yang berikutnya adalah preparasi dan pengukuran sampel.

Pada tahap analisis awal diawali dengan screening visual pada kemasan dan

sampel obat. Screening visual dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi

fisik kemasan, komposisi kandungan yang tertera, jumlah/konsentrasi kandungan

yang tertera, kode produksi, tanggal produksi, tanggal kadaluwarsa, perusahaan

 pembuat, pengemasan obat, segel pengaman (kalau ada), kenampakan obat

setelah dibuka dari kemasan. Dan dapat pula dikalukan organoleptis jika perlu

(Gandjar, 1997). Namun hal tadi tidak dilakukan karena pada saat penyerahan

sampel, tidak direstai dengan wadah yang semestinya (hanya dimasukkan dalam

 plastic klip). Dari data obat secara organoleptis diketahui wujud berupa tablet

kuning berasa pahit dan berbaus khas.

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 16/18

16

Sedangkan untuk preparasi sampel dilakukan dengan mula-mula

menimbang sejumlah 20 tablet untuk mengetahui uji keseragaman bobotnya

(Anonim, 1979). Hasil uji keseragaman bobot berupa hanya 1 tablet yang

menyimpang 7,5% dari bobot rata-rata dan tidak ada tablet yang menyimpang

15% dari bobot rata-rata. Syarat tablet ini memenuhi keseragaman bobot adalah

tidak boleh ada yang menyimpang 7,5% lebih dari 2 tablet dan tidak boleh ada

tablet yang menyimpang lebih dari 15%.

Setelah itu 20 tablet tadi digerus hingga halus. Kemudian diambil dengan

seksama sejumlah 0,141 g yang diasumsikan jika satu tablet mengandung 4 mg

CTM, maka dalam 20 tablet yang dihaluskan terdapat 0,141 g yang mewakili

 jumlah CTM seharusnya. Setelah itu sejumlah sebuk tadi dimasukkan ke dalamlabu takar 50 mL dan kemudian dilarutkan dengan asam sulfat 0,25 M hingga

 batas. Dilakukan penambahan pelarut berupa asam sulfat adalah untuk 

melarutkan CTM yang bersifat basa, sehingga dapat larut dalam suatu larutan

asam dan membentuk garamnya. Kemudian dilakukan penyaringan dengan

menggunakan kertas saring untuk menyaring residu padatan yang tidak ikut larut

dalam pelarut yang digunakan tersebut. Ketika disaring ditampung dalam gelas

ukur, untuk diukur volume setelah penyaringan. Setelah itu dilakukan orientasi

dengan mengukur absorbansinya. Ternyata absorbansi yang didapat masih terlalu

tinggi, sehingga diputuskan untuk dilakukan pengenceran sebanyak 3 kali.

Kemudian dilakukan orientasi kembali, dan hasil absorbansi cukup bagus,

sehingga pembacaan absorbansi dilanjutkan dan direplikasi sehingga didapat

minimal 3 data.

Setelah didapat data absorbansi pada sampel, kemudian dilakukan

 perhitungan dengan memasukkan data absorbansi ke dalam kurva baku yang

udah dibuat pada awal percobaan tadi untuk memperoleh kadar CTM pada

sampel. Absorbansi yang diperoleh masih berada di dalam range yang

diperkirakan (0,2-0,8), sehingga perhitungan kadar dapat segera dilakukan tanpa

harus melakukan ekstrapolasi garis kurva baku. Adapun kadar rata-rata dari

ketiga sampel diperoleh sebesar 71,8121 µg/ml. Dari nilai kadar CTM yang

diukur absorbansinya ini dapat dibuat perhitungan dengan perbandingan

sedemikian rupa untuk memperoleh persen kadar CTM pada tablet tersebut.

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 17/18

17

Persentase rata-rata kadar CTM dalam 1 tablet adalah 107,3047 % dengan CV

4,7788%. CV disini menyatakan validitas data yang diukur dari perbandingan

standar deviasi dengan mean data yang ada. Jika CV dibawah 5%, maka data

dianggap valid. Karena CV perhitungan kadar didapat kurang dari 5%, maka

hasil analisis dapat dikatakan valid. Adapun kadar CTM dalam tablet yang

diperbolehkan adalah 92.5 sampai 107.5% dari yang disebutkan di label. Karena

nilai rata-ratanya masuk dalam range, maka dapat dikatakan sampel tablet CTM

memenuhi syarat kuantitatif kadar yang diperbolehkan.

VII. KESIMPULAN

1. 

Analisis kadar CTM dalam tablet CTM dapat dilakukan menggunakanspektrofotometri visibel.

2.  Panjang gelombang maksimum dari CTM adalah 623 nm.

3.  Tablet memenuhi persyaratan keseragaman bobot.

4.  Rata-rata kadar CTM tiap tablet adalah 4,2923 mg.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anief, M, 1997, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek , GMU Press, Yogyakarta

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta

Ansel, H. C., 1995, Pengantar Sediaan  Formulasi IV, UI Press, Jakarta

Rasyid, Raslim dkk, 1985, Spektrofotometri untuk Menentukan Antidepresan

 Amin Trisiklik yang Beredar di Indonesia dalam Tablet dan Dalam Urin,

Proceedings ITB, Bandung

Gandjar, Ibnu Gholib, 1997,  Perkembangan Analisis Farmasi dalam

 Pengawasan Mutu Obat , UGM, Yogyakarta

Simbolon, Bintang, 2008, Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara

Spektrofotometri Ultra Violet , USU, Medan

 Nasution, Yulida Amelia, 2009,  Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol dalam

Obat Sediaan Oral dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

(KCKT), USU, Medan

7/16/2019 CTM (2)

http://slidepdf.com/reader/full/ctm-2 18/18

18

Widodo, R, 2004,  Panduan Keluarga memilih dan Menggunakan Obat , Kreasi

Wacana, Yogyakarta

Wulandari, Niken, 2007, Validasi Metode Spektrofotometri Derivatif Ultraviolet 

untuk Penentuan Reserpin dalam Tablet Obat , ITB, Bogor 

Yogyakarta, 29 Mei 2012

Praktikan,

Ardea Mahananda (FA/08516)

Agustina A. B. (FA/08519)

Marvin (FA/08522)

 Nur Hidayat (FA/08525)