(ct) merupakan prosedur pencitraan diagnostik yang
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Computed Tomography (CT) merupakan prosedur pencitraan diagnostik
yang menggunakan kombinasi sinar X dan teknologi komputer untuk
menghasilkan gambaran bagian-bagian tubuh dengan rinci. Pemeriksaan CT
merupakan pemeriksaan radiologi yang handal dengan kemajuan teknologi yang
terus berkembang dalam pencitraan non invasif. Pemeriksaan CT abdomen dapat
menyajikan informasi yang lebih rinci mengenai organ-organ dan struktur pada
abdomen serta kelainan yang terjadi pada organ tersebut (Anonymous, 2013;
Hoffmann, 2009).
Sebagian besar pemeriksaan CT abdomen dilakukan dengan memberikan
bahan kontras yodium secara intravena (Benbow & Bull, 2011). Bahan kontras
yodium adalah bahan radioopaque yang digunakan untuk memperlihatkan struktur
dalam tubuh pada pemeriksaan radiologis dengan menggunakan sinar X
(Katzberg, 1997). Bahan kontras non ionik menjadi bahan kontras standar yang
telah digunakan secara luas pada jutaan tindakan diagnostik, intervensi
kardiovaskular dan prosedur non kardiovaskular di seluruh dunia setiap tahunnya
(Voeltz et al., 2007).
Bahan kontras yodium non ionik merupakan bahan yang dipilih untuk
pemeriksaan CT karena dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien bila
dibandingkan dengan bahan kontras ionik (Schoellnast et al., 2004). Namun
penggunaan bahan kontras dapat memberikan efek samping yang ringan, sedang
2
hingga berat. Contrast induced nephropathy (CIN) merupakan penyebab kematian
setelah injeksi bahan kontras yang sering terjadi (Wysowski & Nourjah, 2006).
Faktor risiko terjadinya CIN terkait pasien meliputi kelainan ren, diabetes
melitus, decompensatio cordis, usia lanjut, anemia, disfungsi sistolik ventriculum
sinistrum, dehidrasi, hipoalbuminemia, kelainan vaskular perifer, mendapat obat-
obatan nefrotoksik dalam waktu bersamaan. Sedangkan faktor risiko yang tidak
terkait pasien diantaranya adalah penggunaan bahan kontras osmolaritas tinggi,
bahan kontras ionik, viskositas kontras yang tinggi, volume kontras yang banyak,
injeksi bahan kontras multipel dalam kurun waktu 72 jam (Chang & Lin, 2013;
Pannu et al., 2006). Volume bahan kontras merupakan faktor risiko utama yang
dapat dimodifikasi dalam perkembangan terjadinya CIN (Mehran & Nikolsky,
2006). Terdapat berbagai usaha yang dilakukan untuk mengurangi risiko CIN
terutama pada pasien yang berisiko tinggi, yaitu dengan hidrasi, pemberian
bikarbonat, serta penggunaan bahan kontras iso-osmolaritas ataupun osmolaritas
rendah dengan volume yang kecil (Pannu et al., 2006).
Sebagian besar institusi radiologi di berbagai rumah sakit memberikan
bahan kontras dengan volume tetap tanpa mempertimbangkan berat badan pasien
pada prosedur pemeriksaan CT abdomen. Pemberian bahan kontras dengan dosis
tetap dapat tidak optimal, karena dapat terjadi kemungkinan pasien dengan berat
badan lebih tinggi mendapatkan dosis yang kurang, sedangkan pasien dengan
berat badan kurang mendapatkan dosis yang lebih banyak, yang potensial
meningkatkan risiko efek nefrotoksik (Yamashita et al., 2000; Svensson et al.,
2012).
3
Dosis umum pemberian bahan kontras non ionik 300 mg I/ml untuk
pemeriksaan CT abdomen di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito
Yogyakarta adalah volume tetap sebanyak 80 ml. Sedangkan pasien dewasa yang
menjalani pemeriksaan CT di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta memiliki berat
badan yang bervariasi. Berdasarkan kesepakatan Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) dan Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) batasan usia
anak adalah ≤ 18 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa pasien dewasa adalah
pasien dengan umur lebih dari 18 tahun menurut kriteria tersebut. Suatu penelitian
antropometrik di pulau Jawa menyebutkan berat rata-rata laki-laki dewasa (21-40
tahun) adalah 55,7 kg, sedangkan wanita dewasa adalah 49,7 kg (Syaifudin et al.,
1996).
Seiring dengan adanya efek samping pemberian bahan kontras dan kasus
nefrotoksik yang terjadi, maka pemberian bahan kontras dengan dosis berdasarkan
penghitungan berat badan perlu dipertimbangkan. Berat badan pasien juga
merupakan hal yang penting terkait kualitas hasil CT abdomen (Kalra et al.,
2003). Beberapa penelitian melaporkan bahwa dosis bahan kontras intravena
seharusnya disesuaikan dengan berat badan pasien untuk mencapai penyangatan
kontras yang memadai (Awai et al., 2004). Bila pemberian bahan kontras
disesuaikan dengan berat badan, maka akan didapatkan variasi penyangatan
bahan kontras yang lebih kecil (Svensson et al., 2012).
Bahan kontras non ionik memiliki harga yang lebih mahal daripada bahan
kontras ionik (Arana et al., 2009). Penghitungan dosis yang tepat berdasarkan
berat badan memungkinkan pengurangan volume bahan kontras yang digunakan.
4
Pengurangan dosis ini terutama bermanfaat pada pasien dengan insufisiensi renal
dan pada pasien yang memerlukan pemeriksaan tambahan dengan bahan kontras
dalam waktu dekat (Arana et al., 2009; Megibow et al., 2001). Saat ini telah
tersedia injector pumps yang memungkinkan pemberian bahan kontras secara
individual berdasarkan berat badan dengan praktis (Benbow & Bull, 2011).
Lien merupakan organ intraperitoneal yang berperan dalam sistem
pertahanan tubuh sebagai tempat proliferasi limfosit, pertahanan dan respon imun
(Moore et al., 2010). Pemeriksaan CT merupakan pemeriksaan yang handal untuk
memperlihatkan ukuran, bentuk, dan posisi lien, serta untuk menggambarkan
kelainan patologis intra splenica (Freeman et al., 1993). Pemeriksaan CT dapat
menilai lien dengan cara yang cepat (Sohaib, 2002). Data penelitian mengenai
penyangatan pada lien setelah pemberian bahan kontras relatif sedikit bila
dibandingkan dengan hepar.
B. Perumusan Masalah
1. Pasien yang menjalani CT abdomen menggunakan bahan kontras yodium
melalui vena dapat mengalami efek samping diantaranya CIN.
2. Prosedur pemeriksaan CT abdomen di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
menggunakan bahan kontras non ionik 300 mgI/ml dengan dosis tetap
sebanyak 80 ml, padahal pasien dewasa yang menjalani pemeriksaan CT
tersebut memiliki berat badan yang bervariasi.
3. Salah satu strategi yang dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya CIN
adalah dengan mengurangi volume bahan kontras serta menghitung dosis
5
bahan kontras non ionik dengan berdasarkan penghitungan berat badan
pasien.
4. Dengan menghitung dosis bahan kontras berdasarkan berat badan pasien
juga dapat dicapai penyangatan kontras pada organ yang memadai dengan
variasi yang lebih kecil.
C. Pertanyaan Penelitian
Apakah ada perbedaan penyangatan lien setelah pemberian bahan kontras
non ionik 300 mgI/ml antara dosis tetap sebanyak 80 ml dengan dosis berdasarkan
berat badan sebesar 1 ml/kgBB?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbedaan penyangatan lien
setelah pemberian bahan kontras non ionik 300 mgI/ml antara dosis tetap 80 ml
dengan dosis 1 ml/kgBB.
E. Manfaat Penelitian
Bagi ilmu pengetahuan adalah untuk menambah wawasan mengenai
pengaruh dosis rendah bahan kontras non ionik berdasarkan berat badan terhadap
kualitas penyangatan lien pada CT abdomen.
Bagi pelayanan medis dan rumah sakit adalah untuk memberikan bukti-
bukti ilmiah bahwa pemberian dosis rendah bahan kontras non ionik berdasarkan
berat badan pada CT abdomen dapat menyajikan kualitas penyangatan lien yang
tidak berbeda bermakna dengan dosis volume tetap.
Bagi pasien adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa dosis rendah
bahan kontras non ionik berdasarkan berat badan pada CT abdomen ini tidak
6
mempengaruhi secara bermakna terhadap kualitas penyangatan lien serta
mengurangi efek samping yang terjadi akibat pemberian bahan kontras.
F. Keaslian Penelitian
Penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan, belum ditemukan
penelitian yang meneliti perbandingan penyangatan parenkhim lien pada CT
abdomen dengan dua macam atau lebih dosis bahan kontras berdasarkan berat
badan. Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti tentang
perbandingan penyangatan hepar pada kelompok yang mendapat bahan kontras
volume tetap dan kelompok yang mendapat bahan kontras dengan dosis
disesuaikan berat badan pasien. Peneliti menemukan beberapa jurnal penelitian
yang dapat digunakan sebagai acuan, di antaranya terlihat pada Tabel 1.
7
Tabel 1. Keaslian Penelitian
Peneliti,tahun Subyek Topik Hasil
Benbow &Bull, 2011
200pasien
Hubungan antarapenyangatan porta hepardengan berat badan antarakelompok yang mendapatkontras dosis tetap danyang disesuaikan denganberat badan (dibuat tabel)
Penghitungan dosisberdasarkan berat badandengan tabel dapatmengurangi variabilitasinter pasien, dibandingkandengan teknik volume tetap
Arana et al.,2009
Yamashita etal., 2000
151pasien
221pasien
Hubungan antara dosiskontras disesuaikan denganberat badan (1,75 ml/kgBB)dibandingkan dosis kontrastetap dalam hal atenuasiaorta dan hepar, sertaperbandingan biaya.
Membandingkan 3kelompok pasien yangmendapat dosis bahankontras iopamidol 300 mgI/ml yang berbeda (1,5; 2dan 2,5 ml/kg BB) dengankelompok yang mendapatdosis tetap 100 ml pada CTabdomen terhadappenyangatan pada aorta,vena porta, hepar, pankreas.
Volume injeksi berdasarkanberat badan sebesar 1,75ml/kgBB menampakkankualitas diagnostik yangoptimal disertaipenghematan pada biayayang dikeluarkan pasien
Dosis iopamidol 300mgI/ml sebesar 2-2,5ml/kgBB memberikanpenyangatan yang lebihbaik dibandingkan dengandosis tetap dan 1,5ml/kgBB. Penyangatanarterial tidak berbeda antarakelompok dosis tetap, dosis2 ml/kgBB dan 2,5ml/kgBB.
Sanstede etal., 2006
Megibow etal., 2001
120pasien
463pasien
Membandingkan 6kelompok yang mendapatkonsentrasi bahan kontrasiopromide dan kecepataninjeksi bahan kontras yangberbeda-beda pada CTabdomen. Dilakukanpenilaan penyangatanhepar, pankreas, lien.
Membandingkan 4kelompok pasien yangmendapat dosis iopromide300 mgI/ml yang berbeda.Dilakukan penilaianpenyangatan pada hepar,pankreas, aorta dan ginjal.
Pemberian iopromide 370mg/ml dengan kecepataninjeksi tetap memberikanpenyangatan yang lebihbaik pada pankreas padafase arterial. Tidak terdapatefek yang bermakna denganperbedaan konsenstrasibahan kontras.
Tidak terdapat perbedaanbermakna secara klinispada penerimaan dosis >1,5 ml/kg. Dosis kontrashipoosmolaritas sebesar 1,5ml/kgBB menyajikan hasilyang dapat diterima.
8
Penelitian yang membandingkan penyangatan lien setelah pemberian
bahan kontras non ionik 300 mgI/ml antara dosis tetap 80 ml dengan dosis 1
ml/kgBB sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta.