csl 2011

7
O86RF8FPEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS Oleh: dr.Rizki Hanriko A. TEMA Keterampilan pemeriksaan fisik tanda-tanda patologis. B. TUJUAN PEMBELAJARAN: Mampu melakukan pemeriksaan reflek patologis, gejala rangsang meningeal dan reflek tanda demensia dengan benar. Mampu menjelaskan tujuan dan interpretasi hasil pemeriksaan reflek patologis, gejala rangsang meningeal dan reflek tanda demensia dengan benar. Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pemeriksaan C. ALAT DAN BAHAN Reflek hammer Handschoen Alcohol D. SKENARIO STROKE Seorang wanita berusia 60 tahun datang ke tempat praktek anda dibawa oleh keluarganya dengan keluhan lengan kiri dan tungkai kirinya lemah. Ia merasakannya sejak beberapa jam sebelumnya ketika ia sedang makan. Dan keluarganya mendengar pasien ini mulai pelo ketika berbicara. Sebagai dokter yang memeriksanya anda menduga pasien ini terkena stroke dan anda akan melakukan pemeriksaan neurologis diantaranya adalah pemeriksaan reflek patologis. E. DASAR TEORI 1. Reflek Patologis Reflek adalah jawaban atas rangsang. Reflek neurologik tergantung pada suatu lengkung reflek yang terdiri dari jalur aferen yang dicetus oleh reseptor dan sistem eferen yang mengaktivasi organ efektor, serta hubungan antara kedua komponen. Misalnya reflek tendon yang timbul karena adanya rangsang, yang akan diteruskan ke reseptor--serabut aferen--ganglion spinal--serabut

Upload: karimahihda

Post on 05-Aug-2015

43 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: CSL 2011

O86RF8FPEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGISOleh: dr.Rizki Hanriko

A. TEMAKeterampilan pemeriksaan fisik tanda-tanda patologis.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN: Mampu melakukan pemeriksaan reflek patologis, gejala

rangsang meningeal dan reflek tanda demensia dengan benar.

Mampu menjelaskan tujuan dan interpretasi hasil pemeriksaan reflek patologis, gejala rangsang meningeal dan reflek tanda demensia dengan benar.

Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pemeriksaan

C. ALAT DAN BAHAN Reflek hammer Handschoen Alcohol

D. SKENARIOSTROKE

Seorang wanita berusia 60 tahun datang ke tempat praktek anda dibawa oleh keluarganya dengan keluhan lengan kiri dan tungkai kirinya lemah. Ia merasakannya sejak beberapa jam sebelumnya ketika ia sedang makan. Dan keluarganya mendengar pasien ini mulai pelo ketika berbicara. Sebagai

dokter yang memeriksanya anda menduga pasien ini terkena stroke dan anda akan melakukan pemeriksaan neurologis diantaranya adalah pemeriksaan reflek patologis.

E. DASAR TEORI1. Reflek Patologis

Reflek adalah jawaban atas rangsang. Reflek neurologik tergantung pada suatu lengkung reflek yang terdiri dari jalur aferen yang dicetus oleh reseptor dan sistem eferen yang mengaktivasi organ efektor, serta hubungan antara kedua komponen. Misalnya reflek tendon yang timbul karena adanya rangsang, yang akan diteruskan ke reseptor--serabut aferen--ganglion spinal--serabut eferen—efektor (otot). Gerak otot reflektoris dapat ditimbulkan pada setiap orang sehat (reflek fisiologis). Pada kerusakan UMN dapat terjadi refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang –orang sehat, yang dinamakan refleks patologis.

Reflek patologis yang dikemukakan oleh Babinski (1896) menyatakan bahwa reflek superfisial yang dibangkitkan pada keempat ekstremitas menjadi berubah jawabannya jika terdapat lesi pada traktus piramidalis. Reflek, baik berupa lesi Upper Motor Neuron (UMN) atau Lower Motor Neuron (LMN) dimana pada ekstrimitas bawah tidak lagi terjadi plantar fleksi seperti pada orang normal tetapi dorso fleksi ibu jari kaki disertai gerakan mekar jari-jari lainnya sedangkan pada ekstrimitas atas (pada

Page 2: CSL 2011

(Sumber : Bate's guide to physical examination)

reflek hoffman trommer) akan timbul fleksi keempat jari, yang pada orang normal tidak terjadi apa-apa.

2. Gejala Rangsang MeningealMeningen atau selaput otak yang mengalami rangsangan atau iritasi baik karena infeksi (meningitis) maupun peregangan ruang arachnoid (benda asing, tumor, perdarahan subarachnoid) akan menimbulkan gejala rangsang meningeal.

Gejala subjektif yang dapat timbul bisa berupa sakit kepala, nyeri kuduk, fotofobia dan hiperakusis. Sedangkan gejala objektif berupa fleksi kedua tungkai dan opistotonus (kepala mendongak dan punggung melengkung ke belakang dalam keadaan ekstensi akibat rangsangan otot-otot ekstensor kuduk dan punggung). Bayi dan anak dengan meningitis lebih sering mengalami opistotonus (misalnya meningitis TB). Selain itu gejala rangsang meningeal dapat menimbulkan tanda-tanda patologis seperti tanda Brudzinski, kernig, laseque dan kaku kuduk.

F. PROSEDURDi sini akan dilakukan prosedur pemeriksaan refleks yaitu plantar response berupa reflek Babinsky dkk, finger flexor (reflek Hoffman Trommer), gejala rangsang meningeal dan refleks patologis pada pasien demensia.

1. Persiapan Perlihatkan sikap yang baik dengan kontak mata

sewajarnya. Tunjukkan sikap tubuh yang terbuka, tulus hati,

wajah cerah, ramah,wajar dan tenang. Persilahkan pasien untuk membuka sepatu/ sandal. Persilahkan pasien untuk berbaring dengan kedua

tungkai lurus. Tangan yang satu memegang pergelangan kaki yang

akan diperiksa, tangan yang satu lagi memegang reflex hammer, gunakan ujung yang tajam untuk menggores.

Periksa kedua kaki secara bergantian.

2. Plantar Responsea) Reflek Babinsky

Gores telapak kaki bagian lateral dari tumit menuju pangkal jari.

b) Reflek Chaddock Gores bagian lateral maleolus ke arah kaudal.

c) Reflek Gordon Remas otot betis.

d) Reflek Gonda Tekuk maksimal jari keempat kaki kemudian

lepaskan tiba-tiba.

Page 3: CSL 2011

e) Reflek Schaefer

Pencet tendon achilles dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk.

f) Reflek Oppenheim Urut kuat tibia dan m. tibialis anterior dari

proksimal ke distal.

g) Kesimpulan Normal akan terlihat gerakan plantar fleksi kaki Abnormal akan terlihat gerakan dorsofleksi ibu

jari disertai mekarnya jari-jari yang lain

3. Reflek Hoffman Trommer Pegang tangan pada pergelangan, jari-jari

difleksikan. Jepit jari tengah pasien diantara telunjuk dan

jari tengah pemeriksa. Gores dengan kuat jari tengan dengan menggunakan

ibu jari. Abnormal terjadi fleksi jari telunjuk serta fleksi dan

aduksi ibu jari.

4. Gejala rangsang meningeal (GRM)Pemeriksaan ini dilakukan dalam posisi berbaring, kedua tungkai lurus.

a) Kaku Kuduk Letakkan tangan dibawah kepala pasien. Tekuk kepala dan usahakan dagu mencapai

dada. Perhatikan adanya tahanan atau tidak . Pada

orang yang normal dagu bisa mencapai dada.

b) Brudzinski’s Sign I Letakkan tangan di bawah kepala, tangan yang

lain menahan dada. Tekuk kepala hingga mencapai dada. Tanda positif bila terjadi fleksi kedua lutut.

c) Brusdzinski Sign II Salah satu tungkai difleksikan pada sendi lutut

dan sendi pinggul Perhatikan apakah tungkai yang sebelahnya ikut

fleksi juga (tanda positif)

d) Kernig’s Sign Salah satu tungkai fleksi 90 derajat pada sendi

pinggul dan sendi lutut. Ekstensikan tungkai bawah pada sendi lutut. Perhatikan sudut timbulnya nyeri dan tahanan.

Pada orang normal sudut yang terbentuk pada sendi lutut mencapai 135 derajat.

e) Lasseque Sign

(Sumber : Bate's guide to physical examination)

Page 4: CSL 2011

Satu tungkai diangkat lurus kemudian angkat /fleksi pada sendi panggul

Perhatikan sudut timbulnya nyeri. Normal sudut yang terbentuk 70 derajat.

Yang perlu diperhatikan bila melakukan tes GRM ini adalah kedua tungkai pasien tidak lumpuh.

5. Reflek pada demensiaa) Reflek Glabella

Ketuk glabella pasien beberapa kali dengan perlahan menggunakan jari telunjuk pemeriksa.

Perhatikan apakah pasien memejamkan mata setiap kali glabella-nya diketuk (tanda positif).

Pada orang normal ketukan yang pertama/kedua saja ia memejamkan mata.

b) Reflek Palmomental Gores kulit tenar pasien

menggunakan sisi tajam Hammer Reflek dari proksimal – distal.

Perhatikan apakah terdapat kontraksi otot mentalis ipsilateral (tanda positif).

G. DAFTAR PUSTAKA

Lynn S. Bickley: Bate's guide to physical examination. SM Lumbantobing: Neurologi Klinik, Pemeriksaan fisik dan

mental. BP FKUI. Jakarta:2000 T Juwono: Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek.

EGC. Jakarta: 2000 Burnside-Mc Glynn: Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. EGC.

Jakarta: 1995 Silbernagl S: Teks dan atlas berwarna Patofisiologi. Edisi I.

EGC. Jakarta:2007 Peter Duus: Diagnosis topik Neurologi, anatomi, fisiologi,

tanda , gejala. EGC. Jakarta: 1994

No Aspect Score1 2 3 4 5

INTERPERSONAL 1 Membina sambung rasa (salam, perkenalan diri, sikap

terbuka,ramah, kontak mata dan mempersiapkan pasien untuk diperiksa)

X X

CONTENT 2 Melakukan tes reflek babinsky, Chaddock, Gordon, Gonda, Schaefer,

Oppenheim3 Melakukan tes reflek hoffman trommer4 Melakukan tes gejala rangsang meningeal5 Melakukan tes reflek pada demensia6 Menyimpulkan hasil pemeriksaan tes

PROFESSIONALISM7 Melakukan dengan penuh percaya diri X X8 Melakukan dengan kesalahan minimal X X

TOTAL

Page 5: CSL 2011

H. CEKLIS OSCE PEMERIKSAAN TANDA-TANDA PATOLOGIS

Keterangan:1 = penampilan buruk2 = kurang dari harapan3 = sesuai harapan4= melebihi harapan5= Excellent

Global judgment observation (over all performance): Lulus excellent (lebih 90%) Lulus cukup – baik (lebih 70 sampai

90 Border line – kesan lulus , nilai

kurang 70%, atau nilai di atas 70, kesan tidak lulus (re check, perlu catatan)

Tidak lulus – dibawah 70

Score= ----------- x 100% = …..

34