crossing pipe

Upload: novriyansi-nainsa

Post on 01-Mar-2016

81 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

crossing pipeline

TRANSCRIPT

Metode opencut berbeda dengan metode waterjet.

metode opencut adalah dengan cara memotong jalan/sungai tsb, sehingga akses jalan/sungai tsb tidak dapat digunakan selama pekerjaan berlangsung.

metode waterjet, sepengetahuan saya, ini dipakai dalam metode augerbore/thrust boring. jadi, pada ujung pilot drill terdapat nozle yg akan menjadi waterjet, sehingga material yang berada didepan pilot drill itu terkikis oleh waterjet tadi.

apabila aboveground, yaitu menggunakan pipe bridge, bisa saja diimplementasikan Pak Fachmi selama hal itu tidak mengganggu akses existing (dalam hal ini sungai/jalan yang di crossing). beda elevasi permukaan jalan/sungai dan pipe bridge bisa menjadi salah satu pertimbangannya pak. pertimbangan kedua adalah kekuatan struktur dan pipe bridge itu sendiri, apakah mampu menahan beban dari pipa tsb

1. River/Road Crossing pipeline ada 2, dgn pipa ditanam (underground) dan diatas tanah (aboveground). Pipa ditanam dgn metode open cut atau HDD. Untuk yg tidak ditanam menggunakan bridge.2. Resiko terbesar adalah third party damage misalnya fatigue karena cyclic stress.3. Maaf, saya belum menemukan statistik data sebagai referensi, namun yg umum dijumpai adalah HDD dan bridge.

Perihal River dan Road Crossing Pipeline, biasanya dibagi menjadi 2 bagian: Underground Methods + Above Ground Methods.Underground Methods biasa menggunakan metoda boring, sedangkan untuk Above Ground Methods biasa menggunakan Pipe Racks maupun Bridges. Dari kedua Methods tersebut tentu banyak kelebihan dan kekurangannya baik dilihat dari sisi Engineering, Constructibility/Schedule maupun Cost/Budget.

Jikalau Rekan Fachmi bertanya 'Apa resiko terbesar dari masing2 metoda tersebut', sebenarnya kedua metoda tersebut memiliki tingkat resiko yg sama. Dulu kita sempat menyarankan untuk menggunakan Underground Method untuk river crossing, akan tetapi Client kita belum memiliki sertifikasi untuk pekerjaan tersebut sehingga diputuskan menggunakan alternative Above Ground Method menggunakan Brdige tadi. Saya pribadi jikalau memungkinan, lebih memilih methoda Above Ground, dilihat dari 'Rumitnya' infrastructure2 underground di Indonesia, terlebih lagi di Jakarta dan sekitarnya.

1. saya setuju pendapat pak Sidiq, untuk road/river crossing, secara desain mungkin cuma ada 2 cara, aboveground dan underground. aboveground berarti pipanya menggunakan pipebridge. namun secara construction, ada banyak metode yaitu: opencut, auger bore / thrust boring, Horizontal Direct Drilling.

2. risk yg terkandung dari masing2 metode juga banyak: dari pilihan desain dan dari cara construction. saya coba beri pendapat yang dilihat dari faktor construction aja, krn saya orang construction. sebenernya risk yang muncul disebabkan dari ketidakcocokan antara kondisi lapangan dan metode yang digunakan.saya ingin mengambil contoh kasus, misalnya pipa melintasi jalan raya pantura.pertama kita coba menggunakan metode open cut. risk yang mungkin terjadi adalah terganggunya pengguna jalan krn ada pekerjaan. risk kedua adalah durasi pekerjaan membengkak, risk ketiga adalah cost yang dikeluarkan untuk reinstatement membengkak.

cara ke dua, Auger bore / thrust boring.risk yang terjadi mungkin adalah cost yang dikeluar tinggi. risk kedua adalah jenis material dibawah permukaan jalan yang akan di crossing, apakah clay, sand, rock, dll. mungkin untuk contoh kasus seperti diatas, pemilihan metode auger bore bisa menjadi lebih efisien dan ekonomis.

3. untuk pipa underground, pada jalan utama yang trafiknya tinggi, paling umum digunakan adalah augerbore, pada jalan yang trafiknya rendah, biasanya digunakan metode opencut.

untuk river crossing dengan kedalaman yang bisa dilakukan oleh alat (biasanya pontoon excavator) maka dilakukan metode HDD. tapi apabila kedalaman bisa dijangkau oleh alat (menggunakan pontoon excavator untuk kedalaman 1,5 ~ 6 meter, tanpa pontoon excavator jika excavator riverbernya cukup keras dan dangkal) biasanya digunakan metode opencut.

Tentu river karakteristik juga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, baik dalam metoda apa yg akan digunakan maupun dalam designs maupun constructibility itu sendiri. Sebagai contoh, biasanya seorang engineer sebelum membuat design2 river crossing tersebut melakukan investigasi/survey baik lapangan maupun mencari data2 lebih lanjut dari Pemda/Dinas Pengawasan Lokal setempat (peruntukan aliran sungai, bentangan, section crossing profile, debit aliran, abrasi dasar sungai, etc). Selain itu jikalau kita memutuskan untuk menggunakan metoda Underground River Crossing tersebut, kita harus benar2 sdh mengetahui infrastructure2 apa yg sudah terinstall disana.

Berbicara tentang Faktor Keamanan terkait dalam hal pengerjaan/installation terhadap manpower seperti Pak Fachmi tanyakan, tentu itu tergantung dari pengetahuan kita terhadap kondisi underground tersebut; untuk itulah biasanya kita melakukan Test Pit di beberapa titik untuk mengetahui infrastructure2 apa saja yg sdh terinstall didalamnya. Contoh sederhana saja, pada saat installasi river crossing di daerah Jawa Barat di tahun 2006 - 2008, beberapa pekerja menjadi korban sengatan listrik tegangan tinggi pada saat jacking pipa dibawah tanah (6 pekerja meninggal seketika). Kesalahan utama pada saat ini adalah kurang pengetahuan terhadap infrastructures apa saja yg telah terinstall didalamnya.