critical review demografi

8
TUGAS DASAR-DASAR DEMOGRAFI Disusun Oleh : Inggar Saputra PROGRAM KETAHANAN NASIONAL KAJIAN STRATEJIK PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN UNIVERSITAS INDONESIA SEPTEMBER 1

Upload: inggar-ash

Post on 27-Oct-2015

86 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Critical Review Demografi

TUGAS

DASAR-DASAR DEMOGRAFI

Disusun Oleh : Inggar Saputra

PROGRAM KETAHANAN NASIONAL

KAJIAN STRATEJIK PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN

UNIVERSITAS INDONESIA

SEPTEMBER

2013

1

Page 2: Critical Review Demografi

Berdasarkan asal katanya, demografi berasal dari bahasa Yunani yakni demos (rakyat)

dan graphein (menggambar atau menulis). Jadi demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau

gambaran atau statistik kependudukan. Demografi diperlukan sebagai bahan informasi dasar

untuk pengambilan kebijakan baik pada kalangan pemerintah maupun non pemerintah.

Dalam kajian keilmuan, demografi sudah dikenal sejak abad ke-16, dimana seorang ahli

pencatatan statistik penduduk, John Graunt merumuskan obyek studi demografi yakni

analisis mortalitas, fertilitas dan migrasi sehingga melahirkan hukum pertumbuhan penduduk.

Namun, seperti ilmu sosial pada umumnya, para ahli sosial belum menemukan kesepahaman

mengenai definisi demografi.

Dalam perjalanan waktu, demografi semakin berkembang dan menyesuaikan dengan

pertumbuhan manusia, perubahan sosial dan penemuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan.

Kondisi ini melahirkan teori transisi demografi yang terdiri dari lima tahapan yakni pre

industrial, early industrial, industrial dan mature industrial. Dalam konsepnya, teori ini

menjelaskan pertumbuhan industri yang semakin modern akan mendorong rendahnya

pertumbuhan penduduk, angka kematian dan kelahiran. Teori transisi demografi layak

mendapatkan kritikan sebab gagal menjawab tantangan mikro mengenai reproduksi suatu

negara dan berfokus kepada aspek ekonomi saja sehingga mengabaikan faktor lainnya seperti

bencana alam (kelaparan, kekeringan dan lainnya) yang dapat mempengaruhi angka kelahiran

dan kematian pada suatu negara.

Sebagai ilmu yang membahas kependudukan, pembahasan demografi tentunya tidak

terlepaskan dari sejarah perkembangan penduduk dunia yang berdasarkan data tahun 2000

mencapai 6 miliar. Akibat membludaknya penduduk dunia, diperlukan pengukuran mengenai

indeks pembangunan manusia. Ini penting sebab kondisi perekonomian suatu negara

memiliki perbedaan dengan negara lainnya. Apalagi terdapat kecenderungan negara dengan

angka kelahiran kasar dan angka kematian kasar tinggi memiliki tingkat pertumbuhan

ekonomi yang rendah seperti Zimbabwe.

Studi dalam demografi menekankan pada beberapa fenomena yaitu komposisi,

dinamika, jumlah dan distribusi penduduk. Menariknya, Badan Pusat Statistik

memperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan bertambah 248,2 juta jiwa pada tahun 2015.

Kondisi ini tentu membutuhkan perhatian serius agar ledakan penduduk tidak menjadi beban

untuk masa depan Indonesia. Untuk itu diperlukan klasifikasi penduduk menurut karakteristik

demografi, sosial, ekonomi dan demografis sehingga distribusi penduduk dapat dijalankan

2

Page 3: Critical Review Demografi

dengan baik. Namun selain mengklasifikasikan penduduk, pemerintah dituntut membuat

intervensi sosial yang tepat agar pertambahan penduduk dapat dikelola lebih produktif. Jika

rumusan kebijakan yang bersumber dari data demografi dapat dilakukan, maka diharapkan

kesenjangan sosial-ekonomi di kalangan masyarakat pedesaan maupun perkotaan dapat

dihapuskan. Apalagi, jumlah penduduk yang padat tentunya akan mempengaruhi

pembangunan baik pembangunan fisik (misalnya penyediaan rumah dan bangunan sekolah)

dan non fisik (misalnya pembuatan fasililtas sosial, kesehatan, pendidikan dan lainnya)

Memperbincangkan kependudukan tentu selalu berjalan dinamis, dapat bertambah

maupun berkurang. Untuk itu diperlukan data dan informasi kependudukan yang bersumber

dari sensus penduduk secara berkala, sistem registrasi dan survei sampel. Dalam konteks

Indonesia, survei penduduk dilakukan setiap lima tahunan dan sudah dilaksanakan sejak

zaman Belanda. Sedangkan sistem registrasi sudah diberlakukan secara nasional di Indonesia,

namun ironisnya tidak memiliki kesamaan sistem dan kevalidan data sebab dilakukan

beberapa kementerian seperti Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama, Kementerian

Kesehatan dan Kehakiman. Sementara itu, survei sampel yang dilakukan dalam bentuk survei

nasional dan regional dikelola oleh Badan Pusat Statistik di Indonesia pernah dilakukan

beberapa kali yakni Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Angkatan Kerja

Nasional (Sakernas) dan Survei Angka Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (Sakerti).

Kegiatan statistik kependudukan tidak terlepaskan dari berbagai kesalahan sehingga

berdampak kepada akurasi data kependudukan dalam suatu daerah. Untuk itu dalam

menganalisis demografi diperlukan evaluasi dalam beberapa variabel strategis seperti umur

dan jenis kelamin, evaluasi data fertilitas, evaluasi data dari sensus penduduk dan survei,

evaluasi data mortalitas dan evaluasi data mobilitas. Setelah selesai, data tersebut kemudian

diolah untuk menghasilkan ukuran demografi sebagai bahan untuk keperluan berbagai pihak

dalam merumuskan sebuah kebijakan strategis untuk kepentingan nasional. Ukuran

demografi dapat dibedakan menjadi angka absolut dan angka relatif. Angka absolut terdiri

dari jumlah absolut, ukuran kohor, ukuran periode dan prevalensi. Angka relatif terdiri dari

persentase, proporsi, angka dan rasio.

Demografi mengandung beberapa komponen strategis. Komponen pertama adalah

fertilitas (kelahiran) yang bersifat menambah jumlah penduduk. Fertitilitas secara sederhana

diartikan sebagai kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan

wanita (fekunditas). Untuk menganalisis fertilitas, dikenal tiga konsep dasar yakni lahir

3

Page 4: Critical Review Demografi

hidup, lahir mati aborsi. Lahir hidup adalah kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan

lamanya di dalam kandungan, dimana bayi menunjukkan tanda kehidupan saat dilahirkan.

Lahir mati adalah kelahiran seorang bayi dalam kandungan yang berumur paling sedikit 28

minggu tanpa menunjukkan tanda kehidupan saat dilahirkan. Aborsi adalah peristiwa

kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu.

Mengukur fertilitas dapat menggunakan dua pendekatan yakni pendekatan yang

berbasis ukuran (current fertility), umumnya berlangsung satu atau lima tahunan dan ukuran

yang mencerminkan sifat riwayat kelahiran/riwayat reproduksi (reproductive history) yang

tercermin sejak kelahiran semasa hidup dari awal sampai akhir masa reproduksi. Pendekatan

pertama memiliki enam ukuran yakni angka kelahiran kasar, angka fertilitas umur, angka

kelahiran menurut umur, angka fertilitas total, anak lahir hidup dan rasio anak wanita.

Sedangkan pendekatan kedua dapat dianalisis dengan angka reproduksi bruto, angka

reproduksi neto dan perhitungan TFR (Total Fertility Rate) dengan pendekatan kerat lintang.

Dalam menganalisis fertilitas dipengaruhi banyak faktor sehingga berkembang

pemikiran antar disiplin ilmu yakni pendekatan sosial (ditandai dengan pemikiran Davis dan

Blake tentang Variabel Antara dan Freedman tentang hubungan variabel antara dan norma

sosial), pendekatan ekonomi (pemikiran Leibenstein dan Becker (Leibensten mengukur

fertilitas dari segi kegunaan dan perhitungan biaya, Becker mengembangkan pemikiran

mengenai pengaruh pendapatan orang tua dan biaya merawat serta membesarkan anak.

Untuk mengukur fertilitas suatu negara, Indonesia layak dijadikan teladan dengan

keberhasilannya menurunkan angka kelahiran dengan waktu yang cukup cepat. Keberhasilan

ini disebabkan adanya program Keluarga Berencana dan adanya pengaruh beberapa faktor

seperti umur kawin pertama, peningkatan pendidikan perempuan, partisipasi perempuan

dalam pasar kerja, lingkungan tempat seseorang dibesarkan, sosial budaya dan bias gender.

Komponen kedua adalah mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) untuk

mengurangi jumlah penduduk. Morbiditas adalah peristiwa sakit atau kesakitan yang

dipengaruhi berbagai faktor seperti sosial, ekonomi dan budaya. Mortalitas adalah kematian

yang terjadi pada anggota penduduk, dialami sekali dalam kehidupan seseorang. Perserikatan

Bangsa-Bangsa memberikan tiga keadaan vital dalam mortalitas yakni lahir hidup, lahir mati

dan mati. Morbiditas dan mortalitas perlu diukur sebagai dasar menentukan tinggi rendahnya

tingkat kesakitan atau kematian sebuah komunitas penduduk. Ukuran umum yang digunakan

dalam morbiditas adalah insiden, prevalensi dan attack rate. Sedangkan ukuran dasar

4

Page 5: Critical Review Demografi

mortalitas adalah angka kematian kasar, angka kematian menurut umur, angka kematian bayi,

rasio kematian perinatal, angka kematian perinatal, angka kematian baru lahir, angka

kematian lepas baru lahir, angka kematian anak, angka kematian anak di bawah lima tahun

(balita), proporsi angka kematian anak balita, angka kematian maternal, angka kematian

menurut penyebab, angka harapan hidup dan proporsi kematian karena sebab tertentu.

Dalam estimasi ukuran mortalitas dan morbiditas diperlukan standarisasi sehingga

angka yang dihasilkan lebih akurat, terutama angka ukuran kasar. Standarisasi mortalitas dan

morbiditas dikelompokkan dalam dua jenis yakni standarisasi langsung dan standarisasi tidak

langsung. Selain itu dapat digunakan tabel kematian sebagai salah satu cara untuk

menganalisis angka kematian umur tertentu. Tabel kematian dikelompokkan menjadi dua

jenis yakni complete life table (menggunakan kelompok umur tahunan) dan abridged life

table (menggunakan kelompok umur lima tahunan). Di Indonesia, angka kematian bayi/anak

(AKB) dalam delapan tahun terakhir mengalami penurunan, sedangkan angka kematian ibu

masih cukup tinggi.

Aspek penting ketiga dalam demografi adalah migrasi yakni perpindahan penduduk

dengan tujuan menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik dan

administratif dalam suatu negara yang bersifat permanen. Ada beberapa perpindahan tempat

(mobilitas) yakni perpindahan tempat yang bersifat rutin, tidak permanen/sementara dan

permanen dengan tujuan menetap. Mobilitas yang tidak menetap dibagi menjadi dua

kelompok berdasarkan pekerjaan yakni migrasi sirkuler/musiman dan migrasi ulang

alik/komuter. Migrasi dipengaruhi dua faktor yakni faktor pendorong (berkurangnya sumber

kehidupan, sempitnya lapangan kerja di tempat asal, alasan pendidikan dan bencana alam)

dan faktor penarik (harapan lingkungan, pekerjaan dan pendidikan yang lebih baik).

Migrasi dapat diukur melalui angka mobilitas, migrasi masuk, migrasi keluar, migrasi

neto, migrasi bruto dan migrasi parsial. Dalam migrasi, dikenal konsep urbanisasi dan

transmigrasi. Urbanisasi adalah bertambahnya proporsi penduduk di perkotaan yang

disebabkan pertambahan penduduk, perpindahan penduduk dan perluasan daerah perkotaan.

Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap di daerah lain

dengan alasan pembangunan maupun pertimbangan tertentu sesuai aturan undang-undang

yang berlaku. Dalam prakteknya, transmigrasi pembangunan kurang berjalan efektif sebab

pembangunan tetap banyak terpusatkan di Pulau Jawa dibandingkan wilayah Indonesia

lainnya

5