cover dalam depan belakang - yayasan bpk...

125

Upload: nguyenxuyen

Post on 19-Jun-2018

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan
Page 2: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakaisebagai medium tukar pikiran, informasi dan

penelitian ilmiah antar para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung JawabIr. Budi Tarbudin, MBA.

Pemimpin RedaksiProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris RedaksiRosmawati Situmorang

Dewan EditorProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Prof. Dr. Theresia K. BrahimDr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.

Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.Dra. Vitriyani Pryadarsina, M.Pd.

Alamat Redaksi :Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470

Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968http://www.bpkpenabur.or.id

E-mail : [email protected]

Page 3: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

iJurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Jurnal Pendidikan PenaburNomor 20/Tahun ke-12/Juni 2013

ISSN: 1412-2588

Daftar Isi i

Pengantar Redaksi ii - v

Meningkatkan Kreativitas Guru TK Melalui Pengembangan Motivasi Berprestasi dan KompetensiPedagogik, Kristina Suci Retnowati, 1-12

Membangun Karakter BEST Melalui Kegiatan Membaca Bersama di Kelas, Kristianto,13-22

Membangun Karakter BEST Pada Diri Siswa untuk Pembentukan Karakter, Felucia Hendriette,23-30

Peran Guru Dalam Menumbuhkembangkan Karakter BEST, Inge Pudjiastuti Adywibowo,31-39

Membangun Generasi Tangguh, Sih Retno Hastuti, 40-49

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, Maria Evvy Yanti, 50-62

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa, Ignatius Eko Hadi Purnomo,63-77

Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan, Marni Serepinah, 78-86

Revolusi Pembelajaran: Tantangan Atau Peluang?, Desmon Simanjuntak, 87-97

Teknik Menyusun Resensi Buku, B.P. Sitepu, 98-105

Isu Mutakhir: Pengajaran Versus Pendidikan, Mudarwan, 106-113

Resensi buku: Guru-Guru Kecil Melly Kiong, Tri Esti Handayani, 114-117

Page 4: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengantar Redaksi

einginan mulia membentuk manusia Indonesiaseutuhnya, dalam arti memiliki kemampuan kognitif,psikomotorik, dan afektif, tercermin dalam tujuanpendidikan nasional yang dirumuskan dalam Pasal 3,

UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional(Sisdiknas). Bahkan, hal yang sama pada Pasal 4, UU No. 2 Tahun1989, juga telah memuat ciri ketiga ranah kemampuan itusungguhpun dengan kata dan rumusan yang berbeda. Dalamtujuan Pendidikan Nasional (2003), ciri atau penanda bangsaIndonesia yang dihasilkan melalui proses pendidikanmenggunakan kata-kata “beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, sertabertanggung jawab”. Dengan ciri yang demikian, diharapkanbangsa Indonesia akan menjadi bangsa bermartabat serta tangguhdalam mempertahankan dan mengembangkan jati dirinya sehinggadapat disejajarkan dengan bangsa lainnya dalam peradaban yangmaju dan modern. Rumusan itu juga memperlihatkankeseimbangan antarkompetensi yang perlu dimiliki bangsa yangmemiliki nilai-nilai Pancasila.

Menjadi bangsa bermartabat, maju, dan berdaulat merupakantujuan antara dalam proses mewujudkan bangsa yang adil danmakmur sebagaimana dicita-cita proklamasi kemerdekaan NegaraKesatuan Republik Indonesia, yang secara tegas dinyatakan dalamPembukaan UUD 1945. Landasan konstitusional Negara danBangsa Indonesia secara jelas memberikan rambu-rambu bahwamanusia Indonesia yang dicita-citakan memiliki kemampuan yangberimbang atau proporsional antarranah kognitif, psikomotorik,dan afektif. Manusia Indonesia yang diinginkan bukan semata-matacerdas secara intelektual dan unggul dalam berbagai bidangdisiplin ilmu di tingkat internasional atau cekatan dalam berbagaijenis keterampilan, tetapi juga memiliki akhlak mulia. ManusiaIndonesia diharapkan dapat mengungguli persaingan dalam ketigaranah kompetensi itu serta dapat menunjukkan kinerja yangdibanggakan pada waktu, tempat, dan situasi yang sesuai.

Kenyataan yang dihadapi setelah hampir 58 tahun merdeka,masih belum seperti diharapkan. Sisdiknas belum berfungsimenghasilkan manusia Indonesia sesuai dengan tujuan yangdimuat dalam Sisdiknas itu sendiri, sungguh suatu paradoks.Praktek penyelenggaraan pendidikan nasional masih berkutat padapeningkatan kemampuan intelektual serta psikomotorik dan merasabangga dengan prestasi yang diperoleh dalam beberapa lomba/olimpiade (matematika atau fisika) di tingkat regional atauinternasional. Kebanggaan itu berlanjut tanpa mencermati apakahprestasi segelintir siswa itu benar-benar merupakan hasil prosespembelajaran di sekolah atau hasil inisiatif siswa/orang tua siswa

K

Page 5: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

iiiJurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

sendiri menambah kemampuannya di luar sekolah dengan berbagaipelajaran atau kursus tambahan karena tidak puas dengan kualitaspembelajaran di sekolah.

Di samping praktek pembelajaran bertumpu pada pencapaiantarget kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikankesan kental pada pengukuran kecerdasan bukan pada kepribadianyang utuh. Lebih memprihatinkan lagi kemampuan yang diuji dalamUjian Nasional setiap tahun, berfokus pada aspek kecerdasanintelektual dan bukan pada akhlak mulia. Proses pembelajaran disekolah serta sistem evaluasi yang dialami oleh siswa, mengajarimereka mengutamakan kecerdasan intelektual dalam berprilaku danmeraih prestasi tidak jarang dengan cara yang tidak mendidik dantidak bermartabat. Pengalaman yang demikian niscaya dapatmempengaruhi kepribadian dan prilaku mereka ketika sudah bekerjadi tengah-tengah masyarakat. Hasilnya terlihat dari kenyataan,banyak yang pintar tetapi kurang menunjukkan akhlak muliaapakah di pemerintahan atau swasta. Belakangan ini kerapterdengar berbagai kekerasaan terjadi antarindividu atau kelompok,intoleransi, penyalahgunaan wewenang, dan korupsi di berbagai linipenyelenggara Negara di lembaga eksekutif, legalistatif, danjudikatif. Gejalanya mengarah ke dekadensi dan krisis moral.

Apabila keadaan ini berlangsung terus, citra bangsa Indonesiaakan semakin terpuruk serta kepribadiannya semakin tercemar.Sistem pendidikan nasional pun terkesan mandul dalam melahirkantokoh-tokoh nasional yang berkualitas dan berintegritas karenaketidaktulusan mengelola pendidikan nasional. Sistem pendidikanberfungsi terbatas pada memenuhi hak azasi masyarakat dalammemperoleh pendidikan. Sungguh memprihatinkan danmemalukan, khususnya bagi lembaga pendidikan penghasil sumberdaya manusia. Ungkapan penyelenggaraan pendidikan merupakantanggung jawab bersama antar orang tua, masyarakat, danPemerintah adalah benar, tetapi tudingan terhadap lembagapendidikan jauh lebih tajam dan kritis daripada pihak lain.

BPK PENABUR sebagai lembaga pendidikan tentu merasaterpanggil mengambil bagian dalam mencerdaskan anak bangsasecara utuh dan berimbang. Visi BPK PENABUR sangat lugasmenegaskan kehendak itu dengan memberikan nilai-nilai kristianipada proses penyelenggaraan pendidikannya sehingga tidak hanyaunggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga dalamiman. Untuk lebih memantapkan Pendidikan Karakter BerdasarkanNilai-nilai Kristiani (PKBN2K), BPK PENABUR mengacu padakarakter yang berciri BEST yang merupakan singkatan dari Be of goodintegrity, Excellent indeeds, Share with society, and Trust in God yangbermakna berintegritas baik, unggul, bermasyarakat, dan berimankepada Tuhan. Singkatan BEST dapat juga dipanjangkan sebagai Betaugh, Excel worldwide, Share with society, and Trust in God yangbermakna tangguh, mendunia, bermasyarakat, dan beriman kepadaTuhan. Moto itu diharapkan semakin mempertegas karakter siswadan lulusan semua lembaga pendidikan BPK PENABUR di manapun lokasinya dan siapapun siswanya.

Page 6: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

iv Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Supaya visi yang dianut dan karakter siswa dan lulusan yangdiharapkan terwujud secara nyata, semua guru BPK PENABURdiharapkan mengetahui, memahami,menghayati, dan secaraterintegrasi menanamkan nilai-nilai itu dalam setiap kegiatanpendidikan. Tugas ini bukanlah mudah dan memerlukan keahliandan teladan. Akan tetapi dengan memiliki semangat kristiani sertaketulusan, mendidik dengan hati di samping menggunakan otaktentu memberikan kelegaan sendiri bagi setiap guru BPK PENABUR.Untuk lebih memasyarakatkan PKBN2K, khususnya bagaimanaBEST dapat diwujudkan melalui kegiatan pembelajaran di kalanganguru, BPK PENABUR Jakarta menyelenggarakan lomba penulisannaskah ilmiah dengan tema implementasi BEST. Lomba ini jugasekaligus dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi gurumelakukan kajian ilmiah dan menyajikan gagasan yang dihasilkandalam bentuk tulisan ilmiah pula.

Jurnal Pendidikan Penabur, No 20, Edisi Juni 2013 inimengangkat tema pendidikan karakter yang berkaitan dengan BEST.Menerapkan pendidikan karakter secara nyata dan berhasil,memerlukan kiat tersendiri dan dipengaruhi terutama oleh karaktersiswa, keadaan lingkungan, serta keahlian guru. Kalau pendidikankarakter diintegrasikan ke dalam pembelajaran mata pelajaran, ciridan substansi mata pelajaran itu sendiri juga ikut menentukan teknikdan keberhasilan pembentukan karakter BEST itu. Oleh karenapendidikan karakter berbasis BEST ini masih dalam proses danbelum dilakukan penelitian khusus, isi yang dimuat dalam Jurnal inimerupakan gagasan sebagai wacana untuk ditindaklanjuti olehguru. Gagasan yang ditawarkan terutama tentang metode dan teknikmenanamkan dan mengembangkan karakter BEST pada diri siswadengan tetap mematuhi prinsip pedagogi.

Dalam pendekatan pembelajaran berpusat kepada siswa,pemahaman atas pribadi siswa secara utuh sangat diperlukan olehguru dalam memilih dan melaksanakan model serta metodepembelajaran yang membuat siswa aktif belajar secara individu dankelompok. Teori kognitivisme dan konstruktivisme memberikanpemahaman bagaimana proses belajar dan perubahan prilaku terjadidengan menggunakan pikiran. Untuk lebih mendalami prosesberpikir anak, dalam Edisi ini juga disajikan gagasan tentang konsepetnometodologi dalam pola berpikir siswa. Masih terkait denganmetode pembelajaran yang aktif, perlu juga kajian tentang bagaimanaYesus Kristus sendiri menggunakan pendekatan dan strategiperumpamaan Kerajaan Allah dalam menyampaikan ajaranNyayang sampai sekarang ini tidak kalah unggul dengan metodepembelajaran lainnya, terutama dalam mata pelajaran pendidikanagama, sebagaimana dikemukakan dalam salah satu artikel dalamJurnal ini. Dalam konteks pembelajaran ini pula, perlu diwaspadaiagar tidak terjebak pada paradigma pengajaran yang berpusat padaguru dan mengabaikan proses pendidikan, sebagaimana diingatkandalam isu mutakhir yang dipilih kali ini.

Di samping paradigma atas pendidikan terus berubah,kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pun

Page 7: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

vJurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

memberikan pengaruh dalam penyelenggaraan pembelajaran. TIKmemberikan kemudahan untuk memperoleh berbagai informasisecara cepat yang dapat dijadikan salah satu sumber pembelajaran.TIK memberikan peluang memudahkan proses pembelajaran apabiladipergunakan secara tepat guna, akan tetapi dapat juga berakibatnegatif terhadap karakter siswa apabila salah dipergunakan. Olehkarena TIK bebas nilai dan penggunalah yang menentukan nilainya,merupakan tantangan bagi guru bagaimana mendidik siswamemanfaatkan TIK untuk kepentingan belajar serta memperteguhkarakter positif. Berpikir demikian, maka tulisan dengan judul“Revolusi Pembelajaran: Tantangan atau Peluang?” memberikan catatantersendiri.

Pendidikan dilaksanakan dalam berbagai bentuk dan kegiatan.Akan tetapi tidak jarang kegiatan pendidikan itu berlangsung tanpadiikuti oleh evaluasi keberhasilannya. Untuk memperoleh umpanbalik serta menentukan tidak lanjutnya secara tepat, diperlukanevaluasi program yang mencermati pelaksanaan program itu secaramenyeluruh (sistemik). Keberhasilan program PKBN2K misalnya,tentu perlu diukur dan dievaluasi berdasarkan kaidahilmiah yanghasilnya dapat dipergunakan menyempurnakan program tersebutsehingga lebih tepat sasaran. Evaluasi program merupakan salahsatu topik yang dimuat melengkapi gagasan yang ditawarkan dalamJurnal ini.

Sungguhpun pada umumnya isi tulisan dalam Edisi inimerupakan gagasan penulisnya, satu artikel merupakan laporanpenelitan yang berkaitan dengan metode pembelajaran dengan fokuspada cara meningkatkan kreativitas guru TK melaluipengembangan motivasi berprestasi dan kompetensi pedagogik.Hasil penelitian tentunya akan memberikan inspirasi kepada guruTK meningkatkan profesionalismenya secara kreatif denganmeningkatkan motivasi internalnya.

Setiap terbit, Jurnal ini memuat resensi buku yang dimaksudkanmeningkatkan kemampuan guru mengkritisi sebuah bukukhususnya yang berkaitan dengan pendidikan. Edisi ini memuatkajian atas sebuah buku yang juga berisi tentang pendidikankarakter anak dalam keluarga khususnya menyoroti peranan iburumah tangga. Teknik melakukan kajian beraneka ragam dan salahsatu teknik yang ditawarkan berikut ini dapat dipertimbangkan olehmereka yang belum terbiasa melakukannya.

Melengkapi isi Jurnal ini, diperkenalkan pula profil BPKPENABUR Jatibarang yang terus berbenah meningkatkan mutupelayanannya khususnya dalam usah mencerdaskan generasi mudadi wilayahnya. Dengan motif pelayanan dan pengabdian itulah,sekolah ini terus menunjukkan jati dirinya sungguhpun masadepannya kurang menjanjikan sebagai usaha pendidikan, namunnilai sosial yang diraihnya memiliki makna tersendiri, kecil tetapiindah di mata Tuhan.

Redaksi

Page 8: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

1Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Meningkatkan Kreativitas Guru TK

Meningkatkan Kreativitas Guru TK MelaluiPengembangan Motivasi Berprestasi

dan Kompetensi Pedagogik

Kristina Suci RetnowatiE-mail: [email protected]

SDK BPK PENABUR Bogor

Penelitian

Abstrakenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dankompetensi pedagogik dengan kreativitas guru. Metode penelitian yang dipergunakanadalah metode survei dengan pendekatan korelasional.Teknik analisis data menggunakanstatistik korelasi dan regresi linier sederhana serta korelasi dan regresi ganda. Hasil

penelitian menghasilkan tiga kesimpulan yaitu: pertama terdapat hubungan positif yang signifikan�antara motivasi berprestasi dengan kreativitas guru dengan persamaan regresi =

92,591+0,2778X1dan koefisien korelasi ry1 = 0,685, kedua, terdapat hubungan positif yang signifikan�antara kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru dengan persamaan regresi = 107,187 +

0,946X2 dan koefisien korelasi ry2 =0,689. Ketiga, terdapat hubungan positif yang signifikan antaramotivasi berprestasi, kompetensi pedagogik secara bersama-sama dengan kreativitas guru dengan

�persamaan = 97,961 + 0,108 X 1 + 0,754X2 dan koefisien korelasi ry12 = 0,856.

Kata-kata kunci : Motivasi berprestasi, kompetensi pedagogik, kreativitas.

Enhancing Creativity Kindergarden Teacher’s by DevelopvingAchievement Motivation and Pedagogic Competence

AbstractThe aim of research is to find out the correlation between achievement motivation and pedagogic competencywith teacher’s creativity.The applied research method is survey method with correlation approach and dataanalysis techniques using both linier and multiple correlation and regression statistic test. The researchproduces three main conclusions : (1) There is positive and significant correlation between achievement

�motivation and pedagogic competence with teacher’s creativity with regression equation of =92,591+0,2778X1 and correlation coefficient, ry1 = 0,685. (2) There is positive and significant correlation

�between pedagogic competency with teacher’s creativity with regression equation of = 107,187 + 0,946X2and correlation coefficient, ry2 = 0,689. (3). There is positive and significant correlation between achievement

�motivation and pedagogic competence simultaneously with teacher creativity with regression equation of = 97,961 + 0,108X1 + 0,754X2 and correlation coefficient, ry12 = 0,856.

Key words: Achievement motivation, pedagogic competency, creativity.

PY

Y

Y

Y

Y

Y

Page 9: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

2 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Meningkatkan Kreativitas Guru TK

Pendahuluan

Guru merupakan elemen kunci dalam sistempendidikan karena guru selalu berinteraksilangsung dengan siswa, memberikan ketelada-nan, motivasi dan inspirasi secara terus menerus.Oleh karena itu, guru harus selalu bersemangat,berprestasi, dan kreatif dalam berkarya dalamproses pembelajaran. Dengan menunjukkan hal-hal tersebut diharapkan proses pembelajaranmenjadi efektif dan berkualitas.

Kreativitas guru diperlukan dalam upayamemotivasi siswa agar mau belajar sehinggabakat dan minat siswa teraktualisasi dalamkegiatan belajar. Kreativitas seorang guru dapatterlihat dari cara guru menerapkan berbagaipendekatan, strategi, metode, dan teknik pembel-ajaran.

Hasil studi pendahuluan pada guru-guruTaman Kanak-Kanak (TK) di Kecamatan BogorTengah menunjukkan bahwa 52% guru belumpernah mengikuti perlombaan kreativitas guru,60% guruTK belum pernah mengikuti pelatihanyang mendukung dalam pengem-bangankompetensi dan kreativitas guru dalam prosespembelajaran, 70% guru belum menggunakanmedia pembelajaran yang inovasi dalam prosespembelajaran, 88% guru belum menggunakanmodel-model pembelajaran yang bervariasi dankolaboratif, 90% guru belum menggunakanstrategi dan metode pembelajaran yang inovatifdi kelas sesuai dengan kondisi siswa, dan85,63% guru belum pernah menemukan ataumembuat alat peraga pelajaran yang baru. Datadi atas merupakan indikasi bahwa kreativitasguru masih perlu ditingkatkan agar kualitaspembelajaran di TK meningkat.

Menurut Mulyasa (2012:6) pendidikanpada usia dini merupakan masa keemasan,karena merupakan masa pertumbuhan danperkembangan otak, kemampuan gerak,kemampuan bicara, pembentukan moral,pembentukan visi dan pembentukan percayadiri. Periode ini juga merupakan dasar darikualitas hidup manusia. Jika pendidikan padaperiode ini mengalami hambatan, dapatmengakibatkan tidak maksimalnya perkem-

bangan belajar pada periode selanjutnya.Untuk membantu agar anak di TK berkem-

bang secara optimal diperlukan guru yangmemiliki kreativitas tinggi dan memilikikarakteristik menyukai tantangan, ekspresif,penuh penghayatan dan peka terhadap perasa-an anak. Meskipun demikian, kreativitasbukanlah satu-satunya faktor yang menentukankeberhasilan proses pembelajaran di TK, tetapijuga dipengaruhi oleh faktor lain sepertikompetensi mengajar, minat, dan motivasi guru.

Kaitan motivasi berprestasi dan kompe-tensi pedagogik dengan kreativitas guru,tergantung pada kondisi dalam lingkungan danindividu itu sendiri. Seseorang yang mempunyaimotivasi berprestasi tinggi yaitu memilikitanggung jawab pribadi yang tinggi, memilikiprogram kerja berdasarkan rencana dan tujuanyang realistik serta berjuang untuk merealisa-sikannya.

Dengan mengembangkan motivasi berpres-tasi dan kompetensi pedagogik seorang gurudiharapkan berdampak pada proses pembel-ajaran yang akan dilakukan sehingga lebihbervariasi dan menciptakan suasana belajaryang menyenangkan. Motivasi berpresta-si dankompetensi pedagogik merupakan dua kekuatanyang akan bersinergi untuk mening-katkankreativitas guru menjadi lebih optimal.

Masalah utama penelitian ini terkaitdengan hubungan antara motivasi berprestasidan kompetensi pedagogik terhadap kreativitasguru TK. Dengan demikian masalah penelitianini dinyatakan dalam pertanyaan sebagaiberikut: (1) Apakah terdapat hubungan antaramotivasi berprestasi dengan kreativitas guruTK?; (2) Apakah terdapat hubungan antara kom-petensi pedagogik dengan kreativitas guru TK?;(3) Apakah terdapat hubungan antara motivasiberprestasi dan kompetensi pedagogik secarabersama- sama dengan kreativitas guru TK?

Tujuan penelitian ini untuk menggambar-kan seberapa besar hubungan motivasiberprestasi dengan kreativitas, kompetensipedagogik dengan kreativitas guru TK danhubungan motivasi berprestasi dan kompetensipedagogik secara bersama-sama terhadapkreativitas guru TK.

Page 10: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

3Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Meningkatkan Kreativitas Guru TK

Kreativitas GuruDennis (2009:45) menyatakan bahwa kreativitasberkaitan dengan upaya untuk mempunyaigagasan sejak awal. Kreativitas sudah melekatsejak kita dilahirkan dan sesungguhnya adalahsuatu perilaku yang dapat dipelajari,dipraktikkan dan dikembangkan oleh masing-masing individu.

Menurut Rhodes dalam Muhammad Ali(2011:42), kreativitas dapat dijelaskan dari sisiproduct, person, process dan press. Productmenekankan pada hasil karya kreatif, baik yangsama sekali atau kombinasi karya-karyasebelumnya yang menghasilkan sesuatu yangbaru. Person memandang kreativitas dari segi ciri-ciri individu yang menandai kepribadian orangkreatif berkaitan dengan kreativitas. Processmenekankan pada bagaimana proses kreatif ituberlangsung sejak mulai tumbuh sampai denganberwujud perilaku kreatif. Press menekankanpada pentingnya faktor-faktor yang mendukungtimbulnya kreativitas individu.

Pendapat yang sama dari Guilford dalamMuhammad Ali (2011: 44) menyatakan bahwaseorang yang kreatif ditandai dengan dua caraberpikir, yaitu berpikir konvergen dan divergen.Cara berfikir konvergen adalah cara individudalam memikirkan sesuatu dengan berpan-dangan bahwa hanya ada satu jawaban yangbenar. Cara berpikir divergen adalahkemampuan individu untuk mencari berbagaialternatif jawaban terhadap suatu persoalan.

Motivasi BerprestasiSelain kompetensi, motivasi seorang guru turutmempengaruhi keberhasilan proses pembel-ajaran di kelas. Motivasi diperlukan sebagaipendorong agar guru mau menggunakanseluruh potensinya. Motivasi ini dapat bersifatinternal dan eksternal. Motivasi merupakanpendorong dan penggerak yang timbul dariindividu itu sendiri, dengan didukung olehfaktor niat, rangsangan, keinginan, dan tujuanuntuk melakukan suatu pekerjaan (Rue danByar, 2010:180). Berdasarkan motivasinyakebutuhan dasar manusia dibedakan menjadi(1) kebutuhan berprestasi (need for achievement),yaitu kebutuhan untuk berprestasi yangmerupakan refleksi dari dorongan akantanggung jawab untuk pemecahan masalah; (2)

kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation),yaitu merupakan dorongan untuk berinteraksidengan orang lain; dan (3) kebutuhan untukkekuasaan (need for power) merupakan doronganuntuk mencapai otoritas untuk memilikipengaruh terhadap orang lain (Mc Clellanddalam Gibson, 2006: 13).

Kompetensi PedagogikKompetensi pedagogik merupakan salah satujenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasaiguru. Kompetensi pedagogik pada dasarnyaadalah kemampuan guru dalam mengelolapembelajaran peserta didik. Kompetensipedagogik merupakan kompetensi yang khas,yang akan membedakan guru dengan profesilainnya dan akan menentukan tingkatkeberhasilan proses dan hasil pembelajaranpeserta didiknya. Mulyasa (2008:103)mengemukakan bahwa kompetensi pedagogikadalah kemampuan mengelola pembelajaranpeserta didik meliputi pemahaman terhadappeserta didik, perancangan dan pelaksanaanpembelajaran, evaluasi hasil belajar danpengembangan peserta didik untukmengaktualisasikan berbagai potensi yangdimilikinya.

Hipotesis PenelitianMengacu pada uraian sebelumnya, maka dalampenelitian ini dirumuskan hipotesis sebagaiberikut.a. Terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara motivasi berprestasi (X1)dengan kreativitas guru (Y).

b. Terdapat hubungan yang positif dansignifikan antara kompetensi pedagogik (X2)dengan kreativitas guru (Y).

c. Terdapat hubungan positif dan signifikanantara motivasi berprestasi (X 1) dankompetensi pedagogik (X2) secara bersama-sama dengan kreativitas guru (Y)

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitianini adalah metode survei dengan pendekatankorelasional. Penelitian ini menggambarkanhubungan antara motivasi berprestasi, dan

Page 11: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

4 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Meningkatkan Kreativitas Guru TK

kompetensi pedagogik dengan kreativitas guruTaman Kanak–Kanak. Populasi penelitian iniadalah guru TK di Kecamatan Bogor Tengahsebanyak 120 dan sampel penelitian adalahguru TK di Kecamatan Bogor Tengah sebanyak92 orang yang diperoleh dengan teknikProportional random sampling menggunakanrumus Slovin.

Variabel dalam penelitian ini meliputimotivasi berprestasi (X1), kompetensi pedagogik(X2), dan kreativitas guru (Y). Motivasiberprestasi yang dimaksud dalam penelitian iniadalah suatu dorongan yang berasal dari dalamdiri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaanatau tugas demi mencapai prestasi dengan hasilyang unggul. Variabel ditunjukkan oleh skorhasil kuesioner yang diukur dengan indikator:(1) minat terhadap keberhasilan, (2) dorongankarena pekerjaan, (3) bertanggung jawabterhadap tugas, (4) peningkatan untuk berkem-bang, (5) kerja keras, (6) menyatu dengan tugas,(7) menyukai tantangan, dan (8) dorongan untukberprestasi.

Kompetensi pedagogik dalam penelitianadalah kemampuan yang harus dimiliki seorangguru TK dalam melaksanakan tugas dan fungsijabatannya untuk mencapai keberhasilan dalamproses pembelajaran. Variabel ditunjukkan olehskor hasil kuesioner yang diukur denganindikator (1) pemahaman wawasan atau landa-san pendidikan, (2) pemahaman terhadappeserta didik, (3)pengembangan kurikulum/silabus, (4) perancangan pembelajaran, (5)pelaksanaan pembelajaran, (6) pengembanganpotensi peserta didik, dan (7) penilaian hasilbelajar.

Kreativitas adalah perilaku guru yangmencerminkan kelancaran, keluwesan, danoptimis dalam menyelesaikan masalahpembelajaran dengan cara yang berbeda sertamenciptakan hal baru sehingga tercapai tujuanpembelajaran. Variabel ditunjukkan oleh skorhasil kuesioner yang diukur dengan indikator(1) melaksanakan pembelajaran yang inovatif,(2) menemukan dan mengembangkan pembel-ajaran dengan optimis, (3) menerapkan modelpembelajaran yang variatif, (4) keluwesanmemberikan layanan bimbingan akademik, (5)kelancaran menyusun penelitian sederhana, (6)dan mengevaluasi pembelajaran dengan tepat.

Pengolahan data dalam penelitian inimenggunakan teknik analisis deskriptif dananalisis inferensial. Statistik deskriptifdigunakan untuk memperoleh gambarankarakteristik penyebaran skor setiap variabelyang diteliti dengan menghitung mean, median,dan modus, simpangan baku, distribusifrekuensi, histogram dan poligon frekuensi darimasing-masing variabel yang diteliti, yaitumotivasi berprestasi, kompetensi pedagogik dankreativitas guru. Statistik inferensial digunakanuntuk menguji hipotesis dengan menggunakanteknik analisis regresi dan korelasi sederhanaserta teknik analisis regresi dan korelasiberganda.

Pembahasan

Hipotesis pertama yang diajukan dalampenelitian ini adalah “Terdapat hubungan yangpositif dan signifikan antara motivasi berprestasi(X1) dengan kreativitas guru (Y)”.

Hubungan fungsional antara motivasiberprestasi (X1) dengan kreativitas guru (Y)

�dapat ditunjukkan dengan persamaan = 92,591+ 0.278 X1.Persamaan ini memberikan arti nilaivariabel dependen yaitu kreativitas guru (Y)dipengaruhi oleh variabel independen yaitumotivasi berprestasi.

Berdasarkan hubungan fungsional tersebutdapat dinyatakan kreativitas guru merupakanhasil dari bekerjanya motivasi berprestasi.Semakin baik motivasi berprestasi guru makasemakin baik pula kreativitas guru di sekolahtersebut. Hal yang sebaliknya akan terjadiapabila motivasi berprestasi guru dalamkegiatan proses belajar mengajar rendah makasemakin rendah pula kreativitas guru mengajardi sekolah tersebut.

Motivasi guru tergantung faktor intrinsikdan ekstrinsik. Motivasi intrinsik meliputi minatterhadap keberhasilan, dorongan karenapekerjaan sendiri, tanggung jawab terhadaptugas, dan peningkatan untuk berkembang.Motivasi ekstrinsik meliputi perhatian dariatasan, tersedianya imbalan, penghargaanterhadap tugas, dan terciptanya situasi yangkondusif. Jika faktor tersebut ada dalam setiapguru dalam bekerja, maka motivasi untuk

Page 12: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

5Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Meningkatkan Kreativitas Guru TK

Gambar 1: Grafik Regresi Linear Sederhana Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Kreativitas Guru

berprestasi akan tinggi. Guru yang memilikimotivasi berprestasi tinggi akan berusahamemberikan yang terbaik yang bisa dilakukan-nya, karena ia memiliki komitmen yang tinggiterhadap profesinya.

Teori motivasi berprestasi menyatakanbahwa adanya kebutuhan kuat pada individuakan keinginan untuk mencapai prestasi denganhasil yang memuaskan. Individu dengan kebu-tuhan akan prestasi yang tinggi mempunyaimotivasi yang kuat terhadap pekerjaan yangmenantang (challenging) dan bersaing kompetitif.Individu dengan kebutuhan prestasi yangrendah, cenderung untuk tidak berhasil baikpada keadaan yang menantang dan bersaing.

Persamaan garis regresi antara motivasiberprestasi dengan kreativitas guru dapatdilukiskan seperti pada gambar 1.

Uji linearitas, persamaan garis regresi di atasmenunjukkan bahwa setiap perubahan satu unitpada motivasi berprestasi akan dapatmengakibatkan terjadinya perubahan kreativitasguru sebesar 0,277 pada konstanta 92,591.

Kontribusi variabel motivasi berprestasiterhadap variabel kreativitas guru dapatdiketahui dari besarnya koefisien determinasir2=0,469. Hal ini menunjukkan bahwa variabelkreativitas guru dipengaruhi oleh motivasiberprestasi sebesar 46,9% dan dipengaruhi olehvariabel lain sebesar 53,1%.

Hipotesis kedua yang diajukan dalampenelitian ini adalah “Terdapat hubunganantara kompetensi pedagogik (X2) dan kreativitasguru (Y)”.

Hubungan fungsional antara kompetensipedagogik (X2) dengan kreativitas guru (Y) dapat

�ditunjukan dengan persamaan = 107,187 +0,946X2. Persamaan ini memberikan arti nilaivariabel dependen kreativitas guru (Y)dipengaruhi oleh variabel independen yaitukompetensi pedagogik (X2).

Berdasarkan hubungan fungsional tersebutdapat dinyatakan bahwa kreativitas gurumerupakan hasil dari bekerjanya kompetensipedagogik. Semakin baik kompetensi pedagogikyang dimiliki guru maka semakin baik pulakreativitas guru tersebut. Hal yang sebaliknyaakan terjadi apabila kompetensi pedagogik yang

dimiliki oleh guru rendah makasemakin rendah pula kreativitasyang dimiliki.

Menurut Mulyasa (2008: 103)kompetensi pedagogik adalahkemampu-an mengelola kemam-puan peserta didik meliputipemahaman terhadap persertadidik, perancangan dan pelaksa-naan pembelajaran, evaluasi hasilbelajar, dan pengembangan pesertadidik. Jadi kompetensi pedagogikmerupakan kemampuan guru dalammemaha-mi ilmu kegururan danpengelolaan pembelajaran pesertadidik yang meliputi pemahamanwawasan atau landasan kependi-dikan, memiliki latar belakankeilmuan sehingga memiliki

keahlian secara akademik dan intelektual.Kompetensi pedagogik sangat penting

dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas karenadengan memiliki kompetensi pedagogik yangmemadai guru akan lebih mudah melakukanaktivitasnya dan mendorong mereka bekerjasesuai dengan aturan yang berlaku. Jikakompetensi pedagogik guru terus menerusditingkatkan maka motivasi kerja guru akanmeningkat yang pada gilirannya akanmendorong guru melaksanakan tuganyadengan lebih optimal.

Y

Page 13: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

6 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Meningkatkan Kreativitas Guru TK

Persamaan garis regresi antara kompetensipedagogik dengan kreativitas guru dapatdilukiskan seperti pada gambar 2.

Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwasetiap perubahan satu unit kompetensipedagogik akan dapat mengakibatkanterjadinya perubahan kreativitas guru sebesar0,946 pada konstanta 107,19.

Kontribusi variabel kompetensi pedagogikterhadap variabel kreativitas guru dapatdiketahui dari koefisien determinasinyar2=0,689. Besaran ini menunjukkan bahwavariabel kompetensi pedagogik memberikankontribusi sebesar 68,9% terhadap kreativitasguru seda 31,1% merupakan kontribusi darivariabel lain.

Hipotesis ketiga yang diajukan adalah“Terdapat hubunganantara motivasi berpres-tasi dan kompetensipedagogik secara ber-sama-sama dengan kreati-vitas guru. Kuat lemahnyapengaruh antara variabelmotivasi berprestasi (X1)dan kompetensi pedago-gik (X2) secara bersama-sama dengan kreativitasguru (Y) dapat diketahuimelalui analisis regresi

ganda. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh�persamaan regresi = 97,961 + 0,108X1 + 0,754X2.

Persamaan ini memberikan arti nilai variabeldependen kreativitas guru (Y) dipengaruhioleh variabel independen yaitu motivasiberprestasi (X1) dan kompetensi pedagogik(X2). Nilai koefisien korelasi ganda antaramotivasi berprestasi dan kompetensipedagogik dengan kreativitas guru adalahry1,2 = 0.856. Hubungan ini cukup tinggiyang berarti bahwa apabila motivasiberprestasi dan kompetensi pedagogiksecara bersama-sama meningkat, makakreativitas guru juga meningkat. Koefisiendetermina-sinya r2y1,2 = 0,732 menunjukantingkat hubungan yang sangat signifikan.Kontribusi yang diberikan oleh variabelmotivasi berprestasi dan kompetensipedagogik secara bersama-sama dengankreatvitas guru adalah 73,2%. Sisanyasebesar 26,8% dipengaruhi oleh aktor laindiluar variabel yang diteliti.

Motivasi berprestasi dan kompetensipedagogik menjadikan dua kekuatan yangbersinergi untuk meningkatkn kreativitas gurumenjadi lebih optimal lagi di dalammemunculkan prilaku kreativitasnya yangberupa mengembangkan gagasan baru, variatifdan inovatif, ketiga variabel ini saling berkaitanerat . Semakin tingggi motivasi berprestasi dankompetensi yang dimiliki, maka semakin tinggipula kreativitas yang dimunculkan oleh guru.Semakin rendah motivasi berprestasi dankompetensi yang dimiliki, maka semakin rendahpula kreativitas guru tersebut.

Tabel 1: Analisis Varians (ANAVA) untuk Regresi GandaY = 97,961 + 0,108 X1 + 0,754 X2

SumberVarians dk JK RJK Fh

Ft

0,05 0,01

Totaldireduksi 91 61000,728

RegresiSisa

289

4466,4331634,296

2233,21618,363 121,616** 3,92 6,84

** regresi sangat signifikan

Y

Gambar 2: Regresi Linear Sederhana HubunganKompetensi Pedagogik dengan Kreativitas Guru

Page 14: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

7Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Meningkatkan Kreativitas Guru TK

Berdasarkan hasil analisis regresi gandaantara motivasi berprestasi dan kompetensipedagogik secara bersama-sama dengankreativitas guru, diketahui b1=0,108 dan b2=0,754dengan nilai konstanta a=97,961. Dengandemikian persamaan garis regresi hubunganantara variabel motivasi berprestasi (X1) danvariabel kompetensi pedagogik (X2) dengan

�kreativitas guru (Y) adalah = 97,961+ 0,108 X1+ 0,754 X2

Untuk mengetahui apakah model persama-an garis regresi tersebut dapat digunakan untukmemprediksi variabel kreativitas guru darivariabel motivasi berprestasi bersama-samadengan variabel kompetensi pedagogik, dapatdiuji dengan menggunakan analisis varians (UjiF). Rangkuman hasil analisis varians tersebutdiperlihatkan pada tabel 1.

Hasil analisis regresi ganda motivasiberprestasi dan kompetensi pedagogik dengankreativitas gurum e n g h a s i l k a nkoefisien korelasiganda R=0,856. Halini berarti motivasiberprestasi dankompetensi peda-gogik secara bersa-ma-sama mempu-nyai hubunganpositif dengan kreativitas guru. Untukmengetahui apakah koefisien korelasi R yangdiperoleh signifikan atau tidak, diuji denganmenggunakan Uji F. Hasil analisis uji F diperolehFhitung=121,616 dan Ftabel sebesar 3,92 dengantaraf signifikansi 0,05. Karena F hitung lebih besardari pada Ftabel(121,616>3,92) berarti korelasiantara motivasi berprestasi dan kompetensipedagogik secara bersama-sama dengankreativitas guru sangat signifikan. Dengandemikian hipotesis ketiga yang menyatakanterdapat hubungan porsitif antara motivasiberprestasi dan kompetensi pedagogik bersama-sama terhadap kreativitas guru diterima.

Besarnya sumbangan variabel motivasiberprestasi dan kompetensi pedagogik bersama-sama terhadap kreativitas guru ditunjukkandengan besarnya kuadrat koefisien korelasiR2=0,732. Hal ini menunjukkan bahwakreativitas guru dipengaruhi oleh motivasi

Tabel 2 : Hasil Uji Korelasi Parsial

Pengontrol r hitung r tabel t hitung t 0,05 Kesimpulan

X1 0,372 0,211 10,613 1,98 Signifikan

X2 0,704 0,211 13,259 1,98 Signifikan

Syarat Signifikan : t hitung> t tabel

berprestasi dan kompetensi pedagogik secarabersama-sama sebesar 73,2 % dan dipengaruhioleh faktor lain sebesar 26,8 %.

Hasil Uji Korelasi Parsial diperolehkoefisien korelasi antara (X1) dengan (Y) sebesarry1 = 0,372, t hitung 10,613, dan t tabel = 1,66. Karenat hitung> t tabel, hal ini berarti hubungan antaravariabel motivasi berprestasi (X1) denganvariabel kreativitas guru (Y) adalah tetapsignifikan apabila dikontrol oleh variabelkompetensi pedagogik. Selanjutnya berdasarkanperhitungan korelasi parsial dengan pengendalivariabel motivasi berprestasi (X1) diperolehry2=0,704 dan thitung=13,259 dan ttabel = 1,66.Karena thitung> ttabel, hal ini berarti hubunganantara variabel kompetensi pedagogik denganvariabel kreativitas guru adalah tetap signifikanapabila dikontrol oleh variabel motivasiberprestasi diperlihatkan pada tabel 2.

Motivasi berprestasi adalah keadaan psikisyang ada dalam diri seseorang yang mendoronguntuk berprestasi. Keadaan psikis tersebutmencakup kemauan berprestasi, semangat dangairah kerja, kemauan menjalankan perintahdan kemauan bekerjasama di dalam organisasiumumnya dan sekolah khususnya. Motivasimemiliki peran penting bagi seseorang kepadasekolah guna melakukan aktivitasnya.

Kreativitas guru adalah kemampuanseorang guru untuk menciptakan sesuatu yangbaru dalam rangkaian kegiatan pembelajaransehingga selalu menarik dan mendatangkansemangat baru bagi siswa untuk memperolehpengetahuan.

Hubungan motivasi berprestasi dengankreativitas guru adalah seorang guru yangmemiliki motivasi berprestasi tinggi dapatmemiliki banyak kreasi dalam melaksanakantugasnya, karena sudah tertanam kemandirian,

Y

Page 15: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

8 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Meningkatkan Kreativitas Guru TK

rasa percaya diri yang kuat, dan memilikidorongan semangat yang kuat untuk mencapaikesuksesan baik dalam melaksanakan tugas didalam kelas maupun di luar kelas.

Motivasi berprestasi berfungsi sebagaitenaga pendorong, baik yang datang dari dalammaupun dari luar untuk melakukan pekerjaandengan sebaik-baiknya, maka motivasi akansangat menentukan kreativitas seseorang. Tanpamotivasi berprestasi maka kreativitas akansangat tidak bermakna. Pekerjaan akandikerjakan tidak maksimal, kualitasnya puntidak dapat dipertanggungjawabkan. Motivasiberprestasi dan kreativitas akan sangat berperansekali dalam menentukan kualitas pekerjaan.Kreativitas akan muncul bila didukung olehmotivasi berprestasi dan sebaliknya. Seorangguru yang memiliki motivasi yang rendah dalammenjalankan tugasnya cenderung memilikikreativitas yang rendah pula, karena belumtumbuh kesadaran untuk menghasilkan suatukarya yang dapat dibanggakan sebagai guruyang berprestasi.

Motivasi berprestasi diperlukan dalampengembangan diri guru khususnya membentukwatak dan perilaku positif, sebagai langkahawal yang mendukung berkembangnyakreativitas seorang guru. Persaingan yangsemakin ketat dapat menimbulkan motivasiberprestasi yang tinggi, lebih inovatif, kreatif,berani mengambil risiko dengan penuhperhitungan yang matang, cermat, dan tepatserta berwawasan luas, sehingga dapatmembentuk berkembangnya kreativitas guruuntuk berkarya secara optimal. Indikasi motivasiberprestasi berkaitan erat dengan indikasikreativitas guru, diantaranya: berusaha untukunggul, rasional dalam meraih keberhasilan,menyukai tantangan, dan menerima tanggungjawab pribadi untuk sukses.

Kreativitas guru dapat berkembang denganbaik, jika guru tersebut memiliki motivasiberprestasi yang kuat, sebaliknya rendahnyamotivasi berprestasi membuat kreativitas gurujuga tidak berkembang dengan baik pula.Berdasarkan paparan di atas dapat didugabahwa terdapat hubungan yang positif antaramotivasi berprestasi dengan kreativitas guru.

Kompetensi pedagogik adalah kemampuanguru dalam pengelolaan pembelajaran peserta

didik yang meliputi pemahaman wawasan ataulandasan kependidikan, pemahaman terhadappeserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksana-an pembelajaran yang mendidik dan dialogis,pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasihasil belajar dan pengembangan peserta didikuntuk mengaktualisasikan berbagai potensiyang dimilikinya.

Kreativitas guru adalah kemampuanseorang guru untuk menciptakan sesuatu yangbaru dalam rangkaian kegiatan pembelajaransehingga selalu menarik dan mendatangkansemangat baru bagi siswa untuk memperolehpengetahuan.Dengan demikian, kompetensipedagogik adalah pengetahuan, ketrampilan,kecakapan, dan sikap guru dalam melaksanakanfungsi jabatannya secara berhasil dan mampumenyusun program pengajaran, penyajianprogram pengajaran, pelaksanaan pengelolaankelas, pengelolaan KBM, pelaksanaan penilaian/evaluasi belajar, pelaksanaan analisis hasilevaluasi belajar dan penyusunan dan pelaksa-naan program perbaikan dan pengayaan.

Hubungan antara kompetensi pedagogikdan kreativitas guru adalah bahwa seorang guruyang memiliki kompetensi pedagogik yang baikakan mampu merancang pembelajaran yangkreatif dari awal sampai akhir proses pembel-ajaran. Dengan kompetensi yang dimiliki, makaguru akan mampu menumbuh-kembangkankreativitas, karena kreativitas guru yang tinggimenjadikan guru dapat mengak-tualisasikanhasil interaksi faktor internal (psikologis) daneksternal (lingkungan sosial) secara bersinergi.

Seorang guru memiliki kompetensi pedago-gik tinggi berarti guru tersebut kompeten dalamprofesinya dan kompeten dalam mengembang-kan kepribadiannya, serta akan menumbuhkankreativitas yang positif dan sebaliknya, apabilakompetensi pedagogik rendah, seperti kurang-nya informasi, tidak memiliki kemauan untukmengembangkan keilmuan dan keterampilan-nya, maka ia tidak akan terdorong untukmenumbuhkan kreativitas yang positif. Dengandemikian, antara kompetensi pedagogik dankreativitas diduga memiliki hubungan yangpositif, dalam arti bahwa tinggi rendahnyakompetensi pedagogik akan berakibat langsungpada tinggi rendahnya kreativitas guru.

Page 16: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

9Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Meningkatkan Kreativitas Guru TK

Motivasi berprestasi adalah suatu keingi-nan yang berasal dari dalam diri seseoranguntuk melakukan suatu pekerjaan atau tugasuntuk mencapai prestasi dengan hasil yangmemuaskan. Besar kecilnya pengaruh tersebuttergantung pada intensitas yang dapat ditun-jukkan dalam berbagai tingkat prestasi yangdicapai guru.

Kompetensi pedagogik guru adalahkemampuan seorang guru untuk mengelolapembelajaran bagi siswa yang akan terwujuddalam bentuk penguasaan, pengetahuan dansikap profesionalisme yang pada akhirnyamenunjukkan tingkat kualifikasi dari individutersebut dalam mencapai tujuan pendidikan.Kreativitas guru adalah kemampuan yangdimiliki seorang guru di dalam mengembangkanide dan gagasannya untuk diaplikasikan dalammelaksanakan tugas dan tanggungjawabnyasebagai pengajar dan pendidik yang tercerminmelalui berpikir praktis dan logis, memilikiberbagai alternatif pemecahan masalah,memiliki banyak ide dan gagasan baru, danmampu memandang permasalahan dariberbagai dimensi.

Kaitan motivasi berprestasi dan kompetensipedagogik dengan kreativitas guru, tergantungpada kondisi dalam lingkungan dan individuitu sendiri. Seseorang yangmempunyai motivasiberprestasi tinggi yaitu memiliki tanggung jawabpribadi yang tinggi, memiliki program kerjaberdasarkan rencana dan tujuan yang realistikserta berjuang untuk merealisasikannya.

Kreativitas mengajar adalah kemampuanseorang guru untuk menciptakan sesuatu yangbaru dalam rangkaian kegiatan pembelajaransehingga selalu menarik dan mendatangkansemangat baru bagi siswa untuk memperolehpengetahuan. Seorang guru yang profesionaldan berkualifikasi tinggi adalah seorang guruyang memiliki komitmen diri yang tinggi pula.Segala sikap dan perilaku, ucapannya dalambertindak didasari oleh rasa tanggungjawabyang besar terhadap keberhasilan kegiatanpembelajaran yang dilaksanakannya. Seorangguru profesional, dalam dirinya selalu akanmuncul suatu motivasi bagaimana dapatmelakukan tugasnya dengan baik dan akanberusaha untuk mengembangkan kompetensipedagogik yang sudah dimilikinya.

Dengan mengembangkan motivasiberprestasi dan kompetensi pedagogik yang baikakan berdampak pada proses pembelajaran yangakan dilakukan sehingga lebih bervariasi danakan menciptakan suasana belajar yangmenyenangkan.Untuk itulah kreativitas gurusangat diperlukan. Hal ini didasari olehpengetahuan profesionalismenya bahwa suasa-na belajar yang bervariasi, yang dihasilkan dariusaha kreatifnya dalam kegiatan pembelajaran,akan mengarah kepada pencapaian tujuan yangtelah ditetapkan.

Motivasi berprestasi dan kompetensi peda-gogik menjadikan dua kekuatan yang bersinergiuntuk meningkatkan kreativitas guru menjadilebih optimal lagi. Kedua kekuatan ini semakinmemperkuat kemampuan guru dalam berkreasiuntuk mengembangkan kreativitas gurusehingga mampu memberikan gagasan barulebih varatif, kemampuan mengombinasi-kanantara hal-hal yang sudah ada sebelumnyasemakin banyak, bertambahnya pengalamanbaru yang bermanfaat, kelenturan dan semakinluas dalam berpikir, kebebasan mengungkapkandiri semakin bijak, menghargai fantasi dalamberkreasi, serta minat terhadap kegiatan kreatifsemakin tinggi.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasiberprestasi dan kompetensi pedagogik gurusangat berkaitan erat dengan kreativitas guru.semakin tinggi motivasi berprestasi dankompetensi pedagogik yang dimiliki guru, makasemakin tinggi pula kreativitas guru. Sebaliknya,semakin rendah motivasi berprestasi dankompetensi pedagogik yang dimiliki, semakinrendah pula kreativitas guru tersebut.

Simpulan

KesimpulanPenelitian ini dilakukan untuk mengkajihubungan antara motivasi berprestasi dankompetensi pedagogik dengan kreativitas guruTK di Kecamatan Bogor Tengah. Penelitian inimenghasilkan kesimpulan sebagai berikut.1. Terdapat hubungan positif dan signifikan

antara motivasi berprestasi dan kreativitasguru. Kekuatan hubungan antara motivasiberprestasi dan kreativitas guru ditunjuk-

Page 17: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

10 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Meningkatkan Kreativitas Guru TK

kan dengan koefisien korelasi ry1 = 0,685 dankoefisien determinasi r2y1 = 0,469, artinyabahwa motivasi berprestasi memberikankonstribusi 46,9 % terhadap kreativitasguru. Hubungan fungsional antaramotivasi berprestasi dan kreativitas guru

�ditunjukkan oleh persamaan regresi =92,591 + 0,278 X1, yang berarti setiapkenaikan satu satuan motivasi berprestasidapat meningkatkan kreativitas gurusebesar 0,278 satuan

2. Terdapat hubungan positif dan signifikanantara kompetensi pedagogik dankreativitas guru. Kekuatan hubungan antarkompetensi pedagogik dan kreativitas guruditunjukkan dengan koefisien korelasi ry2 =0,830 dan koefisien determinasi r2y1 = 0,689artinya bahwa kompetensi memberikankontribusi sebesar 68,9 % terhadapkreativitas guru. Hubungan fungsionalantara kompetensi pedagogik dan kreativtasguru ditunjukkan dengan persamaanregresi = 107,187 + 0,946X2, yang berartisetiap kenaikan satu satuan kompetensipedagogik dapat meningkatkan kreativitasguru sebesar 0,946 satuan.

3. Terdapat hubungan positif dan signifikanantara motivasi berprestasi, kompetensipedagogik secara bersama-sama dengankreativitas guru ditunjukan dengankoefisien korelasi ry2 = 0,856, dengankoefisien determinasinya r2

y1 = 0,732 yangartinya bahwa motivasi berprestasi dankompetensi pedagogik guru secara bersama-sama memberikan konstribusi 73,2 %terhadap kreativitas guru. Hubunganfungsional antara motivasi berprestasi dankompetensi pedagogik dengan kreativitasguru ditunjukkan dengan persamaan

�regresi = 97,961 + 0.108X1 + 0,754X2, yangberarti setiap kenaikan satu satuan motivasiberprestasi dan kompetensi pedagogiksecara bersama-sama dapat meningkatkankreativitas guru sebesar 0,862 satuan (0,108 + 0,754).

Implikasi Berdasarkan kajian teoritis, hasil penelitian dankesimpulan yang telah dilakukan, maka impli-kasi hasil penelitian hubungan antara motivasi

berprestasi dan kompetensi pedagogik dengankreativitas Guru TK adalah sebagai berikut.1. Upaya Meningkatkan Kreativitas Guru

melalui Motivasi BerprestasiDengan mengkaji hubungan antara motivasiberprestasi dengan kreativitas guru dalampenelitian ini membuktikan bahwa motivasiberprestasi mampu memberikan kontribusi yangberarti terhadap kreativitas guru. Hal inimenunjukkan bahwa perlu diupayakan untukmeningkatkan kreativitas guru melaluipeningkatan motivasi berprestasi. Motivasiberprestasi adalah keadaan psikis yang adadalam diri seseorang yang mendorong untukberprestasi. Keadaan psikis ini mencakupkemauan berprestasi, semangat dan gairah kerja,kemauan menjalankan perintah dan kemauanbekerja sama di dalam sekolah, yang diperguna-kan sebagai pendorong dan akan menentukankreativitas seseorang. Tanpa motivasi berprestasimaka kreativitas akan sangat tidak bermakna.

Motivasi berprestasi sangat diperlukandalam pengembangan diri guru khususnyamembentuk watak dan perilaku positif sebagailangkah awal yang mendukung berkembangnyakreativitas seorang guru. Oleh karena itu perluadanya upaya untuk meningkatkan motivasiberprestasi guru dengan jalan berikut.a. Mendorong minat guru untuk dapat

mengembangkan diri dengan cara memberikesempatan kepada setiap guru untuk dapatmengikuti pelatihan/seminar yangberhubungan dengan profesi guru.

b. Memotivasi guru untuk bertanggung jawabterhadap tugas dan pekerjaan denganmelakukan penilaian secara berkalaminimal 3 bulan sekali terhadap kemampu-an guru dalam hal pengembangan profesisebagai seorang guru.

c. Memberi kesempatan untuk berprestasimelalui kegiatan perlombaan/penilaianguru berprestasi (guru teladan) baik secaraindividu maupun kelompok danmemberikan reward atau penghargaa bagiguru yang berprestasi

2. Upaya meningkatkan kreativitas gurumelalui kompetensi pedagogik guru

Dengan mengkaji hubungan antara kompetensipedagogik dengan kreativitas guru dalam

Y

Y

Y

Page 18: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

11Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Meningkatkan Kreativitas Guru TK

penelitian ini membuktikan bahwa kompetensipedagogik mampu memberikan kontribusi yangberarti terhadap kreativitas guru. Hal inimenunjukkan bahwa perlu diupayakan untukmeningkatkan kreativitas guru melaluipeningkatan kompetensi pedagogik.

Pengetahuan dan pemahaman tentangkompetensi diri akan mendasari pola kegiatanpengelolaan dalam menunaikan profesi sebagaiguru. Guru yang memiliki kompetensi pedagogiksebagai tenaga edukatif memegang perananpenting dalam pengelolaan pembelajaran,karena pengelolaan pembelajaran dapat berjalandengan efektif apabila guru mempunyaikemampuan pengelolaan pembelajaran secarakreatif. Pembelajaran yang kreatif merupakanhubungan interaksi antara siswa, guru,perlengkapan dan kurikulum. Pembelajaranyang kreatif memerlukan berbagai keterampilan,diantaranya keterampilan mengajar, mengelolakelas, menguasai teknik penilaian atau evaluasidan memahami perkembangan bakat dan minatsiswa.

Proses pembelajaran pada hakekatnyauntuk mengembangkan aktivitas dan kreativitaspeserta didik melalui berbagai interaksi danpengalaman belajar, memberi kepercayaan,komunikasi yang bebas, pengarahan diri danpengawasan yang tidak terlalu ketat.Kompetensi pedagogik juga dapat membuat gurumenjadi kreatif dalam pekerjaanya. Proses kreatifmuncul karena kemampuan yang telah dimiliki-nya sebagai kemampuan dasar guru yang dapatmerubah pendidikan menjadi lebih baik. Olehkarena itu kreativitas menjadi sangat pentingdalam kehidupan manusia agar menjadi lebihsukses dan dapat mengembangkan keteram-pilan, pengetahuan serta memperkaya maknahidup dengan bebagai situasi dan kondisi.

Implikasi yang dapat diberikan darihubungan antara kompetensi pedagogik dengankreativitas guru adalah guru harus memilikipemahaman terhadap wawasan dan landasanpendidikan dan pemahaman terhadap anakdidik sehingga dapat membuat perencanaanpengajaran, melaksanakan proses pembelajaranyang berkualitas serta mampu memberikanevaluasi terhadap hasil pembelajaran. Guruhendaknya memiliki kemampuan dasarpendidikan dan keguruan yang berhubungan

dengan proses kegiatan pengelolaan danpembelajaran di kelas.

3. Upaya Meningkatkan Kreativitas Gurumelalui Motivasi Berprestasi bersama-sama Kompetensi Pedagogik

Dalam penelitian ini dibuktikan bahwa motivasiberprestasi dan kompetensi pedagogik mampumemberikan kontribusi yang berarti terhadapkreativitas guru. Artinya semakin tinggi motivasiberprestasi dan kompetensi pedagogik yangdimiliki oleh guru maka semakin tinggi pulakreativitas yang dapat dimunculkan dari guru.

Guru yang memiliki motivasi berprestasidan kompetensi pedagogik yang tinggi akanmemiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi,memiliki program kerja berdasarkan rencanadan tujuan yang realistik serta berjuang untukdapat merealisasinya dengan menerapkan ide-ide cemerlang dalam mengelola pembelajaranyang meliputi strategi, metode, media pengajaranyang lebih bervariatif dan inovatif sehingga dapatmenciptakan suasana belajar yang kondusif dantidak membosankan siswa.

Tumbuhnya kreativitas guru memungkin-kan ide perubahan dan upaya peningkatansecara terus menerus serta sesuai dengan situasidan kondisi lingkungan masyarakat dimanasekolah berada. Dengan motivasi berprestasiyang dimiliki, maka akan menciptakan suatumetode pembelajaran yang benar-benar baru danorisinil atau dapat juaga merupakan modifikasidari berbagai metode yang ada sehinggamenghasilkan bentuk yang baru.

Implikasi kepada guru sebagai komponenpelaksana pendidikan dan penanggungjawabpendidikan adalah sebagai berikut.a. Penerimaan, pengangkatan dan penugasan

guru dalam mengajar disesuaikan dengankompetensi yang dimiliki oleh guru.

b. Guru diharapkan memiliki kemampuandasar pendidikan dan keguruan dalamproses pengelolaan pembelajaran sehinggakemampuan pedagogik sebagai pendukungkemampuan profesional terfokus padapengajaran.

c. Kepala sekolah dan yayasan memberikankeleluasaan dan dukungan serta peduliterhadap peningkatan dan pengembangankreativitas guru.

Page 19: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

12 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Meningkatkan Kreativitas Guru TK

d. Guru harus dapat memotivasi diri lebih baiklagi untuk mengembangkan diri melaluipendidikan akademis, pelatihan, workshop,seminar yang berhubungan denganpendidikan.

SaranBerdasarkan kesimpulan sebagai temuan pene-litian, maka dapat disampaikan saran sebagaiberikut.1. Dinas Pendidikan atau Yayasan penye-

lenggara Taman Kanak-Kanak dapatmelakukan upaya untuk meningkatkanmotivasi berprestasi guru dengan cara :a. Memberikan fasilitas yang mendukung

upaya guru untuk mengembangkankreativitasnya.

b. Memberikan kesempatan kepada guruuntuk bebas melakukan eksplorasi yangberhubungan dengan PBM di dalam ataudi luar kelas

c. Mengadakan lomba kreativitas guru baiksecara individu maupun kelompok.

d. Memberikan reward atau penghargaanbagi guru yang berprestasi.

2. Dinas Pendidikan atau yayasan penyeleng-gara sekolah Taman Kanak-Kanak dapatmelakukan upaya untuk meningkatkankompetensi pedagogik dengan cara :a. Pembagian tugas mengajar guru disesu-

aikan dengan kompetensi pendidikanyang dimiliki.

b. Guru harus dapat membuat perencanaanpengajaran, melaksanakan prosespembelajaran yang berkualitas sertamampu memberikan evaluasi terhadaphasil pembelajaran.

c. Guru hendaknya memiliki kemampuandasar pendidikan dan keguruan yang

berhubungan dengan proses kegiatanpengelolaan dan pembelajaran di kelas.

d. Memberikan kesempatan kepada setiapguru untuk meningkatkan kemampuan,keterampilan, wawasan melalui pela-tihan, seminar, dan studi banding yangberhubungan dengan dunia pendidikan.

3. Gurua. Guru diharapkan memiliki kemampuan

dasar pendidikan dan keguruan dalamproses pengelolaan pembelajaransehingga kemampuan pedagogiksebagai pendukung kemampuanprofesional terfokus pada pengajaran.

b. Guru harus dapat memotivasi diri lebihbaik lagi untuk mengembangkan kreati-vitas melalui studi banding, pelatihandan berbagai media pembelajaran.

b. Guru dapat memotivasi diri lebih baiklagi untuk mengembangkan kreativitasmelalui studi banding, pelatihan danberbagai media pembelajaran.

Daftar Pustaka

Ali, Muhammad. (2011). Psikologi remaja. Jakarta:Bumi Aksara

David, C. McClelland. (1995). The three socialmotives. Boston: Hay/McBer

Dennis. (2009). Smart things to know aboutinnovation and creativity (Terjemahan) .Jakarta: PT Elek Media Komputindo

Leslie, Rue W & Lioyd L.Byars. (2010).Supervision key link to production. SanFransisco: McGraw-Hill

Mulyasa, E. (2008). Kurikulum berbasis kompetensi.Bandung: Remaja Rosdakarya

______. Manajemen PAUD, Bandung: RemajaRosdakarya

Page 20: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

13Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST Melalui Kegiatan Membaca Bersama di Kelas

Membangun Karakter BESTMelalui Kegiatan Membaca Bersama di Kelas

KristiantoE-mail: [email protected]

SMAK BPK PENABUR Gading Serpong-Tangerang

Opini

Abstrakalah satu indikator keberhasilan lembaga pendidikan adalah profil lulusannya. Lembagapendidikan dinilai baik apabila mampu menghasilkan lulusan yang tidak saja cerdasintelektual, namun juga berkarakter. BPK PENABUR Jakarta mentargetkan paralulusannya berkarakter “Be Tough, Excel Worldwide, Share with Society, dan Trust in God”

(BEST). Hal ini mendorong setiap jenjang memaksimalkan setiap kegiatan harian dan tahunansekolah guna mencapai target tersebut. Berdasarkan pengamatan, kegiatan yang disusun dan sudahdijalankan belum sepenuhnya mampu membentuk karakter BEST dalam diri para siswa. Tulisanini membahas tentang kegiatan membaca bersama di kelas sebagai salah satu kegiatan alternatifpendukung program kegiatan harian dan tahunan yang sudah ditetapkan berkaitan denganpembentukan karakter BEST.

Kata-kata kunci: Pendidikan karakter, membaca, kegiatan kelas

Developing BEST Character Through Reading Together in ClassAbstrac

A success indicator of educational institutions is the graduates’ profiles. Educational institutions are ratedwell when they are able to produce graduates who are not only smart academically, but also have strong moralcharacters. BPK PENABUR expects its graduates to show “Be Tough, Excel Worldwide, Share with Society,and Trust in God” (BEST) character. To achieve this target, school maximizes their efforts to execute dailyand annual programs successfully. Based on the writer’s observation, the activities organized and run are notyet able to build students’ character as described in BEST. This article discusses reading together in class as analternative activity to support the existing daily and annual programs to build BEST character.

Key words: Character education, reading, classroom activities

S

Pendahuluan

Karakter Be Tough, Excel Worldwide, Share withSociety, dan Trust in God (BEST ) merupakan targetprofil lulusan dari seluruh jenjang pendidikandi BPK PENABUR JAKARTA. SMAK PENABURGading Serpong (SMAK GS) merupakan salahsatu jenjang SLTA di bawah naungan BPKPENABUR Jakarta, sehingga lulusan SMAK GS

pun dituntut berkarakter BEST. Ini berarti, sepertitertulis dalam buku Materi Rapat Kerja 2012/2013,bahwa setiap lulusan dan siswa yang sedangmenempuh pendidikan di SMAK GS seharusnyaberkarakter BEST (Raker, 2012, 10), yaitu: (1)memiliki jati diri, spiritual dan karakter kristianiyang utuh dan tangguh (Be Tough) ; (2)menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,menguasai bahasa internasional dan memilikijiwa kepemimpinan untuk tujuan positif (Excel

Page 21: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST Melalui Kegiatan Membaca Bersama di Kelas

Wordlwide); (3)  bisa menghargai kemajemukandan memiliki kepedulian sosial (Share withSociety); dan (4) memiliki sikap  mengandalkanTuhan dan menunjukkan sikap takut akanTuhan dalam kehidupan keluarga, sekolah,gereja dan masyarakat (Trust in God). 

Dalam kenyataannya, belum semua siswamemiliki karakter BEST. Ini terlihat dari catatanpelanggaran siswa dan pengamatan tim akhlakmulai selama semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 bahwa sekitar 2% siswa SMAK GSmendapatkan nilai akhlak mulia C, yaitu dalambidang kedisiplinan seperti: terlambat datang kesekolah, tidak memakai seragam lengkap,membolos, dan rambutnya kurang rapi; sertabidang sopan santun dan kesehatan. Merekadiberi nilai C karena sering terlambat, berbicarakasar kepada guru, dan sering sakit, serta tidakmenunjukkan itikad baik untuk memperbaiki.Pemberian nilai C dilakukan sebagai konse-kuensi tindakan mereka supaya merekamenyadarinya dan mau memperbaiki diri, sertayang lebih penting adalah menjadi efek jera bagisiswa lain.

Kebanyakan siswa yang melanggar kurangmenyadari bahwa mereka melakukanpelanggaran. Mereka selalu memberikan alasanuntuk membenarkan diri, supaya para gurumemaklumi pelanggaran mereka. Sikapdemikian muncul karena kurang memahami artidan pentingnya nilai, peraturan, dan normasosial yang berlaku di sekolah. Mereka kurangmemiliki kemampuan membaca.

Kemampuan membaca yang dimaksud disini bukan semata-mata kemampuan membacatulisan/huruf yang tercetak di kertas, melainkankemampuan untuk mengerti, menggunakan,dan mengulas sebuah bacaan. Seseorang yangmemiliki tingkat kemampuan membaca tinggi,biasanya memiliki kepekaan terhadapkehidupan tinggi pula, mampu memahami danmemaknai setiap peristiwa kehidupan, sertamemiliki kesadaran untuk hidup lebih baik(www.berani.co.id, 2011). Oleh karena itu, untukmendukung pencapaian target lulusanberkarakter BEST yang pertama harus dilakukanadalah meningkatkan kemampuan membacapara siswa, melalui kegiatan membaca bersamadi kelas. Metode dan cara akan di bahas dalamuraian berikut.

Pembahasan

Pengertian Karakter BESTBPK PENABUR merupakan sekolah Kristenyang mendasarkan pendidikannya pada nilai-nilai kristiani, yaitu Alkitab, spiritualitas, dankarakter Tuhan Yesus. Status sebagai sekolahkristen menuntut pendidikan karakter di BPKPENABUR berbasis pada nilai-nilai kristiani.Artinya, nilai-nilai kristiani menjadi sumber dandasar utama, identitas, dan bekal bagi seluruhkomunitas yang bernaung di bawah BPKPENABUR. Harapannya, BPK PENABURmampu menghasilkan lulusan yang berkepriba-dian dan berkarakter kristiani, denganmenunjukkan kasih sebagai nilai tertinggikekristenan.

Berkaitan dengan pembentukan karakter,BPK PENABUR JAKARTA menggalakkanpendidikan karakter di setiap jenjang, denganindikator nilai-nilai PKBN2K (Raker, 2012, 14-15) dan karakter BEST (Raker, 2012, 5), sepertidalam tabel 1 dan tabel 2 pada halaman berikut.

Pembentukan Karakter BEST di SMAK BPKPENABUR Gading SerpongKeputusan orang tua menyekolahkan anakmereka di BPK PENABUR bukan tanpa alasan.Mereka mengharapkan anak mereka memilikikecerdasan intelektual, dan sekaligusberkembang dalam hidup keagamaan. Faktatersebut menuntut BPK PENABUR untukmengupayakan program/kegiatan pembel-ajaran yang mampu menghasilkan lulusan yangcerdas secara intelektual dan moral, atau dalamistilah BPK PENABUR disebut karakter BEST.Berikut penjelasan singkat kegiatan harian dantahunan yang dilakukan di SMAK GS untukmencapai karakter BEST.

Karakter be tough dan trust in Goddikembangkan melalui kegiatan renunganbersama setiap pagi sebelum kegiatan belajarmengajar (KBM) berlangsung. Bahan renunganpagi diambil dari buku yang merupakan hasilpermenungan/kisah kehidupan yang sudahdimaknai secara kristiani. Kegiatan ini bertujuanuntuk menyemangati para siswa dan gurudalam menjalani seluruh rangkaian KBMdengan semangat kekristenan, supaya nilai-nilai

Page 22: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

15Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST Melalui Kegiatan Membaca Bersama di Kelas

Tabel 1: Indikator PKBN2K SMAK BPK PENABUR Jakarta

Nilai PKBN2K Indikator

Rendah hati --

Menghargai agama sesamaMau menerima kritik

Kebaikan - Member pertolongan

Kesetiaan --

Melakukan tugas demi kebaikan dan kebenaranBerkata benar

Kejujuran - Menerima hanya yang menjadi haknya

Ketekunan - Mengerjakan tugas secara terus-menerus walau banyak rintangan

Ketaatan --

Tepat waktuTaat pada peraturan

Keberanian - Memelopori hal yang baru dan benar

Kepedulian --

Mendengarkan dengan penuh perhatianMenghibur orang lain

Pengorbanan - Memberi yang berharga

Penguasaan diri - Bertindak dengan motif yang tidak bercampur aduk

Sabar ---

Bersikap baik dalam segala keadaanBersukacita dalam menghadapi kesulitanMemaafkan orang lain yang menjengkelkan bahkan yang telahmenyakiti

Murah hati - Melihat persoalan dari sudut pandang orang lain

Sumber: Materi Rapat Kerja SMAK PENABUR Gading Serpong Tahun Ajaran 2012-2013

Tabel 2: Indikator Karakter BEST SMAK BPK PENABUR Jakarta

Karakter BEST Indikator

Be tough Pribadi yang mampu memiliki jati diri, spiritual dan karakter kristianiyang utuh dan tangguh

Excel worldwide Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, menguasai bahasainternasional dan memiliki jiwa kepemimpinan untuk tujuan positif

Share with society Menghargai kemajemukan dan memiliki kepedulian sosial

Trust in God Mengandalkan Tuhan dalam menginternalisasikan PKBN2K danmempraktekkan pola hidup dalam kehidupan keluarga, sekolah,gereja dan masyarakat

Sumber: Materi Rapat Kerja SMAK PENABUR Gading Serpong Tahun Ajaran 2012-2013

Page 23: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST Melalui Kegiatan Membaca Bersama di Kelas

kristiani semakin tertanam dan berkembangdalam diri siswa.

Karakter excel worlwide dicapai dengan caramelibatkan para siswa dalam kepanitiankegiatan sekolah dan mengikutsertakan merekadalam berbagai kompetisi, baik di bidangakademik maupun non akademik, di tingkatlokal, regonal, nasional, dan bahkaninternasional. Salah satu kegiatan besar yangmelibatkan banyak siswa dalam kepanitianadalah Gading Serpong Olympic (GSO). Kegiatanini melatih panitia siswa bekerjasama demikesuksesan kegiatan tahunan terbesar ini.

Karakter share with society ditumbuhkanmelalui kerjasama dalam setiap kepanitiaan dankegiatan-kegiatan bakti sosial. Salah satukegiatan yang langsung berhubungan dengankarakter share with society pengumpulan/penyisihan uang saku para siswa untuk danaSahabat Masa Depan (SMD). Dana tersebutdigunakan antara lain untuk membiayai sekolahanak yang kurang mampu.

Dari pengamatan, belum seluruh siswamenunjukkan karakter BEST meskipun sudahmenjalankan kegiatan pendidikan karakterBEST. Beberapa peristiwa ini membuktikan adasebagian siswa yang belum menunjukkan tanda-tanda berkarakter BEST.1. Setiap bulan setiap siswa SMAK GS

mengumpulkan dana Sahabat Masa Depan(SMD) sebesar Rp. 3.000,-/siswa. Ketikabendahara kelas menarik uang iurantersebut, ada salah satu siswa yangmengatakan, Tarikan lagi… tarikan lagi…

2. Dalam pelaksanaan renungan pagi masihada sebagian siswa yang kurang seriusmendengarkan renungan yang disiarkandari radio sekolah, terlebih saat guru belummasuk kelas. Mereka terlihat melamun,mengerjakan tugas pelajaran, atau berbicaradengan teman di sebelahnya.

3. Pemandangan lain yang kerap terlihatsetiap hari adalah beberapa siswa yangberdiri di sekitar ruang guru untukmenjalani hukuman karena terlambatdatang ke sekolah.Ungkapan spontan yang kurang pantas,

para siswa yang sibuk sendiri ketika pembacaanrenungan dari radio sekolah, dan adanya seringterlambat menjadi bukti belum semua siswa

berkarakter BEST. Untuk itu perlu diupayakankegiatan pendukung yang mampu membukakesadaran dan mengubah perilaku para siswamenuju karakter BEST.

Membangun Karakter BESTMelalui Membaca

Membaca merupakan salah satu kegiatan utamadalam pembelajaran tradisional. Dalam bukuMengembangkan Karakter Melalui Budaya Membacadisebutkan ada lima fungsi utama dari membaca,yaitu edukatif, formatif, konstruktif, kritis, dantransformatif (Tim Koran Berani, 2010: 9-10).Membaca dikatakan memiliki edukatif karenadalam kegiatan membaca terjadi proses akuisisiilmu pengetahuan dan informasi yang bergunabagi hidup seseorang. Membaca akan membukawawasan individu dalam memahami diri dandunianya. Maka semakin banyak individumemperoleh informasi, dia akan memilikipanorama dan pandangan yang lebih utuhmengenai kenyataan diri dan dunianya.

Fungsi formatif membaca ditunjukkan darihasil proses pembelajaran seseorang bertumbuhmenjadi pribadi yang dewasa. Setiap individudapat belajar berproses menjadi pribadi yangdewasa yang mampu memahami dan mengha-yati nilai-nilai kehidupan melalui bacaan yangmereka baca dan diskusikan dan dengan oranglain berkaitan dengan isi bacaan tersebut.

Fungsi berikutnya, membaca adalahmemiliki fungsi konstruktif yang memungkinkanmanusia berpartisipasi aktif dan terlibat dalamkehidupan dunia. Ia bukan sekedar berbagimakna dengan yang lain, tetapi juga memberi,membentuk dan bahkan membangun (mengkon-struksi) makna baru yang dapat menjadi jalanuntuk mengubah realitas. Fungsi ini akanberlanjut menjadi fungsi kritis ketika pembacasemakin banyak memiliki pengetahuan /informasi. Kekayaan pengetahuan/informasimenjadikan para pembaca kritis terhadap berba-gai persoalan/peristiwa yang sedang terjadi.

Fungsi tertinggi dalam membaca adalahtransformatif. Dengan membaca individumemiliki bangunan pengetahuan, watak, dankesadaran diri yang baru. Ketiga hal tersebutmemunculkan sebuah sikap untuk tidak hanyaberpartisipasi dalam sejarah, tetapi untuk

Page 24: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

17Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST Melalui Kegiatan Membaca Bersama di Kelas

mengubah dunia yang dihidupinya menjadilebih baik. Fungsi inilah kiranya bisamendukung pembentukan karakter BEST di BPKPENABUR, khususnya untuk jenjang SLTA.

Pembentukan karakter melalui kegiatanmembaca sudah terbukti di Inggris dan Jepang.Kedua Negara ini telah membuktikan bahwamembaca dapat menambah pengetahuan danmenumbuhkan kesadaran baru dan membentukkarakter pemenang (Witdarmono, dalam Kompasedisi 23 November 2010). Pada pertengahanAbad XVI, Spanyol dan Inggris adalah duanegara Eropa yang memiliki t ingkatkemakmuran ekonomi paling tinggi berkatkeunggulan armada laut mereka dalammenguasai perdagangan dunia. Namun, padatahun 1588, armada Spanyol dikalahkan oleharmada Inggris. Para ahli sejarah menyebutkanbahwa salah satu kunci kemenangan Inggristersebut ditentukan oleh karakter kemajuanyang dimiliki oleh rakyatnya, yang tumbuhdan berkembang melalui kegiatan membaca.Pada waktu itu armada dan masyarakatInggris gemar membaca kisah-kisah kepahla-wanan.

Demikian pula dengan Jepang ketika terjadipertempuran perang pada awal abad ke XXantara Jepang, dan Rusia, hanya 20% tentaraRusia yang dapat membaca dan menulis.Sebaliknya, hampir semua tentara Jepang dapatmembaca dan menulis. Akibatnya, banyaktentara Rusia yang salah dalam membacainstruksi pada persenjataan yang diimpor dariJerman serta salah dalam membaca peta.Sementara tentara Jepang, karena bisa membacadan menulis, dapat dengan mudah mengopera-sikan persenjataan dengan benar dan tepatsasaran.

Belajar dari Inggris dan Jepang, kegiatanmembaca ternyata dapat digunakan untukmenumbuhkan karakter pemenang. Kiranya halserupa dapat digunakan untuk mendukungpembentukan karakter BEST di BPK PENABUR,yaitu melaksanakan kegiatan membaca bersamadi kelas untuk memperluas wawasan,pengetahuan, dan akhirnya mampu mengubahkarakter setiap individu menjadi manusiaberkarakter BEST.

Jenis BacaanJenis bacaan secara umum dibedakan menjadifiksi dan non fiksi. Bacaan fiksi biasanya berupakarya sastra, yang meliputi cerita pendek, ceritabersambung, novel, puisi, naskah drama, danskenario film. Sedangkan bacaan non fiksi lebihberupa karya ilmiah, seperti berita, advertorial,feature, laporan, penelitian, dan buku pelajaranatau referensi. Selain kedua jenis bacaan tersebut,dalam konteks kekristenan dapat ditambahkansatu jenis bacaan lagi, yaitu bacaan rohani.

Bacaan rohani merupakan hasil perme-nungan dan perjalanan iman kristiani, kisahrelasional manusia dengan sang pencipta, sertakisah kepahlawanan dalam membela atau mem-pertahankan kekristenan. Bacaan rohani yangmemiliki tingkat tertinggi adalah Kitab Suci/Alkitab. Ketiga jenis bacaan tersebut dapatdigunakan untuk mengembangkan karakterBEST para siswa, asalkan menggunakan caradan metode yang tepat.

Cara dan Metode MembacaSemua jenis bacaan bacaan rohani, bacaan fiksi/sastra, dan bacaan non-fiksi dapat dipakaisebagai materi pembentukan karakter BEST,hanya cara dan metode membacanya yangberbeda antar jenis bacaan. Keberhasilan siswamemahami isi dan pesan bacaan danmengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari banyak bergantung pada metode dan caratersebut sehingga pada akhirnya dapatterbentuk karakter BEST dalam diri siswa.Metode membaca yang disarankan adalahmembaca bersama di kelas dengan pendam-pingan seorang guru. Berikut ini teknis pelak-sanaan kegiatan membaca di kelas berdasarkanjenis bacaan.

Bacaan Rohani/Kitab SuciSetiap pagi sebelum KBM berlangsung, parasiswa dan guru mendengarkan pembacaanrenungan harian dari radio sekolah. Renunganini dimaksudkan sebagai santapan rohani agarkehidupan para siswa dan guru senantiasadisemangati oleh nilai kristiani. Berdasarkanpengamatan, model tersebut memiliki sedikitkelemahan. Misalnya, para siswa tidak

Page 25: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST Melalui Kegiatan Membaca Bersama di Kelas

sepenuhnya mendengarkan, terlebih kalau tidakada guru di kelas. Mereka ribut, ngobrol, ataumelakukan aktivitas sendiri. Akibatnya, isibacaan rohani yang bagus tidak mereka tangkapdan tidak meresapi kehidupan mereka hari itu.Keadaan ini akan mengganggu prosespengembangkan keimanan dan spiritualitaskristiani.

Kekurangan sistem renungan pagi ini dapatdiminimalikan dengankegiatan membaca bersamarenungan rohani/Kitab Sucidi kelas dengan pendamping-an guru. Melalui kegiatanseperti itu, para siswa lang-sung terlibat dan berperanaktif dalam membaca, mema-hami, mengambil pesan, sertamemutuskan tindakan nyatasesuai isi firman Tuhan.

Waktu yang dibutuhkanuntuk melakukan kegiatantersebut tidak lama, mungkinsekitar 7 (tujuh) menit,sehingga kegiatan ini dapatdipakai sebagai alternatifatau variasi renungan pagi.Selain sebagai variasi renungan pagi, kegiatanini dapat dilakukan pada awal KBM PendidikanAgama Kristen (PAK). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.a. Siswa dan guru membaca Kitab Suci

bersama/sendiri di kelas dua (2) menit.Guru membawa Kitab Suci dan langsungmembacakannya untuk para siswa, namunbisa juga mengajak siswa untuk ikutmembaca bersama. Apabila dimungkinkan,guru bisa meminta siswa membawa Alkitabatau guru menayangkannya di layar.

b. Siswa dan guru menemukan pesan/makna(ayat emas) tiga (3) menit.Guru dan siswa sama-sama berusahamenemukan pesan firman Tuhan sesuaidengan apa yang mereka tangkap. Beberapasiswa dapat memberikan kesaksianpengalaman mereka seputar isi firmantersebut.

c. Menghubungkan pesan/makna dengankehidupan dua(2) menit.

Guru dan siswa menentukan niat dan aksikonkret yang akan dijalankan sesuaidengan isi firman Tuhan.Selama kegiatan berlangsung, siswa dapat

menuliskan isi firman Tuhan, pesan danmaknanya, serta niat mereka untuk melakukantindakan konkrit dalam buku tugas merekaseperti contoh tabel 3. Buku tugas akan diperiksaoleh guru PAK setiap akhir bulan.

Melalui kegiatan membaca bersama firmanTuhan di kelas, seluruh anggota kelas akandisegarkan oleh firman Tuhan dan mereka dapatlangsung mengambil keputusan, baik pribadimaupun bersama, untuk mewujudkan pesan/perintah firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan seperti ini apabila terusdibangun akan semakin menumbuhkan karakterbe tough dan trust in God.

Bacaan SastraBiasanya untuk memahami isi karya sastradilakukan dengan menemukan unsur instrinsikdan ekstrinsik. Menurut Endah Tri Priyatni(2010: 144-160), unsur intrinsik dan ekstrinsiksebuah cerpen meliputi:a. Unsur intrinsik cerpen mencakup:

1) Tema adalah ide pokok sebuah cerita,yang diyakini dan dijadikan sumbercerita.

2) Latar (setting) adalah tempat, waktu ,suasana yang terdapat dalam cerita.

Tabel 3: Lembar Isian SiswaNama :Kelas :

Hari/Tanggal

Ayat emas

Sharing temanku

Pesan firman Tuhan untukku

Niat/tindakan nyata yangakan aku lakukan hari ini

Pelaksanaan(Apa yang dilakukan, kapan,dan bagaimana hasilnya)

Page 26: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

19Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST Melalui Kegiatan Membaca Bersama di Kelas

Sebuah cerita harus jelas dimanaberlangsungnya, kapan terjadi dansuasana serta keadaan ketika ceritaberlangsung.

3) Alur (plot) adalah susunan peristiwaatau kejadian yang membentuk sebuahcerita.

b. Unsur ekstrinsik cerpen adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra,tetapi secara tidak langsung mempengaruhibangunan atau sistem organisme karyasastra. Unsur ekstrinsik meliputi:1) Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya,

politik, ekonomi).2) Latar belakang kehidupan pengarang.3) Situasi sosial ketika

cerita itu diciptakan.Bagaimana tulisan sastra

dapat digunakan sebagaisarana pembentukan karakterBEST? Pembacaan karya sastraseperti cerita pendek, novel,puisi, dan drama dapatmendukung pembentukankarakter share with society.Sedikit berbeda dengananalisis karya sastra, dalamkerangka pendidikan karaktertidak semua unsur dianalisis.Bagian terpenting analisiskarya sastra yang langsungberkaitan dengan pendidikankarakter adalah menemukan nilai dan pesankarya sastra tersebut, untuk selanjutnyadiimplementasikan dalam kehidupan.

Cerpen dipilih sebagai bahan pembentukankarakter share with society karena merupakansemacam cuplikan kehidupan sehari-hari dandapat berupa penggalan dari kisah kehidupannyata. Membaca cerpen dan menganalisisnyasecara sederhana akan meningkatkan kesadarandan kepekaan sosial para siswa terhadapkehidupan di sekitarnya, serta membuat merekabelajar mengatasi berbagai persoalan di sekitarberdasarkan penyelesaian yang disampaikanoleh tokoh utama dalam cerpen.

Pembacaan cerpen bersama di kelas tidakharus menambah jam pelajaran. Kegiatan inidapat masuk dalam KBM Bahasa Indonesia,

mengambil waktu sekitar 5-7 menit di awalpelajaran. Langkah-langkahnya adalah:a. Setiap siswa wajib membaca judul cerpen

yang ditentukan sebelumnya.b. Salah satu siswa bertugas memandu

pembacaan, dengan menyiapkan ringkasan,analisis ekstrinsik, dan membacakannya didepan kelas. Sementara siswa yang tidakbertugas sebagai pemandu wajib membacamembaca cerpen itu sebelumnya di rumah.

c. Semua siswa mengambil makna yangberguna bagi mereka dan membuat niatuntuk mengaplikasikan nilai tersebutdalam format pada tabel 4.

Bacaan Non-FiksiTidak jauh berbeda dengan tulisan fiksi, tulisannonfiksi seperti karya ilmiah, berita, advertorial,feature, dan buku-buku pelajaran dapatdigunakan sebagai materi pendidikan karakter,khususnya karakter share with society. Denganmembaca tulisan non-fiksi, khususnya berita,para siswa akan mendapatkan update beritasetiap hari. Para siswa dapat mengetahui beritakemajuan negara ini dan dapat pula mengetahuibencana yang terjadi di Indonesia akhir-akhirini, sehingga dapat memupuk kepekaan siswauntuk berbagi dengan orang lain yang sedangmenderita, share with society.

Agar membaca sampai pada tahap share withsociety ada tahapan yang harus diikuti, yaitu:a. Menggali informasi 1 (satu) menit.

Tabel 4: Lembar Isian SiswaNama :Kelas :

Judul cerpen & pengarang

Ringkasan/isi cerita

Nilai atau pesan moral daricerpen ini adalah ….

Cerpen ini menginspirasisaya untuk berbuat ….

Pelaksanaan(Apa yang dilakukan, kapan,dan bagaimana hasilnya?)

Page 27: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

20 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST Melalui Kegiatan Membaca Bersama di Kelas

Para siswa membaca berita yang sudahdisiapkan dan menggali informasi apa sajayang terdapat dalam berita tersebut melaluipertanyaan 5W + 1H (who, what, when, where,why, dan how)

b. Membangun pemahaman 2(dua) menitPemahaman siswa dapat dibangun denganmenghubungkan unsur-unsur 5 W + 1 Hdari berita yang sudah dibaca denganpengalaman hidup mereka sehari-hari,yaitu dengan membandingkan apa yangmereka baca, lihat dan alami dengan beritatersebut, sehingga mereka memilikipemahaman yang utuh dan lengkap terha-dap berita yang mereka baca

c. Mengembangkan penafsiran 3 (dua) menitDalam diri para siswa sudah terdapatpengetahuan dan pengalaman yang merekaperoleh melalui bacaan sebelumnya.Mereka diajak untuk menafsirkan ataumerumuskan isi berita dengan bahasamasing-masing, dilengkapi denganpengetahuan dan pengalaman yang merekasudah miliki sebelumnya. Semakin banyakpengetahuan yang mereka miliki, semakinmudah siswa menafsirkan isi suatuperistiwa.

d. Refleksi 1 (satu) menit.Refleksi dan evaluasidilakukan dengan me-minta para siswa menu-liskan kembali isi beritatersebut, menemukanpesannya dan menen-tukan tindakan konkretyang berhubungandengan nilai-nilai karak-ter sebagai implementasidari nilai karakter yangmereka peroleh dariberita tersebut. Refleksiitu dapat menggunakanformat tabel 5.

Peran GuruKeberadan guru dalamkegitan membaca berfungsisebagai moderator dansekaligus pendamping. Gurubertugas mendampingi para

Tabel 5: Lembar Isian SiswaNama :Kelas :

Judul berita/sumber/edisi

Ringkasan/isi berita

Mengunduh Informasi:1. What (Apa)2. Who (Siapa)3. Where (Dimana)4. When (Kapan)5. Why (Mengapa)6. How (Bagaimana)

Penafsiran

Refleksi dan rencanatindakan nyata.

Evaluasi pelaksanaan(Apa yang dilakukan, kapan,dan bagaimana hasilnya?)

siswa selam kegiatan membaca berlangsung danguru bertanggungjawab untuk meluruskanpemahaman apabila ada siswa mengutarakanpemahaman yang salah. Untuk itu dibutuhkanguru pendamping yang kompeten sesuaidengan bidangnya.

Kegiatan membaca Kitab Suci (Alkitab)sebenarnya membutuhkan pendampingan guruPendidikan Agama Kristen (PAK), tetapi karenamayoritas guru di SMAK GS beragama Nasrani,mereka menjadi pendamping. Peran mereka dikelas adalah fasilitator yang meluruskan pesan/penafsiran siswa dan membantu merumuskanpesan Sabda Tuhan hari itu untuk dijalankandalam kehidupan. Sebagai fasilitator, gurusendiri hendaknya memiliki kekayaan rohaniyang mendalam agar tidak menyesatkan parasiswa.

Pendampingan membaca cerpen dan beritadi dalam kelas menjadi tugas dan tanggungjawab guru Bahasa Indonesia. Guru dapatmenyusun jadwal siswa yang membawakanberita dan cerpen/cerita berkarakter setiap hari,serta meluruskan isi dan makna dari berita dancerpen yang dianalisis hari itu supaya mudahditangkap pesannya oleh siswa. Guru BahasaIndonesia bisa membantu memantau pelak-

Page 28: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

21Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST Melalui Kegiatan Membaca Bersama di Kelas

sanaan implementasi nilai-nilai yang diperolehdari bacaan tersebut, dan bila perlu memberikanreward kepada siswa yang mampu mengim-plementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehi-dupan mereka.

Sementara untuk evaluasi program, perlumelibatkan guru yang tergabung dalam timakhlak mulia, terutama guru Bimbingan Karier.Para guru ini berperan memantau pelaksanaantindakan nyata para siswa, dengan caramemeriksa buku laporan/catatan kegiatansiswa. Buku laporan siswa dikumpulkan kepadawali kelas/guru BK setiap akhir bulan.

Evaluasi KegiatanPendidikan karakter merupakan suatu upayamembentuk, membangun, dan mengembangkankarakter seseorang, yaitu kejiwaan, akhlak danbudi pekerti sehingga menjadi lebih baik.Pendidikan karakter juga dikenal sebagai mediapembelajaran untuk menanamkan karakter ataunilai tertentu dalam diri para siswa, baik melaluipemberian pengetahuan, penyadaran, maupuntindakan konkret sebagai implementasi nilaiyang mereka pelajari. Dari penjelasan tersebutdapat disimpulkan bahwa pendidikan karaktertermasuk dalam ranah afektif, sehinggaevaluasinya menggunakan kriteria penilaianafektif.

Menurut Andersen (1981:4) ada 2(dua)metode yang dapat digunakan untuk mengukurranah afektif, yaitu metode laporan diri danmetode observasi. Metode laporan diri dilakukanoleh siswa dengan cara mengisi lembar isiansiswa setelah kegiatan membaca bersama dikelas, baik itu membaca bacaan rohani, bacaansastra (fiksi) maupun bacaan non-fiksi, yangdiantaranya berisi pesan dari bacaan, rencanatindakan, dan pelaksanaan. Sedangkan metodeobservasi dilakukan oleh guru yang termasuktim akhlak mulia, khususnya guru bidang studiPAK dan BK. Mereka bertugas memantauperkembangan karakter para siswa melaluipengamatan langsung dan memeriksa lembarisian yang dikerjakan oleh siswa.

Kedua jenis metode pengukuran ranahafektif tersebut dapat dipakai oleh siswa untukmengetahui perubahan dan perkembangankarakter mereka masing-masing, dan dapat pula

dipakai oleh guru tim akhlak mulia untukmenilai perkembangan karakter para siswa.Apabila hasilnya menunjukkan perkembanganyang positif, yaitu para siswa semakin harisemakin menunjukkan karakter BEST setelahmenjalankan kegiatan membaca bersama dikelas, maka program ini dikatakan sukses.

Simpulan

KesimpulanKarakter BEST merupakan profil lulusan yangdiharapkan oleh BPK PENABUR. Untukmewujudkan karakter BEST, setiap jenjangsecara kreatif mengupayakan pembentukankarakter BEST melalui berbagai kegiatan sekolah,baik itu kegiatan harian maupun kegiatantahunan. Selain kegiatan yang selama ini sudahdijalankan di sekolah, sebenarnya ada kegiatanpendukung pembentukan karakter BEST, yaitumembaca bersama di kelas.

Kegiatan membaca bersama di kelas dapatmeningkatkan kemampuan membaca parasiswa. Peningkatan kemampuan membaca iniakan berpengaruh terhadap penanaman danpembentukan karakter siswa. Siswa yang secaraberkala diajak untuk menganalisis, menemukanmakna setiap tulisan baik itu bacaan rohani,bacaan sastra dan bacaan non-fiksi, dan membia-sakan diri mengaplikasikan pesan/maknatersebut dalam kehidupan sehari-hari, lamakelamaan akan membentuk karakter mereka.

SaranPembentukan karakter memerlukan keteraturandan ketelatenan dalam pelaksanaannya,sehingga kegiatan ini sebaiknya dijalankansecara teratur dan kontinu, misalnya: Kegiatanmembaca Kitab Suci/bacaan rohani bersama dikelas dilakukan dua kali dalam seminggu.misalnya hari Selasa dan Kamis. Pemimpinkegiatan adalah guru yang mengajar jampertama, sementara para siswa menyiapkansharing/bagi pengalaman, dan menuliskan niatmereka.Kegiatan membaca berita dan cerpendapat dilaksanakan dalam KBM BahasaIndonesia. Dalam satu minggu dilakukan 1(satu) kali pembacaan berita dan 1 (satu) kalipembacaan cerpen. Siswa secara bergiliran maju

Page 29: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST Melalui Kegiatan Membaca Bersama di Kelas

memimpin diskusi cerpen/cerita bijak ataumembacakan sebuah berita terbaru danmemberikan analisisnya. Sama dengan kegitanyang lain, pada akhir kegiatan siswa membuatsatu niat dan melakukan tindakan konkrit gunamengembangkan karakter BEST.

Keberhasilan program pembentukankarakter BEST melalui kegiatan membacabersama di kelas akan menampakkan hasilapabila para siswa memiliki kesadaran untukmenjalankan kegiatan tersebut dengan penuhkesadaran, dan para guru dengan sukarelamenjalankan tugas pendampingan secarabertanggung jawab, khususnya guru PAK danguru BK yang mengemban tugas memonitorpengerjaan tugas para siswa.

Pelatihan bagi para guru sebagai fasilitator/pendamping mutlak diperlukan, sebab gurumerupakan agen perubahan. Guru tidak hanyasekedar berfungsi sebagai instrumen transferilmu pengetahuan dan nilai, melainkan sebagaipendidik karakter. Guru terlebih dahulu butuhpemahaman dan penghayatan akan kehidupanyang mencerminkan karakter BEST sebelummendampingi anak.

Daftar Pustaka

Andersen, Lorin, W. (1981). Assessing affectivecharacteristic in the schools. Boston: Allynand Bacon

Bohlin, Karen, E. (2005). Teaching charactereducation through literature. Awakening themoral imagination in secondary classrooms.New York: Routledge Falmer

Freire, Paulo, & Macedo, Donaldo. (2005).Literacy: Reading the word and the world.Taylor & Francis e-Library

Fuad, Ihsan. (1995). Dasar-dasar kependidikan.Jakarta: Rineka Cipta

Panitia Raker. 2012. Materi rapat kerja SMAKPENABUR Gading Serpong 2012/2013

Priyatni, Endah Tri. (2010). Membaca sastra denganancangan literasi kritis. Jakarta: BumiAksara

Tim Koran Berani. (2010). Mengembangkankarakter bangsa melalui budaya membaca.Jakarta: Yayasan Berani Bhakti Bangsa

Witdarmono, H. (2011). Literasi memenangikehidupan, dalam Kompas edisi 23November 2010

http://www.berani.co.id

Page 30: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

23Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST Pada Diri Siswa

Membangun Karakter BEST Pada Diri Siswauntuk Pembentukan Karakter

Felucia HendrietteE-mail: [email protected]

TKK 6 BPK PENABUR Jakarta

Opini

Abstrakendidikan karakter merupakan proses berkelanjutan dan tidak berakhir selama suatubangsa ingin tetap eksis. Pendidikan karakter harus menjadi bagian terpadu daripendidikan alih generasi. Tulisan ini bermaksud melakukan telaah atas Nilai-NilaiKristiani (N2K) sebagai identitas BPK PENABUR dalam kehidupan komunitasnya dan

kehidupan di masyarakat. N2K sebagai landasan pelaksanaan pendidikan karakter BEST di BPKPENABUR, pengembangannya pada model kurikulum dan pembelajaran terpadu. Penerapanprogram karakter BEST kepada anak tidak lepas dari keterlibatan dan bantuan orang tua. Melaluipanduan materi yang disediakan sekolah, dengan dipantau oleh guru kemudian bersama denganpara orang tua mendiskusikan kendala-kendala yang dijumpai, sehingga tercipta kerjasama yangbaik antara murid-guru-orangtua dalam menerapkan karakter BEST di sekolah maupun dalamkehidupan mereka masing-masing. Disarankan dalam menerapkan pendidikan karakter diadakankegiatan yang menarik dengan meningkatkan keaktifan dan kreativitas guru dalam pembelajaran.Juga disarankan meningkatkan dan mengaktifkan sarana dan prasarana dalam bentuk media danforum komunikasi sehingga arus informasi mengenai pendidikan karakter BEST dapat dilaksanakansesuai dengan visi dan misi yang hendak dicapai.

Kata-kata kunci: Pendidikan karakter, Nilai-Nilai Kristiani, BEST, model pembelajaran terpadu

Developing BEST Character in the Students for Character BuildingAbstract

Character education is an ongoing process and never ending process for a nation to exist and sustain to exist.Character education should be an integral part of education over the generations. This paper discusses theChristian values as BPK PENABUR identity in community life. Christian values as the basis for theimplementation of character education are integrated into all subjects. Implementing BEST character cannotbe separated from the involvement and support of parents to be able to teach the truth of God’s word andcharacter education to children. It is suggested, in implementing character education the activities should beinteresting, and the teachers need to enhance the liveliness and creativity in learning. Besides, the facilitiesand infrastructure in the form of media and communication forums need to be upgraded and activated so thatthe flow of information about the BEST character education can be practised in accordance with the vision andmission.

Key words: Character education, Christian values, BEST, integrated learning model

P

Page 31: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

24 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST pada Diri Siswa

Pendahuluan

Dalam Undang-Undang No. 20, tahun 2003Tentang Sistem Pendidikan Nasionaldinyatakan Pendidikan Nasional berfungsimengembang-kan kemampuan dan membentukwatak serta peradaban bangsa yang bermartabatdalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi pesertadidik agar menjadi manusia yang beriman danbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warganegara yangdemokratis serta bertanggung jawab (Suprapto,2008: 2-3).

Sementara itu Visi BPK PENABUR adalah“Menjadi lembaga pendidikan unggul dalamiman, ilmu dan pelayanan” dan Misi BPKPENABUR yaitu “Mengembangkan potensipeserta didik secara optimal melalui pendidikandan pengajaran bermutu berdasarkan nilai-nilaiKristiani “ (Supriadi dalam Jurnal PendidikanPENABUR, No.17, 2011:91). Dalam upayamengimplementasikan Nilai-Nilai Kristiani(N2K) sebagai identitas kehidupan komunitasBPK PENABUR dan kehidupan pribadi wargadisediakan media dan forum komunikasi sertainteraksi kreatif. Media komunikasiimplementasi N2K BPK PENABUR, mendukungterbentuknya insan agar: Berintegritas, Ungguldalam perbuatan, Berbagi dengan sesama, danBeriman Kepada Tuhan. BEST : Be of goodintegrity, Excellent in deeds, Share with society, andTrust in God (BEST Buddy: N2K BPK PENABUR,2009). BEST menjadi dasar untuk terlaksananyapendidikan karakter di sekolah BPK PENABUR.

Terlihat dengan jelas N2K BPK PENABURmengamanatkan arah kebijakan padaterbentuknya karakter BEST yaitu: meningkatkankemampuan akademik dan profesional, sertamemfasilitasi tenaga kependidikan untukmencapai kebijakan tersebut. Dengan demikiandiharapkan mereka mampu berfungsi secaraoptimal dalam peningkatan karakter sehinggadapat (a) memberdayakan sekolah-sekolah BPKPENABUR sebagai pusat pembentukan nilai,sikap dan kemampuan serta (b) meningkatkanpartisipasi keluarga, masyarakat dan diri

sendiri, dan tentunya dengan dukungan adanyasarana dan prasarana yang memadai.

Berangkat dari hal tersebut di atas, secaraformal upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulumyang mengarah kepada pembentukan karakterseluruh komunitas BPK PENABUR, memilikilandasan yuridis yang kuat. Namun, sinyaltersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlakyang menerpa semua komunitas BPKPENABUR, tidak terkecuali anak-anak didiknya(siswa BPK PENABUR).

Melalui pengamatan penulis di dalam kelasdan laporan orangtua murid mengenai karakteranak didik di rumah, terlihat bahwa anak didikmasih kurang bertanggung jawab dalam menye-lesaikan tugas yang diberikan dan juga kurangmenghargai satu sama lain. Mereka bersikapegosentris dan “masa bodoh”. Untuk mencegahlebih parahnya krisis akhlak ini, mulai dirintisupaya melalui Pendidikan Karakter BerbasisNilai-Nilai Kristiani (PKBN2K).

Berdasarkan latar belakang dan identifikasimasalah yang ada maka rumusan masalahdalam penulisan ini adalah bagaimanapendidikan karakter di sekolah BPK PENABURdilaksanakan melalui program PendidikanKarakter BEST yang terintegrasi ke dalam semuamata pelajaran. Mengacu pada masalah tersebutberikut ini dibahas N2K BPK PENABUR,penerapan BEST dalam pembentukan karakterkristiani, bentuk-bentuk pembelajaran terpaduyang berkarakter dan pendidikan karakter BESTdalam keterpaduan pembelajaran.

Pembahasan

Nilai-Nilai Kristiani BPK PENABURDalam menerapkan karakter BEST di sekolahBPK PENABUR terhadap siswa-siswa tidaklepas dari N2K. Warga BPK PENABURmeyakini N2K merupakan suatu keharusan ataukeniscayaan yang dibangun bagi diri sendiridan orang lain yang ada di sekitar.

Berdasarkan N2K dalam konteks pelayananpendidikan yang diuraikan dalam BEST BUDDY:N2K BPK PENABUR (2009) bahwa Alkitabsebagai sumber refleksi atas kehidupan YesusKristus dan cinta kasih diwujudkan melalui

Page 32: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

25Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST Pada Diri Siswa

banyak sikap, tindak tanduk, dan ajaran. Cintakasih adalah sebuah nilai etis teologis yang amatluas, yang tidak mudah untuk diterjemahkandengan rinci. Dengan membatasi pemikiranhanya pada konteks dunia pendidikan diIndonesia, khususnya BPK PENABUR,disepakati membuat refleksi atas nilai cinta kasihYesus Kristus pada topik-topik yang relevan,yaitu manusia, konteks sosial, kemanusiaan,lingkungan, dunia, dan pendidikan diIndonesia.

Cinta kasih Yesus Kristus dalam kaitannyadengan manusia, konteks sosial, dan duniapendidikan, mengangkat tiga nilai penting yaitukebenaran, kerjasama, dan damai sejahtera. Darinilai itu diturunkan nilai lain yaitu kesatuan(unity), kemanusiaan yang utuh (dalamperbedaan), dan kesetaraan. Manusia yangmerdeka (freedom): hak asasi, kebebasan,pembebasan dan dimerdekakan. Memprioritas-kan kepedulian pada kemanusiaan (termasukyang lemah) dan kebenaran (care). Tidak egois(unselfish): bersedia membantu dan menolongyang lemah. Kerendahan hati (humility):penyangkalan diri. Berbagi dalam lebih –kurang, suka – duka (sharing). Kejujuran(honesty): bersikap yang benar. Sikap memahamidan menerima yang lain (tolerance). Rasa hormatpada diri sendiri dan sesama manusia (respect).Bersukacita (joyfull). Tanggungjawab terhadapkehidupan dan pelayanan (responsibility).Kesederhanaan (simplicity): empati , berpikir danbertindak populis. Moralitas (morality): prinsiphidup yang benar. Tidak diskriminatif (nondiscrimination). Integritas / keutuhan jati diri danseluruh ciptaan (integrity): rasa memiliki padaciptaan Tuhan. Keinginan untuk terus belajar(curiousity). Keadilan (justice): penghargaan padakemanusiaan, dan ciptaan (http://penaburbestbuddies.blogspot.com/2009/07/n2k-bpk-penabur.html).

Sedangkan dalam buku Konsep dan ModelPendidikan Karakter, Samasi beserta Hariyanto,mengatakan bahwa pendidikan karakter adalahupaya sadar dan sungguh-sungguh dariseorang guru untuk mengajarkan nilai-nilaikepada siswanya. Lebih lanjut, merekamenjelaskan, pendidikan karakter merupakansuatu upaya proaktif yang dilakukan, baik olehsekolah maupun pemerintah, untuk membantu

siswa mengem-bangkan inti pokok dari nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian, kejujuran,kerajinan, keadilan (fairness), keuletan, danketabahan (fortitude), tanggung jawab,menghargai diri sendiri serta orang lain (Samasidan Hariyanto, 2012:43). Nilai-nilai yang telahdisebutkan perlu terus dikembangkan lebihlanjut sesuai dengan iman kristiani yangkontekstual.

Penerapan BEST dalam Pembentukan KarakterKristianiBerbicara tentang keberhasilan atau kegagalanpendidikan Kristen seringkali dikaitkan dengankeberhasilan akademis peserta didik. Artinya,jika peserta didik berhasil lulus 100% atausekolah-sekolah Kristen tetap eksis dan diminatibanyak orang maka sekolah Kristen dianggapberhasil. Atau memiliki banyak alumni yangberhasil menjadi orang yang “berhasil”, sekolahitu dikatakan berhasil. Konsep berpikir inisesungguhnya salah, tetapi sudah umumditerima oleh masyrakat Kristen, dan pengelolapendidikan Kristen. Mereka cukup merasaberbangga hati jika peserta didik sukses secaraakademik, merasa berhasil mendidik karenaoutput yang mereka hasilkan “berkualitas.”

Pengukuran keberhasilan pendidikanKristen harus dikaitkan dengan visi pendirianpendidikan Kristen yang Visi merupakan tujuandidirikannya pendidikan Kristen itu.Keberhasilan mestinya diukur dari apakahtujuan pendirian pendidikan Kristen tercapaiatau tidak tujuan pendirian BPK PENABURdisebutkan dalam mukadimah BPK PENABURyaitu “Mengingat bahwa Gereja KristenIndonesia Jawa Barat yang hidup di dalampersekutuan dengan Gereja yang kudus dalammengemban amanat panggilan pelayanan dankesaksian tersebut adalah di bidang pendidikan,maka Gereja Kristen Indonesia Jawa Baratmendirikan dan mengasuh suatu YayasanPendidikan Kristen yang berdasarkan imanKristen, sesuai dengan kesadaran bahwapendidikan itu mengarah kepada pembentukanmanusia seutuhnya. Selanjutnya disebutkan,bahwa Yayasan tersebut berkedudukan diJakarta dan berdasarkan Pancasila danbertujuan ikut membentuk manusia Indonesiaseutuhnya melalui bidang pendidikan sebagai

Page 33: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

26 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST pada Diri Siswa

perwujudan panggilan pelayanan dan kesaksianKristen. (http://www.bpkpenabur.or.id/files/).

Sekolah BPK PENABUR dalam menerapkanprogram karakter BEST, harus menolong danmelibatkan orang tua untuk mengajarkankebenaran firman Tuhan kepada anak, bukanmengambil alih tanggung jawab orang tua.Sekolah memberikan panduan materi kepadaorang tua dan orang tua memberikan pendidik-an kepada anak berdasarkan panduan tersebut,dengan dipantau oleh pembina/guru yangkemudian bersama dengan para orang tuamendiskusikan kendala-kendala yang dijumpai.Dengan demikian sekolah melibatkan orang tuadalam pendidikan karakter anaknya.

Menurut Lickona dalam buku Educating forcharacter, (2012:48), secara umum orangmemandang bahwa keluarga merupakansumber pendidikan moral yang paling utamabagi anak. Orangtua adalah guru pertamamereka dalam pendidikan moral dan yangmemberikan pengaruh paling lama terhadapperkembangan moral anak. Di sekolah gurudapat berubah setiap tahunnya, tetapi di luarsekolah anak tentunya memiliki sedikitnya satuorangtua yang memberikan bimbingan danmembesarkan mereka selama bertahun-tahun.Hubungan antar orangtua dan anak pundipenuhi dengan berbagai perbedaan khususdalam hal emosi, yang menyebabkan anak-anakmerasakan dicintai dan dihargai atau tidakdicintai dan dikesampingkan. Akhirnya, paraorangtua berada dalam posisi yang mengharus-kan mereka untuk mengajarkan nilai sebagaibagian dari sebuah pandangan tentang duniayang lebih besar yang menawarkan sebuahpandangan tentang arti hidup dan alasan utamasebagai pengantar sebuah kehidupan yangbermoral. Semua hal tersebut berdasarkan padasejumlah penelitian yang merujuk pada kekuatandari pengaruh orangtua.

Dalam sebuah studi, para orang dewasayang berpegang teguh pada keyakinan merekaakan benar atau salah ketika dihadapi dengansebuah dilema moral, meminta orang tua untukdapat membimbing anak mereka secara seriusketika menemukan suatu sikap penyimpanganmoral. Orang tua yang sadar akan hal tersebutakan menyikapinya dengan berbeda ketika anakmereka ketahuan melakukan suatu tindakan

yang mengecewakan maupun menyakiti oranglain dibandingkan dengan orang tua yang tidak.Para orang tua lebih peduli untuk memintaanaknya untuk menyesali perbuatannya,menunjukkan kekecewaan atas hal tersebut,mencari tahu apa yang menjadi kesalahan dariapa yang telah diperbuatnya, memunculkansikap tanggung jawab, serta meminta merekauntuk meminta maaf dan memperbaikikesalahannya (Lickona, 2012:49).

Ditambahkan juga oleh Lickona (2012:55),ketika orang tua tidak mengetahui kebutuhandasar anak, baik yang bersifat fisik maupunemosional, maka sebenarnya anak belum siapuntuk menjalankan perannya secara mental danmoral di sekolah. Keadaan buruk berikut ini punmeningkat: anak berangkat sekolah tanpasarapan, jam tidur sedikit, PR belum dikerjakan,dan tanpa merasakan adanya orang-orang yangbenar-benar peduli terhadap mereka. Kesulitandalam belajar dan masalah perilaku seringkalimenjadi akibat dari hal tersebut.

Meskipun sekolah mampu meningkatkanpemahaman awal para siswanya ketika merekamasih ada di sekolah, sikap baik yang itu akanperlahan hilang jika nilai-nilai yang telahdiajarkan di sekolah tersebut tidak mendapatdukungan dari lingkungan rumah. Denganalasan tersebut, sekolah dan keluarga haruslahseiring dalam menyikapi masalah yang muncul.Dengan adanya kerja sama antara kedua pihak,kekuatan yang sesungguhnya dapatdimunculkan untuk meningkatkan nilai moralsebagai manusia dan untuk mengangkatkehidupan moral di negeri ini (Lickona,2012:57).

Di sisi lain juga, peran guru di sekolahdalam mengajarkan nilai-nilai Kristiani haruskonsisten dan benar. Guru juga harus menjadicontoh teladan bagi kehidupan moral dankarakter anak didiknya. Dengan demikiantercipta kerjasama yang baik antara murid-guru-orangtua dalam mendidik dan menerapkankarakter BEST di sekolah maupun dalamkehidupan mereka masing-masing.

Pendidikan ke arah terbentuknya karakterpada siswa merupakan tanggungjawab semuaguru. Oleh karena itu, pembinaannya pun harusoleh semua guru sehingga kurang tepat jikadikatakan bahwa mendidik siswa agar memiliki

Page 34: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

27Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST Pada Diri Siswa

karakter BEST hanya ditimpakan pada guru matapelajaran tertentu, misalnya guru PKn atau gurupendidikan agama. Walaupun dapat dipahamibahwa porsi yang dominan untuk mengajarkanpendidikan berkarakter adalah pada guru yangrelevan dengan pendidikan karakter.

Tanpa terkecuali, semua guru harusmenjadikan dirinya sebagai sosok teladan yangberwibawa bagi para siswanya. Sebab, tidakakan memiliki makna apapun bila seorang guruPKn mengajarkan menyelesaikan suatumasalah secara demokratis, sementara guru laindengan cara otoriter. Atau seorang gurupendidikan agama dalam menjawab pertanyaanpara siswanya dengan cara yang nalar yaitudengan memberikan contoh perilaku para Nabidan sahabat, sementara guru lain hanyamengatakan asal-asalan dalam menjawab.

Sesungguhnya setiap guru yang mengajarharuslah sesuai dengan tujuan utuhpendidikan. Tujuan utuh pendidikan jauh lebihluas dari misi pengajaran yang dikemas dalamKompetensi Dasar (KD). Rumusan tujuan yangberdasarkan pandangan behaviorisme danmenghafal saja sudah tidak dapat dipertahan-kan lagi. Para guru harus dapat membuka diridalam mengembangkan pendekatan rumusantujuan, sebab tidak semua kualitas manusiadapat dinyatakan terukur berdasarkan hafalantertentu.

Selain itu, hal penting lain yang perludiperhatikan oleh sekolah BPK PENABURadalah pengukuran keberhasilan pendidikankarakter harus dikaitkan dengan Visi dan Misiyang menjadi tujuan pendirian PKBN2K,terutama terkait erat dengan kurikulumnya.Dengan demikian alat ukur keberhasilanpendidikannya tidak hanya sebatas prestasiakademis yang unggul tapi ada korelasi yangtegas antara label Kristen dengan tujuanpendirian lembaga Kristen melalui visi danmisinya. Misalnya, berapa banyak siswamengenal Kristus dan dimenangkan melaluipendidikan atau perubahan Karakter Kristiani?Atau apa saja yang terjadi dalam diri anakmelalui pendidikan karakter yang diajarkan disekolah? Contoh lainnya seperti pada siswajenjang TK, sudah dapat berbagi dan bekerjasa-ma dengan teman yang lain, ketaatan mengikutiperintah, mempunyai sikap yang benar saat

berdoa. Pada jenjang yang lebih tinggi, tidakmenyontek saat ujian, tidak membeda-bedakanteman, rajin datang ke sekolah minggu danberibadah di gereja dan lain-lain.

Bentuk Pembelajaran Terpadu yang Berka-rakterLa Iru dan La Ode (2012:113-119), menguraikanberbagai model pembelajaran terpadu. Ditinjaudari cara pemaduan konsep, keterampilan, topik,dan unit tematisnya, Robin Fogarty (1991) dalamLa Iru (2012:113) mengemukakan bahwaterdapat sepuluh cara atau model dalammerencanakan pembelajaran terpadu.Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: (1)fragmented, (2) conneted, (3) nested, (4) sequenced,(5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated,(9) immersed dan (10) networked. Selanjutnya,model yang paling popular adalah model webbed.Model ini bertolak dari pendekatan tematis seba-gai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran.Dalam hubungan ini tema dapat mengikatkegiatan pembelajaran baik dalam matapelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran(La Iru, 2012:116). Oleh karena itu, pembelajarandengan tema karakter dapat mengikat kegiatanmata pelajaran tertentu maupun lintas matapelajaran.

Hasil belajar atau pengalaman belajar darisebuah proses pembelajaran dapat berdampaklangsung dan tidak langsung. Menurut Joni(1996) dalam makalah pendidikan.com, 2011,dampak langsung pengajaran dinamakandampak instruksional (instrucional effects)sedangkan dampak tidak langsung dariketerlibatan para siswa dalam berbagai kegiatanbelajar yang khas yang dirancang oleh guru yangdisebut dampak pengiring (nurturant effects).

Dampak pengiring adalah PendidikanKarakter bangsa yang harus dikembangkan,tidak dapat dicapai secara langsung, baru dapattercapai setelah beberapa kegiatan belajarberlangsung. Dalam penilaian hasil belajar,semua guru akan dan seharusnya mengukurkemampuan siswa dalam semua ranah(Waridjan, 1991 dalam makalah pendidik-an.com, 2011). Dengan penilaian seperti itumaka akan tergambar sosok utuh siswasebenarnya. Artinya, dalam menentukankeberhasilan siswa harus dinilai dari berbagai

Page 35: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST pada Diri Siswa

ranah seperti pengetahuan (kognitif), sikap(afektif), dan perilaku (psikomotor).

Selain penilaian dilakukan terhadap semuakemampuan pada saat ujian berlangsung, bolehjadi seorang guru memperhitungkan tindak-tanduk siswanya di luar ujian. Seorang gurumungkin saja tidak akan meluluskan seorangsiswa yang mengikuti ujian mata pelajarantertentu karena perilaku siswa tersebut sehari-harinya adalah kurang sopan, selalu usil, dansuka berbuat keonaran meskipun dalammengerjakan ujian siswa itu berhasil baik tanpamenyontek dan menuliskan jawaban ujiandengan tulisan yang jelas dan rapi. Oleh karenaitu, akan tepat apabila pada setiap matapelajaran dirumuskan tujuan pengajaran yangmencakup kemampuan dalam semua ranah.Artinya, pada setiap rencana pembelajarantermuat kemampuan kognitif, afektif, danpsikomotor; dampak instruksional; dan dampakpengiring. Dengan demikian, seorang guru akanmenilai kemampuan dalam semua ranah ujiansuatu mata pelajaran secara absah, tanpa ragu,dan dapat dipertangungjawabkan.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran danprinsip-prinsip tersebut, dapat dimengertibahwa pendidikan karakter menghendakiketerpaduan dalam pembelajarannya dengansemua mata pelajaran. Pendidikan karakter BESTdiintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran,menghindarkan adanya “mata pelajaran baru,alat kepentingan politik, dan pelajaran hafalanyang membosankan.”

Menurut Cohen dalam Degeng (1989) dalammakalah pendidikan.com, 2011, terdapat tigakemungkinan variasi pembelajaran terpaduyang berkenaan dengan pendidikan yangdilaksanakan dalam suasana pendidikanprogresif yaitu kurikulum terpadu (integratedcurriculum), hari terpadu (integrated day), danpembelajaran terpadu (integrated learning).Kurikulum terpadu adalah kegiatan menataketerpaduan berbagai materi mata pelajaranmelalui suatu tema lintas bidang membentuksuatu keseluruhan yang bermakna sehinggabatas antara berbagai bidang studi tidaklah ketatatau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpaduberupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatukelas pada hari tertentu untuk mempelajari ataumengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan

minat mereka. Sementara itu, pembelajaranterpadu menunjuk pada kegiatan belajar yangterorganisasikan secara lebih terstruktur yangbertolak pada tema-tema tertentu atau pelajarantertentu sebagai titik pusatnya (center core/centerof interest).

Pendidikan Karakter BEST dalam KeterpaduanPembelajaranPendidikan karakter BEST dalam keterpaduanpembelajaran dengan semua mata pelajaran,sasaran integrasinya adalah materi pelajaran,prosedur penyampaian, serta pemaknaanpengalaman belajar para siswa. Konsekuensidari pembelajaran terpadu, maka modus belajarpara siswa harus bervariasi sesuai dengankarakter masing-masing siswa. Variasi belajaritu dapat berupa membaca bahan rujukan,melakukan pengamatan, melakukan percobaan,mewawancarai nara sumber, dan sebagainyadengan cara kelompok maupun individual.

Terselenggaranya variasi modus belajarpara siswa perlu ditunjang oleh variasi moduspenyampaian pelajaran oleh para guru.Kebiasaan penyampaian pelajaran secaraeksklusif dan pendekatan ekspositorikhendaknya dikembangkan kepada pendekatanyang lebih beragam seperti discovery dan inquiry.Menurut La Iru (2012: 15), pendekatan inkuirimemberikan kesempatan kepada siswa untukbelajar mengembangkan potensi intelektualnyadalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiriuntuk menemukan sesuatu. Siswa didoronguntuk bertindak aktif mencari jawaban atasmasalah yang dihadapinya dan menarikkesimpulan sendiri melalui proses berpikirilmiah yang kritis, logis, dan sistematis. Siswatidak lagi bersifat dan bersikap pasif, menerimadan menghafal pelajaran dari gurunya.Melakukan inkuiri berarti melibatkan diri dalamtanya jawab, mencari informasi, dan melakukanpenyelidikan. Oleh karena itu, strategi inkuiridalam proses pembelajaran adalah strategi yangmelibatkan siswa dalam tanya jawab, mencariinformasi, dan melakukan penyelidikan.

Ditambahkan oleh Roebyart (dalammakalah pendidikan.com, 2011), kegiatanpenyampaian informasi, pemantapan konsep,pengungkapan pengalaman para siswa melaluimonolog oleh guru perlu diganti dengan modus

Page 36: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

29Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST Pada Diri Siswa

penyampaian yang ditandai oleh pelibatan aktifpara siswa baik secara intelektual (bermakna)maupun secara emosional (dihayati kemanfaat-annya) sehingga lebih responsif terhadap upayamewujudkan tujuan utuh pendidikan.

Penempatan pendidikan karakterdiintegrasikan dengan semua mata pelajarantidak berarti tidak memiliki konsekuensi. Olehkarena itu, perlu ada komitmen untuk disepakatidan disikapi dengan saksama sebagaikosekuensi logisnya. Komitmen tersebut antaralain sebagai berikut. Proses pengembanganpendidikan karakter (sebagai bagian darikurikulum) yang terintegrasikan dalam semuamata pelajaran, haruslah mencakupi tigadimensi yaitu kurikulum sebagai ide, kurikulumsebagai dokumen, dan kurikulum sebagai proses(Hasan, 2000 dalam makalah pendidikan.com,2011) terhadap semua mata pelajaran yangdimuati pendidikan karakter. Lebih lanjut,Hasan (2000) dalam makalah pendidikan.com,mengurai bahwa pengembangan ide berkenaandengan filosofi kurikulum, model kurikulum,pendekatan dan teori belajar, pendekatan ataumodel evaluasi. Pengembangan dokumenberkaitan dengan keputusan tentang informasidan jenis dokumen yang akan dihasilkan,bentuk/format silabus, dan komponenkurikulum yang harus dikembangkan.Sementara itu, pengembangan proses berkaitandengan pengembangan pada tataran empirikseperti RPP/lesson plan, proses belajar di kelas,dan evaluasi yang sesuai. Agar pengembanganproses ini merupakan kelanjutan daripengembangan ide dan dokumen haruslahdidahului oleh sebuah proses sosialisasi olehorang-orang yang terlibat dalam kedua proses,atau paling tidak pada proses pengembangankurikulum sebagai dokumen. (Roebyarto dalammakalah pendidikan.com, 2012).

Simpulan

KesimpulanNilai-Nilai Kristiani adalah bagian yang hakikidari identitas BPK PENABUR dalam kehidupankomunitasnya dan kehidupan bermasyarakat.Oleh karena itu N2K tidak boleh sekedar menjadibagian dari dokumen, melainkan haruslahmenjadi bagian esensial praktek hidup dan kerja

warga komunitas BPK PENABUR. N2K sebagailandasan pelaksanaan pendidikan karakterBEST oleh siswa BPK PENABUR sebagai halyang harus dibangun bagi diri sendiri dan bagiorang lain yang ada di sekitar.

Cukup beralasan bila pendidikan karakterBEST dalam pembelajarannya diintegrasikan kedalam semua mata pelajaran. Alasannya adalahuntuk meningkatkan karakter BEST siswaadalah tanggung jawab semua guru, semua guruharus menjadi teladan yang berwibawa, tujuanutuh pendidikan adalah membentuk sosok siswasecara utuh, pencapaian pendidikan harusmencakupi dampak instruksional dan dampakpengiring.

Implementasi pendidikan karakter BESTterintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran,pengembangannya lebih memadai pada modelkurikulum dan pembelajaran terpadu denganmenentukan center core pada mata pelajaran yangakan dibelajarkan.

Proses pengembangan pendidikan karakterBEST sebagai pembelajaran terpadu harusdiproses seperti kurikulum lainnya yaitu sebagaiide, dokumen, dan proses; kejelian profesionaldan penguasaan materi; dukungan pendidikanluar sekolah; arahan spontan dan penguatansegera; penilaian beragam; difusi, inovasi dansosialisasi adalah komitmen-komitmen yangharus diterima dan disikapi dalam perancanganpembelajaran terpadu pendidikan karakterBEST.

Penerapan program karakter BEST tidaklepas dari keterlibatan dan bantuan orang tuauntuk dapat mengajar kebenaran firman Tuhandan pendidikan karakter kepada anak. Melaluipanduan materi yang disediakan sekolah,dengan dipantau oleh guru yang kemudianbersama dengan para orang tua mendiskusikankendala-kendala yang dijumpai, dapat terciptakerjasama yang baik antara murid-guru-orangtua dalam mendidik dan menerapkankarakter BEST di sekolah maupun dalamkehidupan mereka masing-masing.

SaranPendidikan karakter adalah keterpaduan dalamsemua kegiatan pembelajaran. Oleh karena itudisarankan, pertama, pendidikan karakterdijadikan kegiatan-kegiatan menarik yang

Page 37: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Karakter BEST pada Diri Siswa

terintegrasi satu sama lain. Untuk itu, keaktifandan kreatifitas guru dalam pembelajarannyaperlu ditingkatkan. Kedua, membenahilingkungan sekolah sehingga positif membantumembangun karakter. Ketiga selain dituntut aktifdan kreatif guru juga diharapkan disiplin itulebih dulu sehingga siswa akan mengikutinya.Keempat, sarana dan prasarana dalam bentukmedia dan forum komunikasi perlu ditingkatkandan diaktifkan sehingga arus informasimengenai pendidikan karakter BEST dalamdilaksanakan sesuai dengan visi dan misi yanghendak dicapai.

Daftar Pustaka

Best Buddy: N2K BPK PENABUR, http://penaburbestbuddies.blogspot.com/2009/07/n2k-bpk-penabur.html, diunduh 10Juli 2009

Degeng, S Nyoman. (1989). Taksonomi Variabel.Jakarta: Depdikbud

Hasan, S. Hamid. (2000). Pendekatan multikulturaluntuk penyempurnaan kurikulum. Bandung:Remaja Rosdakarya

Iru, La, dan Ode, La. (2012). Pendekatan, metode,strategi, dan model-model pembelajaran. DIY:Multi Presindo

Joni, T. Raka. (1996). Pembelajaran terpadu. Jakarta:Dirjen Dikti Bagian Proyek PPGSD

Lickona, Thomas. (2012). Educating for character.Jakarta: Bumi Aksara

Roebyarto. (2011). Menjawab pendidikan karakterbangsa melalui implementasi keterpaduanpembelajaran. http:/ / roebyarto.multiply.com

Samani, Muchlas. dan Hariyanto, M,S. (2011).Konsep dan model pendidikan karakter.Bandung: Remaja Rosdakarya

Sejarah BPK PENABUR, http://www.bpkpenabur.or.id/files/

Suprapto. (2008). Undang-undang No. 20 tahun2003, Sistem Pendidikan Nasional, http://www.slideshare.net/suprapto/uu-no-20-tahun-2003, diunduh 20 Mei 2008

Supriadi, Djudjun Djaenudin. (2011). Tinjauankritis terhadap model kepemimpinan di BPKPENABUR Jakarta. Jurnal PendidikanPENABUR, No.17/Tahun ke-10/Desember 2011

Visi & Misi BPK PENABUR, http://www.bpkpenabur.or.id/files/

Waridjan. (1991). Tes hasil belajar gaya objektif.Semarang: IKIP Semarang Press. Dalamhttp://www.majalahpendidikan.com/2011/05/makalah-pendidikan-karakter-dalam.html, diunduh 14 April 2011

Page 38: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

31Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Peran Guru Dalam Menumbuhkembangkan Karakter BEST

Peran Guru Dalam MenumbuhkembangkanKarakter BEST

Inge Pudjiastuti AdywibowoE-mail: [email protected] 11 BPK PENABUR Jakarta

Opini

Abstrakrogram Pendidikan Karakter berbasis Nilai-nilai Kristiani (PKBN2K) yang dilaksanakanYayasan BPK PENABUR mencanangkan BEST sebagai indikator pembentukan karakterpeserta didik di lingkungan BPK PENABUR. Bertujuan membentuk karakter yang BEST,

yaitu Be a good of integrity (berintegritas), Excellent in deeds (unggul dalam perbuatan), Share withsociety (berbagi dengan sesama), Trust in God (beriman kepada Tuhan). Usia TK merupakan masayang tepat untuk menanamkan nilai-nilai BEST pada anak. Tulisan ini menawarkan lima carayang cukup sederhana tapi berguna untuk menumbuhkan dan mengembangkan karakter BESTpada anak TK. Kelima cara tersebut adalah: Teladan, Fun, Peka, Cerita, dan Doa. Tulisan inidiawali dengan berbagai teori tentang anak usia TK (3-6 tahun), dilanjutkan penjelasan tentanglima cara menumbuhkembangkan karakter BEST, dan diakhiri dengan beberapa saran bagi orangtua, guru, kepala sekolah, dan Yayasan BPK PENABUR.

Kata-kata kunci: Karakter BEST, anak usia TK, lima cara.

Teacher’s Role in Developing BEST CharacterAbstract

Character building based on Christian values program in BPK PENABUR has BEST as the indicators tobuild the students’ characters. The goals are to build the BEST character: Be a good of integrity, Excellent indeeds, Share with society, and Trust in God. The age of kindergarten is the proper time to inculcate BESTvalues on children. This paper offers five fairly simple but useful ways to cultivate and develop the BESTcharacter for kindergarten children. The five ways are: Be a role model, Fun, Sensitive (care about), Story, andPrayer. This paper begins with a variety of theories about the pre-school aged children (3-6 years), followedby the five ways to cultivate and develop BEST character, and concludes with some suggestions for parents,teachers, principals, and BPK PENABUR foundation.

Key words: BEST character, kindergarten age children, five ways.

P

Pendahuluan

Kebijakan BPK PENABUR sebagai yayasanPendidikan Kristen yang mengedepankanpendidikan karakter berbasis nilai-nilai Kristianisangatlah tepat bagi bangsa kita saat ini. Nilai-

nilai positif dan kebangsaan yang akhir-akhirini mulai luntur, terus berusaha ditumbuhkembangkan di sekolah-sekolah yang bernaungdi yayasan BPK PENABUR. Program PKBN2Kmencanangkan BEST sebagai indikator programpembentukan karakter dengan tujuanmembentuk pribadi yang BEST: Be a good of

Page 39: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Peran Guru Dalam Menumbuhkembangkan Karakter BEST

integrity (berintegritas), Excellent in deeds (ungguldalam perbuatan), Share with society (berbagidengan sesama), Trust in God (beriman kepadaTuhan).

Karakter BEST berusaha ditumbuh-kembangkan di semua sekolah BPK PENABUR,mulai dari jenjang TK hingga SLTA. Setiapjenjang pendidikan memiliki metode dan strategiyang berbeda dalam menanamkan nilai-nilaikarakter BEST. Hal ini disesuaikan dengan usia,kemampuan, karakter, pertumbuhan danperkembangan peserta didik di masing-masingjenjang.

Menanamkan nilai-nilai karakter sebaiknyadimulai sedini mungkin, yaitu sejak usia 3-6tahun, ketikaanak-anak duduk di bangku TK.Menurut para ahli Psikologi PerkembanganAnak, salah satunya Jeanne Ellis Ormrod(Ormrod, 2002, 36), pada masa ini sel-sel otakanak sedang berkembang dengan sangat pesat.Bagaikan spons, informasi yang didapat anaksehari-hari (melalui indera) akan direkam didalam otak anak sehingga usia ini merupakansaat yang tepat bagi anak untuk belajar tentangsemua hal, termasuk mempelajari nilai-nilaikarakter. Hal ini selaras dengan pendapatSantrock (2010:229), bahwa dalam otak manusia,terdapat myelin (selubung saraf-saraf otak). Padausia 3-6 tahun, stimulus dari lingkunganmembuat myelin mendorong impuls sarafbergerak lebih cepat sehingga keterampilan yangdapat dikembangkan bukan hanya keterampilanfisik, melainkan karakter anak juga dapatditumbuhkembangkan pada masa ini.

Guru sebagai ujung tombak pendidikan disekolah, memegang peran utama dalammenumbuhkembangkan karakter BEST padaanak didiknya. Beberapa kendala yang seringdialami guru dalam berupaya menumbuh-kembangkan karakter BEST, antara lain: (a)beberapa guru belum memahami “makna”karakter BEST, (b) ada guru kurang pekaterhadap perilaku / sikap anak didiknya, (c) guruhanya berfokus pada penyampaian materipembelajaran, serta (d) banyaknya waktu guruyang tersita untuk mengurusi hal-hal di luarkepentingan kelasnya, seperti: menyelesaikanadministrasi sekolah yang jumlahnya cukupbanyak. Disisi lain, beberapa orang tuacenderung “pasrah” terhadap perkembangan

anak-anaknya. Mereka sibuk dengan pekerjaandan kegiatan mereka masing-masing sehinggakurang memperhatikan perkembangan karakteranak-anaknya..

Tulisan ini mengkaji masalah pembentukankarakter BEST dan memberikan cara yangsederhana, mudah diingat dan dilakukan olehguru dalam kegiatan sehari-hari di sekolahdalam menumbuhkembangkan karakter BESTpada anak-anak TKK BPK PENABUR Cara yangdimaksud adalah melalaui Teladan, Fun, Peka,Cerita, dan Doa. Pada bagian awal tulisan,penulis memberikan penjelasan singkat tentangkarakteristik anak usia 3-6 tahun, penjelasantentang karakter BEST, dilanjutkan paparan limacara menumbuhkembangkan karakter BEST,diakhiri dengan kesimpulan dan saran-saranbagi orang tua, guru, kepala sekolah, sertayayasan BPK PENABUR.

Perkembangan AnakUsia 3-6 Tahun

Papalia (2009:135) menyebutkan bahwa anak TKberada pada tahap kanak-kanak awal (usia 3-6tahun). Pada tahap kanak-kanak awal terdapatbeberapa ciri perkembangan yang meliputi:perkembangan fisik, perkembangan kognitif, danperkembangan psikososial.

Perkembangan fisik kanak-kanak awaladalah: pertumbuhan pada anak usia ini mulaistabil, penampilannya menjadi lebih rampingdan proporsi tubuh lebih mirip orang dewasadibanding tahap sebelumnya (tahap bayi danbatita, usia 0 hingga 3 tahun). Selera makannyamenurun dan mengalami masalah tidurmerupakan hal yang lazim pada tahap kanak-kanak awal ini. Pada usia ini, mulai terlihatkecenderungan menggunakan satu tangan yanglebih dominan disertai meningkatnyaketerampilan motorik halus dan motorik kasarserta kekuatannya.

Perkembangan kognitif pada anak usia 3-6tahun: memiliki pikiran yang egosentris, tetapipada tahap ini juga mulai tumbuh pemahamanterhadap sudut pandang orang lain.Ketidakmatangan kognitif pada masa iniseringkali menghasilkan beberapa ide yangtidak logis mengenai dunia. Ingatan dankemampuan berbahasanya meningkat dan

Page 40: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

33Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Peran Guru Dalam Menumbuhkembangkan Karakter BEST

kecerdasannya dapat lebih diramalkan ataudiprediksi. Secara umum, kecerdasan anak usia3-6 tahun berjalan seiring dengan perkem-bangan bahasanya.

Perkembangan psikososial pada tahap iniadalah: anak memiliki konsep diri danpemahaman emosi yang lebih rumit dibandingtahap sebelumnya. Kemandirian, inisiatif, dankontrol diri juga meningkat pada tahap ini.Identitas gender mulai berkembang, sehinggamereka mulai mengerti jenis kelaminnya sendiri.Memiliki cara bermain yang lebih imajinatif,elaboratif, dan biasanya lebih sosial juga.Menurut Papalia (2009:123), altruism, agresi, danketakutan menjadi hal yang lazim pada tahapini. Keluarga menjadi fokus kehidupan sosialmereka, tetapi teman (anak-anak yang lain) jugamemiliki peran yang cukup berarti bagi anakusia ini.

Menurut teori “ nature and nurture” (Papalia,2009:37) beberapa pengaruh perkembanganterutama berasal dari hereditas (heredity), trait-trait atau karakteristik bawaan yang diturunkandari orang tua biologis. Sebagian besar pengaruhlainnya berasal dari lingkungan (environment)dalam dan luar (dunia di luar diri), dimulai daridalam kandungan dan pembelajaran daripengalaman. Hal ini selaras dengan pernyataanOrmrod (2002:34) bahwa hereditas danlingkungan saling berinteraksi membentukperilaku seseorang. Demikian pula denganperkembangan karakter anak, sangat dipenga-ruhi oleh lingkungan, khususnya lingkunganterdekat anak, yaitu lingkungan keluarga dansekolah.

Karakter BEST

Be a good of integrity (berintegritas)Seseorang yang memiliki integritas akanberperilaku sesuai perkataanya. Integritasidentik dengan kejujuran. Jujur terhadap dirisendiri dan orang lain. Menurut Pam Schiller &Tamera Bryant (2002:60) dalam buku merekaThe Values Book for Children: 16 Moral Dasar bagiAnak, seseorang memiliki integritas ketika ia jujurterhadap dirinya sendiri dan berpegang teguhpada nilai-nilai moral yang dianutnya.

Membicarakan makna integritas terhadapanak TK merupakan hal yang tidak mudah

karena mereka belum memiliki kemampuanuntuk mengerti kata-kata yang sedemikiankompleks, seperti: kata “integritas”, “jujur”, dansebagainya. Selain itu, menurut Pam & Tamera(Schiller 2002:60), pada umumnya anak usia 3-6tahun masih belum dapat membedakan antarafakta dan fantasi. Lebih lanjut Pam & Tameramenambahkan: kesulitan dalam membedakankenyataan dan fantasi pada anak usia 3-6 tahunmembuat mereka seringkali salah menggambar-kan kenyataan, karena kemampuan merekauntuk membedakan kenyataan belumberkembang. Bahkan, anak-anak ini percayabahwa perubahan kenyataan di dalam benak(pikiran) mereka merupakan perubahan kenya-taan di dalam realitas. Meskipun sulit untukmenumbuhkan dan mengembangkan integritaspada anak usia 3-6 tahun, integritas tetaplahperlu diajarkan pada anak sejak dini. Integritas(kejujuran) merupakan kemampuan yang terusberkembang bagi anak-anak usia dini. Merekamemerlukan pengalaman integritas ataukejujuran untuk mempelajarai bagaimana caramenerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.Keteladanan merupakan sarana utamamengajarkan integritas pada anak.

Excellent in deeds (unggul dalam perbuatan)Unggul dalam perbuatan merupakan life skillyang perlu diajarkan pada anak sejak dini.Menurut Rimm (2003:27) penanaman sikap-sikap yang baik (unggul) selama anak berusia 3-6 tahun akan menjadi landasan bagi pengajaranlebih lanjut. Menurut Rimm, orang tua berperansangat besar bagi anak-anak pada tahun-tahunpertama. Selanjutnya, sekolah, teman, dan mediasecara dramatis akan memengaruhi sikapmereka selama usia sekolah. Jika di masa-masaawal anak diberi landasan yang kuat,kemungkinan untuk salah arah akan lebih kecilbagi mereka. Hati nurani sebaiknya diajarkanpada masa-masa awal tersebut. Bermacam-macam perbuatan baik yang perlu diajarkanpada anak, antara lain: keramahan, sukamenolong, dan peduli terhadap lingkungansekitarnya. Contoh keramahan: selalu terse-nyum, menyapa, dan bersikap santun. MenurutRimm (2003:31), sopan santun merupakanbagian dan penerapan dari sikap unggul. Sejakusia satu tahun, anak sudah dapat diajarkan

Page 41: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Peran Guru Dalam Menumbuhkembangkan Karakter BEST

mengucapkan kata-kata baik, seperti: tolong danterima kasih dan pada usia tiga tahun sebaiknyamulai diajarkan cara meminta izin, meminjammainan ataupun mengajak teman untukbermain. Pada saat yang bersamaan, anak perludiajarkan untuk mengetahui (membeda-kan)perbuatan yang baik dan tidak baik. Rimmmenambahkan, anak dapat dididik untukbersikap baik terhadap orang lain denganmengamati perilaku orang-orang dekatnya(orang tua dan guru) dengan memberikanpenjelasan yang spesifik mengenai sikap baikpada mereka Selain teladan, bermain peran jugadapat menjadi sarana strategis untukmengajarkan perbuatan-perbuatan yang unggulpada anak TK.

Share with society (berbagi dengan sesama)Salah satu sifat anak usia TK adalah egosentris.Menurut Rimm (2003:33), anak-anak usia 3-6tahun pada umumnya menjadikan dirinyasebagai pusat dari segalanya. Mereka selaluingin menjadi yang pertama, ingin mendapatkansesuatu yang lebih dari saudara atau teman-temannya, dan seringkali tidak mau kalah dalampermainan. Ini merupakan sesuatu yang wajardan bukan gejala adanya suatu persoalan.Perilaku semacam itu memberikan kesempatanpada guru untuk mengajarkan mereka caraberbagi, menunggu giliran, dan bermain bersamateman dengan baik. Meski demikian, mengajar-kan berbagi pada anak usia ini bukanlah halyang mudah. Perlu diajarkan secara berulang-ulang, butuh teladan (contoh) orang tua danguru untuk mengembangkan karakter berbagi,dan kepekaan guru untuk memberikan pujianpada saat anak menunjuk-kan sikap berbagi.Berbagai permainan, cerita, dan pujiansangatlah efektif untuk menumbuh-kan danmengembangkan karakter berbagi pada anak TK.

Trust in God (beriman kepada Tuhan).Beberapa hal yang dapat dilakukan untukmenumbuhkan karakter Trust in God, antaralain: mengajarkan anak untuk mengenal ciptaanTuhan, bersyukur atas ciptaan Tuhan, ikutmemelihara ciptaan Tuhan, dan mengajarkananak untuk selalu percaya (mengandalkan)Tuhan dalam segala keadaan. Mengajarkananak untuk berdoa setiap hari, bahkan setiap

saat sejak anak usia dini sangat berguna untukmenanamkan karakter Trust in God.

Orang tua dan guru merupakan teladanbagi anak dalam segala hal, termasuk dalam halTrust in God. Bila anak melihat orang tua dangurunya selalu berdoa (misalnya: berdoa bagianak atau teman guru yang tidak masuk karenasakit, berdoa bagi korban bencana alam yangsedang terjadi) maka anak juga akan menirunya.Melatih anak untuk memimpin doa di depankelas, selain melatih kepercayaan diri anak, jugameningkatkan kemampuan anak dalammengarang kata-kata doa sehingga anak terbiasaberdoa dengan kata-katanya sendiri (spontan).

Pelajaran Agama dan persekutuan doa ataukebaktian anak yang diadakan secara rutin disekolah merupakan sarana yang tepat dalammengembangkan karakter Trust in God .Sebaiknya kegiatan-kegiatan tersebut “dikemas”semenarik mungkin bagi anak sehingga anakakan makin “rindu” bertemu, bersekutu, danmemuji serta memuliakan nama Tuhan.

Lima Cara MenumbuhkembangkanKarakter BEST

1. TeladanTeladan/contoh merupakan cara palingampuh dalam pembentukan karakter.Pepatah Jawa mengatakan: Guru = digugulan ditiru (dipercaya dan dicontoh). Guruharus menjadi teladan atau panutan dalamsegala hal, setiap saat, di manapun, kapanpun, dan dalam hal apapun. ChristineWibhowo (2012:7) dalam bukunya “AnakSang Peniru Andal” mengatakan bahwaanak merupakan sosok yang paling “jago”dalam meniru. Ia akan meniru hampirsemua hal yang dilihatnya. Jadi orang-orang dewasa yang berada di lingkungananak (orang tua, guru dan seluruh penghunirumar serta sekolah) harus ekstra hati-hatidalam bertutur kata dan bertindak, terlebihdi hadapan anak.Seorang psikiater, Augusto Cury (2003:55)dalam bukunya Brilliant Parents, FascinatingTeachers mengungkapkan bahwa guru(pendidik) adalah pemahat emosi.Sebaiknya guru mendidik dengan menatapmata murid-muridnya dan mengajar

Page 42: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

35Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Peran Guru Dalam Menumbuhkembangkan Karakter BEST

dengan perbuatan. Lebih lanjut Cury(2003:57) mengatakan, “Kedua hal tersebutberbicara lebih banyak daripada kata-kata”.Hal ini selaras dengan pendapat seorangpahlawan sekaligus tokoh pendidikan kita,yaitu Ki Hajar Dewantara. Beliaumengatakan, keteladanan penting sekalibagi anak. Orang tua, guru, dan pemimpinmasyarakat hendaknya dapat menjadipanutan bagi anak. Teladan merupakanfaktor utama dalam menumbuh-kembangkan karakter BEST pada anak TK.Hal ini selaras dengan pendapat Eyre(1995:66) bahwa mengajar melalui teladanlebih efektif dibanding dengan nasihat.Beberapa contoh perilaku yang dapatditeladani anak dalam menumbuhkembangkan karakter BEST, antara lain:selalu bersikap jujur dalam perilaku sehari-hari, bersikap baik (menolong, menyapateman), menunjukkan sikap murah hati(berbagi) dengan sesama, terutama orang-orang yang membutuhkan pertolongan,serta kebiasaan bersyukur dan berdoa.

2. Fun (menyenangkan)Belajar dengan hati yang senang akanmemudahkan anak mencerna dan menerimamateri pelajaran. Demikian juga dalam halpendidikan karakter, bila “diajarkan”melalui permainan, secara tidak sadar anakakan “belajar sesuatu” dari pemainantersebut. Hal ini selaras dengan pernyataanRimm (2003: 12) bahwa permainan yangmendidik dan melibatkan aktivitas otakyang sangat tinggi sehingga akan cepatdiserap anak. Karakter BEST dapat puladiajarkan melalui berbagai permainan. Jenispermainan sebaiknya disesuaikan dengantingkat kematangan dan perkembangananak. Lebih lanjut Rimm menyarankan,sebaiknya permainan yang dipilih adalahpermainan melibatkan anak secara aktif,bukan hanya “menekan tombol” danmelihat layar monitor.Ada banyak sekali jenis permainan yangdapat dilakukan anak di dalam ruangan (indoor) maupun di alam terbuka atau luarruangan (out door). Jenis-jenis permainan diluar ruangan (seperti papan luncur, jungkat-

jungkit, ayunan, mengendarai sepeda ataumobil-mobilan) sangat berguna untukmengembangkan sikap berbagi pada anak.Hal ini diungkapkan Eyre (1995:180) bahwamenunggu giliran mengajarkan sikapberbagi pada anak. Berbagai macampermainan lain yang dapat dilakukan disekolah untuk menumbuhkembangkankarakter BEST, antara lain: bermain balok,lego, playdough , bola, bermain peran(berimajinasi/dramatisasi), pantomim,membuat kerajinan (craft), dan sebagainya.Bermain balok serta lego selain meningkat-kan kemampuan anak di bidang kognitifdan kreativitas, juga dapat menumbuhkansikap kerja sama dan berbagi (sharing toothers). Menurut Papalia (2009:345), bermainperan (bermain pura-pura / dramatisasi)dan pantomim dapat menjadi sarana efektifuntuk mengembangkan kemampuanberbahasa, kognitif, imajinasi, dan emosianak usia dini.Bermain musik (menyanyi, mendengarkanlagu, menari, dan memainkan alat-alatmusik sederhana) dapat menjadi alternatifkegiatan yang fun bagi anak. Menyanyidapat juga menjadi alat untuk mengajarkankarakter bagi anak. Lagu-lagu yang sesuaiuntuk anak dengan irama riang dan kata-kata yang mudah dicerna anak akanmemudahkan anak mengenal karakter yangsedang dipelajari, mengingatnya, danselanjutnya melakukan / mengaplikasi-kannya dalam kehidupan sehari-hari.Beberapa lagu yang dapat digunakan untukmenumbuhkan karakter BEST pada anak TK,antara lain berjudul, TAAT (Be a good ofintegrity), Belajar Rendah Hati (Excellent indeeds), Ku Suka Berbagi, (Share with society)dan Aku Senang Jadi Anak Tuhan Trust inGod) .Pada dasarnya, semua permainan yangmelibatkan anak secara aktif danmenyenangkan anak (fun) dapat digunakansebagai sarana menumbuhkembangkankarakter BEST pada anak.

3. PekaMenurut Ormrod (2008:16), gurumemainkan peran yang sangat penting

Page 43: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Peran Guru Dalam Menumbuhkembangkan Karakter BEST

dalam kehidupan anak-anak, terutamaanak usia dini. Guru anak usia dini bukanhanya mengajarkan cara membaca, menulis,dan berhitung, tetapi juga membantu anak,sehingga anak dapat mengekspresikandirinya di segala bidang. Dalam hal ini, gurujuga berperan membentuk karakter anak,sehingga anak memiliki karakter positif,menjadi manusia produktif dan berpenge-tahuan (cerdas). Ormrod menekan-kanpentingnya sikap guru yang PEKA(PEDULI) terhadap semua muridnya,sehingga tercipta situasi yang kondusifdalam kegiatan belajar mengajar di kelas.Hal ini selaras dengan pernyataan Wardle(2003) bahwa interaksi guru dan anak seha-rusnya “hangat”, mendukung, dan guruharus sensitif terhadap kebutuhan anak.Santrock (2010:45) mengutip teoriBehaviorisme Skinner (Operant Conditioning)menekankan pentingnya reward (pujian,hadiah) untuk mempertahankan perilakupositif anak. Menurut Linda & Richard Eyre(1995:6) dalam buku Mengajarkan Nilai-nilai pada Anak, pujian yang positif adalahsalah satu metode yang berdaya guna untukmembuat suatu perilaku bermoral menjadikebiasaan yang konsisten dan sadar. Lebihlanjut dikatakan bahwa perubahan yanglanggeng akan terjadi bila anak mendapatpujian atas perilakunya yang baik.Selain berupa pujian, reward juga dapatberupa pemberian stiker, tepuk tangan,tepukan (sentuhan). Guru diharapkan pekadan tak segan-segan memberikan rewardpada anak sesaat setelah anak berperilakupositif. Sebaliknya, bila guru melihat anakmelakukan hal yang bertentangan dengankarakter positif, guru juga harus secepatnyamenegur atau menasihati dengan dasarkasih sayang. Bentuk reward dan punishment(berupa teguran) sebaiknya disesuaikandengan karakter/pribadi masing-masinganak. Guru harus memiliki kepekaan untukmelihat jenis reward dan punishment yang“cocok” untuk masing-masing anak.Sebagai contoh, reward yang dapatdiberikan saat anak menunjukkan perilakuberbagi, yaitu: pujian, tepukan tangan oleh

guru dan teman-teman di kelas, tepukanpada bahu anak, dan lain sebagainya.

4. CeritaMendongeng atau bercerita adalah salahsatu keterampilan yang sangat imajinatifdan komunikatif bagi anak. Cerita ataudongeng terbukti efektif dalam menum-buhkan dan mengembangkan karakter anak.Di dalam cerita, terdapat muatan-muatanmendidik yang tersirat dan tidakmenggurui. Banyak penelitian yang telahmembuktikan efektivitas cerita terhadappertumbuhan dan perkembangan karakter.Salah satunya adalah hasil penelitian KekeAritonang (2007:27) seperti ditulis dalamJurnal Pendidikan PENABUR edisi 08/VI/Juni 2007 yang selaras dengan hasilPenelitian Tindakan Kelas yang dilakukanoleh Eltin John (2011:17) dalam JurnalPendidikan PENABUR edisi 16/X/Juni2011 bahwa bercerita juga dapatmeningkatkan kedisiplinan anak TK.Menurut Keke, dongeng yang mengandungcontoh peristiwa yang dialami tokoh,dialog tokoh, dan sikap tokoh atau perilakuyang berisi nilai kehidupan dan pesan-pesan moral akan dapat membantu menum-buhkan sikap-sikap positif, seperti: jujur,tanggung jawab, kerja keras, saling meng-hormati, dan lain sebagainya. Sikap-sikaptersebut dinilai menggunakan skala nilaiatau observasi (non tes). Selaras denganKeke, Eltin John menambahkan guru dapatmemanfaatkan cerita untuk menanamkansikap-sikap positif, antara lain: kejujuran,keberanian, keramahan, kesetiaan, ketu-lusan, dan sikap positif lain dalam kehidup-an lingkungan keluarga, sekolah, dan luarsekolah.Menurut Majid (2002:5) cerita atau dongengberada pada posisi pertama dalammengajarkan etika pada anak. Anak sangatmenyukai dan menikmati cerita ataudongeng, baik dari segi ide, imajinasi,maupun peristiwanya. Beberapa hal yangperlu diperhatikan saat membaca-kan ceritaatau dongeng agar kegiatan bercerita dapatberjalan dengan baik, antara lain: posisi

Page 44: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

37Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Peran Guru Dalam Menumbuhkembangkan Karakter BEST

duduk pencerita/pendongeng, bahasa,suara, gerakan-gerakan, peragaanperistiwa-peristiwa, dan aura yangmelingkupi pencerita dan anak-anak.Rimm (2003:28) juga mengatakan, ceritamerupakan cara terbaik untuk mempelajariberbagai sikap pada anak usia dini, karenaanak suka sekali mendengarkan cerita.Banyak cerita yang disusun untukmenanamkan berbagai sikap positif bagianak. Anak juga suka mendengarkan ceritatentang pengalaman orang-orang yang“dekat” dengan dirinya, antara lain: orangtua dan guru. Menceritakan pengalamantentang sikap yang positif pada anak akanmembuat anak meniru sikap positif tersebut.Mereka akan mendengarkan cerita denganperhatian yang penuh dan tidak mengang-gap cerita sebagai “nasihat” bagi mereka,tapi melakukannya dalam kehidupansehari-hari. Hal ini merupakan kesempatanyang baik bagi guru dan orang tua untukmengajarkan karakter positif pada anakserta mengajarkan tentang hal yang benardan salah. Lebih lanjut Rimm mengingat-kan, anak usia 3-6 tahun berpikir secaraharafiah dan konkret. Segala hal haruslahdiungkapkan secara gamblang. Anak padausia ini melihat dan mendengar segalasesuatu sebagai hitam dan putih. Bidangbernuansa abu-abu di antara hitam danputih tersebut belum saatnya diajarkankepada mereka.Setelah membacakan dongeng/cerita padaanak, sebaiknya guru bercakap-cakapdengan anak tentang nilai-nilai karakteryang “tersirat” dalam dongeng/ceritatersebut. Meminta anak untuk menceritakankembali isi cerita/dongeng yang baru sajadidengarnya atau memberi kesempatanpada anak untuk menjawab pertanyaanyang sesuai dengan cerita denganbahasanya sendiri akan dapat membantumenambah kuatnya cerita bertahan dalamingatan anak.Ada banyak buku dan cerita yangditawarkan di toko buku, namun tidaksemuanya sesuai untuk anak usia 3-6 tahun.

Guru dan orang tua sebaiknya jeli memilihbuku yang tepat sehingga dapat menumbuh-kan dan mengembangkan karakter BESTpada anak usia dini.Beberapa buku yang dapat menjadi alterna-tif pilihan guru dan orang tua, antara lain:Kindness Is a Lot of Things! karangan E.Eckblad (Rimm, 2003:30), dan The Boy WhoCried “Wolf”, Pinokio. Cerita-cerita Alkitabjuga merupakan cerita yang sangat disukaianak-anak dan tak akan lekang oleh waktu.Kisah “Orang Samaria yang Baik Hati”dapat menjadi salah satu pilihan ceritauntuk menumbuhkan karakter berbagi (shareto others). Kisah “Nabi Nuh” yang taat padaTuhan juga merupakan cerita yang sangattepat untuk menumbuhkan karakter Trustin God.Video dan program atau acara tertentu ditelevisi dapat menjadi sarana berceritasehingga karakter BEST dapat ditumbuh-kembangkan pada anak. Tentu saja adabatasan waktu dan jenis tayangan televisibagi anak yang perlu diperhatikan orangtua dan guru. Dibutuhkan kepekaan orangtua dan guru dalam memilihkan danmengamati tayangan video dan televisi yangditonton anak. Salah satu acara yang dapatmenumbuhkan dan mengembangkankarakter anak diantaranya adalah Barney.Selain berguna untuk membentuk karakter,acara ini juga mendorong anak untukberpartisipasi dalam bernyanyi, belajar, danbermain.

5. DoaDoa merupakan landasan yang mendasarisetiap usaha dan perilaku kita setiap saat,termasuk dalam hal mendidik anak,khususnya dalam menumbuhkan danmengembangkan karakter BEST pada anak.Pepatah mengatakan “Manusia berencana,Tuhan yang menentukan”. Jadi tugas kitasebagai pendidik adalah berusaha semak-simal mungkin dalam menumbuh-kembangkan karakter anak, dan Tuhanyang akan membantu menyelesaikannya.Do the best, and let God do the rest.

Page 45: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Peran Guru Dalam Menumbuhkembangkan Karakter BEST

Simpulan

KesimpulanUsia TK merupakan masa yang tepat untukmenumbuhkembangkan pendidikan karakteranak. Lima cara yang dapat dilakukan sekolahdalam menumbuhkembangkan karakter BESTpada anak TK, ialah: Teladan, Fun, Peka, Cerita,dan Doa. Bagaikan lima jari: (1) jempolmengingatkan kita untuk selalu berperan sebagaiteladan bagi anak, (2) jari telunjuk mengingatkankita pada acara “Jari-jari” yang ceria (fun), (3)jari tengah yang tertinggi mengingatkan kitauntuk selalu peka melihat situasi sikap positifpeserta didik, (4) jari manis mengingatkan kitauntuk memberikan hal-hal yang manis melaluicerita/dongeng pada anak, dan (5) jarikelingking mengingatkan kita: meski kecil, tapikuat kuasanya, kuasa DOA.

Kelima cara ini sebaiknya dilakukansecara berkesinambungan dan terintegrasidalam kegiatan di sekolah sehari-hari. Kerjasama orang tua, guru, kepala sekolah, danyayasan harus terus dikembangkan untukmenumbuhkembangkan karakter BEST padaanak.

SaranBerikut ini diberikan saran kepada orang tua,guru, Kepala Sekolah dan Yayasan BPKPENABUR.Orang tuaOrang tua dapat ikut berperan dalammenumbuhkembangkan karakter BEST padaanak dengan melakukan lima cara, yaitu:Teladan, Fun, Peka, Cerita, dan Doa. Disampingitu, orang tua diharapkan dapat menjadi teladanbagi bagi anak-anaknya, selalu peka dan sayangpada anak-anaknya. Anak adalah karuniasekaligus titipan Tuhan yang dipercayakankepada orang tua, sehingga orang tua wajibmendidik, menjaga dan melindunginya. Bukanhanya mencukupi kebutuhan jasmani, tapi jugakebutuhan psikologis anak, seperti: rasa aman,rasa disayang, dihargai, dan sebagainya.Terakhir, orang tua juga sebaiknya berpartisipasiatau aktif terlibat dalam kegiatan / programsekolah, serta selalu menjalin komunikasidengan guru dan mendukung program sekolah,

khususnya program pembentukan karakter. Bilaada tugas/ kuesioner tentang perkembangankarakter anak, sebaiknya diisi sesuai kondisianak yang sebenarnya, sehingga guru dan orangtua dapat bekerja sama dalam menumbuh-kembangkan karakter BEST pada diri anak.

GuruGuru diharapkan memahami makna karakterBEST sebagai indikator PKBN2K dan melakukanlima cara untuk menumbuhkembangkankarakter BEST pada anak, yaitu: Teladan, Fun,Peka, Cerita, dan Doa. Guru juga harus dapatmenjadi teladan, peka, peduli, dan care pada anakdidiknya. Mendidik dengan penuh kasihsayang, adil dan tidak pilih kasih dalammemperlakukan semua anak didiknya. Pekaterhadap perilaku anak, artinya: memberikanreward sesaat setelah anak melakukan perilakupositif, dan memberikan teguran bila anakmelakukan hal yang negatif. Disamping itu, gurujuga harus selalu menjalin komunikasi yang baikdengan orang tua peserta didik, selalumemberikan laporan untuk setiap perkembangananak pada orang tuanya.

Kepala SekolahSebaiknya kepala sekolah ikut menciptakanlingkungan yang kondusif bagi tumbuhkembangnya karakter BEST pada diri setiap anakdan mengupayakan agar nilai-nilai karakterBEST terintegrasi dalam kegiatan belajarmengajar sehari-hari dengan menyosialisasikanlima cara menumbuhkembangkan karakter BESTpada anak, yaitu: Teladan, Fun, Peka, Cerita, danDoa. Selanjutnya kegiatan belajar mengajar dikelas sebaiknya bukan hanya mementingkankemampuan “calistung” (membaca, menulis,dan berhitung) tapi lebih menekankanberkembangnya karakter BEST pada diri anakdidik dan kegiatan belajar mengajardilaksanakan dalam suasana yang menye-nangkan bagi anak. Dipihak lain dukunganterhadap program pendidikan karakter yangsudah ada sebaiknya ditingkatkan, seperti:diadakannya “Character Day” di tiap sekolahsebagai puncak acara kegiatan pengembangankarakter di sekolah-sekolah. Terakhir, sebaiknyapihak sekolah tidak terlalu membebani gurudengan tugas-tugas administrasi yang sangat

Page 46: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

39Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Peran Guru Dalam Menumbuhkembangkan Karakter BEST

banyak, sehingga guru tetap memiliki waktuuntuk mengamati anak-anak didiknya, lebihpeka dalam menumbuhkembangkan karakterBEST pada diri anak muridnya.

Yayasan BPK PENABURYayasan perlu menyosoalisasikan lima carauntuk menumbuhkembangkan karakter BESTpada anak, yaitu: Teladan, Fun, Peka, Cerita, danDoa di sekolah, khususnya di TK BPKPENABUR. Program pendidikan karakter yangada sebaiknya terus dikembangkan (dimulaidari jenjang TK hingga SMA) dan dilakukansecara berkesinambungan di semua sekolah BPKPENABUR. Program pendidikan karakterseharusnya bersinergi dengan programpendidikan agama Kristen yang ada, sehinggatidak saling tumpang tindih melainkan salingdukung satu sama lain. Selanjutnya hendaknyaditingkatkan aneka lomba yang diadakanyayasan PENABUR dalam mendukung programpembentukan karakter (lomba cipta lagu, lombakarya tulis, seminar) karena sangat relevan danmemotivasi guru dan karyawan di lingkunganBPK PENABUR untuk lebih mempelajari nilai-nilai karakter yang dikem-bangkan di sekolah-sekolah.

Daftar Pustaka

Aritonang, Keke. Upaya mengembangkan sikapsiswa melalui nilai dan moral dalam bacaandan dongeng. Jurnal PendidikanPENABUR No.08/VI/Juni 2007

Cury, Augusto. (2003). Brilliant parents fascinatingteachers. Jakarta: Gramedia

Eyre, Linda & Richard. (1995). Mengajarkan nilai-nilai pada anak. Jakarta: Gramedia

John, Eltin. Upaya meningkatkan kedisiplinan anakdi kelas melalui cerita. Jurnal PendidikanPENABUR No. 16/X/Juni 2011

Majid, Abdul Aziz. (2002). Mendidik dengan cerita.Bandung: Remaja Rosdakarya

Ormrod, Jeane Ellis. (2008). Psikologi Pendidikan.Jakarta: Erlangga

Papalia, Diane E, Olds, Feldman. (2009). Humandevelopment (Perkembangan manusia).Jakarta: Salemba Humanika

Rimm, Sylvia. (2003). Mendidik dan menerapkandisiplin pada anak prasekolah. Jakarta:Gramedia

Santrock. (2010). Life span development,perkembangan masa hidup . Jakarta:Erlangga

Schiller, Pam & Tamera Bryant. (2002). The valuesbook for children: 16 Moral dasar bagi anak.Jakarta: Gramedia

Wardle, CaroleTravis. (2007). Psikologi. Edisi 9.Jakarta: Erlangga

Wibhowo, Christine.(2010). Anak sang peniruandal. Jakarta: Elex Media

Page 47: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Generasi Tangguh

Membangun Generasi Tangguh

Sih Retno HastutiE-mail: [email protected]

Bagian Pemasaran & Penerimaan Siswa Baru BPK PENABUR Jakarta

Opini

Abstrakekolah dapat menjadi tempat terjadinya ketidakjujuran, kekerasan, dan perilaku negatifyang lainnya. Faktor yang menyebabkan, di antaranya kurangnya mental berusaha (tidakgigih), kurang percaya diri, terlalu menggantungkan diri pada teman (tidak mandiri),kurang bertanggung jawab, hingga tekanan dari pihak lain. Oleh karena itu, BPK PENABUR

Jakarta dan orang tua peserta didik BPK PENABUR Jakarta perlu menjadi partner dalam membentukkarakter dan peradaban bangsa untuk membangun generasi BPK PENABUR Jakarta yang memilikikarakter Be tough (tangguh). Tulisan ini membahas berbagai cara membentuk karakter tangguhpada diri peserta didik dengan sejumlah saran dalam pelaksanaannya.

Kata-kata kunci: Karakter negatif, generasi tangguh, HELP, aspek kepribadian, orang tua, tangguh

Building Tough GenerationAbstract

Schools have just become a place where dishonesty, violence and other negative behaviors take place. Causesare – among many others – lack of persistence and self-confidence, over-dependency upon parents and friendsand strong pressure from other parties outside. This is why BPK PENABUR Jakarta and students’ parentsneed to work in perfect harmony to create what is called the nation’s best character and culture so that the BPKPENABUR Jakarta’s famous merit “Be Tough” can be fully seen and realized in its generations’ conduct.This article discusses several techniques of building tough character of the students and a number ofrecommendations in its implementation.

Key words: Negative character, tough generation, HELP, character aspect’s.

S

Pendahuluan

Kasus menyontek di kalangan pelajar semakinmarak. Ini terjadi tidak hanya saat ulanganharian atau ulangan umum sekolah, namungejala ini juga terlihat saat Ujian Nasional.Bahkan pada tahun 2011 kita dikejutkan dengan

kejadian menyontek massal yang dilakukan saatUjian Nasional di SDN Gadel II, Tandes,Surabaya, Jawa Timur. Seorang peserta didikyang pintar diminta oleh gurunya untukmendistribusikan jawaban soal kepada teman-temannya. Ia terpaksa memberikan contekankepada teman-temannya karena “perintah” darioknum guru, bahkan sekolah itu sempat

Page 48: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

41Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Generasi Tangguh

mengadakan “gladi resik” contek massal itu(Kompas Online, 2011).

Kejujuran peserta didik dan orang tua yangmelaporkan kejadian ini kepada DinasPendidikan (Disdik) Surabaya berbuntutpanjang. Alih-alih mendapat penghargaan,justru peserta didik dan keluarga disalahkanmasyarakat bahkan berimbas pada pengusiranterhadap keluarga tersebut.

Sungguh memprihatinkan, sekolah yangseharusnya bertujuan mengembangkan potensipeserta didik agar menjadi manusia yangberiman dan bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab(http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/visi.html), justru menjadi tempatterjadinya ketidakjujuran, kekerasan, danperilaku negatif yang lainnya. Sebagian anggotamasyarakat juga bersikap seolah membenarkanketidakjujuran sehingga kejujuran nampaknyasemakin tidak bernilai lagi.

Faktor yang menyebabkan anak menyon-tek/tidak jujur sangat beragam, mulai darikurangnya mental berusaha (tidak gigih),kurang percaya diri, terlalu menggantungkandiri pada teman (tidak mandiri), kurangbertanggung jawab, hingga tekanan dari pihaklain. Padahal kegigihan, kepercayaan diri,kemandirian, dan tanggung jawab menjadisalah satu karakter yang dibutuhkan seoranganak agar mampu bertahan menghadapitantangan di masa depan. Anak yang tangguh-lah yang akan berpeluang meraih sukses di masadepannya.

BPK PENABUR Jakarta sebagai salah satulembaga pendidikan di Indonesia, ikutterpanggil untuk membentuk karakter danperadaban bangsa. Melalui Pendidikan KarakterBerbasis Nilai-nilai Kristiani (PKBN2K), BPKPENABUR Jakarta berupaya membangunkarakter Be tough, Excel world wide, Share withsociety, Trust in God (BEST) pada peserta didikBPK PENABUR Jakarta. Peserta didik lulusanBPK PENABUR Jakarta diharapkan menjadiGenerasi BEST, yaitu peserta didik yang gigih,mandiri, dan bertanggungjawab, kiprahnyamendunia, peserta didik yang peduli terhadapsesama, memiliki jiwa rendah hati, jujur dan

memiliki pengendalian diri serta mengandalkanTuhan dalam setiap perkara.

Generasi BEST akan terwujud bila sekolahdan orang tua bekerjasama mengambil perandalam pendidikan anak. Orang tua tidak dapatmenyerahkan tugas dan tanggung jawabpendidikan anak sepenuhnya kepada sekolahkarena orang tua adalah pendidik pertama danutama bagi anak. Di samping itu, masyarakatjuga turut mempengaruhi pendidikan anak. Jadi,pendidikan merupakan tanggung jawabbersama antara orang tua, sekolah danmasyarakat.

Dengan demikian, masalahnya ialah bagai-mana membangun generasi BPK PENABURJakarta yang tangguh melalui pendidikan di BPKPENABUR Jakarta?

Dengan membahas berbagai unsur yangmempengaruhi dan membentuk kepribadian,artikel ini memberikan usulan konkret bagai-mana membangun salah satu karakter BEST,yaitu Be Tough (tangguh) bagi peserta didik BPKPENABUR Jakarta. Generasi yang Be Toughadalah generasi tangguh, generasi yang gigih,mandiri, percaya diri, dan bertanggung jawab.Dengan usulan tersebut diharapkan karaktertangguh dapat dibangun secara nyata/operasional.

Membangun Generasi Tangguhdi Masa Depan

Perubahan kehidupan dalam berbagai segimenimbulkan tantangan tersendiri bagi sekolahdalam menyiapkan anak menjadi generasitangguh di masa depan. Generasi yang tidakhanya kuat, andal, dan tahan banting mengha-dapi kehidupan yang kian kompleks, namunjuga generasi yang mampu menerapkan ilmupengetahuan serta kemampuannya. Sebagailembaga pendidikan kristiani, BPK PENABURJakarta terus berupaya mengembangkankeunggulan akademik serta karakter pesertadidik sesuai nilai-nilai kristiani. Diharapkanpeserta didik BPK PENABUR Jakarta memilikikarakter yang utuh dan tangguh sehinggamampu bertahan dalam masyarakat yangkompetitif serta menjadi berkat bagi sesama.

Untuk menjadi generasi yang tangguh (Betough), seseorang setidaknya memiliki karakter

Page 49: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Generasi Tangguh

gigih, mandiri, percaya diri, dan tanggungjawab, yang dijelaskan sebagai berikut.

GigihGigih adalah tetap teguh pada pendirian ataupikiran; keras hati; ulet dalam usaha (Kamus BesarBahasa Indonesia, 2012: 363). Seorang yang gigihberarti ia memiliki mental berusaha atau mentaljuang yang tinggi. Mental juang ini sangatdibutuhkan sebagai modal bagi seseorang untukterjun ke masyarakat di kemudian hari. Setiapaktivitas sehari-hari dapat kita kaitkan denganpengajaran pentingnya nilai “usaha”. Namun,seringkali kita kurang peka bahwa hal sederhanayang terjadi sehari-hari dapat dikaitkan denganproses pembelajaran mereka (Melly Kiong, 2012:30). Sebagai contoh,ketika seoranganak datang danmeminta tolongkepada kita untukmembukakan botolminuman makajangan langsungmembantu mereka.Lakukan pende-katan yang lebih mendidik untuk mengajarkanmental berusaha. Kenali dulu, apakah kita atauorang lain pernah mengajari mereka membukabotol minuman. Bila belum pernah maka yangperlu kita lakukan sebagai orang tua/pendidikadalah sebagai berikut.1. Akui bahwa kita/orang lain belum pernah

mengajari anak membuka botol minuman.2. Berikan contoh cara membuka botol

minuman secara benar sampai anakmengerti.

3. Setelah itu, minta anak untuk mengulangikembali. Jangan lupa beri pujian serta pesanbahwa untuk selanjutnya ia harus berusahasendiri sebelum minta tolong kepada oranglain.Bila anak menemukan kesulitan setelah

mencoba atau merasakan bahwa ia benar-benartidak tahu, anjurkan anak untuk bertanya.Kemudian ajarkan kembali dan dorong anakuntuk mencoba lagi. Proses ini tidak sajamengajarkan mental berusaha atau mental juangpada diri anak, namun juga menumbuhkan

kepercayaan diri dan kemandirian pada dirianak.

MandiriKemandirian adalah keadaan dapat berdirisendiri tanpa bergantung pada orang lain(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012: 710). Kitahendaknya mengajarkan kemandirian kepadaanak sedini mungkin. Dengan kemandirian,seorang anak akan mampu mengatasi masalahyang dihadapi kelak tanpa tergantung padaorang lain. Kemandirian juga menumbuh-kankeberanian dan motivasi pada anak untuk terusmengeksplorasi pengetahuan baru. Dengandemikian, seorang anak yang mandiri akanmemiliki peluang yang lebih besar untuk sukses

di kemudian hari.Untuk mendo-

rong pertumbuhandan kemandiriananak, Tracy Hoggdan Melinda Blau,(2002: 41) dalambukunya Secrets of theBaby Whisperer forToddlers memper-

kenalkan konsep baru yang disebut denganHELP. HELP merupakan singkatan Hold back,Encourage exploration, Limit, and Praise.1. Hold back

Kita selaku orang tua/pendidik menahandiri untuk tidak selalu langsung membantuanak saat anak merasa tidak bisa. Lebihdulu perhatikan, dengarkan, dan amatikeadaan anak. Apakah ia benar memerlu-kan bantuan kita dan sejauh mana bantuandapat kita berikan. Bila memerlukanbantuan, ajarkan cara belajar memecahkanmasalahnya sendiri. Dengan menahan diri,kita juga mengirim sinyal bahwa anak kitakompeten dan kita memercayainya.Ketika anak ingin makan buah salak (MellyKiong, 2012: 34), sebagai orang tua, kitatentu merasa sedikit khawatir kalau durikulit salak yang agak tajam akan melukaianak kita. Namun, karena kita akanmengajari anak kemandirian maka kitatidak langsung membantu denganmengupaskan salak tersebut. Kita amati

Dengan kemandirian, seoranganak akan mampu mengatasimasalah yang dihadapi kelaktanpa tergantung pada orang

lain.

Page 50: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

43Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Generasi Tangguh

apakah anak kita dapat mengupasnya. Bilabelum bisa, jelaskan cara mengupasnyadengan cukup hati-hati dan praktikkanagar anak melihat. Pertama, dorong bagianyang runcing sampai kulit salak terbuka.Kemudian buka pelan-pelan ke samping,mulai dari bagian yang lebih besar ke bagianyang lebih kecil supaya kita tidak tertusukbagian yang runcing. Minta anak untukmencoba mengupas salak sendiri, di bawahpengawasan kita dan katakan kepada anakbahwa ia bisa melakukannya. Ini akanmembuat anak merasa kita memercayainyabahwa ia bisa mengupas salak tersebut.

2. Encourage explorationKita selaku orang tua/pendidik mendoronganak untuk mengeksplorasi hal-hal ataupengetahuan baru sehingga ia belajar darimengalami sendiri. Dengan demikian, kitamemercayai kemampuan anak dan ia lebihterdorong melakukan tindakan tanpatergantung orang lain.Misalnya, kita meminta anak untukberusaha mengupas salak sendiri seperticontoh pada nomor satu di atas, kita telahmendorong anak untuk mencoba pengeta-huan baru dalam mengupas salak. Tinda-kan ini selain memercayai kemampuananak dalam mengupas salak, juga akanmembuat anak ke depan mampu mengupassendiri salak yang akan dimakannya.

3. LimitKita selaku orang tua/pendidik memberikanbatasan dalam membantu anak. Kitakemukakan peran kita untuk menjaganyadalam batas aman, membantunya membuatpilihan yang tepat, dan melindunginya darisituasi berbahaya, baik secara fisik maupunemosional. Kemudian kita berikan kepadaanak, batasan apa yang boleh dan tidakdilakukan anak.Misalnya, ketika kita selaku orang tua maumengajarkan anak agar bisa berangkat ketempat les sendiri tanpa diantar. Kita tahubahwa tempat les anak kita memiliki jarakyang dapat ditempuh oleh anak dan tidakmelelahkan bagi anak, baik dengan berjalankaki maupun naik sepeda. Kita beri pilihankepada anak, apakah ia mau naik sepedaatau berjalan kaki ke tempat les. Kemudian

kita jelaskan bahwa bila anak naik sepedamaupun berjalan kaki, hendaknya iaberjalan di sebelah kiri. Anak disarankantidak ngebut bila bersepeda karena akanberbahaya, bisa jatuh atau terserempetkendaraan yang lewat di jalan itu. Anakdiingatkan agar untuk langsung menujutempat les, tidak mampir ke tempat lain ataumau diajak teman atau orang tidak dikenalyang ditemuinya di jalan. Memberikanbatasan apa yang boleh dan tidakdilakukan oleh anak, akan membantu anaktahu apa yang harus dilakukannya.

4. PraiseBerikan pujian kepada anak yang telahmelakukan pekerjaan dengan baik.Memberikan pujian yang benar, akanmendorong anak untuk belajar lebih lagidan anak menikmati kerjasama yang terjalinantara dirinya dengan orang tua/pendidik.Misalnya, ketika anak berhasil berangkat ketempat les dan pulang dengan selamat, kitalangsung memberikan pujian kepadanya.Katakan kepada anak, “Kamu anak hebat,sekarang sudah bisa berangkat ke tempatles sendiri. Mama Papa bangga padamu. Ilove you.” Ini akan mendorong anak untukbelajar lebih mandiri lagi dan anak merasadihargai serta nyaman ketika orang tuamemintanya melakukan hal yang baru.

Percaya diriPercaya diri merupakan salah satu aspekkepribadian yang sangat penting dalamkehidupan manusia. Orang yang percaya diriyakin akan kemampuan mereka sendiri sertamemiliki pengharapan yang realistis, bahkanketika harapan mereka tidak terwujud, merekatetap berpikir positif.

Menurut Thantawy R. dalam Kamus IstilahBimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diriadalah kondisi mental atau psikologis diriseseorang yang memberi keyakinan kuat padadirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatutindakan. Langkah pertama dan utama dalammembangun rasa percaya diri denganmemahami dan meyakini bahwa setiap manusiamemiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihanyang ada dalam diri seseorang harusdikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi

Page 51: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Generasi Tangguh

produktif dan berguna bagi orang lain (http://www.masbow.com/2009/08/percaya-diri-dalam-psikologi.html).

Sebagai orang tua/pendidik kita perlumembantu anak untuk menumbuhkan rasapercaya diri mereka. Hal yang dapat dilakukanmenurut psikolog Tika Bisono (http://hanifa93. wor dpr ess. com/2008/03/04/membangun-rasa-percaya-diri-anak), antaralain sebagai berikut.1. Memberikan cinta kasih kepada anak secara

tulus.Kita perlu menunjukkan rasa kasih sayangpada anak dan memberitahukan bahwamereka adalah bagian dari hidup kita.Sampaikan bahwa kita akan selalu adauntuk mereka apapun yang terjadi. Tapi,bukan berarti kita tidak peduli padakelakuan buruknya. Tetap tunjukkanpenyesalan jika anak mulai nakal.Misalnya, ketika anak tidak berani tampilke panggung saat lomba fashion show karenamalu atau takut. Sebagai orang tua kitamencoba untuk berempati dengan kondisianak yang mungkin saja saat itu merasatakut karena tidak percaya diri tampil didepan umum. Peluk dia dan katakan bahwanaik ke panggung tidak akan terjadi apa-apa buat dia. Berjalan di panggung samadengan berjalan di lantai, hanya lebih tinggi.Orang-orang/penonton akan senangmelihat anak berlenggak-lenggok mempera-gakan busana yang dikenakannya. Namun,bila anak belum berani naik ke panggungpada saat itu juga, kita jangan memaksanya.Ajak anak untuk menonton temannya yangnaik ke panggung dan berlomba. Katakanpada anak, “Lihat temanmu baik-baik saja,kan? Kamu pun pasti bisa. Lain kali cobaikut ya? Mama dan teman-teman pastisenang melihatmu di atas panggung.”

2. Puji kerja kerasnya.Hargai usaha anak bukan hasilnya saja.Meskipun hasilnya tidak seperti yang kitainginkan, tetap dukung dan hargai kerjakerasnya.Misalnya, ketika anak mengikuti lombamenyanyi dan tidak menang. Katakan kepa-da anak, “Meskipun kali ini kamu gagalmeraih kejuaraan, tapi bagi Mama Papa

kamu adalah anak hebat karena telahberusaha berlatih dengan tekun danmenampilkan kemampuanmu secaramaksimal. Mama Papa menghargai kerjakerasmu Nak!”

3. Pilih-pilih kata.Sampaikan kekecewaan kita kepada anakdengan kata-kata yang lembut dan penuhkasih sayang.Misalnya, ketika anak tidak berani tampildi panggung saat lomba fashion show.Katakan kepada anak, “Mama Papa sedihlho Kakak nggak jadi tampil di ataspanggung. Coba tadi Kakak jalan di ataspanggung, pasti Mama Papa senang sekali.Lain kali, Kakak harus berani ya tampil diatas panggung. Mama Papa pasti akanbahagia lihat Kakak.”

4. Luruskan kesalahan persepsi.Ketika anak merasa bahwa dirinya tidakmampu, jangan biarkan anggapan inimemenuhi pikirannya. Sampaikan kepadaanak untuk tidak khawatir karena ia hanyabutuh waktu lebih banyak untuk belajar.Berikan kepada anak kesempatan untukmencoba dan mencoba lagi.Misalnya, dalam contoh di atas kita sebagaiorang tua kembali mengikutsertakan anakdalam lomba-lomba yang mengharuskan ianaik ke atas panggung. Katakan bahwasebenarnya ia bisa.

5. Berikan perhatian.Ketika seorang anak merasa bahwa ia tidakmampu untuk melakukan sesuatu, sebagaiorang tua kita hendaknya mencobamendengarkan apa yang dirasakan olehanak dan kenapa ia merasa tidak mampu,dalam hal apa ia tidak mampu. Dengarkanpenjelasan anak dengan penuh perhatiandan hargai penjelasannya.Misalnya, katakan kepadanya, “Mama Papamengerti kekhawatiranmu, namun janganberlebihan. Kalau kamu berlatih lebih giatdan berani mencoba, pasti akan bisa. MamaPapa akan selalu menghargaimu bila kamusudah berusaha.”

6. Temukan bakat anak.Bantu anak menemukan bakatnya sehinggaia lebih percaya diri pada kemampuannya.Hal ini dapat dilakukan orang tua/pendi-

Page 52: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

45Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Generasi Tangguh

dik dengan mengikutsertakan ataumenugaskan anak dalam berbagai kegiatanatau lomba.Misalnya, mengikutkan anak dalam lomba-lomba di bidang seni atau mata pelajaran.Bila anak unggul dalam bidang tertentumisalnya menyanyi, berarti ia memilikibakat di bidang menyanyi. Tugas orang tua/pendidik selanjutnya adalah mengembang-kan bakat anak.

7. Ajari anak memecahkan persoalan.Jika anak sedang menghadapi masalah,bantu anak menemukan jalan keluarnya.Caranya, teliti dulu permasalahannya, lalutanyakan solusi yang mereka inginkan. Bilakurang tepat, tawarkan jalan terbaik danbantu anak memutuskannya.Misalnya, anak bingung menentukanjurusan yang akan dipilih, IPA atau IPS.Sebagai orang tua/pendidik, kita dapatmengarahkan anak untuk menentukanpilihan yang tepat. Usulkan kepada anakmengikuti tes bakat serta ajak anak berdis-kusi mengenai pelajaran yang disukai, yangia anggap mampu, cita-citanya kelak, danbagaimana cita-cita tersebut dapat dicapai,apakah dengan masuk jurusan IPA atauIPS. Dorong anak untuk memutuskansendiri. Bila masih bingung, bantu anakuntuk memutuskannya.

8. Ajak bersosialisasi.Ajak anak bersosialisasi dan biarkan diamenjadi sosok “penting” di lingkungannya.Bila anak kurang nyaman di lingkunganbaru, libatkan diri kita untuk membantunyamengatasi kegugupan.Misalnya, bila anak kita kurang dapatbersosialisasi dengan orang baru, sebagaiorang tua kita dapat mengajak anak kepertemuan dengan keluarga besar atauteman-teman kita, yang memungkinkananak bertemu dengan teman-temansebayanya. Perkenalkan anak kepada parasaudara atau anak teman kita. Kemudian,dorong anak untuk beraktivitas bersamamereka. Pastikan ia enjoy bersama teman-teman barunya dan tinggalkan ia sejenak.Bila masih kurang nyaman, temani danbantu anak supaya dapat masuk dalamdunia baru bersama teman-teman barunya.

9. Ajari anak bersikap realistis.Beri tahu anak bahwa tidak semua yang kitainginkan dapat terwujud. Untuk itu, bekalianak dengan cerita tentang kisah perjuanganseseorang yang berhasil menggapai mimpi,agar ia pun tidak mudah menyerah.Misalnya, ceritakan kisah Thomas AlvaEdison, seorang penemu terbesar sepanjangsejarah, yang berasal dari Amerika.Penemuannya, di antaranya mesin telegraf,gramofon, dan bola lampu listrik. Ia jugadikenal sebagai penemu yang menerapkanprinsip ‘produksi massal’ bagi penemuan-penemuannya. Meskipun di masa kecilnya,Edison hanya bersekolah di sekolah yangresmi selama tiga bulan; di usia 12 tahunsudah harus bekerja menjual koran dansurat kabar, buah apel, serta gula-gula; dandi usia itu juga Edison hampir mengalamikehilangan seluruh pendengaran karenapenyakit yang dideritanya. Penyakit itumembuatnya menjadi setengah tuli, namunEdison sangat senang mempelajari sesuatudan membaca buku-buku yang ada. Darisemua yang dipelajarinya, Edison menerap-kan pelajaran tersebut dengan cara bereks-perimen di laboratorium kecilnya. Edisontinggal di laboratoriumnya, hanya tidur 4jam sehari, dan makan dari makanan yangdibawa oleh asistennya ke laboratorium-nya. Edison melakukan percobaan daneksperimen terus menerus hingga penemu-annya sempurna (http://id.wikipedia. org/wiki/Thomas_Alva_ Edison).Dari cerita ini, kita mengajarkan anakbahwa semangat dan kerja keras adalahkunci sukses. Setiap usaha yang salahadalah satu langkah maju dan kita harusterus bekerja keras memperbaiki kesalahanuntuk menggapai mimpi kita. Seperti kata-kata kebajikan dari Thomas Alva Edison,bahwa “Jenius adalah 1% inspirasi dan 99%keringat. Tidak ada yang dapat mengganti-kan kerja keras.”

Tanggung JawabTanggung jawab adalah keadaan wajibmenanggung segala sesuatunya (Kamus BesarBahasa Indonesia, 2012: 1139). Sikap dan perilakubertanggung jawab sangat penting bagi

Page 53: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Generasi Tangguh

seseorang untuk menjalani kehidupannyasehingga harus ditanamkan sejak usia dini. Olehkarena, dengan bertanggung jawab berartiseseorang melaksanakan apa yang dijanjikansehingga ia dapat dipercaya, membantunyabelajar menjadi pemimpin, belajar memikirkanpilihan-pilihan dan mengambil keputusan yangbaik. (Barbara A. Lewis, 2004: 154).

Nilai-nilai tanggung jawab ini sangatdiperlukan untuk: (1) pengembangan jiwa yangsehat, (2) kepedulian akan hubunganinterpersonal, (3) sebuah masyarakat yanghumanis dan demokratis, dan (4) dunia yangadil dan damai (Thomas Lickona, 2012: 69).

Untuk menumbuhkan sikap dan perilakubertanggung jawab pada anak, dapat dilakukandengan cara (http://www.micheleborba.com/blog/2009/07/27/michele-borba-5-steps-to-boosting-a-childs-self-esteem):1. Sampaikan kepada anak pesan yang jelas

tentang perilaku bertanggung jawab.Sepakati moto atau slogan tentang tanggungjawab dan sampaikan bahwa kita berharapanak dapat bertanggung jawab dalamperilaku sehari-hari. Tempelkan moto ditempat yang mudah dilihat, sebagaipengingat bahwa di dalam keluarga atausekolah, setiap orang harus dapat bertang-gung jawab. Misalnya, bila di rumahtempelkan moto di kamar tidur anak. Biladi sekolah, tempelkan moto di ruang kelas.

2. Harapkan dan mintalah tanggung jawab.Sampaikan dengan ‘lugas’ bahwa kitameminta anak bertanggung jawab dankonsekuensi jika tanggung jawab tidakterpenuhi. Cobalah membahas satu per satutanggung jawab yang diharapkan sehinggaanak memahami dengan jelas bagimanamelakukan tanggung jawab tersebut.Misalnya, urusan sekolah (mengerjakan PR,mengembalikan buku perpustakaan).

3. Jangan memberikan ‘permakluman’.Buat aturan bahwa kita tidak menerimaberbagai alasan/permakluman. Jadi, ketikaanak-anak melalaikan tanggung jawabnyadengan membuat alasan tertentu, pertegasaturan tersebut dan bantu anak untukmenemukan solusi atau penyelesaianmasalahnya sehingga tidak ada alasanuntuk melalaikan tanggung jawabnya.

Misalnya, anak tidak mengerjakan PRdengan mengatakan, “Aku nggak ada waktumengerjakan PR”. Mengatasi hal ini, kitasebagai orang tua atau pendidik dapatmengajarkan anak untuk membuat jadwaldan menempelnya di kamarnya, ataumembuat gambar jam yang menunjukkankapan anak harus melakukan aktivitasyang menjadi tanggung jawabnya.

4. Tentukan konsekuensi yang diberikan jikaanak tidak bertanggung jawab.Sepakati konsekuensi bila anak tidakbertanggung jawab. Hal yang cukup efektifadalah dengan membuat anak tidaknyaman/mengurangi kesenangannya.Sebagai contoh, buku perpustakaan yangdipinjam anak di sekolah hilang, maka iaharus menggantinya. Jika ia harusmembayar atau membeli buku sebagaipengganti, maka ia harus berusahamendapatkan uangnya. Jika ia tidakmemiliki uang, tentukan konsekuensi lainmisalnya pekerjaan rumah atau sekolahyang harus ia lakukan untuk ‘membayar’,seperti menyapu dihargai Rp2000,00mengepel Rp5000,00 sampai terkumpulsejumlah uang yang cukup untuk membayaratau membeli buku yang dihilangkan.

5. Berikan penguatan pada perilaku dantindakan yang bertanggung jawab. Hargailah setiap usaha yang dilakukananak dalam mencoba berbagai cara untukmemperbaiki perilakunya dan hargailahsetiap pencapaian dari perbaikan yangdilakukannya. Pastikan peran kita adalahuntuk “membantu” bukan untuk “melaku-kan”. Jadi, jangan lakukan apa yang menja-di tugas anak karena hanya akan membuatanak tidak belajar untuk bertanggung jawab.

Sekolah dan Orang Tua, Partnerdalam Membangun Karakter BEST

Anak belajar dengan lebih baik jika lingkungansekelilingnya mendukung, yakni sekolah, orangtua, dan anggota keluarga lainnya sertakalangan masyarakat sekitar (http: www.eduto-pia.org/home-school-team). Sekolah tidak dapatmemberikan semua pertumbuhan danperkembangan anak, tanpa keterlibatan

Page 54: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

47Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Generasi Tangguh

bermakna dari orang tua. Untuk itu, perludibangun kerjasama antara sekolah (BPKPENABUR Jakarta) dengan orang tua pesertadidik BPK PENABUR Jakarta untuk membangunkarakter BEST, dalam tulisan ini khususnya Betough.

Sekolah dapat merekrut orang tua sebagaipartner dalam mengembangkan nilai moral dankarakter yang baik. Hal ini dapat dilakukandengan cara: (1) mendorong dan membantuorang tua untuk melaksanakan peran merekasebagai pen-didik utama moral dan karakteranak, serta (2) membuat orang tua mendu-kungsekolah dalam usahanya untuk mengajarkannilai moral dan karakter positif.

Pendekatan yang dapat dilakukan,misalnya pada awal tahun pelajaran sekolahmengundang orang tua untuk memahami visipendidikan karakter lembaga pendidikan,mengajak orang tua untuk memberikan suasanadan lingkungan yang kondusif bagi pendidikankarakter anak di da-lam keluarga, mem-berikan sema-cambuku panduan pen-didikan karakterbagi orang tua yangdikeluarkan olehsekolah dan mem-berikan kepada me-reka tugas sederhana bagaimana menin-daklanjuti proses pendidikan karakter yangditawarkan oleh sekolah kepada orang tua disela-sela waktu mereka (Doni Koesoema A., 2007:185-186).

Sekolah dapat mengajukan kepada orangtua nilai-nilai atau karakter yang ingin diajarkankepada peserta didik mereka untuk mendapatmasukan dan bersama-sama membuat komitmendengan tujuan sejalan. Sekolah juga dapatmeminta orang tua menuliskan nilai-nilai ataukarakter baik yang ingin ditumbuhkan pada diripeserta didik di sekolah. Di sekolah, guru melaluikegiatan belajar mengajar akan menanamkannilai-nilai atau karakter baik yang inginditumbuhkan pada diri anak dan orang tua dirumah mendukung kegiatan ini denganmemberikan didikan yang sejalan kepada anak.

Komunikasi yang intensif antara sekolahdan orang tua menjadi kunci sukses keutuhan

pendidikan karakter di sekolah. Untuk itu,pendekatan lain adalah dengan membuat“komunitas orang tua” yang mengadakanpertemuan secara rutin, misalnya sebulansekali, yang dilaksanakan di sekolah. Kepalasekolah dan guru ikut terlibat dalam masing-masing komunitas. Dalam pertemuan, merekadapat mendiskusikan program pendidikankarakter yang ingin ditumbuhkan dalam hal ini“Be tough” dan saling memberikan saranmengenai program tersebut. Melalui komunitasini, orang tua dapat bekerja sama deng-ansekolah dalam hal merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh sekolah ataukomunitas. Sekolah pun akan terbantu denganadanya sosialisasi tentang nilai-nilai ataukarakter yang ingin ditumbuhkan pada pesertadidik yang tentu saja mendapat dukungan dariorang tua.

Latihan pendidikan karakter bagi pesertadidik tidak boleh berhenti dengan berakhirnya

jam sekolah. Agardapat membantumemberdayakanorang tua dalampendidikan karak-ter di sekolah, seko-lah dapat membe-rikan pendala-mandan pelatihan bagi

orang tua yang dapat membantu orang tuadalam proses pendidikan karakter anak dirumah. Pihak sekolah dapat memberikansemacam panduan bagi orang tua untukmelanjutkan proses pendidikan karakter dirumah, melalui berbagai macam alternatifpendampingan, seperti pemberian tugas darisekolah yang perlu didiskusikan dengan orangtua, deskripsi tentang prioritas nilai yangmenjadi etos sekolah yang mesti dipahami olehpeserta didik dan orang tua, dan lain sebagainya.Misalnya, dengan membagikan format isian olehsekolah yang harus diisi oleh orang tua tentangperilaku anak yang menunjukkan bahwa ia telahberlaku gigih, mandiri, percaya diri, danbertanggung jawab. Format isian ini akandikumpulkan kembali untuk dievaluasi danmelihat perkembangan karakter peserta didik.

Tanpa peranan dan keterlibatan aktif dariorang tua, pendidikan karakter di sekolah akan

Komunikasi yang intensif antarasekolah dan orang tua menjadi

kunci sukses keutuhanpendidikan karakter di sekolah.

Page 55: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Generasi Tangguh

menjadi timpang dan tidak berkesinambungan.Oleh karena itu, diharapkan orang tua tetapdapat ikut bertanggung jawab atas pendidikananak-anak mereka.

Simpulan

KesimpulanDengan karakter yang tangguh, peserta didikBPK PENABUR Jakarta diharapkan mampubertahan dalam masyarakat yang kompetitifserta menjadi berkat bagi sesama.

Untuk menjadi generasi yang tangguh (Betough), seseorang setidaknya memiliki karaktergigih, mandiri, percaya diri, dan bertanggungjawab. Karakter gigih, ditumbuhkan denganmengajarkan mental berusaha pada diri anak.Karakter mandiri, ditumbuhkan denganmenahan diri untuk tidak langsung membantuanak, mendorong anak untuk mengeksplorasipengetahuan baru, membatasi peran kita sebagaiorang dewasa dalam membantu anak, memberi-kan pujian kepada anak yang telah melakukanpekerjaan dengan baik. Karakter percaya diriditumbuhkan dengan memberikan cinta kasihkepada anak, memuji kerja kerasnya, memilihkata-kata yang tepat, meluruskan kesalahanpersepsi, memberikan perhatian, menemukanbakat anak, mengajarkan anak memecahkanpersoalan, mengajak bersosialisasi, mengajarianak bersikap realistis. Sikap dan perilakutanggung jawab ditumbuhkan denganmenyampaikan kepada anak tentang perilakubertanggung jawab, mengharapkan dan memin-tanya bertanggung jawab, tidak memberikan‘permakluman’, memberikan konsekuensi jikaanak tidak bertanggung jawab, menghargaiperilaku dan tindakan yang bertanggung jawab.

Generasi BPK PENABUR Jakarta yangtangguh akan terwujud apabila BPK PENABURJakarta dan orang tua peserta didik, menjadipartner dalam membangun karakter BEST,khususnya Be tough pada diri peserta didik BPKPENABUR Jakarta. Untuk itu, BPK PENABURJakarta hendaknya dapat menciptakan hubung-an yang harmonis dengan orang. Hal inidilakukan melalui berbagai bentuk kerja samaantara sekolah dan orang tua dalam membangun

karakter BEST, khususnya Be tough pada diripeserta didik BPK PENABUR Jakarta.

SaranMengacu pada uraian di atas, maka BPKPENABUR Jakarta dalam hal ini Yayasan,Kepala Sekolah, maupun Guru hendaknyamelakukan fungsinya masing-masing dalammembangun karakter BEST, khususnya Be toughpada diri peserta didik BPK PENABUR Jakarta.

Yayasan mencanangkan program TahunKarakter dengan penekanan pada karakter Betough, dalam rangka membangun karaktertangguh pada diri peserta didik, melakukanpengawasan serta evaluasi di akhir program.Sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah dan Gurumenjalankan program Karakter ini di sekolahdengan bekerjasama dengan orang tua. KepalaSekolah akan bertanggung jawab terhadappelaksanaan program. Guru dan orang tuabekerjasama dalam melaksanakan program dibawah bimbingan dan arahan kepala sekolah.Program Karakter akan berjalan baik biladidukung orang tua. Untuk itu, sekolahhendaknya menciptakan hubungan yangharmonis dengan orang tua. Sekolah dan orangtua menjadi partner yang dapat bekerja samadengan baik dalam melihat masalah-masalahdan kebutuhan yang diperlukan, serta dapatmencari solusi terbaik bagi anak. Dengandemikian diharapkan tujuan pendidikan di BPKPENABUR Jakarta untuk membangun generasiBEST khususnya Be tough dapat terwujud.

Daftar Pustaka

Blau, Melinda & Tracy Hogg. (2002). Secrets of thebaby whisperer for toddlers. New York:Ballantine Books

Comer, James P. & Norris Haynes. (1997). Thehome school team (online). (http:www.edutopia.org/ home-school-team,diakses pada 5 Desember 2012)

http://edukasi.kompas.com/read/2011/06/0 5/ 2 0 03 2 9 85 / A d a . G la d i . R e s ik .Nyontek.Massal.di.UN.SD, diakses pada5 Desember 2012

Page 56: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

49Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membangun Generasi Tangguh

http://hanifa93.wordpress.com/2008/03/04/membangun-rasa-percaya-diri-anak/,diakses pada 8 Desember 2012

http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/visi.html, diakses pada 6Desember 2012

http://www.masbow.com/2009/08/percaya-diri-dalam-psikologi.html, diakses pada7 Desember 2012

http://www.micheleborba.com/blog/2009/07/27/michele-borba-5-steps -to-boosting-a-childs-self-esteem/, diaksespada 6 Desember 2012

h t t p : / / i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i /Thomas_Alva_Edison, diakses pada 22Maret 2013

Kiong, Melly. (2012). Cara kreatif mendidik anakala Melly Kiong. Jakarta: ProgressioPublishing

Koesoema A., Doni. (2007). Pendidikan karakter.Jakarta: Grasindo

Lewis, Barbara A. (2004). Character building untukanak-anak. Batam: Karisma PublishingGroup

Lickona, Thomas. (2012). Mendidik untukmembentuk karakter (bagaimana sekolahdapat memberikan pendidikan tentang sikaphormat dan tanggung jawab. Jakarta: PTBumi Aksara

Thantawy, R. (2005). Kamus istilah bimbingan dankonseling. Jakarta: Grasindo

Tim Penyusun Kamus, Pusat BahasaDepartemen Pendidikan Nasional.(2007). Kamus besar bahasa Indonesia edisiketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Page 57: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan MutuPembelajaran Pendidikan Agama Kristen

Maria Evvy YantiE-mail: [email protected]

SDK BPK PENABUR Cianjur

Opini

Abstrakidak jarang guru agama PAK mengalami kesulitan membelajarkan siswa mencapai tujuanpembelajaran yang diharapkan dalam kurikulum. Tulisan ini membahas metode yangefektif dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dengan mempelajari

pendekatan, metode, dan teknik yang diterapkan oleh Yesus dalam mempersiapkan dan membanguniman para pengikut-Nya sehingga mereka memiliki kreativitas dan memenuhi tanggung jawabsebagai manusia ciptaan-Nya. Setelah melalui kajian kritis, tulisan ini berkesimpulan metodeperumpamaan “Kerajaan Allah” yang digali dari Kitab Suci dapat dijadikan pilihan yang kreatifuntuk menumbuhkan keterampilan berpikir siswa. Penggunaaan metode perumpamaan dapatmendorong siswa berpikir dan menemukan beberapa konsep berdasarkan pengalaman merekadan esensi konsep berpikir.

Kata-kata kunci: Perumpamaan, mengajar kreatif, konsep berpikir, pengalaman belajar.

Methods for Improving the Quality of Learning Parable Education Material ChristianityAbstract

Quite often a teacher of Christian Religion Education finds difficulties to teach the students in achieving thelearning outcomes stated in the curriculum. This article discusses the effective instructional methods toimprove the instructional process and outcomes by studying the teaching approach, methods, and techniquespracticed by Jesus in planting and growing His followers’ faith that they have creativity and responsibility asHis human creature. Having conducted a critical review, the article concludes the parable ‘Kingdom of God’which was developed from the Holy Book is the appropriate choice for developing the students’ thinkingskills. The use of the parable is able to motivate the students to think and discover several concepts based ontheir experience and the essence of the thinking concept.

Key words: Parable, creative teaching, thinking concept, elearning experience .

T

Page 58: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

51Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

Pendahuluan

Mengajarkan berita Alkitab bukanlah hal yangmudah karena kita perlu mengadakan suatupengkajian dan penelitian yang komprehensif.Hal itu dilakukan untuk mendapatkan analisisinterpretatif sehingga kita mendapatkanesensinya bagi konteks kehidupan saat ini.Asumsi ini dilatarbelakangi karena setiap teksAlkitab memiliki konteksnya masing-masing.Pada umumnya para penulis berita Alkitabmenuliskan dan menghubungkan tulisannyadengan kondisi moral, agama, spiritualitas, dankeselamatan yang dialami umat pada masa itu.Hal tersebut termasuk pula perkataan-perkataanYesus sebagai pengajaran yang disampaikankepada para pengikutnya melalui metode dansituasi masing-masing.

Salah satu metode mengajar Yesus disam-paikan melalui perumpamaan kepada parapengikutnya termasuk juga hal-hal misteri,sebagai contoh tema mengenai Kerajaan Allah.Tema kerajaan Allah merupakan salah satumateri menarik dalam pemberitaan Alkitab.Selain itu sebagai misteri yang tidak mudahuntuk diungkapkan. Demikian pula ketika tematersebut disampaikan kepada para siswa sebagaimateri ajar PAK. Pengajaran materi PAK menge-nai Kerajaan Allah memerlukan pengkajianesensi dan metode penyampaian yangkomprehensif. Hal ini disebabkan karena materitersebut memiliki makna yang tersirat sehinggatidak dapat dipahami secara jelas oleh parapembacanya.

Pada umumnya kelompok ahli mencobamelakukan penggalian dan pembahasanmengenai tema Kerajaan Allah melalui analisislatar belakang dan metode yang berbeda-beda.Berbagai pertanyaan tercipta berhubungandengan pembahasan tema tersebut, di antaranya:Mengapa Yesus sering mengucapkan danmenjelaskan tema Kerajaan Allah? Bagaimanawujud Kerajaan Allah yang dimaksudkanYesus? Bagaimana relevansi Kerajaan Allahdalam kehidupan manusia? Apa tujuan Yesusmengajar mengenai Kerajaan Allah kepada umatmelalui perumpamaan? Serta bagaimanametode mengajar perumpamaan Kerajaan Allahyang dipraktikkan Yesus? Berdasarkan perta-

nyaan-pertanyaan seputar Kerajaan Allah makamelalui tulisan ini, pembatasan masalahdiarahkan pada pembahasan pengertian danmetode mengajar Yesus mengenai KerajaanAllah melalui perumpamaan. Oleh sebab itu,penulis tidak menguraikan mengenai temaperumpamaan-perumpamaan lain yangdiucapkan Yesus.

Berdasarkan perumusan masalah yang adaperlu dilakukan kajian secara utuh dan kompre-hensif mengenai tema tersebut melalui metodemengajar Yesus . Pendekatan metode mengajaryang dilakukan melalui kajian tersebut bertujuanuntuk mendapatkan pemahaman mengenaiKerajaan Allah supaya relevan, bermakna danteraplikasi dalam kehidupan umat seutuhnya.Selain itu, kajian yang dilakukan dapatmeningkatkan kemampuan para pengajardalam menyampaikan materi ajar PAKkhususnya mengenai perumpamaan kerajaanAllah. Kemampuan tersebut meliputi pengua-saan materi dan pengembangan metodemengajar yang dimiliki guru. Manfaat kajian inidapat meningkatkan pemahaman siswamengenai makna perumpamaan kerajaan Allahdan berperilaku sesuai dengan kehendak-Nya.Siswa semakin aktif meningkatkan potensinyadalam menelaah makna tersirat dari materi-materi PAK khususnya materi perumpamaankerajaan Allah. Demikian pula dinamika kuasaAllah dalam kerajaan-Nya yang teraplikasi didunia dapat dipahami dan dirasakan olehsetiap umat Allah.

Pembahasan

Pemahaman Perumpamaan ‘Kerajaan Allah’,Yesus dan Kerajaan AllahKehadiran Kerajaan Allah di tengah umat tidakdapat dilepaskan dengan sejarah kehidupanmereka yang terekam dalam berita-berita Alkitab.Kehadiran Kerajaan Allah dalam Perjanjian Barutidak berdiri sendiri tetapi merupakanpenggenapan rencana Allah yang disampaikandalam Perjanjian Lama. Kehadiran KerajaanAllah telah dialami dalam sejarah kehidupanumat masa Perjanjian lama. Peristiwapemanggilan dan pemilihan umat Israeldipahami sebagai pondasi dari pernyataanKerajaan Allah di dunia. Hal tersebut merupakan

Page 59: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

akar dari perjanjian Allah dengan umat yangterus tumbuh kokoh sepanjang kehidupan Israel.

Konsep perjanjian Allah dengan umat-Nyaberhubungan dekat dengan pernyataan yangterus dikumandangkan dalam perjalanansejarah Israel ‘Akulah Tuhan Allahmu yangmembebaskanmu... ‘ (Kel. 6 : 5-6). Konsepsi dariperjanjian ini menunjukkan bahwa Allah tetapsetia, tetap pada pendirian-Nya, teguh dankokoh. Walaupun terkadang umat melakukanpelanggaran terhadap perintah-perintah-Nya,tetapi Ia adalah setia dan adil yang menyatakanotoritas-Nya di tengah umat. Otoritas Allahdalam kehidupan umat tampak jelas karenaperjanjian dan pemilihan Allah atas Israel.1 Iabertindak sebagai pemimpin yang membimbingdan membebaskan umat untuk dapat melaksa-nakan maksud Ilahi-Nya.

Kehadiran Kerajaan Allah di tengahkehidupan umat telah dirasakan dan menjadinyata bagi Israel. Pengukuhan bahwa Allahakan menjadi Allah Israel dan mereka akanmenjadi umat-Nya menjadi dasar berlangsung-nya berbagai aspek kehidupan di Israel. Allahberotoritas sebagai pemimpin umat dalamkomunitas umat yang membimbing, menjamindan memberikan perlindungan, memberikankesejahteraan ekonomi dan sosial tanpa meman-dang perbedaan yang ada, serta memberikanpendidikan yang menjunjung tinggi kebenarandan keadilan sosial.

Bukti nyata pemerintahan Allah adalahmelalui pemberian hukum-Nya kepada umat.Hukum tersebut menjadi pedoman hidup untukmenjalankan kehendak dan menyatakan kasih-Nya di tengah umat. Pelaksanaan hukum Allahitu menjadi dasar bagi terselenggaranyapemerintahan, politik, agama, etika, sosialekonomi dan pola kehidupan yang berasasi.Demikian selanjutnya perkembangan kehidup-an umat berlangsung dalam pengawasan dantetap pada koridor Allah. Di bawah pemerin-tahan yang dipilih dan diteguhkan Allah, raja-raja Israel berpegang teguh untuk memilikikomitmen yang mengutamakan Allah terlebihdahulu di atas kepentingan pribadi. Merekatetap berpegang teguh pada prinsip-prinsipkedaulatan Allah di Israel. Para pemimpin itubertindak sebagai wakil kedaulatan Allah yangmematuhi perintah-Nya. Apabila mereka tidak

dapat mematuhi kehendak Allah maka Israelakan menjalani hukuman dan menghadapikesulitan.

Kehadiran Kerajaan Allah dalam beritaPerjanjian Lama (PL) dapat dilihat melaluikehendak Allah untuk memberikan kebebasanbagi umat menjalankan sistem peraturan yangtelah disepakati bersama. Allah menyatakankehadiran-Nya untuk memimpin merekamenjalankan pemerintahan yang berdasarkannilai-nilai kebenaran dan keadilan.2 Allahmemiliki kekuasaan yang besar dalam memberi-kan Roh yang benar bagi para penyelenggarapemerintahan. Kelanjutan kehadiran KerajaanAllah terus berlaku dalam komunitas umatPerjanjian Baru melalui kehadiran Yesus danmisi-Nya untuk menghadirkan Kerajaan Allah.

Yesus menggunakan istilah Kerajaan dansistem pemerintahan Allah dengan mengacupada konsep Kerajaan-Nya dalam PL. Yesusmemiliki misi menghadirkan Kerajaan Allahdan pemberitaan kabar keselamatan bagimanusia. Pemberlakuan konsep Kerajaan Allahitu telah berlaku sepanjang masa mulai dariawal Allah menciptakan alam semesta sampaiwaktu yang dikehendaki-Nya. Hal inimerekonsiliasi pemahaman mengenai konseppemikiran kesentripentalan bangsa Israel.Mereka diarahkan untuk memberitakan beritakerajaan Allah kepada dunia sekitarnya.Kerajaan Allah bukan suatu negara atauwilayah tertentu, tetapi merupakan masa dimana Allah menyatakan kehadiran-Nya ditengah umat sebagai penguasa tertinggi yangdapat mendorong mereka untuk memilikipengharapan baru yang bersumber pada kuasa-Nya.

Kuasa Allah yang hadir di tengah umat-Nya ditandai dengan sikap yang berpegangkepada prinsip kedaulatan Allah melaluiketaatan mereka. Prinsip tersebut menunjukkansimbol kuasa dinamis di bumi yang sedangberperang dengan segala kuasa kejahatan danmemperjuangkan keadaan damai di bumi.3

Kerajaan Allah dalam Perjanjian BaruKehadiran Kerajaan Allah dalam konteksPerjanjian Baru (PB) merupakan jalinanpenggenapan rencana dan kehadiran-Nyadalam Perjanjian Lama. Konsep Kerajaan Allah

Page 60: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

53Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

berakar dari janji Allah kepada umat-Nya baikmenurut berita PL dan PB. Usaha untuk memaha-mi Kerajaan Allah dalam PB dilakukan denganmencari korelasi antara misi dan perbuatanYesus di tengah umat. Yesus menggunakanistilah Kerajaan Allah dengan kerajaan sorga.Menurut pemahaman PB istilah ini dikenaldengan nama Basilea tou Theou (Kerajaan Allah)dan Basilea ton auranon (Kerajaan Sorga). Selainistilah tersebut tercipta juga istilah-istilahlainnya seperti Kerajaan sang Bapa dan Kerajaansang Anak. Semua istilah tersebut mengacu padasistem pemerintahan Allah yang dinyatakandengan tegas oleh Yesus dalam dunia PB.

Misi Yesus merupakan perwujudan darimisi Allah yang dinyatakan kehadiran-Nyadalam berita Alkitab. Misi Allah bukan hanyaterbatas hanya untuk bangsa Israel saja dengankonsep kepercayaan akan kehadiran Mesias pa-da masa yang penuh pengharapan. Pemahamanini terus berakar kokoh dalam perjalanan imanIsrael

Pengertian dan Tujuan Perumpamaan dalamPerjanjian BaruSering orang mencoba untuk mengajarkan apayang Alkitab sampaikan dengan berbagaimetode. Pengajaran tersebut mengenai moral,agama, spiritualitas, keselamatan serta apa yangmereka dengar dari perkataan Yesus. Terdapattiga hal yang disampaikan Yesus pada masapengajaran-Nya melalui perumpamaan, yaitu :1. Yesus menjelaskan mengenai kematian

dan kebangkitan-Nya di Yerusalem.2. Misteri tentang Kerajaan Allah3. Model pengajaran Yesus untuk menyam-

paikan kepada umat-Nya mengenai ajaranyang belum diketahui mereka.4

Menurut Bahasa Yunani kata perumpa-maan ditulis dengan kata parabole yang berasaldari kata paraballein dan digunakan juga kataparoimia, dapat diartikan sebagai perkataan yangmemiliki arti terselubung dan disampaikandengan meletakkan bagian di samping hallainnya.5 Perumpamaan dapat diartikan sebagaiperbandingan yang menempatkan suatu hal disamping hal lainnya untuk membuat sebuahpernyataan.6 Perumpamaan menggambarkansebuah tinjauan dan garis persepsi antara duahal. Perumpamaan disampaikan untuk

memberikan bentuk pemahaman yangberhubungan dengan kebenaran, spiritualitas,dan berhubungan dengan hal surgawi. Tujuanpenyampaian perumpamaan adalah untukmembangkitkan kesadaran manusia ataspernyataan ilahi, pendidikan, kerohanianmanusia, hubungan antara manusia secaraspiritual, bahkan gambaran tentang kebenaranyang lebih dalam mengenai hubungan Allahdengan manusia.7

Yesus sering mentransforma-sikan suatuhal ke dalam pengertian yang penuh misteri danmemiliki arti lebih dari yang diinformasikan. Iamenggunakan perumpamaan untuk menjelas-kan sesuatu dengan mencari perbandingandengan berbagai aspek yang ditemukan disekelilingnya.

Walaupun perkataan melalui perumpa-maan dilakukan dengan mencari perbandinganberbagai aspek, perumpamaan tetap memilikitema utama sementara penjelasan yang lainnyamerupakan referensinya. 8 Tema utama dalamperumpamaan mengandung unsur pengajaranYesus bagi manusia. Tema yang disampaikanberupa figur dalam pola percakapan yangmerupakan perbandingan antara yang ilahi danprofan. Beberapa kategori tema-temaperumpamaan yang dinyatakan Yesus adalahmengenai pernyataan Allah, perilaku manusia,hikmat Allah, pola kehidupan sebelummengenal Allah, Kerajaan Allah, dan pengha-kiman terakhir.9

Model Perumpamaan dalam Perjanjian BaruBerita-berita dalam PB khususnya kumpulanInjil memuat mengenai perkataan Yesus yangdisampaikan dalam bentuk kalimat langsungsebagai perumpamaan. Matius 13 : 1-23 Markus4 : 1-20, dan Lukas 8 : 4 - 15 memuat mengenaiperumpamaan tentang seorang penabur, ayat24-30 menuliskan perumpamaan tentang lalangdi antara gandum dengan penjelasan pada ayat36 - 43, ayat 31-35 yang ditulis pula dalamMarkus 4 : 30-34, Luk 13 : 18-21 perumpamaantentang biji sesawi dan ragi, ayat 44-46perumpamaan tentang harta terpendam danmutiara yang berharga, ayat 47-52perumpamaan tentang pukat.

Bagian perikop lain yang berbicara meng-enai perumpamaan yaitu Matius 18 : 12-14 yang

Page 61: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

ditulis pula dalam Lukas 15 : 3-7 mengenaiperumpamaan tentang domba yang hilang, ayat21-35 perumpamaan tentang pengampunan.Selanjutnya pada Matius 20:1-16 berbicaramengenai perumpamaan tentang orang-orangupahan di kebun anggur. Matius 21: 28-32 berisimengenai perumpamaan tentang dua oranganak, sementara ayat 33- 46, kembali Yesusberbicara melalui perumpamaan tentangpenggarap-penggarap kebun anggur yangditulis pula dalam Markus 12:1-112 dan Lukas20:9-19.

Matius 22:1-14 dan Luk 14:15-24 menulis-kan mengenai perumpamaan tentang perjamuankawin. Matius 24:20-36 menuliskan mengenaiperumpamaan tentang pohon ara, ayat 45-51menuliskan mengenai perumpamaan tentanghamba yang setia dan hamba yang jahat. InjilMatius menuliskan bagian perumpamaan Yesusyang terakhir pada pasal 25, yaitu Matius 25: 1-13 mengenai gadis-gadis bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh dan diakhiri dengan ayat 14-30 mengenai perumpamaan tentang talenta yangdituliskan pula dalam Lukas 19 : 12-27.

Injil Markus menuliskan mengenaiperumpamaan yang dikatakan Yesus padapasal 4 : 1-20 mengenai perumpamaan tentangseorang penabur, ayat 21-25 mengenaiperumpamaan tentang pelita dan ukuran, ayat26-29 mengenai perumpamaan tentang benihyang tumbuh, ayat 30-34 perumpamaan tentangbiji sesawi. Sementara Injil Lukas menuliskanmengenai perumpamaan yang dikatakan Yesusmulai pada pasal 8:4-15 mengenai perumpa-maan tentang seorang penabur, ayat 21-25mengenai perumpamaan tentang pelita. Pasal13:6-9 mengenai perumpamaan tentang pohonara yang tidak berbuah, ayat 18-21 mengenaiperumpamaan tentang biji sesawi dan ragi. Pasal15 : 1-7 mengenai perumpamaan tentang dombayang hilang, ayat 8-10 perumpamaan tentangdirham yang hilang, ayat 11-32 mengenaiperumpamaan tentang anak yang hilang, pasal16:1-9 mengenai perumpamaan tentangbendahara yang tidak jujur. Selanjutnya pasal18:1-8 mengenai perumpamaan tentang hakimyang tak benar, ayat 9-14 mengenai perumpa-maan tentang orang Farisi dengan pemungutcukai. Pasal 19:11-27 mengenai perumpamaan

tentang uang mina. Pasal 20 : 9-19 mengenaiperumpamaan tentang penggarap kebun anggur

Apabila kita memperhatikan perumpamaanyang dikatakan Yesus dan ditulis dalam InjilMatius, Markus dan Lukas maka kita dapatmembaca bahwa secara garis besar berbicaramengenai Kerajaan Allah. Berita Injil Matiuslebih banyak menuliskan mengenai hal KerajaanAllah. Sebagai contoh, Yesus mengawaliperkataan-Nya sebelum menyampaikan isi dariperumpamaan dengan kalimat “Hal KerajaanSorga itu seumpama... (Matius 13:24, 13:31,13:44, 13:47, 19:1, 22:1). Injil Markus menyatakanmengenai arti rahasia Kerajaan Allah (Markus4:11, 4:26-29, 4:31). Lukas menuliskanperumpamaan Yesus yang menyatakan meng-enai Kerajaan Allah dengan kalimat “Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dandengan apakah Aku mengumpamakannya?(Luk 13:18, 20).

Hal Kerajaan Allah memiliki posisi pentingdalam tema pemberitaan ajaran Yesus kepadaumat-Nya. Tema ini disampaikan berulang kalidan tercatat dalam berita Injil. Esensi KerajaanAllah disampaikan Yesus melalui modelpengajaran yang bertumpu pada tujuanpengajaran itu sendiri. Aktivitas mengajar yangdilakukan Yesus merupakan perbuatan yangtidak terlepas dari aktivitas belajar parapendengarnya. Proses mengajar dan belajaryang dipraktikkan Yesus bersama dengan paramurid-Nya dilakukan untuk mencapai suatuperubahan perilaku secara keseluruhan.Perubahan tersebut didapat dari pengalamanindividu dalam interaksi dengan lingkung-annya.

Hubungan Perumpamaan Mengenai KerajaanAllah dengan Perkataan YesusApa yang dikatakan Yesus secara konstanmelalui perumpamaan menciptakan pertanyaanmengapa Ia menggunakan perumpamaanwalaupun faktanya bahwa perumpamaan sulitdimengerti oleh umat. Kesulitan untukmemahami materi perumpamaan disebabkankarena mereka tidak melihat dan mengertisehingga dikatakan merupakan misteri. Farrarmenuliskan bahwa Yesus adalah seorangpenyusun perumpamaan yang terbaik dalam

Page 62: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

55Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

menyampaikan berbagai hal.10 Yesus menyam-paikan perumpamaan-Nya dengan menempat-kan sebuah hal atau pokok pemikiran di antarahal-hal yang lain. Ketika Ia membuat sebuahpernyataan dalam perumpamaan-Nya, Ia seringmentransformasi-kan dalam sesuatu yangmisterius lebih dari yang diinformasikan. Apayang ditemukan Yesus di sekelilingnya diambiluntuk menyampaikan materi pengajaran-Nyamelalui perumpamaan.Kesulitan memahami arti perumpamaan yangdikatakan Yesus menyebabkan diperlukannyakeahlian untuk dapat mengajarkannyaterutama mengenai perumpamaan KerajaanAllah.11 Materi yang disajikan dalam perumpa-maan mengenai Kerajaan Allah menyatakanbahwa Allah sebagai Raja yang memiliki otoritasdi tengah kehidupan manusia bukan hanyanama-Nya tetapi juga peraturan dan hukum-Nya. Hal ini dapat diartikan sebagai masapemberlakuan aturan pemerintah di bumidengan hukum kebenaran, peraturan yangstabil, serta penghukuman dan anugerah.Kerajaan Allah memerintah atas seluruh aspekkehidupan manusia sehingga Kerajaan Allahtidak hanya sebagai fakta ekspresi figuratif saja.Berita kebenaran yang disampaikan melaluiperumpamaan Kerajaan Allah merupakanpernyataan yang disusun untuk mengetahui halyang tidak dinyatakan secara jelas mengenaiAllah. Berita tersebut membimbing dalamkebenaran surgawi sehingga keseluruhankehidupan moral dari hal yang terlihatdinyatakan secara jelas. Hal-hal yang samaditujukan kepada para pemimpin sebagaisubjek. Materi perumpamaan yang dinyatakanberupa penggambaran mengenai orang tua dananak, matahari dan bulan, penabur dan penuai,kelahiran dan kematian. Perumpamaan yangdisampaikan Yesus mengenai kerajaan Allahmenceritakan kepada manusia mengenaikehidupan yang benar bersama-Nya .12

Ketika seseorang mempelajari suatupengetahuan maka perlu diberikan kuncipenjelasan yang dapat membangun kembalipengetahuan yang dimilikinya. Perumpamaanyang disampaikan Yesus menekankan padakehidupan spiritualitas manusia, situasi sosialmanusia, sesuatu pengetahuan yang tidak

terlihat dengan jelas menjadi kebenaran yangmendasari semuanya. Yesus menemukanjawaban mengenai hal yang aneh dan hebatdengan menjalin hubungan melalui kondisisekitar-Nya. Pola mengajar melalui perumpa-maan menggunakan berbagai hal atau aspekyang ada di sekitar manusia dan dihubungkandengan makna ilahi yang memberitakan simbolmengenai anugerah dan kekuatan Allah.

Konsep mengajar Kerajaan Allah melaluiperumpamaan bukan hanya sebagai pesanmengenai sesuatu yang menghasilkan dampakbagi kehidupan manusia tetapi memberikankekuatan dan kemampuan bagi umat untukdapat mendemonstrasikannya dalamkehidupan sehari-hari. Martin Lioyd menulis-kan hubungan antara pengajaran denganperilaku umat melalui kalimat “ What’s your lifelike? And what effect are you having upon otherpeople?’13

Masa pelayanan dalam Yesus mengajarumat tentang pengertian Kerajaan Allahmenjadikan-Nya sebagai proklamator. Crossanmengutip apa yang dituliskan Norman Perrinmengenai hubungan perkataan Yesus dengankonsep pengajaran Kerajaan Allah dituliskanmelalui kalimat bahwa Kerajaan Allah sebagaiaksi ilahi di mana Allah dan firman-Nya diyakinisebagai yang memiliki otoritas dalam kehidupanumat. Yesus mengajarkan kepada umat-Nyabahwa Kerajaan Allah bukan sebuah komunitasumat saja, tetapi terkonsentrasi sebagai aktivitasAllah pemimpin bagi mereka.14

Metode Mengajar Yesus Mengenai KerajaanAllah melalui Perumpamaan sebagai DasarBerpikir Sebuah KonsepPembelajaran merupakan proses interaksiantara guru dan siswa yang menggunakansumber belajar dengan tujuan terjadinyaperubahan perilaku sebagai dampak daripengalaman belajar bersama. Pembelajarandapat berlangsung karena gabungan unsur-unsur media pembelajaran, psikologi pembel-ajaran dan model pembelajaran yang dipraktik-kan. Siswa diarahkan pada proses berpikirkreatif dan kritis dalam memilih sikap danmengubah perilaku ketika menghadapi berbagaimasalah dalam kehidupannya.

Page 63: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

Pembelajaran yang dipraktikkan antaraguru dan siswa merupakan model sebuahkerangka berpikir untuk merancang,melaksanakan, membimbing supaya terjadiinteraksi belajar. Kegiatan berpikir merupakanproses kognitif penggabungan antara persepsidan unsur yang ada dalam pikiran manusiadengan menggunakan data, prinsip, dan logikauntuk menarik kesimpulan. Pembelajaransebagai proses berpikir membentuk pengeta-huan yang dimiliki para individu. Ketikapembelajaran dipraktikkan maka akan terjadiproses berpikir, bagaimana terjadinya prosesberpikir tersebut, dan metode mengajar yangdapat memotivasi untuk berpikir.

Berdasarkan keterampilan berpikir denganmemanfaatkan kapasitas yang dimiliki manusia,terdapat tahapan mulai dari tingkat berpikiryang paling rendah sampai tingkat tinggi.Tingkatan berpikir tersebut bertujuan untukmengatasi perbedaan pemahaman materi danmemberikan respon dari peristiwa yang terjadi.Keterampilan dasar berpikir tingkat rendahmeliputi kompetensi mengingat pengetahuanyang dipelajari, memahami informasi yangditerima dan menerapkan informasi yangditerima dalam bentuk produk atau ilmupengetahuan. Sementara keterampilan berpikirtingkat tinggi meliputi kompetensi analisisdengan menguraikan informasi secara detail,melakukan sintesis yaitu kompetensi mengga-bungkan informasiyang diterima menjadisebuah kesimpulan. Tahap terakhir dariketerampilan berpikir ini yaitu kompetensievaluasi yaitu membuat keputusan dari hasilanalisis dan kriteria yang ditentukan.

Keterampilan berpikir memampukanmanusia untuk membedakan banyak jenis objekdan aspek dari hal yang dipelajarinya. Merekamemanfaatkan kapasitas yang dimilikinyauntuk mengklasifikasikan objek yang diteliti atasdasar karakter yang tercipta. Usaha untukmengetahui sebuah perkembangan konsepterhadap objek yang disampaikan dilakukandengan mengantisipasi dan menyusun rencanaaktivitas yang akan dilakukan. Sebagai contoh,seandainya kita memiliki konsep tentang sesuatuhal maka ada banyak persiapan yang dilakukanuntuk menerangkan dan mengantisipasikeadaan yang akan terjadi.

Pengkategorian konsep memiliki duakomponen yaitu konsep formasi dan konsephasil yang dicapai. Konsep formasi merupakanlangkah awal dari hasil yang hendak dicapai.Pada tahap konsep formasi dilakukanperumusan ide yang dipikirkan, menganalisisdan menyusun ilustrasi yang menunjukkankarakteristik ide yang diteliti. Metode mengajarberdasarkan konsep berpikir berhubungandengan kemampuan untuk mengumpulkan dataperistiwa dan perilaku keseharian yang dapatdiperhatikan, mendiskusikan, menganalisis danmenghubungkannya untuk mendapatkankesimpulan sebagai esensi konsep.

Perumpamaan merupakan bagian darimengajar sebuah konsep. Seorang pengajar yangmenyampaikan materi ajar dengan menggu-nakan perumpamaan perlu melakukanpemahaman konsep terhadap materi tersebut.Saya berpendapat bahwa Yesus adalah seorangperumus dan pengajar konsep yang handal.Ketika Yesus mengajar konsep materi ajarkhususnya mengenai tema Kerajaan Allahkepada para pengikut-Nya melalui perumpa-maan terdapat langkah-langkah yangdilakukan-Nya, yaitu: Identifikasi data konsepyang diajarkan dengan menjalin koneksitaskonteks sekitar melalui perbandingan sifatpositif dan negatif dari konsep yang diamati.Selanjutnya menyusun hipotesis dan menyata-kan definisi menurut esensi dari konsep materiyang disampaikan. Ketika Yesus menyampaikankonsep materi ajar mengenai hal Kerajaan Allahyang tertulis dalam Markus 4:1-34, Ia melakukanidentifikasi data para pendengar-Nya. Konseppenabur dan benih yang disebarkannya menjadimateri penelitian untuk menyusun hipotesispengajaran. Usaha untuk memudahkan analisismetode mengajar ini dilakukan salah satunyamelalui analisis struktur , yaitu :Situasi ketika Yesus sedang mengajar di tepidanau:a. Para pendengar terdiri dari orang banyak

yang datang mengerumuni-Nyab. Materi ajar - pola kerja seorang penabur

1. Menabur benih di pinggir jalan dima-kan burung sampai habis

2. Menabur di tanah yang berbatu-batuyang tanahnya tipis

Page 64: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

57Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

Benih tumbuh tapi layu, kering, tidakberakar

3. Menabur di tengah semak berduriBenih terhimpit semak duri, tidakberbuah, mati

4. Menabur benih di tanah yang baikBenih tumbuh dengan subur danberbuah berkali lipat

Struktur narasi pertama menyajikan situasiyang dialami Yesus di tengah para murid danpengikut-Nya. Yesus terlihat begitu pandaimembaca konteks tempat Dia mengajar. Polamengajar Yesus merupakan penggabunganantara keterampilan berpikir tingkat rendah dantinggi. Yesus mengelompokkan objek materiajarnya berdasarkan kriteria tertentu. Situasi danpola kehidupan sehari-hari dari para pengikut-Nya mempengaruhi identifikasi data-datauntuk menyampaikan konsep materi ajar. Polakegiatan pertanian yang lekat dan menjadipekerjaan mayoritas dari para pengikut-Nyamerupakan bagian data yang diamati. Daerahpertanian yang subur dan dikelilingi olehbenteng alam yaitu pegunungan yang tinggi disebelah utara dan selatan merupakan dataranyang subur dan cocok untuk lahan pertanian.

Siklus pertanian yang normal di Palestinameliputi musim membajak pada waktu musimhujan pertama. Sementara musim menabur benihdilakukan pada bulan November-Desember.Secara sistematis siklus pertanian yangdilakukan adalah: masa membajak, masamenabur benih, masa panen. Pekerjaan seorangpenabur benih dilakukan untuk menjelangmusim tanam dan panen.15 Penggambaranseorang penabur benih sudah sangat dikenaldalam komunitas kehidupan di Palestinasehingga memudahkan Yesus mengajarkankonsep materi terhadap umat saat itu. Setelahmengelompokkan objek yang diajarkan,dilakukan usaha generasisasi dengan mencarisuatu pola yang teratur dari beberapa objek yangdiamati. Konsep pertanian dan unsur-unsurpendukungnya disusun secara teratur dalamproses sintesis sehingga ketika konsep ajardisampaikan terjadi keterpaduan kegiatanberpikir secara keseluruhan.

Pola mengajar berdasarkan konsep keteram-pilan berpikir dilakukan oleh Yesus sebagaipengajar untuk menegaskan konsep yang

disampaikan menurut sifat esensialnya.Penggambaran pekerjaan seorang penabursecara esensial berhubungan dengan benih, carapenyebaran, media, dan hasil yang didapatkan.Gambaran ini dapat mengarahkan parapendengar pada esensi konsep walaupun hanyaberupa perbandingan sebagai kerangka berpikir.

Yesus mendemonstrasikan kepada paramurid dan pengikut-Nya bagaimana selayaknyaseorang guru harus mengajar, melatih, ataumembina orang lain. Penguasaan-Nya terhadapkonsep materi ajar yang disampaikan-Nyaterlihat melalui tujuan yang jelas dalampengajaran-Nya. Ia begitu mengerti ke arah manamereka yang mendengar pengajaran-Nya yaitumengenal rahasia Kerajaan Allah, bahkanmasuk serta melihat Kerajaan Allah itu. Yesusmemperkenalkan pribadi Allah yang meliputisifat dan karya-Nya kepada manusia. Di baliksetiap ucapan dalam pengajaran-Nya bukanhanya konsep teoritis tetapi terkandung maknayang mendasari tindakan berharga.

Metode Mengajar Kerajaan Allah MelaluiPerumpamaan sebagai Cara Berpikir InduktifKonsep berpikir adalah sebuah catatan aktifantara individu dan data yang dikumpul-kan.Hal ini dimaksudkan bahwa penyampaianmateri-materi merupakan pengaturan kognitif,pengorganisasian fakta ke dalam sistemkonseptual, menghubungkan data-data kontekske dalam konsep utama dan menganalisishubungan-hubungan yang terjalin. Kemampuanberpikir menjadi strategi untuk mengobservasirangkaian pengetahuan yang disampaikan.Kemampuan berpikir dapat diarahkan melaluistrategi mengajar yang memperhatikan konteksmateri dan para pendengarnya.

Metode mengajar dari konsep berpikirinduktif ini membentuk kemampuan berpikiruntuk mengobservasi rangkaian pengetahuan.Hal ini dapat menyusun sebuah kesimpulanberdasarkan kemampuan berpikir yang berkem-bang dan saling mempengaruhi. Cara berpikirinduktif dapat diidentifikasi melalui pengum-pulan data yang relevan sesuai dengan tujuanmateri ajar yang akan disampaikan. Upayamengelompokkan data menurut dasar keseja-jaran dengan data yang diidentifikasi. Setelahpengumpulan data maka kategori yang sudah

Page 65: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

teridentifikasi pengajar dapat melibatkan siswauntuk menyampaikan konsep atau ide merekabahkan melalui aktivitas. Seorang pengajarsangat perlu untuk mengarah-kan parapendengar memiliki konsep berpikir yangsejalan dengan materi yang disampaikan.

Materi pengetahuan yang disampaikanmeliputi pengetahuan fisik yang mengacu padaproses pembelajaran materi alami sesuai dengankonteks yang ada. Selain itu diajarkan pulapengetahuan sosial yang merupakan relasitimbal balik dalam komunitas. Bagianpengetahuan ini menyediakan sebuah kerangkapemikiran yang berdampak pada aksi danhubungan sosial serta pengetahuan logis yangmengkonsentrasikan pada konsep berpikirlogis.16 Kekhususan konsep berpikir logis danpengetahuan sosial dapat berdampak dalampembelajaran. Hasil dari proses ini menciptakansumber yang memotivasi untuk mendapatkaninformasi dalam sebuah bentuk linguistik.

Penelaahan terhadap isu yang berkembangdalam pola pikir masyarakat pada umumnyadapat membentuk konsep berpikir yang relevan.Materi ajar yang disampaikan dapat berupaorientasi kasuistik, identifikasi isu, mensintesisfakta, serta mengidentifikasi nilai yangterbentuk.17 Penggalian rumusan dari argumen-tasi yang disusun dilakukan melalui pengem-bangan tema yang dipilih, menyajikan bukti darihal yang faktual, mengklarifikasi nilai konflikdan analogi nilai yang akan diambil. Materiutama yang mendukung model mengajar inimerupakan kasus yang secara relatif dapatberkembang menjadi materi yang utuh.

Perumpamaan yang disampaikan Yesusdalam berita Injil berdasarkan orientasi kasuistikyang didapat melalui identifikasi isu sosial dansintesis fakta untuk menciptakan konsep nilaispiritualitas umat kepada Allah. Sebagai contoh,perumpamaan mengenai hal Kerajaan Allahyang terdapat dalam Matius 13:24-30 mengenaiperumpamaan tentang ilalang di antara gandum.Yesus seorang penganalisis yang handal karenaIa dapat melakukan analisis konteks sekitarnyauntuk menyampaikan orientasi isu sosial yangtercipta.

Model mengajar Yesus bukan hanyaberorientasi pada tindakan menerangkan, tetapijuga bertanya untuk merangsang para pendengar

untuk memiliki konsep berpikir sesuai dengantema materi ajar-Nya. Sebagai contoh, ketikaYesus menyampaikan pengajaran-Nyamengenai perumpamaan seorang penaburdalam hal kerajaan Allah, Ia mengarahkan parapendengar dengan menceritakan kehidupankeseharian seorang penabur benih di ladang.Melalui pertanyaan yang menantang mereka‘Siapa bertelinga hendaklah ia mendengar!’Pernyataan ini menciptakan pertanyaan parapendengar mengenai materi yang disampaikan-Nya. Ia menumbuhkan kreativitas parapendengar untuk belajar melalui pendekatanpartisipatif dengan melibatkan mereka dalammenyampaikan ide dan tindakan. Pazminomenuliskan mengenai prinsip Yesus dalammengajar seperti yang dituliskan Anthony yaitupengajaran Yesus bersifat otoritatif, berwibawa,berkuasa, mengajak umat berpikir dan mencarikorelasi materi yang diajarkan dengan konteksyang dihadapi-Nya.18

Metode Mengajar Kerajaan Allah melaluiPerumpamaan sebagai Pengalaman KreatifProses pengajaran yang dipraktikkan melaluipengalaman kreatif peserta didik dapatmenggambarkan konsep pemahaman yang lebihefektif. Metode mengajar ini dapat bertujuanmembangun kemampuan pendengar melaluipengenalan terhadap sensor dan ekspresi fisikbenda yang ada di sekitar. Kemampuan pen-dengar dalam mempelajari sesuatu denganmelihat, mendengar dan menyentuh sesuatudinilai lebih efektif. Mereka dapat belajar melaluikepekaan terhadap kemahakuasaan Allahmelalui dunia dan ciptaan-Nya.

Metode mengajar melalui pengalamandapat memupuk ingatan pendengar terhadapmateri ajar. Pengajaran mengenai kerajaan Allahdisampaikan melalui jalinan pengalaman parapendengar dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan yang dilakukan dalam sikluspertanian merupakan bentuk kegiatan yangdikenal dan dialami oleh umat saat itu. Melaluianalogi kontekstual kehidupan seorang penaburbenih dan pertumbuhannya, Yesus menjelaskanpraktik kehidupan umat yang menerimakehendak Tuhan. Para pendengar diharapkandapat lebih memahami materi pengajaran Yesusmelalui penelaahan pengalaman mereka.

Page 66: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

59Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

Kemampuan pengalaman merasakan sesuatuakan menciptakan reaksi dan konsep tentang haltersebut. Para pendengar diarahkan untukmempraktikkan pengalaman kreatif denganmengembangkan intelektual yaitu melibatkanpilihan dan keputusan untuk menyelesaikanmasalah yang terjadi. Seorang guru yang kreatifdiharapkan dapat membimbing pesertadidiknya untuk belajar mengenal, memahami,dan menghadapi dunia tempat mereka hidup.Lingkungan merupakan tempat merekamendapatkan pengetahuan, kepercayaan, dapatberkarya dan berinteraksi dengan sesamanyaserta melakukan perubahan sebagai bagian darilingkungannya.

Melalui contoh pengalaman belajar melaluipengenalan pada lingkungan, menciptakanbeberapa elemen yang penting dalam prosesbelajar, yaitu :1. Manusia menggunakan seluruh kepekaan

mereka termasuk merasa, menyentuh,mendengar, melihat dan mengamati.

2. Manusia mengekspresikan diri atas dasarpengetahuan yang didapatnya dalamberbagai bentuk kegiatan yaitu membaca,berbicara, bernyanyi dan menghasilkankarya.Kontribusi yang diberikan bagi siswa

melalui pengetahuan mereka terhadap hal yangbaru dapat menunjang perkembangan dankemampuan untuk bersikap terbuka terhadapperubahan yang terjadi. Konsep pemikirantersebut bertujuan untuk mempersiapkan peng-alaman belajar melalui kepekaan terhadap krea-tivitas siswa serta memiliki pengetahuan terbukaterhadap perubahan ke arah yang posi-tif.

Metode mengajar siswa dilakukan melaluipengenalan terhadap dunia sekitarnya termasukmengenai dirinya sendiri. Pengalaman hidupbersama dengan lingkungannya merupakanmodel mengajar yang efektif. Contoh hal tersebutadalah ketika seorang anak memer-lukan banyakpengalaman selama tahun ke tahun untukmembangun keyakinan dan memberikanpenghargaan terhadap apa yang mereka alami.Mereka akan mengalami kepekaan terhadapkeadaan sekitarnya sehingga ada banyak halyang dapat dijawab seputar pertanyaan yangtercipta. Misalnya, siapakah mereka, bagaimanamereka diciptakan, apa yang dilakukan

lingkungan sekitar mereka, bagaimana merekadapat berhubungan satu dengan yang lainnya,seperti apakah pasir, hujan, angin, dan pertanya-an lainnya.

Ketika Yesus menyampaikan pengajaran-Nya, Ia memiliki posisi sebagai jembatansekaligus agen yang memungkinkan parapendengar berdialog dengan dunianya. Temapengajaran mengenai Kerajaan Allah disampai-kan Yesus dengan mencari korelasi pengalamanyang dihadapi para pendengarnya. Pengalamanpola hidup seorang penabur, konteks pertaniandan karakter para pekerja di wilayah Palestinadijadikan sebagai media untuk menyampaikanpengetahuan yang diajarkan-Nya. Pengajaranmelalui pengalaman melibatkan apa yang kitakatakan dan lakukan.

Simpulan

KesimpulanKitab Injil melaporkan bahwa Yesus menempuhberbagai pendekatan dan metode untukmemberitakan mengenai hal Kerajaan Allahkepada manusia. Ia mengajar di hadapan puluh-an, ratusan, bahkan ribuan orang pendengaryang datang dari berbagai latar belakang sosial,usia, dan tingkat spiritualitas yang berbeda.Demikian juga Ia menggunakan berbagai konseppendekatan dalam kegiatan mengajar baiksecara individual dan kelompok. Pendekatanindividual dilakukan Yesus ketika ia berdialogdan mengajar mengenai hal Kerajaan Allahkepada Nikodemus. Begitu juga percakapanYesus dengan perempuan Samaria yang hendakmengambil air di sumur merupa-kan bentukpengajaran mengenai sumber kehidupan bagimanusia.

Pendekatan mengajar dalam bentukkelompok dilakukan oleh Yesus untuk menyam-paikan pengajaran mengenai Kerajaan Allah.Beberapa kelompok murid-Nya bersama-samamendapat pengajaran Yesus. Dalam hal inibukan hanya Yesus yang aktif dan mendomi-nasi pengajaran tetapi para pendengar dilibat-kan secara aktif juga. Metode Yesus mengajardengan perumpamaan meliputi berbagai aspek,yaitu :1. Berorientasi pada pembentukan dan

pengembangan relasi antara pengikut dan

Page 67: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

sesamanya ataupun dengan lingkungansosial budayanya. Pada bagian ini kontekssosial menjadi sumber pembelajaran bagipengikut yang dimotivasi dan dilatih untukmemberikan kontribusi terhadap materi ajaryang didapatkannya. Yesus melihat bahwauntuk membantu para pengikut-Nyamengalami perubahan persfektif dan polahidup bermasyarakat to live together. TemaKerajaan Allah disampaikan Yesus kepadaumat sebagai kesaksian bagi mereka untukdapat hidup berbagi pengalaman dandirefleksikan secara nyata.

2. Menekankan pembentukan dan pengem-bangan kompetensi para pendengar(peserta didik) berdasarkan keterampilanberpikir mengenai suatu konsep yang telahdimiliki untuk memproses informasi danmembangkitkan kreativitas, memupukkesanggupan intelektual dan kemampuanuntuk menghadapi lingkungannya.Kemampuan ini dilanjutkan dengan usahauntuk mengorganisasikan data, memahamimasalah, merumuskan konsep dan solusiatas masalah serta memahami simbol-simbol dalam komunitas baik secara verbalmaupun non verbal. Ketika Yesus menyam-paikan materi mengenai Kerajaan Allahmelalui perumpamaan, Ia membangkitkankreativitas para pendengarnya untukmerumuskan konsep dan solusi atasmasalah yang dihadapi. Kemampuanintelektual terhadap konsep yangdisampaikan diarahkan untuk menghasil-kan perubahan sikap dan perbuatan nyata.

3. Pembentukan dan pengembangan kualitaspribadi pendengar khususnya dalam aspekpsikologis dan emosinya melalui pengeta-huan yang didapat di sekitarnya untukmemahami dan membangun realitas hidupyang bijak. Pengembangan pengetahuan initeraplikasi melalui pengajaran yang disam-paikan Yesus melalui perumpamaan dapatmemupuk rasa percaya dan persepsi dirisemakin positif dari para pendengarnya.

SaranTugas mengajar memiliki posisi yang sangatpenting, hal itu dapat kita pahami darikehidupan dan pelayanan Yesus Kristus.

Kehadiran-Nya di tengah kehidupan manusiauntuk memperkenalkan Allah melalui kegiatanmengajar, berkhotbah, mengadakan mukjizat,dan mendemonstrasikan teladan hidup yangunik. Ia mengajar melalui perbuatan dan tanda-tanda dan kuasa. Atas dasar asumsi tugas danpelayanan Yesus di dunia serta metodepengajaran-Nya melalui perumpamaan, makaada beberapa saran yang dapat disimpulkansebagai sumbangan pikiran, yaitu :1. Seorang guru berperan sebagai imam yang

memiliki otoritas untuk mempermuliakanAllah. Guru yang memiliki otoritas danwibawa adalah mereka yang memberikanhidupnya dipimpin Allah. Hidup dalampimpinan Allah berarti menaati seluruhkehendak-Nya dengan ketulusan. Guruakan memiliki visi yang sama sepertidiberikan Allah bagi manusia. Ketika visiAllah dinyatakan melalui misi dalamkehidupan sehari-hari maka guru akanmemiliki integritas diri sebagai pengikutAllah. Apa yang diajarkan kepada parasiswa harus konsisten dengan praktikkehidupan mereka sehari-hari. Guru jugabertindak sebagai jembatan dan mediatorantara Allah dan anak didik untukmenyatakan kebenaran-Nya, menegur,mengoreksi dan mentransformasi nilai-nilaiKekristenan.

2. Sebagai seorang pembimbing, guru pundiharapkan mengenal situasi yang dialamipeserta didiknya. Ia memiliki kesediaanuntuk mendengar kegelisahan danpersoalan peserta didiknya, lalu bersama-sama mencari upaya mengatasinya dalamkebenaran firman Tuhan. Peranan yanglebih luas adalah sebagai seorang konseloryang memiliki kompetensi mendiagnosismasalah yang dialami peserta didik supayaia mengetahui secara jelas pikiran,perasaan, sikap, bahkan perilaku apa yangperlu untuk dikoreksi.

3. Seorang guru yang memiliki kompetensiprofesional perlu memiliki penguasaandalam mengajar, memperkenalkan Allah,sifat dan karya-Nya kepada peserta didik.Seorang guru perlu memahami danmenetapkan tujuan pengajaran. Hal inidiperlukan karena tujuan pengajaran

Page 68: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

61Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

memberikan arah ke mana peserta didikakan di bawa untuk mengalami perubahan.Selain itu tujuan tersebut dapat menolongguru untuk merencanakan pendekatan yangtepat ketika mengajarkan materi ajar yangdirumuskan. Seorang guru memilih metodemengajar yang cocok dengan tujuan danbahan pengajaran. Pemilihan model danmetode mengajar tidak dapat dilepaskandari kemampuan guru untuk berinovasidalam menerapkan berbagai strategimengajar.

4. Seorang guru perlu memiliki kemampuandan keterampilan dalam menyajikanpelajaran. Guru perlu menarik perhatiansiswa ketika meyampaikan pengajarannyasehingga mereka antusias untukmengetahui materi ajar. Melalui perumpa-maan seorang guru dapat mengarahkansiswa untuk meneliti lebih lanjut mengenaimateri ajar yang disampaikan. Siswa akanbelajar materi secara kontekstual sehinggamemudahkan mereka untuk mempraktik-kannya. Guru perlu memiliki rasa percayadiri dalam mengajar sehingga terus meng-alami perkembangan sehingga peserta didikakan termotivasi untuk menggali pengeta-huan yang disampaikan. Kemampuanmenciptakan suasana belajar yang baik danmenyenangkan menjadi faktor motivasi ku-at bagi keberlangsungan peristiwa belajar.

5. Seorang guru perlu mempelajari psikologiperkembangan dan kepribadian murid-muridnya. Perbedaan tingkat usia merekamemiliki perbedaan tingkat dan fungsiperkembangan kognitif, sosial, moral dankepribadiannya. Hal ini berarti bahwaseorang guru sangatlah perlu mengenalmurid-muridnya dengan baik. KeteladananYesus ketika Ia mengajar memperhatikanaspek-aspek tersebut. Ketika Ia mengajarkanmengenai Kerajaan Allah, Yesus sangatmemperhatikan aspek kepribadian parapendengar-Nya. Ia tahu cara belajar anakyang membutuhkan sentuhan bahkanpelukan di samping memberikan wejangan(Matius 19 : 13-15) ketika Ia mengajarkansiapa yang terbesar dalam Kerajaan Allah.Demikian pula ketika Ia menghadapi

pertanyaan seorang pemuda yang inginmendapatkan hidup yang kekal dan masukke dalam Kerajaan Allah ( Matius 19:16-26),Yesus mengajukan pertanyaan yang khasdan berhubungan dengan tingkat kompe-tensi usianya. Yesus mengerti cara mende-kati seorang ahli agama Yahudi yangmerasa memahami Taurat, yaitu denganpendekatan dialogis dan tanya jawab (Yoh.3:1-21). Ia juga menyatakan bahwa caramenyampaikan pesan kepada kaum perem-puan berbeda dengan cara mengemukakanpendapat kepada laki-laki.

6. Guru perlu meningkatkan kompetensinyauntuk menggunakan strategi mengajardalam pembelajaran. Termasuk dalambagian ini adalah strategi menata latar(setting) pembelajaran, mengelola suasana,fasilitas, ruangan dan media pembelajaran.Setting yang berhubungan dengan materiajar yang akan disampaikan sangatmendukung keberhasilan pengajaran.Setting lahan dan kegiatan pertanianmendominasi suasana pembelajaran yangdipraktikkan Yesus (Matius 13:1-23, 24 -30,31- 43, 18:1-12-20, 20 : 1-16, 21:33-46). Halini dipahami sebagai strategi pemilihanmedia pembelajaran yang efektif.

Catatan kaki1 R.E Clement, Old Testament Theology, ( England :

Marshall Morgan and Scott, 1985 ), hal.83.2 Gary N. Knoppers, I Chronicles 10 – 29 : The Anchor

Bible, ( NewYork : Doubleday, 2004 ), hal. 939.3 Eddy Paimoen, Kerajaan Allah dan Gereja, (Bogor: Yayasan Kasih Abadi , 2006 ), hal. 8.4 Robert Farrar Capon, The Parable of The Kingdom,

( GrandRapids : Eerdmans, 1985 ), hal. 28.5 Richard C. Trench, Notes on The Parables of Our

Lord ( Los Angles : Flemming H. Revell Company,1953 ), hal. 1.

6 Robert Farrar Capon, The Parable of The Kingdom,hal. 10.

7 Richard C. Trench, Notes on The Parables of OurLord, hal.3.

8 John Dominic Crossan, In Parable The Challengeof The Historical Jesus, ( San Fransisco : Harper &Row Publishers, 1985 ), hal.10.

9 Arland J. Hultgren, The Parable of Jesus : A Com-mentary, (GrandRapids : Eerdmans, 2000 ), hal. 5.

10 Robert Farrar Capon, The Parable of The Kingdom,hal.8.

Page 69: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

11Richard C. Trench, Note On The Parables of OurLord, hal.14.

12 Richard C. Trench, Note On The Parables of OurLord, hal.16.

13 Martyn Lioyd – Jones, The Kingdom of God,Chrsitopher catherwood ( ed ), ( Cambridge :Crossway Book, 1992 ), hal. 108.

14 John Dominic Crossan, In Parables The challengeof The Historical Jesus, hal.23.

15 Andersen and Freedman, Amos : A New TranslationWith Introduction and Commentary: The AnchorBible, ( London ; Doubleday, 1989 ), hal.920.

16 Bruce Joyce and Marsha Weil, Models of Teaching:Second ed , ( New Jersey : Prentice Hall Inc, 1980 ),hal.120.

17 Bruce Joyce and Marsha Weil, Models of Teaching:Second ed, hal. 150.

18 Michael Anthony, Introducing ChristianEducation, (Grand Rapids, Mich : Baker Academic,2001), hal.114.

Daftar Pustaka

Andersen and Freedman. (1989). The anchor Bible:Amos : A new translation with introductionand commentary. London : Doubleday

Anthony, Michael. (2001). Introducing christianeducation. Michigan : Baker Academic

Capon, Robert Farrar. (1985). The parable of theKingdom. Michigan : Wm.B.Eerdmans

Clement, R.E. (1985). Old Testament Theology.England: Marshall Morgan and Scott

Crossan, John Dominic. (1985). In parable thechallenge of the historical Jesus . SanFransisco: Harper & Row Publishers

Hultgren, Arland J. (2000). The parable of Jesus : Acommentary. Michigan : Wm.B.Eerdmans.

Japhet,Sara. (1993). I and II Chronicles : Acommentary . Louisville-Kentucky:Westminster/John Knox Press

Joyce, Bruce and Marsha Weil. 1980. Models ofteaching: Second ed. New Jersey : PrenticeHall Inc

Knoppers, Gary N. (2004). The anchor Bible: IChronicles 10 – 29. NewYork : Doubleday

Lioyd, Martyn – Jones. 1992. The Kingdom of God.Chrsitopher Catherwood (ed ). CrosswayBook. Cambridge

Paimoen, Eddy. (2006). Kerajaan Allah dan Gereja.Bogor : Yayasan Kasih Abadi

Trench, Richard C. (1953). Notes on the parables ofour Lord. Los Angles : Flemming H. RevellCompany

Page 70: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

63Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

Membumikan Konsep Etnometodologi DalamPola Berpikir Siswa

Ignatius Eko Hadi PurnomoE-mail: [email protected] Nasional Plus BPK PENABUR Bogor

Opini

Abstrakemajuan dan perkembangan dunia yang begitu cepat, menyisakan banyak problem sosialdi dalamnya, terlebih ketika manusia tidak siap berhadapan dengan laju kemajuan tersebut.Problema sosial yang ada menuntut segera penyelesaian yang relevan dan kontekstual.Solusi-solusi tersebut tentunya harus lahir dari ketajaman daya analisis setiap individu

akan realitas sosial yang terjadi. Berangkat dari pemikiran yang demikian, tulisan ini membahas,seberapa mendesak dan relevan kerangka etnometodologi yang mengkristal dalam metode AnalisisSosial (ANSOS), serta kemungkin dimasukkan ke dalam proses pembelajaran di sekolah. Masalahtersebut dikaji dengan cara observasi dan studi kepustakaan yang mengarah pada kajian kritisetnometodologis di dalamnya. Setelah melalui kajian kritis tersebut, disimpulkan bahwa sudahsangat mendesak bagi setiap sekolah untuk mulai memasukkan kerangka berpikir metodeetnometodologis ini dalam proses pembelajaran. Kajian kritis etnometodologis akan mengajak setiapanak untuk berani mengeksplorasi situasi real masyarakat, mengkritisi situasi di dalamnya, danmampu memberikan solusi praktis yang membangun.

Kata-kata kunci: Etnometodologi, konsep diri, metode analisis sosial, ekskursi sosial.

Grounding Ethnomethodology Concept in Students’ Thinking PatternsAbstract

The world progress and development are leaving many social problems in them, especially when people arenot ready to deal with the pace of progress. The social problems will demand immediately the relevant andcontextual solution. The solutions must be born of the sharpness of each individual analysis of social reality.Departing from the idea, this paper is discussing how urgent and relevant are ethnomethodology frameworkthat crystallizes in the “Ansos” method, and its possibility to be included into the instructional process atschool. The problem was analyzed by observation and literary study that led to a critical assessment ofetnomethodology in it. After going through the critical study, it was concluded that it is very urgent for everyschool to include the frame of this etnomethodology method in the instructional process. Critical reviews ofetnomethodology will encourage every student to explore the real situation of society, to criticize the situationin it, and to give useful practical constructive solutions.

Key words: Ethnomethodology, self-concept, freedom, social analysis method, social excursion.

K

Page 71: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

Pendahuluan

Manusia dan waktu adalah dua entitaskehidupan yang tak dapat dipisahkan dansaling terkait erat. Manusia hidup terkurungdalam rentetan waktu, dan sang waktu menjadibernilai karena manusia mampu memaknainya.Kesadaran manusia akan waktu merupakansebuah kesadaran akan kebersudahan (masalalu) dan kemendatangan (masa depan). Sintesiskedua, kesadaran itu memunculkan kesadaranbaru, yaitu kesadaran akan kekinian. Prosessintesis itu senantiasa muncul seiring manusiaberusaha memaknai keintimannya denganwaktu. Realitas keintiman tersebut menunjukkanbahwa manusia adalah makhluk yangmenyejarah. Manusia senantiasa melihatpengalaman kekiniannya dengan terlebihdahulu menyadari pengalaman kebersudahan-nya. Dengan kata lain, manusia akan selalubelajar dari pengalaman masa lalunya terlebihdahulu sebelum menentukan masa depannya.

Historisitas (pengalaman kesejarahan) ituterbentuk sebagai hasil konstruksi manusia ataspengalaman faktual historis yang dialaminya.Historisitas bukanlah sesuatu yang diandaikanatau yang lahir dari pengandaian. Konstruksiatasnya merupakan hasil pengamat-anmendalam terhadap realitas yang sungguhterjadi di masa lalu. Realitas itu akan berprosesterlebih dahulu sebagai realitas kekinian.Konstruksi individu atas historisitas hidupnyaditentukan seberapa dalamnya ia melihat,memaknai dan menilai realitas kekiniannya.Pemaknaan terhadap realitas kekinian itumengkristal dalam proses pengamatan individutersebut terhadap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Dengan kata lain, tanpa adanyakepedulian dan kepekaan dari setiap individuterhadap realitas sosial yang terjadi di sekitarnya,individu tersebut akan gagal menyusun mozaikdemi mozaik historisitas hidupnya.

Kepekaan itu akan muncul apabila setiapindividu memiliki paradigma berpikir yanganalitis terhadap realitas sosial yang ada.Individu-individu yang anti sosial adalahmereka yang tidak mengasah ketajaman analisapemikirannya itu. Akibatnya, visi kehidupanyang mereka miliki pun kerap kali tidak

kontekstual dengan situasi zaman sehinggaindividu semacam itu akan terpinggirkan olehmasyarakat secara otomatis. Maka, untukmenghapus kecenderungan siswa ke arahpembentukan pribadi yang Anti Sosial tersebut,menjadi sangat mendesak bila kepekaan sosialtersebut mulai diinternalisasikan dalam prosesbelajar mengajar di sekolah. Terlebih, hal ituharus mengarah pada pembentukan pola pikirsiswa yang mengarah pada kecakapan siswadalam menganalisis realitas sosial secara tepatdan mendalam. Realitas sosial yang dimaksud-kan itu tidak hanya merujuk pada peristiwasosial insidental saja, namun juga pada aspekrealitas yang terbentuk secara alamiah, sepertisuku, agama, ras, dan golongan (SARA),kesenian, adat istiadat dan sejenisnya. Kecakap-an itu akan memampukan mereka untuk menatavisi kehidupannya secara kontekstual.

Kecakapan itu dapat lahir dan dipupuk jikakerangka berpikir yang digunakan tepat adanya.Tulisan ini akan mengangkat kerangka berpikirteori etnometodologi sebagai payung besarnya.Teori etnometodologi sebagai bagian dari teorisosiologi modern, memberi ruang yang luasterhadap studi realitas sosial masyarakat secarasistematis dan terperinci. Mengapa harusetnometodologi? Pertanyaan ini akan dibahassecara lebih mendetail lagi dalam tulisan ini.Singkatnya, cara berpikir etnometodologi akanmengarahkan orang pada dua hal. Pertama, caraberpikir ini akan membiasakan orang untukberpikir kritis secara sistematis dan terarah.Sistematika dan arah paradigma itu didasarkanpada analisis empiris mengenai bagaimanaorang menangkap pengalaman dunia sosialnyasehari-hari. Dengan kata lain, produk dariparadigma ini adalah produk yang kontekstualdan berdasar pada apa yang sedang terjadidalam masyarakat. Dari sana, ide-ide solutifyang dibuat pun akan kontekstual. Kedua,etnometodologi mengajak orang untuk berpikirkritis transformatif terhadap realitas yang ada.Yang terpenting di sini ada pada sifattransformatifnya. Artinya, terhadap realitas yangsudah tidak dapat diubah, etnometodologimengarahkan orang untuk menerima haltersebut dengan berpikir aktif untuk bagaimanamenemukan dinamika nilai manfaat darikenyataan statis yang tak dapat diubah itu.

Page 72: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

65Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

Dalam konteks yang lebih praktis, tulisanini akan mengambil salah satu metode berpikiryang sejalan dengan konsep etnometodologitersebut, yaitu metode Analisis Sosial (ANSOS).Dari sini, pertanyaan besar yang muncul daningin dijawab dalam tulisan ini adalah seberapamendesak dan relevankah kerangka etnometo-dologi yang mengkristal dalam metode ANSOSmemungkinkan untuk dimasukkan ke dalamproses pembelajaran di sekolah? Lalu,pertanyaan itu akan berlanjut pada upayapencarian bentuk formula kristalisasi yang tepatdari kerangka berpikir tersebut.

Terkait dengan itu, ulasan tulisan ini akandibagi ke dalam dua pokok pembicaraan.Pertama, tulisan ini ingin menelaah secaramendasar tentang pengertian kerangka berpikiretnometodologi beserta korelasi yang terjalinantara konsep tersebut dengan konsep DiriManusia sebagai makhluk individu danmakhluk sosial, serta konsep kebebasanmanusia. Bagian pertama ini akan menjadisangat penting karena itu dapat menjadi pintumasuk dalam menentukan letak krusial perananmetode ANSOS yang bersifat etnometodologisdalam proses pembentukan paradigma berpikirsosial analitis. Kedua, tulisan ini akan berusahalebih jauh melihat dan mencari formula yangtepat untuk membatinkan metode ANSOS inidalam pola pikir setiap siswa di sekolah. Padabagian kedua ini, akan disajikan beberapabentuk sederhana formulasi ANSOS yang dapatdibuat di sekolah beserta alternatif programinovatif sekolah yang merupakan hasilpengembangan dari bentuk sederhana formulasiANSOS tersebut.

Pembahasan

Konsep Diri dan Kebebasan ManusiaKonsep dan metode Etnometodologi merupakankonsep berpikir yang humanistis. Konsep initercipta sebagai upaya melibatkan manusiamasuk ke dalam realitas kehidupannya sendiri.Karenanya, untuk bisa memahami lebih lanjuttentang konsep tersebut, perlu bagi kita untukmelihat terlebih dahulu hakekat konsep kediriandan kebebasan manusia itu sendiri.

Kedirian Manusia sebagai IndividuManusia sebagai individu dapat dipahamidalam beberapa hal. Pertama, ketunggalanmanusia sebagai individu. Sejak lahir, manusiahadir di dunia sebagai seorang pribadi yangtunggal. Makna ketunggalan itu mengarah padasifat otonom diri yang secara mendasar tidakdapat dicampuri oleh otoritas di luar dirinya.Dengan kata lain, manusia adalah subjek atasdirinya sendiri yang memiliki kepenuhan diridalam menanggapi realitas dirinya. Kepenuhandiri tersebut mengkristal dalam konsepkesadaran diri yang muncul secara natural daridalam. Kesadaran diri ini coba dibahasakanoleh Edmund Husserl, seorang filsuffenomenologi asal Perancis, sebagai kesadaranakan sesuatu (Hardiman, 2007: 41). Kesadarandiri itu menjadi entitas diri yang terarah padadunia. Maksudnya, kesadaran diri itumemampukan manusia menangkap duniasecara langsung beserta kenyataan-kenyataanyang ada di dalamnya.

Kedua, keunikan yang tak tersamakandengan individu lain. Sekalipun ia dilahirkanbersama saudara kembarnya, tetap sajakesamaan fisik keduanya tidak akanmengaburkan keunikan sifat dan karakter yangada dalam dirinya. Sebagai seorang individu,manusia memiliki kesatuan substansial (Leahy,2003:). Secara fundamental, ia tinggal identikdengan dirinya sejak kelahiran hinggakematiannya. Substansi tersebut bersifat khasdan dapat dibedakan dengan individu lain.Substansi itu mengkristal dalam bentuk fisiktubuh, karakter diri, sifat bawaan, hingga polapikir serta pola tingkah laku individu. Kesatuansubstansi itu membawa manusia padakemampuan diri untuk menyempurnakandirinya sendiri. Aktivitas hidup pribadi yangdilakukan oleh setiap individu, secara otomatismembawa individu tersebut kepada prosespenyempurnaan dirinya sendiri. Maka,keunikan seorang manusia sebagai pribadi yangindividual, tidak hanya terletak pada substansi-substansi dirinya saja, namun juga terpancardari bagaimana ia menentukan sendiri idealismedirinya sebagai upaya menuju kesempurnaandiri.

Page 73: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

Kedirian Manusia sebagai Makhluk SosialMeskipun manusia hadir di dunia ini sebagaipersona/pribadi yang otonom, ia tetap secarakodrati menjadi bagian dari dunia yangkompleks ini. Sebagai bagian dari dunia ini,manusia tidak dapat melepaskan diri darinya.Kesadaran yang dimiliki manusia, mengarah-kannya pada dunia. Sejak dilahirkan, setiapmanusia memiliki naluri alamiah untuk hidupdan bergaul dengan sesama dan dunianya.Kesadarannya mengarahkan bahwa dirinyatidak dapat hidup sendirian. Ia membutuhkanbantuan dari orang-orang yang ada disekitarnya beserta apa yang hidup dan tumbuhdi dalam dunia ini. Jika diuraikan secara lebihmendalam lagi, konsep kedirian itu dapatdijabarkan sebagai berikut.

Pertama, manusia adalah bagian dariuniversalitas dunia yang kompleks. Sebagaibagian dari universalitas dunia, manusia tidakdapat melepaskan diri dari apa yang ada danterjadi di dunia ini. Manusia membutuhkanpribadi lain untuk menjalankan prosespenyempurnaan dirinya. Setiap manusia akansenantiasa berusaha memenuhi kebutuhanhidupnya dengan jalan bertindak danmenciptakan interaksi dengan sesama manusialainnya. Interaksi itu dibutuhkan bagi setiapmanusia untuk mengolah dan memaksimalkanseluruh potensi diri yang dimilikinya. Mengolahpotensi diri berarti individu tersebut harus beranikeluar dari keterkungkungan dirinya untukmengobjektifkan dirinya sendiri. Menurut Leahy(2003: 213), mengobjektifkan diri mengandungpemahaman bahwa manusia memilikikebutuhan mendasar untuk mengungkapkandiri dalam karya nyata sebagai usahanya untukmenghadirkan dirinya kepada orang lain.Upaya untuk menghadirkan diri kepada oranglain ini mengandaikan adanya relasi interpersonal yang terjalin secara baik dalamkehidupan sosialnya. Tendensi alamiahmanusia untuk senantiasa berkomunikasidengan manusia lain, merupakan hal naturalyang muncul sebagai usaha untuk memenuhikebutuhan dasar hidupnya, yaitu mendapatkanpengakuan dari orang lain.

Kedua, manusia adalah makhluk yangmenyejarah dan menciptakan sejarah. Karyanyata yang diwujudkan dalam serangkaian

proses interaksi sosial dengan manusia lainnyaitu, menjadi entitas yang menghubungkanmanusia tersebut dalam lintasan waktu masalalu, kekinian dan masa depan. Dalam bahasayang lebih sederhana lagi, dengan tindakansosial yang dihasilkan itu, manusia secara tidaklangsung menciptakan “kisah hidupnya” dalamkonteks kesejarahan dirinya. Di sini, sifat sosialmanusia menemukan titik temunya. Sejarahhidup tercipta sebagai produk dari interaksi danrelasi antar individu yang saling berhubungansatu sama lain. Maka, sebagai makhluk historis,manusia tidak dapat tidak berelasi danberinteraksi dengan sesamanya dan ling-kungannya.

Ketiga, manusia adalah makhlukintersubjektif. Gagasan manusia sebagaimakhluk historis menyimpan gagasanmendasar manusia sebagai makhluk yangintersubjektif. Gagasan itu mengarah padabanyaknya subjek-subjek yang salingberkomunikasi dan membentuk sebuahpersekutuan kesadaran (Leahy, 2003: 53). Halitu mengandaikan bahwa subjektivitas manusiabukanlah entitas kehidupan yang mengarahtertutup ke dalam dirinya sendiri. Akan tetapi,hal itu mengejawantah ke luar diri,menunjukkan diri dan mengungkapkan diri didalam serta dengan perantaraan dunia. Melaluipenampakan ke luar itu, orang lain/subjek laindiundang untuk masuk ke dalam duniamanusia tersebut sekaligus dinilai menjadi“subjek lain” bagi manusia tersebut. Pada titikini, Leahy (2003: 235) mengartikan penilaiansebagai “subjek lain” terhadap manusia lainsebagai berikut: manusia lain adalah sainganyang harus menjadi rekan untuk berbagisegalanya, namun juga sekaligus merupakanpenolong yang mutlak diperlukan untukmewujudkan tujuan kerjanya.

Konsep Kebebasan ManusiaKodrat diri manusia sebagai makhluk individudan makhluk sosial mensituasikan setiapmanusia untuk berelasi dengan sesama manusiadalam lingkungan sosialnya. Relasi interper-sonal ini mengkristal dalam aksi-reaksi sertakomunikasi sosial yang terbangun dalam tatapmuka perjumpaan antarindividu tersebut. Didalam komunikasi sosial tersebut, terjadi suatu

Page 74: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

67Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

proses interaksi sosial antar manusia yangberjalan beriringan dengan usaha pemenuhantujuan pribadi dari setiap manusia itu sendiri.Komunikasi sosial yang terwujud itu tidak bolehdilepaskan dari kodrat dasar manusia yangsaling bersaing untuk memenuhi tujuan karyahidupnya tersebut. Persaingan itu mengan-daikan adanya unsur kebebasan diri di dalamdiri setiap individu dalam menentukan apa yangingin dicapainya tersebut. Pada titik ini, pahamtentang kebebasan harus dimengerti terlebihdahulu. Ada dua konsep kebebasan yangmenyentuh esensi hidup manusia, yaituKebebasan Eksistensial dan Kebebasan Sosial.

a. Kebebasan EksistensialKebebasan eksistensial adalah kebebasanmanusia untuk menentukan diri sendiri (Suseno:1987). Menentukan diri sendiri di sini tidak dapatdiartikan sebagai usaha manusia untuk “BEBASDARI”. Konsep “BEBAS DARI” lebih mengarahpada sikap pasif manusia dan kecenderunganmanusia untuk lari dari kenyataan. Daya untukmencipta tidak terasah mendalam pada konsepini. Konsep yang kontradiktif dengan konsep“BEBAS DARI” adalah konsep “BEBASUNTUK”. Konsep inilah yang harus dimilikimanusia. Konsep “BEBAS UNTUK” mengarah-kan manusia untuk bergerak aktif dan dinamisdalam menentukan apa yang baik bagi dirinya.Manusia yang macam ini adalah manusia yanglepas bebas dan berani mengambil resiko untukmencipta hal baru yang mampu mengembang-kan diri.

Kemampuan untuk menentukan diri sendiriitu adalah kemampuan yang bersumber padakemampuan manusia untuk berpikir,berkehendak dan terwujud dalam tindakan.Namun, kebebasan yang pada dasarnya adalahrealitas positif itu, pada situasi tertentu, dapatberubah menjadi realitas negatif. Kapankah itu?Saat tindakan-tindakan yang dilakukan tidaklagi bisa dibatasi oleh orang lain atau aturan.Terkait dengan itu, kenegatifan konsep itutertutupi oleh pandangan umum bahwamanusia itu bebas apabila kemungkinantindakannya tidak dibatasi orang lain.Pandangan itu hanyalah rasionalisasi otakmanusia belaka. Untuk melawan rasionalisasiitu, maka, muncullah konsep Kebebasan Sosial.

b. Kebebasan SosialKebebasan Sosial terkait dengan kesadaran diriseseorang akan identitas dirinya sebagaimakhluk sosial (Suseno, 1987:135). Seorangmanusia membutuhkan orang lain dan butuhtinggal bersama dalam komunitas karenamanusia memiliki keterbatasan. KonsepKebebasan Sosial ingin mengatakan bahwamanusia tak bisa secara otoriter dan diktatorial,menggunakan kebebasan eksistensialnya. Iajuga harus sadar bahwa sesamanya jugamemiliki kebebasan untuk menentukan sikapnyasendiri. Karenanya, potensi konflik itudidamaikan dengan aturan sosial yang beradadalam posisi netral sehingga bisa memfasilitasikeinginan bebas manusia itu secara positif.

Kebebasan sosial ada bukan untukmembatasi ruang gerak setiap individu. Namun,justru sebaliknya. Kebebasan sosial inginmemberikan keluasan ruang bagi gerak positifmanusia dalam menjalankan tugas dan karyakehidupannya. Dengan keluasan ruang ini,kebebasan sosial akan memberikan tempat bagiperwujudan nilai kebaikan di dalam kehidupanbermasyarakat. Wujud nyata kebebasan sosialini terlihat dalam rupa lembaga sosial yangmengkontrol dan menyelaraskan segalakeinginan dari masing-masing individu yangada di dalam masyarakat.

Mengurai Sekilas KerangkaBerpikir Etnometodologi

Apa itu Etnometodologi?Etnometodologi diciptakan oleh HaroldGarfinkel, seorang sosiolog modern yang berasaldari Amerika Serikat. Etnometodologimerupakan salah satu teori sosiologi modernyang tergolong dalam ranah sosiologihumanistis atau sosiologi interpretatif. MenurutPoloma (1979: 10), etnometodologi bertolak padadua hal mendasar. Pertama, etnometodologimenerima “pandangan common sense” tentanghakikat sifat manusia dan membangun dirinyadi atas pandangan itu. Pandangan “commonsense” yang dimaksud tersebut merujuk padaentitas realitas mendasar yang tidak dapatdiubah, seperti halnya bahasa, kebebasan,konsep kedirian manusia. Dalam pengertian ini,

Page 75: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

etnometodologi berasumsi bahwa manusiaadalah subjek aktif yang harus membangundunianya dari entitas realitas mendasar tersebut.Kedua, etnometodologi senantiasa mengawalikerangka berpikirnya dari hal-hal yang umum,dan yang sudah terlihat jelas ada dalamkehidupan sehari-hari. Dari situ, etnometodologimencoba mengajak manusia untuk memaknaiapa yang sudah ada itu dalam pola pikir yangsistematis. Pada titik ini, etnometodologi mene-kankan kreativitas dan kebebasan seseorangdalam memaknai realitas sosial tersebut.

Garfinkel membatasi etnometodologisebagai penyelidikan atas tindakan praktissosial sebagai praktek kehidupan sehari-hariyang terorganisir (Poloma, 1979: 277). Dalambahasa yang sederhana, etnometodologimencoba memahami metode (dengan cara apa)manusia menangkap kenyataan dunia sehari-hari. Penangkapan inderawi terhadap apa yangterjadi secara kasat mata, akan menghantarkanorang pada pemaknaan esensial terhadap yangkasat mata tersebut melalui serangkaian analisistindakan yang dibuat. Rangkaian analisis itusenantiasa ditempatkan dalam konteks yanglebih luas. Sebab, setiap peristiwa atau tindakansosial memiliki sejarah yang dapat ditelusuripada konteks yang lain. Dengan kata lain,etnometodologi mengajak setiap orang untukmelihat realitas sosial dari berbagai macamsudut pandang yang ada sehingga kadarobjektivitas analisisnya mencapai tingkatmaksimal. Kadar objektifitas tersebut akanmemberikan rekomendasi solusi yangkontekstual dengan apa yang menjadikebutuhan sebuah masyarakat.

Esensi Dasar Teori EtnometodologiMenurut Poloma (1979:295), para ahlietnometodologi berusaha menemukan esensipengalaman manusia dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menganggap realitas sehari-harisebagai sesuatu yang sangat penting bagi sebuahproses pemaknaan dunia ini. Mereka melihatrealitas sosial sebagai hal yang “ada” danmenyadari kehadiran individu sebagai aktorkehidupan yang mampu menentukan dirinyasendiri secara otonom.

Dalam studi lapangan pun, etnometodologiberanggapan bahwa pembentukan pengetahuan

sosiologis terhadap pemaknaan realitas sosialharus diawali dari metode yang bisa diukur danterobservasi secara jelas. Metode yangdigunakan menganalisis realitas sosial,bukanlah metode yang dimunculkan daripemikiran apriori manusia, namun harusberdasar pada pemikiran aposteriori manusia.Artinya, analisis muncul setelah ada kenyataandi lapangan dan pencarian solusi harusberdasar pada apa yang diindera oleh manusiaitu sendiri. Pola pengukuran yang jelasdemikian, menuntut adanya serangkaiantahapan yang sistematis. Sistematisasi tahapantersebutlah yang mengkristal dalam sebuahmetode yang dikenal sebagai metode AnalisisSosial (ANSOS).

Mengenal Metode Analisis Sosial(ANSOS)

Apa Itu Metode ANSOS?Analisis Sosial adalah usaha untukmenganalisis keadaan sosial yang terjadi didalam masyarakat secara objektif. Metode inimengarahkan orang untuk memperolehgambaran yang komprehensif mengenai realitassosial yang terjadi dengan menelaah terlebihdahulu latar belakang historis, kausalitas, dankonsekuensi logis yang ada padanya. Dengankata lain, metode ini akan mengajak orang untukmengupas secara mendalam isi suatu realitassosial, baik itu berkenaan dengan aspek struktursosial, fenomena politis, ekonomi, budaya,agama serta adat-istiadat yang sudah dihidupisecara turun temurun.

Konteks besar yang menjadi ranah dariproses ANSOS ini adalah transformasi sosial.Artinya, semua proses telaah akan bermuarapada satu pemikiran mendasar tentang perubah-an sosial yang (akan) muncul dari peristiwasosial yang terjadi. Perubahan sosial yang dimak-sudkan itu bisa merupakan apa yang sudahterjadi dan juga apa yang akan dibuat untukmengubah “kerusakan sosial” yang ada. Kare-nanya, objek sosial yang menjadi bahan analisis,menyentuh pada seluruh aspek yang ada, sepertimasalah-masalah sosial, sistem sosial, lembagasosial, dan kebijakan publik yang dibuat.

Menurut Anthony Giddens (1984:61),metode ANSOS terbagi menjadi dua jenis.

Page 76: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

69Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

Pertama, analisis institusional. Dalam jenis yangpertama ini, penekanan ada pada kesetaraanindividu sebagai aktor sosial yang memperlaku-kan institusi sebagai sumber daya dan aturanyang diproduksi secara terus menerus olehmasyarakat. Analisis ini mencoba mempelajaribagaimana sebuah lembaga  berperilaku danberfungsi baik menurut aturan empiris dan jugaaturan teoritis.

Kedua, analisis perilaku strategis. Padamodel yang kedua ini, penekanan dibuat padacara individu melihat institusi sebagai sesuatuyang diproduksi secara sosial. Cara pandangindividu ini terkait dengan nilai-nilai sosial yangberlaku sebagai pijakan individu tersebut. Nilaisosial adalah nilai yang dianut oleh suatumasyarakat mengenai apa yang dianggap baikdan apa yang dianggap buruk. Keberlakuannilai sosial dalam setiap kelompok individumasyarakat pun bersifat relatif. Artinya, nilaisosial yang baik bagi masyarakat tertentu, belumtentu juga baik bagi masyarakat yang lain.Dengan kata lain, status keberlakuan nilai sosialini, ditentukan atas dasar kesepakatan di dalammasyarakat.

Mengapa Metode ANSOS diperlukan?(Mencari Korelasi antara Konsep KedirianManusia, Kebebasan Manusia, Etnometodologidan Metode ANSOS)Metode ANSOS sebagai kristalisasi pola pikiretnometodologi menjadi jawaban atas semakindangkalnya daya refleksi analitis manusiamodern terhadap realitas dunia yang terjadi.Perspektif “product oriented” yang sejalan denganaura kompetitif dunia yang semakin tinggi,membuat orang melupakan proses pembentuk-an. Nilai proses tidak lagi dipandang pentingdalam proses kreasi. Akibatnya, produk yangtercipta tidak komprehensif dan tidak menyen-tuh seluruh aspek kepentingan kehidupan. Disisi lain, pola pikir “product oriented” melahirkanbudaya instant yang lebih mementingkan nilaikecepatan dibandingkan nilai manfaat bagikebaikan umum.

Motif pribadi tersembunyi yang secaranatural ada dalam kedirian manusia sebagaimakhluk individu, didamaikan dengantanggung jawab sosial yang diemban oleh setiap

manusia sebagai makhluk sosial. Tanggungjawab sosial itu mengacu pada dua hal. Pertama,kepekaan sosial terhadap apa yang terjadisebagai wujud rasa memiliki akan dunia ini.Lingkungan tempat tinggal beserta isinyaterbentuk dari proses pemikiran manusia danupaya kreasinya dalam mengkristalkanpemikiran tersebut. Maka, secara alamiah ia punbertanggung jawab penuh untuk mempertahan-kan dan mereformasi bentuk yang sudahdibuatnya itu dalam konteks kebaikan umum.Kedua, tanggung jawab sosial itu menyentuhpada partisipasi aktif setiap manusia untukmengisi dunia ini dengan buah pemikiran yanginovatif, transformatif dan berkualitas. Partisi-pasi aktif ini merujuk pada cara manusiamemikirkan dunianya, mewujudkan pemikiran-nya, dan menyikapi pemikirannya tersebut.

Usaha kristalisasi pemenuhan tanggungjawab sosial tersebut, coba dijalankan olehkerangka pemikiran etnometodologi. Lewatpenekanannya pada proses pemaknaanterhadap pengalaman sehari-hari, secara jelasetnometodologi ingin membangunkan kembalikesadaran mendasar manusia akan pengalam-an kesehariannya. Kesadaran itu menjadipemantik rasa kepekaan terhadap pembentukanrealitas sosial dari segala hal yang dijalankansetiap harinya. Kesadaran itu pula yang akanmembawa manusia sampai pada kecakapan diriuntuk menganalisis dan menelaah realitas sosialyang terjadi. Usaha telaah terhadap apa danbagaimana realitas itu terbentuk dan terjadi,menemukan bentuk nyatanya dalam metodeANSOS yang menjadi pencerminan dari konsepetnometodologi.

ANSOS memfasilitasi paradigma berpikiryang kritis transformatif. Artinya, ANSOS tidakhanya mengajak orang untuk membaca realitassosial secara objektif kritis saja dengan menelaahkausalitas dan konsekuensi logis dari setiaprealitas yang ada. Namun, juga menuntut oranguntuk berani membangun ide solusi yangmembawanya sampai pada aksi nyataperubahan sosial. Tentunya, di dalamnya,terdapat daya kritis yang berjalan seiringandengan keluasan cakrawala berpikir dalammenginterpretasikan realitas sosial itu.

Page 77: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

Mencari Formula Aktualisasi ANSOSyang Tepat di Sekolah

Pembicaraan tentang ANSOS akan menjadi tepatguna apabila diwujudnyatakan dalam konteksrealitas yang nyata pula agar tidak sekedarmenjadi wacana tanpa solusi. Konteks relevanyang dapat menjadi payung besar pembicaranANSOS selanjutnya dalam tulisan ini tentu sajadunia pendidikan sekolah. Mengapa harussekolah? Ada dua hal yang dapat menjadialasan tersebut.

Pertama, sekolah kini menjadi lembagapendidikan yang memegang peranan pentingkeberhasilan sosialisasi anak dalam masyarakat.Secara teoritis, keluarga lah yang menjadilembaga sosialisasi primer bagi seorang anak.Namun, jika melihat realitas masa kini, sekolahmulai memiliki kedudukan setara dalampembatinan nilai kehidupan dalam diri seoranganak.

Kedua, kasus penyimpangan yangdilakukan oleh siswa di sekolah, seperti halnyamencontek, “membeli” jawaban ujian, ataupunaksi “bullying” terhadap siswa lain, menjadipekerjaan rumah lainnya yang harus dicarikansolusi pemecahannya segera di samping mentalindividualistik, habitus instant, dan tendensidegradasi moral yang kini mulai mengakardalam diri para siswa. Tentu saja, keprihatinanbersama ini menuntut dunia pendidikan untukmencari akar mendasar yang menyebabkannya.Sekolah sebagai sebuah lembaga yang berorien-tasi pada proses, tentunya menemukan titiktemunya pada hal ini. Sekolah menjadi kuncimasuk setiap anak untuk berpikir secara runtutserta sistematis. Sekolah memiliki andil besardalam membiasakan anak untuk akrab denganproses dan menghargai nilai sebuah proses.

Bagaimana Tahapan ANSOS ?Sebagai sebuah konsep berpikir yang sistematisdan metodis, ANSOS memiliki serangkaiantahapan dalam memetakan sebuah realitas danpermasalahan. Berikut tahapan-tahapanANSOS:1. Memilih dan Menentukan Objek Analisis

Objek analisis harus dipilih melaluiserangkaian proses pertimbangan yangrasional obyektif. Rasional berarti bahwa

objek tersebut harus bisa diindera sertadijelaskan dengan ukuran-ukuran yangjelas dan terarah. Objektif berarti bahwaobjek yang dipilih harus sungguh ada danterjadi. Objek harus memiliki relevansi eratdengan visi serta misi sekolah sebagaisebuah lembaga pendidikan.Dalam konteks sekolah, objek analisisharuslah bersifat edukatif. Sifat edukatif inimengarah pada idealisme pendidikan.Menurut Buchori (2001: 144), idealismependidikan adalah suatu cita-cita tentangsosok manusia yang kelak akan terbentukoleh upaya pendidikan. Objek analisisharuslah terkait dengan usaha sekolahdalam membentuk sosok manusia yangdiidam-idamkan sebagai cita-cita sekolah.Titik temunya dengan metode ANSOS iniadalah bahwa idealisme pendidikan iniharus senantiasa mengarah dan terumus-kan dalam konteks situasi kemasyarakatanyang melibatkan peran serta aktif siswa didalamnya.

2. Pengumpulan data dan informasipenunjangUntuk dapat menganalisis sebuah realitassosial secara utuh, diperlukan dukungandata dan informasi penunjang yang lengkapdan relevan. Data tersebut dapat diperolehdengan beberapa cara. Pertama, kegiatanobservasi lapangan. Observasi lapangandilakukan dengan mendatangi dan tinggaldi tempat yang ditelaah. Proses itumenyiratkan adanya pengamatan inderawiterhadap lingkungan fisik, aturan yangberlaku, pelaku sosial hingga kebiasaanharian yang biasa dibuat oleh masyarakatlingkungan tersebut. Dalam proses itu,pelaku ANSOS dapat melakukan wawan-cara dengan representasi pelaku sosial yangberpengaruh di lingkungan tersebut. Tidakhanya sekedar wawancara. Penyebaranquestioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan seputar situasi masyarakatsetempat, juga dapat dibuat sebagai upayauntuk mendapatkan keluasan data dariproses observasi tersebut.Kedua, kegiatan studi media. Kegiatan inimerujuk pada observasi data pada mediamassa. Studi media menjadi sangat relevan

Page 78: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

71Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

dan penting untuk saat ini. Melalui mediamassa, seseorang bisa mendapatkan datafaktual seputar realitas yang sedangdilihatnya. Selain data, melalui studi mediaini, peneliti juga bisa memperoleh masukandari opini para ahli yang dimuat dalammedia massa tersebut.

3. Identifikasi dan Analisis MasalahTahapan ini merupakan tahapan inti darisebuah proses ANSOS. Dalam tahapan ini,objek beserta data yang terkumpul dariobservasi dan studi media tadi, akandipetakan berdasarkan variabel yangdiinginkan. Pemetaan tersebut merupakanusaha identifikasi terhadap entitas tunggalyang membentuk realitas tersebut. Pemetaanini akan memudahkan proses analisiskarena dengannya, fokus permasalahanakan terlihat. Dengan analisis yangterfokus, pembicaraan seputar realitassosial tersebut, tidak akan melebar keberbagai macam arah sehingga kedalamananalisis dapat terus dipertahankan.Analisis ini tidak hanya mengarah pada“pembedahan” isi realitas, tapi juga penca-rian keterkaitan relasi antar entitas pemben-tuk realitas beserta realitas lain yang salingmemiliki keterkaitan. Analisis ini inginmelihat pola kausalitas, konsekuensi logisterhadap dunia, dan kontekstualisasientitas realitas dengan realitas itu sendiri.

4. Pengembangan PersepsiTahapan ini merupakan pengolahanlanjutan dari hasil temuan identifikasi objekpenelitian beserta entitas yang ada padanya.Pada tahapan ini, seluruh aspek akandilihat secara lebih dalam lagi denganmengembangkan persepsi atas semua itu.Persepsi ini muncul sebagai buah dariinterpretasi peneliti dari serangkaian prosesanalisis sebelumnya. Persepsi yang munculatas satu objek penelitian, bisalah banyak.Dalam hal ini, berbagai macam kemung-kinan tersebut hendaknya dibiarkanmuncul sebagai alternatif yang dapatmemperkaya ide solutif atas objek penelitiantersebut.

5. Menarik KesimpulanTahapan ini merupakan tahapan akhir dariproses ANSOS. Berbagai macam alternatif

kemungkinan yang muncul dari prosespengembangan persepsi tadi, digunakansebagai alat untuk menyimpulkan secaraobjektif. Kesimpulan tersebut menyangkuttentang apa yang menjadi akar masalahnya;pihak mana saja yang terlibat, yangdiuntungkan dan yang dirugikan; akibatyang muncul secara politis, sosial, ekonomi,ataupun budaya; dan solusi nyata sertatindakan praktis yang bisa dilakukan untukmembuat perubahan sosial.Kesimpulan yang diambil harus mengarahpada dua hal. Pertama, kesimpulan harusmerupakan konklusi komprehensif yangmerangkum seluruh pencitraan tentangrealitas sosial, esensi permasalahan yangdihadapi, dan relasi kausalitas yang ada dibalik realitas sosial tersebut. Konklusi inimerupakan sebuah tawaran berdasar untukpublik yang dapat menjadi wacana bagipublik dalam menilai realitas sosial yangtengah terjadi. Kedua, kesimpulan jugaharus berisikan solusi atas permasalahanyang sedang dikupas. ANSOS belum tuntasbila tidak menawarkan sebuah rekomendasijalan pemecahan atas permasalahan sosialyang terjadi. Pada titik inilah, ciri utamaANSOS termaktub, yaitu kritis transfor-matif. ANSOS tidak hanya mengkritisisebuah realitas, tapi juga harus mentrans-formasi dunia melalui hasil proses berpikirkritisnya tersebut.

Program Inovatif Aktualisasi Metode ANSOSSetelah mengetahui esensi metode ANSOS,pertanyaan yang kini dapat diajukan adalah“Bagaimana selanjutnya?” Dalam kontekspendidikan sekolah, pertanyaan ini menjadibegitu penting karena dengannya, wacana yangmuncul menemukan bentuk aplikatifnya untukbisa diterapkan kepada para siswa. Berikutadalah beberapa alternatif bentuk yang bisadijalankan oleh sekolah sebagai kristalisasiANSOS sekaligus sebagai program inovatifsekolah.1. Ekskursi SosialEkskursi sosial adalah bentuk paling sederhanaANSOS yang dapat dijalankan oleh para siswa.Dalam ekskursi sosial ini, para siswa akanmelakukan observasi lapangan langsung serta

Page 79: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

berinteraksi dengan masyarakat untuk belajardan mengalami secara langsung bagaimanamasyarakat marginal menghayati kehidupan-nya.

Ekskursi sosial ini dapat menjadi bentuklatihan praktis bagi para siswa untukbersolidaritas dan berempati dengan masyarakatmarginal di sekitarnya. Objek penelitian padabentuk ekskursi sosial ini umumnya adalahmasyarakat marjinal dan masyarakat yangterpinggirkan. Bentuk ini mengajak para siswauntuk menelusuri situasi ketidakadilan yangterjadi di dalam lingkungan masyarakat.Ekskursi sosial mengajak pula siswa untukmelihat dan mengenal dalam tentangkemiskinan tanpa harus menjadi miskin terlebihdulu. Melalui latihan ini, diharapkan para siswamampu menjalankan proses telaah sosial secarabenar dan runtut: melihat realitas, merasakanrealitas, terlibat langsung dalam realitas, meng-analisa realitas, mencari kesimpulan serta solusipemecahan.

Berikut adalah dua contoh bentuk latihanekskursi sosial.a. Ekskursi Sosial dengan Kaum Gelandang-

anTujuan: membangun kepekaan sosial dalam dirisiswa akan keberadaan kaum marjinal, sepertihalnya kaum gelandangan, di dalam masyara-kat.

Tahapan Pelaksanaan:Tahap 1 : Peserta diminta untuk berjalan dalamkelompok (catatan: 1 kelompok terdiri dari 2-3orang) dan menyusuri daerah sekitar tempatpelatihan. Mereka diminta untuk menemukangelandangan, atau pengemis, atau pemulung dipinggir jalan. Tugas peserta adalah mengamatidan mengadakan pendekatan dengan mereka.

Tahap 2: Peserta melakukan pengamatan dandialog dengan mereka secara empatik. Pertanya-an yang diajukan bisa tentang lokasi tempattinggal dan keadaan anggota keluarganya; alas-an mereka menjalani pekerjaan itu; permasalah-an yang dihadapi mereka; dan cita-cita mereka.

Tahap 3: Pada tahapan ini, jawaban-jawabanyang didapat dari proses wawancara diolahbersama oleh para siswa dalam kelompok kecil.

Satu kelompok bisa terdiri dari 3-5 orang.Kelompok diskusi ini harus berbeda dengankelompok yang dibuat pada tahapan pertama.Dalam kelompok ini, mereka dapat membakikanpengalaman perjumpaan yang mereka alamidengan para kaum gelandangan. Dari sana, didalam kelompok itu pula, mereka mencari sisiperjumpaan mana yang menyentuh hati mereka.

Tahap 4: Pada tahapan ini, kelompok diskusiyang sudah dibuat pada tahap ke-3, akanmemplenokan hasil pengamatannya di depankelompok lainnya. Setelah pleno hasil diskusi,peserta diajak untuk berdiskusi dan berdialogsecara spontan dan terarah. Dialog dapatdiarahkan pada penyebab munculnya kemiski-nan dan tindakan konkret bersama yang dapatdibuat untuk mengurangi kemiskinan tersebut.

b. Ekskursi Sosial Anak Putus Sekolah (tidaksekolah)

Tujuan: membangun kepekaan sosial dalam dirisiswa akan adanya anak seusia mereka yangtidak bisa mengenyam bangku pendidikansecara layak.

Tahapan PelaksanaanTahap I : Pada tahapan ini, secara per kelompok,para siswa mengadakan pengamatan inderawiterhadap anak putus sekolah. Pengamatan itubisa juga diisi dengan wawancara seputaralasan mereka putus sekolah, cita-cita merekadan kondisi hidup keseharian mereka.

Tahap 2: Peserta melakukan studi literatur.Peserta diminta untuk mengumpulkan datamelalui koran, majalah atau internet maupunsumber lainnya. Data yang dicari harusberkenaan dengan data anak-anak yang putussekolah. Data yang harus dicari adalah tentangjumlah anak putus sekolah, alasan putussekolah, dan usaha nyata pemerintah untukmenghadapi masalah putus sekolah ini.

Tahap 3 : Peserta diajak untuk berdiskusi danberdialog secara spontan dan terarah tentangalasan terjadinya kasus anak putus sekolah dangerakan konkret bersama yang dapat dibuatuntuk menekan angka jumlah anak putussekolah.

Page 80: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

73Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

2. Bentuk Pengembangan Lanjut EkskursiSosial

Ekskursi sosial merupakan bentuk latihanANSOS yang paling dasar dan sederhana.Sebagai bentuk yang paling dasar, tentu saja,ekskursi sosial dapat dikembangkan lagi kedalam bentuk yang lebih kompleks lagi.Pengembangan ini tidak melulu menyasar padabentuk fisik kegiatan semata, namun juga padamateri dan ruang lingkup analisis.

Pengembangan pada bentuk fisik menyasarpada ruang dan waktu analisis. Ekskursi sosialyang sederhana, biasa dilakukan di sekitarwilayah tempat tinggal atau sekitar wilayahsekolah. Pengamatan terhadap realitas di sekitarwilayah tempat tinggal, tidak membutuhkanwaktu khusus karena dapat dijalankan seiringdengan kebiasaan harian yang dilakukan. Haltersebut bukan tidak mungkin biladikembangkan lebih luas lagi demi untukmendapatkan keluasan wawasan dan kaca matasosial para siswa.

Materi analisis juga dapat dikembangkantidak hanya sebatas pada konteks ketidakadilanpublik dan kemiskinan saja. Hal itu dapatdikembangkan lagi ke dalam ranah kehidupanyang lain, seperti halnya budaya dan inkultura-sinya, kepemimpinan, nilai keagamaan,perbandingan agama dan juga sosio politiskemasyarakatan. Usaha pengembangan tersebutdapat diwujudkan dalam program sekolah rutintahunan sekaligus program unggulan bagi setiapangkatannya. Berikut adalah beberapa alternatifprogram pengembangan tersebut (Program inimenjadi program rutin unggulan yang diadakandi SMP Nasional Plus BPK PENABUR Bogor).

a. JamboreJambore dibuat sebagai program pengembanganekskursi sosial untuk menelaah realitas internalsekolah. Ruang lingkup analisisnya adalahrelasi komunikasi sosial dan budaya yang terjadidi antara sesama warga sekolah. Dengan katalain, program ini masih berfokus pada “urusandapur” internal sekolah dan belum melibatkanpihak eksternal sekolah.

Tujuan utama program ini adalah mengajakpara peserta untuk mengenal lebih dalambudaya dan tradisi sekolah. Oleh program iniingin lebih membatinkan tradisi dan budaya

sekolah dalam diri para siswa, maka programini sengaja dibuat untuk siswa kelas 7. Jamboremenjadi semacam “masa orientasi kedua” bagipara siswa baru terhadap apa yang menjadi visi,misi, dan kekhasan sekolah. Hal itu diintegrasi-kan ke dalam materi kegiatan program ini.Materi pembekalan yang dimasukkan, senan-tiasa harus disesuaikan dengan apa yangmenjadi kekhasan sekolah. Sebagai contoh, bilasebuah sekolah menjadikan nilai kristiani,kemandirian dan kreativitas sebagai arahdasarnya, maka program Jambore harusmenjadikan tiga nilai itu sebagai nafasnya. Nilai-nilai kristiani, coba dibatinkan dalam dinamikakegiatan peserta di alam terbuka. Melaluikegiatan tersebut, mereka diajak untuk mengenalkasih Tuhan melalui alam ciptaan yang ada disekitarnya dan untuk mensyukuri rahmat Tuhandengan memanfaatkan potensi alam yang adadengan benar. Aktualisasi nilai keimanan ituakan berjalan sinambung dengan nilaikemandirian dan kreativitas. Materi kecakapandasar seputar tali temali, memasak, danmembaca tanda-tanda di alam terbuka, merupa-kan medium bagi para peserta untuk berlatihmenjadi pribadi yang mandiri dan berani untuktidak tergantung kepada siapapun. Sementaraitu, kegiatan dinamika kelompok yang lebihmengarahkan siswa pada kecakapan “problemsolving”, mengajak para peserta untuk menjadipribadi yang kreatif saat menghadapi sebuahpermasalahan. Kreatif di sini tidak hanyamerujuk pada bagaimana ia melihat saturealitas/masalah dari berbagai sudut pandang,namun juga bagaimana ia mampu melahirkansolusi pemecahan yang menyasar langsungkepada akar permasalahan.

Selain itu, tujuan lain dari program iniadalah mengajak para siswa untuk mengenallebih dalam identitas komunitasnya. Di satu sisi,pengenalan yang mendalam terhadap komuni-tasnya, dalam hal ini adalah sesama siswa danguru, merupakan jalan untuk menanamkan rasakebanggaan menjadi bagian dari sekolahtersebut. Di sisi lain, hal itu juga dapat menjadijalan untuk membentuk ciri khas profil lulusansekolah tersebut.

Program ini dijalankan selama beberapahari dengan mengajak siswa tinggal dan“membangun kehidupan” di alam terbuka.

Page 81: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

“Membangun Kehidupan” diaktualisasikandalam format konsep simulasi negara. DalamJambore ini, para peserta akan bersimulasimenjadi masyarakat dunia yang memilikiwilayah dan batas negara. Setiap wilayah suatukelompok tidak boleh dimasuki oleh anggotakelompok lain. Sebagai sebuah negara, kelompokharus mandiri mengatur proses pemenuhankebutuhannya. Mereka harus mencari pointuntuk bisa “membeli” kebutuhan makananpokok. Mereka juga harus memasak sendirimakanan yang akan dimakan. Mereka harus bisamengatur sendiri manajemen “keuangannegaranya”. Dan, mereka harus mampumembuat sistem sendiri “proses pengamanan”wilayah kelompoknya dari gangguan kelompoklain.

b. Live-In SosialLive-In sosial dibuat untuk menelaah realitasyang terjadi di luar lingkungan sekolah. Programini diadakan untuk para siswa kelas 8. Sasarantempat program adalah masyarakat sederhanayang ada di pedesaan. Pada program ini, ruanglingkup ekskursi mengalami perluasan. Apayang sudah dibatinkan oleh para siswa dalamproses belajar selama 1 tahun di kelas 7 dan yangdimantapkan dalam program Jambore, menjadimodal penting bagi para siswa untuk beranimelangkah ke luar sekolah dan masuk ke dalamrealitas orang lain yang berbeda sekali denganrealitas dirinya. Ruang lingkup live-in sosiallebih terfokus pada studi kemasyarakatantradisional dan studi komparasi kebudayaan.

Program ini bertujuan mengajak parapeserta untuk mendalami masyarakat danbudaya yang ada di dalamnya. Studikemasyarakatan dan komparasi budaya ini tidakdibuat untuk mencari perbandingan baik danburuk. Namun, lebih mengarah pada usahauntuk memperkaya wawasan sosial para siswadalam memahami keragaman yang ada. Live-InSosial menjadi semacam bentuk latihanpenyadaran bagi para siswa akan identitasnyakediriannya sebagai makhluk sosial. Selain itu,Live-In Sosial juga dapat menjadi mediapembelajaran bagi para siswa untuk memahamidan menyikapi perbedaan yang ada.

Bentuk analisis sosial dalam program inijauh lebih kompleks dibandingkan apa yang adapada Jambore. Kompleksitas itu terlihat dari apayang menjadi objek dan tempat analisis. Objekanalisis tidak hanya menunjuk pada tarafkesejahteraan masyarakat yang ditinggali, tapijuga mengarah pada akar sosial budayamasyarakat tersebut. Pada titik ini, para siswadiajak untuk tidak hanya mengamati saja, tapijuga untuk menganalisis lebih jauh hinggaakhirnya mampu membuat konklusikomprehensif akan hakekat perbedaan yang adadi realitas masyarakat sosial.

Perlu diingat bahwa program Live-In sosialini tidak diadakan untuk membangkitkan rasaiba para siswa terhadap kelompok masyarakatsederhana. Akan tetapi, program ini dibuatuntuk membangkitkan kembali semangatoptimisme dalam menjalani hidup. Dengan meli-hat dan tinggal bersama orang-orang sederhanayang sarat rasa syukur dan optimis-me hidup,diharapkan para siswa dapat memperolehinspirasi untuk juga bersikap yang sama.

Program ini dijalankan selama 5 haridengan mengajak siswa tinggal dan menjalanidinamika keseharian di dalam masyarakat yangsederhana. Mereka akan tinggal di rumah-rumahpenduduk dan menjadi “anak asuh” darikeluarga yang ditinggali. Mereka tidak akansekedar tinggal saja, tapi juga akan mengikutiseluruh kebiasaan dan kegiatan harian keluargaasuhnya. Dalam konteks itu pula, mereka akanmembuat sebuah gerakan bersama yang tepatguna bagi kelompok masyarakat setempat.Proses tinggal di rumah keluarga asuh,merupakan proses yang langka untuk mereka.Proses tersebut akan “memaksa” mereka untukmau berkomunikasi dengan orang-orang yangada di sana. Proses inilah yang akan memupukkeberanian mereka untuk berinisiatif dalam halberkomunikasi dengan orang lain.

Ekskursi sosial mereka semakindisempurnakan dengan melakukan kunjunganke tempat wisata budaya yang berkaitan denganmasyarakat tersebut. Eksplorasi budaya ini akanmempertajam analisis mereka terhadap esensikebudayaan dan situasi sosial kemasyarakatanpada masyarakat yang ditinggali.

Page 82: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

75Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

c. Home Stay MancanegaraHome stay Mancanegara dibuat dalam upayamenelaah realitas yang terjadi di luar lingkungansosial masyarakat Indonesia. Pada programketiga ini, ruang lingkup ekskursi sosialdiperluas ke wilayah eksternal Indonesia. Hasilanalisis sosial yang didapatkan dalam proseslive-in sosial, menjadi modal penting bagi parasiswa untuk berani melangkah ke wilayah“orang” yang seluruh budaya dan situasi sosialkemasyarakatannya berbeda dengan keindone-siaannya. Ruang lingkup live-in sosial lebihterfokus pada studi kemasyarakatan dunia dankomparasi nilai-nilai kebudayaan bangsa.

Program ini bertujuan mengajak parapeserta untuk mendalami masyarakat danbudaya yang ada di dalamnya. Studikemasyarakatan dan komparasi budaya ini tidakdibuat untuk mencari perbandingan baik danburuk. Namun, lebih mengarah pada usahauntuk memperkaya wawasan sosial para siswadalam memahami keragaman dan perbedaanyang ada. Program ini menjadi semacam bentuklatihan penyadaran bagi para siswa akanidentitasnya kediriannya sebagai bagian daridunia universal. Melalui program ini, para siswadiajak untuk memiliki orientasi pemikiran yangmendunia. Orientasi pemikiran ini akan memba-wa siswa sampai pada keluasan wawasan berpi-kir.

Program ini tidak ingin mengajak siswauntuk menjadi “kebarat-baratan” atau untukmeninggalkan. Melalui program ini, siswadiajak untuk mencintai identitas nasionalnyamelalui interaksi mereka dengan anak-anak darinegara lain. Mereka diajak untuk menemukanapa yang menjadi kekhasan dan keunikankebangsaannya di dalam lingkup internasional.Selain itu, mereka juga dapat belajar danmengambil inspirasi dari kemajuan-kemajuanyang dialami oleh bangsa lain. Di sini, bukaningin meniru tindak tanduk dan budaya bangsaasing, namun ingin mengambil semangat dasarpositif yang menjiwai kemajuan tersebut.

Program ini diadakan untuk para siswakelas 9. Sasaran tempat program ini adalahInggris, dengan dua alasan. Pertama, Inggrisadalah negara yang masih memegang teguhtradisi nasionalnya dan menjadikan hal itusebagai kekayaan intelektual yang diekpose

kepada masyarakat internasional. Dengan katalain, orang-orang Inggris memiliki rasa banggadan semangat nasionalisme yang mendalamkepada negaranya. Kedua, sebagai sebuahsekolah nasional plus yang menjadikan bahasainggris sebagai bahasa pengantar, rasanya tepatbila kemampuan kebahasaan para siswa yangsudah diolah sejak kelas 7, diuji secara langsungdi negara pemilik bahasa tersebut.

Program ini dijalankan selama 14 haridengan mengajak siswa tinggal dan menjalanidinamika keseharian di dalam rumah penduduklokal. Mereka tidak hanya akan tinggal, tapimereka juga akan ikut belajar di sekolah lokaldan merasakan proses pembelajaran di negaratersebut bersama siswa-siswa lokal yang ada.Tentu saja, dalam kurun waktu 14 hari itu, prosesinteraksi peserta dengan para orang lokal,menjadi hal utama yang ditekankan.

Simpulan

KesimpulanBagian ini merupakan konklusi atas seluruhpembicaraan dalam tulisan ini. Konklusi inimenjadi jawaban atas pertanyaan tentang kadarkemendesakan aplikasi konsep berpikiretnometodologi dalam proses pembelajaran disekolah. Untuk mengukur kemendesakan itu,ada baiknya bila melihat kembali situasi sekolahera kini sebagai sebuah lembaga pendidikan.

Ada dua titik utama yang perlu dilihatkembali untuk memberikan gambaran situasitersebut. Pertama, fungsi sekolah dalammasyarakat. Kleden (2001: 56) pernahmengungkapkan tiga fungsi dasar sekolahdalam kaitannya dengan masyarakat. Fungsiyang pertama adalah sekolah menjadisimplifikasi dan abstraksi dari lingkunganmasyarakat yang ada di sekitarnya. Sekolahmenjadi tempat “lingkungan hidup” buatanyang memasukkan kompleksitas unsur yangterdapat dalam sebuah masyarakat. Simplifikasiitu akan memampukan setiap siswa untukmendapatkan gambaran tentang apa danbagaimana masyarakat yang hidup bersama-nya. Fungsi kedua adalah sekolah melakukankoreksi dan rekonstruksi masyarakatnya. Padafungsi ini, sekolah memiliki tanggung jawab

Page 83: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

sosial untuk meluruskan segala kecenderungannegatif dan destruktif yang ada dalammasyarakat. Sekolah harus mampu memilihnilai, sifat, dan kepandaian yang menurut normamasyarakat dianggap menunjang perkem-bangan masyarakat ke arah yang lebih baik.Fungsi yang terakhir adalah sekolah berperansebagai penyeimbang dalam mendemokrasikanmasyarakatnya. Sekolah bertugas menciptakanperimbangan antara berbagai unsur dalamlingkungan sosial dan mengusahakan agarseorang siswa dapat keluar dari keterbatasanlingkungan sosialnya. Dengan kata lain, sekolahmembantu setiap siswa untuk menciptakankontak dengan lingkungan yang lebih luas.

Kedua, realitas sekolah yang ada pada saatini. Dengan berangkat dari tiga fungsi sekolahtersebut, realitas kekinian sekolah akan cobadiukur. Berangkat dari fungsi yang pertama,realitas kekinian sekolah semakin lama semakintidak mampu memberikan gambaran terhadappara siswa tentang situasi masyarakat disekitarnya. Kepadatan materi yang diajarkandan dibayangi oleh keharusan lulus dalam ujiannasional, membuat para pengajar lebihcenderung mengejar penyelesaian materidaripada memberikan waktu bagi para siswauntuk bereksplorasi mengenal lingkungansekitarnya secara langsung. Komparasi antarawaktu belajar di sekolah dengan kepadatanjumlah materi, tidak menyisakan waktu sedikitpun untuk observasi lapangan. Seluruh kegiatanbelajar mengajar masih cenderung berfokuspada kelas. Batas-batas ruang itulah yangmembuat para siswa tidak lagi mampumengenali situasi sosial di sekitarnya. Materipengajarannya pun kerap tidak kontekstualdengan situasi yang sedang terjadi. Akibatnya,siswa tidak mengetahui apa yang sedang danmarak terjadi di wilayah tempat tinggalnya.

Sementara itu, kasus penyimpangan yangkerap muncul di lingkungan pendidikan – baikitu yang dilakukan siswa atau guru – menggam-barkan kegagalan sekolah dalam menjalankanfungsi keduanya, yaitu merekonstruksimasyarakat. Masih banyak sekolah yang lebihberfokus pada hasil daripada pada proses.Padahal, upaya rekonstruksi yang dilakukan itu,akan senantiasa berawal dari sebuah kesadaranakan pentingnya proses. Sebab, proses adalah

harga mati untuk sebuah rekonstruksi sosial.Oleh karenanya, jika sekolah hanya mengejarnilai UN yang tinggi dengan menggunakan carakotor, itu menandakan bahwa sekolah telahgagal memilihkan kepandaian yang bergunauntuk masyarakat. Habitus mencontek saatujian, membeli soal, hingga aksi bullying disekolah, menjadi bukti kegagalan sekolahtersebut. Kepandaian yang diberikan itu adalahkepandaian untuk pemenuhan kepentingan diri.Bukan kepentingan publik. Tak heran, bilaproduk pendidikan Indonesia menelurkanbanyak koruptor dan orang pandai yang tidakmemiliki tanggung jawab dan moral sosial.

Kegagalan sekolah dalam merekonstruksimasyarakat pada akhirnya berbuntut padakegagalan sekolah pula untuk menjalankanfungsi ketiganya, yaitu menjadikan siswanyauntuk berani berinteraksi dan berbaur secarasosial dengan lingkungannya. Prinsip diri yanghanya mementingkan hasil maksimal denganmenghalalkan segala cara, telah terlanjurtertanam dalam diri siswa. Akibatnya, siswacenderung untuk tidak lagi mau mempedulikanlingkungan sosialnya. Jangankan untuk peduli,untuk mengenal dan melihat pun, banyak siswayang enggan melakukannya. Teknologiinformasi zaman modern semakin memperkuatgambaran itu. Banyak anak lebih senang dudukdi depan komputer bermain permainan onlineselama berjam-jam daripada memanfaatkanwaktu luang mereka untuk berbaur denganteman-teman sebayanya di luar rumah. Takhanya itu. Saat mereka harus mencari informasipun, mereka lebih senang mengunduh banyakinformasi lewat teknologi internet ketimbangbertanya secara verbal kepada orang-orang disekitarnya. Padahal, lewat usaha bertanyaitulah, pintu interaksi dan kontak sosial denganlingkungannya bisa terbuka.

Melihat situasi itu semua, maka sekolahpada masa kini harus berani kembali kepada tigafungsi mendasarnya tersebut. Pada saat sekolahharus berhadapan dengan teknologi danmodernisasi dunia yang cenderung cepat dantak kenal kompromi, sekolah juga harus menjaditempat terbentuknya mental berproses di dalamdiri para siswa. Dalam hal itu, butuh waktu yangtidak sebentar dan sekolah juga harus berlombadengan kecepatan dunia ini. Karenanya,

Page 84: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

77Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Membumikan Konsep Etnometodologi Dalam Pola Berpikir Siswa

menjadi sangat mendesak bila sekolahmelakukan upaya-upaya praktis untukmengembalikan kesadaran itu ke dalam diri parasiswa dan pengajarnya.

Sekolah tidak boleh lupa bahwa prosespendidikan dan pengajaran yang termaktub didalamnya, harus mengarah ke masyarakat. Apayang dipelajari harus berguna untukmasyarakat. Sekolah memiliki kewajiban moraluntuk ikut berpartisipasi aktif dalam upayapembangunan positif masyarakat. Sekolah harusmenghasilkan produk-produk lulusan yangpeka, peduli dan mau memikirkan kondisimasyarakatnya dengan pengetahuan yangdidapatkannya tersebut. Maka, konsep berpikiretnometodologi yang mengkristal dalam metodeANSOS, sedikit banyak dapat menjadi solusipraktis untuk kembali mengajak para siswamenyadari bahwa dirinya adalah bagian daridunia dan memiliki tanggung jawab untuk ikutmerawat dunianya. Pemikiran-pemikiransistematis dan analitis yang didasarkan padakonteks realitas sosial, akan mampu menghasil-kan jalan keluar terhadap segala permasalahansosial dan nilai destruktif yang ada padamasyarakat. Dan, dengan pemikiran itu, visipendidikan yang kritis transformatif akanmenemukan wujud nyatanya.

SaranAda tiga rekomendasi yang dapat menjadi geraknyata bagi aplikasi tulisan ini. Pertama, dalampenyusunan program tahunan, hendaknyasekolah menciptakan satu “program besar” yangdapat menjadi program unggulan di setiapjenjang kelas. Program tersebut adalah proyeksosial yang menjembatani siswa untukberinteraksi secara nyata dengan komunitasmasyarakat di luar sekolah. Program karyawisata internal ke tempat-tempat wisata yangcenderung berbau “senang-senang”, dapatdiganti dengan proyek sosial seperti Jambore,Live-In sosial, ekskursi sosial ataupun homestay

mancanegara (bila keadaan memungkinkan).Kedua, sebelum memulai kegiatan pembelajaran,hendaknya setiap guru mengawali materipengajarannya dengan bercerita tentangperistiwa sosial yang tengah terjadi atau marakdibicarakan di dalam masyarakat saat itu. Halini akan membuat siswa menjadi peduli akansituasi masyarakatnya. Penuturan peristiwasebisa mungkin mampu memetakan segala intipermasalahan beserta unsur analisis sosial didalamnya. Jika memungkinkan, juga diadakandiskusi singkat selama 5-10 menit tentangperistiwa sosial tersebut. Ketiga, ada baiknyaapabila setiap siswa diminta untuk membuatlaporan tentang berita yang didengar ataudibacanya selama seminggu. Laporan inidikumpulkan secara rutin sekali dalamseminggu. Laporan ini akan menjadi sangatrelevan dengan pelajaran Bahasa Indonesia, IPSataupun PKn.

Daftar Pustaka

Buchori, Mochtar. (2001). “Komersialisasiidealisme bukan tabu” dalam pendidikan:Kegelisahan sepanjang zaman.Sindhunata, ed. Yogyakarta: Kanisius

Hardiman, Budi. (2007). Filsafat pragmentaris.Yogyakarta: Kanisius

Kleden, Ignas. (2001). “ ‘Linking’ dan ‘delinking’dalam pendidikan dan kebudayaan” dalampendidikan: kegelisahan sepanjang zaman.Sindhunata, ed. Yogyakarta: Kanisius

Leahy, Louis. (2001). Siapakah manusia? Sintesisfilosofis tentang manusia. Yogyakarta:Kanisius

Poloma, Margaret M. (2004). Sosiologikontemporer. Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada

Suseno, Frans Magnis. (1987). Etika dasar:Masalah-masalah pokok filsafat moral.Yogyakarta: Kanisius

Page 85: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan

Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan

Marni SerepinahE-mail: [email protected]

SDK 4 BPK PENABUR Jakarta

Opini

Abstraketiap program, khususnya dalam pendidikan, dikatakan lengkap apabila disertai denganevaluasi sebagai kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari program itu. Evaluasi programperlu dilakukan secara objektif dan mendasar sehingga bermakna dan merupakan bentuk

pertanggungjawaban. Akan tetapi, dalam kenyataannya terdapat program pendidikan yangmengalami perubahan, dihentikan, atau dikembangkan tanpa melalui evaluasi formatif atau sumatifsebagai dasar pengambilan keputusan. Tulisan ini mengkaji kebermaknaan evaluasi programpendidikan serta berbagai aspek penting yang perlu diperhatikan. Disimpulkan, betapa pentingnyamakna hasil evaluasi program untuk menentukan kelanjutan suatu program. Setelah melaluipembahasan, tulisan ini memberikan saran agar dalam melakukan evaluasi program hendaknyamemenuhi prinsip dan kriteria evaluasi, memilih model evaluasi yang sesuai, dan melakukanevaluasi itu secara tepat.

Kata-kata kunci: Kebermaknaan, prinsip evaluasi, evaluasi program, pengambilan keputusan.

Significance of Education Program EvaluationAbstract

Any program particularly in education can be regarded complete if an objective and fundamental evaluationhas been conducted on its implementation. The evaluation should also have significance for the attainment ofthe program objectives and accountability. However, in fact a number of education programs are changed,discontinued, or developed without any formative or summative evaluation, which attract criticism from theprogram environment. This article discusses some problems related to the program evaluation in education.It concludes the importance of the evaluation program to provide the decision maker to make accurate decisionsparticularly for education program. In conducting an evaluation, the article suggests to refer to the evaluationprinciples, meet the predetermined evaluation criteria, choose the appropriate evaluation model based on therelevant approach, and conduct the evaluation properly.

Key words: Significance, program evaluation, evaluation principles, decision making.

S

Page 86: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

79Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan

Pendahuluan

Salah satu berita Online detik.com, pada tanggal23 Februari 2013, menyajikan informasi seputarakan diberlakukannya Kurikulum 2013 dalamdunia pendidikan di Indonesia, yang akanberdampak pada keberlangsungan UjianNasional (UN). Dengan merujuk pada ucapanMenteri Pendidikan dan Kebudayaan, berita itumengemukakan bahwa hasil evaluasi yangmasih dilakukan akan menentukan UNdihapuskan atau diubah.

Merujuk pada kelanjutan UN itu, terlihatbetapa pentingnya evaluasi dalam pengambilankeputusan oleh Pemerintah. Peristiwa lain yangtak kalah mengejutkan berbagai pihak, adalahkeputusan Mahkamah Konstitusi pada awalJanuari 2013 lalu, mengenai penghapusansistem Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional(RSBI). Meskipun penghapusan tersebutdilakukan masih sebatas penghapusan namadan kegiatan proses belajar-mengajar dengansistem pembelajaran RSBI tetap dilaksanakansampai akhir semester 2013.

Kedua contoh yang bersekala nasional ituterjadi, tentunya tidak serta merta hanyakeputusan tanpa pertimbangan yang matangtetapi di sinilah letak kebermaknaan suatuevaluasi program. Rekomendasi hasil evaluasiuntuk pengambilan keputusan dihapusnyaprogram tersebut karena tidak sesuai dengankonstitusi. Beberapa hal yang menjadi pertim-bangan lain adalah biaya yang mahalmengakibatkan diskriminasi pendidikan. Selainitu, pembedaan antara RSBI-SBI dan non-RSBI-SBI menimbulkan kastanisasi dalam bidangpendidikan. Di samping itu penggunaan bahasaInggris sebagai bahasa pengantar dalam tiapmata pelajaran di sekolah RSBI-SBI jugadianggap dapat mengikis jati diri bangsa danmelunturkan kebanggaan generasi mudaterhadap penggunaan serta pelestarian bahasaIndonesia sebagai alat pemersatu bangsa. Halinilah yang tentunya menjadi dasar pengambil-an keputusan penghapusan program RSBI.

Berbagai topik/program pendidikan,seperti contoh program di atas, membutuhkanevaluasi agar Pemerintah pun tidak gegabahdalam pengambilan keputusan. Hasil evaluasi

akan menentukan keberlangsungan suatuprogram. Kebutuhan akan pentingnya evaluasimenjadi bagian yang tak terpisahkan dalampengambilan keputusan akhir. Selain contoh diatas,beberapa contoh yang dapat dijadikan objekevaluasi berdasarkan identifikasi program:Program Akselerasi, Program Bilingual Class,Program Briliant Class, Kegiatan Ekskur, MasaOrientasi Siswa (MOS), Pendidikan KarakterBerbasis Nilai-Nilai Kristiani ( PKBN2K),Olimpiade Sains Nasional (OSN), Program StudiBanding Antar Sekolah di Dalam dan LuarNegeri, Penerimaan Peserta Didik Baru, UjianNasional, Native Speaker/Ekspatriat, ProgramPeningkatan Peran Serta Masyarakat DalamPenyelenggaraan TK/PAUD ( Pendidikan AnakUsia Dini), Program Full Day School, PendidikanInklusif, Bantuan Operasional Sekolah (BOS)Dan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP),Pendidikan Sistem Ganda, Program PendidikanDan Pelatihan Guru (P3G), Boarding School,Pend. Lima Hari, Keaksaraan, Kesetaraan, HomeSchooling, Pendidikan Gratis, SubsidiPendidikan, Subsidi Silang, Olimpiade OlahragaSiswa Nasional (O2SN), Festival & Lomba SeniSiswa Nasional (FLS2N), Bimbingan Konseling,Kuliah Kerja Nyata (KKN), PPL ( ProgramPengenalan Lapangan), dan lain-lain.

Evaluasi sangat dibutuhkan terutamadalam memaparkan secara sistematis dan detail,untuk mengetahui sampai sejauh mana suatuprogram pendidikan itu telah berjalan. Berikutada empat faktor pendorong atau kecenderung-an yang menyebabkan evaluasi dibutuhkan.1. Akuntabilitas, merujuk pada justifikasi

untuk pencapaian hasil yang realistis suatuprogram.

2. Pelaporan perihal dana. Jika suatu programakan dipertanggungjawabkan, tentudibutuhkan rincian secara detail pengguna-an dananya secara transparan.

3. Kegiatan untuk mengetahui sampai sejauhmana performa dan hasil kerja yang sedangatau telah dilakukan baik dalam tahapproses, hasil, dan dampak.

4. Pengambilan keputusan suatu programpendidikan. Untuk memutuskan apakahprogram dapat terus dilaksanakan, direvisidan dikembangkan, atau dihentikan.

Page 87: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan

Alasan di atas menjadi penting danmempunyai makna yang mendalam untukdigeneralisasikan bahwa setiap program perluuntuk dievaluasi. Namun sebelum kita mema-hami lebih lanjut esensi kebermaknaan suatuevaluasi, pemahaman tentang konsep evaluasiprogram dalam dunia pendidikan menjadi dasarutama dan penting untuk dipahami. Pertanya-an selanjutnya antara lain, mengapa evaluasiprogram pendidikan harus bermakna? Bagai-mana agar keputusan hasil evaluasi tersebutbermakna? Bagaimana mengevaluasi suatuprogram secara tepat sasaran? Serta keputusanapa saja yang bisa didukung oleh hasil evaluasi?Sejumlah pertanyaan tersebut menjadi dasarpemikiran yang coba diangkat dalam tulisanini, sehingga kebermaknaan evaluasi programpendidikan mendapatkan gambaran yang lebihjelas dan lengkap, dengan tujuan mengkaji lebihdetail tentang konsep evaluasi program dankebermaknaan dari evaluasi program terutamadalam dunia pendidikan.

Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaatbagi pendidik dan tenaga kependidikan sertaberbagai pihak yang terkait dalam pengambilankeputusan di dunia pendidikan untuk berbagaikeperluan, terutama dalam hal mengevaluasisuatu program pendidikan.

Kajian Teoritis

Konsep Evaluasi ProgramSebelum membahas tentang evaluasi programlebih lanjut, perlu dipahami terlebih dahulupengertian dasar tentang “program”. Arikuntodan Safruddin (2010: 3-4) menyebutkan dua

pengertian program, secara umum dan khusus.Pengertian program secara umum adalahrencana atau rancangan kegiatan yang akandilakukan. Sedangkan pengertian secara khusus,adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakansecara berkesinambungan dengan waktu danpelaksanaannya biasanya membutuhkan waktuyang panjang. Program juga merupakanrangkaian kegiatan yang membentuk satu sistemyang saling terkait satu dengan lainnya denganmelibatkan lebih dari satu orang untukmelaksanakannya. Menurut Isaac dan Michaeldalam Muzayanah (2011:17), sebuah programharus diakhiri dengan evaluasi untuk melihatapakah program tersebut berhasil menjalankanfungsi sebagaimana yang telah ditetapkansebelumnya.

Secara umum evaluasi merupakan prosesmengumpulkan informasi mengenai suatu objek,memberi nilai suatu objek, dan membanding-kannya dengan kriteria, standar, dan indikator,yang dapat digambarkan sebagai berikut .

Dengan pemahaman di atas, maka evaluasiprogram adalah suatu proses dalam menetapkansecara sistematis tentang suatu nilai, tujuan,efektivitas, atau kecocokan sesuatu, sesuaidengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkansebelumnya. Proses penetapan keputusan itudidasarkan atas perbandingan secara hati-hatiterhadap data yang diobservasi denganmenggunakan standar tertentu yang telahdistandarkan (dibakukan) seperti tergambar diatas. Standar yang digunakan merupakanstandar yang memenuhi kriteria bahwa hasildari evaluasi tersebut memenuhi prinsipvaliditas, reliabilitas, kontinuitas, dan

Gambar : Objek, kriteria, hasil dan kebermaknaan evaluasi

Dibanding kan

Objek Evaluasi :

Program

Kriteria

Standar

Indikator

Hasil Evaluasi program :

Berisi informasi tentang objek dalam kaitannya dengan kriteria, standar, dan indikator

Kebermaknaan:

Pengambilan keputusan mengenai objek evaluasi

Page 88: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

81Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan

komprehensif, sehingga informasi yangdihasilkan dapat dijadikan sebagai bahanpengambilan keputusan dengan benar dan bijak.

Tujuan Evaluasi Program PendidikanTujuan evaluasi program pendidikan adalahuntuk memperoleh informasi akurat dan objektiftentang suatu program, serta mengetahui penca-paian tujuan program dengan langkah meng-analisis sampai sejauh mana keterlaksanaankegiatan program. Hal ini didukung olehWirawan (2011: 22) bahwa tujuan evaluasiprogram pendidikan adalah sebagai berikut.1. Bertujuan untuk mengetahui pencapaian

tujuan dari suatu program dengan langkahmengetahui keterlaksanaan kegiatanprogram, untuk memahami sejauh kompo-nen dan sub komponen terlaksana ataubelum terlaksanan dan apa penyebabnya.

2. Menyediakan data dan informasi sertarekomendasi bagi pengambil kebijakan(decision maker) untuk memutuskankelanjutan, perbaikan, atau menghentikansebuah program terutama dalam duniapendidikan.

3. Menilai kualitas (merit) – baik- buruknyaatau tinggi - rendahnya kualitas programdan kinerja program dalam kaitannyadengan suatu tujuan atau standar tertentu.

4. Menentukan ukuran kinerja dan keterca-paian materi serta program pendidikan.

5. Penentuan akuntabilitas suatu program.6. Menentukan dasar, arah, strategi, dan

keefektivitasan program pendidikan,sehingga keputusan dan kebijakan yangdiambil membawa efektivitas yang efisien.

7. Melakukan dan memenuhi kebutuhanakreditasi sekolah.

8. Mengevaluasi kurikulum yang sedangberlaku maupun yang telah usai diberlaku-kan.

9. Menjawab dan mempertanggung jawabkanpengeluaran dana (BOS) yang telah disalur-kan ke sekolah- sekolah.

10. Melakukan penilaian terhadap hasilprestasi siswa.

Prinsip Evaluasi Program PendidikanEvaluasi program pendidikan, mempunyaibeberapa prinsip utama yang dapat dijadikan

panduan dalam melaksanakan evaluasi.Pertama, peneliti harus berfikir secara sistematis,yaitu memandang program pendidikan yangditeliti sebagai satu kesatuan, yang terdiri daribeberapa komponen yang saling berkaitan satudengan lainnya dalam menunjang kinerja dariobjek yang dievaluasi. Kedua, menggunakanstandar, kriteria, tolok ukur, dan uji validitasdalam mengkaji dan menganalisis data yangdiperoleh untuk mengambil kesimpulan. Ketiga,berdasarkan hasil penelitian disusun sebuahrekomendasi secara rinci, akurat, dan dipertang-gungjawabkan, sehingga dapat ditentukantindak lanjut secara tepat. Apabila prinsip darievaluasi suatu program telah terpenuhi dantelah dilaksanakan, maka hasil evaluasi programpendidikan tersebut, dapat dijadikan dasar danrujukan utama setiap pengambilan keputusan,sehingga berbagai program dikatakan telahmencapai tujuan sesuai dengan yang ditetap-kan. Akan tetapi, apabila evaluasi program yangdilakukan tidak memenuhi prinsip di atas, makaberbagai program dapat dikatakan tidakdievaluasi sesuai standar dan kriteria. Dengandemikian suatu program dapat dikatakan tidakterlaksana dengan baik karena tidak dievaluasisecara sistematis. Isu-isu tentang gagalnya suatumega proyek, penutupan suatu sekolah, danmaraknya korupsi merupakan salah satu darirentetan panjang, betapa pentingnya suatuprogram dikontrol dan dievaluasi .

Fokus Evaluasi Program PendidikanMemfokuskan evaluasi suatu programpendidikan, berarti menentukan secara spesifik,apa dan bagaimana evaluasi akan dilaksanakan,memfokuskannya hanya pada beberapa variabelpenting yang mencakup (1) objek yangdievaluasi, faktor yang menjadi penentu suatuobjek adalah evaluasi menjawab permasalahanapa, mengapa program diadakan, apa tujuannya,dan siapa yang dilayani, (2) mengidentifikasidan mempertimbangkan tujuan evaluasi,kriteriayang ditetapkan, jelas, berguna, manusiawi,kompatible, dan berharga, (3) mengidentifikasiaudiens, agar diketahui siapa yang akandipengaruhi dan terlibat dalam evaluasi, sertasiapa yang akan menggunakan hasil evaluasiitu, (4) mengidentifikasi pertanyaan/masalahevaluasi, dengan menentukan pertanyaan yang

Page 89: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan

krusial/penting, dan (5) menentukan apakahevaluasi berpotensi untuk sukses, dalam artianbenar-benar memiliki kebermaknaan yang tinggi,karena tidak semua evaluasi berpotensi untuksukses. Mungkin saja hal itu terjadi karenaadanya kepentingan berbagai pihak sehinggarekomendasi yang diberikan tidak lagikompatible dan memiliki kebermaknaan yangtinggi. Fokus evaluasi tersebut tentunya menjaditahapan utama dalam mengevaluasi program.

Langkah Evaluasi Program PendidikanEvaluasi diawali dengan mengaitkan programevaluasi itu sendiri dan pelaksana( orang yangdievaluasi). Rangkaian dan urutan logislangkah evaluasi menurut Muzayanah(2011:17), adalah sebagai berikut.1. Memilih kriteria kelayakan yang tepat , agar

memperoleh pertimbangan yang baik dalamtahapan evaluasi.

2. Menetapkan standar kinerja pada kriteriayang ditetapkan.

3. Mengumpulkan semua data kinerja darisubjek yang dievaluasi atas dasar kriteriayang berhubungan dengan standarnya.

4. Mengintegrasikan hasil ke dalam pertim-bangan nilai akhir ( final value judgement)

Langkah di atas, menjadi tahapan kerja yangakhirnya bermuara pada hasil evaluasi beruparekomendasi dan pengambilan keputusan.

Fungsi dan Kebermaknaan Evaluasi ProgramPendidikanEvaluasi dilaksanakan untuk melayani upayapengambilan keputusan. Pengambil keputusantidak saja perencana dan administrator proyek,namun mencakup kelompok lainnya yangterlibat dalam lingkup kegiatan program.Evaluasi program, utamanya programpendidikan, dilakukan dengan objek lembagapendidikan secara keseluruhan.

Hasil keputusan evaluasi dari suatuprogram pendidikan menurut Arikunto danSafruddin (2010: 22) antara lain sebagai berikut.1. Apabila program dipandang tidak

bermanfaat dan tidak dapat terlaksanasebagaimana tujuan awal diadakannyaprogram, maka keputusan untuk menghen-tikan program merupakan keputusan yangfinal yang dapat dilakukan.

2. Apabila pendekatan, teori, atau terdapatbeberapa bagian yang kurang sesuai dantidak berjalan sebagaimana yang diharap-kan, maka keputusan untuk merevisiprogram merupakan keputusan akhir.

3. Apabila hasil evaluasi menunjukkanketerlaksanaan program berjalan denganbaik dan sesuai dengan harapan danmemberikan hasil yang bermanfaat, makakeputusan untuk melanjutkan programmerupakan keputusan akhir.

4. Apabila program yang telah dilaksanakandan berhasil dengan baik, dan dapatditerapkan lagi pada waktu dan tempatyang berbeda, maka mempublikasikan lebihlanjut merupakan keputusan akhir.Fungsi dan kebermaknaan evaluasi, dapat

kita tentukan berdasarkan audiens hasil evalua-si tersebut, audiens yang menggunakan hasilevaluasi menurut Tayibnapis (2008:10) terdiridari:1. Pihak-pihak yang memiliki peluang

terbesar untuk dapat memanfaatkan hasilmodifikasi program atau lingkungan tempatdilaksanakannya program tersebut.

2. Pihak-pihak yang terlibat dan sangatmembutuhkan hasil evaluasi dengan tujuanuntuk mengkonfirmasi respon atasketerlaksanaan program tersebut. Sponsor,perencana, dan administrator programseringkali merupakan audiensi yangterpenting dari hasil kajian evaluasi.Pihak lainnya yang memiliki perhatian besar

pada program, juga dapat mengorientasikansendiri keputusannya; Apakah terus berparti-sipasi dalam kegiatan program atau hanyamengambil dan menerapkan sebagian programuntuk kepentingan mereka sendiri.

Dari uraian di atas, hasil evaluasi adalahsebuah rekomendasi dari evaluator untuk peng-ambilan keputusan (decision making). Hasil eva-luasi yang dapat mendukung pengambilankeputusan memenuhi kriteria interpretasi yaitu:1. Merumuskan dan menjelaskan interpretasi

konteksnya, dan memberikan kepastianatau tidak berdasarkan ketercapaian tujuan.

2. Menjamin norma dan referensi yang tepatuntuk pengambilan keputusan.

3. Menyatakan dan memberikan hasil yangrasional berdasarkan data analisis.

Page 90: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

83Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan

4. Menggunakan rangkuman dan teknikinterpretasi yang holistik dan tepat.

5. Memberikan penjelasan alternatif danintepretasi tertentu, pada bagian-bagianyang diperlukan.

6. Menyatakan batasan dan memberikanketerangan yang jelas hasil evaluasi.

Model, Pendekatan, dan KomponenStandar Evaluasi Program

Pendidikan

Untuk menjamin kebermaknaannya sebuahevaluasi program, harus tepat model, pendekat-an, serta memenuhi komponen standar. Berba-gai Model Evaluasi yang banyak digunakansebagai strategi dan dasar yang dipakai dalampelaksanaan evaluasi program antara lain :1. Model Evaluasi berorientasi pada keterca-

paian tujuan programModel ini antara lain untuk mengevaluasisejauh mana tujuan dari suatu programterlaksana di dalam proses pelaksanaanprogram. Tujuan yang akan dicapai,pengaruh, dan akhir dari yang akandicapai. Contoh: Dalam Wirawan (2011:81)Model Evaluasi Goal Oriented, dalamprogram Bantuan Operasional Sekolah(BOS) yang bertujuan menciptakan sekolahgratis, jika BOS dievaluasi maka yangdiukur adalah ketercapaian BOS untukmenciptakan sekolah gratis di seluruhIndonesia.

2. Model Evaluasi berorientasi padakeputusanEvaluasi pada model ini, mengutamakandeskripsi program yang berjalan danpertimbangan utama yang mengacu padastandar yang diberlakukan. Contoh:Countence Evaluation Model dan Model Eva-luasi Formatif dan Sumatif. Dalam Wirawan(2011:87), program pemberantasan butahuruf tahun 2009 direncanakan telah usai,namun program tersebut baru mencapaitarget 50%, sehingga termin berikutnya yangmerupakan tahapan selanjutnya jaditerhambat. Keputusan untuk memperbaikitarget menjadi keputusan utama untukpelaksanaan termin berikutnya.

3. Model Evaluasi berorientasi pada aktivitasdan orang-orang yang menanganinyaModel ini, menerapkan per bagian darikeseluruhan aktivitas yang telah berjalan.Contoh : Menurut Arikunto dan Safruddin(2010:87) antara lain; Model Evaluasi CIPP(Context,Input,Process,Product) CIRO(Context,Input,Reaction, Outcome), ClientCenter Evaluation, CSE-UCLA (Center for theStudy of Evaluation-University of California inLos Angeles).

4. Model Evaluasi pada pengaruh dandampak programModel ini mengutamakan Evaluasi tentangpengaruh dan akibat dari adanya program.Contoh : Menurut Tayibnapis (2008: 34) GoalFree Oriented, Model Adversary.

5. Model Evaluasi Sistem AnalisisModel ini dikenal juga dengan managementEvaluation program, mengevaluasi suatubagian dari program dengan sedetailmungkin. Contoh: Dalam Wirawan (2011:107) Evaluasi masukan (yaitu input ) sajayang diutamakan.Dewasa ini, dengan banyaknya penelitian

dan penemuan berbagai model Evaluasi, makamuncul model- model lainnya yang disesuaikandengan kondisi dan situasi serta kebutuhan darisuatu program antara lain :1. Model Evaluasi Kirkpatrick, dikembangkan

oleh Kirkpatrick2. Logic Model, dikembangkan oleh Ladewig,

19983. Responsive Illuminatif Penerangan,

dikembangkan oleh Parlett dan Hamilton4. MAUT (Multiatribut Utility Method),

dikembangkan oleh Dyer, Fishburn, Steuer,Wallenius & Zionts, 1992).

5. ADDIE (Analysis, Design, Development,Implement, Evaluation), dikembangkan olehDick & Carey

6. AKIP ( Akuntabilitas, Kinerja InstansiPemerintah) dan LAKIP, Instruksi PresidenNo. 7 Tahun 1999

7. CIRO ( Model Evaluasi yang digunakandalam pelatihan), Warr, Bird, and Rackham(1979)

8. Model Evaluasi Benchmarking dikembang-kan dalam Watson, 1994

Page 91: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan

9. Model EKOP (Evaluasi Kualitas dan OutputPembelajaran), dimodifikasi olehKirkpatrick

10. Theory-driven Evaluation Model, dikembang-kan oleh Huey Tsyh Chen

11. Model Brinkerhoff, dikembangkan olehBrinkerhoff

12. Model Evaluasi Semu, dikembangkan olehDaniel L. Stufflebeam (1999)Selain pemilihan model evaluasi yang tepat,

perlu ditentukan juga pendekatan yang tepat.Bentuk-bentuk pendekatan evaluasi yang biasadigunakan menurut pendapat Tayibnapis (2008:22) antara lain:1. Pendekatan Preordinate: Evaluator menetap-

kan kriteria sebelum terjun ke lapangan,pengembangan kriteria berdasarkan teoriatau ukuran baku dan standar tertentu.

2. Pendekatan Fidelity: Evaluator menetapkankriteria berdasarkan pengembangan dananalisis dari objek yang akan dievaluasi,mempelajari dengan detail objek secaramenyeluruh.

3. Pendekatan Gabungan: Pendekatan inimerupakan gabungan dari cara Preodinatedan Fidelity.

4. Pendekatan Proses: Penekanannya padasaat kriteria, kebutuhan, dan data evaluasidikembangkan pada saat dan selamaevaluator berada di lapangan.Berbagai pendekatan dan model evaluasi ,tentunya tidak begitu saja digunakan olehevaluator dalam menilai suatu program,semuanya bermuara pada tujuan evaluasiyang ditetapkan, serta tidak terpaku padasatu model saja, dapat juga digabungkanmenjadi beberapa model evaluasi.Menurut Tayibnapis (2008:22), Committee on

Standard for Educational Evaluation mengembang-kan standar yang digunakan dalam evaluasiprogram pendidikan Standar tersebut, menjadiacuan penting dalam mengevaluasi suatuprogram pendidikan. Standar diharapkanmenjadi tolok ukur keberhasilan evaluasi suatuprogram. Standar yang ditetapkan Committeeon Standard for Educational Evaluation1 meliputikomponen sebagai berikut.1. Utility Standard

Berkenaan dengan kegunaan dan keber-manfaatan serta kepraktisan , sehingga

evaluasi menjadi jelas, tepat waktu, danmenjadi lebih jelas.

2. Feasibility StandardBerkenaan dengan masalah biaya, bersifatrealistik, bijaksana, diplomatis, prosedurnyapraktis, dan keuangan dikelola dengan baikserta biaya yang dikeluarkan efisien.

3. Propriety StandardBerkenaan dengan etika, evaluasi bertang-gung jawab secara legal dan etis, tidakmelanggar hukum.

4. Accuracy StandarBerkenaan dengan standar kecermatan,ketelitian, dan ketepatan. Evaluasi terhadapstandar ini menunjukkan apakah mengha-silkan pengetahuan yang valid dan reliable,komprehensif serta logis tentang evaluasidan objek yang sedang direview.

Contoh Implementasi Evaluasi ProgramPendidikanBerikut ini disajikan contoh implementasi suatuevaluasi workshop atau pelatihan yangbertujuan meningkatkan dan memperbaruikecakapan dan kinerja guru. Menurut pendapatMutrofin (2010: 21), tahapan kerja evaluatordimulai dengan melakukan pertanyaan:1. Mengapa melakukan Evaluasi?

Pertanyaan ini, mengandung makna, bahwaevaluasi yang direncanakan dapat memberiinformasi yang berguna kepada pemberidana, penyelenggara, sponsor, instruktur,dan peserta.Hal di atas dipertanyakan sebagai landasanuntuk pengambilan keputusan rasionalyang terkait dengan pendanaan dansponsorship.

2. Apakah manfaat Evaluasi itu?Mengevaluasi pelatihan, berarti mengum-pulkan, mengorganisasi, menganalisis, danmelaporkan data mengenai sejumlah aspekprogram dan dampaknya bagi peserta.

3. Apa yang harus kita rencanakan dalammelaksanakan Evaluasi?Evaluasi yang efektif tidak terjadi denganbegitu saja, perencanaan program pelatih-an yang cermat, dimulai dengan merenca-nakan secara matang apa yang ingindicapai oleh program itu, dan kemampuanapa yang diharapkan dari para peserta

Page 92: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

85Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan

sebagai hasil dari kegiatan pelatihan yangdiselengga-rakan.

4. Kapan kita akan melakukan Evaluasi?Banyak orang menganggap evaluasisebagai upaya mengisi kuesioner di akhirworkshop atau pelatihan. Hal ini tidak tepat.Sebaiknya evaluasi dilakukan pada waktuberikut.a. Selama program berlangsung ( evalusi

formatif)Indikasi yang dapat dilakukan, stafevaluator menyiapkan kartu berisipernyataan tentang tujuan pelatihanworkshop, manakala peserta telahmencapai sasaran atau tujuan, makacoretlah tujuan yang telah tercapaipada kartu peserta, kemudian di tengahberlangsungnya program, berikankuesioner untuk menilai tingkatefektivitas pengajaran, rencana operasi-onal secara rinci, dan interaksi sosialdalam workshop/pelatihan. Evaluatordapat mengadakan perubahan padaprogram yang diperlukan, apabilakuesioner diberikan di tengah-tengahproses pelaksanaan workshop ataukursus. Terutama untuk program yangjangka waktunya panjang, hal ini dapatdilaksanakan dengan efektif.

b. Pada akhir program atau pada akhirdari bagian khusus suatu program(evaluasi sumatif)Evaluasi dapat dilakukan di akhirpengajaran, untuk mengukur keselu-ruhan efektivitas program dan menilaiseberapa baik workshop dalammemenuhi setiap tujuan program.

c. Pada saat beberapa waktu, setelah lewatpelaksanaan program ( evaluasi tindaklanjut)Tahap evaluasi di sini dimaksudkansebagai tindak lanjut, bertujuan untukmeningkatkan kegunaannya (Utility) dimasa yang akan datang serta menun-jukkan akuntabilitas lebih lanjutterhadap penyelenggara dan sponsor(pemberi dana).

Setelah menjawab pertanyaan di atas, tahapselanjutnya evaluator menentukan hal-halberikut.

1. Menentukan model atau pendekatan yangakan digunakan.

2. Menentukan keputusan kriteria apa yangakan dievaluasi.

3. Membuat rancangan Evaluasi/desainteknis Evaluasi.Setelah menentukan model, kriteria, dan

rancangan evaluasi, maka evaluator melakukan:1. Pengambilan sampel.2. Mengumpulkan dan menganalisis data

yang diperoleh.3. Menafsirkan informasi Evaluasi.4. Membuat keputusan hasil Evaluasi.5. Rekomendasi hasil Evaluasi.

Setiap rekomendasi, hendaknya memper-hatikan beberapa hal berikut.1. Kesimpulan dan rekomendasi harus mampu

menjawab tujuan riset evaluasi seperti yangtelah disepakati semula.

2. Gunakan skala prioritas rekomendasi yangpaling baik, cukup baik, atau kurang baik,jika menggunakan beberapa alternatif yangdapat direkomendasikan.

3. Setiap rekomendasi harus operasional danrekomendasi akan lebih baik, jka diikutidengan model aplikasi yang dapat diterap-kan.

4. Tidak merubah kesimpulan dan rekomen-dasi jika tidak didasarkan pada hasil risetyang dilakukan.Hal penting yang juga perlu diperhatikan

dan diperhitungkan dalam implementasievaluasi adalah keakuratan, keajegan, dankeobjektifitasan informasi tentang programpendidikan yang dievaluasi. Ini penting untukmenghasilkan keputusan akhir yang reliable danvalid.

Simpulan

KesimpulanKeterlaksanaan suatu program pendidikan,tidak terlepas dari tahapan evaluasi. Evaluasidilakukan, baik pada saat program tersebutsedang berjalan, maupun pada saat programtelah selesai dilaksanakan. Pada tahap inilahhasil keputusan evaluasi menjadi bagianterpenting dan sangat bermakna untukpengambilan keputusan suatu programpendidikan oleh pemangku kebijakan. Agar

Page 93: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

86 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan

kebermaknaannya tinggi, maka evaluasi suatuprogram pendidikan harus memenuhi prinsipdan kriteria yang telah ditetapkan berdasarkanpemilihan model, pendekatan yang tepat, danmemenuhi komponen standar yang baku sertaakurat, handal, dan relevan. Dengan demikian,informasi yang dihasilkan dapat dijadikansebagai bahan pengambilan keputusan denganbenar dan bijak, apakah program pendidikan ituperlu dilanjutkan, direvisi dan dikembangkan,atau dihentikan. Setiap keputusan yang diambiloleh para pengambil keputusan berdasarkanhasil evaluasi dari evaluator menjadi masukan,mitra, dan kajian yang bermakna bagiketerlanjutannya suatu program pendidikan.

SaranUntuk mengetahui efektivitas dan efisiensi suatuprogram, hendaknya selalu dilakukan evaluasiformatif dan sumatif program. Hasil evaluasi itudijadikan informasi dalam pengambilankeputusan tentang tindakan lebih lanjut atasprogram itu.

Oleh karena terdapat berbagai modelevaluasi, pemilihan model evaluasi hendaknyadidasarkan pada tujuan evaluasi dan bentukprogram sehingga informasi yang diperoleh darihasil evaluasi dapat dipergunakan secara tepatuntuk pengambilan keputusa.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi & Safruddin Cepi. (2010).Evaluasi program pendidikan. Jakarta: BumiAksara

Detik Online http://detik.com (diakses 23Februari 2013)

Hadi, Samsul.(2011). Metode riset evaluasi.Yogyakarta: Lakbang Grafika

Iskandar, Ariadi. (2011). Evaluasi programMadrasah Aliyah keterampilan di MANPurwokerto. Tesis, tidak dipublikasikan

Kompas Online. http://edukasi.kompas.com (diakses 12 April 2013)

Muzayanah.( 2011). Evaluasi program pendidikan.Jakarta: Pasca Sarjana UNJ

Mutrofin. (2010). Evaluasi program teks pilihanuntuk pemula. Jawa Timur: Laksbang

Republika Online http://www.republika.co.id(diakses 12 April 2013)

Roswati. Evaluasi program/proyek (Pengertian,fungsi, jenis, dan format usulan)”, JurnalPendidikan PENABUR, No.11, Desember2008, hal.68

Sudjana, Djudju.(2008). Evaluasi ProgramPendidikan Luar Sekolah. Bandung: RemajaRosdakarya

Subianti, Achmad. (2004). Proses evaluasipendidikan menuju Indonesia yang adil-jujur– bersih-sehat dan benar ( Indonesi Madani).Yayasan Bermula dari Kanan

Tayibnapis, Farida Yusuf. (2008). Evaluasiprogram dan instrumen evaluasi untukprogram pendidikan dan penelitian. Jakarta :Rineka Cipta

Tempo Online http://www.tempo.co (diakses 12April 2013)

The Joint Committee on Standards for EducationalEvaluation. (1988). The personnel evaluationstandards. California: Sage PublicationIndia Pvt.Ltd

Viva.News.Online http://nasional.news.viva.co.id/(diakses 12 April 2013)

Wirawan. (2011). Evaluasi ( Teori, model,standar,aplikasi, dan profesi). Jakarta :Rajawali Pers

Page 94: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

87Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Revolusi Pembelajaran: Tantangan Atau Peluang?

Revolusi Pembelajaran: Tantangan Atau Peluang?

Desmon SimanjuntakE-mail:[email protected]

Bagian Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta

Opini

Abstrakeknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dan mengakibatkan perubahanpola perilaku manusia, termasuk dalam pendidikan. Dewasa ini berbagai informasi dapatdiperoleh dalam jumlah banyak di banyak tempat, serta dalam waktu relatif cepat.Kemudahan memperoleh berbagai jenis informasi mengakibatkan sekolah bukan lagi satu-

satunya tempat untuk tempat belajar karena informasi tentang ilmu pengetahuan dan dan teknologidapat didapatkan dengan mudah dan cepat kapan saja. Masalahnya ialah bagaimana kemajuanteknologi informasi dan komunikasi itu berpengaruh pada penyelenggaraan pendidikan? Tulisanini membahas bagaimana perubahan (revolusi) di bidang pendidikan dilakukan untuk menanggapiteknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena teknologi informasi dan lomunikasi tidak dapatdielakkan dari dunia pendidikan, tulisan ini juga memberikan saran kepada pihak-pihak terkaitdalam penyelenggaraan pendidikan pada umumnya dan pembelajaran pada khususnya.

Kata-kata kunci: Teknologi informasi dan komunikasi, revolusi pembelajaran, ketegangan,kecerdasan ganda.

Instructional Revolution: Threat or Opportuniy?Abstract

The fast development of information and communication technology has been changing the people’s needsand life style in all aspects including education. Today all kinds of information can be easily accessed in anyplace and any time making educational institution not the only place to learn. The problem is how the educa-tional institution should take benefit of the advancement of information and communication technology toimprove the instructional process quality and the student’s learning achievement. This article discusses whatand how change should be made to revolutionize the educational instituton applying the exisiting informa-tion and communication facilities. As education institution can not get rid of the information and communi-cation technology, this article also gives some rcommendation particularly dealing with instructional prac-tices.

Key words: Information and communication technology, instructional revolution, tension, multipleintelligence

T

Pendahuluan

Salah satu penyebab mandeknya dunia pendi-dikan kita saat ini adalah ketidakmampuanpemerintah dan komunitas pendidikan dalam

mengantisipasi kemajuan teknologi dansekaligus menerapkannya dalam proses belajar-mengajar. Sistem sekolah saat ini masihdikendalikan oleh guru dan buku, dan gurumerupakan pusat seluruh kegiatan belajar,

Page 95: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

88 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Revolusi Pembelajaran: Tantangan Atau Peluang?

sehingga kualitas seorang guru menentukananak didiknya dalam berbagai kemampuan. Alatperaga yang dipakai oleh banyak sekolahtergolong masih tradisional dan ketinggalanzaman, misalnya masih menggunakan alatperaga (mannequin) untuk belajar bagian-bagiantubuh manusia, maupun menggunakan boladunia dari plastik untuk menunjuk negara-negara di dunia. Padahal anak didik bisa belajartubuh manusia dan bola dunia menggunakanmedia komputer dan internet. Menggunakanalat peraga untuk belajar organ tubuh manusia,maupun menggunakan bola dunia dari plastikuntuk menunjuk negara-negara di duniamemang tidak salah dan masih dimungkinkan,akan tetapi diperlukan cara dan metode yanglebih kreatif dalam mengantisipasi kemajuanteknologi yang semakin canggih agar anak didiklebih tertarik dan tertantang dengan pelajaranyang akan dipelajarinya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini prosesbelajar-mengajar di Indonesia kurang sesuaidengan cara kerja otak anak sesungguhnya.Itulah yang membuat belajar umumnya menjaditidak menyenangkan. Kenapa anak lebih senangmain game atau nonton film? Mereka bisamenghabiskan waktu berjam-jam untukmelakukan kegiatan tersebut. Anak mendadakjadi jenius, bisa hafal dengan cepat jalan ceritafilm, nama-nama tokoh, atau tahu siasat untukmemenangkan game terbarunya. Sementarauntuk belajar satu jam saja demi ulangan besok,sudah mengeluh dan mendadak ‘bodoh’.

Hal ini bukan karena obyek yang ditekunianak, (nonton/ main dan belajar) yang membuatreaksi otak anak berbeda. Setelah dianalisisdengan seksama, titik masalah justru terletakpada cara kerja otak ketika melakukan keduakegiatan tersebut. Ketika anak menonton filmatau main game favoritnya, tanpa disadari iatelah menggunakan kedua belah otaknya (kiridan kanan) dibandingkan ketika belajar yangumumnya hanya menggunakan satu belah otaksaja (kebanyakan otak kiri).

Ternyata anak selama ini ‘salah’ menggu-nakan otaknya untuk belajar, dan metode gurudalam mengajarpun masih cenderung konven-sional (monoton) dan hanya berorientasi padanilai. Inilah perlunya revolusi pembelajaran.Menurut pemegang lisensi Mind Mapping untuk

Indonesia, Sutanto, jika kita ingin memilikisumber daya manusia yang lebih baik lewatpendidikan, jangan tekankan hanya pada sisiwhat to learn melainkan juga how to learn. Sebagaicontoh, suatu kelas dengan guru yang sama,catatan sama, bukunya juga sama, mengapawaktu ulangan pelajaran tersebut nilai antaranak bisa berbeda? Persoalan tersebut bisa jaditerletak pada cara penyerapan anak yang berbe-da terhadap materi pelajaran. Itulah perlunyapenekanan pada how to learn di samping what tolearn.

Bayangkan saja apabila seorang siswamengikuti sebuah materi pelajaran, padahal diasudah mengetahui banyak tentang materitersebut. Dia menjadi jenuh di ruang kelas danmungkin juga mengganggu teman yang lain.Seharusnya anak diberi kesempatan untukmenyelesaikan pendidikan lebih cepat apabiladia memiliki kemampuan melakukannya. Halini pernah terjadi di sebuah sekolah, seoranganak yang sudah sangat terbiasa menggunakankomputer di rumah, diberikan pelajaran programkomputer dasar di sekolah. Anak tersebut tentusaja berpandangan pelajaran tersebut tidakbermanfaat. Akan lebih baik kalau anak tersebutdijadikan fasilitator bagi temannya ataudipersilahkan belajar yang lain. Dengandemikian menghargai potensi anak, dibanding-kan anak diharuskan mengikuti pelajarandengan keterpaksaan.

Contoh yang diberikan di atas merupakansalah satu akibat sistem persekolahan yang“sama rata sama rasa” dan dikemas dalamproduk yang sama. Sekolah kita tidak lebih dariproduk pengalengan ikan, yang memasukkanikan ke dalam mesin pengolahan dan keluarmenjadi ikan kalengan yang siap dipasarkandengan rasa, bentuk, dan cap yang sama. Itulahrupanya alasan mengapa Roem menyebutkansekolah sebagai candu yang menggerogotikreativitas dan kecerdasan sejati setiap pesertadidiknya.

Sistem pendidikan kita sedikit banyak masihmenganut pola kolonial yang lulusannyadiabdikan untuk kepentingan pembangunandan membangun kelas menengah masyarakat.Di sini kurang dihargai arti sebuah kreativitas,perbedaan individual dan potensi terpendamyang mungkin sangat dahsyat apabila

Page 96: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

89Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Revolusi Pembelajaran: Tantangan Atau Peluang?

difasilitasi secara baik. Bahkan sayangnya,potensi ini mengerdil di sekolah dan muncul diluar sekolah. Dalam temuan Thomos Gordon,banyak anak yang dinyatakan “broken” disekolah kemudian menjadi anak yang sangatcerdas dan mampu menyelesaikan tes untuktingkat yang lebih tinggi.

Para pakar di berbagai negara mencarijawaban terhadap tantangan millenniumdengan pendekatan pendidikan. Merekamenyadari sepenuhnya bahwa hanya denganpendidikan kontekstual tuntutan kemanusiaanakan mereka jawab. Diharapkan kita juga tetapsurvive dan menjadi perespon kemajuan, takterkecuali dengan pendidikan. Akan tetapisangat mustahil kita dapat menjawab tantanganglobal dengan pola-pola lama yang tidak relevanlagi. Konsekuensinya, kita tidak perlu tabu danalergi terhadap setiap perubahan dan penemu-an. Selayaknya kita terbuka untuk mencarikemungkinan bongkar pasang metodo-logibahkan sistem dalam pendidikan kita.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwapelaksanaan pendidikan kita di sekolah belumsesuai dengan harapan. Pendidikan di sekolahkita terlalu menjejali otak anak dengan berbagaibahan ajar yang harus dihafal dan kurang dia-rahkan untuk membangun dan mengembang-kan karakter serta potensi yang dimiliki dengankata lain, proses pendidikan kita kurangdiarahkan membentuk manusia yang cerdas,memiliki kemampuan memecahkan masalahhidup, serta kurang diarahkan untuk memben-tuk manusia yang kreatif dan inovatif. Jika insti-tusi pendidikan ingin berhasil mengantarkanpara peserta didiknya untuk mampu hidup layakdan berbudaya dalam masyarakatnya kelaktidak ada resep lain kecuali melakukan perubah-an dan inovasi dalam kegiatan pembelajaransecara kreatif dan terus menerus. Bahkan bagidunia persekolahan kita bukan hanya sekedarperubahan biasa tetapi perlu melakukan revolu-si pembelajaran. Revolusi pembelajaran yangdilakukan tidak hanya terkait dengan imple-mentasi kurikulum tingkat satuan pendidikan(KTSP) apalagi dalam Kurikulum 2013 menda-tang, melainkan harus didasarkan pada keingi-nan dan harapan untuk mengembalikan fungsipendidikan sesuai dengan filosofinya, yaitu

“mengantarkan anak didik menyongsong kehi-dupan yang layak dalam masyarakatnya kelak”.

Jika dikaitkan dengan judul, inti sari tulisanini akan mengulas tentang tantangan danpeluang revolusi pembelajaran dalam menganti-sipasi kemajuan teknologi yang semakincanggih, manfaat revolusi pembelajaran dalampendidikan dan cara menerapkannya. Untukmendalami lebih lanjut, dibahas penting-nyarevolusi pembelajaran serta permasalahandalam menerapkan revolusi pembelajaran danmerubah tantangan menjadi peluang.

Pembahasan

Pentingnya Revolusi PembelajaranSalah satu proses pendidikan adalah pembel-ajaran. Menurut Miarso (2004 : 528), pembel-ajaran adalah usaha mengelola lingkungandengan sengaja agar seseorang membentuk dirisecara positif tertentu dalam kondisi tertentu.Sedangkan Reigulth dan Merill berpendapatbahwa pembelajaran sebaiknya didasarkanpada teori pembelajaran yang bersifat preskriptif,yaitu teori yang memberikan “resep” untukmengatasi masalah belajar. (dalam Miarso, 2004: 529). Pembelajaran merupakan hasil kolaborasiyang baik antara guru, siswa, dan kurikulum.Guru berperan sebagai penanggung jawabjalannya pembelajaran dan juga berfungsisebagai salah satu sumber belajar maupunsebagai fasilitator. Siswa berperan sebagaipencari pengetahuan dan berfungsi sebagaipengkonstruk pengetahuan menurut teorikonstruktivisme. Kurikulum merupakan isimateri itu sendiri. Sedangkan revolusi adalahperubahan yang cukup mendasar dalam suatubidang dan menghendaki suatu upaya untukmerobohkan, menjebol, dan membangun sistemlama suatu sistem yang sama sekali baru.

Jadi, dari pengertian di atas dapatdisimpulkan bahwa revolusi pembelajaranadalah perubahan yang cukup mendasar dalamusaha mengatasi masalah belajar. Dalam usahatersebut dilakukan pengelolaan lingkungandengan sengaja agar seseorang membentuk dirisecara positif sehingga ada upaya untukmembangun sistem lama kepada suatu sistemyang sama sekali baru.

Page 97: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

90 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Revolusi Pembelajaran: Tantangan Atau Peluang?

Pada awal perkembangan budaya, pendi-dikan itu menjadi tanggung jawab penuh orangtua dan keluarga, dengan dukungan anggotamasyarakat lain selain lingkungan. Dalamperkembangan budaya, kemudian dibentuklahsuatu lembaga khusus dengan orang-orangtertenu untuk memberikan pendidikan kepadaanak-anak. Menurut seorang ilmuwan Inggris,Sir Eric Ashby seperti yang dikutip Miarso (2004: 708), kejadian menyerah-kan tanggung jawabpendidikan dari orang tua kepada lembaga yangkemudian diberi nama “sekolah” adalahmerupakan revolusi pendidik-an yang pertama.Kapan terjadinya revolusi itu, tidak ada yangtahu secara tepat. Ada yang memperkirakanbahwa kejadian itu dapat ditelusuri hingga 600tahun SM, yaitu dengan diselenggarakannyalembaga pendi-dikan oleh kaum Sufi, termasukdiantaranya Socrates, Aristoteles, dansebagainya.

Meskipun telah terjadi revolusi ribuantahun yang lalu, masih ada sebagian anggotamasyarakat yang belum menganggap pendi-dikan sebagai suatu keperluan hidup, sepertihalnya makan, minum, pakaian, dan sebagai-nya. Terutama pada masyarakat yang kurangberuntung kondisi sosial-ekonominya, pendi-dikan melalui sekolah dianggap merupakansesuatu yang mahal dan karena itu merupakanprioritas untuk memperolehnya. Sebagian lainberpendapat bahwa pendidikan sekolah bagianak wanita kurang dianggap perlu, karenakodratnya nanti hanya akan mengurus rumahtangga.

Pendapat lain yang hampir berseberanganmenganggap bahwa sekolah itu merupakansegalanya. Sehingga kalau sudah mengirimkananaknya ke sekolah, maka pendidikan si anakdiserahkan sepenuhnya kepada sekolah, danorang tua tinggal menerima hasilnya sebagaianak yang terdidik. Pendapat ini mendapatdukungan dari pimpinan sekolah, yangmenganggap bahwa dia mendapat mandatpenuh dari orang tua untuk mendidik anak-anakmereka.

Dua kubu pendapat tersebut merupakanpersepsi yang keliru mengenai pendidikan.Pendidikan, pertama-tama merupakan tanggungjawab orang tua, keluarga, masyarakat. Barupada saat usia anak mencapai usia sekolah,

sebagian tanggung jawab pendidikan tersebutdilimpahkan kepada lembaga pendidikankhusus yang disebut sekolah. Pelimpahansebagian tanggung jawab tersebut juga bukanmerupakan mandat penuh dan tidak terbatasdari keluarga kepada sekolah. Keluarga danmasyarakat tetap mempunyai tanggung jawabterhadap pendidikan anak-anak dan warganya.Masalah yang perlu diperhatikan adalahbagaimana dapat dibentuk dan bahkan diting-katkan keselarasan hubungan antara keluarga,masyarakat, dan sekolah.

Lebih lanjut Eric Ashby, seperti yang dikutipMiarso (2004 : 665), menyatakan bahwa telahterjadi revolusi keempat dalam bidangpendidikan. Revolusi pertama terjadi ketikaorang tua menyerahkan pendidikan anaknyakepada “orang yang berilmu” (atau guru).Revolusi kedua dengan digunakannya tulisanuntuk keperluan pendidikan (pada batu,keramik, daun lontar, dan sebagainya). Revolusiketiga terjadi dengan ditemukannya mesin cetaksehingga materi pendidikan dapat disajikandalam bentuk buku. Revolusi keempat terjadidengan ditemukannya perangkat elektronikseperti radio dan televisi yang dapat digunakanuntuk penyebaran pendidikan secara lebihmeluas dan cepat. Menyambung pendapatAshby tersebut, barangkali tepat kalau sekarangkita memasuki revolusi kelima denganberkembangnya teknologi dan telekomunikasiinformasi.

Perkembangan teknologi informasi dankomunikasi yang sangat pesat merupakanpotensi untuk meningkatkan kualitas pendi-dikan. Internet sebagai anak kandung dariteknologi informasi dan komunikasi menyim-pan informasi tentang segala hal yang tidakterbatas, yang dapat digali untuk kepentinganpengembangan pendidikan. Keberadaanteknologi informasi dan komunikasi bagi duniapendidikan berarti tersedianya saluran atausarana yang dapat dipakai untuk menyiarkanprogram pembelajaran baik secara searahmaupun secara interaktif. Pemanfaatan teknologiinformasi dan komunikasi ini pentingmengingat kondisi geografis Indonesia secaraumum berada pada daerah pegunungan yangterpencar ke dalam banyak pulau. Denganadanya teknologi informasi dan komunikasi

Page 98: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

91Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Revolusi Pembelajaran: Tantangan Atau Peluang?

memungkinkan diselenggarakannya pendidi-kan jarak jauh, sehingga memungkinkanterjadinya pemerataan pendidikan di seluruhwilayah bumi Indonesia, baik yang sudah dapatdijangkau transportasi darat maupun yangbelum dapat dijangkau. Dengan demikianpemanfaatan teknologi informasi dan komuni-kasi dalam pendidikan mempunyai arti pentingterutama dalam rangka pemerataan pendidikandan peningkatan kualitas serta efektivitaspenyelenggaraan pendidikan di Indonesia.

Sejalan dengan hal itu, telah terjadipergeseran paradigma atau cara berpikir dalammenghadapi berbagai fenomena dalam mema-suki abad ke-21 atau millennium ketiga. Menurutlaporan UNESCO (1996), seperti yang dikutipSurya (2010 : 228), ada tujuh ketegangan yangdihadapi di awal abad ke-21 ini yang secaralangsung atau tidak langsung mempengaruhidunia pendidikan. Ketujuh ketegangan itu ialah:(1) manusia akan menjadi satu warga duniasecara global, tetapi tidak ingin tercabut akarnyadari budaya lokal; (2) ketegangan antarakebutuhan universal dan individual; (3)ketegangan antara tradisional dan modernitas;(4) ketegangan antara kebutuhan untukkompetisi dan kepedulian pada keseimbangankesempatan; (6) ketegangan antara keinginanperluasan pengetahuan dan ketegangan antaratuntutan global dan lokal, yaitu di satu pihakterdapat kecenderungan dan keterbatasankapasitas manusiawi untuk mencapainya; (7)ketegangan antara nilai-nilai spiritual danmaterial.

Tren perkembangan global yang didukungoleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi, secara global telah menyebabkanpergeseran pola kehidupan global yang ditandaidengan perkembangan: (1) dari komunitas lokalke masyarakat dunia; (2) dari kohesi sosial kepartisipasi demokratis; (3) dari pertumbuhanekonomi ke perkembangan sumber dayamanusia. Kondisi ini tentu akan mempengaruhipola kegiatan pendidikan, termasuk di dalamnyakegiatan pembelajaran.

Permasalahan dalam Menerapkan RevolusiPembelajaranTidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan masadepan hampir selalu diilhami oleh perkem-

bangan komunikasi dan teknologi. Melaluiteknologi komputer, Bill Gate mengembangkansistem jaringan komputer seperti otomatisasibawah sadar otak manusia. Kini, kemampuanbahwa sadar (inner-mind, sub-consius) sedangditeliti secara cermat seiring dengan banyaknyatemuan para ahli tentang kemampuan otak (kiridan kanan) manusia yang tak terhingga.Pendidikan mereka pilih sebagai mediaakselerasi menuju lompatan masa depan. Lihatmisalnya, alasan yang dikemukakan oleh Tho-mas Gordon dalam mengantarkan The LearningRevolution: perubahan radikal terjadi di duniaini; perubahan radikal tersebut telah mempenga-ruhi seluruh persendian kehidupan kita; segalasesuatu saat ini memungkinkan terjadi; hanyasatu dari lima orang yang mengerti manfaatsebuah revolusi; hanya 20% orang yang akanmenguasai asset, 60% orang yang tidak menge-tahui manfaat revolusi dan perubahan (80%)hanya akan mendapatkan 2% saja.

Permasalahan dalam menerapkan revolusipembelajaran ini adalah sistem pendidikan yangmasih berpatokan pada nilai dan mengejar whatto learn. Lebih lanjut Sutanto menegaskan, nilaitidak dapat menentukan apakah seorang anakbodoh atau tidak. “Silahkan ada standarisasi,tapi jangan mengotak-kotakkan anak pintar dananak bodoh. Selama ini sistem mengatakan anakyang nilainya 5 adalah anak yang bermasalah.Ia pun juga menekankan agar sistem janganterlalu terpaku pada metode standarisasi, sepertiujian negara. Menurutnya tidak adil mengambilkesimpulan terhadap masa depan anak lewatsebuah ujian nasional (UN). UN hanyamenekankan pada kecerdasan berbahasa danberlogika. Padahal, Howard Gardner sepertiyang dikutip Lucy (2009 : 68), mengungkapkanada 9 jenis kecerdasan yang berbeda di dalamdiri setiap orang, yaitu: (1) kecerdasan verbal-linguistik; (2) kecerdasan visual-spasial; (3)kecerdasan kinestetik; (4) kecerdasan musikal;(5) kecerdasan intraper-sonal; (6) kecerdasaninterpersonal; (7) kecerdasan logika-matematika;(8) kecerdasan naturalis; (9) kecerdasaneksistensial. Variasi dan kombinasi kecerdasanini tentu berbeda dalam diri tiap-tiap orang,tetapi yang pasti temuan ini sempat“menggegerkan” dunia psikologi danpendidikan karena Gardner mengindikasikan

Page 99: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Revolusi Pembelajaran: Tantangan Atau Peluang?

bahwa sebenarnya setiap anak itu cerdas.Permasalahannya ada pada ketidaktahuan

para guru dan orang tua (dan juga masyarakatsecara umum) tentang mengenali, menghargai,serta mengembangkan kecerdasan anak itusendiri. Diperlukan perubahan dan usaha kerasuntuk mengatasi hal tersebut, karena ketika paraguru dilatih untuk mengajar tidak lagi dengancara konvensional (melainkan denganmenerapkan kecerdasan majemuk) dan orang tuajuga dipandu untuk mengenali minat dan bakatanaknya secara alami, maka “masalah gang-guan belajar” yang diderita oleh seba-gian anakakan lenyap dengan sen-dirinya.

Perubahan yang cukup mendasar dalamusaha mengatasi masalah belajar tersebut pastiakan menimbulkan tantangan sekaliguspeluang dalam pembelajaran di kelas maupundi luar kelas, khususnya bagi guru. Guru yangmau terbuka danmau belajar akanmempers iapkandiri dan terus meng-asah kompetensi-nya guna mengata-si masalah belajarbagi anak didiknya,dan guru tersebutakan berusahamenggunakan caradan metode yang bervariasi untuk memfasilitasianak didiknya untuk belajar dan mengembang-kan kreativitas dan imajinasi mereka. Sementaraguru yang hanya puas dengan cara dan metodeyang digunakannya selama ini, tidak akanberusaha memfasilitasi anak didiknya. Padahalanak sekarang telah memasuki era baru dalamperkembangan teknologi informasi dankomunikasi. Jika guru tidak mempersiapkangenerasi penerus bangsa yang melek informasidan teknologi (IT) maka di masa mendatangbangsa ini akan menghasilkan sumber dayamanusia yang hanya sekelas pekerja dankaryawan saja, sementara sumber daya manusiayang kreatif, inovatif dan jago dalam IT akan sulitditemukan.

Merubah Tantangan Menjadi PeluangMerubah tantangan dalam menerapkan revolusipembelajaran baik di dalam kelas atau di luar

kelas adalah sebuah keniscayaan. Menemukanpeluang untuk menciptakan sesuatu yangdiperlukan demi mencapai pembelajaran masadepan adalah sesuatu yang mungkin dan harusterus diupayakan. Guru harus mau berubah dankeluar dari zona nyaman agar mampumengikuti perkembangan teknologi informasidan komunikasi yang semakin canggih.

Dengan memperhatikan: (1) dinamika glo-bal yang membawa tuntutan perubahan danpersaingan yang semakin tajam; (2) keadaangeografis Indonesia yang terdiri dari kepula-uan;(3) penyebaran penduduk yang terpusat dipulau Jawa; (4) kemampuan, kelemahan,peluang maupun permasalahan yang melekatpada teknologi itu sendiri; serta (5) terbatasnyajangkauan pendidikan tatap muka konvensionalyang bersifat formal; dapat kiranya diramalkanarah kecenderungan pendidikan mendatang

secara umum ada-lah sebagai berikut;(a) pendidikan ter-buka dengan modusbelajar jarak jauhakan menjamah pen-didikan yang beradadi luar jangkauanpendidikan tatapmuka konvensionalyang bersifat klasik;

(b) lembaga pendidikan/ latihan yang mempu-nyai satu kepentingan untuk mememanfaatkansumber secara bersama akan berkolaborasidalam suatu jaringan pendidikan jarak jauh; (c)sekolah formal dan informal secara bertahapakan memanfaatkan kemampuan jaringan e-maildan e-library untuk akses data atau informasiyang bersangkutan; (d) daerah pelosok jauh danterpencil secara bertahap melalui kantongeksperimentasi akan diperkenalkan denganpenggunaan teknologi yang tepat guna dalamsemangat kebersamaan antara pemerintah, or-ang tua, dan masyarakat sehingga pendidikantidak hanya dapat diakses, tetapi juga terjangkau;(e) penggunaan CD-ROOM multimedia dalampendidikan secara bertahap akan dapatmenggantikan TV dan Video karena sifatnyayang luwes, interaktif, dan tahan rusak (durable).

Rose seperti yang dikutip Dadang S.Anshori (2013 : 1), misalnya memperkenalkan 6

Menemukan peluang untukmenciptakan sesuatu yangdiperlukan demi mencapai

pembelajaran masa depan adalahsesuatu yang mungkin dan harus

terus diupayakan.

Page 100: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

93Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Revolusi Pembelajaran: Tantangan Atau Peluang?

langkah menuju sebuah proses pembelajaranmasa depan, yang disebutnya dengan MASTERplan: (1) motivating your mind, (2) acquiring theinformation, (3) searching out meaning, (4) trigger-ing the memory, (5) exhibiting what you know, (6)reflecting on how you’ve learned. Motivasi dalambelajar memegang peranan sangat penting. Guruyang baik adalah guru yang mampumenyarangkan motivasi dalam dada parapemelajar (learner), sehingga anak didik tahu howto learn. Mengetahui cara belajar lebih pentingdari pada materi pembelajaran. De Porter (2001 :50), menyebutkan bahwa menciptakan minatmerupakan jalan yang sangat baik untukmemotivasi diri demi mencapai tujuan. Satu diantara temuannya adalah dengan menciptakansesuatu yang diperlukan bagi si pembelajar.Belajar yang dibutuhkan akan lebih efektifdaripada belajar hal karena diprogramkan. Diamenyebutnya dengan AMBAK (Apa ManfaatBagiku).

Ada beberapa hal yang bisa dilakukanuntuk merubah tantangan menjadi peluangdalam menerapkan revolusi pembelajaran dandemi mencapai pembelajaran masa depan,Pertama, belajar dengan penuh beban danketakutan harus berubah menjadi belajardengan menyenangkan (learning is fun). Untukdapat berhasil, seorang anak tidak hanya bisaditekan dan didoktrin untuk belajar tetapi jugabisa melalui rangsangan dan pujian. Secarapsikologis rangsangan dan pujianlah yang akanmembangun kepribadian secara positif. Makatak ada satu dasar pun seorang guru harusmencaci, menekan, memukul siswanya ketikadalam pembelajaran mengalami kesalahan.Penanaman kewibawaan seorang guru tidakbisa dilakukan dengan kekerasan secara fisikatau mental, melainkan melalui sikap keter-bukaan dan contoh dalam perilaku pembel-ajaran. Perilaku kasar seorang guru hanyamemunculkan sikap benci dan kasar di sampingtekanan psikologis dalam belajar. Hal yangtampak adalah hadirnya rasa ketakutan terha-dap seorang guru dalam diri siswa dengan alas-an yang tidak rasional. Persoalannya bagai-mana menciptakan perangkat belajar yangmenyenangkan tersebut? Langkah yang palingesensi adalah bagaimana membangun persepsiseorang guru terhadap pembelajaran. Selan-

jutnya seberapa besar sistem persekolahanmemberikan jaminan “keamanan psikologis”kepada setiap siswa sehingga dia bisa belajardengan tenang? Sekolah tentu tidak samadengan penjara. Sekolah bukan tempat kaumpendosa. Oleh karena itu seluruh ekspresipotensial harus keluar dan dirangsang tanpatekanan apa pun. Paradigma negatif harusberubah menjadi paradigma positif.

Kedua, kemampuan otak tak terbatas. Sejakawal anak-anak dikategorikan dalam klasifikasipintar-bodoh. Akibatnya guru mempersepsikananak-anak dalam kecerdasannya. Guru tidakmelihat murid dari kategori potensi yang mampudikembangkan. Persepsi pertama dalam diriguru telah mengubah kehidupan siswa menjadiseorang yang tertekan dan tidak percaya diri.Banyak di antara siswa menghukum dirinyakarena keterlambatannya dalam belajar. Diamenganggap bahwa kebodohan adalahmusibah dan kecerdasan sebuah anugrah.Kecerdasan dan kebodohan menjadi sesuatuyang mutlak. Persepsi ini hadir karena perlakuanemas guru terhadap siswa yang dianggap pintar,sementara tak ada tempat bagi mereka yanglambat belajar. Malangnya, mereka yang bodohdianggap sebagai anak yang tidak memilikimasa depan dan guru sekali-kali tidak pernahmemberi motivasi agar mereka meningkatkankemampuannya. Kerapkali terjadi apabila sianak bodoh melakukan kreativitas positifsekalipun masih dianggap miring dan tidakmendapatkan respon dari guru-guru merekakarena “stempel” yang terpasang sejak awal diotak gurunya. Penelitian mutakhir mengatakanbahwa otak manusia tak terbatas. Kita bisaberpikir apa saja. Kita juga bisa berpikir sesuatuyang sebelumnya tak pernah terpikirkan.Persoalannya, otak kita tidak terbiasadihadapkan pada masalah besar dan canggih.Di sekolah anak belum terbiasa untuk berpikir.Selain karena anak malas berpikir, gurunya tidakterbiasa untuk berpikir yang rumit ataumembiasakan anak berpikir kritis. Pertanyaankritis dianggap sebagai penyimpangan dalamdunia pendidikan kita.

Ketiga, sekolah bukan ajang demonstrasikekurangan siswa. Pengungkapan kekuranganhanya boleh dilakukan dalam rangkamemperbaiki skill atau sikap yang dianggap

Page 101: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

94 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Revolusi Pembelajaran: Tantangan Atau Peluang?

perlu diperbaiki. Kekurangan harus dipandangsederajat dengan kelebihan dalam prosesbelajar. Kekurangan atau kesalahan bukanbarang haram dalam belajar, justru bernilaipositif agar siswa memiliki pengalaman gandadalam hidupnya sehingga lebih selektif. Belajarjustru menggenapkan kekurangan dan menguat-kan kelebihan. Andaikan hanya ada kelebihandalam belajar, maka pengalaman siswa dan guruakan timpang. Langkah ini cukup ampuh dalammembangun kepercayaan diri (self confident)dalam diri siswa. Guru jangan sekali menambahkekurangan siswa dengan kata yangmenyudutkan, menyakitkan dan memper-malukannya di depan temannnya yang lain.Tanpa sadar hal ini sering dilakukan guru didalam kelas. Hubungan guru dengan siswaadalah hubungan ilmiah. Kesalahan samamaknanya dengan kebenaran.

Keempat, belajar hakikatnya mengarahkanseseorang sesuai potensinya. Untuk itu, guruberkewajiban mengetahui tipe belajar anak. DePorter membagi tipe belajar anak: visual,auditorial, dan kinestetis. Jangan paksakanmembaca banyak pada mereka yang punya gayabelajar auditorial. Berilah mereka kesempatanyang banyak untuk berdiskusi dan menyimakberbagai informasi. Mereka akan lebihmemahami materi dengan cara mendengarkan.Demikian juga jangan terlalu banyak mengajakdiskusi kepada anak yang gaya belajarnyavisual. Berilah bacaan atau gambar-gambar yangmemudahkan dia memahami materi. Atauhadirkan diskusi dan gambar bagi mereka yangmemiliki gaya belajar kinestetis. Pengenalangaya belajar siswa memungkinkan gurumengelola kelas secara baik. Anak yang pendektidak selamanya harus di depan apabila diamemiliki gaya belajar visual. Sebaliknya merekayang memiliki gaya belajar auditorial harusduduk berdekatan dengan guru agar jelasmemahami penjelasan materi yang disampaikanoleh gurunya. Berdasarkan cara belajar ini punguru bisa menunjukkan bagaimana siswa belajarsecara efektif. Kita juga sering mendengarkankeluhan anak-anak tentang sulitnya menangkappelajaran atau mengingat bacaan. Ini eratkaitannya dengan tipe belajar seseorang.

Kelima, belajar yang dibutuhkan siswa.Dalam psikologi dijelaskan bahwa anak tidak

dibentuk oleh lingkungan. Maka keterampilandasar yang harus diberikan. Kita seringmendengar pepatah berikan pancing bukanikannya. Piranti ilmu pengetahuan lebih pentingdaripada ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengancaranya, siswa dimungkinkan mendapatkanilmu pengetahuan lebih banyak daripadagurunya. Pada dasarnya seluruh materi dalamproses pembelajaran dibutuhkan oleh siswa.

Keenam, hubungan guru dan murid bukansubjek dan objek. Yang satu tidak lebih tinggidari yang lainnya. Mengajar adalah belajar. Olehkarena itu, sama sekali tidak dipermasalahkanapabila siswa lebih pintar dari guru dan gurubelajar dari murid tersebut. Romo Mangun secararadikal menyarankan agar istilah guru dan siswaditiadakan saja sebab memberi batas yang tidakwajar bagi komunikasi akademis. Sebutan-sebutan tadi telah melahirkan jurang pemisahdan perbedaan status di ruang kelas, bahkan diruang masyarakat. Sebutan yang memposisikanguru selalu benar dan siswa yang lebih banyaksalahnya daripada benarnya. Rasa hormat yangberlebihan dari siswa dan sikap gila hormat dariguru hanya akan mengubah makna belajarmenjadi belajar menghormat. Di ruang belajarsikap ini harus diperlunak dan disubstantifkan.Kita bisa menggunakan sejuta simbol untukmenyatakan suatu substansi.

De Forter (2001 : 8), melalui pengala-manSuper Camp mengedepankan proses pembel-ajaran “loncat katak” dan disebutkannya bahwaselama ini pembelajar diajari cara “jalan siput”.Bahwa belajar dapat dan harus menyenangkan(learning is fun). Belajar dengan terminologipersekolahan selalu dirasakan dengan segalaketerpaksaan. Coba kita ingat kembali apaekspresi anak apabila seorang guru tidak bisahadir di ruang kelas, apakah mereka merasakehilangan sosok seorang guru yang akanmengajarkan materi pelajaran yang baru ataumereka senang karena guru yang akan mengajardi kelas mereka tidak datang. Atau bagaimanajika kita menemukan guru yang sudah lebih dulumasuk sebelum bel berdering, apakah merekaakan bersemangat untuk mengikuti pelajaranatau sebaliknya. Jack Kanfield seperti ditulis DePorter (2001 : 96), menemukan kenyataan bahwaseorang anak rata-rata menerima 460 komentarnegatif atau kritik dan hanya 75 komentar positif

Page 102: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

95Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Revolusi Pembelajaran: Tantangan Atau Peluang?

atau dukungan setiap harinya. Jadi satukomentar positif berbanding enam komentarnegatif. Bagaimana mungkin seorang pembelajarbisa belajar secara maksimal dan mengop-timalkan seluruh potensi dirinya dalam kondisiyang tertekan bahkan ketidaksenangan dalambelajar. Inilah yang menarik para pakar untukmelakukan penelitian dan pencarian metodebaru. Penggunaan media musik untuk merang-sang otak adalah salah satu alternatif.

Sebelum seseorang memasuki esensi dalampembelajaran, hal yang tak perlu dilupakanadalah kesanggupan untuk menerimakenyataan dan mengubahnya sesuai denganparadigma baru. Ini tak mudah karena berkaitanerat dengan kebiasaan pembelajaran danpembentukan sikap guru dalam menghadapiperubahan yang mungkin dalam banyak sisimengubah karakternya. Apabila ada stigmabahwa guru dan murid adalah mitra (bukansubjek-objek) bagaimana agar sikap feodal yangsudah tertanam cukup lama dalam guru-guruakan berubah menjadi sifat kemitraan, bersikapkooperatif dan tegas dalam menerapkan aturandan peraturan di dalam kelas. Ada konsekuensiyang harus dijalani guru, misalnya guru harussiap dikritik karena guru tidak lagi menjadipemegang otoritas kebenaran; guru harusmenghargai murid sebagai potensi yang sejajardengan dirinya; dalam pergaulan guru tidakmemposisikan diri dengan jarak yang diametral;guru harus siap membiasakan diri menghadapimurid sebagai objek pembelajar yang sejajar; guruharus siap dengan pluraritas dan keanekara-gaman cara berpikir dan menghargainya dalambejana yang setingkat; bahkan guru harusmenyadari perubahan nilai simbolis yangdicerminkan murid atas apresiasinya tentangrasa hormat, sopan santun, dan sejenisnya yangselama ini dianut dalam bentuk lain, berdebat,radikalisasi konsep, kritis, dan substansialis.

Sekali lagi, untuk mendukung terciptanyalebih banyak lagi anak cerdas, alangkahpentingnya orang tua dan guru menyadari howto learn selain what to learn. Khusus untuk orangtua, merekalah yang harus menjadi orangpertama yang bisa menerapkan revolusipembelajaran ini, misalnya mendampingi anaksaat belajar di rumah, berbincang-bincangdengan anggota keluarga baik di rumah maupun

di luar rumah, dan lain-lain. Cari dan galilahkecerdasan buah hatinya, lalu ajarkan merekahow to learn. Kembangkan seluruh kecerdasananak sebelum usia 12 tahun, setelahnya barudifokuskan pada satu bidang tertentu sesuaidengan kecerdasan sang anak.

Simpulan

KesimpulanTidak dapat disangkal lagi bahwa saat ini terjadirevolusi pembelajaran baik di sekolah maupundi luar sekolah. Ini terlihat denganperkembangan teknologi yang telahmempengaruhi seluruh pola kehidupanmasyarakat bahkan budaya kita, termasuk dibidang pendidikan. Masyarakat Indonesia,dalam memasuki era industrialisasi dankemudian era informasi, haruslah melekteknologi, tidak hanya dalam arti menjadikonsumen produk teknologi, melainkan pulasebagai masyarakat yang mampu menguasaidan mengembangkan teknologi. Sumbanganpendidikan untuk terwujudnya masyarakatyang maju dan melek teknologi sangat pentingsekali. Namun, sementara itu kebijakan dan pro-gram pendidikan belum mampu memberikanrespon yang memadai.

Di sisi lain, kemajuan dan pemanfaatanteknologi di dalam pendidikan pada umumnyadan proses belajar mengajar pada khususnyatidak dapat dihindari. Teknologi memangmendudukkan guru pada peranan yang berbedadari sebelumnya; fungsi dan peranan gurudiharapkan lebih banyak merancang danmengembangkan desain pembelajaran (designer),mengelola pembelajaran (manager), tutor danmotivator. Dengan kata lain, di sampingmengembangkan kemampuan emosional dansosial peserta didik, kehadiran guru sangatdiperlukan dalam membuat rancangan belajarmengajar, mengelola proses, dan melakukanevaluasi hasil belajar-mengajar peserta didik.Manfaat penggunaan teknologi untuk mencapaitujuan belajar-mengajar ditentukan olehkemampuan guru dalam mendayagunakannyasecara tepat.

Oleh sebab itu, pemanfaatan teknologidalam bidang pendidikan memang menuntutsejumlah persyaratan yang cukup berat. Antara

Page 103: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

96 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Revolusi Pembelajaran: Tantangan Atau Peluang?

lain, diperlukan biaya investasi yang cukupbesar dan tenaga (sumber daya manusia) yangterampil dan mahir dalam mengelola danmengembangkannya dengan kreatif dan tepatguna. Namun perlu diingat bahwa pendidikanpun merupakan investasi jangka panjang, dankarena investasi sarana dan prasaranapendidikan harus diperhitungkan dengan dayaguna hasil pendidikan di masa depan.

Pemanfaatan teknologi dalam bidangpendidikan akan terwujudkan dengan tersedia-nya berbagai sumber belajar dalam berbagaibentuk dan jenis (multimedia resources for learning).Hal ini menuntut adanya perubahan dalamlembaga pendidikan dan pola pembelajaran.Perubahan ini tentu saja pada gilirannyamenuntut perubahan kualifikasi pada tenagakependidikan, tidak hanya mereka yang ada dilapangan, melainkan pula mereka yang menge-lola dan menentukan kebijakan pendididikan.

SaranMewujudkan hal tersebut di atas memang bukanperkara sederhana dan mudah. Diperlukanusaha keras dan dukungan dari semua pihakbaik dari guru, orang tua (masyarakat), dan jugapemerintah. Pemerintah sebagai penentu kebi-jakan pendidikan perlu meningkatkan kualitasserta efektivitas penyelenggaraan pendidikan diIndonesia, yaitu dengan cara penyediaaninfrastruktur dan sarana-prasarana pendidikan,melatih guru untuk mengajar tidak lagi dengancara konvensional (melainkan deng-anmenerapkan kecerdasan majemuk) dan mengem-bangkan teknologi informasi dan mediapembelajaran. Kebijakan pendidikan tersebutjuga tidak terlepas dari peran serta orang tua(masyarakat) dalam mendukung peningkatankualitas dan efektivitas pendidikan di Indonesia.

Tulisan ini hendaknya dapat menjadirujukan dan inspirasi bagi para guru, bahwaguru memegang peranan yang amat pentingdalam menerapkan revolusi pembelajarantersebut dan yang lebih penting lagi, guru harusmampu memfasilitasi pembelajaran anak secaraefektif. Peran guru sebagai pemberi informasiharus bergeser menjadi manajer pembelajarandengan sejumlah peran tertentu karena guru

bukan satu-satunya sumber informasi melain-kan hanya salah satu sumber informasi. Disamping itu, guru diharapkan mampumemahami kondisi setiap siswa dan memban-tunya ke arah perkembangan optimal dan gurujuga harus belajar secara terus-menerus untukmenyegarkan kompetensinya serta mening-katkan kualitas profesionalisnya. Sehinggakemajuan dan pemanfaatan teknologi di dalampendidikan pada umumnya dan proses belajarmengajar pada khususnya tidaklah sesuatuyang patut dihindari, melainkan dapat dijadikanpeluang untuk membuat dan mengembangkanrancangan belajar mengajar, mengelola prosespembelajaran, dan melakukan evaluasi hasilbelajar membelajarkan peserta didik.

Daftar Pustaka

De Porter, Bobbi & Mike Hernacki. (2001).Quantum learning: Membiasakan belajarnyaman dan menyenangkan. Bandung :Kaifa

Sunggiardi, M.S. (2010). e-Pendidikan untuk Indo-nesia maju. Dalam: Education for change –pendidikan untuk perubahan: Terus berkaryamenjadi berkat. Jakarta : BPK GunungMulia

http://dc435.com/2012/01/25/revolusi-pembelajaran-saatnya-fokus-pada-how-to-learn/, diakses 23 April 2013.

http://fb-education.com/pemanfaatan-teknologi-informasi-untuk-meningkat-kan-kualitas-dan-efektifitas-pendidik-an.html, diakses pada 8 Mei 2013

ht t p : //f i le . upi . ed u/D ir e kt or i/F PB S/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_ IN-D O N E S I A / 1 9 7 2 0 4 0 3 1 9 9 9 0 3 1 -DADANG/Guru_para_juara.pdf,diakses pada 8 April 2013

http://www.artikata.com/arti-347869-revolusi.html, diakses 23 April 2013.

Lucy, Bunda. (2009). Mendidik sesuai dengan minatdan bakat anak (Painting your children’sfuture). Jakarta : Tangga Pustaka

Meier, Dave. (2003). The accelerated learninghandbook. Panduan kreatif dan efektif

Page 104: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

97Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Revolusi Pembelajaran: Tantangan Atau Peluang?

merancang program pendidikan danpelatihan (terjemahan). Bandung : Kaifa.

Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai benihteknologi pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sanjaya, Wina. (2009). Strategi pembelajaranberorientasi standar proses pendidikan.Jakarta : Kencana

Lucy, Bunda. (2009). Mendidik sesuai dengan minatdan bakat anak (Painting your children’sFuture). Jakarta : Tangga Pustaka

Meier, Dave. (2003). The accelerated learning hand-book. Panduan kreatif dan efektif merancangprogram pendidikan dan pelatihan(terjemahan). Bandung : Kaifa

Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai benihteknologi pendidikan. Jakarta : Kencana

Sanjaya, Wina. (2009). Strategi pembelajaranberorientasi standar proses pendidikan.Jakarta : Kencana

Page 105: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

98 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Teknik Menyusun Resensi Buku

Teknik Menyusun Resensi Buku

B.P. SitepuE-mail: [email protected]

Universitas Negeri Jakarta

Opini

Abstrakeresensi buku merupakan kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk memberikan tanggapandan penilian terhadap isi sebuah buku. Banyak surat kabar, majalah, dan jurnal yangmenyediakan rubrik resensi buku. Di lembaga pendidikan, sering juga peserta didik dimintamenulis resensi sebuah buku sebagai salah satu tugas akademik. Penulis resensi pemula

sering mengalami kesulitan dalam membuat resensi buku. Tulisan ini membahas teknik menulisresensi buku yang diharapkan dapat membantu calon penulis resensi dalam menyusun resensibuku. Disadari bahwa tidak ada cara yang baku dalam meresensi buku, oleh karena itu gagasanyang disampaikan dalam tulisan ini diharapkan tidak dipergunakan secara kaku.

Kata-kata kunci: Buku, sinopsis, resensi, teknik meresensi

Writing a Book Review

AbstractBook review is a kind of scientific inquiry which is done to give objective comment on a book based on anobjective evaluation. Many newspapers, magazines, and journals have book review rubric and in educationinstution book review becomes one of the assignments to be completed by the students. However, many beginnersfind difficulties in writing the review. This article discusses the techniques of book reviewing to solve thedifficulties. Realizing there is no absolute rules in doing a book review, the introduced techniques should notbe used rigidly.

Key words: Book, synopsis, book review, techniques of reviewing a book

M

Pendahuluan

Buku merupakan media komunikasi konven-sional yang termasuk paling tua. Tidak diketahuisecara persis kapan buku dalam bentuk cetakanpertama sekali dibuat. Sungguhpun pembuatanbuku cetakan sangat berkaitan erat denganpenemuan mesin cetak oleh Johanes Gutenbergtahun 1450, tetapi tidak diketahui secara tepatwaktu pembuatan buku yang pertama. Oleh

karena itu diperkirakan, buku pertama dibuatsesudah penemuan mesin cetak tahun 1450,ketika kertas-kertas hasil cetakan yang berisiinformasi dalam bidang tertentu itu disusun,dijilid, diberi kertas kulit pelindung, sertadipotong rapi sehingga berwujud buku sepertiyang sekarang ini.

Secara definisi, buku diartikan sebagaikumpulan kertas yang berisi informasi tercetakdalam bidang tertentu dan disusun secarasistematis, dijilid, dan diberikan kulit (cover)

Page 106: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

99Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Teknik Menyusun Resensi Buku

pelindung dengan jumlah minimal 48 halaman.Dilihat dari kebenaran isi atau pesan didalamnya, buku dapat dibedakan sebagai bukufiksi, buku nonfiksi, dan buku fiksi ilmiah. Dilihat dari fungsinya, buku dapat dibedakan pulasebagai buku bacaan dan buku pelajaran.Berdasarkan isi dan penggunaannya di sekolah,buku dapat dibedakan sebagai buku tekspelajaran, buku pengayaan, buku panduan guru,dan buku referensi. Buku dapat juga dibedakandalam jenis atau bentuk lain berdasarkan sudutpandang tertentu.

Sebagai media, buku dapat dipergunakanmemuat berbaga jenisi informasi dan keperluanyang berarti bahwa penulis dapat menulisinformasi di bidang ilmu pengetahuan,teknologi, atau seni. Dilihat dari keperluan ataumanfaatnya, buku dapat dipergunakan sebagaimedia untuk sumber belajar, dokumentasi,atauhiburan. Sedangkan berdasarkan pembacasasaran (target reader), buku dapat puladiarahkan misalnya untuk peserta didik,pendidik, ilmuan, peneliti, kalangan tertentuatau masyarakat umum.

Agar buku dapat berfungsi efektif, efisien,dan menarik, penulis menyajikan pesan sesuaidengan karakteristik pesan, pembaca sasaran/penerima pesan, dan gaya khas penulisnya.Dengan demikian, menyajikan fiksi berbedadengan non fiksi, sejarah berbeda denganmatematika, bahasa berbeda dengan seni musik,karena masing-masing memiliki karakteristiksendiri. Isi atau tema yang sama dikemas dandisajikan secara berbeda karena pembacasasarannya berbeda. Sebagai contoh, pendidikankarakter agar toleran terhadap perbedaan,berbeda untuk anak-anak, remaja, dan orangdewasa. Di lain pihak masing-masing penulismemiliki bahasa dan gaya penyajian yangberbeda satu sama lain. Gaya ini merupakanciri khas penulis. Misalnya, PramudyaAnantatur memiliki gaya menulis yang berbedadengan N. H. Dini, walaupun kedua-duanyadikenal sebagai penulis novel. Rhenald Kasaliberbeda dengan Sondang Siagian yang kedua-duanya dikenal sebagai penulis buku mana-jemen.

Penulis menyebarluaskan pesan ataugagasannya kepada orang lain melalui mediacetak buku sebagai informasi atau ditanggapi.

Keberhasilan penyampaian pesan terlihat daripenerima pesan, yang dalam hal ini adalahpembaca buku. Apabila pesan diterima danditanggapi oleh penerima pesan/pembacasebagaimana dimaksudkan oleh pengirimpesan/penulis buku, maka penyampaian pesanitu berhasil dengan baik. Sebaliknya apabilapesan yang diterima dan dipahami olehpenerima pesan berbeda dengan apa yangdimaksudkan oleh pengirim pesan, makapenyampaian informasi itu tidak efektif dandapat menimbulkan kesalahpahaman.Ketepatan penyampaian pesan dipengaruhioleh isi, bahasa, cara mengemas, gaya menyam-paikan, media yang dipergunakan, atau carapenerima menerima pesan itu. Unsur-unsuryang berpengaruh itulah yang perlu diperhati-kan oleh penulis dalam menyampaikaninformasi/pesan melalui buku.

Keberhasilan penulis buku mencapaitujuannya dipengaruhi oleh penguasaanpenulis atas substansi informasi yangdisampaikan, kemampuan penulis mengemasinformasi sehingga dapat meyakinkan danmempengaruhi pembaca, dan keterampilanpenulis menggunakan bahasa yang baik, benar,dan tepat. Penguasaan substansi informasitermasuk kebenaran, keakuratan, keluasan dankedalamaannya. Sedangkan kemampuanmengemas informasi mencakup menyusungagasan secara sistematis dan logis dengan dataserta informasi yang lengkap dan meyakinkan.Sedangkan penggunaan bahasa termasukmenggunakan kaidah bahasa yang baku, pilihankata/diksi yang tepat, dan gaya bahasa yangkomunikatif sesuai dengan kemampuanberbahasa pembaca sasaran.

Dilihat dari kepentingan penulis, bukumerupakan media untuk menyampaikan ataumenyebar luaskan informasi, sedangkan dilihatdari sisi pembaca, buku merupakan media untukmemperoleh informasi. Sesudah membaca danmemahami informasi dari buku, pembacamungkin tidak memberikan reaksi sama sekalidan menyimpannya semata-mata sebagaipengetahuan. Tetapi mungkin juga pembacasegera menindaklanjuti dengan menerapkanpengetahuan dalam buku itu untuk memecah-kan masalah, atau bahkan isi buku itu memberi-kan inspirasi baru untuk mengembangkannya

Page 107: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

100 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Teknik Menyusun Resensi Buku

lebih lanjut. Kemungkinan lain ialah setelahmerenungkan, melakukan internalisasi ataurefleksi atas informasi yang baru diperolehnya,pembaca memberikan tanggapan atas informasiyang diperolehnya dalam buku itu. Ia mungkinsetuju atas informasi itu, mendukung serta inginmenyebarluaskannya kepada orang lain. Ataumungkin juga ia menyanggah sebagian atausepenuhnya dengan memberikan argumentasiberadasarkan pengalamannya. Tanggapanpembaca tersebut dipublikasikan untukdiketahui orang lain, khsusunya untuk yangingin membeli atau membaca buku itu.

Dilihat dari isi dan bentuknya, tanggapanpembaca atas isi sebuah buku dapat dikate-gorikan sebagai sinopsis, bedah buku, atauresensi. Sinopsis buku merupakan tulisan yangmenggambar kansecara ringkas isipokok dan hal yangbaru dan menarikdalam buku itu un-tuk diketahui oranglain. Sinopsis dise-but juga denganistilah ikhtisar,ringkasan, atau ab-strak, walaupun un-tuk keperluan tertentu dibedakan satu sama lain.Apabila buku diterbitkan, penulis atau penerbitbiasanya memuat sinopsis pada kulit luarbelakang buku yang tujuannya memberikaninformasi singkat tentang isi buku sertamemotivasi orang membacanya. Sinopsis dapatjuga dibuat oleh orang lain (bukan penulis ataupenerbit), dengan mendeskripsikan secarasingkat isi buku tanpa memberikan pendapatatas isi buku dengan menggunakan bahasasendiri. Walaupun pada awalnya dibuat untukbuku-buku fiksi atau karya sastra, dalamperkembangannya sinopsis juga dipergunakanuntuk buku-buku nonfiksi.

Bedah buku ialah menelaah secara menda-lam dan ilmiah tentang isi buku, termasuk latarbelakang penulis menulis, tema/masalah yangdiangkat atau latar belakang penerbit menerbit-kan buku tersebut. Membedah buku dapatdilakukan melalui diskusi yang diikuti olehpengamat buku dan masyarakat umum. Melaluibedah buku dapat diketahui keunggulan,

kelemahan, serta ciri khas isi sebuah buku yangbiasanya terbitan baru. Apabila bedah bukudilakukan tanpa forum diskusi tetapi secaratertulis, bedah buku itu lazim disebut resensi,tinjauan, kajian, atau timbangan buku yang padaumumnya apabila dipublikasikan juga bertujuanuntuk menyebarluaskan dan menanggapigagasan penulis buku. Untuk keperluan kajianilmiah di lembaga pendidikan, resensi bukusering juga disebut telaahan kritis (critical review).Tulisan ini menggunakan istilah resensi dalampembahasan lebih lanjut.

Dalam berbagai terbitan media masa (suratkabar, majalah, atau jurnal), sering dimuat resen-si buku. Jurnal Pendidikan Penabur sejak terbitanpertama (2002) menyediakan rubrik ResensiBuku. Akan tetapi teknik dan gaya penulisan

resensi buku berbedadi surat kabar, maja-lah, atau jurnal sesuaidengan ciri dan tuju-an masing-masingjenis media massa itu,walaupun ada kesa-maan prinsip yaknimemberikan tang-gapan atas isi buku.Penulis resensi tentu

perlu mencermati prinsip-prinsip penulisanresensi serta ciri masing-masing media massaagar resensinya itu dapat dimuat tanpa harusbanyak perbaikan.

Pengalaman dalam menelaah dan memuatnaskah resensi buku dalam Jurnal PendidikanPenabur memberikan kesan, calon penulis belummemperhatikan secara cermat prinsip (1)penulisan resensi dan (2) ciri penerbitan. Tidakjarang tulisan berisi hanya ringkasan isi bukuatau hal-hal yang menarik menurut penulis“resensi” serta diakhiri dengan saran agar bukuitu dibaca. Menulis resensi tentu tidak hanyasekedar demikian, sehingga untuk dapat dimuat,penulis diminta menyempurnakan tulisannya.

Pengalaman yang sama juga terjadi dalammemberikan tugas kepada siswa dan mahasis-wa untuk membuat resensi artikel/tulisan/makalah atau buku. Mereka belum memahamibenar teknik menulis resensi secara benarsehingga hasil tulisan mereka lebih bersifatdeskriptif daripada analitis. Oleh karena itu,

Melalui bedah buku dapatdiketahui keunggulan,

kelemahan, serta ciri khas isisebuah buku yang biasanya

terbitan baru.

Page 108: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

101Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Teknik Menyusun Resensi Buku

tulisan ini membahas tentang teknik menulisresensi buku untuk keperluan penerbitan ilmiahatau jurnal. Diharapkan gagasan yangdisampaikan dalam tulisan ini dapat dijadikanwacana untuk memperkaya pengetahuan sertamembantu calon penulis resensi dalammenyusun resensi buku.

Pembahasan

Hakikat ResensiDalam pendahuluan tulisan ini secara umumtelah dikemukakan pengertian resensi. Apabiladikaji secara etimologi dari bahasa Latin(recensere atau revidere) dan bahasa Inggris(review), resensi mengandung makna dasar“memeriksa, mencermati, meninjau atau melihatkembali” sesuatu. Dengan pengertian dasar yangdemikian, objek resensi tidak hanya terbataspada buku tetapi dapat berupa film, drama,pameran, dan berbagai bentuk/tampilan tulisan.Setelah membaca, mencermati, dan menelaah/menganalisis, penulis resensi memberikantanggapan dengan mengungkapkan keunggul-an dan kelemahan isi buku. Aspek yangdicermati dan ditanggapi bisa tentang latarbelakang, tujuan, isi, bahasa, gaya penyajian danmanfaat buku itu.

Mengacu pada kegiatan yang dilakukandalam meresensi buku maka dapat diartikan,merisensi buku adalah kegiatan membaca,memahami, menganalisis, mengevaluasi, danmengungkapkan keunggulan dan kelemahansebuah buku sebagai informasi untuk orang lain.Hasil proses meresensi buku itu disebut resensibuku. Dengan demikian, resensi buku merupa-kan sebuah deskripsi, analisis kritis, dan evalua-si atas mutu, makna, dan signifikansi sebuahbuku dan bukan sekedar sinopsis atau menceri-takan kembali isi buku. Kajian dalam resensibuku berfokus pada tujuan, isi, dan penyajianisi buku. Sedangkan kedalaman dan keluasanatau panjang pendeknya sebuah resensibergantung kepada penulis resensi danpersyaratan media yang akan menerbitkannya.Dengan perkataan lain panjangnya naskahtulisan tidak merupakan persyaratan utamaresensi. Resensi dapat ditulis hanya dalam satuparagraf atau lebih dengan jumlah 100 kata ataulebih. Jurnal Pendidikan Penabur misalnya

mensyaratkan panjang resensi berkisar antara1.000 – 3.000 kata. Jumlah kata ini didasarkanpada pertimbangan kelayakan atau kepatutanuntuk penerbitannya saja.

Meresensi buku dilakukan oleh peminat,pengamat, atau pakar dalam bidang yang sesuaidengan isi buku. Kegiatan ini juga dilakukanoleh siswa atau mahasiswa dalam hubungannyadengan tugas akademik. Untuk dapat menyusunresensi buku yang bermutu tentang sebuahbuku, penulis resensi perlu memiliki setidak-tidaknya pengetahuan/wawasan yang berkait-an dengan isi buku, bahasa yang digunakandalam buku, dan, cara menyajikan gagasan.Sungguhpun bebas memberikan analisis danpenilaian tentang asapek-aspek yang dikritisi,setiap penulis resensi seharusnya memilikikemampuan berpikir secara objektif dan realistisdengan penalaran yang kuat. Dengan kemam-puan yang demikian, resensi yang dihasilkandapat memberikan pengaruh kepada pem-bacanya.

Tujuan utama resensi buku ialah memberi-kan tanggapan atas isi buku sebagai informasikepada calon pembaca buku itu. Tanggapan itudapat memotivasi pembaca resensi atau menjaditidak berminat membaca buku yang diresensi itu.Di samping itu resensi buku merupakan umpanbalik bagi penulis buku untuk menyempurnakanisi buku itu pada edisi terbitan berikutnya.Tujuan meresensi buku hendaknya menjadiacuan bagi penulis resensi dalam mengem-bangkan resensi yang disusunnya dan jugasebagai salah satu kriteria bagi media yang akanmempublikasikannya.

Langkah-langkah Meresensi

Secara garis besarnya terdapat 6 (enam) langkahpokok dalam meresensi buku: (1) persiapan, (2)membaca, (3) menganalisis, (4) mengevaluasi, (5)menulis, dan (6) menyunting. Sebagai langkahpertama, penulis resensi perlu melakukanpersiapan dengan memilih buku yang akandiresensi. Dalam langkah ini, perlu dipilih isibuku yang sesuai dengan keahlian dan minatpenulis resensi serta terbitan termutakhir,sebaiknya dalam tahun terakhir. Penulis jugaperlu yakin bahwa buku itu belum pernahdiresensi orang lain. Setelah mendapat buku

Page 109: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

102 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Teknik Menyusun Resensi Buku

yang diinginkan, penulis mencatat identitasbuku itu secara lengkap seperti, judul,pengarang, penerbit, tempat dan tahun terbit,cetakan, ukuran, jumlah halaman, ISBN danharga buku. Sebagai contoh:

Judul : Penulisan Buku Teks PelajaranPengarang : Prof. Dr. B.P. Sitepu, MAPenerbit : PT Remaja RosdakaryaTempat Terbit: BandungTahun Terbit : 2012Cetakan : Pertama, Agustus 2012Ukuran : 16,5 x 24 cmJumlah Halaman : vii, 188ISBN : 978-979-692-095-2Harga : Rp. 35.000,00

Sebagai persiapan penulis resensi perlumengumpulkan beberapa buku sejenis untukdipergunakan sebagai bahan perbandinganmelihat persamaan dan perbedaan gagasan yangdisampaikan.

Kedua membaca buku secara cermatsehingga benar-benar memahami tidak hanyainformasi yang tersurat tetapi juga yang tersirat.Dalam langkah kedua ini, penulis resensi perlumengenal dengan baik penulis buku, menge-tahui latar belakang pendidikan dan pekerja-annya, buku-buku yang pernah ditulisnya, sertatujuannya menulis buku itu. Tujuan penulisbuku biasanya tertera pada kata pengantar bukuatau kalau tidak tertulis secara jelas, penulisresensi dapat menyimpulkan setelah memahamiisi buku secara keseluruhan. Dengan mengacupada tujuan penulis buku, penulis resensimenelusuri bagaimana cara penulis bukumencapai tujuan, apakah informasi dalam bukuserta pengemasan dan penyajiannya mendu-kung. Tujuan penulisan buku juga dijadikanrujukan dalam memahami dan mendalami isibuku. Gambaran isi buku dapat dilihat padadaftar isi dan kata pengantar.

Dalam membaca dan memahami isi buku,penulis resensi dapat menggunakan pertanya-an-pertanyaan berikut.a. Apa alasan penulis buku memilih tema dan

judul buku itu?b. Dari sudut pandang apa penulis buku

menulis buku?

c. Apa acuan yang dipakai dalam menulisbuku?

d. Siapa pembaca sasaran?e. Dalam bidang apa isi buku itu?f. Apa isi pokok buku?

Hendaknya diperhatikan bahwa perludibedakan antara judul, bidang, tema, dan isipokok buku. Contoh berikut menunjukkanperbedaan itu.

Judul : Penulisan Puku Teks PelajaranBidang : Teknik penulisan naskah bukuTema : Tata cara menulis buku teks pelajaran

untuk pendidikan dasar danmenengah

Isi Pokok : Dalam menulis buku teks pelajaranpendidikan dasar dan menengahperlu diikuti ketentuan yang berbedadengan penulisan buku secaraumum.

Di samping memahami isi buku, penulisresensi perlu pula mencermati bagaimana carapenulis menyampaikan gagasan dalammenjabarkan tema buku, apakah denganmenggunakan deskripsi, narasi, eksposisi, danargumentasi atau campuran. Masih dalamkaitannya dengan isi buku, perlu pula diperhati-kan kelengkapan anatomi buku seperti,informasi yang ada pada kulit depan danbelakang, halaman prancis, halaman judul,halaman katalog, daftar isi, kata pengantar, bab,sub bab, glosarium, daftar pustaka, dan indeks.Sewaktu membaca buku, penulis resensihendaknya menandai hal pokok dalam bukuserta membuat catatan yang berkaitan denganjawaban masing-masing pertanyaan yangdisebutkan di atas. Catatan itu akan bermanfaatketika memberikan deskripsi tentang isi buku.

Ketiga, melakukan analisis dengan mencer-mati keunggulan dan kelemahan (1) isi, (2)penyajian, dan (3) bahasa yang dipergunakan.

1. Isi bukuIsi buku dapat dikritisi dengan menggunakanpertanyaan berikut sebagai rambu-rambu.a. Apakah tujuan penulisan buku itu jelas?b. Apakah pembaca sasaran buku itu jelas dan

spesifik?

Page 110: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

103Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Teknik Menyusun Resensi Buku

c. Apakah tema buku menarik untuk pembacasasaran?

d. Sejauh mana isi buku itu diperlukan olehpembaca sasaran yang dimaksudkan?

e. Apakah informasi yang disampaikan benardan mutakhir?

f. Apakah informasi dalam buku itu cukuplengkap untuk mencapai tujuan penulisbuku?

g. Hal-hal apa yang baru dalam isi buku itu?h. Apa kelebihan isi buku itu dibandingkan

dengan buku sejenis lainnya?i. Apa kekurangan isi buku itu dilihat dari

tema dan tujuannya?

2. PenyajianBerkaitan dengan penyajian isi buku, pertanya-an berikut dapat dijadikan rujukan.a. Apakah isi buku disajikan secara sistematis

dan logis?b. Apakah terdapat keterkaitan antarbab?c. Apakah terdapat keterkaitan antarsub-bab

dalam bab yang sama?d. Sejauh mana kesesuaian teknik (deskripsi,

narasi, eksposisi, argumen, atau campuran)yang digunakan dalam menjabarkan tema?

e. Apakah deskripsi yang dipergunakancukup jelas dan masuk akal?

f. Apakah narasi yang dipergunakanmemberikan informasi tentang setiapperistiwa secara kronologis dan lengkap?

g. Apakah penggunaan eksposisi dapatmemberikan informasi atau fakta yang rinci,jelas, lengkap, dan objektif?

h. Apakah argumentasi yang dipergunakandidukung oleh data, fakta, dan alasan yangmeyakinkan?

i. Sejauh mana ilustrasi dalam buku memper-jelas konsep/gagasan penulis buku?

j. Sejauh mana terlihat latar belakang penulisbuku mempengaruhi gaya penyajian isibuku?

k. Apakah penyajian isi buku memotivasipembaca untuk terus membaca ataumempelajari isi buku?

l. Apakah rujukan/kepustakaan yangdipergunakan mutakhir dan relevan?

m. Apakah dilengkapi dengan glosarium danindeks? Kalau ada, sejauh mana glosariumatau indeks itu membantu pembaca untukmenggunakan buku itu?

3. BahasaPenggunaan bahasa dapat dikaitkan dengan pe-nyajian isi buku dengan mencermati hal berikut.a. Apakah menggunakan kaidah bahasa

yang baik dan benar, seperti kelengkap-an unsur kalimat, penggunaan tanda bacadan ejaan?

b. Apakah masing-masing paragraf memilikigagasan pokok yang dijelaskan dengansejumlah kalimat pendukung?

c. Apakah pemilihan kata, panjang dansusunan kalimat sesuai dengan kemampu-an membaca pembaca sasaran?Keempat, mengevaluasi isi buku dilakukan

dengan menggunakan informasi yang diperolehdari mencermati isi, penyajian, dan bahasa yangdipergunakan dan membandingkannya denganyang seharusnya (patokan). Misalnya, dapatdimulai dari pertanyaan berikut. Hasil evaluasiini dapat dijadikan sebagai kesimpulan resensi.a. Sejauh mana tema buku itu menarik bagi

pembaca sasaran?b. Sejauh mana penulis buku berhasil

mencapai tujuannya dengan informasidalam buku itu?

c. Apa keunggulan dan kelemahan isi,penyajian, dan bahasa dalam buku itu?

d. Apa rekomendasi penulis resensi terhadapbuku itu?Untuk memperkuat analisis, penulis resensi

dapat mengutip bagian-bagian dalam bukusebagai contoh atau bukti. Akan tetapi kutipanyang demikian biasanya singkat dan sangatdiperlukan dengan tetap mencantumkanhalaman bagian yang dikutip dalam buku.

Kelima, menulis naskah resensi dengansistematika judul resensi, data buku, pendahu-luan, isi resensi, dan penutup. Pendahuluandapat dimulai dengan tema, penulis, ataupenerbit buku. Penulis resensi dapat memilihyang mana sesuai. Contoh pendahuluan resensidari tema adalah sebagai berikut.

Page 111: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

104 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Teknik Menyusun Resensi Buku

Penulisan Buku Teks PelajaranBuku pelajaran memegang peranan penting danstrategis dalam proses pembelajaran. Sulit dapatdibayangkan bagaimana proses pembelajaran dapatdilaksanakan dengan baik tanpa menggunakan bukupelajaran. Di tempat-tempat yang masih sulitdijangkau teknologi komunikasi, buku pelajaranmasih merupakan sumber belajar utama di sampingguru.

Dewasa ini tersebar banyak buku pelajaran untukpendidikan dasar dan menengah, akan tetapi tidaksemua buku itu dapat dijadikan sebagai buku tekspelajaran untuk mata pelajaran yang sesuai.Berdasarkan hasil penilaian Badan Standar NasionalPendidikan, belum pernah terdapat buku pelajaranyang dapat disyahkan sebagai buku teks pelajarantanpa perbaikan yang cukup berarti. Bahkan dalam 5(lima) tahun belakangan ini banyak buku pelajarantidak lolos penilaian, karena tidak memenuhi syaratminimal.

Untuk dapat ditetapkan menjadi buku tekspelajaran, diperlukan persyaratan tertentu yang harusdipenuhi sejak penulis buku merencanakan, menulis,dan mengembangkan naskah bukunya. Dalam kondisiperbukuan sekolah di Indonesia seperti ini, bukuPenulisan Buku Teks Pelajaran, karya Prof. Dr.B.P Sitepu, MA ini memperkaya buku-buku tentangpenulisan buku pada umumnya, buku teks pelajaranpada khususnya.

(Kemudian dapat dilanjutkan denganmendeskripsikan, menganalisis, danmengevaluasi buku)

Pendahuluan resensi dapat juga diawalidengan mendiskripsikan penulis buku dengancontoh sebagai berikut.

Penulisan Buku Teks PelajaranSetelah bekerja lebih dari 20 tahun di bidangperbukuan pendidikan dasar dan menengah dilingkungan Departemen Pendidikan danKebudayaan, Prof. Dr. B.P Sitepu, MA mengabdikandirinya sebagai dosen di Universitas Negeri Jakartasampai sekarang ini. Setelah menulis buku IndustriBuku Di Indonesia (1997) dan Buku SebagaiSumber Belajar (1997) yang diterbitkan oleh PusatPerbukuan, Departemen Pendidikan danKebudayaan, dia menulis pula buku PenyusunanBuku Pelajaran (2006) yang diterbitkan oleh

Verbum Publishing di Jakarta. Pengalaman selamabekerja di bidang perbukuan sekolah serta dosen matakuliah Pengembangan Bahan Ajar Cetak sejak tahun1995 sampai sekarang, mendorong ia menulis bukuPenulisan Buku Teks Pelajaran (2012) yangditerbitkan oleh PT Remaja Rosdakarya di Bandung.

(Kemudian dapat dilanjutkan denganmendeskripsikan, menganalisis, danmengevaluasi isi buku)

Resensi dapat pula diawali denganpendahuluan yang mendeskripsikan penerbitbuku dengan contoh sebagai berikut.

Penulisan Buku Teks PelajaranPT Remaja Rosdakarya yang berlokasi di Bandungdikenal sebagai sebuah penerbit lama danberpengalaman dalam menerbitkan berbagai jenisbuku pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampaiperguruan tinggi. Sejak berdirinya, Penerbit ini sudahmenerbitkan ratusan judul buku yang dapat dilihatdi perpustakaan dan toko buku di seluruh Indonesia.Banyak di antara buku terbitannya itu menjadi bukurujukan di sekolah atau perguruan tinggi. Bukudengan judul Penulisan Buku Teks Pelajarankarya Prof. Dr. B.P. Sitepu merupakan salah satuterbitan PT Remaja Rosdakarya dalam tahun 2012.

(Kemudian dapat dilanjutkan denganmendeskripsikan, menganalisis, danmengevaluasi isi buku).

Keenam, menyunting naskah resensi. Penulishendaknya membaca kembali naskah resensiyang sudah selesai ditulis. Secara umumdecermati apakah diskripsi tentang isi bukuyang diresensi cukup jelas, analisis yangdilakukan cukup lengkap dan tajam, danpenilaian yang dilakukan objektif danmeyakinkan. Bahasa yang digunakan dalamresensi biasanya padat, singkat, tidak berbelit-belit, menarik dan enak dibaca.

Di samping itu perlu pula diperhatikankembali apakah isi tulisan disajikan secarasistematis, tajam, dan mudah dipahami. Resensiuntuk dipublikasikan biasanya tidak meng-gunakan daftar pustaka, oleh karena itu datarujukan yang dipergunakan dalam tulisanhendaknya dicantumkan secara lengkap.

Page 112: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

105Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Teknik Menyusun Resensi Buku

Simpulan

KesimpulanMenulis resensi buku tidak semata-matamenceritrakan kembali atau mendiskripsikan isibuku secara singkat akan tetapi merupakanproses membaca, memahami, menganalisis, danmenilai isi buku. Hasil meresensi bukumenunjukkan keunggulan dan kelemahan isibuku yang berguna untuk orang yang berniatmembaca atau membeli buku itu serta sekali gusmerupakan masukan bagi penulis buku yangdiresensi. Buku yang diresensi biasanya adalahbuku terbitan baru.

SaranAgar menghasilkan resensi yang bermutu danbermanfaat, penulis resensi buku hendaknyamemilih isi buku yang sesuai dengan keahlianatau pengalamannya. Penulis resensi buku perlupula membandingkan isi buku yang diresensi

dengan buku-buku lain yang sejenis. Dalammemberikan penilian terhadap isi, penyajian,dan bahasa buku, penulis resensi diharapkancermat dan objektif serta menghindarkan hal-halyang bersifat subjektif.

Daftar Pustaka

Butler, Linda. (2007). Fundamentals of academicwriting. New York: Pearson Education

Harmer, Jeremy. (2007). The practice of Englishlanguage teaching. New York: PearsonEducation

Samad, Daniel. (1997). Dasar-dasar meresensi buku.Jakarta: Grasindo

Sitepu, B.P. (2012). Penulisan buku teks. Bandung:Remaja Rosdakarya

Trimmer, Joseph F. (2004). The new writing with apurpose. Boston: Houghton Mifflin

Page 113: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

106 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Isu Mutakhir: Isu Mutakhir: Pengajaran Versus Pendidikan

Pendahuluanelakangan iniberbagai berita yangberkaitan dengan

karakter atau prilaku yangtidak elok merebak di mediamassa cetak dan elektronik. Disamping berbagai kejahatankorupsi yang terkuak,tawuran antar siswa atauantar penduduk, merebakpula berita perampokan,pembunuhan , dan berbagaibentuk pelecehan. Timbulpertanyaan, apa sebenanyayang sedang terjadi denganbangsa ini? Kemerosotan ataudekadensi moral bangsasering dikaitkan denganketidak berhasilan ataukegagalan pendidikanmembentuk manusiaberkarakter. Dalam haltertentu, dapat terjadipendidikan dapat menghasil-kan manusia cerdas tetapitidak otomatis bermoral.Dalam masyarakat yangplural seperti Indonesia,karakter bangsa itu sangatdiperlukan untuk menjagakeutuhan berbangsa danbernegara.

Cerdas saja tentu tidakcukup. Kecerdasan dapatdibina dan dikembangkan di

MudarwanE-mail: [email protected]

Bidang Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta

Pengajaran Versus Pendidikan

B

Isu Mutakhir

lembaga pendidikan dansisitem dan pelaksanaanpendidikan nasionalIndonesia kelihatannya lebihmengarah pada peningkatankecerdasan yang akibatnyakurang menggembirakanterlihat dari berbagaifenomena belakangan iniyang antara lain adalahcontoh berikut.

Anas Urbaningrum,mantan ketua Umum PartaiDemokrat pernah berpredikatsebagai Mahasiswa Teladandan menjadi lulusan terbaikFISIP Universitas Airlanggatahun 1992, namun sekarangmenjadi tersangka kasuskorupsi Hambalang. Sosoklainnya, Irjen Pol Djoko Susiloyang merupakan lulusanterbaik Akpol 1984, yangpertama mendapatkanpangkat Brigjen dan Irjendibandingkan rekan-rekanseangkatannya, sekarangterjerat kasus korupsi simula-tor Surat Izin Mengemudi(SIM). Para tersangka danterpidana korupsi ternya-tamemiliki latar belakangpendidikan yang baik tapiterjerat dalam kasus korupsi.

Kasus tawuran antarpelajar yang telah menelan

korban jiwa akhir-akhir inisangat memprihatinkan.Dalam beritanya, Tempomenuliskan kasus tawuranyang menewaskan DenyYanuar (17), salah seorangsiswa kelas XII SMA YayasanKarya 66. Hal itu adalahbukti kebrutalan tawuranpelajar yang terjadi di JalanMinangkabau, ManggaraiJakarta Selatan, Rabu (26/9/2012). Anarkis memang,namun peristiwa tersebuttelah didahului oleh tawurandua hari sebelumnya (24/9/2012) yang terjadi antara SMA6 dengan SMA 70 di kawasanBulungan, Jakarta Selatanyang juga telah menewaskansalah seorang siswa SMA 6,Alawy Yusianto Putra (15). Didalam tas para pelakutawuran tersebut seringkaliditemukan senjata tajamberupa celurit atau bendatajam lainnya. Sebuahotokritik bagi guru, mengapasiswa yang berangkat kesekolah untuk belajar, malahmembawa senjata tajam didalam tasnya? Siswa yangsedang belajar dan menuntutilmu yang tinggi, tidakmampu menahan emosi,malah memilih jalan

Page 114: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

107Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Isu Mutakhir: Pengajaran Versus Pendidikan

kekerasan untukmenyelesaikan sebuahpermasalahan. Tragis.

Hal lainnya, menyangkutkenakalan remaja. Kenakalanremaja sekarang ini sudahbukan kenakalan biasa.Perbuatan mereka sudahtergolong kriminal. Ada yangmelakukan pemalakan,perampasan, perampokandan bahkan tidak seganmelukai korbannya menggu-nakan senjata tajam. Merekaadalah remaja usia sekolah.Apa yang dipikirkan remajaini, mengapa beranimelakukan perbuatan yangmelanggar etika dan hukum?Pengajaran seperti apa yangmereka terima selama disekolah, yang membuatnyaberperilaku melawan hukum?.Pendidikan seperti apa yangmereka peroleh dari orang tua,guru dan masyarakat, sehing-ga tindakannya kriminal?

Masih banyak contohprilaku anak bangsa ini yangmembuat kita miris danmenoleh pada prosespendidikan nasional kita.Kalau dikaji penyelenggaraanpendidikan nasional kitasebagai suatu sistem, akanditemukan berbagaikomponen yang perluperbaikan atau perombakansecara mendasar. Oleh karenaitu, tidaklah keliru kalau kitajuga menoleh ke belakang.

Salah satu Kementeriandalam kabinet pertamaPemerintah RepublikIndonesia ialah KementerianPengajaran yang dipimpinoleh Ki Hajar Dewantara.Kemudian, pada 29 Januari1948 tepatnya pada kabinetHatta I, namanya diubah

menjadi KementerianPendidikan, Pengajaran danKebudayaan atau disingkatPP dan K. Dapat dikatakansejak 17 Agustus 1945 s.d. 28Januari 1948 Indonesia tidakmemiliki KementerianPendidikan, yang dipunyaiadalah Pengajaran. Batangtubuh UUD 1945 Bab XIIImencantumkan kataPendidikan bukanPengajaran. Namun dalampasal 31 ayat 1 dan 2dituliskan sebagai pengajaran.sebagai berikut.

(1) Tiap-tiap warganegara berhak mendapatpengajaran.(2) Pemerintahmengusahakan danmenyelenggarakan satusistem pengajarannasional, yang diaturdengan undang-undang.Namun demikian, setelah

dilakukan amandementerhadap UUD 1945, makasemua kata pengajaran telahdigantikan denganpendidikan. Walau terlihatmirip, namun terdapatperbedaan mendasar antarapendidikan dan pengajaran.Pengajaran lebih berorientasipada keilmuan yang sifatnyakognitif - akademik,sedangkan pendidikanmemiliki makna yang lebihluas dari pada sekedar transferof knowledge. Selainmenjangkau aspek kognitif,sejatinya pendidikan juga“menyentuh” ranah afektif(sikap atau karakter) danranah psikomotorik(keterampilan atau skill) ataudapat dikatakan di dalampendidikan terdapat valueatau nilai-nilai danketerampilan yang

ditanamkan kepada sipemelajar. Dalam kontekspengajaran, seseorang yangdiajar atau seseorang yangsedang belajar disebut pelajaratau murid atau siswa dangurunya adalah pengajar.Hasil akhir atau produkpengajaran adalah manusiayang terpelajar. Sedangkandalam konteks pendidikan,orang yang sedang belajardisebut “peserta didik” ataudalam istilah mantan menteriP dan K, Daoed Joesoef, “anakdidik”. Penggunaan istilah“anak didik” mempunyaimakna lebih mendalam,karena menempatkan gurusebagai orang tua dan muridsebagai anak, layaknyahubungan anak dan orang tuadalam keluarga. Gurunyadikenal sebagai pendidik dankeluarannya adalah welleducated person atau manusiaterdidik. Faktanya banyakorang pintar (= terpelajar) dinegeri ini, namun kurangmemiliki nilai-nilai atauberkarakter. Sekolah tempatsiswa belajar, tidak menjaminlulusannya menjadi manusiayang terdidik dan berkarakter,tetapi lebih banyakmenghasilkan manusiaterpelajar.

Pengajaran VersusPendidikan

Apakah di sekolah siswamendapatkan pengajaranataukah pendidikan?Jawaban seharusnya untukpertanyaan itu adalah kedua-duanya. Namun demikianmenurut Iden Wildensyah(http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/28/perbedaan-

Page 115: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

108 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Isu Mutakhir: Isu Mutakhir: Pengajaran Versus Pendidikan

mendidik-dan-mengajar-343444.html) pengajaran ataudalam kata kerja aktif –mengajar merupakanrangkaian kegiatan tekniskeseharian seorang gurudalam berbagi berbagaidisiplin ilmu. Semuapersiapan guru untukmengajar sifatnya teknis.

Hasil pengajaran jugadapat diukur menggunakaninstrumen-instrumenperubahan perilaku. Tidakseluruh pendidikan adalahpengajaran, sebaliknya tidaksemua pengajaran adalahpendidikan. Di dalampendidikan pasti adapengajaran, namun di dalampengajaran belum tentu adapendidikan. Secarasederhana dapat dikatakanmengajar yang baik adalahdengan mendidik. Dengankata lain, pendidikan dapatmenggunakan prosesmengajar sebagai saranauntuk mencapai tujuanpendidikan.

Dapat dikatakan,pengajaran lebih fokus padapenguasaan wawasan danpengetahuan tentang bidangakademik tertentu, sepertiagama atau ilmu alam,memerlukan waktu yangrelatif pendek untukmenguasainya, metode yangdigunakan bersifat logik danrasional, sertapenyampaiannya secarateknis - praktis. Sedangkanpendidikan lebih menekankanpada pembentukanmanusianya denganpenanaman sikap serta nilai-nilai yang secara umummemerlukan waktu yangrelatif lebih panjang, metode

yang digunakan lebih bersifatpsikologis danpendekatannya secaramanusiawi.Contoh: Di sekolah tertentu,dalam pendidikan agamabanyak yang bergeser menjadi“pengajaran agama” karena“pengetahuan tentangagama” lebih ditekankandaripada pembentukan sikapatau sikap keagamaan.Akibatnya, murid tahubanyak tentang agama tetapiapa yang diketahui dandipahaminya tidak mewarnaiperilakunya. Hal itudilakukan sang pengajar,karena lebih mudah dan cepatuntuk menjelaskan sertamenguraikan pengetahuantentang kebaikan,dibandingkan mendidik anakdalam kebaikan, sampaianak tersebut mampu danterbiasa berbuat kebaikan.Contoh lain, di dalam IlmuPengetahuan Alam (IPA)siswa SD belajar bahwa untuktumbuh dan berkembang,tumbuhan memerlukan airdan mineral. Namun disebuah Sekolah Dasar, banyakditemukan tanaman pot yangmati kekeringan, karena tidakdisiram air dan diberi pupuk.Ironinya, pengertian siswatentang ilmu yang diajarkanoleh guru hanya sampai dibenak pikirannya saja, tidaksampai pada perbuatan.Semestinya di dalampelajaran IPA, siswa dilatihmelakukan praktikum, agarmampu menerapkan apa yangtelah dipelajarinya dalamkehidupan sehari-hari. Olehkarena itu, pendidikanberperan pentingmengajarkan, melatih,

membentuk, danmenghantarkan siswa sampaikepada pemahaman yang“utuh”, sehingga merekamampu berbuat dan bertindaksesuai dengan pengetahuanyang telah dipelajarinya.

Di dalam Kamus BahasaIndonesia (2008: 23-24)“pengajaran” diartikanproses, cara, perbuatanmengajar atau mengajarkanatau perihal mengajar dansegala sesuatu mengenaimengajar. Sedangkan“pendidikan” diartikanproses pengubahan sikapatau tata laku seseorang ataukelompok orang dalam usahamendewasakan manusiamelalui cara pengajaran danpelatihan.

Adapun “mengajar”berarti “memberi pelajaran”dan “pelajaran” berarti“sesuatu yang dipelajari atauyang diajarkan.” Kata“terpelajar” berarti “telahmendapatkan pelajaran (disekolah).” Sedangkan kata“terdidik” berarti “telahmendapatkan didikan” yangtidak terbatas hanya disekolah, melainkan juga dirumah maupun di tempat-tempat lainnya. MenurutMulyasana (2011: 20) artipendidikan telah mengalamipenyempitan. Pendidikandipersempit menjadipengajaran di sekolah.Pengajaran di sekolah yangberpusat di dalam kelas telahdipersempit menjadi hanyakegiatan “transfer” ilmu gunamengejar target kurikulum.Puncaknya pada ujiannasional yang hanya padabeberapa mata pelajaran.Dapat dikatakan bahwa pada

Page 116: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

109Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Isu Mutakhir: Pengajaran Versus Pendidikan

akhirnya prestasi belajarhanya diukur darikemampuan peserta didikmenjawab sejumlah butir soal.

Lebih lanjut Mulyasana(2011: 20) mengatakan,penyempitan makna tersebutpada gilirannya akanmenciptakan kegiatan belajarmengajar yang hanyamenekankan pada unsurpengetahuan (knowledge)dengan sistem hapalan.Makin kuat hapalan siswaterhadap materi pelajaranyang diberikan di sekolah,maka makin besarpenghargaan yang diberikanoleh guru terhadap siswatersebut. Hal itu terjadi karenasistem evaluasi yang hanyaterbatas padamasalah evaluasikognitif, sementarasikap, nilai danmoralnya tidakterdeteksi secaracermat dalamevaluasi tersebut.Sekolah dianggaphanya membangunkecerdasanintelektual, sehinggapendidikan kitalebih bersifatintelektualistik. Halinilah yangmenyebabkantumbuh suburnyalembagapenyelenggarabimbingan belajaryang berorientasi padapenguasaan siswa menjawabsoal-soal dalam tes atau ujian.Oleh karena itu, ada kesanbahwa standar keberhasilanbelajar identik dengankemampuan menjawab soal,sedangkan urusan sikap,

kepribadian dan karaktertidak dijadikan bahanpertimbangan dalammenetapkan standar prestasipeserta didik. Padahal,sesungguhnya pendidikanadalah kegiatan terpaduantara sikap, intelektual danperilaku.

Dewasa ini, guru dalammengajar fokus pada transferof knowledge atau alihpengetahuan, namun belumberupaya agar pengajaranyang disampaikan kepadaanak didik “mendarat” padatahapan tertinggi dalamtaksonomi Bloom. MenurutAnderson, et al (2001: 67-68)dalam tingkatan taksonomiBloom, ranah kognitif dapat

dikelompokkan menjadi dua,yaitu: Low Order Thinking -LOT (pengetahuan,pemahaman, dan penerapan)dan High Order Thinking -HOT (analisis, evaluasi, danmencipta). Guru harusmampu memilah dan

menyampaikan materipembelajaran sampai padatahapan HOT yang tertinggi,yaitu mencipta. Jika siswasampai pada tahapantersebut, maka diharapkanmereka mampu menciptakansuatu karya daripemahamannya akanpengetahuan yang telahdiajarkan sang guru. Dalamdokumen RencanaPelaksanaan Pembelajaran(RPP) guru harus membuattujuan pembelajaran dengankata kerja operasional, yangbukan sekedar menyebutkan,menuliskan atau menjelaskan,namun diharapkan sampaikepada kata kerja operasionalsebagai berikut.

Dengan melaksanakanhal itu, maka mutupengajaran guru akanmeningkat. Materipengajarannyapun memilikimakna yang mendalam bagi sipembelajar. Guru tampilprofesional dan siswa dapat

Tabel: Daftar Contoh Kata Kerja Operasional (Level 3-C3)

Menganalisis Mengevaluasi Mencipta

----

-

---

-

Membedakan:memisahkanmembedakanmemfokuskanmemilih

Mengorganisasikan:menemukankoherensimengintegrasikanmenguraikanmenata

Menghubungkan:mendekonstruksi

----

-

Memeriksa:mengkoordinasimendeteksimemantaumenguji

Mengkritisi:menilai

-

-

-

Menghasilkan:membuat hipotesa

Merencanakan:merancang

Memproduksi:membangun

Sumber: Anderson, et al (2001: 68)

Page 117: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

110 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Isu Mutakhir: Isu Mutakhir: Pengajaran Versus Pendidikan

menerapkan apa yangdipelajarinya denganmenghasilkan karya yangbermanfaat. Contoh: gurumengajar materi IPA tentangmakanan bergizi dan sehat.Di dalam mengajar sang guru,harus mampu menghantarkanpeserta didik sampai padatingkat pemahaman bahwaapa yang dikonsumsi olehmereka haruslah makananyang bergizi dan sehat.Karena pengetahuan tentangmakanan bergizi dan sehatsaja belum pasti membuatmereka hidup sehat. Guruharus mampu menghantarkansiswa sampai pada tahapperbuatan hidup sehatdengan mengkonsumsimakanan bergizi dan sehat.Guru dapat memotivasi siswa,sehingga jika siswadihadapkan kepada pilihanuntuk mengkonsumsimakanan yang bergizi dansehat atau yang sebaliknya,siswa mampu memilih yangbenar dan tepat. Lebih lanjutguru dapat menginspirasisiswa untuk membuat sebuahproyek, misal membuatmakanan sehat, bergizi danterjangkau dari bahan-bahanyang tersedia di sekitarnya.Dengan demikian apa yangdipelajari siswa dari sangguru akan sejalan denganperbuatannya. Pengetahuansiswa tidak “mandek” hanyasampai di benaknya,melainkan terbukti nyatadalam tindakannya.

Makna Pendidikan

Menurut Kamus Besar BahasaIndonesia (2008: 353), katapendidikan berasal dari kata

dasar “didik”. Lalu mendapatimbuhan ‘pe’ dan akhiran‘an’, maka kata itu mempu-nyai arti proses atau cara atauperbuatan mendidik. Pendidikan merupakanproses pengubahan sikap dantata laku seseorang ataukelompok orang. Atau dapatdikatakan sebagai usahamendewasakan manusiamelalui upaya pengajarandan pelatihan atau proses,cara, dan perbuatanmendidik. Berdasarkanpengertian di atas, makapendidikan adalah sebuahproses yang membutuhkanwaktu dan upaya untukmewujudkan-nya. Jamansekarang masyarakat lebihsuka sesuatu yang instant.Namun tidak demikiandengan pendidikan.Perbuatan mendidik bukanlahkegiatan yang bersifat instantatau sebentar saja. Mendidikmerupakan kegiatan berjang-ka menengah atau jangkapanjang, karena hasilpendidikan tidak dapatdilihat dalam waktu dekat.Berikut pandangan beberapatokoh tentang arti atau maknapendidikan:1. Mohandas Karamchand

Gandhi (1869 - 1948)Gandhi menulis sebuahartikel pada 22 Oktober 1925di surat kabar Young Indiayang bertajuk The Seven SocialSins atau yang dikenal jugasebagai Seven Blunders of theWorld. Menurut Gandhisalah satu dari tujuh dosatersebut adalah knowledgewithout character ataupengetahuan tanpa karakter.Apa artinya seseorangmemiliki pengetahuan yang

tinggi tanpa dibarengi dengankarakter yang kuat? Sejatinya,pengetahuan yang diajarkankepada seseorang haruslahmencakup pendidikankarakter di dalamnya,sehingga hasil pengetahuantersebut tidak membuahkandosa kepada masyarakat.

2. Theodore Roosevelt(1858–1919)

Roosevelt merupakanPresident Amerika Serikatyang ke-26. Ia pernahmengatakan bahwa “Toeducate a man in mind and not inmorals is to educate a menace tosociety”. Mendidik seseoranghanya dalam pikiran saja (=kognitif atau intelektual)tanpa disertai moralmerupakan ancaman bagimasyarakat. Roosevelt inginmengatakan bahwa mengajardan mendidik haruslahseiring sejalan. Pengajaranharuslah disertai pendidikanmoral di dalamnya. Jika padamasa kini pengetahuan sajayang ditaburkan, maka kitamesti bersiap-siap menuaiancaman/bencana yangserius bagi masyarakat dimasa yang akan datang.Menjadi pekerjaan rumah bagiguru yang adalah kaumterpelajar mengupayakansebuah pembelajaran yang didalamnya mencakup unsurmoral tanpa meninggalkanatau mengurangi sudutakademis atau keilmuannya.Yang menarik adalahRoosevelt menyadari bahwakegagalan mendidikbukannya berdampak hanyapada anak didik itu saja,melainkan berdampak luaspada masyarakat. Sehingga

Page 118: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

111Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Isu Mutakhir: Pengajaran Versus Pendidikan

bagi setiap pendidik perluupaya sedemikian rupa mem-buat pembelajarannya berda-ya guna dan berhasil guna.

3. Martin Luther King, Jr.(1929 -1963)

Luther King peraihpenghargaan NobelPerdamaian tahun 1964,mengatakan “Intelligence pluscharacter-that is the goal of trueeducation.”  Intelektualditambah dengan karaktermerupakan tujuanpendidikan yangsesungguhnya. Sekolahmerupakan tempat benihpengetahuan ditanamkan.Selain di rumah dan dimasyarakat, sekolah jugamerupakan tempat benihpendidikan karakterditaburkan dan disemai.Pendidikan yang sejatisesungguhnya dihasilkandari sinergi pengajaranintelektual dan pendidikankarakter yang kuat.

4. Ki Hajar Dewantara(Bapak PendidikanNasional Indonesia,

1889 - 1959)Raden Mas SoewardiSoeryaningrat atau yangdikenal sebagai Ki HajarDewantara menjelaskanpengertianpendidikan sebagai dayaupaya untuk memajukan budipekerti, yaitu: karakter,kekuatan batin, dan pikiranatau intelektual serta jasmanianak-anak agar dapatmemajukan kesempurnaanhidup dan menghidupkananak selaras dengan alam danmasyarakatnya. Bagi Ki HajarDewantara arti pendidikan

yang sesungguhnya tersiratdalam pepatah “educate thehead, the heart, and the hand”.Menurutnya di dalampendidikan paling tidakharus ada 3 unsur pokok,yaitu: budi pekerti, intelektualdan jasmani yang mestidikemas bersama-sama didalam pembelajaran, sehinggaanak didik memilikikemampuan beradaptasidengan alam, masyarakat danlingkungannya.Hal ini pula yang dianut olehkurikulum pendidikanIndonesia tahun 2006 atauStandar Nasional Pendidikan,terutama pada StandarKompetensi Lulusan (SKL)berdasarkan PermendiknasNomor 23 Tahun 2006.Standar KompetensiKelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) terdiri atas limakelompok mata pelajaran,yaitu: (1) Agama dan AkhlakMulia, (2) Kewarganegaraandan Kepribadian , (3) IlmuPengetahuan dan Teknologi,(4) Estetika,dan (5) Jasmani,Olah Raga, dan Kesehatan

5. Jean-Jacques Rousseau(1712–1778)

Rosseau merupakan seorangfilsuf Jenewa, penulis danjuga seorang komponisPerancis dari abad ke-18menyatakan, mendidik adalahmemberikan pembekalan yangtidak ada pada masa anak-anak, namun dibutuhkanpada masa dewasa. MenurutRosseau, anak yang palingsiap menghadapi kedewasaanadalah mereka yang di masakanak-kanaknya memilikipengalaman hidup yangberarti sebagai seorang anak,

sehingga setiap anakdidorong untuk menikmatimasa kecilnya, berkembangsampai dapat hidupseutuhnya sebagai manusiadewasa (Oelkers, 2002: 685).Apa yang ingin dikatakanRosseau menyangkut haksetiap anak untukmendapatkan pendidikanyang sesuai agar mampumempersiapkannya di masayang akan datang. Hal inisejalan dengan pemikiranTilaar (Kompas, 2009).Menurutnya, sebagai prosespembudayaan, pendidikanbertugas mengantarkan anakdidik sampai pada tarafperkembangan moral, yaitusampai anak mampu memilahdan memilih “baik” dan“buruk” secara rasional.Inilah keberhasilanpendidikan yangsesungguhnya.

Drost (1998: 32) menulis,pendidik utama dan pertamaadalah orang tua. Orangtualah yang pertama-tamamengajarkan anak tentangiman kepada Allah,pengalaman bermasyarakatdan mengembangkantanggung jawab terhadap dirisendiri dan orang lain.Namun, tugas orang tuamendidik anak membutuhkanbantuan masyarakat, karenamasyarakat perlu mengaturkebutuhan hidup di dunia ini.Jadi, guru atau pendidik disekolah mengambil porsisebagai “pembantu” orangtua untuk menunaikan tugasmendidik anak dan yangbertindak atas namamasyarakat untukmempersiapkan kaum mudaagar menjadi anggota

Page 119: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

112 Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Isu Mutakhir: Isu Mutakhir: Pengajaran Versus Pendidikan

masyarakat yang bertanggungjawab. Sekolah bukanpengganti orang tua,melainkan “pembantu”mereka. Ini berarti bahwasekolah harus membuatkebijakan setelahmendengarkan orang tua.Sebagai pembantu, sekolahharus peka dan terbukaterhadap keinginan orang tuadi dalam situasi tertentu.Maka amatlah penting untukmengikutsertakan orang tuake dalam badan yangmenentukan kebijakansekolah. Mustahil sekolahmembantu orang tua apabilaorang tua tidak tahu ataumalahan tidak boleh tahu apayang dilaksanakan sekolah.

Menurut Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 20 Tahun 2003 Pasal 1“Pendidikan adalah usahasadar dan terencana untukmewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agarpeserta didik secara aktifmengembangkan potensidirinya untuk memilikikekuatan spiritualkeagamaan, pengendaliandiri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukandirinya, masyarakat, bangsadan Negara”. Berdasarkanpengertian di atas, makasekolah sebagai lembagapendidikan wajib membuatproses pembelajaran yangmembuat anak didiknya aktifuntuk mengembangkanpotensinya. Anak yang telahterdidik di sekolahdiharapkan memilikikecerdasan kognitif –intelektual, moral baik yang

tercermin dalam kekuatanspiritual kegamaan sertaberkarakter matang yangdinyatakan dalampengendalian diri, memilikikepribadian serta berakhlakmulia. Selain itu, sebagaiseorang manusia yang utuhperlu memiliki keahlian atauketerampilan, sehinggapendidikan tidak bolehmelupakan peningkatkanketerampilan atau skill.Melalui ketiga aspek tersebut,yaitu: kognitif, moral –karakter dan keahlian yangtinggi, maka tujuanpendidikan nasionalIndonesia dapat diwujudkan.Sekolah merupakan secondhome bagi anak didik untukmemulai pendidikan yangutuh yang menghantarkanketiga aspek tersebut secarabersama-sama dan sinergisagar pembelajaran di sekolahberdaya guna dan berhasilguna. Anak didik punmemiliki kebebasan untukmengembangkan potensinyaseoptimal mungkin dan dapatmenikmati masa kanak-kanaknya, agar kelak dapatmenjadi manusia dewasayang utuh.

Penutup

Tak ada gading yang takretak, demikian pula dengansistem pendidikan diIndonesia. Pemerintah terusberupaya agar tujuanpendidikan nasional sepertiyang tercermin dalampembukaan Undang-undangDasar 1945, mencerdaskankehidupan bangsa itu dapatdiwujudkan. Sejalan dengan

itu, pemerintah berencanamengubah kurikulum yangsedang berjalan, yaitukurikulum 2006 yang dikenalsebagai KTSP atau KurikulumTingkat Satuan Pendidikandengan kurikulum baru yangdisebut Kurikulum 2013.Permasalahan pendidikanIndonesia, antara lain: sistempembelajaran yang lebihmenitikberatkan padakuantitas hasil daripadakualitas proses, perkelahianpelajar dan tawuran yangsampai merenggut korbanjiwa, padatnya materi dan isikurikulum, kecurangan dalamujian dan plagiarisme sertamasalah korupsi danpenyalahgunaan napza(narkotika, psikotropika danzat aditif lainnya) ingindijawab dengan pergantiankurikulum.

Keinginan Pemerintahmemperbaiki mutupendidikan dengan membuatkurikulum baru patutdiapresiasi. Tantangan yangdihadapi Pemerintah danpara penyelenggarapendidikan sekarang ini,pada pembelajaran yangberfokus pada alihpengetahuan daripadapembentukan jati diri anakdidik selayaknya dikritisi.Pada sisi lain guru atausebagai pendidik harussenantiasa melakukan refleksike dalam. Selalu berupayameningkatkan diri menjadipengajar dan pendidik yanghandal dalam ilmu, sikap,dan keterampilan. Menjadipendidik atau pengajar yangdapat menghantarkan anakdidik sampai pada

Page 120: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

113Jurnal Pendidikan Penabur - No.20/Tahun ke-12/Juni 2013

Isu Mutakhir: Pengajaran Versus Pendidikan

pemahaman yang utuh.Merancang pembelajaranyang di dalamnya sudahmencakup kognitif - intelek-tual, sikap - karakter, danketerampilan secara sinergis.Melaksanakan RPP yangdidalamnya sudah mencakupkata kerja operasional HOT.

Daftar Pustaka

Anderson, L.W. (Ed.),Krathwohl, D.R. (Ed.),Airasian, P.W.,Cruikshank, K.A.,Mayer, R.E., intrich,P.R., Raths, J., &Wittrock, M.C. (2001). Ataxonomy for learning,teaching, and assessing:A revision of Bloom’staxonomy of educationalobjectives. New York:Longman

Drost S. J, J. I. G. M. (1998).Sekolah, mengajar ataumendidik ?. Jakarta:Penerbit Kanisius

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/28/perbedaan-mendidik-dan-mengajar-343444.html diakses pada 18Maret 2013

http://nasional.kompas.com/read/2013/02/22/19244059/Sekelumit.Sosok.Anas.Urbaningrmdiakses pada 20 Maret2013

http://nasional.kompas.com/read/2009/10/28/15031240/ diaksespada 9 April 2013

http://peristiwa.kompasiana.com/sosok/2012/08/05/2/482841/mengenal-lebih-dekat-sosok-irjen-pol-djoko-susilo.html diaksespada 20 Maret 2013

http://surabaya.tribunnews.com/m/index.php/2011/10/27/daoed-joesoef-siswa-jangan-disebut-peserta-didikdiakses pada 18 Maret2013

http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/tentang-kemdikbud-menteri diakses pada 9Maret 2013

http://www.tempo.co/read/news/2012/09/25/064431765/Alawy-Pelajar-SMA-6-Korban-Tawuran-Dikenal-

Cerdas diakses pada17 April 2013

http://www.tempo.co/read/news/2012/09/26/064432096/Deni-Yanuar-Jadi-Korban-Tawuran-di-Manggarai diaksespada 17 April 2013

Mulyasana,D.(2011). Pendidikanbermutu dan berdayasaing. Bandung : PTRemaja Rosdakarya.

Oelkers, Jurgen. (2002).Rousseau and the imageof “modern education”dalam Journal of Curri-culum Studies, volume 34No.6 November 2002:679-698

Permendiknas nomor 23tahun 2006 tentangStandar KompetensiLulusan.

Pusat Bahasa. (2008). KamusBesar bahasa Indonesia.Jakarta: Pusat Bahasa,Depdiknas.

Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 20tahun 2003 tentangSistem PendidikanNasional

Undang-Undang DasarNegara RepublikIndonesia Tahun 1945.

 

Page 121: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

114 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Resensi buku: Guru-Guru Kecil Melly KiongResensi buku

elly Kiong adalah seorang ibu duaorang anak. Ia menggagas berdirinyaRumah Moral yang mengubah anakanak yang berke-

kurangan  menjadi generasiyang berguna melalui pem-bangunan mental mereka.Ia juga mendirikan Center ofMotherhood, sebuah wadahyang memberdayakan danmendidik para Ibu untukmenjadi Ibu yang sebaik-baiknya. Di samping itu,Melly Kiong juga adalahpenulis buku Siapa BilangIbu Bekerja Tidak BisaMendidik Anak Dengan Baik,Cara Kreatif Mendidik Anakdan Guru-guru Kecil MellyKiong. Salah satu bukunya(Siapa Bilang Ibu BekerjaTidak Bisa Mendidik AnakDengan Baik) berhasil men-dapat penghargaan dari Museum RekorIndonesia (MURI). Semua buku Melly Kiongditulis berdasarkan pengalaman pribadinyabersama anak-anaknya.- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

A Little Big Thing

“Tell me the weight of a snowflake”, a sparrow askeda wild dove.“Nothing more thannothing”, came the answer.“In that case, I must tell you amarvelous story,” the sparrowsaid.“I sat on the branch of a fir,close to its trunk, when it beganto snow — not heavily, not ina raging blizzard — no, justlike in a dream, without awound and without anyviolence. Since I did not haveanything better to do, I countedthe snowflakes settling on thetwigs and needles of mybranch. Their number wasexactly 3,741,952. When the3,741,953rd dropped onto thebranch — nothing more than

nothing, as you say — the branch broke off.”Having said that, the sparrow flew away.So the next time you think your contributions, youracts of charity, your works for justice, your gifts oflove, and your talents are nothing, or that they are

Judul Buku:Guru-Guru Kecil Melly Kiong

Pengarang:Melly Kiong

Tahun /Cetakan:2012 / Cetakan 1

Kolase:78 halaman, 13x20,5 cm, 250gr

Penerbit:Sygma Creative Media Corp

ISBN:978 – 979 – 061 – 258 – 7

Resensi oleh:Tri Esti Handayani

Email: [email protected] Kerohanian dan Karakter BPK PENABUR Jakarta

M

Page 122: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

115Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Resensi buku: Guru-Guru Kecil Melly Kiong

small in comparison to those of others, remember thatwhen one is added to another, and then to another andso forth, great things can happen from nothing.  Inthe same way, what seems to be ordinary can betransformed into something extraordinary with justa little extra nothing.Your mission is to create great things once again outof nothingness, to transform the ordinary into theextraordinary.”  (Fresh Packet of Sower’s Seeds, # 70,Brian Cavanaugh)

(Percakapan antara seekor burung gerejadengan seekor merpati, tentang berapa beratsekeping salju. Menurut burung merpati,sekeping salju sangat ringan, hampir tidakterasa, sama sekali tidak berarti. Namunpengalaman membuktikan bahwa ketikasekeping salju yang ringan dan tidak berarti itujatuh di atas tumpukan salju di dahan, makahal itu sudah cukup membuat dahan itu patah.)

Jika dicermati, kisah di atas mau menjelas-kan tentang bagaimana hal-hal kecil yangbiasanya tidak dianggap atau hanya dipandangsebelah mata, sesungguhnya berpotensimenghancurkan. Sekeping salju mungkin tidakmenimbulkan bahaya apapun. Namun bilakepingan salju berkumpul menjadi satu, bukanmustahil akan menghasilkan bencana.

Sebagaimana kisah di atas tentang kekuatansekeping salju yang jatuh di dahan, maka bilahal-hal kecil, sederhana dan hampir terlupakandalam kehidupan keluarga, terutama relasiorangtua dan anak ini sungguh-sungguhdiabaikan, maka perlahan-lahan keluarga akanberjalan menuju jurang kehancuran.

Barangkali itu salah satu manfaat membacabuku yang ringan ini. Buku ini bukan hanyaringan secara fisik (250 gr), namun juga dalampemaparan dan penggunaan bahasanya.Sehingga setiap orangtua bisa dengan mudahmemahaminya. Tidak ada istilah-istilah ilmiahyang rumit dan sulit. Hal-hal yang dibahasdalam buku ini bukanlah hal-hal besar danistimewa, tidak juga bernuansa keilmuan, atausarat teori-teori psikologis, pedagogis, apalagifilsafatis. Buku ini buku yang sederhana. Bukanhanya tampilannya, bahkan isi dan muatan-nyapun juga mengupas hal-hal sederhana, kecil,hingga hampir tak terlihat atau diperhatikan.

Bila dibandingkan dengan buku lain, buku

yang digolongkan sebagai buku parenting ini,sangat jauh berbeda. Perbedaan utama terletakpada cara bertuturnya. Melly Kiong menggu-nakan metode bercerita untuk menuangkangagasannya tentang menjadi orangtua(parenthood). Kisah-kisah yang dituturkannyadituliskan dalam gaya dialogis dan di setiapakhir kisah dituliskan Pesan Hidup, sebagaihasil refleksi dari pembelajaran yang dialami-nya ketika “berguru” dengan anak-anaknya.Perbedaan berikutnya adalah, Melly Kiongmemungkinkan setiap orang yang membaca ikut“belajar’ tanpa merasa sedang “sekolah”. Sebabdi dalam bukunya tidak ada rumusan teori dariorang-orang hebat bergelar banyak. Dalambukunya hanya ada orang hebat berhati beningdan berpikiran murni (anak-anak) yang menya-jikan pengajarannya dalam bentuk sederhanadan menyangkut masalah kegiatan hidupsehari-hari yang luput dari pandangan mataorang dewasa. Perbedaan yang lain lagi adalah,dalam buku ini Melly Kiong sama sekali tidakmembuat para orangtua merasa terlihat bodoh,(karena tidak ada istilah yang sulit dipahami),merasa bersalah (karena kesalahan-kesalahandi masa lalu yang dibuat orangtua terhadapanaknya) ataupun “tersinggung” (karena anak-anak menyentuh harga diri orangtua yangdiletakkan terlalu tinggi). Melly Kiong hanyamenuliskan pelajaran yang diperolehnya darirelasi dengan anak-anaknya, bukan memaksa-kan kesimpulan yang diambilnya untukditerapkan oleh pembacanya. Para pembacanyabebas merefleksikan sendiri kisah yangdisajikan, sesuai dengan konteks hidupnyamasing-masing.

Melly Kiong menceritakan pengalamannya“berguru” pada anak-anaknya. Nampak jelasdari kisah yang disampaikannya bagaimanacerdasnya sang guru kecil mengajar “muridnya”tentang nilai-nilai penting dalam relasi dengansesama manusia. Namun demikian, buku initidak memfokuskan pada “kecerdasan” gurukecil itu. Melly Kiong membuka mata dan pikiranpara orangtua dan orang dewasa (yang membacabuku ini) tentang berbagai hal-hal kecil yangluput dari perhatian para orang dewasa(termasuk orangtua). Mengapa dikatakan luputdari perhatian, sebab orangtua (atau orangdewasa) biasanya bersikap “sok tahu” tentang

Page 123: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

116 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Resensi buku: Guru-Guru Kecil Melly Kiong

banyak hal sehingga mengabaikan sudutpandang yang lain yang ditawarkan anak-anak.

Contoh : Kisah yang diceritakan padahalaman 27, tentang “Menjaga Perasaan Kam-bing”. Bagi orang dewasa, sikap anak-anak yangmemprotes pemilihan kata “diusir” untukkambing bisa dinilai berlebihan. Sebab kata“diusir” yang dipakai untuk kambing adalahkata yang biasa dipakai di mana-mana. Tidakpernah ada masalah sebelumnya dengan pemi-lihan kata ini. Namun dalam ulasan di akhirkisah itu, kita mempelajari hal besar yang munculdari kisah ini. Pelajaran penting lain untuk paraorangtua adalah, pemilihan kata bisa menunjuk-kan bagaimana kita menghargai perasaanmakhluk lain.

Fokus utama dari buku yang hanya terdiridari dua Bab ini ada-lah orangtua. Dibu-ka dengan tulisanBapak Daoed Joesoef(Menteri Pendidikandan KebudayaanKabinet pembangu-nan II 1978 – 1983)mengulas tentangperanan orangtua(khususnya seorangIbu) dalam meng-asuh dan mendidikanaknya. Juga pada Kata Pengantar yangmengajak para orangtua bersegera untukmembenahi dan mendidik diri sendiri agarterjadi perubahan yang baik dalam keluarga.Untuk mencapai hal itu, pada Bab 1 Melly Kiongmengajak para orangtua untuk memulainya daripembenahan diri sendiri. Terutama membenahiparadigma diri, sebagai orangtua. Semuastereotype orangtua (tahu segalanya, selalu benar,tidak mau di-complain, bisa melakukan semua)harus dibuang jauh-jauh. Sebab jika orangtuamasih memiliki hal-hal tersebut, mustahil bagiorangtua untuk menerima “pengajaran”sederhana yang disampaikan para guru kecil(anak-anak di rumah) itu.

Contoh : Kisah yang diceritakan di halaman39 tentang “Memilih Teman.” Sangat seringorang tua memakai pengalaman dan pengetahu-annya untuk memilihkan teman bagi anaknya,namun jarang merenungkan sejenak mengapa

anaknya memilih berteman dengan orang yangtidak termasuk dalam daftar teman pilihanorangtua. Pelajaran penting bagi para orangtuaadalah bukan sekedar memberikan kebebasanpada anak memilih temannya, namun mencobalebih rendah hati mendengarkan pertimbangandan alasan anak memilih temannya.

Bab 2 dari buku ini berisi 28 kisah sehari-hari yang dihiasi dengan ilustrasi komik. Komikdengan empat frame ini menceritakan tentangdialog yang terjadi pada masa pembelajaranyang terjadi antara Melly Kiong dan anak-anaknya. Komik tersebut bukan hanya membuattampilan buku ini menjadi unik, tetapi juga mem-buat buku ini menjadi buku yang “bersahabat”,dan ringan. Jauh dari kesan buku “pelajaranyang berbobot.” Di samping itu juga memu-

dahkan pembacamemahami apa yangsedang dibahas,meskipun tidaksemua kisah adakomiknya. Penem-patan beberapa ko-mik yang diletakkansesudah “pesan Hi-dup” yang kerap ber-beda halaman, lebihdisebabkan olehalasan lay out hala-

man buku (hal 21, 23, 26, 29, 47, 50, 53, dan 56)membuat pembaca perlu melihat lagi judul kisahyang dikomikkan, untuk lebih memahamiapakah komik yang sedang dibaca adalah komikkisah sebelumnya atau untuk kisah selanjutnya.Barangkali agar dapat lebih konsisten dalamtampilan dan semakin menonjolkan keunikan,setiap kisah disertai ilustrasi komik (meskipuntidak disertai dialognya).

Meskipun ada beberapa kisah pendek yangnampaknya tidak mengandung makna, dandijelaskan dalam komiknya (hal. 22 dan 23). Adajuga yang tidak diberi penjelasan melalui komik(cerita no 15, hal. 46), namun hal itu tidak meng-urangi nilai dan makna penting dari buku ini.

Kalau dapat dikatakan sebagai kekurangandari buku ini, hanyalah karena buku ini kurang“lengkap” dalam membahas dan merefleksikansemua masalah dalam keluarga, terutama yangberkaitan dengan arogansi orangtua. Para guru

Pelajaran penting bagi paraorangtua adalah bukan sekedar

memberikan kebebasan padaanak memilih temannya, namun

mencoba lebih rendah hatimendengarkan pertimbangan

dan alasan anak memilihtemannya.

Page 124: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

117Jurnal Pendidikan Penabur - No. 20/Tahun ke-12/Juni 2013

Resensi buku: Guru-Guru Kecil Melly Kiong

kecil yang diceritakan dalam buku ini memangtidak pernah berhadapan dengan “murid” yangmbalelo, ndableg, atau arogan. Padahal dalamkenyataan hidup sehari-hari, ada banyak sekaliorangtua yang masih mengidap penyakit “tahudan bisa segalanya”. Apalagi mereka yang tum-buh dan dewasa dalam pola asuh budaya pater-nalistik, di mana orangtua adalah sumber segalasumber hokum dalam keluarga. Mungkinmemang karena buku ini tidak dimaksudkanuntuk “mengajar” para orangtua, melainkansekedar mengajak para orangtua untuk maubelajar dari guru kecil yang mereka miliki dirumah masing-masing. Meluangkan waktusejenak untuk mendengarkan dan memahami“kebijaksaan” sederhana yang lahir dari kejerni-han hati dan kebeningan nurani seorang anak.Dengan demikian setiap keluarga adalah ruangkelas tersendiri dan unik, dan tentunya para mu-rid yang belajar dalam ruang itu memiliki karak-teristik tersendiri. Yang terpenting untuk diingatadalah bahwa Melly Kiong mengajak paraorangtua untuk belajar dari anak-anak. Sebabmuridlah yang harus belajar dari sang guru.

Bagian Penutup yang pendek dan seder-hana, malah menambah “bobot” buku ini karenamenantang para orangtua untuk mengeluarkanmodal utama setiap orangtua yang hendakmemberikan yang terbaik bagi anaknya yaitukecerdasan spiritual. Dengan mengembangkankecerdasan spiritual, maka mutu hubungan yangakhirnya akan dibangun dalam keluarga adalahhubungan yang didasarkan pada pendalamanspiritualitas. Diharapkan dari dalamnya akandapat pula menerbitkan pola perilaku terarahdan tertuntun yang bukan hanya karena sekedarmentaati norma yang berlaku di tengah masyara-kat, namun lebih kepada kesadaran akankebutuhan hidup dalam keharmonisan. MellyKiong menutup buku ini dengan keyakinanbahwa sesungguhnya anak adalah sumberkebahagiaan hidup dalam keluarga.

Pepatah lama yang mengatakan “sedikitdemi sedikit lama kelamaan menjadi bukit”memberi makna khusus dalam hal relasiantaranggota keluarga. Ketika orangtua sedikitdemi sedikit mengabaikan hal-hal kecil sarathikmat yang ditunjukkan anak-anak di rumah,maka orangtua sedang menimbun bukitpengabaian, arogansi ataupun masalah yang

berpotensi menghancurkan hubungan dalamkeluarga. Orangtua sering menganggap anaktidak tahu apa-apa. Bahkan dengan tingkat keter-gantungan yang tinggi, orangtua sering mela-kukan emotional blackmail terhadap anak hanyauntuk memantapkan status orangtua sebagaipenguasa tertinggi dalam rumah. Belum lagitingkat kepercayaan yang rendah yang diberikanorangtua terhadap anaknya. Semua ini memu-puk sedikit demi sedikit masalah yang dapatmemperbesar jurang komunikasi orangtua dananak. Semua inilah yang dapat banyak orangtua“kehilangan” anak mereka. Sebaliknya bila sejakdini orangtua mulai menimbun sedikit demisedikit pengertian, toleransi, kerendahan hatiataupun kesediaan untuk belajar dari para gurukecil di rumah, maka bukit cinta kasih, damaisejahtera dan kegembiraan dalam keluarga akanterbentuk. Anak akan dengan penuhkepercayaan menceriterakan segala sesuatuyang ia alami,yang mereka harap-kan, yangmereka inginkan. Orangtuapun dapat memaha-mi apa yang dikehendaki anak, bahkan menye-lami apa sesungguhnya yang ada di balik caramereka menghadapi masalah, menjalani hidupdalam dunia anak.

Melalui buku ini, Melly Kiong membuktikanbahwa menjadi orangtua tidak selalu benar,bukan juga orang yang tahu segalanya, apalagiorang yang paling hebat. Melly Kiong mengajakpara orangtua dengan rendah hati mendengar-kan dan belajar dari anak yang banyak memilikikejutan hikmat yang tidak dapat dilihat olehmata dewasa. Dengan demikian ia jugamendorong setiap orangtua untuk nantinyadapat membagikan kisah keberhasilan menjadimurid dari para guru kecil yang sudah Tuhananugerahkan. Berawal dari sebuah pengalamankecil yang dapat berujung keberhasilan besarbagi sebuah keluarga. Mengutip yang ditulisnyapada Kata Pengantar: “Anak hanya butuh diberisamudera luas untuk bisa terus menggapai impiannya.Kitalah yang harus bisa berlari bersama dalam satukekuatan yang dinamai “cinta”. Jika kita maumembukakan mata dan hati kita dengan alunan kasihyang harmoni, kita akan menemukan jiwa yangsenantiasa menari dengan indahnya”, kiranya bukuini akan menambah kepercayaan diri paraorangtua untuk terus belajar menerima anak-anak menjadi guru-guru kecil mereka.

Page 125: Cover dalam depan belakang - Yayasan BPK PENABURbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No20-Thn12-Juni... · target kurikulum, sistem evaluasi formatif dan sumatif memberikan

Acuan Penulisan Ilmiah

A. Persyaratan1. Belum diterbitkan/ Belum Pernah dikirim ke Media Cetak Lain.

2. Karya Asli: Dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris

B. Ragam Naskah

1. Kajian Pustaka

2. Kajian Empiris3. Kajian/ Studi Kasus4. Evaluasi5. Kajian Kebijakan6. Kajian Pengembangan7. Analisis Deskriptif/Opini8. Resensi Buku

C. Struktur Naskah

1. Judul

a. Menggambarkan Isi Naska, Singkat dan Padat

b. Tidak Spesifik/Sempit, Tidak Terlalu Umum

c. Paling panjang 14 Kata

2. Identitas Penulis

a.Nama Lengkap, Tanpa Gelar

b. Alamat e-mail Pribadi

c. Nama Institusi/Lembaga

3. Abstrak

a. Isi

i. Sifat: Informatif

ii. Latar Belakang Masalah & Masalah

iii. Tujuan

iv. Metode, Tempat & Waktu

v. Hasil & Saran

b. Panjang150 -200 kata

Dalam 1 paragraf

c. Kata-Kata KunciMinimal 3 kata

Merupakan istilah/konsep penting

d. Bahasai. Bahasa Indonesia

ii. Bahasa Inggris

4. Pendahuluan

a. Isi

i. Latar Belakang Masalah

ii. Rumusan Masalah

iii. Manfaat Penelitian

iv. Kajian Pustaka/Teori

b. Bentuki. Deskriptif

ii. Informatif

5. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

b. Tempat dan Waktu Penelitian

c. Prosedur Penelitian: sumber, teknik pengumpulan & analisis data

6. Hasil dan Pembahasan

a. Hasil/Datai. Kualitatif

ii. Kuantitatif

b. Pembahasani. Interpretasi

ii. Analisis: induktif, deduktif, komparatif

c. Implikasii. Makro/Umum

ii. Mikro/Khusus

7. Penutupa. Kesimpulan

b. Saran

8. Daftar Pustaka

a. Gaya/Style: APA

b. Jumlah referensi minimal 5

c. Dirujuk langsung dlm tulisan

d. Terbitan minimal 5 thn terakhir

D. Fisik Naskah

1. Format: A42. Huruf: Book Antique- 10 point,3. Panjang naskah: 4.000 - 10.000 kata dengan1,5 spasi4. Wujud: Soft copy dan printout