cotoh latar belakang masalah

13
CONTOH LATAR BELAKANG PROPOSAL PENGARUH PENDIDIKAN, PENGETAHUAN PERKOPERASIAN, DAN MOTIVASI BERKOPERASI TERHADAP MINAT MASYARAKAT MENJADI ANGGOTA KOPERASI DI KECAMATAN WEDARIJAKSA KABUPATEN PATI

Upload: rochmah-tri

Post on 26-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

contoh latar belakang

TRANSCRIPT

CONTOH LATAR BELAKANG PROPOSAL

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGETAHUAN PERKOPERASIAN, DAN MOTIVASI BERKOPERASI TERHADAP MINAT MASYARAKAT MENJADI ANGGOTA KOPERASI DI KECAMATAN WEDARIJAKSA KABUPATEN PATI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam amanat konstitusi UUD 1945 pasal 33, dijelaskan bahwa koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang dapat mendukung pembangunan ekonomi. Melalui koperasi, diharapkan mampu mengembangkan potensi ekonomi rakyat berdasar atas asas kekeluargaan. Sesuai dengan pendapat Sembiring (2007:12) bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Kartasapoetra dkk.(2001:1) mendefinisikan bahwa koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi dengan menempuh jalan yang tepat dan mantap dengan tujuan membebaskan diri para anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka. Penjelasan tersebut memandang koperasi sebagai badan usaha yang memberi bantuan pada anggota, dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi. Namun badan usaha koperasi juga berorientasi pada kegiatan sosial, seperti menyisihkan dana sosial dari keuntungan yang diperoleh. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudarsono (2005:1) yang menyatakan, kerjasama dalam bentuk koperasi mengarah ke dua muara yaitu sebagai kerjasama sosial dan sebagai kerjasama ekonomi.

Adanya dukungan dari pemerintah, membuktikan bahwa kedudukan koperasi di Indonesia sangat penting dalam menumbuh kembangkan potensi ekonomi rakyat, serta dalam mewujudkan kehidupan demokratis ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokrasi, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan. Maka dukungan tersebut, diharapkan mampu menjamin kelangsungan usaha koperasi-koperasi yang ada di Indonesia. Pemerintah melalui departemen koperasi bisa mewujudkan dukungan secara nyata pada koperasi. Baik dalam permodalan, manajemen, serta pendidikan untuk mendukung koperasi berkembang lebih baik.

Berkembang tidaknya sebuah koperasi dapat dilihat dari sisi anggotanya. Seberapa besar jumlah anggota yang masuk, serta keaktifan anggota dalam berpartisipasi. Masyarakat sebagai pelaku pembangunan, diharapkan ikut berpartisipasi dalam memajukan koperasi. Partisipasi tersebut dapat dilihat dari adanya minat masyarakat untuk menjadi anggota koperasi. Melalui koperasi, masyarakat yang menjadi anggota akan memperoleh beberapa manfaat terutama dalam bidang ekonomi. Sejalan dengan pendapat Sumarsono (2003:6) bahwa tujuan utama koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya.

Menurut Damanik (1986:82) salah satu syarat utama untuk menjadi anggota koperasi haruslah orang yang dewasa dan mampu melakukan tindakan hukum. Ini berarti bahwa anak-anak di bawah umur tidak dapat diterima menjadi anggota, dan pula tidak dapat mendirikan koperasi dikalangan mereka sendiri. Sedangkan menurut Daljoeni (dalam Meilani Ismulyati 2002:8) usia produktif penuh seseorang berumur antara 20-54. Karena umur seseorang berpengaruh terhadap prodiktifitas dan partisipasinya dalam organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang bisa menjadi anggota koperasi haruslah orang yang sudah dewasa dan produktif, dimana usia produktif seseorang berkisar antara umur 20-54 tahun.

Masyarakat dapat mengakui peranan koperasi apabila ada kesesuaian pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu kesesuaian tujuan koperasi dengan tujuan masyarakat dalam lapangan ekonomi. Kedua adalah kebiasaan masyarakat dalam hal mengadakan transaksi dan berusaha, serta adat masyarakatnya. Ketiga adalah citra koperasi pada masyarakat yang bersangkutan (Sumarsono 2003:10-12). Artinya jika pelaksanaan usaha koperasi sudah sesuai dengan kebiasaan masyarakat, maka mereka dapat berpartisipasi dalam koperasi. Selanjutnya citra koperasi yang baik dimata masyarakat maka akan mendapatkan dukungan penuh.

Minat masanyarakat untuk menjadi anggota koperasi dipengaruhi oleh pendidikan yang diperolehnya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggungjawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Munib dkk.2007:34). Dengan pendidikan seseorang mampu untuk menjadi manusia dengan pola pikir yang lebih maju dan peka terhadap lingkungannya.

Pendidikan membuat seseorang berpikir lebih rasional dan sistematis, dalam memecahkan masalah atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Terutama dalam memahami apa yang diamanatkan dalam Undang-Undang tentang perkoperasian, serta memahami prinsip-prinsip kerja dan tujuan koperasi yang merupakan salah satu sarana peningkatan taraf hidup masyarakat. Semakin tinggi pendidikan yang diperoleh maka akan membuat cara berpikir lebih maju, sehingga dapat mendorong masyarakat untuk ikut berperan dalam pengembangan koperasi melalui masuk menjadi anggota koperasi.

Faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan koperasi Indonesia adalah tingkat kecerdasan masyarakat yang masih rendah (Sukamdiyo 1996:32). Dimana kecerdasan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Kurangnya pendidikan yang diperoleh masyarakat terutama tentang pendidikan koperasi membuat rendahnya minat masyarakat untuk menjadi anggota koperasi.

Pengetahuan perkoperasian juga dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk menjadi anggota koperasi. Menurut Sitio Tamba (2001:30) keberhasilan koperasi sangat erat hubungannya dengan partisipasi aktif anggota. Seorang anggota akan mau berpartisipasi, jika yang bersangkutan mengetahui tujuan organisasi, manfaat terhadap dirinya, dan cara organisasi tersebut dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu keputusan seseorang untuk masuk menjadi anggota harus didasarkan pada pengetahuan yang memadai tentang manfaat koperasi.

Selain pendidikan dan pengetahuan perkoperasian, faktor intern yang mempengaruhi seseorang masuk menjadi anggota koperasi salah satunya adalah motivasi. Uno (2008:1) menyatakan bahwa motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Maka perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Dimana motivasi tersebut timbul karena adanya kebutuhan dari seseorang yang ingin dipenuhi, dan melalui koperasi sebagai salah satu usaha untuk memenuhinya. Seseorang yang memiliki motivasi berkoperasi akan semakin yakin untuk masuk menjadi anggota koperasi.

Kecamatan Wedarijaksa merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Pati. Memiliki jumlah penduduk sebesar 58.270 jiwa, penduduk usia produktif sebanyak 30.327 jiwa dengan rincian seperti pada tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Usia Produktif Di Kecamatan Wedarijaksa

DESAUSIA DESAUSIA

PRODUKTIF

20-54PRODUKTIF

20-54

Bumiayu2.087Jontro1.380

Margorejo1,170Panggungroyom2.117

Sukoharjo2.710Suwaduk1.688

Tawangharjo1.314Wedarijaksa3.690

Ngurensiti1.697Pagerharjo2.009

Bangsalrejo1.058Jatimulyo1.138

Tluwuk1.254Jetak1.178

Sidoharjo1.013Kepoh1.165

Ngurenrejo1.563Tlogoharum2.141

Jumlah13.866Jumlah16.506

Jumlah Total30.372

Sumber: BPS Kab. Pati diolah

Sebagian besar penduduk kecamatan Wedarijaksa berprofesi sebagai petani dengan komoditas utama padi, tebu, palawija dan tanaman buah. Selain itu tidak sedikit pula yang berprofesi dibidang niaga, industri rumah tangga, dan pelayanan jasa. Dalam bidang ekonomi, masyarakat kecamatan Wedarijaksa memiliki 6 buah pasar tradisional yang salah satunya terletak di pusat kecamatan.

Dari observasi awal yang dilakukan di Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Pati pada tanggal 6 Januari 2010, diperoleh data dari 30.372 orang yang berhak menjadi anggota koperasi, hanya 14.621 orang tercatat sebagai anggota koperasi di Kecamatan Wedarijaksa. Mengingat koperasi diharapkan sebagai soko guru ekonomi rakyat, mestinya penduduk usia tersebut menjadi anggota koperasi. Maka permasalahan ini perlu diteliti.

Faktor yang berpengaruh terhadap minat menjadi anggota koperasi disebabkan oleh pendidikan yang diperoleh, terutama pendidikan tentang perkoperasian. Dari data yang diperoleh di kantor Kecamatan Wedarijaksa pada tanggal 7 Januari 2010 masyarakat yang lulus SD sebanyak 18.291 orang, lulus SLTP sebanyak 9.252 orang, lulus SLTA sebanyak 6.875, dan lulus S1/ Akademi sebanyak 800 orang. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendidikan masyarakat di Kecamatan Wedarijaksa tergolong rendah.

Keputusan seseorang untuk masuk menjadi anggota harus didasarkan pada pengetahuan yang memadai tentang manfaat koperasi. Dengan pengetahuan perkoperasian maka masyarakat akan mengetahui tentang segala sesuatu mengenai perkoperasian sehingga berminat untuk menjadi anggota koperasi. Pengetahuan perkoperasian masyarakat di kecamatan Wedarijaksa masih rendah. Dari hasil wawancara dengan masyarakat Kecamatan Wedarijaksa menyatakan bahwa koperasi merupakan tempat untuk meminjam uang yang pengembaliannya dapat diangsur, mengenai bentuk badan usaha koperasi, tujuan dan manfaat koperasi masyarakat kurang tahu.

Selain pendidikan dan pengetahuan perkoperasian, motivasi berkoperasi masyarakat juga masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan (Sugihartono 8-01-2010) menyatakan jika menjadi anggota koperasi tidak dapat mendukung kelancaran usahanya, karena harus membayar sejumlah simpanan untuk menjadi anggotanya, dan jika para pengurusnya tidak mampu mengelola koperasi bisa rugi sehingga bisa berakibat pada keuangan anggotanya.

Penelitian yang dilakukan oleh Slamet Subandi membahas tentang kedudukan dan kiprah koperasi. Keberadaan koperasi belum juga mampu berkembang dengan baik, serta belum mampu berkembang sejajar dengan badan usaha lain. Salah satu masalah yang menarik adalah azas one man one fote yang menjadi slogan koperasi belum menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk masuk menjadi anggota koperasi. Alternatif yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah pemurnian kelembagaan koperasi. salah satunya dapat dilakukan dengan memperbaiki dan melengkapi aturan perundang-undangan. Kedua adalah alternatif revitalisasi usaha dan penguatan pembiayaan koperasi dapat dilakukan melalui mengkaji secara cermat bidang usaha yang mempunyai keunggulan komparatif yang tepat untuk diusahakan oleh koperasi dan sesuai dengan usaha anggotanya sebagai fokus pengembangan usaha koperasi.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas maka diadakan penelitian dengan tema minat berkoperasi masyarakat kecamatan Wedarijaksa. Dan judul yang diangkat adalah Pengaruh Pendidikan, Pengetahuan Perkoperasian, Dan Motivasi Berkoperasi Terhadap Minat Masyarakat Menjadi Anggota Koperasi Di Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati.

1.2 RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti akan membatasi masalah yang akan dibahas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pendidikan, pengetahuan perkoperasian, motivasi berkoperasi, dan minat masyarakat menjadi anggota koperasi di Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati?

2. Adakah pengaruh pendidikan, pengetahuan perkoperasian, dan motivasi berkoperasi terhadap minat masyarakat menjadi anggota koperasi di Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati baik secara parsial maupun simultan?

3. Seberapa besar pengaruh pendidikan, pengetahuan perkoperasian, dan motivasi berkoperasi terhadap minat masyarakat menjadi anggota koperasi di Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati baik secara parsial maupun simultan?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti atas hasil penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui deskripsi pendidikan, pengetahuan perkoperasian, motivasi berkoperasi, dan minat masyarakat menjadi anggota koperasi di Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati.2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan, pengetahuan perkoperasian, dan motivasi berkoperasi terhadap minat masyarakat menjadi anggota koperasi di Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati baik secara parsial maupun simultan.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan, pengetahuan perkoperasian, dan motivasi berkoperasi terhadap minat masyarakat menjadi anggota koperasi di Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati baik secara parsial maupun simultan.1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian meliputi manfaat secara praktis dan manfaat secara teoritis:

1. Manfaat Teoritis

a. Dari segi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan tentang pendidikan, pengetahuan perkoperasian, motivasi berkoperasi, dan minat menjadi anggota koperasi.

b. Memberikan sumbangan pemikiran untuk memantapkan teori tentang perkoperasian, bagi peneliti lain dalam bidang penelitian yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan informasi mengenai minat masyarakat menjadi anggota koperasi di Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati.

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi masyarakat untuk lebih berminat dan mau menjadi anggota koperasi.