corporate social responbility dan teori legitimasi

38
Corporate Social Respondsibility Sebagai Pelaporan Sukarela Perusahaan BAB I I.I Latar Belakang Selama beberapa decade terakhir pembahasan mengenai isu akuntansi bergerak ke arah pelaporan keuangan.Pelaporan keuangan yang berbentuk single bottom line yang hanya melaporkan laba sebagai ukuran kinerja perusahaan dipandang belum cukup memberikan informasi mengenai keberlanjutan pembangunan perusahaan.Bottom Line yang memberikan informasi berupa laba hanya memberikan informasi kinerja ekonomi perusahaan saja,sedangkan aspek social dan lingkungan tidak diperhatikan,padahal kedua elemen tersebut merupakan ukuran kinerja yang penting untuk menilai keberlanjutan pembangunan perusahaan.Ketiga elemen tersebut kemudian didefinisikan sebagai triple bottom line reporting. Eklington (1997) mendefinisikan triple bottom line reporting ini sebagai pelaporan yang menyediakan informasi mengenai kinerja

Upload: ali-farhan

Post on 05-Aug-2015

972 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

Corporate Social Respondsibility Sebagai Pelaporan Sukarela Perusahaan

BAB I

I.I Latar Belakang

Selama beberapa decade terakhir pembahasan mengenai isu akuntansi bergerak ke arah

pelaporan keuangan.Pelaporan keuangan yang berbentuk single bottom line yang hanya

melaporkan laba sebagai ukuran kinerja perusahaan dipandang belum cukup memberikan

informasi mengenai keberlanjutan pembangunan perusahaan.Bottom Line yang memberikan

informasi berupa laba hanya memberikan informasi kinerja ekonomi perusahaan saja,sedangkan

aspek social dan lingkungan tidak diperhatikan,padahal kedua elemen tersebut merupakan

ukuran kinerja yang penting untuk menilai keberlanjutan pembangunan perusahaan.Ketiga

elemen tersebut kemudian didefinisikan sebagai triple bottom line reporting.

Eklington (1997) mendefinisikan triple bottom line reporting ini sebagai pelaporan yang

menyediakan informasi mengenai kinerja ekonomi,lingkungan,dan social perusahaan.Sementara

itu menurut The World Business Council for Sustainable Development, yang mendefinisikan

triple bottom line reporting sebagai Corporate Social Respondsibility (CSR) mengartikan

bahwasanya CSR merupakan komitmen untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan

ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, komunitas setempat, dan

masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan, (Harsanti ,2011). ,Triple bottom line

reporting ini apabila diimplementasikan secara tepat akan dapat memberikan informasi yang

Page 2: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

memadai tentang seberapa baik keberlangsungan perusahaan atau seberapa baik masyarakat

dapat berjalan.

Perkembangan pelaporan kinerja ekonomi,lingkungan,dan social ini bukan tanpa masalah

karena di dalam standar akuntansi pelaporan mengenai hal ini belum diatur,kesulitan dalam

mengukur biaya social dan lingkungan yang timbul di dalam operasional bisnis perusahaan

menjadi salah satu pertimbangan.Sementara itu,kebutuhan mengenai informasi tentang kinerja

social dan lingkungan menjadi kebutuhan yang tidak dapat dielakkan.Oleh karenanya pelaporan

Corporate Social Respondsibility atau Triple Bottom Line Reporting ini menjadi bentuk

pelaporan sukarela yang dilakukan perusahaan disamping mandatory disclosure yang telah diatur

di dalam standar.

Salah satu teori yang menjelaskan mengenai voluntary disclosure atau pengungkapan

secara sukarela ini adalah teori legitimasi.Teori legitimasi,menjelaskan bahwa perusahaan secara

berlanjut memastikan bahwa mereka telah beroperasi dan bekerja di dalam norma dan aturan

yang berlaku di dalam masyarakat, (Deegan ,2004).Di dalam teori legitimasi dijelaskan bahwa

ada ‘kontrak sosial’ antara perusahaan dan masyarakat,kontrak sosial secara sederhana

didefinisikan sebagai harapan masyarakat terhadap bagaimana sebuah bisnis itu beroperasi

(Deegan,2004).Amerika pada tahun 1960 dan 1970 banyak memberikan legislasi mengenai isu-

isu social yang termasuk di dalamnya lingkungan,pegawai,kesehatan dan keamanan.Dengan

meningkatnya harapan social terhadap sebuah bisnis,maka sebuah korporasi bisnis yang berhasil

harus dapat merespon kehadiran elemen masyarakat,lingkungan dan konsekuensi lingkungan

yang lain di dalam aktivitas bisnis mereka (Heard dan Bolce,1981).Hal ini sejalan dengan

Eklington (1997) yang menginginkan bahwa pelaporan keuangan bukan hanya melaporkan

kinerja ekonomi namun juga kinerja social dan lingkungan.

Page 3: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

Pelaporan keuangan sekarang ini diharapkan mampu memberikan pelaporan yang

komprehensif mengenai kinerja ekonomi,social dan lingkungan perusahaan.Sementara itu cost

yang harus dibebankan oleh perusahaan untuk melakukan disclosure terhadap kinerja social dan

lingkungan jumlahnya material di sisi lain standar belum memberikan aturan yang jelas sebagai

pedoman bagi perusahaan untuk melakukan pengungkapan.Berdasarkan pada latar belakang ini

penulis mencoba menelaah lebih dalam bagaimana tepri legitimasi dapat menjelaskan mengenai

alasan yang mendasari perusahaan saat ini bersedia melakukan pengungkapan terhadap triple

bottom lines ini

Teori agensi menjelaskan ada konflik kepentingan antara manajer (agen) dan principal

(pemilik). Pemilik ingin mengetahui semua informasi di perusahaan termasuk aktifitas

manajemen dan sesuatu yang terkait investasi/dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan

untuk meminta pertanggungjawaban atas kinerja manajer (Hendrikson,2001:206). Untuk

menghindari hal tersebut diperlukan akuntan publik yang mengevaluasi kinerja manajer.

Paradigma akuntansi konvensional beranggapan bahwa pihak yang di utamakan dalam

pengungkapan laporan keuangan adalah stockholder. Dengan perkembangan akhir-akhir ini

banyak pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan yaitu stakeholders ( konsumen,

masyarakat, pemasok, analis keuangan, karyawan dan pemerintah). Stakeholders menyadari

adanya hal yang dapat menambah nilai suatu perusahaan. Salah satu caranya dengan melakukan

kegiataan perusahaan yang berhubungan dengan aktivitas social atau Corporate Social

Responsibility (CSR).Kegiatan CSR dapat menguntungkan agen (manajer) dan stakeholders.

Hal ini didukung dengan teori legitimasi, teori stakeholder, teori ekonomi politik. Pengungkapan

CSR berguna bagi perusahaan selain untuk nilai tambah perusahaan juga mengurangi biaya

sosial yang timbul nanti dari aktivitas perusahaan.

Page 4: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

I.II.Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah teori ekonomi-politik klasik dapat menjadi landasan bagi teori legitimasi ?

2. Bagaimanakah teori legitimasi dapat menjelaskan mengenai pelaporan corporate social

respondsibility yang dilakukan oleh perusahaan secara sukarela ?

3. Bagaimanakah stakeholder theory dapat menjelaskan mengenai corporate social

respondsibility yang dilakukan oleh perusahaan secara sukarela ?

I.III.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana teori ekonomi-politik dapat mendasari pemikiran teori legitimasi

2. Memahami bagaimana teori legitimasi dapat menjelaskan kesediaan perusahaan

melakukan pelaporan corporate social respondsibility secara sukarela.

3. Memahami bagaimana stakeholder theory dapat menjelaskan kesediaan perusahaan

melakukan pelaporan corporate social respondsibility secara sukarela.

I.IV.Kontribusi Penelitian

1. Kontibusi Teoritis

a. Memberikan pehaman yang lebih mendalam mengenai pelaporan sukarela

perusahaan.

b. Menarik serta merangsang peneliti-peneliti baru dalam bidang teori akuntansi

II.Kajian Pustaka

Page 5: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

II.I.Teori Ekonomi-Politik

Teori politik ekonomi menjelaskan tidak hanya reaksi stakeholders tetapi juga

menjelaskan laporan akuntansi dipandang sebagai dokumen sosial, politik dan ekonomi

(Chariri,2007:407). Dengan mempertimbangkan ekonomi politik, entitas akan lebih mampu

untuk kebijakan yang akan diambil berkaitan dengan isu yang berpengaruh atas kegiatan

organisasi dan informasi yang dipilih untuk diungkapkan. Teori legitimasi dan teori stakeholder

merupakan prespektif teori yang berada dalam kerangka teori ekonomi politik karena pengaruh

masyarakat luas dapat menentukan alokasi sumber keuangan. Perusahaan cenderung

menggunakan kinerja berbasis lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungkan untuk

memberikan legitimasi aktivitas perusahaan dimata masyarakat (Chariri,2007:409).

Teori ekonomi politik menjelaskan bahwa ada kekuatan konflik di dalam masyarakat

serta terjadi perbutan di dalam berbagai kelompok masyarakat (Harsanti,2001).Teori ekonomi

politik ini dibagi menjadi dua,yaitu teori ekonomi politik klasik dan teori ekonomi politik burjois

(Deegan,2004).Teori ekonomi klasik berangkat dar pemikiran Karl Marx yang menyatakan

bahwa ada kelas di dalam masyarakat yang di dalamnya terdapat kepenatingan,ketidakadilan,dan

konflik struktural (Deegan,2004).Sedangkan Teori Ekonomi Politik Burjois berpandangan bahwa

dunia ini plurar dan konflik antar kelas itu tidak ada yang ada adalah interaksi (Deegan,2004).

II.II.Teori Legitimasi

Teori legitimasi menjelaskan perusahaan melakukan kegiataan usaha dengan batasan-

batasan yang ditentukan oleh norma-norma, nilai-nilai sosial dan reaksi terhadap batasan tersebut

mendorong pentingnya perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan

(Chariri,2007:411). Teori legitimasi menjelaskan bahwa perusahaan harus dapat secara

Page 6: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

berlanjut memastikan bahwa mereka telah beroperasi dan bekerja di dalam norma dan aturan

masyarakat yang berlaku (Deegan,2004).Sementara itu Farook et al (2005) berpendapat bahwa

organisasi bertanggungjawab untuk dapat diakui di dalam masyarakat (Badjuri,2011).Teori

legitimasi berkembang dari pemikiran ekonomi-politik yang menyatakan bahwa di dalam

masyarakat ada kelas-kelas dan di dalamnya terdapat potensi konflik.

Teori legitimasi juga menyatakan adanya ‘social contract’,yaitu tuntutan atau harapan

baik secara implicit maupun eksplisit dari masyarakat terhadap organisasi tentang bagaimana

perusahaan seharusnya bersikap (Deegan,2004).Perusahaan yang tidak dapat memenuhi social

contract akan mendapatkan sanksi dari masyarakat.Untuk dapat memenuhi tuntutan social ini

perusahaan minimal harus dapat memenuhi isu-isu social di dalam masyarakat mengenai

lingkungan,pegawai,kesehatan,dan keamanan.

Weber memberikan empat alasan organisasi memperoleh legitimasi ; (1)tradisi ;

(2)pengaruh ; (3)rasionalitas nilai ;dan (4)legalitas (Harsanti,2001).Konsep legitimasi

berhubungan dengan bagaimana peran legitimasi dalam kehidupan social (Harsanti,2001).Teori

legitimasi dapat menjelaskan motif dari perusahaan melakukan pelaporan secara sukarela.

II.III. Definisi Stakeholder

Beberapa defenisi yang penting dikemukakan seperti Freeman (1984) yang

mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat memengaruhi dan atau

dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan Biset (1998) secara singkat

mendefenisikan stekeholder merupakan orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada

permasalahan. Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu sebagimana

dikemukakan Freeman (1984), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif stakeholder

Page 7: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

terhadap issu, Grimble and Wellard (1996), dari segi posisi penting dan pengaruh yang dimiliki

mereka.

Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu

stakeholder dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok ODA (1995) mengelompkkan

stakeholder kedalam yaitu stakeholder primer, sekunder dan stakeholder kunci . Sebagai

gambaran pengelompokan tersebut pada berbagai kebijakan, program, dan proyek pemerintah

(publik) dapat kemukakan kelompok stakeholder seperti berikut :

a. Stakeholder Utama (primer)

Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan kepentingan secara

langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai

penentu utama dalam proses pengambilan keputusan.

1. Masyarakat dan tokoh masyarakat : Masyarakat yang terkait dengan proyek, yakni

masyarakat yang di identifkasi akan memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak

(kehilangan tanah dan kemungkinan kehilangan mata pencaharian) dari proyek ini. Tokoh

masyarakat : Anggota masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan di wilayah itu

sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat

2. Pihak Manajer publik : lembaga/badan publik yang bertanggung jawab dalam

pengambilan dan implementasi suatu keputusan.

b. Stakeholder Pendukung (sekunder)

Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan

kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki

kepedulian (consern) dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap

Page 8: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah.

1. Lembaga(Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki tanggung jawab

langsung.

2. Lembaga pemerintah yang terkait dengan issu tetapi tidak memiliki kewenangan secara

langsung dalam pengambilan keputusan.

3. Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang bergerak di bidang yang

bersesuai dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki “concern”

(termasuk organisasi massa yang terkait).

4. Perguruan Tinggi: Kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting dalam

pengambilan keputusan pemerintah.

5. Pengusaha(Badan usaha) yang terkait.

c. Stakeholder Kunci

Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal

pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai

levelnya, legisltif, dan instansi. Misalnya, stekholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu

proyek level daerah kabupaten.

1. Pemerintah Kabupaten

2. DPR Kabupaten

3. Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan.

II.IV.Teori Stakeholder

Page 9: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi

untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholdernya

(Badjuri,2011). Teori stakeholder digunakan sebagai dasar untuk menganalisis kelompok-

kelompok yang mana perusahaan harus bertanggung jawab (Moir, 2001). Definisi stakeholder

menurut Freeman (1984) dalam Moir (2001) adalah ―setiap kelompok atau individu yang dapat

mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi.

Teori stakeholder berpendapat bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya

beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun memberikan manfaat bagi stakeholders

(Chariri,2007:409). Di dalam perusahaan adanya pihak yang diutamakan yaitu stakeholders.

Terdapat sejumlah stakeholders yang ada dimasyarakat, dengan adanya pengungkapan CSR

merupakan cara untuk mengelola hubungan organisasi dengan kelompok stakeholders yang

berbeda. Tujuan utama dari perusahaan adalah menyeimbangkan konflik antara stakeholders.

A. Corporate Social Responsibility (CSR)

1. Latar Belakang Munculnya Konsep CSR

Berkembang pesatnya dunia usaha saat ini membuat peran dunia usaha untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dan mempertimbangkan faktor lingkungan hidup

tentu saja sangat diperlukan. Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan berkembang sejalan dengan inter-relasi antara perusahaan dengan

masyarakat yang sangat ditentukan oleh dampak yang timbul dari perkembangan dan

peradaban masyarakat. Semakin tinggi tingkat peradaban masyarakat, khususnya akibat

perkembangan ilmu sehingga meningkatkan kesadaran dan perhatian lingkungan memunculkan

tuntutan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan

Page 10: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

pengetahuan, meningkatkan keterbukaan ekspektasi masa depan dan sustainabilitas

pembangunan.

Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Hadi (2011:48), menyatakan bahwa pergeseran

dampak negatif industrialisasi memicu illegitimasi masyarakat karena peningkatan

pengetahuannya. Perubahan nilai, norma dan peradaban masyarakat menuntut tanggung jawab

sosial perusahaan secara meluas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa CSR bersifat

dinamis, sesuai dengan konteks yang melingkupinya.

Batasan konsep CSR mengalami perkembangan dalam sejarah keberadaannya.

Mengingat bahwa CSR salah satunya muncul dari tuntutan stakeholder sebagai akibat bagian

dari hak yang dimiliki terganggu oleh eksistensi perusahaan. Selain ketimpangan ekonomi

antara pengusaha dengan masyarakat sekitar, kegiatan operasional perusahaan umumnya

memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan

sekitar operasi perushaan. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya konsep CSR atau

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Secara umum, CSR akan menjadi hal yang tak terpisahkan dalam usaha penciptaan

kesejahteraan oleh perusahaan yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan dan

memperkuat nilai perusahaan di mata masyarakat. Hal ini akan terasa ketika perushaan tengah

berada di masa-masa sulit akibat dilanda krisis atau pun terpaan publisitas negatif.

Penulis memahami bahwa CSR merupakan kewajiban bagi pelaku bisnis untuk dapat

menyinergikan antara kegiatan bisnis dengan tujuan dan nilai-nilai yang ada di dalam

masyarakat.

2. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Page 11: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) masih sangat banyak dan hingga saat

ini pun dimana CSR semakin populer, masih saja belum memiliki definisi atau pengertian yang

tunggal. Johnson dan Johnson (2006) dalam Hadi (2011:46) mendefinisikan Corporate Social

Responsibility is about how companies manage the business processes to produce an overall

positive impact on society. Definisi tersebut pada dasarnya berangkat dari filosofi bagaimana

cara mengelola perusahaan, baik sebagian maupun secara keseluruhan memiliki dampak yang

positif bagi perusahaan dan lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengelola

bisnis operasinya dengan menghasilkan produk yang berorientasi secara positif terhadap

masyarakat dan lingkungan.

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yang merupakan

lembaga internasional yang berdiri tahun 1955 dan beranggotakan 120 perusahaan

multinasional yang berasal dari 30 negara di dunia, lewat publikasinya “Making Good Business

Sense” mendefinisikan CSR yaitu :

Continuing commitment by business to behave ethically and contributed to economic

development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as

of the local community and society at large (Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan

satu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk

meningkatkan ekonomi, yang bersama-sama dengan peningkatan kualitas hidup bagi

karyawan berikut keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar

dan masyarakat secara lebih luas).

Di negara kita sendiri Indonesia memiliki Lingkar Studi CSR yang telah sejak lama

menggunakan definisi CSR sebagai berikut :

Page 12: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

Upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis meminimumkan dampak negatif dan

memaksimumkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam

ranah ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan

(http://csrindonesia.com).

Dari pengertian-pengertian di atas, peneliti memahami bahwa CSR adalah komitmen

perusahaan dalam bertindak secara etis dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi dan

sosial kepada seluruh stakeholder-nya serta memerhatikan lingkungan sekitar perusahaan

dengan baik agar tercapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

3. Prinsip Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)

Ranah tanggung jawab sosial (social responsibility) mengandung dimensi yang sangat

luas dan kompleks. Di samping itu, tanggung jawab sosial (social responsibility) juga

mengandung interpretasi yang sangat berbeda, terutama dikaitkan dengan kepentingan

pemangku kepentingan (stakeholder). Untuk itu, dalam rangka memudahkan pemahaman dan

penyederhanaan, banyak ahli mencoba menggarisbawahi prinsip dasar yang terkandung dalam

Corporate Social Responsibility (CSR).

Crowther David (2008) dalam Hadi (2011:59) mengurai prinsip-prinsip tanggung jawab

sosial perusahaan menjadi tiga, yaitu :

Pertama, Sustainability yang berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan

aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Kedua,

Accountability yang merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggung jawab atas

aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan

untuk membangun citra (image) dan network terhadap para pemangku kepentingan

Page 13: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

(stakeholders). Ketiga, Transparency yang merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal

yang berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi

dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan.

Kemudian Alyson Warhurst dalam Rahman (2009:15-16) mengajukan prinsip aktivitas

CSR sebagai berikut :

a. Prioritas korporat; mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat

dan penentu utama pembangunan berkelanjutan.

b. Manajemen terpadu; mengintegrasikan kebijakan, program dan praktik ke dalam suatu

kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen.

c. Proses perbaikan; secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan, program dan

kinerja sosial korporat, berdasar temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhkan

sosial.

d. Pendidikan karyawan; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta motivasi

karyawan.

e. Pengkajian; melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek

baru, dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik.

f. Produk dan jasa; mengembangkan barang dan jasa yang berdampak positif pada

lingkungan sosial.

g. Informasi publik; memberi informasi tentang segala hal yang menyangkut dengan

produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan.

h. Fasilitas dan operasi; mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang

mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial.

Page 14: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

i. Penelitian; melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial dari bahan baku,

produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha dan penelitian yang

menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif.

j. Prinsip pencegahan; segala sesuatu yang mencegah dampak sosial yang bersifat negatif.

k. Kontraktor dan pemasok; mendorong penggunaan prinsip-prinsip CSR yang dijalankan

kalangan kontraktor dan pemasok.

l. Siaga dalam menghadapi darurat.

m. Transfer best practice; berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktik bisnis

yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik.

n. Memberi sumbangan akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial.

o. Keterbukaan; menumbuhkembangkan keterbukaan segala sesuatu yang terjadi antara

pihak korporat dengan publik internal dan publik eksternalnya.

p. Pencapaian dan pelaporan; mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara

berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteris korporat.

4. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

a. Manfaat Finansial bagi Perusahaan

Menurunkan biaya operasional perusahaan

Meningkatkan volume penjualan dan pangsa pasar

Menarik calon investor

Pertumbuhan nilai saham yang signifikan

Membuat kesejahteraan karyawan lebih baik

Mencegah risiko dari dampak sosial

Mencegah risiko dari dampak alam

Page 15: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

b. Manfaat Non Finansial bagi Perusahaan

Manfaat non finansial bertendensi adanya pergerakan CSR dari suatu perusahaan yang

menghasilkan, tidak berbentuk uang tetapi berbentuk peningkatan kapasitas dan

kapabiliti perusahaan tersebut secara kualitatif dan tentu sangat menguntungkan bagi

perusahaan itu sendiri. Ini manfaat dari pelaksanaan program CSR yang bersifat non

finansial bagi perusahaan adalah “Memperkuat Reputasi Perusahaan”, yaitu :

1) Kepercayaan

Untuk suatu bangunan kepercayaan yang kokok dibutuhkan prinsip-prinsip kode

etik, transparansi, keterbukaan, proses bisnis yang beretika dan mekanisme audit.

Kemudian harus ada suplemen agar kepercayaan itu menjadi strategi berbisnis yang

berkesinambungan. Suplemen itu melibatkan proses pembentukan kepercayaan

dengan stakeholders.

2) Kredibilitas

Reputasi perusahaan akan semakin berkembang melalui kerja keras dalam menjaga

serta meningkatkan kredibilitas. Area kredibilitas tersebut mencakup kredibilitas

finansial, kredibilitas sosial, kredibilitas lingkungan. Pengetahuan dan kompetensi

serta kepemimpinan. Kunci-kunci ini yang harus dijalani perusahaan menuju proses

masif peningkatan reputasi perusahaan.

3) Tanggung Jawab

Bertanggung jawab dalam mengelola dampak negatif dari operasional perusahaan

adalah bagian sistematis yang harus dilaksanakan perusahaan tanpa syarat apa pun,

karena tanggung jawab akan dilihat sebagai suatu sikap yang sangat penting dari

penilaian dalam memperkuat reputasi perusahaan.

Page 16: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

4) Akuntabilitas

Akuntabilitas berorientasi untuk memperkuat reputasi perusahaan sebagai skema

pelaporan aktivitas CSR kepada stakeholder dan bersifat dua arah.

5) Mengelola risiko bisnis secara lebih tanggap dan terperinci

Reputasi perusahaan menyangkut stigma bahwa bagaimana risiko suatu bisnis akan

dikelola lebih tanggap, detail dan presisi.

5. Jenis-jenis Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)

Kotler dan Lee (2005) dalam Kartini (2009:63-75) menyebutkan enam kategori aktivitas

Corporate Social Responsibility, sebagai berikut :

a. Promosi Kegiatan Sosial (Cause Promotions)

Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang

dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan

sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau

perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu.

b. Pemasaran terkait Kegiatan Sosial (Cause Related Marketing)

Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan

presentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya

penjualan produk. Kegiatan ini biasanya didasarkan kepada penjualan produk tertentu,

untuk jangka waktu tertentu serta untuk aktivitas derma tertentu. Contoh kegiatan CSR

ini antara lain : menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap produk yang terjual.

c. Pemasaran Kemasyarakatan Korporat (Corporate Societal Marketing)

Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye

untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan

Page 17: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Kampanye Corporate Societal Marketing lebih banyak

terfokus untuk mendorong perubahan perilaku yang berkaitan dengan hal-hal sebagai

berikut :

Isu-isu kesehatan

Isu-isu perlindungan terhadap kecelakaan atau kerugian

Isu-isu lingkungan

Isu-isu keterlibatan masyarakat

d. Kegiatan Filantropi Perusahaan (Corporate Philanthropy)

Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk

derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk

pemberian uang secara tunai, bingkisan/paket bantuan atau pelayan secara cuma-cuma.

Contoh kegiatan ini adalah penyediaan beasiswa, pemberian produk, penggunaan fasilitas

yang dimiliki perusahaan dan lain-lain.

e. Pekerja Sosial Kemasyarakatan secara Sukarela (Community Volunteering)

Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan mendukung serta mendorong para karyawan, rekan

pedagang eceran, atau para pemegang frenchise agar menyisihkan waktu mereka secara

sukarela guna membantu organisasi-organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat

yang menjadi sasaran program.

f. Praktik Bisnis yang Memiliki Tanggung Jawab Sosial (Socially Responsible Business

Practice)

Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas

Page 18: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung

kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara

lingkungan hidup. Yang dimaksud komunitas di sini adalah shareholder, stakeholder dan

publik, baik itu publik internal maupun publik eksternal. Contoh aktivitas yang dilakukan

adalah membuat fasilitas yang memenuhi keamanan lingkungan dan keselamatan yang

ditetapkan, mengembangkan berbagai program untuk menunjang terciptanya

kesejahteraan masyarakat, dan masih banyak lagi.

III.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka,studi pustaka adalaha merupakan

metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil data atau keterangan dari buku

literatur di perpustakaan. Kelebihannya adalah memperoleh banyak sumber tanpa perlu

biaya,tenaga dan waktu.Akan tetapi dibutuhkan kepandaian peneliti untuk mencari buku yang

relevan agar dapat dipakai sebagai sumber perolehan data dalam penelitian tersebut.(

http://www.bintan-s.web.id/2011/11/metode-metode-sosiologi.html).

Page 19: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

IV.Pembahasan

IV.I Teori Ekonomi Politik dan Kaitannya dengan Teori Legitimasi

Sebagaimana penjelasan di atas Teori ekonomi politik menjelaskan bahwa ada kekuatan

konflik di dalam masyarakat serta terjadi perebutan di dalam berbagai kelompok masyarakat

(Harsanti,2001),di dalam pandangan ini laporan akuntansi adalah dokumen ekonomi,sosial,dan

politik.Akuntansi dianggap sebagai alat untuk mengkonstruksi,mempertahankan dan

melegitimasi ideologi,perjanjian ekonomi politik,dan institusi yang memberikan kontribusi

kepada kepentingan perusahaan (Deegan,2004).Sementara itu,pandangan klasik juga

berpendapat sama bahwa laporan akuntansi bertujuan untuk menjaga posisi dari pihak-pihak

yang menguasai sumber daya yang langka dan menindas posisi dari pihak-pihak yang tidak

menguasai sumber daya (Deegan,2004).

Laporan akuntansi bertujuan untuk menjaga posisi dari pihak-pihak yang menguasai

sumber daya atau perusahaan ,hal ini sejalan dengan teori legitimasi yang menyatakan bahwa

perusahaan secara kontinu berusaha untuk bertindak sesuai dengan batas-batas dan norma-norma

di dalam masyarakat,selain itu perusahaan juga harus dapat memenuhi harapan masyarakat

(Deegan,2004).Berdasarkan usaha tersebut perusahaan berharap dapat diterima di dalam

masyarakat dan mengamankan posisinya ditengah tengah masyarakat.

Teori legitimasi berangkat dari pemikiran teori ekonomi politik klasik yang beranggapan

bahwa di dalam masyarakat terdapat kelas-kelas dan memiliki potensi konflik karena

ketidakadilan dan perbedaan kepentingan.Perbedaan kepentingan dan potensi konflik lahir

karena ada perbedaan kelas di dalam masyarakat,perbedaan kelas inilah yang kemudian

menyebabkan kemampuan untuk akses terhadap informasi yang menjadi kebutuhan user

Page 20: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

berbeda.Hal inilah yang harus dapat diakomodasi perusahaan melalui laporan keuangan.Laporan

keuangan harus dapat memberikan informasi yang dapat mengakomoadasi kepentingan sebagian

besar masyarakat,sehingga potensi konflik yang ada dapat diminimalisir.

IV.II Teori Legitimasi dalam Corporate Social Responsibility

Teori legitimasi menjelaskan perusahaan melakukan kegiataan usaha dengan batasan-

batasan yang ditentukan oleh norma-norma, nilai-nilai sosial dan reaksi terhadap batasan tersebut

mendorong pentingnya perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan

(Chariri,2007:411). Perhatian perusahaan terhadap norma-norma dan nilai-nilai perusahaan

inilah yang dapat melegitimasi keberadaan perusahaan di tengah masyarakat. Melalui laporan

keuangan inilah perusahaan mendapatkan legitimasi dari masyarakat dengan memenuhi

keinginan dan kebutuhan informasi dari berbagai pihak dengan beragam kepentingannya.

Perusahaan tidak dapat melepaskan diri dengan lingkungan sosial (social setting)

sekitarnya . Berdasarkan pandangan tersebut maka sebuah perusahaan dituntut untuk melaporkan

informasi dengan berfokus pada triple bottom line yang mencakup

aspek financial, social, dan environment. Dengan dilaporkannya aspek-aspek tersebut maka

keberadaan sebuah perusahaan akan menjadi lebih dari sekedar institusi untuk memperkaya

shareholder saja tetapi lebih dari itu sebuah perusahaan akan menegaskan dirinya sebagai bagian

dari sebuah sistem sosial yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan alam, lingkungan

sosial, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Interaksi tersebut menghasilkan sebuah

konsekuensi bagi perusahaan untuk memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya

dengan berupaya mengadakan perbaikan terhadap kondisi sosial lingkungan dan meminimalisir

Page 21: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

dampak lingkungan yang dihasilkan sebagai akibat dari operasional perusahaan. Upaya-upaya

tersebut kita kenal sebagai Corporate Social Responsibility.

Teori legitimasi mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya mengurangi expectation

gap dengan masyarakat (publik) sekitar guna meningkatkan legitimasi (pengakuan)

masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan hendak menjaga reputasinya, yaitu dengan menggeser

pola orientasi (tujuan) yang semula semata-mata diukur dengan economic measurement yang

cenderung shareholder orientation, ke arah memperhitungkan faktor sosial (social factors)

sebagai wujud kepedulian dan keberpihakan terhadap masalah sosial kemasyarakatan

(stakeholder orientation). Perusahaan perlu menjaga legitimasi stakeholder serta

mendudukkannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat

mendukung dalam pencapaian tujuan perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan jaminan going

concern.

Gray et al (1995) melakukan penelitian mengenai Corporate Social Responsibility

Disclosure dengan studi longitudinal pengungkapan perusahaan Inggris terkait sosial dan

lingkungan pada rentang waktu 1979-1991. Terkait tren untuk teori legitimasi, dengan referensi

khusus untuk strategi Lindblom’s. Teori Legitimasi dapat digunakan untuk menjelaskan motivasi

perusahaan melakukan praktek pengungkapan sosial tersebut. Hal ini juga didukung oleh Lahn

yang mengatakan bahwa teori legitimasi lebih tepat untuk menjelaskan alasan pengungkapan

tanggungjawab sosial perusahaan.

Selain itu Deegan dan Rankin (1996) juga menggunakan teori legitimasi untuk

menjelaskan perubahan kebijakan pengungkapan laporan tahunan lingkungan sekitar penuntutan

lingkungan. Terbukti perusahaan dituntut mengungkapkan informasi lingkungan secara lebih

signifikan pada tahun terjadinya penuntutan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Perusahaan

Page 22: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

dituntut mengungkapkan informasi lebih dari perusahaan non-dituntut. Brown dan Deegan

(1998) menekankan peran media dalam membentuk ekspektasi masyarakat dan menunjukkan

bahwa pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dalam pelaporan semakin meningkat

menanggapi perhatian media yang negatif.

Dari beberapa studi empiris yang telah disebutkan di atas dapat kita simpulkan bahwa

begitu pentingnya legitimasi dari para stakeholder sehingga membuat perusahaan senantiasa

berupaya membuat masyarakat (stakeholder) menjadi yakin dan percaya bahwa perusahaan telah

menjalankan operasional sesuai dengan batasan-batasan dan norma-norma masyarakat dimana

mereka berada.

Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan

yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun

sesuai dengan system norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial

(Suchman, 1995). Kaitannya dengan hal itu, Richardson (1987) mengatakan bahwa akuntansi

adalah institusi yang melegitimasi dan memberikan suatu makna dimana nilai-nilai sosial

dihubungkan dengan tindakan ekonomi. Sehingga perusahaan akan berupaya keras untuk

memperoleh legitimasi dari masyarakat melalui Corporate Social Responsibility dan

pengungkapan informasi tersebut.

IV.III Teori Stakeholder dalam Corporate Social Responsibility

Teori Stakeholder membedakan antara stakeholder yang memiliki power kuat dengan

stakeholder yang memiliki power lemah atau bias dikatakan melihat para pemangku kepentingan

karena mereka akan memberikan energy , sumber daya dan informasi penting bagi

Page 23: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

perusahaan.Dalam konteks ini perusahaan akan menciptakan modal sosial di samping modal

intelektual , modal lingkungan dan modal financial. Sembiring (2005) berpendapat bahwa secara

teoretis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan. Di samping itu, perusahaan yang lebih

besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat mungkin akan

memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan

sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin luas.

Dari sisi tenaga kerja, dengan semakin banyaknya jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan,

maka tekanan pada pihak manajemen untuk memperhatikan kepentingan tenaga kerja akan

semakin besar. Program berkaitan dengan tenaga kerja yang merupakan bagian dari tanggung

jawab sosial perusahaan, akan semakin banyak dilakukan oleh perusahaan. Hal ini berarti bahwa

program tanggung jawab sosial perusahaan juga semakin banyak dan akan diungkapkan dalam

laporan tahunan.

Jadi , kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan pada pengungkapan corporate

social responsibility. Artinya, ada atau tidaknya kepemilikan manajerial tidak akan

mempengaruhi kebijakan pengungkapan corporate social responsibility.

Page 24: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

DAFTAR PUSTAKA

Deegan,Craig.2004.Financial Accounting Theory.Australia.McGraw-Hill

Rahardja,Edy,dkk.2011.Implementasii Coporate Social Responsibility Dalam

Perspektif Teori Stakeholder.Jurnal Aplikasi Manajemen vol. 9 no.2

.Semarang.Universitas Diponegoro

Indrawati,Novita.2009.Pengaruh Environmental Performance dan Political Visibility

Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam

Annual Report .Jurnal Ichsan Gorontalo.Vol.3.No.4.

Harsanti,Ponny.2011. Corporate Social Responsibility dan Teori Legitimasi . Kudus,Jawa Tengah.Universitas Muria Kudus.

A+ CSR Indonesia (2012).Corporate Social Responsibility (CSR). http://csrindonesia.com/. 18 Juni 2012

Bintan (2012). http://www.bintan-s.web.id/2011/11/metode-metode-sosiologi.html.

Suaryana,Agung.Febriyana. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Pada

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.Bali.Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

Badjuri,Achmad.2011. Faktor-Faktor Fundamental,Mekanisme Corporate Governance,Pengungkapan Corporate Social Responsibility Perusahaan Manufaktur dan Sumber Daya Alam di Indonesia.SemarangJurnal Keuangan dan Perbankan.Vol3.No.1

Chariri,Anis.Nugroho,Firman Aji.Reorika Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility :Analisis Semiotik atas Sustainbility Reporting PT.Aneka Tambang.Semarang.Universitas Diponegoro.

Safitri, A.N. 2012. Pengaruh Pengungkapan Intellectual Capital dan Pengungkapan CSR terhadap Kinerja Perusahaan. Semarang. Universitas Diponegoro

Moir,Lance.2011. What Do We Mean By Corporate Social Responsibility.Bedford. England.Cranfield University

.

Page 25: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi

R Freeman et al.2001.A Stakeholder Approach to Strategic Management.Virginia.United States.University of Virginia.

Page 26: Corporate Social Responbility Dan Teori Legitimasi