coret-coret ala komunitas pensil dan kertas - ftp.unpad.ac.id · papan iklan yang selalu setia...

1
Komunitas ini tidak hanya menampung siswa jurusan seni rupa yang hobi menggambar, tetapi juga memiliki misi besar untuk menjadikan Bandung sebagai Kota Desain. LUKIS: Anggota Komunitas Pensil dan Kertas asyik melukis di salah satu area car free day di Jalan Dago, Bandung. PAMERAN: Sejumlah orang tampak melihat pameran hasil karya Komunitas Pensil dan Kertas. Komunitas ini tidak hanya Coret-Coret Coret-Coret ala Komunitas ala Komunitas Pensil dan Kertas Pensil dan Kertas FOTO-FOTO: DOK. MARIA NOFIANTI Gerakan Bandung Kota Desain MARIA NOFIANTI L CREATIVE MOVE MARIA NOFIANTI 16 MINGGU, 11 DESEMBER 2011 BANDUNG Kota Desain. Itulah misi besar yang ingin diwujudkan Komuni- tas Pensil dan Kertas yang digawangi Tauk Haris, 26, beserta rekan-rekan- nya, para pemuda Bandung yang hobi melukis dan menggambar. “Bandung adalah salah satu kota tujuan wisata dan juga kota yang cu- kup banyak memiliki potensi seni, tapi sayang, belum mendapatkan perhatian yang besar dari pemerintah. Lagi pula kami bukannya ingin membuat hal yang heboh, tapi ingin bergerak mela- lui seni melukis yang dapat memiliki dampak untuk lingkungan, dan salah satunya adalah melalui sampah,” ung- kap Tauk, Ketua Komunitas Pensil dan Kertas pada pameran di area car free day, beberapa waktu lalu. Ya, misi besar yang diusung Komu- nitas Pensil dan Kertas ialah membantu penanggulangan masalah sampah yang hingga saat ini belum mendapatkan penyelesaian yang jelas dan nyata dari masyarakat sendiri dan juga peme- rintah. “Kebayang lah, Bandung itu salah satu tujuan wisata yang diminati orang- orang di luar Bandung, bahkan luar negeri, tapi sayangnya masalah sampah di Bandung belum bisa teratasi dengan baik,” lanjut karyawan swasta di bidang IT distro, di Bandung itu. Komunitas Pensil dan Kertas melalui lukisan berharap dapat mengkreasikan tempat sampah menjadi suatu hal yang menarik dan unik, bukan lagi suatu hal yang menjijikkan. Selain penyaluran kreativitas yang dapat membantu mengubah pandang- an masyarakat mengenai tempat sampah yang menjijikkan dan budaya membuang sampah sembarangan, komunitas Pensil dan Kertas juga terus gencar menghimpun dukungan dari masyarakat agar pemerintah bersedia merespons kepedulian mereka melalui penyediaan fasilitas tempat sampah yang saat ini masih amat kurang. “Bayangkan saja, jika di sepanjang jalan tak ada tong sampah, lantas ba- gaimana masyarakat mau membuang sampah pada tempatnya,” ujar Tauk menyinggung sepanjang Jalan Ki- aracondong yang amat jarang tersedia fasilitas tong sampah. Namun, selain mewujudkan Bandung Kota Desain dalam program tong sampah, Komunitas Pensil dan Kertas juga berharap karya-karya lukisan pe- muda Bandung tak hanya menghiasi kolong-kolong yover yang gelap. “Mungkin akan lebih indah kalau karya-karya itu menggantikan papan- papan iklan yang selalu setia menyam- but para pelancong yang hendak main ke Bandung.” Komunitas Pensil dan Kertas me- ngakui usaha mereka masih terkendala pendanaan dan fasilitas yang masih terbatas. Beberapa upaya mereka laku- kan untuk memperoleh dana, misalnya mengajukan proposal kepada peme- rintah. Namun sayang, hingga saat ini hasilnya masih nihil. Menurut Taufik, jika pemerintah ingin mengatasi masalah sampah, ada baiknya mereka mau diajak duduk bersama untuk merundingkannya. Ia pun membandingkan dengan sikap Pe- merintah Provinsi DI Yogyakarta yang kini justru memfasilitasi hal serupa bagi masyarakatnya. Terlepas dari masalah sampah yang memang masih menjadi agenda Pemer- intah Kota Bandung, Komunitas Pensil dan Kertas terus berusaha mewujudkan semangat Bandung Kota Desain melalui berbagai pergelaran perlombaan dan kelas menggambar yang ditujukan untuk anak-anak. “Karena dalam usia anak-anak inilah pola pikir seseorang terbentuk. Jadi, target pembelajaran kami ialah pada anak-anak,” ujar Arie, penanggung jawab Komunitas Pensil dan Kertas. (M-6) EBIH dari 40 gambar dengan bingkai sederhana digantung rapi di tengah-tengah pa- gar berumput hijau yang jaraknya tak jauh dari depan Jalan Ganesha, Bandung, atau persisnya di samping Rumah Sakit Boromeus. Tepat di bawah gambar-gambar itu terbentang sebuah poster bertuliskan ‘Pensil dan Kertas’. Berjejerlah beberapa remaja duduk ber- sila menghadap poster, membelakangi trotoar, menunduk, menggerakkan pensil ke sana kemari di atas lembaran kertas putih. Mereka sibuk membuat guratan-guratan indah yang sedap dipandang mata. Suasana seperti itu dapat dijumpai secara rutin, tepatnya di area car free gambar, yang otomatis media uta- manya yang kita kenal pastinya adalah pensil dan kertas,” papar Tauk me- ngenai pilihan nama komunitas yang pada awal berdirinya beranggotakan delapan orang. Mengenai keanggotaan sendiri, hingga saat ini secara administrasi komunitas Pensil dan Kertas memiliki 30 anggota yang hampir semuanya adalah laki-laki dan berasal dari ber- bagai kalangan, mulai dari anak yang masih sekolah, kuliah, sampai kerja. Adapun di antara 30 anggotanya itu, yang cukup aktif saat ini sekitar 19 orang. Komunitas Pensil dan Kertas, yang notabene berasal dari kelompok hobi dan kumpulan pertemanan, ini terus berusaha aktif dan turut serta dalam beberapa kegiatan seni dan budaya, di antaranya yang belum lama ini dilakukan ialah keikutsertaan dalam perhelatan Braga Festival dan kerja sama dengan komunitas batik di Pe- merintah Provinsi Jawa Barat. Mereka membuat batik sepanjang 10 meter. Dalam kegiatan tersebut, Komunitas Pensil dan Kertas juga memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk turut meng- gambar batik. Karya-karya Komunitas Pensil dan Kertas yang beraneka aliran juga dii- kutsertakan dalam pameran-pameran gambar dan lukisan. Tak lupa yang day yang sudah selama satu tahun lebih ini diadakan di Bandung. Salah satunya pada area car free day di Jalan Juanda atau lebih dikenal sebagai Jalan Dago. Bermula dari sekumpulan siswa jurusan seni rupa di SMK 14 Bandung yang memiliki hobi menggambar, ter- cetuslah sebuah nama Pensil Terbang. Namun, komunitas yang diresmikan pada 13 Februari 2009 ini memilih untuk mengganti namanya menjadi Pensil dan Kertas. “Tadinya Pensil Terbang. Tapi karena sudah ada yang pakai nama itu di Yogyakarta, jadi kami memilih untuk mengganti namanya menjadi Pensil dan Kertas,” tutur Tauk Haris, Ketua Komunitas Pensil dan Kertas saat ditemui di tengah acara pameran car free day, Bandung, November lalu. “Karena basic komunitas ini adalah rutin dilakukan ialah pameran saat car free day Dago, setelah dahulu awalnya mereka rutin melakukan pameran di Balai Kota. “Di car free day kita memang rutin karena di sini banyak sekali orang yang lewat dan membaur, dan otomatis lebih mudah bagi kita untuk mem- perkenalkan Komunitas Pensil dan Kertas pada khalayak. Selain itu kan di sini kita lihat banyak juga komunitas yang eksis,” ungkap Arie, salah satu penanggung jawab Komunitas Pensil dan Kertas. Dengan tema lukisan yang beragam dan kepiawaian komunitas itulah pada tahun ini salah satu karya anggota Komunitas Pensil dan Kertas, yang berbentuk komik cerita pendek, dapat lolos ke Jepang. “Ya, anggota kami kan memang ada yang punya teman dan sekolah di Korea, dan pas datang ke Bandung, dia lihat karya teman kami, dan tertarik. Jadi deh komik Pensil dan Kertas tem- bus ke Jepang,” ujar Tauk. Tak hanya itu, hingga saat ini be- berapa karya Komunitas Pensil dan Kertas juga sudah sering dilepas dengan nilai nominal berkisar Rp200 ribu-Rp300 ribu. Dalam hal lukis-melukis, selain menggunakan media dasar pensil dan kertas, mereka lebih sering meng- gunakan tinta china sebagai media pewarnaannya dan juga kombinasi teknologi Photoshop, Coreldraw, dan Webdesign yang pasti sudah dikenal dan tak asing di kalangan pecinta gambar dan desain. Kota Desain Terlepas dari itu semua, Komunitas Pensil dan Kertas memiliki misi besar untuk menjadikan Bandung sebagai Kota Desain. “Seperti kita ketahui bahwa Band- ung memang amat terkenal dengan seni desainnya. Cuma sayangnya belum mendapatkan perhatian yang berarti dari pemerintah,” ungkap Tauk, antusias. Untuk mendukung program terse- but, Komunitas Pensil dan Kertas sem- pat menggalang dukungan masyarakat melalui pengumpulan tanda tangan yang kemudian diajukan ke Pemer- intah Provinsi Jawa Barat. Namun sayang, hingga saat ini usaha itu belum mendapatkan hasil yang me- muaskan. Meski begitu, respons pemerintah tak membuat komunitas yang ber- markas di Jalan Ibrahim Adjie, Gang Haji Kurdi Nomor 111, Kiaracondong, Bandung, ini tidak patah arang karena harapan mereka untuk mewujudkan Bandung sebagai Kota Desain masih terus menggebu. Melalui karya-karya mereka, Komunitas Pensil dan Kertas terus bergerak menunjukkan eksis- tensi. (M-6) Karya : Sonia Fitri Jurusan Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati, Bandung

Upload: phamminh

Post on 04-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Coret-Coret ala Komunitas Pensil dan Kertas - ftp.unpad.ac.id · papan iklan yang selalu setia menyam- ... pun membandingkan dengan sikap Pe- ... poster bertuliskan ‘Pensil dan

Komunitas ini tidak hanya menampung siswa jurusan seni rupa

yang hobi menggambar, tetapi juga memiliki misi besar untuk menjadikan

Bandung sebagai Kota Desain.

LUKIS: Anggota Komunitas Pensil dan Kertas asyik melukis di salah satu area car free day di Jalan Dago, Bandung.

PAMERAN: Sejumlah orang tampak melihat pameran hasil karya Komunitas Pensil dan Kertas.

Komunitas ini tidak hanya

Coret-CoretCoret-Coretala Komunitas ala Komunitas

Pensil dan KertasPensil dan Kertas

FOTO-FOTO: DOK. MARIA NOFIANTI

Gerakan Bandung Kota Desain

MARIA NOFIANTI

L

CREATIVE MOVEMARIA NOFIANTI

16 MINGGU, 11 DESEMBER 2011

BANDUNG Kota Desain. Itulah misi besar yang ingin diwujudkan Komuni-tas Pensil dan Kertas yang digawangi Taufi k Haris, 26, beserta rekan-rekan-nya, para pemuda Bandung yang hobi melukis dan menggambar.

“Bandung adalah salah satu kota tujuan wisata dan juga kota yang cu-kup banyak memiliki potensi seni, tapi sayang, belum mendapatkan perhatian yang besar dari pemerintah. Lagi pula kami bukannya ingin membuat hal yang heboh, tapi ingin bergerak mela-lui seni melukis yang dapat memiliki dampak untuk lingkungan, dan salah satunya adalah melalui sampah,” ung-kap Taufi k, Ketua Komunitas Pensil dan Kertas pada pameran di area car free day, beberapa waktu lalu.

Ya, misi besar yang diusung Komu-nitas Pensil dan Kertas ialah membantu penanggulangan masalah sampah yang hingga saat ini belum mendapatkan penyelesaian yang jelas dan nyata dari

masyarakat sendiri dan juga peme-rintah.

“Kebayang lah, Bandung itu salah satu tujuan wisata yang diminati orang-orang di luar Bandung, bahkan luar negeri, tapi sayangnya masalah sampah di Bandung belum bisa teratasi dengan baik,” lanjut karyawan swasta di bidang IT distro, di Bandung itu.

Komunitas Pensil dan Kertas melalui lukisan berharap dapat mengkreasikan tempat sampah menjadi suatu hal yang menarik dan unik, bukan lagi suatu hal yang menjijikkan.

Selain penyaluran kreativitas yang dapat membantu mengubah pandang-an masyarakat mengenai tempat sampah yang menjijikkan dan budaya membuang sampah sembarangan, komunitas Pensil dan Kertas juga terus gencar menghimpun dukungan dari masyarakat agar pemerintah bersedia merespons kepedulian mereka melalui penyediaan fasilitas tempat sampah yang saat ini masih amat kurang.

“Bayangkan saja, jika di sepanjang

jalan tak ada tong sampah, lantas ba-gaimana masyarakat mau membuang sampah pada tempatnya,” ujar Taufi k menyinggung sepanjang Jalan Ki-aracondong yang amat jarang tersedia fasilitas tong sampah.

Namun, selain mewujudkan Bandung Kota Desain dalam program tong sampah, Komunitas Pensil dan Kertas juga berharap karya-karya lukisan pe-muda Bandung tak hanya menghiasi kolong-kolong fl yover yang gelap.

“Mungkin akan lebih indah kalau karya-karya itu menggantikan papan-papan iklan yang selalu setia menyam-but para pelancong yang hendak main ke Bandung.”

Komunitas Pensil dan Kertas me-ngakui usaha mereka masih terkendala pendanaan dan fasilitas yang masih terbatas. Beberapa upaya mereka laku-kan untuk memperoleh dana, misalnya mengajukan proposal kepada peme-rintah. Namun sayang, hingga saat ini hasilnya masih nihil.

Menurut Taufik, jika pemerintah ingin mengatasi masalah sampah, ada baiknya mereka mau diajak duduk bersama untuk merundingkannya. Ia pun membandingkan dengan sikap Pe-merintah Provinsi DI Yogyakarta yang kini justru memfasilitasi hal serupa bagi masyarakatnya.

Terlepas dari masalah sampah yang memang masih menjadi agenda Pemer-intah Kota Bandung, Komunitas Pensil dan Kertas terus berusaha mewujudkan semangat Bandung Kota Desain melalui berbagai pergelaran perlombaan dan kelas menggambar yang ditujukan untuk anak-anak.

“Karena dalam usia anak-anak inilah pola pikir seseorang terbentuk. Jadi, target pembelajaran kami ialah pada anak-anak,” ujar Arie, penanggung jawab Komunitas Pensil dan Kertas. (M-6)

EBIH dari 40 gambar dengan bingkai sederhana digantung

rapi di tengah-tengah pa-gar berumput hijau

yang jaraknya tak jauh dari depan Jalan

Ganesha, Bandung, atau persisnya di samping Rumah

Sakit Boromeus. Tepat di bawah gambar-gambar itu terbentang sebuah poster bertuliskan ‘Pensil dan Kertas’. Berjejerlah beberapa remaja duduk ber-sila menghadap poster, membelakangi trotoar, menunduk, menggerakkan pensil ke sana kemari di atas lembaran kertas putih. Mereka sibuk membuat guratan-guratan indah yang sedap dipandang mata.

Suasana seperti itu dapat dijumpai secara rutin, tepatnya di area car free

gambar, yang otomatis media uta-manya yang kita kenal pastinya adalah pensil dan kertas,” papar Taufi k me-ngenai pilihan nama komunitas yang pada awal berdirinya beranggotakan delapan orang.

Mengenai keanggotaan sendiri, hingga saat ini secara administrasi komunitas Pensil dan Kertas memiliki 30 anggota yang hampir semuanya adalah laki-laki dan berasal dari ber-bagai kalangan, mulai dari anak yang masih sekolah, kuliah, sampai kerja. Adapun di antara 30 anggotanya itu, yang cukup aktif saat ini sekitar 19 orang.

Komunitas Pensil dan Kertas, yang notabene berasal dari kelompok hobi dan kumpulan pertemanan, ini terus berusaha aktif dan turut serta dalam beberapa kegiatan seni dan budaya, di antaranya yang belum lama ini dilakukan ialah keikutsertaan dalam perhelatan Braga Festival dan kerja sama dengan komunitas batik di Pe-merintah Provinsi Jawa Barat.

Mereka membuat batik sepanjang 10 meter. Dalam kegiatan tersebut, Komunitas Pensil dan Kertas juga memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk turut meng-gambar batik.

Karya-karya Komunitas Pensil dan Kertas yang beraneka aliran juga dii-kutsertakan dalam pameran-pameran gambar dan lukisan. Tak lupa yang

day yang sudah selama satu tahun lebih ini diadakan di Bandung. Salah satunya pada area car free day di Jalan Juanda atau lebih dikenal sebagai Jalan Dago.

Bermula dari sekumpulan siswa jurusan seni rupa di SMK 14 Bandung yang memiliki hobi menggambar, ter-cetuslah sebuah nama Pensil Terbang. Namun, komunitas yang diresmikan pada 13 Februari 2009 ini memilih untuk mengganti namanya menjadi Pensil dan Kertas.

“Tadinya Pensil Terbang. Tapi karena sudah ada yang pakai nama itu di Yogyakarta, jadi kami memilih untuk mengganti namanya menjadi Pensil dan Kertas,” tutur Taufi k Haris, Ketua Komunitas Pensil dan Kertas saat ditemui di tengah acara pameran car free day, Bandung, November lalu.

“Karena basic komunitas ini adalah

rutin dilakukan ialah pameran saat car free day Dago, setelah dahulu awalnya mereka rutin melakukan pameran di Balai Kota.

“Di car free day kita memang rutin karena di sini banyak sekali orang yang lewat dan membaur, dan otomatis lebih mudah bagi kita untuk mem-perkenalkan Komunitas Pensil dan Kertas pada khalayak. Selain itu kan di sini kita lihat banyak juga komunitas yang eksis,” ungkap Arie, salah satu penanggung jawab Komunitas Pensil dan Kertas.

Dengan tema lukisan yang beragam dan kepiawaian komunitas itulah pada tahun ini salah satu karya anggota Komunitas Pensil dan Kertas, yang berbentuk komik cerita pendek, dapat lolos ke Jepang.

“Ya, anggota kami kan memang ada yang punya teman dan sekolah di Korea, dan pas datang ke Bandung, dia lihat karya teman kami, dan tertarik. Jadi deh komik Pensil dan Kertas tem-bus ke Jepang,” ujar Taufi k.

Tak hanya itu, hingga saat ini be-berapa karya Komunitas Pensil dan Kertas juga sudah sering dilepas dengan nilai nominal berkisar Rp200 ribu-Rp300 ribu.

Dalam hal lukis-melukis, selain menggunakan media dasar pensil dan kertas, mereka lebih sering meng-gunakan tinta china sebagai media pewarnaannya dan juga kombinasi

teknologi Photoshop, Coreldraw, dan Webdesign yang pasti sudah dikenal dan tak asing di kalangan pecinta gambar dan desain.

Kota DesainTerlepas dari itu semua, Komunitas

Pensil dan Kertas memiliki misi besar untuk menjadikan Bandung sebagai Kota Desain.

“Seperti kita ketahui bahwa Band-ung memang amat terkenal dengan seni desainnya. Cuma sayangnya belum mendapatkan perhatian yang berarti dari pemerintah,” ungkap Taufi k, antusias.

Untuk mendukung program terse-but, Komunitas Pensil dan Kertas sem-pat menggalang dukungan masyarakat melalui pengumpulan tanda tangan yang kemudian diajukan ke Pemer-intah Provinsi Jawa Barat. Namun sayang, hingga saat ini usaha itu belum mendapatkan hasil yang me-muaskan.

Meski begitu, respons pemerintah tak membuat komunitas yang ber-markas di Jalan Ibrahim Adjie, Gang Haji Kurdi Nomor 111, Kiaracondong, Bandung, ini tidak patah arang karena harapan mereka untuk mewujudkan Bandung sebagai Kota Desain masih terus menggebu. Melalui karya-karya mereka, Komunitas Pensil dan Kertas terus bergerak menunjukkan eksis-tensi. (M-6)

Karya : Sonia FitriJurusan Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati, Bandung