copy tt materi

9
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Trauma toraks terjadi hampir 50% dari seluruh kasus kecelakaan dan merupakan penyebab kematian terbesar (25%). Umumnya pada trauma toraks, trauma tumpul lebih sering terjadi dibandingkan trauma tajam. Meskipun demikian hanya 15% dari seluruh trauma toraks yang memerlukan tindakan bedah karena sebagian besar kasus (80–85%) dapat ditatalaksana dengan tindakan yang sederhana, seperti pemasangan chest tube. Trauma toraks banyak terjadi pada pengendara kendaraan bermotor roda dua akibat trauma tumpul toraks. Kelainan yang sering dijumpai yaitu fraktur iga yang hampir mencapai 50%. Selain itu penggunaan sabuk pengaman pada kendaraan roda empat atau lebih juga sebagai penyebab terjadinya trauma toraks berupa fraktur sternum. Fraktur iga baik tunggal maupun multipel juga terjadi pada orang tua dengan insidens sekitar 12%. Insidens sesungguhnya fraktur iga masih belum diketahui dan diperkirakan 50% fraktur iga tidak terdeteksi dengan foto toraks. Morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh fraktur iga dan sternum berkaitan erat dengan penyebab cedera, karena itu identifikasi bahaya yang akan mengancam jiwa merupakan hal penting. Meskipun fraktur iga cenderung tidak komplit dan tidak membutuhkan penanganan bedah, tetapi dapat menyebabkan kerusakan paru yang bermakna karena akan mempengaruhi ventilasi dan menyebabkan rasa nyeri hebat. Bagaimanapun juga mengatasi nyeri pada pasien dengan trauma toraks tidak hanya membantu meringankan keluhan tetapi juga mengurangi serta mencegah komplikasi sekunder. Trauma toraks semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Data yang akurat mengenai trauma toraks di Indonesia belum pernah diteliti. Di Bagian Bedah FKUI/RSUPNCM pada tahun 1981 didapatkan 20% dari pasien trauma mengenai trauma toraks. Di Amerika didapatkan 180.000 kematian pertahun karena trauma. 25% diantaranya karena trauma toraks langsung. Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks. Dengan adanya trauma pada toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada pasien dengan trauma. Pneumotoraks, hematotoraks, kontusio paru dan flail chest dapat meningkatkan kematian : 38%,42%,56% dan 69% (Eggiimann, 2005; Jean, 2005). 2. Rumusan Masalah - Menjelaskan Definisi, Klasifikasi Trauma Thoraks - Menjelaskan Etiologi, Patofisiologi Trauma Thoraks - Menjelaskan Pemeriksaan, Penatalaksanaan Trauma Thoraks 3. Tujuan Penulisan - Mampu menjelaskan Definisi, Klasifikasi Trauma Thoraks - Mampu menjelaskan Etiologi, Patofisiologi Trauma Thoraks - Mmampu menjelaskan Pemeriksaan, Penatalaksanaan Trauma Thoraks 1

Upload: aan-sii-diadems

Post on 03-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

q

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Trauma toraks terjadi hampir 50% dari seluruh kasus kecelakaan dan merupakan penyebab kematian terbesar (25%). Umumnya pada trauma toraks, trauma tumpul lebih sering terjadi dibandingkan trauma tajam. Meskipun demikian hanya 15% dari seluruh trauma toraks yang memerlukan tindakan bedah karena sebagian besar kasus (8085%) dapat ditatalaksana dengan tindakan yang sederhana, seperti pemasangan chest tube.

Trauma toraks banyak terjadi pada pengendara kendaraan bermotor roda dua akibat trauma tumpul toraks. Kelainan yang sering dijumpai yaitu fraktur iga yang hampir mencapai 50%. Selain itu penggunaan sabuk pengaman pada kendaraan roda empat atau lebih juga sebagai penyebab terjadinya trauma toraks berupa fraktur sternum. Fraktur iga baik tunggal maupun multipel juga terjadi pada orang tua dengan insidens sekitar 12%. Insidens sesungguhnya fraktur iga masih belum diketahui dan diperkirakan 50% fraktur iga tidak terdeteksi dengan foto toraks.

Morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh fraktur iga dan sternum berkaitan erat dengan penyebab cedera, karena itu identifikasi bahaya yang akan mengancam jiwa merupakan hal penting. Meskipun fraktur iga cenderung tidak komplit dan tidak membutuhkan penanganan bedah, tetapi dapat menyebabkan kerusakan paru yang bermakna karena akan mempengaruhi ventilasi dan menyebabkan rasa nyeri hebat. Bagaimanapun juga mengatasi nyeri pada pasien dengan trauma toraks tidak hanya membantu meringankan keluhan tetapi juga mengurangi serta mencegah komplikasi sekunder.

Trauma toraks semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Data yang akurat mengenai trauma toraks di Indonesia belum pernah diteliti. Di Bagian Bedah FKUI/RSUPNCM pada tahun 1981 didapatkan 20% dari pasien trauma mengenai trauma toraks. Di Amerika didapatkan 180.000 kematian pertahun karena trauma. 25% diantaranya karena trauma toraks langsung.

Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks. Dengan adanya trauma pada toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada pasien dengan trauma. Pneumotoraks, hematotoraks, kontusio paru dan flail chest dapat meningkatkan kematian : 38%,42%,56% dan 69% (Eggiimann, 2005; Jean, 2005).

2. Rumusan Masalah

Menjelaskan Definisi, Klasifikasi Trauma Thoraks

Menjelaskan Etiologi, Patofisiologi Trauma Thoraks

Menjelaskan Pemeriksaan, Penatalaksanaan Trauma Thoraks

3. Tujuan Penulisan

Mampu menjelaskan Definisi, Klasifikasi Trauma Thoraks

Mampu menjelaskan Etiologi, Patofisiologi Trauma Thoraks

Mmampu menjelaskan Pemeriksaan, Penatalaksanaan Trauma Thoraks

BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi

Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks dan atau organ intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam. Memahami kinematis dari trauma akan meningkatkan kemampuan deteksi dan identifikasi awal atas trauma sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan segera (Kukuh, 2002; David, 2005).

Secara anatomis rongga toraks di bagian bawah berbatasan dengan rongga abdomen yang dibatasi oleh diafragma, dan batas atas dengan bawah leher dapat diraba incisura jugularis. Otot-otot yang melapisi dinding dada yaitu: m.latissimus dorsi, m.trapezius, m.rhomboideus mayor dan minor, m.serratus anterior, dan m.intercostalis. Tulang dinding dada terdiri dari sternum, vertebra torakalis, iga dan skapula. Organ yang terletak di dalam rongga toraks : paru-paru dan jalan nafas, esofagus, jantung, pembuluh darah besar, saraf dan sistem limfatik (Kukuh, 2002).

2. Epidemiologi

Trauma toraks semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Data yang akurat mengenai trauma toraks di Indonesia belum pernah diteliti. Di Bagian Bedah FKUI/RSUPNCM pada tahun 1981 didapatkan 20% dari pasien trauma mengenai trauma toraks. Di Amerika didapatkan 180.000 kematian pertahun karena trauma. 25% diantaranya karena trauma toraks langsung.

Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks. Dengan adanya trauma pada toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada pasien dengan trauma. Pneumotoraks, hematotoraks, kontusio paru dan flail chest dapat meningkatkan kematian : 38%,42%,56% dan 69% (Eggiimann, 2005; Jean, 2005).

3. Etiologi

Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul dan trauma tajam. Penyebab trauma toraks tersering adalah oleh karena kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis tabrakan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar dan terguling. Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3, berdasarkan tingkat energinya yaitu: trauma tusuk atau tembak dengan energi rendah, berenergi sedang dengan kecepatan kurang dari 1500 kaki per detik (seperti pistol) dan trauma toraks oleh karena proyektil berenergi tinggi (senjata militer) dengan kecepatan melebihi 3000 kaki per detik. Penyebab trauma toraks yang lain oleh karena adanya tekanan yang berlebihan pada paru-paru bisa menimbulkan pecah atau pneumotoraks (seperti pada scuba) (David.A, 2005; Sjamsoehidajat, 2003).

4. Klasifikasi

Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah jantung.

Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan.

Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga dada) ; iatrogenik (pleural tap, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan positif) (FKUI, 1995).

5. Patofisiologi

Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh yang sangat mudah terkena tumbukan luka. Karena dada merupakan tempat jantung, paru dan pembuluh darah besar. Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oKsigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ

Luka dada dapat meluas dari benjolan yang relatif kecil dan goresan yang dapat mengancurkan atau terjadi trauma penetrasi. Luka dada dapat berupa penetrasi atau non penetrasi ( tumpul ). Luka dada penetrasi mungkin disebabkan oleh luka dada yang terbuka, memberi keempatan bagi udara atmosfir masuk ke dalam permukaan pleura dan mengganggua mekanisme ventilasi normal. Luka dada penetrasi dapat menjadi kerusakan serius bagi paru, kantung dan struktur thorak lain.

Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak danisinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organHipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipokasia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen kejaringan oleh karena hipivolemia( kehilangan darah ), pulmonary ventilation/perfusionmismatch ( contoh kontusio, hematoma, kolapsalveolus ) dan perubahan dalam tekanan intrat thorax ( contoh : tension pneumothorax, pneumothoraxterbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat kesadaran.Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ).

Fraktur igaMerupakan komponen dari dinding thorax yang paling sering mngalami trauma, perlukaan pada iga sering bermakna, Nyeri pada pergerakan akibat terbidainya iga terhadap dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi.Batuk yang tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan insiden atelaktasis dan pneumonia meningkat secara bermakna dan disertai timbulnya penyakit paru paru.Pneumotoraksdiakibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral dan parietal. Dislokasi fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks. Laserasi paru merupakan penyebab tersering dari pnerumotoraks akibat trauma tumpul.Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan antara kedua permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan menyebabkan kolapsnya jaringan paru.

Gangguan ventilasi-perfusi terjadi karena darah menuju paru yang kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi. Ketika pneumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan pada perkusi hipesonor. Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis. Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasanganchest tubelpada sela iga ke 4 atau ke 5, anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru. Anestesi umum atau ventilasi dengan tekanan positif tidak boleh diberikan pada penderita dengan pneumotoraks traumatik atau pada penderita yang mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatif yang tidak terduga sebelumnya, sampai dipasangchest tubeHemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks.

6. Prognosis Penyakit

1.Open Pneumothorak

Timbul karena trauma tajam, ada hubungan dengan rongga pleura sehingga paru menjadi kuncup. Seringkali terlihat sebagai luka pada dinding dada yang menghisap pada setiap inspirasi ( sucking chest wound ). Apabila luban ini lebih besar dari pada 2/3 diameter trachea, maka pada inspirasi udara lebih mudah melewati lubang dada dibandingkan melewati mulut sehingga terjadi sesak nafas yang hebat

2.Tension Pneumothorak

Adanya udara didalam cavum pleura mengakibatkan tension pneumothorak. Apabila ada mekanisme ventil karena lubang pada paru maka udara akan semakin banyak pada sisi rongga pleura, sehingga mengakibatkan :

a.Paru sebelahnya akan terekan dengan akibat sesak yang berat

b.Mediastinum akan terdorong dengan akibat timbul syok

c.Pada perkusi terdengar hipersonor pada daerah yang cedera, sedangkan

d.pada auskultasi bunyi vesikuler menurun.

3.Hematothorak masif

Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada. Ada perkusi terdengar redup, sedang vesikuler menurun pada auskultasi.

4.Flail Chest

Tulang iga patah pada 2 tempat pada lebih dari 2 iga sehingga ada satu segmen dinding dada yang tidak ikut pada pernafasan. Pada ekspirasi segmen akan menonjol keluar, pada inspirasi justru masuk kedalam yang dikenal dengan pernafasan paradoksal.

7. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :

1.Ada jejas pada thorak

2.Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi

3.Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi

4.Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek

5.Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan

6.Penurunan tekanan darah

8. Manifestasi Klinis

1.Tamponade jantung :

a.Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung.

b.Gelisah.

c.Pucat, keringat dingin.

d.Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).

e.Pekak jantung melebar.

f.Bunyi jantung melemah.

g.Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.

h.ECG terdapat low voltage seluruh lead.

i.Perikardiosentesis keluar darah (FKUI, 1995).

2.Hematotoraks :

a.Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD

b.Gangguan pernapasan (FKUI, 1995).

3.Pneumothoraks :

a.Nyeri dada mendadak dan sesak napas.

b.Gagal pernapasan dengan sianosis.

c.Kolaps sirkulasi.

d.Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.

e.Pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff, 2002).

9. Komplikasi

1.Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.

2.Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.

3.Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep jantung.

4.Pembuluh darah besar : hematothoraks.

5.Esofagus : mediastinitis.

6.Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson, 1990).

10. Pemeriksaan Diagnostik

1.Radiologi : foto thorax (AP).

2.Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.

3.Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.

4.Hemoglobin : mungkin menurun.

5.Pa Co2 kadang-kadang menurun.

6.Pa O2 normal / menurun.

7.Saturasi O2 menurun (biasanya).

8.Oraksentesis : menyatakan darah/cairan,

11. Penatalaksanaan

1.Darurat

a.Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk pengantar yang mungkin melihat kejadian. yang ditanyakan :

oWaktu kejadian

oTempat kejadian

oJenis senjata

oArah masuk keluar perlukaan

oBagaimana keadaan penderita selama dalam transportasi.

b.Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka, kalau perlu seluruhnya.

oInspeksi

-Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin tidur. Tentukan luka masuk dan keluar.

-Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi.

-Akhir dari ekspirasi.

oPalpasi

-Diraba ada/tidak krepitasi

-Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral.

-Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan

oPerkusi

-Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor.

-Aadanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor seperti garis lurus atau garis miring.

oAuskultasi

-Bising napas kanan dan kiri dan dibandingkan.

-Bising napas melemah atau tidak.

-Bising napas yang hilang atau tidak.

-Batas antara bising napas melemah atau menghilang dengan yang normal.

-Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada.Pemeriksaan tekanan darah.Kalau perlu segera pasang infus, kalau perlu s yang besar.Pemeriksan kesadaran.Pemeriksaan Sirkulasi perifer.Kalau keadaan gawat pungsi.Kalau perlu intubasi napas bantuan.Kalau keadaan gawat darurat, kalau perlu massage jantung.Kalau perlu torakotomi massage jantung internal.Kalau keadaan stabil dapat dimintakan pemeriksaan radiologik (Foto thorax AP, kalau keadaan memungkinkan).

2.Therapy

a.Chest tube / drainase udara (pneumothorax).

b.WSD (hematotoraks).

c.Pungsi.

d.Torakotomi.

e.Pemberian oksigen.

12. Gangguan Anatomi dan Fisiologi akibat Trauma Toraks

Akibat trauma daripada toraks, ada tiga komponen biomekanika yang dapat menerangkan terjadinya luka yaitu kompresi, peregangan dan stres. Kompresi terjadi ketika jaringan kulit yang terbentuk tertekan, peregangan terjadi ketika jaringan kulit terpisah dan stres merupakan tempat benturan pada jaringan kulit yang bergerak berhubungan dengan jaringan kulit yang tidak bergerak. Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma dapat ringan sampai berat tergantung besar kecilnya gaya penyebab terjadinya trauma. Kerusakan anatomi yang ringan berupa jejas pada dinding toraks, fraktur kosta simpel. Sedangkan kerusakan anatomi yang lebih berat berupa fraktur kosta multiple dengan komplikasi, pneumotoraks, hematotoraks dan kontusio paru. Trauma yang lebih berat menyebabkan perobekan pembuluh darah besar dan trauma langsung pada jantung (ATLS, 2004; Kukuh, 2002).

Akibat kerusakan anatomi dinding toraks dan organ didalamnya dapat menganggu fungsi fisiologi dari sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Gangguan sistem pernafasan dan kardiovaskuler dapat ringan sampai berat tergantung kerusakan anatominya. Gangguan faal pernafasan dapat berupa gangguan fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi dan gangguan mekanik/alat pernafasan. Salah satu penyebab kematian pada trauma toraks adalah gangguan faal jantung dan pembuluh darah (ATLS, 2004; Kukuh, 2002; David.A, 2005).

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak danisinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organHipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipokasia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen kejaringan oleh karena hipivolemia( kehilangan darah ), pulmonary ventilation/perfusionmismatch ( contoh kontusio, hematoma, kolapsalveolus ) dan perubahan dalam tekanan intrat thorax ( contoh : tension pneumothorax, pneumothoraxterbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat kesadaran.Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ).

2. Saran

Cidera dada yang memerlukantindakan darurat adalah abstruksi jalan nafas,hemotoraks besar,tamponade jantung,penemo instabil,penemo toraks desak,dada gail (flail ches,dada in stabil) penemo toraks terbuka,dan kebocoran udara trakea bronkus .semua kelainan ini menyebabkan gawat dada atau toraks akut yang analog dengan gawat perut dalam bahwa diagnosis harus di tegakkan secepat mungkin dan penanganan di lakukan segera untuk mempertahankan pernafasan,fentilasi paru,dan pendarahan. Sering tindakan di perlikan untuk menyelamatkan penderita bukan merupakan tindakan operasi seperti membebaskan jalan nafas, aspirasi rongga pleura, aspirasi rongga perikard, dan menutup sementara luka dada. Tetaapi kadang di perlukan thorakotomi darurat. Luka tembus di dada harus segara di tutup dengan jaitan yang kedap udara.

DAFTAR PUSTAKA

http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Ilmu_Bedah/Trauma%20thorax%20%5BCompatibility%20Mode%5D.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33158/4/Chapter%20II.pdf

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5340/4089

http://bppsdmk.depkes.go.id/bbpkjakarta/wp-content/uploads/2012/03/BIOMEKANIK-TRAUMA.pdf

2