coping ibu terhadap kematij~n anak diajukan kepada...

112
COPING IBU TERHADAP ANAK Diajukan kepada Fakultas Psikologi sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Disusun Oleh : Elisa Maynasari 103070028989 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M /' / //}J}; ,,,,,

Upload: vudat

Post on 29-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK

Diajukan kepada Fakultas Psikologi sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun Oleh :

Elisa Maynasari 103070028989

FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SY ARIF HIDA YATULLAH JAKARTA

1429 H / 2008 M /' -~,~'''•«,,

/ //}J}; ,,,,,

Page 2: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul COPING IBU TERHADAP KEMATIAN ANAK telah

diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Maret 2008. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Psikologi.

Jakarta, 27 Maret 2008

Sidang Munaqasyah

Pembimbing I

Nenenq Tati Sumi ti, M.Si. Psi NIP: 150238773

Anggota:

Sekretaris M£• angkap Aggota,

ah M. Si

Penguji II

Ne"0.;11~ti, M.SL Psi NIP: 1502387'73

Pembimbing II

Yufi Adriani,Jtl.Si. Psi NIP:

Page 3: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

Motto

Menjadi pribadi berbudi, berpotensi, dan selalu

di nanti

~uku adalah sebaik-baik teman,

1aka bergadanglah dengan buku,

~manilah ilmu, dan pergaulilah pengetahuan.

(DR. 'Awadh Bin Muhamrr1ad AL-Qarni)

Page 4: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

'l(u persem6ahkgn teruntuk_;,

I6u e1, <Bapa~ fi.!!Cuarga tercinta, serta

~seorang yang se{alu menyanyangi dan setia mendampingik,u.

Jfanya untaian kgta terimaftasih yang dapat ftu ucap,

semoga fi.!!Ca.ftaftu dapat mem6aCa.s jasa dan menjacfi

fi.!!6an,ggaan kg,Eian.

Page 5: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

(A). Fakultas Psikologi (8). Februari 2008 (C). Elisa Maynasari

ABSTRAK

(D). Coping lbu Terhadap Kematian Anak (E). CIX 94 Hal + 4 Lampiran (F). Allah SWT telah menciptakan manusia berpasang-pasangan untuk

dapat mengisi kekurangan masing-masing dengan cara yang halal, yaitu menikah dengan tujuan memperoleh keturunan sebagai pelengkap hidup, sebagai generasi penerus dalam keluarga, dan sebagai penawar konflik yang terjadi dalam rumah tangga. Akan tetapi, kebahagiaan itu seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada keadaan sakit yang menyebabkan kematian anak mereka.

Kematian oleh para ulama didefinisikan sebagai "ketiadaan hidup" atau "antonym dari hidup". Kehilangan salah satu anggota keluarga yang berusia muda (anak) umumnya menjadi peristiwa traumatis bagi orang tua dalam hal ini khususnya ibu. Hal inilah yang menirnbulkan reaksi emosional yang kuat (grief) pada orang yang ditinggalkan. Akan tetapi, anggota keluarga harus dapat mengatasi keadaan tersebut dengan baik, karena jika tidak, dapat menimbulkan patological grief atau gejala gangguan kejiwaan. Oleh karena itu, diperlukan sejurnlah usaha yang harus dilakukan untuk menanggulangi, menangani, mengatasi, atau berusaha dengan cara yang sebaik-baiknya menurut l<emampuan individu, meskipun merasa dirinya tertekan dan tidal< nyaman, maka secara otomatis ia akan melakukan suatu tindakan untuk menghadapinya. Hal ini sering dinamakan dengan coping, yang memiliki dua jenis srtategi yaitu pertama problem-focused coping, yang terdiri dari active coping, planning, seeking social support for Instrument reasoan, suppression of competing activities dan restraint coping. Sedangkan yang kedua yaitu emotional-focused coping terdiri dari seeking social support for emotional reason, positive reinterpretation and growth, denial dan acceptance.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana coping ibu terhadap kematian anaknya. Dengan metode kualitatif diharapkan bisa mendapatkan hasil penelitian yang mehdrullm·deogan teknik observasi dan wawancara. Sample yang diguna~an ;>~~<;inX~k.tiga orang dengan jenis kelamin perempuan. / .• . · ·• ' · · .·.

Page 6: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

Hasil penelitian yang diperoleh dari ketiga subyek menunjukan bahwa kernatian anak adalah suatu peristriwa nyata yang sulit di terirna. Sehingga dapat dilihat adanya reaksi psikologis yang rnuncul seperti; rnenyangkal, rnarah, teriak, pingsan dan sebagainya. Reaksi psikologis tersebut rnuncul karena adanya faktor yang rnernperkuat diantaranya; keadaan ekonorni yang kurang rnendukung, kematian anak karena sakit yang relative singkat, dan sebagainya. Sehingga para subyek rnernilih rnenggunakan strategi coping Problem Focused Coping dengan jenis Seeking Social Support for lnstrumenral Reason, dan strategi Emotion Focused Coping dengan jenis Denial, Possitive Reint1:irpretation and Growth, Acceptance, dan Turning to Religion.

Kesirnpulan hasil penelitian menunjukan bahwa adanya perbedaan reaksi psikologis yang dimunculkan, sehingga strategi coping yang dilakukan juga terdapat sedikit perbedaan. ·Dari penelitian yang · diperoleh, di harapkan dapat di jadikan referensi apabila terdapat kasus atau masalah yang sama.

(G). Daftar bacaan: 22 buku, 4 penelitian/skripsi, 2 website~

Page 7: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

KAT A PENGANTAR

Puji serta syukur tiada henti terucap kehadirat Allah SWf k:arena dengan

Rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat beserta salam kehadirat suri

tauladan ummat sedunia, Nabi Muhammad SAW, karena dengan segenap

perjuangannya penulis dapat menikmati nikmat keberagarnan dunia.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyarata11 Akademik

fakultas Psikologi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk

memperoleh gelar sarjana psikologi. Penulis menyadari dalam penulisan

skripsi yang berjudul "Coping lbu Terhadap Kematian Ana~:" tidak luput dari

bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis rnengucapkan terimakasih dan

penghargaan yang tulus pada seluruh pihak yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada :

1. lbu Ora. Netty Hartaty, M.si selaku Oekan Fakultas Psikologi dan lbu Ora.

Zahrotun Nihayah M. Si selaku Pembantu Oekan beserta jajarannya.

2. lbu Neneng Tati Sumiati, M.si. Psi dan lbu Yufi Adriani, M.si. Psi yang

telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam melaksanakan

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Kedua Orang tuaku lbu Aisyah dan Bapak Epin S atas cinta & kasih

sayang, untaian doa yang sungguh menjadi penyejuk hati, cucuran air

mata dan keringat yang telah diteteskan. Hanya karya sederhana ini yang

dapat puterimu berikan. Semoga dapat menjadi keberkahan puterimu

kelak menuju jalan kesuksesan, amin.

4. Keluarga besarku di Bekasi, Mba Ecih & A' Agus, Mba Erni & A' Herl, Mba

Erna & A' Abeng, A' Endang & Teh Liza, Mba Ani & A' Lall, Mba Elly & A'

Page 8: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

Lili, Mba Evi & Mas Zai, atas kasih sayang, dukungan moral maupun

material yang telah di berikan, semoga Allah membalas dengan ridho dan

keberkahan yang berlipat untuk keluarga mba & AA'. Keponakan­

keponakan tereinta, cepat besar ya sayang! semoga Allah menjadikan

kalian anak-anak yang berguna bagi orang tua, agama, nusa dan bangsa.

Saudaraku Ce' Konar, atas kesediaannya merawat penulis sewaktu di

Rumah Sakit, Een atas kesediaannya membantu meng13tik skripsi. I Love

You All.

5. Seluruh Dosen dan Akademik Fakultas Psikologi, atas semua llmu &

pelayanan administratif yang diberikan kepada penulis selama

penyelesaian kuliah di Fakultas Psikologi.

6. Pelayanan perpustakaan Fakultas Psikologi, perpustakaan utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan-perpustakaan umum

lainnya yang membatu dalam proses penulisan skripsi.

7. "AA" (Saeful Anwar) Keikhlasan, Pengertian, Kesabaran, dan

Pengorbananmu akan terukir abadi dalam sanubariku. semoga Allah

meridhoi kebersamaan kita, menuju perjalanan akhir yang pasti. Dan juga

keluarga keduaku: lbu Salbiah & Lina, sungguh keikhlas;an doa dan

dukungan kalian menjadi penyemangat penulis. Semoga Allah memberi

kemudahan untuk kita.

8. Teman-teman kelas A, Yeyen, Maya, Tika, lta, Leni, Dian, Vivi, Fuji,

Ridha, Kiki, lkhca, Kang Ramdan, Yusuf, dan semua teman-teman

angkatan 2003, yang selalu berbagi pengalaman dan saling memberi

dukungan kepada penulis. semoga perjalanan kita dilnudahkan-Nya.

9. Teman-temanku di Alisan, Teh Nita, K' Teti, K' Cece, K' Tini, K' Vicka,

Yulisa, Neng Afiah, Faiz atas persaudaraan yang diberilean.

10. Sahabat tersayang, Siti Nurjanah, Neneng Hasanah & F'uteri atas doa dan

dukungan yang di berikan. Bang Juri, atas bantuannya dalam proses

pengetikan penyusunan skipsi ini.

Page 9: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

11. Semua keluarga, teman, sahabat yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,

terima kasih.

Akhir kata penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dan bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kemajuan penulis dimasa

yang akan datang, semoga Allah berkenan membalas seluruh kebaikan dan

kemudahan yang telah diberikan. Amin Yaa Robal a/amin.

Jakarta, 27 Maret 2008

Penulis

Page 10: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

DAFTAR ISi

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... .

HALAMAN PENGESAHAN. ....... ...... .. .. ... ...... ....... .............. ......... .... ..... .. .. .. . ii

MOTTO ........................................................................................................ iii

LEMBAR PERSEMBAHAN .. .. ....................................... .... ......................... iv

ABSTRAK ..................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFT AR ISi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .. . x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFT AR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.... ... . .. ... . .. ... .. ... ... ...... .. . .. . . ........ .. .. ... 1

1.2. ldentifikasi Masalah.............................................................. 7

1.3. Perumusan dan Pembatasan Masalah ........... ............. ... .. ... 8

1.3.1 Perumuan Masalah ................................................... 8

1.3.2. Pembatasan Masalah................................................ 8

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................. 9

1.4.1 Tujuan Penelitian ................. ............ ......... .. ...... .... ..... 9

1.4.2 Manfaat Penelitian. ... .. .......... ..... .. ..... ... .. .. .. .. .. ...... ...... 9

1.5. Sistematika Penulisan .... ...... .. ....... ... .. . .. ....... .......... ..... ...... .. . 1 O

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2. 1. Deskripsi T eoritik.................................................................. 11

2.1.1. Pengertian Coping..................................................... 11

Page 11: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

2.1.2. Macarn-rnacarn Strategi Coping ..... ... .. .. ............... .. .. . 12

2.1.3. Faktor-faktor yang Mernpengaruhi Strategi Coping ... 18

2.2. Kernatian. ...... ....... ... .. ..... .... ... .... ......... ... .... .. . . ..... ...... ....... .. ... 19

2.2.1. Kernatian Ditinjau dari Sudut Pandang Agarna ......... 20

2.2.2. Kernatian Ditinjau Dari Sudut Pandang Medis ........... 22

2.2.3. Kernatian Ditijau Dari Sudut Pandan!~ Psikologi ........ 22

2.3. Grief (Reaksi Ernosional) ..................................................... 23

2.3.1. Tahapan-tahapan Grief ............................................. 25

2.3.2. Pathological Grief ...................................................... 26

2.4. Bereavement (Perasan Kehilangan) .................................... 29

2.5. Pengaruh Kernatian Anak Bagi Orang Tua .......................... 30

2.6. Nilai I Arti Anak Bagi Orang Tua .......................................... 31

2.7. Kerangka Berpikir ................................................................. 34

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jen is Penelitian ................................................................... 38

3.1.1 Metode Penelitian ...................................................... 38

3.1.2. Pendekatan Penelitian ............................................... 39

3.2. Pengarnbilan Sarnpel ........................................................... 40

3.2.1 Populasi dan Sarnpel.. ............................................... 40

3.2.2 Teknik Pengarnbilan Sarnpel. .................................... 41

3.3. Metode Pengurnpulan Data .................................................. 41

3.3.1 Wawancara ............................................................... 42

3.3.2 Observasi .................................................................. 42

3.4 lnstrurnen Pengurnpulan Data .............................................. 43

3.5 Teknik Analisa Data ............................................................. 44

3.6 Teknik Prosedur Penelitian ·····r~--,.,, ...................................... 44 I ..

l:ffD,I ,,,

Page 12: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

3.6.1. Tahapan Persiapan ................................................... 44

3.6.2. Tahapan Pelaksanaan .............................................. .

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA

4.1 Gamba ran Umum Subyek Penelitian ................................... 46

4.2 Gambaran dan Analisa Kasus .............................................. 47

4.2.1. Kasus SA ................................................................... 48

4.2.2. Kasus L ..................................................................... 61

4.2.3. Kasus Y ...................................................................... 73

4.3 Analisis Antar Kasus ............................................................ 82

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan .......................................................................... 86

5.2. Diskusi. ................................................................................. 87

5.3. Saran .................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93

LAMPI RAN

Page 13: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

DAFTAR TABEL

TABEL l-lalaman

Tabel 4.1. Gambaran Umum Subyek .................................................... 47

Tabel 4.2.1. Gambaran Reaksi Psikologis Kasus SA. .............................. 58

Tabel 4.2.2. Strategi Coping Kasus SA .................................................... 60

Tabel 4.2.3. Gambaran Reaksi Psikologis Kasus L ................................. 70

Tabel 4.2.4. Streategi Coping Kasus L. .................................................... 72

Tabel 4.2.5. Gambaran Reaksi Psikologis Kasus Y ................................. 80

Tabel 4.2.6. Strategi Coping Kasus Y ...................................................... 82

Tabel 4.3.1 Gambaran Reaksi Antar Kasus ............................................ 83

Tabel 4.3.2. Faktor yang Memperkuat Reksi Psikologis Antar Kasus ...... 84

Tabel 4.3.3 Gambaran Strategi Coping Antar Kasus .............................. 85

Page 14: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

DAFT AR LAMPI RAN

Pedoman Wawancara

Lembar Observasi

Pengantar Wawancara

Pernyataan Kesediaan

Page 15: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

1.1 Latar Belakang

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan di dunia, Allah SWT telah menciptakan laki-laki dan

perempuan untuk saling berpasangan. Dimana diantara yang saling

berpasangan itu sudah seharusnya saling rnengisi kekurangan dan kelebihan

satu sama lain dengan cinta dan sayang rnelalui ikatan dan hubungan

pernikahan yang sah menurut syariat ajaran agama Islam.

Keputusan seseorang untuk menikah dan berumah tangga bukan sekedar

ingin terus berada bersama pasangan yang dicintainya. Akan tetapi di

dalamnya juga terjadi semacarn proses kesatuan yang berkumpul dari dua

pribadi yang berbeda, untuk menghasilkan keturunan yang berkualitas

sebagai penerus keturunannya kelak, yaitu anak-anak yang shaleh dan

shalehah serta yang selalu bersyukur kepada Allah swr.

Kelahiran seorang anak merupakan tujuan hidup yang paling penting demi

melestarikan kelangsungan spesies manusia. Tanpa memcindang hal itu pun,

kita juga merasakan bahwa kelahiran anak di butuhkan demi terciptanya

keseimbangan dalam keluarga. Karena itu, rumah yang kosong dari

Page 16: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

2

keberadaan anak-anak akan menjadi hampa, mematikan jiwa, serta sepi dari

canda tawa serta kegembiraan. Anak adalah salah satu unisur kebahagiaan

lahir batini serta dunia akhirat dalam kehidupan manusia. Seperti firman Allah

dalam surat Al-Kahfi ayat: 46

Artinya: "Harta dan anak-anak ada/ah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi sa/eh adalah /ebih baik paha/anya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan".

Ayat di atas menjelaskan bahwa harta dan anak adalah perhiasan kehidupan

didunia ini, dengan demikian unsur yang menjadikan manusia merasakan

adanya kesenangan, kehormatan, dan hiburan apabila pada dirinya terdapat

harta kekayaan dan anak sekaligus. Akan tetapi, apabila hanya harta

kekayaan saja yang dimiliki, maka rasa bangga dan hiburannya kurang,

begitu pula jika hanya mendapat anak, sedang kekayaan anak tidak ada,

maka kebanggaan dan hiburan yang diperolehnya hanya sebagian saja.

Akan tetapi jika dibandingkan harta dan anak maka anak lebih besar

memberikan kebanggaan dan hiburan dari pada harta.

Nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan sehari-hari dapat di ketahui, antar

lain dari adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat orang tua

Page 17: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

3

mencurahkan kasih sayang, anak merupakan sumber kebahagiaan keluarga,

anak sering dijadikan bahan pertimbangan oleh sepasang suami isteri untuk

bercerai, kepada anak nilai-nilai dalam keluarga disosialisasikan dan harta

keluarga diwariskan dan anak juga menjadi tempat orang tua

menggantungkan harapan.

Hal tersebut sependapat dengan disertasi yang telah dilakukan oleh Sudraji

Sumapraja (1980) bahwa kehadiran seorang anak sangat loerarti dalam

keluarga. Salah satu nilai atau arti seorang anak yaitu sebagai generasi

penerus keturunan dari orang tua mereka, karena manusia mengidam­

idamkan kesinambungan hidupnya sesudah mati maka mempunyai anak

merupakan manifestasi dari pengembangan diri dari orang tua yang berarti

bahwa dengan mempuyai anak seolah-olah bahwa kehidupan orang tua akan

dilanjutkan oleh anaknya.

Bagi seorang istri, kedudukannya dalam keluarga akan terasa lebih le1ngkap

apabila dapat memberikan keturunan yang shaleh dan shalehah pada suami

dan keluarganya. Kihajar Dewantoro dalam bukunya Saal Wanita

mengatal<an bahwa fungsi wanita yang terpenting dalam keiluarga adalah

sebagai ibu. Wanita sebagai pemangl<u pertama keturunan pada pertama

kalinya berkewajiban menunaikan tugasnya yang paling mulia. Demikian

Page 18: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

4

mulianya kedudukan dan tugas seorang ibu, Kihajar Dewantoro memberi

nama seorang ibu sebagai Ratu Ke/uarga (Noto putro:1997).

Begitu pentingnya peranan seorang ibu dalam kehidupan berumah tangga,

dari mulai mengurus anak sampai pada melakukan tugas-tugas rumah, maka

Conny Semiawan dkk,. (1996) memaparkan tugas-tugas yang dilakukan oleh

seorang ibu sebagai berikut:

a. Merawat janin dalam kandungan.

b. Melahirkan anak

c. Menyusui anak

d. Memperhatikan anak

e. Mengurus anak

Kebahagiaan itupun seolah terhenti sejenak ketika mereka dihadapkan pada

keadaan sakit yang menyebabkan kematian pada anak meireka. Kematian

seorang anak bagi orang tua khususnya ibu merupakan ujian yang sangat

berat dirasakan. Dimana ia harus bertaruh antara keimanain dengan

keikhlasan atas ujian yang diberikan oleh Allah swr.

Fenomena kasus:

Seorang ibu dijogja mengalami shock ketika ia dihadapkan pada kenyataan bahwa anak keduanya tak terselamatkan karena telat dibawa berobat. Karena awalnya pihak puskesmas sebagai pertolongan pertama yang di/akukan sang ibu hanya mengatakan bahwa anaknya hanya terkena

Page 19: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

5

demam biasa. Tetapi selang tiga hari anaknya tak kunjung reda dari panas tinggi. Setelah dibawa kerumah sakit, anaknya dinyatakan positif terkena Demam Berdarah stadium darurat. Ketika ditanya seperti <tpa rasanya ditinggal pergi oleh anak sendiri, sang ibu mengatakan "Rasanya setiap melangkah, kaki selatu amblas kebumi. Seperti betjalan diatas Lumpur". Tak kuat menahan sedih dan rasa bersalah karena telat membawa anaknya berobat, ia shock dan selalu pingsan. Selain itu, ia juga jadi lebih respon jika ada anaknya yang mengeluh sakit karena trauma dan tak mau kejadian sama terulang kembali (pejalanjauh.blogspot.com).

Hal sarna terjadi di daerah Ciputat ketika; seorang ibu mengetahui anaknya tak terselamatkan akibat sakit yang tidak ia ketahui sebelumnya. Awalnya sang anak hanya mengeluh seluruh tubuhnya pegal-pegal dan minta dipijiti oleh ayahnya. Sampai akhimya ia mendapati anaknya demam tinggi. Dan ketika dibawa kerumah sakit, anaknya sudah tidak bisa diselamatkan. Anaknya mengalami Iuka dalam akibat hantaman keras pada seluruh tubuhnya. Hal itu diketahui pada saat jasad anaknya dimandikan dan dikafani seluruh badannya membiru, kepalanya bengkak dan keluar cairan berwama putih dari hidungnya. Karena ketidaktahuannya, temyata penyebab anaknya meninggal adalah setelah terkuaknya kasus anak meningga/ karena smack down di Bandung. Rizky (nama anak tersebut) temyata miminggal al<ibat perbuatan teman-temannya yang menirukan tayangan sme1ck down dengan menjatuhkan diri pada tubuhnya karena diantara teman-temannya tubuhnya yang lebih kecil. Dari kejadian yang di alami anaknya, Asrofah (nama /bu tersebut) hanya bias sedih dan menyesal karena tidak menghiraukan keluhan anak laki-lakinya tersebut (http://www.tabloidnova.com).

Kasus serupa juga terjadi pada; /bu Cut Yati di Sumatra Utara. Anaknya Riki yang saat itu berusia 4 bu/an tak terse/amatkan akibat si~kit infeksi paru-paru dan gizi buruk yang dideritanya. Selain itu, ia juga sangat menyayangkan pihak rumah sakit Haji Mina di Medan yang menolak untuk memberikan perawatan hanya karena dari keluarga tidak mampu. Hingga akhimya ada salah satu kerabat yang menyarankan untuk mengurus surat keterangan tidak mampu barulah pihak rumah sakit bersedia merawat .Riki, itupun hanya beri infus tanpa obat. Hingga akhimya kondisi yang semakin parah menyebabkan sang buah hati menghadap Sang Kuasa (httplwww.tabloidnova.com).

Page 20: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

Dari beberapa kasus yang terjadi diatas, penyebab kematian anak adalah

orang tua yang tidak merespon penyakit yang diderita anal< dengan baik, hal

tersebut dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang kurang mendukung untuk

pengobatan anak.

6

Secara psikologis, kematian anal< bagi seorang ibu tentunya sangat berat

dirasakan. Perasaan sedih dan kehilangan akibat kematian (bereavement)

memunculkan reaksi emosional yang menyertai kehilangan (grief) dan

ekspresi dari kehilangan dan emosi yang menyertainya (mourning). Akan

tetapi, dalam keadaan tertekan akibat kehilangan seseorang, patut

ditegaskan bahwa reaksi emosional yang muncul (grief) aclalah merupakan

reaksi normal. Griefbukanlah reaksi patologis yang harus disembuhkan,

sebaliknya orang yang sedang berduka harus menyelesaikan proses

griefnya. Karena kematian adalah suatu kejadian yang membutuhkan

keikhlasan yang tulus dari orang-orang yang ditinggalkan, tak heran jika hal

itu tidak dapat diatasi dengan baik akan memberikan dampak buruk bagi

lndividu yang memiliki ikatan emosional dengan almarhum/almarhumah,

seperti; marah, menyangkal, depresi, serta dapat menimbulkan gejala atau

bahkan penyakit kejiwaan. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk

menanggulangi, mengatasi, menangani, dimana individu melakukan interaksi

dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaik:an sesuatu dalam

bentuk tugas atau masalah-masalah. Hal tersebut dinama~;an dengan coping

(Bachtiar Lubis dalam Islam M.S, 2003).

Page 21: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

7

Menurut Lazarus (1989) coping dibedakan dalam dua jenis. Ada coping yang

terpusat pada masalah (Problem-Focused Coping) yaitu usaha yang

dilakukan individu untuk mencari penyelesaian dari masalah untuk

menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan masalah. Selain itu

ada juga coping terpusat pada emosi (Emotion-Focused Coping) yaitu usaha

individu mengatur emosinya untuk meenyesuaikan diri derigan dampak yang

ditimbulkan oleh kondisi yang penuh tekanan. Di samping ijtu, Carver (1998)

juga menambahkan jenis coping lain, yaitu coping maladaptif. Coping ini

adalah jenis coping yang cenderung kurang berguna atau 1:ifektif.

Dari permasalahan diatas, peneliti merasa tertarik untuk menggali lebih

dalam lagi tentang bagaimana coping ibu terhadap kematian anaknya,

bagaimana cara atau strategi coping yang dilakukan ibu, s1~rta dukungan

moral apa saja yang didapatkan dari keluarga dan lingkun~1an sekitarnya,

yang mungkin pada tiap pasangan membutuhkan coping, strategi coping, dan

dukungan moral yang sama ataupun berbeda dengan pasangan suarni isteri

yang lain pasangan suami istri yang lain.

1.2 ldentifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dikernukakan, terdapat bebeirapa masalah

yang teridentifikasi. Adapun perrnasalahan tersebut adalah:

1. Bagaimana dampak kematian anak terhadap ibu?

Page 22: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

2 Bagaimana coping yang ibu lakukan terhadap kematian anaknya?

3. Bagaimana dukungan yang ibu dapatkan baik dari keluarga maupun

lingkungan untuk menyelesaikan masalahnya?

1.3 Perumusan dan Pembatasan Masalah

1.3.1 Perumusan 11/iasalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimanakah

coping ibu terhadap kematian anak".

1.3.2 Pembatasan 11/iasalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Yang dimaksud coping disini adalah usaha untuk menanggulangi,

mengatasi, menangani, dimana individu melakukan interaksi dengan

lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan se•suatu dalam

bentuk tugas atau masalah, dan masalah yang dimaksud dalam hal ini

adalah kematian anak.

b. Kematian yang dimaksud adalah segala keadaan yang telah ditetapkan

oleh para dokter, melalui penelitian klinis, penggarisan otak listrik,

pewarnaan syaraf otak,dan pemotretan otak melalui computer, bahwa

otak telah berhenti bekerja karena sel-selnya yang kuat telah mati,

meskipun jantung amasih bekerja dan berdenyut.

8

Page 23: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

c. Subyek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak berusia 0

bulan sampai 5 tahun yang meninggal karena sakit.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan dasar pemikiran dan permasalahan penelitian yang

telah dikemukakan, maka secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana coping ibu terhadap kematian anal<nya.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara keseluruhan.

Karena itu peneliti membaginya menjadi dua yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

pengembangan teori mengenai perilaku coping secara l<husus, dan

bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya psikolog1i.

b. Manfaat Praktis.

9

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan

mengenai coping, cara atau semacam usaha yang harus dilakukan

seseorang jika mengalami kejadian atau masalah yang sama, dalam hal

ini kematian anak. Sehingga dapat mengantisipasi masalah yang dihadapi

dan memilih coping yang efektif untuk digunakan.

Page 24: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

Bab 1 Merupakan pendahuluan, meliputi latar belakan£J masalah,

perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat

panalitian, serta sistematika penulisan.

10

Bab 2 Merupakan kajian pustaka yang meliputi kajian t13ori yang terdiri

dari definisi coping, jenis-jenis coping dan strate!~i coping, definisi

kematian dari sudt pandang agama, medis, psikologi, nilai/arti anak

bagi orang tua, pengaruh kematian anak bagi ibu, bereavement

(rasa kehilangan). dan kerangka berpikir.

Bab 3 Merupakan metodologi penelitian yang mencakup pendekatan dan

metode penelitian, pengambilan sampel, teknik pengambilan

sampel, pengumpulan data, dan prosedur penelitian.

Bab 4 Merupakan hasil penelitian.

Bab 5 Merupakan kesimpulan, diskusi, dan saran.

Page 25: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

BAB2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab 2 ini akan dibahas tentang definisi coping, jenis-jenis dan stategi

coping. Selanjutnya akan dibahas pula definisi kematian dari sudut pandang

agama, medis, dan psikologi, grief, tahapan grief, pathological grief,

bereavement (rasa kehilangan), pengaruh kematian anak bagi orang tua,

nilai/arti anak bagi orang tua, dan kerangka berpikir.

2.1 Deskripsi Teoritik

2.1.1 Pengertian Coping

Coping behavior dalam kamus psikologi diartikan sebagai tingkah laku atau

tindakan penanggulangan; sembarang perbuatan dalam mana individu

melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan

menyelesaikan sesuatu tugas atau masalah (J.P. Chaplin: 1995).

Menurut Lazarus & Folkman (1989) Coping adalah usaha untuk mengubah

secara konstan aspek kognitif dan perilaku untuk mengelol1a tuntutan-tuntutan

eksternal maupun internal yang dinilai sebagai beban dan atau telah

melampui sumber daya individu.

Page 26: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

12

Bachtiar Lubis dalam Islam M.S (2003) mendefinisikan coping sebagai

sejumlah usaha untuk menanggulangi, mangatasi menangani atau berurusan

dengan cara yang sebaik,sebaiknya menurut kemampuan individu, meskipun

merasa dirinya tertekan dan merasa tidak nyaman, maka secara otomatis ia

akan melakukan suatu tindakan untuk menghadapL

Dari definisi yang telah diajukan oleh beberapa ahli di atas maka peneliti

mengambil kesimpulan bahwa coping adalah suatu proses usaha yang

dilakukan oleh individu untuk menekan atau meminimalisasikan stress dari

masalah yang sedang dihadapinya baik mental maupun perilaku untuk

memperoleh rasa aman.

2.1.2 Macam-macam Strategi Coping

Lazarus & Folkman membedakan dua jenis strategi coping, yaitu:

a. Coping terpusat pada masalah (Prob/em-Focused Coping), yaitu usaha

berupa perilaku individu untuk mengatasi masalah, teka:nan, tantangan

dengan mengubah kualitas hubungan dengan lingkungan. Dalam hal ini

individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk

menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan masalah.

b. Coping terpusat emosi (Emotion-Focused Coping), yaitu sebuah upaya

untuk mencari dan memperoleh rasa nyaman dan memperkecil tekanan

yang dirasakan individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur

Page 27: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan darnpak yang

ditimbulkan oleh kondisi atau situasi yang penuh tekanan (Lazarus &

Folkman: 1998).

13

Walaupun hampir semua stressor mendatangkan kedua jeinis coping di atas

problem-focused coping cenderung mendominasi bilamana individu merasa

bahwa ia dapat melakukan sesuatu yang konstruktif dan seicara aktif mencari

penyelesaian dari masalah. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk

memecahkan masalah atau mengubah suatu situasi yang rnenjadi sumber

stress. Coping jenis ini cenderung dipergunakan saat individu merasa

memiliki tenaga untuk mengatasi suatu situasi yang menimbulkan stress dan

merasa yakin bahwa hal tersebut dapat diubah dengan me~akukan sesuatu

yang konstruktif.

Sedangkan emotion-focused coping merupakan sesuatu yang harus

dilakukan bilama seseorang merasa bahwa stressor merupakan sesuatu

yang harus ditahan. Pada emotion-focused coping individu melibatkan usaha­

usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan

akibat yang akan ditimbulkan oleh suatu situasi atau kondisi yang penuh

tekanan.

Page 28: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

14

Selain itu, Lazarus & Folkman dalam Carver dkk (1998) .iuga menambahkan

dimensi coping yang malac:laptif, yaitu kecenderungan coping yang kurang

berguna atau efektif. Sehingga jenis coping olehnya di golongkan menjadi

tiga jenis, yaitu problem-focused coping, emotion-focus coping, dan coping

maladaptif,

1. Strategi coping problem-focused coping diantaranya:

a. Active coping, proses pengambilan langkah untuk mencoba

memindahkan atau menyiasati stressor atau mengurangi efeknya.

Pengambilan strategi coping ini dapat dikatakan bahwa seorang

individu telah menghadapi dan berusaha memecahkan secara

langsung masalah yang dihadapi.

b. Planning, yaitu memikirkan atau membuat rencana untuk menghadapi

masalah yang sedang dihadapi. Dalam menghadapi masalah, individu

tidak langsung mengambil tindakan untuk menyelesaikannya. la

cenderung membuat, merancang, man memilah-milah rencana­

rencana dan langkah-langkah yang akan ia jalankan sebagai solusi

terbaik.

c. Seeking social support for instrumental reason, untuk menghaclapi

masalah yang menekan individu mencari nasehat atau saran, bantuan

dan dukungan atau informasi dari berbagai sumber dengan demikian

ia dapat menenarik pelajaran dan pengalaman dari luar.

Page 29: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

15

d. Suppression of competing activities, yang dimaksud agar dapat

menangani masalah yang sedang dihadapinya dengan baik, individu

mengesampingkan tugas-tugas atau aktivitas lain, menghindari

gangguan dari situasi lain, dengan tujuan untuk menangani stressor.

e. Restraint coping, yang dimaksud disini adala menahan diri, menunggu

dan tidak bertindak terlalu dini, sampai ada keempatan yang tepat

unutk bertindak. Dalam penangannya terhadap masalah, coping jenis

ini dapat dianggap sebagai coping akitf, tapi dengan penundaan ini,

coping ini dianggap sebagai strategi pasif.

2. Strategi coping emotion-focussed coping meliputi:

a. Seeking social support for emotional reason, usaha mendapatkan

dukungan moral, simpati, atau pengertian orang lain dengan cara

banyak menceritakan masalah yang sedang dihadapi. Secara

konseptual, dukungan sosial ini berbeda dengan dukungan sosial

pada problem focused coping, namun pada prakteknya keduanya

sering terjadi bersamaan. Kecenderungan untuk mencari dukungan

sosial emosional ini merupakan pedang bermata dua. Di satu pihak,

tindakan tersebut nampaknya efektif. Orang-orang yang merasa tidak

aman dengan stress yang dialaminya dapat ditenangkan melalui

dukungan sosial emosional yang diterimanya. Di lain pihak, sumber­

sumber dukungan simpati biasanya lebih digunakan :sebagai tempat

untuk mengeluarkan perasaan-perasaan saja. Hal ini yang

Page 30: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

menyebabkan penggunaan dukungan sosial emosional tidak terlalu

adaptif.

16

b. Positive reinterpretation and growth, Coping ini lebih ditunjukkan untuk

menata distress emosional daripada untuk menangani stressor.

Dengan memandang kejadian-kejadian yang membuat stress sebagai

sesuatu yang positif, secara instrinsik dapat membawa seseorang

kepada problem focused coping secara aktif.

c. Denial, usaha untuk menolak kenyataan atau kejadian-kejadian yang

membuat stress (stressor).disatu sisi denial dapat bmguna untuk

menanggulang distress, sehingga dapat memudahkan seseorang

untuk mengadakan coping. Akan tetapi disatu sisi, p,enolakan yang

dilakukan justru akan memperparah masalah sehingga mempersulit

terbentuknya coping.

d. Acceptance, menerima kenyataan bahwa masalah atau kejadian­

kejadian yang membuat stress memang ada dan nyata.

e. Turning to religion, usaha individu untuk meningkatkan keterlibatannya

pada kegiatan-kegiatan religius. Hal ini dapat dilakuk:an jika ia rnerasa

bahwa dengan pendekatan religius dapat membantunya menjelaskan

masalah dihadapinya.

3. Strategi coping maladaptif, yaitu:

a. Focusing on and venting of emotions, kecenderungan untuk

memusatkan perhatian pada hal-hal yang dirasakan seseorang

Page 31: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

sebagai distress dan kemudian melepaskan perasaan-perasaan

tersebut.

17

b. Behavioral disengagement, pada kondisi seperti ini, seorang individu

tidak lagi memiliki dorongan untuk berusaha mengui:angi usaha untuk

melawan stressor yang sedang dihadapinya. Pada kondisi seperti ini

dapat digambarkan sebagaimana seseorang yang mengalami

ketidakberdayaan atau disebut helplessness.

c. Mental disengagement, coping ini terjadi saat individ!u tidak lagi

menginginkan untuk memikirkan atau mendekati hal yang dapat

mengingatkannya pada masalah yang pernah dihadapinya dengan

melakukan perbuatan lain seperti; menonton televisi, bioskop, bermain

video games, dll.

Mu'tadin (2003) mengutip penelitian yang dilakukan oleh Lazarus &

Folkaman mengemukakan bahwa untuk mengatasi berbagai masalah yang

menekan dalam berbagai lingkup kehidupan sehari-hari, kebanyakan individu

menggunakan variasi dari kedua jenis coping tersebut (Problem Focused

Coping & Emotion Focused Coping), terkait dengan pembagian yang

tergolong pada kedua jenis coping itu. Adapun factor yang menentukan

strategi mana yang apaling banyak atau coping digunakan :sangat tergantung

pada kepribadian seseorang dan kondisi atau masalah yan1~ dialaminya.

Page 32: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

18

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Coping

Menurut Mu'tadin (2003) untuk menangani situasi yang mengandung tekanan

dapat ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi kesehatan fisik

atau energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan social dan

dukungan social dan materi (mu'tadin, 2003).

a. Kesehatan Fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha

mengatasi stress indiviidu dituntut mengerahkan tenaga yang cukup

besar.

b. Keyakinan atau Pandangan Positif

Keyakinan menjadi sumberdaya psikologis yang sangat penting, seperti

keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang mengerahkan

individu pada ketidakberdayaan (helpness) yang akan rnenurunkan

strategi coping tipe: problem - solving focused coping.

c. Keterampilan Memecahkan Masalah

Hal ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi,

mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghai;ilkan alternative

tindakan, kemudian mempertimbangkan alternative tersebut sehubungan

dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan

rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

d. Keterampilan Sosial

Page 33: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan

bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai social

yang berlaku di masyarakat.

e. Dukungan sosial

Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan

emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota

keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

f. Materi

Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, baran9-barang atau

layanan yang biasanya dapat dibeli.

2.2 Kematian

Kehilangan salah seorang anggota keluarga karena kematian merupakan

salah satu ujian yang sulit untuk di terima. Oleh karena itu, pada sebagian

besar orang menganggap hal tersebut adalah sumber masalah yang dapat

menyebabkan konflik panjang dalam rumah tangga.

Rice dalam Lifina (2004) mengemukkan bahwa pada beberapa individu,

proses griefing yang dialami oleh anggota keluarga yang ditinggalkan

merupakan suatu proses yang tidak mudah. Peristiwa kehilangan ini dapat

membuat hubungan antar anggota keluarga yang ditinggalkan menjadi

semakin erat, atau sebaliknya menimbulkan masalah baru yang

19

Page 34: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

rnenyebabkan perpecahan dalarn hubungan antar anggota keluarga yang

rnasih hidup.

2.2.1 Kematian ditinjau dari sudut pandang Agama

Al-Qur'an berbiGara tentang kernatian dalarn banyak ayat sernentara pakar

rnernperkirakan tidak kurang dari tiga ratusan ayat yang berbicara tentang

berbagai aspek kernatian, dan kehidupan sesudah kernatian kedua (M.

Quraish Shihab, 1996).

20

Definisi kernatian oleh sernentara ularna didefinisikan sebagai "ketiadaan

hidup" atau "antonym dari hidup". Kernatian sebagairnana clikenal oleh

rnanusia adalah berpindahnya ruh pada kehidupan ruh saja, yaitu dialarn

barzakh tanpa tubuh dan jiwa. Hal ini sesuai dengan kernatian pernaharnan al

Qur'an, yaitu sebagai perpindahan ruh dari kehidupan pertarna ke kehidupan

baru di alarn barzakh (Adnan Syarif: 2002).

Nurcholis Majid rnenjelaskan kernatian adalah "pintu" untuk rnernasuki

kehidupan rnanusia selanjutnya, suatu kehidupan yang sama sekali lain dari

yang sekarang sedang kita alarni, yaitu kehidupan ukhrowi (Nurcholis Madjid:

1995).

Sedangkan rnenurut Abdul Mujib, kematian adalah fase dirnana nyawa (al­

hayah) telah hilang dari jasad rnanusia. Hilangnya nyawa menunjukkan

Page 35: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

21

terpisahnya ruh dan jasad manusia, yang merupakan hari dari akhir

kehidupan dunia. Kematian terjadi ada yang dikarenakan batas kehidupan

(ajal) telah tiba, ada pula karena organ·organ fisik yang vital terjadi kerusakan

atau terputus seperti karena terkena penyakit, dibunuh, buinuh diri dan

sebagainya (Abdul Mujib & Jusuf Muzakir: 2001).

Semua makhluk yang bernyawa tanpa terkecuali akan rnenjumpai dan

menghadapi kematian, meskipun dengan cara yang berbeda dan situasi yang

berbeda pula. Ada yang menempuhnya dengan kemuliaan dan

menjumpainya dengan penuh kebahagiaan, sehingga ingin mati dalam

keadaan seperti itu berkali-kali. Seperti firman Allah dalam al-Qur'an surah al-

Baqarah ayat 154:

{ 1ot :o_AJI} Artinya: " Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang

gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati: bahkan (sebenamya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya". (Q.S. Al­Baqarah: 154)

Adapun yang menempuhnya dengan kehinaan dan menJumpainya dengan

penuh penderitaan, Firman Allah dalam al-Qur'an surat Al-Baqarah: 161:

'-"'lfllj a.S:.i1f:l1j ~1 ~ r e:I~ d.J.i )£ ~j 1_)Gj IJ~ ::.,..J1 01 ,,,. ,.., ,... ,, ,,. ,,. / ,,.

{1·11 :o_Ajl} ~f ,

Page 36: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

22

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati da/am keadaan kafir, mereka itu mendapat la ·nat Allah, para malaikat dan manusia se/uruhnya". (Q.S. Al-Baqarah: 161)

2.2.2. Kematian ditinjau dari sudut pandang medis

Kematian menurut pengertian secara medis sampai abad ke-20 terbatas

pada fenomena berhentinya denyut jantung yang sebelumnya berlangsung

secara terus menerus. Namun penemuan medis terbaru m•:mgemukakan

bahwa kematian ialah segala keadaan yang telah ditetapka1n oleh para

dokter, melalui penelitian klinis, penggarisan otak listrik, pewarnaan syarat

otak, dan pemotretan otak dengan komputer, bahwa otak tE~lah berhenti

bekerja karena sel-selnya yang kuat telah mati, meskipun jantung masih

bekerja dan berdenyut (Adnan Syarif: 2002).

2.2.3 Kematian ditinjau dari sudut pandang psikoloui

Psikologi sebagai sebuah ilmu yang mengkaji pikiran, perasaan, dan perilaku

seseorang memandang kematian sebagai suatu peristiwa dahsyat yang

sesungguhnya sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang.

Menurut Qomarudin Hiclayat (2006)mbahas soal kematian bisa menimbulkan

sebuah pemberontakan yang menyimpan kepedihan kepada setiap jiwa

manusia. Yaitu kesadaran dan keyakinan mati pasti akan tiba dan punahlah

semua yang dicintai dan dinikmati dalam hidup ini. Kesadaran ini lalu

memunculkan sebuah protes berupa penolakan bahwa mai>ing-masing kita

Page 37: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

23

tidak rnau rnati. Setiap orang berusaha rnenghindari sernua jalan yang

rnendekatkan kepintu kernatian. Karena jiwa kita selalu mendarnbakan dan

rnernbayangkan keabadian. Jika ditelusuri lebih dalarn sesungguhnya semua

rnanusia rnenolak kernatian.

Dari beberapa pendapat dan uraian di atas dapat disirnpullcan bahwa

kematian merupakan suatu kejadian yang semua orang akan melaluinya,

yaitu terpisahnya ruh dari jasad untuk mengahadap kernbali kepada Sang . . - .

Pencipta dengan memberikan pertanggung jawaban ses.uai dengan amal

ibadahnya.

2.3 Grief (Reaksi Emosional)

Grief merupakan suatu pengalaman emosional yang pribacli pada setiap

individu. Beberapa orang membutuhkan waktu hingga beberapa tahun untuk

dapat mengatasi perasaannya serta rnampu menerima kenyataan bahwa

orang yang ia cintai sudah tiada. Kematian keluarga dekat atau sahabat

merupakan pengalaman emosional yang dialami seseoran!} disertai dengan

perasaan kehilangan. Masa berkabung bagi orang yang ditinggalkan tidak

berakhir setelah pemakaman usai, namun sebaliknya, emosi yang dirasakan

setelah kematian orang yang dicintai semakin mendalarn s1:!telah ia

ditinggalkan seorang diri (Aiken: 1994).

Page 38: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

24

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa grief adalah suatu reaksi

emosional yang terjadi pada individu dari keadaan atau situasi yang menekan

akibat kematian atau kehilangan seseorang yang memiliki ikatan emosional

yang kuat dengan yang ditinggalkan.

Setiap individu mengalami jenis, intensitas, durasi serta cara

mengekspresikan grief yang berbeda-beda, lntensitas dan durasi dari grief

yang dialami bervariasi sehubungan dengan siapa yang meninggal, dan

siapa yang ditinggalkan. Seseorang mengalami grief yang lebih mendalam

jika mengalami kematian keluarga dekat atau kematian sahabat (Aiken:

1994).

Harper dalam Lifina (2004) menjelaskan mengenai hal-hal )lang berpengaruh

pada proses grieving yang dialami oleh seseorang yang me•ngalami kematian

seseorang yang dekat dengannya, yaitu:

1. Usia orang yang ditinggalkan

2, Jenis kelamin orang yang ditinggalkan

3. Pengalaman hidup yang telah dialami oleh orang yang ditinggalkan

4. Kepribadian, cara coping, penyesuaian diri pada orang yang ditinggalkan

5. Komunikasi dalam keluarga dari orang yang ditinggalkan, mitos-mitos dan

sikap terhadap kehilangan dan kematian.

6. Latar belakang keluarga dan lingkungan orang yang ditinggalkan.

Page 39: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

25

7. Kesehatan fisik orang yang ditinggalkan.

8. Support system dari orang yang ditinggalkan.

9. Sumber-sumber yang dapat membantu grief yang dialami oleh orang

yang ditinggalkan.

10.Sumber keuangan pada orang yang ditinggalkan.

11. Hubungan antara orang yang ditinggalkan dan orang yang telah tiada.

12. "Persiapan" yang dilakukan dalam menghadapi kematian.

13. Penyebab kematian.

2.3.1 Tahapan-tahapan Grief

Proses grieving dialami dalam beberapa tahapan yang tidak dapat

diinterpretasikan sebagai tahapan tertentu yang harus dilalui oleh orang yang

berduka cita tanpa kecuali. Turner & Helms dalam Lifina (~~004) memberikan

analisa terperinci mengenai tahapan-tahapan grief, yaitu:

1. Denial dari kahilangan yang dialami

2. Menyadari (realization) kehilangan yang dialami.

3. Timbulnya perasaan ditinggalkan, kekhawatiran dan l<egelisahan.

4. Keputusasaan, menangis, physical numbness, mental confusion,

kebimbingan dan l<eragu-raguan.

5. Restlessness (yang muncul dari kecemasan), keresahan, kegelisahan,

dan insomnia, hilang nafsu makan, lekas marah, menurunnya control diri

dan wandering mind.

Page 40: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

6. Keadaan merana (pining) berupa sakit fisik dan penderitaan atas grief

yang dialami juga usaha mencari benda-benda sebagai kenangan­

kenangan yang mengingatkan pada orang yang telah meninggal.

7. Kemarahan

8. Rasa bersalah

26

9. Rasa kehilangan atas dirinya sendiri atau merasakan kekosongan secara

menyeluruh.

10. Longing, berupa kerinduan dan rasa sakit atas kesepiani atau kehampaan

yang tidak hilang, bahkan saat bersama dengani orang lain.

11. ldentifikasi dengan orang yang telah meninggal dengan meniru beberapa

traits, attitudes atau mannerism dari orang yang telah meninggal.

12. Depresi yang amat dalam, kadangkala disertasi dengan keinginan dengan

keinginan untuk mati.

13. Pemunculan aspek patologis, seperti minor aches dan penyakit ringan

dan ditandai kecenderungan terhadap hypochondria, reaksi yang

umumnya muncul adalah "siapa yang akan menjaga dan memperhatikan

saya sekarang?"

2.3.2 Pathological Grief

Grief bukan merupakan suatu penyakit, namun efek yang ditimbulkan dapat

menjadi sedemikian berat sehingga menimbulkan suatu penyakit. Jika grief

tidak terselesaikan/tidak disadari, seseorang dapat mengalami konsekwensi

Page 41: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

27

yang lebih serius dalam jangka waktu yang lebih lama. Menurut Atwater

dalam Lifina (2004) semakin lama penyesuaian grief tertunda, semakin parah

simtom yang dialami. Beberapa jenis pathological grief yang dikemukakan

adalah:

1. Delayed grief: merupakan periode grief yang tertunda, dengan periode

penundaan yang bervariasi antara berminggu·minggu hingga bertahun·

tahun. Grief dapat dinyatakan bertunda jika kemunculannya

membutuhkan waktu lebih dari dua minggu setelah peristiwa kematian,

2. Absent grief: ditunjukkan dengan tidak muncul atau tidak adanya Eikspresi

grief yang umum, pengingkaran (denial) perasaan terhadap kehilangan,

tidak ada tanda-tanda fisik dari grieving dan tetap bersi~;ap seolah-olah

tidak ada apapun yang terjadi. Hal ini dapat disebabkan oleh hubungan

yang tidak disertai kedekatan (attachment) dalam kualitas yang

mendalam.

3. Chronic grief: merupakan periode grief yang berkepanjangan, tidak

berakhir dan tidak menunjukkan perubahan, disertai dengan depresi, rasa

bersalah dan menyalahkan diri sendiri, ditandai dengan kesedihan,

menarik diri, preokupasi berkepenjangan terhadap oran1~ yang telah

meninggal, serta distress yang berkepanjangan dan tida1k berkesudahan.

Selama bertahun·tahun orang yang ditinggalkan menunjukkan grief yang

intens dan berkepanjangan seolah-olah grief yang ia alami baru saja

terjadL Hal ini sering terjadi bentuk hubungan yang memiliki kelekatan

Page 42: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

28

(clinging) dan ketergantungan (dependent). Chronic Grief merupakan pola

yang umum ditemui pada wanita yang mengalami kematian anak usia

remaja karena kematian mendadak dan tidak diperkirakan sebelumnya.

4. Inhibited grief: digambarkan sebagai orang yang ditinggalkan tidak

mampu untuk sepenuhnya membicarakan; menyadari dan

mengekspresikan kehilangan yang dialami, atau berupa respon grief yang

terbatas atau parlia/. Inhibited grief dapat merupakan suatu kontinum dari

absent griefhingga perilaku yang munculnya disorsi seperti kemarahan

atau rasa salah yang berlebihan dengan tidak adanya perilaku grieving

lainnya yang signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya sejarah

depensi atau ambivalensi dalam hubungan dengan orang yang telah

meninggal sehingga memunculkan sindrom seperti conl1icted grief atau

clinging grief.

5. Unresolved grief. dapat diekspresikan dalam beberapa bentuk; dari

keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan hingga keluhan psikologis. Hal

tersebut berhubungan dengan kehilangan yang dialami individu tersebut.

Orang yang ditinggalkan mengalami kesulitan bertoleransi dengan hal-hal

menyakitkan atau tidak adanya kekuatan dalam diri untuk melalui periode

tersebut dan menghadapi grief yang dialami. Pada beberapa kasus, grief

yang tidak terselesaikan dimunculkan dengan lebih tersamar.

Page 43: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

29

2.4 Bereavement (Perasaan Kehilangan)

Kematian tidak hanya melibatkan individu yang meninggal. Namun yang lebih

penting adalah mereka yang ditinggalkan harus dapat mengatasi kematian

tersebut serta menyesuaikan diri dengan rasa kehilangan orang yang dicintai.

Turner. J,S & Helms, D.B dalam b.ifina (2004) mendefinisik:an bereavement

sebagai kehilangan seseorang yang di cintai karena kematian.

Berdasarkan definisi tersebut, maka Bereavement dapat diartikan sebagai

situasi dimana kita mengalami kehilangan karena meninggalnya seseorang

yang kita cintai.

Kehilangan anak karena kematian merupakan suatu peristiwa yang traumatis

bagi orang tua. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam r>espon orangtua

terhadap kematian anak adalah ikatan kedekatan (attachment bond) antara

orangtua dan anak. Rasa bersalah dan depresi yang di alami orang tua yang

mengalami kematian anak sering kali di sertai dengan perasaan tidak

berdaya, frustasi, dan kemarahan atas hal yang terjadi serta terhadap

ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu yang dapat me1r1cegah kematian

anaknya.

Rasa marah dapat ditujukan pada semua orang yang diharapkan

bertanggung jawab atas tragedi yang terjadi, seperti pihak rumah sakit,

Page 44: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

30

dokter, orangtua itu sendiri, bahkan Tuhan. Perasaan ini dapat menjadi

sedemikian mendalam sehingga kondisi orangtua tidak pernah sepenuhnya

menjadi lebih baik. Masalah emosional sehubungan dengan kematian masih

dapat muncul hingga bertahun-tahun setelah kematian anak (Aiken: 1994).

2.5 Pengaruh K.ematian Anak bagi Orang tua

Menghadapi kematian seorang anak merupakan salah satu hal yang paling

sulit dihadapi dalam kehidupan orangtua. Kematian anak seringkali

membawa pengaruh yang mendalam bagi kehidupan orangtuanya. Sering

kali orangtua merasa kehilangan tujuan hidup yang diikuti clengan perasaan

bahwa masa depan maupun masa lalunya telah "dirampas".

Kematian anak bagi orang tua, khususnya seorang ibu merupakan musibah

atau ujian yang sangat berat. Dunia seolah terhenti sejenak ketika ibu harus

dihadapkan pada kematian anaknya, yang telah dilahirkannya, disusui,

dirawat dan dipeliharanya. Meskipun beberapa nash menerangkan, bahwa

orang tua yang kematian anaknya yang masih kecil (belum baligh) mendapat

jaminan masuk syurga. Akan tetapi untuk seorang ibu tetap saja kejadian

awal dari kematian sangatlah membuat hatinya bersedih dan kehilangan.

Orang tua yang mendapat jaminan masuk surga ketika kernatian anaknya

yang masih kecil (belum baligh) ialah ketika anak itu mati, ibu dan ayahnya

menerima musibah kematian anak itu dengan iman dan sabar. Artinya,

Page 45: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

31

walaupun bersedih atas kehilangan namun tetap sabar dan ikhlas ata1s takdir

Allah SWT (Drs, H. Abujamin Roham: 1993).

Artinya: "Allah berfirman: "Tiadalah bagi hamba-Ku yang mukmin, disisi­Ku sebagai balasan apabila kekasihnya Aku ambil, la/u ia sabar menerimanya, melainkan surga" (H.R. Bukhari).

2.6 Nilai I Arti Anak Bagi orang Tua

Dalam disertasi Sudraji Sumapraja, nilai anak bagi oran~1 tua dapat dibagi

menjadi 8 kategori yaitu:

1. Status Kedewasaan & ldentitas Sosial

Status kedewasaan bagi masyarakat lebih dari menamatkan sekolah;

pekerjaan dan perkawinan serta mempunyai anak. Hal ini sangat terasa

kepada wanita yang terhormat dan berwibawa: lain hal dengan "nyonya"

atau "nona". Seorang pejabat wanita atau istri seorang pejabat terasa

lebih tepat dipanggil "ibu" dari pada "nyonya".

2. Pengembangan Diri

Manusia mengidam-idamkan kesinambungan hidupnya sesudah mati

maka mereka mempunyai anak merupakan manifestasi dari

pengembangan diri dari orang tua yang berarti bahwa d1~ngan mempuyai

anak seolah-olah bahwa kehidupan orang tua akan dilanjutkan oleh

anaknya.

Page 46: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

32

Anak merupakan tumpuan harapan orang tua serta anak akan membuat

orang tua merasa diperlukan dan disalurkan untuk memberi. Anak dapat

digunakan untuk pengembangan diri dari orang tua yang artinya bahwa orang

tua akan mengajarkan pengalamannya semasa kecil kepada anaknya dan

orang tua akan merasa lebih baik.

a. Moralitas

Secara moral bahwa mempunyai anak sering dianggap sebagai sikap

bermoral, mematuhi ajaran agama, berbuat kebajikan, bekerja keras

untuk orang lain. Di samping itu bahwa mempunyai anak seolah-olah

dipercaya Tuhan karena mempunyai anak adalah karuniia Tuhan.

b. lkatani Kelompok

Dalam keluarga, ikatan anak terhadap orang tua akan IHbih besar

dibandingkan ikatan orang tua sendiri sehingga anak dianggap sebagai

pemersatu orang tua. Dengan demikian, mempunyai anak seolah-olah

mempunyai kelompok yang sangat kuat.

c. Perangsang, Sesuatu yang Baru, Kesenangan

Mempunyai anak membuat suasana hangat; tidak terduga-duga dan

menggairahkan di dalam kehidupan sehingga dapat rnengurangi

kebosanan atau kerutinan kehidupan orang tua. Misalnya bercanda

dengan anak, seolah-olah mengenang orang akan kehidupan masa

mudanya sehingga orang tua lupa akan kesusahan yan1~ artinya orang tua

akan menemukan keseimbangan hidupnya.

Page 47: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

33

d. Kreativitas, Keberhasilan dan Kemampuan

Pada masyarakat yang maju atau masyarakat yang telah berkecukupan

kebutuhan primernya (sandang, pangan dan papan), orang akan

menuntut kreativitas, keberhasilan dan kemampuan untuk memuaskan

hidupnya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan adalah dengan

cara menikmati kemajuan perkembangan atau pendidikan anaknya. Jadi

kepuasan orang tua bukan hanya keberhasilan orang tua melahirkan

anaknya saja melainkan hasil yang dicapai anak, atas je~rih payah orang

tua.

e. Kekuasaan dan Pengaruh

Pada masyarakat tertentu anak mendatangkan kekuasaan, terutarna

dirasakan oleh menantu wanita terhadap mertuanya, apalagi kalau

anaknya berjenis laki-laki. Kekuasaan itu dapat diungkap dalam bentuk

lain, seperti kekuasaan menentukan nasib anaknya, anak dapat

memberikan perasaan unggul atau bangga pada orang tuanya, suami

yang kurang dapat kekuasaan dalam pekerjaannya cenderung mencari

kekuasaan yan9 dapat diperoleh dari beranak banyak.

f. Kegunaan Ekonomi

Di negara-negara yang sedang berkembang, yang lebih mengutamakan

tradisional, anak mempunyai kegunaan ekonomi yang sangat besar. Anak

dianggap sebagai sumber tenaga dan jaminan bagi orang tua di hari

tuanya. Kadang-kadang anak juga penting sebagai sumber penghasilan

Page 48: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

dari perkawinannya. Di negara-negara yang sedang berkembang,

khususnya yang mulai memasuki industrialisasi, di mana hanya ayah

yang bekerja mencari nafkah, bantuan anak-anak ini tidak dapat

diperlukan. lndustriliasasi dan urbanisasi telah menurunkan nilai anak

untuk kegunaan ekonomi. Nilai anak hanya akan menonjol kalau belum

ada lembaga pemerintah atau pun swasta yang dapat menjamin orang

tua di hari tua.

2.7 Kerangka Berpikir

Dalam kehidupan didunia, Allah swr telah menciptakan laki-laki dan

perempuan untuk saling berpasangan melalui ikatan yang sah yaitu

perkawinan menurut syariat agama islam.

34

Dalam pernikahan, bukan hanya sekedar berkumpulnya seseorang al<an

tetapi tentu saja ada semacam tujuan yang hendak dicapai yaitu membentuk

keluarga bahagia yang dianugerahi keturunan yang shaleh dan shalehah.

Dalam kehidupan berumah tangga, keturunan merupakan suatu anugerah

yang tak ternilai harganya. Kelahiran anak pada pasangan suami-isteri selain

sebagai penerus keturunan mereka juga dapat mempengaruhi status social

mereka dalam bermasyarakat. Betapa bahagianya pasangan suami-isteri

apabila dalam rumah tangganya dilengkapi dengan kelahiran seorang anak.

Ditambah lagi jika anak mereka memiliki kelebihan yang dapat dibanggakan.

Page 49: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

Begitu diharapkan dan dinantikannya kahadiran seorang anak ditengah

keluarga, maka tak heran jika berbagai cara mereka tempu1h untuk

mendapatkannya seperti; meminum ramuan, sampai pada pemeriksaan

medis. Akan tetapi, kebahagiaan itupun seolah terhenti sejenak ketika

mereka harus di hadapkan pada kematian.

35

Kematian adalah suatu kejadian dimana setiap orang pasti akan melaluinya,

yaitu berpisahnya ruh manusia dari jasadnya. Kematian anak bagi orang tua

merupakan ujian yang sangat berat bagi orang tua. Dimana mereka haru

bertaruh antara keimanan dengan keikhlasan mereka atas ujian yang

diberikan Allah Swt. Kehilangan seorang anak karena kematian bagi orang

tua merupakan suatu peristiwa traumatis yang sangat membekas dan sulit

hilang. Hal ini disebabkan karena ikatan antara orang tua rnerupakan ikatan

yang kuat dan mendalam dalam sejarah kehidupan dan struktur psikologis

orang tua. Tak heran, jika kematian anak dapat menimbulkan grief (reaksi

emosional) yang lebih mendalam jika dibandingkan dengan kehilangan

pasangan atau orang tua. Dalam hal ini, perlu ditegaskan bahwa jika proses

grief dapat terselesaikan dengan baik, maka reaksi emosional yang muncul

dianggap normal. Karena jika proses grief tidak terselesaikan maka dapat

menimbulkan pathological grief, seperti; kemarahan, rasa bersalah, simtom­

simtom fisik, depresi, dan kehilangan makna serta tujuan hidup. Oalam hal

ini, jelas terlihat bahwa anak merupakan harta yang berhaga bagi orang tua.

Page 50: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

Anak merupakan tumpuan harapan yang dapat memberikan sesuatu bagi

masa depan orang tua, bahkan setelah mereka meninggal. Perasaan sedih

dan kehilangan (bereavement) karena kematian anak dapat menyebabkan

berubahnya rencana yang telah disusun oleh orang tua untuk masa depan

anak tersebut.

36

Kesedihan dan kehilangan atas kematian menyebabkan para orang tua,

khususnya ibu yang merupakan subyek dari penelitian ini menunjukan

perilaku coping, yaitu usaha yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk

mengatasi dan menyelesaikan sesuatu dalam bentuk tugas atau masalah

pada orang tersebut.

Lazarus membedakan coping kedalam dua jenis, yaitu: Coping terpusat pada

masalah (Problem-Focused Coping) dan Coping terpusat pada emosi

(Emotion-Focused Coping). Selain itu, stategi coping juga dibedakan

kedalam tiga jenis, yaitu: Strategi Problem-Focused Coping terdiri dari; Active

Coping, Planning, Seeking Social Support for Instrumental Reason,

Suppression of Competing Activities dan Restraint Coping. Pada Strategi

Coping Emotion-Focused Coping terdiri dari: Seeking Social Support for

Emotional Reason, Positive Reinterpretation and Growth; Denial,

Acceptance, Turning to Religion. Sedangkan Stategi Copin~J Maladaptif,

Page 51: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

37

yaitu: Focusing on and Venting of Emotions, Behavioral Disengagement dan

Mental Disengagement.

Akan tetapi, dari penelitian yang dilakukan oleh para ahli ditemukan bahwa

manusia dalam menghadapi masalah yang dihadapinya cenderung

menggunakan strategi Problem-Focused Coping & Emotion-Focused Coping

secara bergantian sesuai dengan kondisi dan masalah yang mereka hadapi.

Bagan:

lndividu - Menikah i-

Memiliki l--1> Kematian (Berkeluarga) Keturunan (Anak) Anak

~ Active Coping, Planning, Seeking

Problem Grief & Social Support for Instrumental '""" Reason, Suppression of Competing - Focused Coping Bereavement

Activities dan Restraint Coping ~

Seeking Social for Emotional Emotion Coping

Reason, Positive Reinterpretation Focused Coping '""" and Growth Denial Acceptance -Turning to Religion.

Coping Focusing on and Venting of

Emotions, Behavioral - Maladaptif -Disengagement dan Mental

Disengagement

Page 52: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

BAB3

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab 3 akan penulis kemukakan bagairnana rnetode yang digunakan

dalarn penelitian ini. Yang rneliputi: jenis penelitian, cara pengarnbilan

sample, rnetode pengumpulan data, teknik analisa data, teknik dan prosedur

penelitian dan pelaksanaan.

3.1 Jenis Penelltian

3.1.1 Metode Penelitian

Pada penelitian ini, penulis rnenggunakan rnetode penelitian kualitatif.

Menurut Bogdan & Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2000) bahwa

rnetode kualitatif rnerupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subyek yang dapat diarnati.

Alasan rnenggunakan metode kualitatif adalah sebagairnana rnenurut Lexy J.

Moleong (2000) bahwa metode kualitatif digunakan l<arena beberapa

pertirnbangan, yaitu:

a. Metode ini mampu menyesuaikan seraca lebih mudah untuk berhadapan

dengan kenyataan ganda.

b. Metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti . .

dan responden.

Page 53: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

39

c. Metode ini lebih peka dan lebih mudah menyesuaikan dengan banyak

penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang

dihadapi.

Dalam penelitian ini, penulis berusaha memahami ge!jala tingkah laku

manusia menurut penghayatan perilaku melalui sudut pandang psikologi.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis juga berusaha dengan cermat

mengamati perilaku ibu yang anaknya telah meninggal dunia. Karena dengan

metode kualitatif ini penulis dapat lebih mudah menggali atau berinteraksi

dengan informan secara langsung untuk dapat menjelaskan peristiwa yang

berlangsung di lapangan.

1.1.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi kasus, guna

membantu tercapainya tujuan penelitian. Menurut Kristi Poenwandari (2001)

dalam pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manm;ia, bahwa studi

kasus adalah fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang

terbatasi (bounded context), meski batas-batas antara fenomena dan kasus

tidak sepenuhnya jelas. Dengan pendekatan studi kasus ini peneliti dapat

memperoleh pemahaman utuh dan integrasi mengenai inte1rrelasi berbagai

fakta dan dimensi dari kasus tersebut.

Page 54: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

3.2 Pengambilan Sampel

3.2.1 Populasi dan Sampel

40

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi seperti dalam

penelitian kuantitatif, tetapi oleh Spradley yang dikutif oleh Sugiono (2007)

dinamakan "social situation" atau situasi social yang terdiri atas tiga elemen,

yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity). Penelitian

kualitiatif yang berangkat dari suatu kasus tertentu dan pada situasi social

tertentu nantinya akan dapat ditransfer hasilnya pada tempat atau situasi

social yang sama. Jumlah subyek yang penulis ambil dalam penelitian ini

adalah 3 orang, meskipun sebenarnya tidal< ada ketentuan baku dalam

panelitian kualitatif.

Dengan demikian dalam penelitian ini, karakteristik subyek yang akan diteliti

adalah:

1. Subyek adalah ibu-ibu yang anaknya telah meninggal dunia.

2, Kondisi psikis ibu sehat dan tidak mengalami gangguan atau sakit jiwa

sehingga peneliti dapat menjalin komunikasi dengan baik dan

memperoleh informasi sesuai dengan yang diharapkan.

3. Anak yang meninggal yakni berusia O bulan sampai 5 talhun karena sakit.

Menurut teori daya tarik interpersonal, bayi manusia adalah ciptaan lemah

yang membutuhkan perawatan, perlindungan, pemberian makanan dan

Page 55: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

kehangatan yang ekstra dari seorang ibu. Karena pada usia tersebut

seorang anak masih sangat rentan dari bahaya dan penyakit.

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

41

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sample yang digunakan adaiah

purposive sampling, yaitu sample dipilih dengan pertimbangan dan tujuan

tertentu. Menurut Lincoln dan Guba (1985) yang dikutip oleh Sugiono, ciri-ciri

khusus sample purposif, yaitu:

1. Emergent sampling design, yaitu penentuan sample sementara tau

selama penelitian berlangsung.

2. Serial selection of sample units, yaitu peneliti memilih orang tertentu yang

dipertimbangkan akan memberikan data yang diperluka1n.

3. Continuous adjustment of fOcusing of the sample, yaitu unit sample yang

dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya focus

pemelitian.

4. Selection to the point of redundancy, yaitu dipilih sampai jenuh.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat

digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu

kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat

Page 56: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

diperlihatkan penggunaannya melalui: angket, pengamatan, ujian (tes),

dokumentasi, dan lainnya (Ridwan:2007). Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode wawancara mendalam, observasi, dan analisi

dokumen untuk menjawab permasalahan yang diteliti.

3.3.1 Wawancara

42

Untuk memperoleh data yang diperlukansalah satu teknik yang digunakan

penulid adalah dengan metode wawancara. Wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (lnteTViewei) dan yang mengajukan pertanyaan, dan yang

diwawancarai (lnteTViewee)yang memberi jawaban atas pertanyaan itu (Lexy

J. Moleong: 2000). Maksud rdari pengadaan wawancara adalah agar penulis

dapat berkomunikasi secara langsung menggali lebih dalam dengan pihak­

pihak yang secara professional memadai dan benar-benar menguasai

dengan permasalahan yang diteliti. Teknik wawancara yan~1 dipakai adalah

(indepth inteTView) wawancara mendalam.

3.3.2 Observasi

Selain wawancara, penulis juga menggunakan metode obs1~rvasL Metode

observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati, mencatat, secara sistematis gejala yang diselidiki (Lexy J.

Moleong: 2000).observasi dalam penelitian ini berfungsi sebagai data

Page 57: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

penunjang dari wawancara. Yaitu melalui pengamatan langung berupa

kegiatan melihat, mendengar, atau kegiatan dengan alat indera lain atas

reaksi atau respon yang muncul dari responden baik dari dirinya sencliri

maupun dari keadaan atau situasi disekelilingnya pda saat wawancara

berlangsung.

3.4 lnstrumen Pengumpulan Data

43

lnstrumen pengumpulan data adalah alat Bantu yang dipilih dan digunakan

oleh penulis dalam kegiatannya mengumpulkan data agar f(egiatan tersebut

menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Suharsimi Arikunto: 1995,

sebagaimana dikutip oleh Ridwan (2007). Dalam penelitian ini instrument

yang digunakan untuk pengumpulan data adalah pedoman wawancara,

lembar observasi, tape recorder, dan buku catatan. Pedomaan wawancara

digunakan agar lebih focus menggali yang menjadi objek pE~nelitian, IE~mbar

observasi sebagai pedoman untuk melakukan observasi terhadap

penampilan, sikap dan perilaku subyek, keadaan tempat, SE!rta catatan

khusus selama wawancara berlangsung. Sedangkan tape r,ec0rder

digunakan untuk merekam perkataan subyek, dan buku mencatatkan hal-hal

yang terekam/ tercermati/ yang tidak jelas.

Page 58: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

44

3.5 Teknik Analisa Data

Analisa data adalah tahapan setelah semua data dapat dikatakan terkumpul,

yang kemudian diolah menjadi suatu laporan. Analisa data adalah proses

pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kaltegori, dan uraian

dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumusl<an hipotesis kerja

(Lexy J. Moleong: 2000). Oleh karena itu, teknik analisa data yang penulis

lakukan adalah dengan menggambarkan data hasil rekama1n secara kualitatif,

untuk memberikan makna pada data tersebut dan menjelaskan pola atau

kategori, dan mencari hubungan antar berbagai konsep. Kemudian hasil

wawancara yang telah dilaksanakan akan diverbatimkan kedalam lembar

yang telah disiapkan untuk dikelompokan-kelompokan kE~dalam teori yang

sesuai dengan keadaan subyek yang sebenarnya. Dan pada tahap akhir,

semua data dapat diinterpretasikan dengan bahasa yang mudah dipahami.

3.6 Teknik Prosedur Penelitian

3.6.1 Tahap Persiapan

Sebelum melakukan tahap penelitian ini maka peneliti melakukan persiapan

sebagai berikut:

1. Peneliti menyusun pedoman wawancara yang berhubungan dengan

keadaan para subyek, sebelum meninggal, keadaan keluarga dan

Page 59: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

45

masalah-masalahnya, coping, dan dukungan sosial yan1,g di dapatkan para

subyek,

2. Menunjukan pedoman wawancara pada pembimbing skripsi untuk

mendapatkan masukan-masukan.

3. Melakukan perb<:iiki:m dan tarnl:l<:ih<:in Y<:tll9 giperluk<:in t~rh<:id<:tp pedom<:in

wawancara.

4. Kembali merumuskan verbalisasi untuk wawancara.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

Setelah persiapan untuk melakukan wawancara dilakukan, kemudian langkah

selanjutnya yaitu:

a. Peneliti mendatangi subyek penelitian dan meminta kesediaannya untuk

menjadi subyek penelitian.

b. Setelah subyek bersedia, peneliti menjelaskan kembali rnaksud

diadakannya penelitian ini dan peneliti meminta ijin untull< menggunakan

tape recorder pada saat wawancara berlangsung.

c. Wawancara yang dilakukan pada subyek dilakukan sE1banyak dua kali,

wawancara dilakukan di kediaman para subyek. Hal ini clilakukan agar

subyek merasa nyaman ketika wawancara berlangsung.

Page 60: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

BAB4

PRESENTASI DAN ANALISA DATA

Pada bab 4 akan penulis uraikan bagaimana hasil pengolahan data yang

terkllmPLll, me!iputi: gambarnn umum $ubyek pene!itian, gambaran ka$U$,

analisa kasus, dan perbandingan antar kasus.

4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian

Subyek yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini adalah para

ibu yang anaknya telah meninggal dunia. Responden yang dicari adalah ibu

yang anaknya meninggal karena sakit. Subyek penelitian ini berjumlah tiga

orang, Pene!itian di!akukan di rumah re$ponden mYl<ii t<ing~J<i! 22 November

sampai Februari 2008.

Nama-nama subyek dalam penelitian ini sengaja penulis samarkan dengan

menggun!3kan ini$i<i! huruf, $ehingg<:i kerah<'l$iaan subyek p«~nelitian daP<it

terpenuhi, sebagaimana yang diisyaratkan dalam etika penelitian. Berikut

gambaran umum subyek:

Page 61: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

No Nama Ag a ma

1. SA Islam

2. L Islam

3. y Islam

Tabel 4.1

Gambaran Umum Subyek

Usia Jmlh Status Anak Anak

25th 2 Anak Pertama

43 th 4 Anak ke Dua

51 th 4 Anak Pertama, ke dua, ke tiga

4.2 Gambaran dan Analisa Kasus

47

Usia Anak Lamanya

yang Usia

Kematian Meninggal

Anak

2th 3th

4,5th 18th

1.5 th, 8 26th,22 bin, 4th th, 17th

Uraian mengenai gambaran masing-masing kasus disajikan dalam bentuk

observasi subyek, mencakup; identitas subyek, status praesens, status

psikis, status fisik, observasi umum dan khusus. Gambaran kasus yang

mencakup; riwayat kehidupan sebelum anak meninggal dan kondisi saat ini.

Kemudian analisis kasus yang mencakup; reaksi emosional yang dirasakan

akibat kehilangan anak, penyebab reaksi munculnya reaksi emosional, dan

strategi coping yang dilakukan.

Page 62: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

4.2.1 Kasus lbu S.A

Observasi SubYel<

Nama

Jenis Kelamin

: S.A

: Perempuan

Tempi:it Ti:inggi:il Li:thir : 6eki:tsi 21 April 1982

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Pekerji:ti:tn : I RT

Tanggal Wawancara : 22 November 2007

48

Tempat Wawancara : Rumah responden (JI. Pulo Utama. Kp. Kelapa

a. Observasi Umum

Dui:i Rt 002 Rw 09 Pi:tc:lurenan Mustiki:tii:tYi:t

Bekasi Timur 17156).

SA adalah seorang wanita polos, ramah dan pendiam. Memiliki berat badan

sekitar 50 kg dan tinggi badan 156 cm. SA cenderung memiliki wajah yang

ovi:il, bentuk tubuh seimbang i:intarn beri:it c:lan ti11ggi badamiya, berkulit Putih

dan rambut ikal sebahu. SA menggunakan baju gamis panjang berwama biru

tua, tetapi tidak berkerudung, rambutnya dikuncir dengan ticlak menggunakan

make-up dan asesoris aPaPun.

Page 63: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

Ketika diminta untuk menjadi responden dalam penelitian ini, SA langsung

bersedia sarnbil tertawa dan berkata:

"tapi jangan susah- susah, nanyanya ya el .. ?"

49

Sebelum wawancara di lakukan, penulis terlebih dahulu mengadakan

pendekat<!n dengan SA dengan bersilaturahrni kerurnah SA. agar ia bersedia

menjadi responden dalam penelitian. Perkenalan penulis demgan SA sudah

sangat lama. Sehingga SA yang merupakan teman penuiis dari kecil

langsung bersedia rnernbantY penulis Yntuk meniacli sarnpel penelitian.

Wawancara dilakukan selama dua hari. Wawancara pertama dilakukan pada

hari kamis 22 November 2007 pukul 13.05 sarnpai denQan ·14,25 W16.

Kemudian wawancara kedua dilakukan pada hari jumat 23 November 2007

pada pukul 13.00 sampai dengan 13.45 WIB. Wawancara pertama dan

kedYa dilakYkan dirYrnah responden tepatnYa diruang tarnu.

Awai wawancara SA kelihatan sedikit canggung dan bingung, hal itu dapat

terlihat ketika penulis menge!yarkan tape recorder, SA berk:;ili- kali berkata

kepada penulis untuk tidak ditanya dengan pertanyaan yan~1 sulit di mengerti.

"El ... jangan susah- susah ya nanyanya, kita mah ngga ngerti ... ".

Page 64: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

50

Namun setelah dijelaskan bahwa pertanyaan yang akan diberikan bukan

untuk dinil<:1i ben<:1r <:1t<:1u s<:1lah dan data yang di<:1mbil <:1kan be11<:1r- benm

dijaga kerahasiaannya, SA baru mengerti dan sedikit santai. Hal itu terdengar

dari ucapan SA yang berkata:

"Q ..• kciyE1 curhE1t <;/c>E1ng YEI t:;I .. ?"

Pada saat wawancara baru dimulai, SA yang saat itu sedang memasak air

mernint<:1 izin untuk rnengangkat 13ir Yang sudl:lh masl:lk dl:ln .iuga rneng<:1yun

anaknya. Hal tersebut membuat penulis kurang focus pada proses

wawancara sehingga penulis sulit untuk bertanya lebih dalam (melakukan

probing),

b. Observasi Khusus

Pada saat rneniawab pertanYaan tentang awal mula kernati~111 anaknya. SA

merendahkan volume suaranya dan mengusap matanya yang saat itu terlihat

sedikit mengeluarkan air mata. Selain itu, saat bicara SA jug a sering menelan

ludah dan makin lama suaranya terdengar sernakin gernetar.

Gambaran Kasus

a. Riwayat Kehidupan Sebelum Anak meninggal

SA (25 tahun) adalah seorang perempuan muslim yang dilahirkan di Bekasi

pada tanggal 28 April 1982. Menikah pada usia 21 tahun yang terpaut 6

Page 65: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

51

tahun dengan suaminya dan dikaruniai seorang putra. Layaknya keluarga

kebahagiaannya karena menurutnya kelahiran seorang anak adalah rezeki

yang tidak boleh ditolak sehingga pada awal pernikahannya SA tidak

dinyatakan positif hamil dan tentu saja SA, suami, dan sEiluruh keluarga

besarnya pun ikut bahagia, terutama keluarga SA sendiri karena anak SA

ac:lalah cucu pertama c:likelui;irganya, SA sengaja ingin seigera memiliki anak

karena menurutnya kebahagiaan keluarga akan terasa lebih lengkap jika ada

seorang anak.

"Ya ... pengen punya anak tu supaya keluE1rga kita lengkap El ... lagian suami kita ngga pengen kita nunda-nunda hamil, polmnya ... kalo ada anak tu jadi terhibur ... gitu, gembira ... gitu" (Wawancara kamis, 22 November 2007).

Walaupun banyak para ibu rumah tangga berkata bahwa mengurus anak dan

keluarga sangat repot, akan tetapi tidak menurunkan semangatnya untuk

segera memiliki momongan karena menurutnya hal itu sudah menjadi

"Biasa aja ... repot mah udah pasti, tapi mo gimana Jagi ya ... ? Udah tanggung jawab kita kan, harus ngurusin kalo udah dilahirin mah ... " (Wawancara kamis, 22 November 2007).

Layaknya ibu rumah tangga yang lain, SA juga sangat sayang mengasuh dan

mernwi:it anaknyi:i. Terlebih kareni:i SA b<=!rU c:likarunii:ii satu or<ing anakiac:li

Page 66: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

52

SA yang mengurus semua kebutuhan anaknya. Sehingga SA mengatakan

tidak terlalu repot dalam pengasuhan anaknya.

"Sama aja, kata saya mah ... saya mah namanya anak mah kaya rezeki, jadinya ngga ngebeda-bedain gitu, mao anak perempuan juga, tapi berhubung saya mah be/um punya anak perempuan, jadi ngga tau ya ... tapi kata saya mah sama ah El ... dibilang repot mah repot namanya ngurusin anak mah tapinya mah kayanya mah sama dah, kata kita mah" (Wawancara kamis, 22 November 2007)

Kedekatan SA dengan anaknya pun makin terasa dari pada dengan

suaminya, karena sang suami bekeria sebagai tukang ojek disekitar

perumahan tak jauh dari rumah SA. Mulai sekitar pukul 06.00 sampai dengan

pukul 20.00 WIB.

"/yf) El ... sf)ngf)t dekat kekita dari p;;ida bapakny;;i m;;i/1 .. . orangan kapanan bapaknya mah ngojek dari pagi ampe ma/am. Emang, pu/ang siang buat makan, tapi abis itu ngojek lagi ampe jam delapanan." (Kamis, 22 November 2007).

Tak beda dengan anak normal lainnya, saat usia 1,5 tahun anak SA tumbuh

normal dan menurut SA, 0 anaknya sangat cerdas dan penurut.

"Normal aja El ... ngurusinnya mah, udah gitu anaknya mah diamah penurut /agi. Terus cerdas El anaknya ... asa/ dibilangin ama diajarin ge gitu m<Jksudnya, nurut. Emang ge belon ·'iflkola, ya ... tapi ngomongnya ngga cade/ gitu ... kan ada ya anak yang ngomongnya cadel apa gimana gitu ya, tapi dia mah ngga gitu ... ". (Kamis, 22 November 2007).

Ketika berusia 2 tahun 0 mulai terlihat sering sakit. Puncaknya ketika 0

menm11ami s<ikit y<ing sampai merenggut nyawanya.

"Sakitnya... pertama kembung, trus abis kembung... sakit-sakit trus perutnya ngga brenti-brenti." (Kamis 22 November 2007).

Page 67: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

53

Ketika dihadapkan pada keadaan demikian, SA sangat bin~iung dan gelisah.

Terlebih lagi ketika 0 ditanya sakit apa, 0 l<urang bisa menielaskan aPa yang

dirasakan.

"Wah ... bukan maen El bingungnya ... ya ... pertama mah pokolmya badannya kurus gitu.ya ... ngeluhnya perutnya kembung, emang si kembung tu ya,,. ngefuh bae, katany1i'pen1t O sakit ma.,. kembung ... "gitu. Trus makannya juga kurang. trus waktu kembung bae mah itu blon sakit, pas udah... apa namanya , pas lama-lama masih kembung tetep. Trus sakit-sakit gitu perutnya, triak-triak, jerit-jeritan. Ampe ini El ... loncat-loncatan gitu, kalo /agi sakit ... dipegangin bae perutnya melilit-lilit, gitu ... " (Kamis, 22 November 2007}

Melihat anak yang mengeluh kesakitan SA tidak hanya duduk diam dan

pasrah menerirna saja dengan terus cemas dan gelisah tanpa berbuat dan

berusaha apa-apa. Walaupun keadaan ekonominya kurang mendukung,

namun SA tidak menyerah untuk mengobati anaknya.

"/tu rencananya mau dibawa ke Rumah Sakit Umum Bekasi, orang di Ru mah Sakit kecil mah diaper-aper mulu ngga ada yang sanggup ..• katanya, ini mah kudu dibawa kesono, kudu masuk ruaog gawat darurat ... diruang apa namanya tuh ... ? ICU, ya ... sebab udah koma gitu, kata dokter yang di Rumah Sakit Nanoh (klinik) ... udah bikin surat keterangan ngga mampu ... eh, orang jaraknya jauh ya ... pas pertengahan jalan. Anaknya kaya ngga mao gitu ... brontak-brontak, kejang, trus muntah-muntah kaya macem ada darahnya gitu... udah kebanyakan obat kali ya ... ? Dari dokter, trus jamu dari mami dewi bu/an (shinshe), ngga kuat kali gitu kayanya udah penuh kebanyakan obat. Trus sodara ipar saya ada yang nyaranin ... "Udah ngga mao kayanya nih bocah, udah dah kita bawa pulang aja ... ngga mao ngerepotin orang tuanya lama- lama kali dia ... ?" ya udah, dibawa pulang. Tapi suami saya maonya dibavva pulang ke rumah mertua saya aja, ya udah jadinya dia meninggal di sono ... " (Wawancara Jumat, 23 November 2007}

Page 68: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

54

Demi kesembuhan anaknya, berbagai cara SA lakukan. Mulai obat-obatan

tradisional dari dedaunan dan jamu yang diberikan oleh se<>rang shinshe,

obat medis oleh dokter, bahkan air putih yang diberikan oleh ustad dan

dukun.

"Ud;;Jh banyak. Kebi<Jan, ke<Jokter, keli!hinli!he mami i(u <Jewi bu/;;Jn, keustad ampe kedukun. Hampir semuanya dah. Semua udah diusahain gitu, kemana aja. Bukan pagimana-pagimana gitu El, kan Allah Juga tau ya. Kan katanya ge kalo buat obat mah makan daging babi ge boleh bae, yang penting sembuh ... !" ( Wawancara Jumat, 23 November 2007)

Untuk mengetahui perjalanan sakit dan proses pengobatan medis yang

diambil oleh SA untuk kesembuhan anaknya. Penulis mencoba untuk

menggali hal tersebut, dengan bertanya lebih mendalam (melakukan

probing). Berikut ini petikan wawancara yang dilakukan penulis denga SA:

• lya saya tau, trus waktu berobat ke dokter, kata dokter anak teteh sakit

apa ... ?

"Disuruh USG, berobat mah udah ... pas gitu katanya disuruh USG biar ketauan jefas penyakitnya apa ... ? Soa/nya waktu berobat baru cum a dikira-kiro aja katanya fambungnya kena lah, ususnya bengkak /ah tapi be/on pasti ... cuman ... anaknya pas mao diketjain (USG) ngga mao ... brontak-brontak, melilit-lilit gitu, kan jadinya ngga bisa jadi gaga/ hasilnya ... "

• Tapi udah sempet di USG?

"/ya, udah ... udah sempet... udah, udah, udah daftar gitu, udah dikerjain, di Rumah Sakit Rawa Lumbu"

Page 69: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

55

.. Kalo ke Bidan apa katanya?

"Sama,,, cuman ngasih obat sirup, ngi/angin sakit perut katanya,,,"

• 0 ... gitu, trus kalo ke Ustad sama ke Dukun di apain?

"ya, kalo k1;1situ mah cuman minta aer ama didoanin ... katanya kan ada dukun pinter El yang bisa ngobatin ... orang buta aja di obtain ama dia bisa melek gitu, makanya kan manggil dia, ka/i dia bisa gitu, bukannya kita ngedu/uin Allah ya ... kan sareat mah datengnya dari mana aja ya ... ? Trus dateng tu orangnya, di obtain ... waktu di obtain, ditanya tanggal lahimya hari apa, pas gitu saya bilang jumat k/iwon. Nah ... yang ngobatin itu, lahimya legi ... dia bilang ga sanggup, soalnya kliwon ama legi kalo di ibaratin perguruan mah tinggian kliwon gitu ... jadi dukun itu ilmunya kalah gitu, ngga bisa ngobatin ... kalah menang ama ilmu kliwon ... pokonya ngobatin lama tapi tetep ngga bisa, trus dia pulang ... pas dia pulang, di anterin kan ya, sekitar jem dua lewat trus pas jem setengah tiganya anak saya meninggal"

• Teteh ada disampingnya waktu meninggal?

"/ya .. , ada semua, nemenin dia". ma/ah umpamanya kita pe/uk sambi/ megangin dia gitu"

• Berarti, meninggalnya di pangkuan teteh?

"Ngga dipangku, cuman dihadepin aja gitu, rame-rame nemenin, dibacain yasin ... diliatin dia meninggalnya, cuman ngga di pangku ... orang abis di obtain yang ama dukun itu, ditaro di tiket: Make bantal". (wawancara jumat, 23 Novemer 2007).

Walaupun SA sangat sedih dan berat kehilangan buah hatinya, namun SA

yakin bahwa Allah sudah menentukan yang terbaik untuk anaknya, yaitu

berada tenang di sisi-Nya. SA tetap berusaha tegar dan ikhlas karena

Page 70: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

57

"lnget mah inget si El ... tapi udah di ikhlasin aja ... ada emang .. kadang ada ke ingetannya, karena kita sayang gitu, ya ... karena itu aja, tapi kit? lupain /agi aja, ya maksudnya ka/o /agi inget cepet-cepet kita lupain"

• Bagaimana cara teteh buat ngelupainnya lagi kalo lagi inget?

"Biasa aja ... maksudnya, dibawa ngobrol ama sodara-sodara gitu, di ajak becanda, trus ka/o /agi inget yang misa/nya ampe sedih bangat mah banyak- banyak istigfar, ya pokonya kita nyari kesibukan, dengan masak atau ngapain gitu ... ntar juga lupa sendiri ... " (Wawancara jumat, 23 November 2007).

Sebagai seorang ibu, SA tidak akan pernah rnelupakan putra pertamanya

tersebut. Dan baginya, anaknya akan tetap dikenang seb<:1gai anak yang

manis, penurut, dan cerdas.

"Ngga ada bagi saya mah ibunya yang ke ingetan ampe sekarang anak saya mah baik semua ya ... apa/agi dia mah nurut kalo dibilangin, kalo dibilangin jangan naka/, dia ngga nakal". . .. " (Wawancara jumat, 23 November 2007).

Analisa Kasus

a. Reaksi Psikologis yang Muncul Akibat Kehilangan Anak

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan SA, diketahui adanya gejala

stres yang mengakibatkan munculnya reaksi psikologis. Hal tersebut timbul

akibat dari perasaan sedih, marah, merasa bersalah, karena kehilangan anak

yang meninggal. Seperti yang di gambarkan pada table beirikut ini:

Page 71: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

58

Tabel 4.2.1

Gambaran Reaksi Psikologis Kasus SA

Aspek lndikator Keterangan Psikologis

Perubahan - Merasa kehilangan 3 bulan Emosi -sedih setelah

- Merasa keseplan kematian anak

- cem.:1s - gelisah

Perubahan - sulit berkonsentrasi Bulan cara berpikir - muncul ingatan yang berulang tentan~f pertama

peristiwa kematian anak setelah anak

- putus asa meninggal

Perubahan - mudah termenung Bulan dalam - mudah menangis pertama perilaku & - lebih pendiam hingga sikap sekarang

Dari indikator tersebut terlihat dalam diri SA muncul reaksi Psikologis akibat

kehilangan anaknya yang meninggal. Akibatnya, SA pun mengalami

beberapa perubahan psikologis yang dapat dilihat pada tiga aspek yakni

aspek emosi, kognitif (cara berfikir) dan konatif (perilaku dan sikap). Dimana

perubahan-perubahan tersebut mengganggu aktivitas kes•:1harian yang

dilakukan oleh SA dalam kurun waktu tertentu. Selain itu, perubahan

psikologis yang dialami oleh SA diantaranya ada yang ber:sifat menetap; lebih

pendiam dan perasaan kehilangan.

Page 72: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

59

b. Faktor yang Memperkuat Reaksi Psikologis

lmpian dan harapan SA menjadi seorang ibu dengan mengasuh dan

mengurus anaknya terhenti ketika kematian menjemput anaknya yang saat

itu menderita sakit. Perasaan kesepian dan kehilangan yang diderita SA

karena kepergian anak yang selama ini diharapkan dapat menjadi pelengkap

dalam rumah tangganya sangat berat dirasakannya.

Faktor kerentanan yang merupakan penyebab munculnya reaksi psikologis

pada diri SA adalah;

(1) Keadaan ekonomi yang kurang mendukung untuk m1~ngobati anaknya,

sehingga SA merasa bersalah karena tidak bisa menyembuhkan

penyakit yang di derita anaknya, sehingga anaknya meninggal.

(2) Merasa tertekan karena anak SA adalah cucu pertarna dari orang

tuanya yang selama ini dinantikan.

(3) Kematian anak yang relatif cepat, anak SA meninggal setelah proses

pengobatan selarna satu minggu.

c. Strategi Coping yang di lakukan pada Kasus SA

Dalam mengatasi masalah yang di alaminya, pada awalnya SA menolak

(denial) kejadian tersebut. Selain itu, cara yang dipilih SA adalah dengan

mencari alternatif-alternatif penyembuhan anaknya, rnencari bantuan

ekonomi untuk kesembuhan anaknya (selama proses pen!JObatan anaknya)

Page 73: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

60

dan dukungan dari keluarga untuk ikhlas (setelah kematian anak) hal ini

menunjukan bahwa SA mencoba mencari dukungan sosial (seeking social

support for instrumental reason). Selanjutnya SA berusaha melupakan

kekecewaannya dengan merasionalkan keadaan dengan berfikir dan

menganggap situasi yang ada sebagai takdir (Acceptance). Yang pada

akhirnya SA meningkatkan ibadahnya kepada Tuhan Yan~1 Maha Esa, dan

meyakinkan diri bahwa Allah akan memberinya banyak anak lagi (Turning to

religion). Dalam strstegi coping seperti ini SA termasuk kedalam coping

Terpusat pada emosi (Emotion Focused-Coping) dengan jenis Turning To

Religion, yaitu dengan meningkatkan keterlibatannya pada kegiatan-kegiatan

religius, agar dapat membantunya menjelaskan masalah yang dihadapinya.

Untuk lebih jelas, penulis mencoba menggambarkan sepe1ti pada tatel

berikut:

Tabel 4.2.2.

Strategi Coping Kasus S.A

No Strategi Coping Jenis Coping lndikator Keterangan

Seeking Social Mencari alternatif- Setelah Support For alternatif kematian Instrumental pengobatan anak anak Reason Mencari bantuan Sebelum

1 Problem ekonomi untuk kematian

Focused Coping pengobatan anak anak

Mencari dukun!~an Sebelum kely;;irg;;i kem;;iti;;in

anak

Page 74: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

61

Denial Kesedihan yang Setelah lama kematian

anak

Positive Memiliki asumsi Setelah Reinterpretation bahwa kematian kematian and Growth anak adalah takdir ank

Tuhan

2 Emotion Acceptance Mengikhlaskan Setelah Focused Coping kematian anak kematian

anak

Turning to Menggunakan St el ah Religion busana muslimah kematian

anak

Raj in Setelah melaksanakan kematian shalat lima waktu anak

4.2.2. Kasus l

Observasi Subyek

Nama L

Jenis kelamin Perempuan

Ternpat/Tanggal lahir Bekasi, 10 Juli 1969

Pendidikan : Tidak sekolah

Ag a ma Islam

Pekerjaan Pernbantu

Tanggal wawancara : 31 Desember 2007

Tempat wawancara Rumah responden (kp. Kelapa dua RT 02/09

Padurenan Mustikajaya Bekasi Timur 17156)

Page 75: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

62

a. Observasi Umum

L memiliki berat badan 55 kg dan tinggi 158 cm. L cenderung memiliki wajah

bulat persegi, bentuk tubuh seimbang antara tinggi dan barat badannya (tidak

kurus dan tidak terlalu gemuk) berkulit coklat dan rambut ilurus pendek

sebahu dikuncir. L menggunakan baju tidur pendek dengan warna dasar

merah yang bermotif loreng, memakai sandal jepit warna orange, tidak

bermake up dan hanya menggunakan anting giwang berukuran kecil.

L adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat sederhana. Ketika diminta

untuk menjadi responden awalnya L menolak dengan alai;an tidak bisa

menjawab.katanya "et, ngapain si Lisa ... ma'L mah engga ngerti ah ... engga

bisa ngomongnya neng ... " akan tetapi setelah penulis menjelaskan maksud

dan tujuan penulis yang dibantu dengan bantuan anak tertua L (lulusan SMU)

yang merupakan teman penulis, barulah L bersedia untuk menjadi responden

dalam penelitian ini.

"Ya udah, dah.. Tapi pake bahasa kita aja ya Lisa, takut ma' Lis engga rt

. ,, nge 1. ..

Wawancara dilakukan selama dua hari bersamaan dengan melakukan

observasi. Wawancara pertama dilakukan pada hari jumat 14 Desember

2007 pada pukul 10.00 sampai dengan pukul 11.45 WIB. l<emudian

wawancara kedua dilakukan pada hari sabtu 15 Desember 2007 pada pukul

Page 76: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

13.00 sampai dengan pukul 14.00 WIB. Wawancara pertama dan keclua

dilakukan dirumah responden tepatnya diteras depan.

63

Awai wawancara berlangsung, L kelihatan sangat tegang, dengan posisi

duduk yang tegap, wajah lurus kedepan menatap penulis. Hal itu menunjukan

bahwa L sangat kaku dan tidak santai. Terlebih ketika penulis mengeluarkan

tape recorder dan alat-alat untuk wawancara (buku catatan dan pulpen).

Namun, ketika pertanyaan yang penulis ucapkan mengalir seperti ngobrol

biasa, L mulai terlihat lebih rileks.

Ketika wawancara dengan L, penulis merasa kurang nyaman dan fokus

karena ditempat wawancara ada dua anak L yang menemani (anak pertama

dan anak bungsu L). terlebih ketika anak L yang berusia lima tahun

merengek minta diambilkan makan. Akan tetapi, kehadiran anak pertama L

dirasakan penulis cukup membantu, apabila L diam dan tidak mengerti atau

tidak tahu harus menjawab apa, maka anak pertama L membantu penulis

untuk menjelaskan kepada ibunya.

b. Observasi khusus

Ketika penulis mulai mengarahkan pertanyaan kepada L tientang anak

keduanya yang telah meninggal, L sering mengusap wajahnya dengan kedua

tangannya. Selain itu, saat lebih diarahkan tentang proses perawatan yang

Page 77: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

64

dilakukan sampai anaknya meninggal, L sangat antusias untuk menceritakan

tentang kejadian tersebut.

Gambaran Kasus

a. Riwayat Kehidupan Sebelum Anak Meninggal

L (43 tahun) adalah seorang wanita yang lahir di Bekasi, 10 Juli 1965. L anak

kedua dari empat bersaudara. Menikah pada usia 19 tahun dan dianugerahi

4 orang anak (2 laki-laki dan 2 perempuan). Walaupun keadaan ekonomi

yang hanya berkecukupan, L yang awalnya hanya berprofosi sebagai ibu

rumah tangga ini sangat optimis menjalani kehidupannya sebagai istri untuk

suami dan ibu untuk anak-anaknya. L sangat sayang kepada anaknya karena

menurut L anak adalah pelengkap rumah tangga yang akan menjadi penerus

keturunannya kelak.

"/ya pengen punya anak, pengen punya keturunan, pengen bahagia gitu hidupnya gitu, berumah tangga gitu ... ketenangan gitu ... " (Wawancara Jumat, 14 Desember 2007).

Menurut L dalam mengasuh dan mengurus anak tidak ada istilah repot,

karena L sadar bahwa itu semua adalah konsekuensi yan!~ harus L terima.

"A/hamdulillah gampang ... ! engga ada yang susah gitu, ya ... ngurusin ini anak udah 4 ge' ini. Gampang-gampang gitu, ngga ada yang susah gitu ... ka nada orang yang bilang gitu, ngurusin anak ada yang susah, ada yang gampang. Tapi ini mah a/hamdu/illah gampang semua." "Kalo K (almarhum) gampang banget ngurusinnya ya, tapi geneng gampang juga ya pegihnya gitu ... " (Wawancara Jumat, 14 Desember 2007).

Page 78: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

65

L adalah seorang ibu yang sangat tulus, pengabdiannya ke,pada suami serta

mengurus anak tidak pernahmengeluh, meskipun l<eadaannya hanya

sekedar cukup. Suami L yang hanya bekerja jil<a ada yang mengajak

berbisnis, L tidal< mengeluh. Kedekatan anal<-anal< L l<epada L dijadikan

penawar semua l<eluh kesahnya.

"Ya ... anak-anak mah dekat-dekat gitu, ampe ini(samt>il menunjuk kearah anak pertamanya) dia ge dekat juga gitu, bagEm sekarang udah kawin ge gitu geneng ... "

" Kalau bapak?

'ya, dekatjuga tapinya lebih dekat kesaya,gitu ... " (wawancara jumat, 14 Oesember 2007).

Walaupun hanya berkecukupan, al<an tetapi L berusaha mengurus anaknya

dengan baik, hingga anak pertamanya berusaha 12 tahun L baru memiliki

anak lagi. L tidak pernah menbeda-bedakan antara anal< laki-laki dan anak

perempuan. Karena menurut L, baik anal< laki-laki ataupun anak perempuan

adalah kerurunannya yang harus dirawat dengan baik.

"Sama bae ah, kata saya mah anak laki-laki atau pemmpuan ge ... anak kita-kita juga gitu .. . mao bagaimana lagi, udah dikasihnya ... sedikasihnya ge, kita ngurusinnya gitu ... " (wawancara Jumat, 14 Desember 2007).

Layaknya keluarga bahagia yang lain, hidup L yang hanya berkecukupan itu

dirasakannya sudah lengkap dengan memiliki suami dan :2 anaknya

(perempuan dan laki-laki). Akan tetapi kebahagiaan L itu dirasanya cul<up

Page 79: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

66

singkat, l<etika L dihadapkan pada keadaan sakit anak keduanya yang sangat

rnendadak dan berujung pada kernatian.

"Dia ... siangnya mah ngga ngapa-ngapa ... pas ma/em jem 1 jem 2 tu kerasa ... kejang-kejang gitu ya, kedinginan ya, trus matanya mendelik gitu ngatas-ngatas gitu. Ya, trus ampe pagi. Pas pagi,. dibawa ke Rumah Sakit Nanoh (klinik). Di Rumah Sakit katanya "ngga apa-apa ini mah" gitu katanya ... padahal mah ya ... kon udah ... uadah .l<ejang gitu, udah ngga ada anunya dah gitu, dibawa ke Rumah Sakit g1-;J .. " (Wawancara Jurnat, 14 Desernber 2007)

Keadaan panik karena K (anak L) yang saat itu belurn ada perubahan sangat

cernas dan tidak sabar untuk rnernbawa K berobat kernana pun (alternatif)

anaknya agar bisa sernbuh.

"Dukun ge udah banyak, dukun mana aja gitu, udah ampe kemari gitu ... tapi ga masuk itu dukun, udah di pencet diapain ge Y•~ ongkoh baf>

't " g1 u ...

" Waktu dibawa ke Rurnah Sakit, kata dol<ternya apa?

" Ya ngga bilang apa-apa, tu ya kon kita ngerasa kese/nya begitu ya ama dokter bilang begitu doang. Andenya kon ya emang anak kita, udah pecicilan begitu dibi/ang ora ngapa-ngapa ... "

.. Waktu itu badannya panas ga?

"Ngga ... ngga panas, cuman dingin gitu ... menggigil, matanya mendelik ngatas, terus jem 1 siang udah dah meninggal. Waktu meninggal itu mao dibawa ke Rumah Sakit lagi, tapi ngga kuat dianya, ya udah dah ... " (Wawancara 14 Desernber 2007)

Meskipun bisa dibilang cukup singkat, akan tetapi L rneras.a usaha untuk

rnenyelarnatkan anaknya sudah cukup banyak, dari mulai rnedis hingga ke

alternatif. Walaupun usaha yang di lakukannya tidak berhasil dengan baik.

Page 80: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

"Udah banyak usaha yang saya ama bapaknya /akuin, tapi ngga ada yang masuk, cuman sehari sema/em itu ... " (Wawancara Jumat, 14 Desember 2007)

Sebagai seorang ibu, kedaan tersebut tentunya berat bagi L. akan tetapi, L

sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain mengikhlaskan kepergian K

yang sangat disayanginya.

"/ya, ada ... emangan ama kita, tapi dipangkunya mah ama bapaknya. Kita disampingnya gitu ngga mingser-mingser".

67

(Wawancara Jumat, 14 Desember 2007).

Kematian anak yang dirasa cukup singkat, sesaat membuat L lupa dan

seolah menyalahkan takdir dan orang (dokter) yang pada saat itu tidak bisa

lagi menolong anaknya.

'ya pagimana ya rasanya, gitu ... udah ngga inget apcr-apa dah gitu, udah ngga ada rasanya ... "

• Saat itu pingsan ngga?

"Ya, iya ... 11

• Teriak- teriak ngga?

"Ya, udah ngga inget apa-apa ... dah, gitu ... kita sambatan ge ... "

• Mukul, maki, atau guling-guling ngga?

"Ngga begitu mah, cuman sambatan doang gitu, gimana ya orang kaga sakit /agi gitu namanya ngga sakit Jama, cuman sema/E1man doang jadinya pikiran kita pagimana gitu" (Wawancara Sabtu, 15 Desember 2007)

Page 81: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

68

b. Kondisi Saat lni

Sebagai seorang yang beragarna akhirnya L pun sadar bahwa hal itu sudah

rnenjadi kehendak Tuhan yang harus dijalaninya. Sehingga sedikit demi

sedikit, L rnencoba untuk rnengikhlaskan kepergian anaknya.

"Ya ... bagaimana ya, ya udah dah. Udah begini mah ya kalo kita orang kampong mah gitu, udah nasibnya kali ya ... udah ninggangnya gitu, ya mudah-mudahan barang kuat ge gitu iman kita, pikirain kita, dah ngeredainnya gitu". (Wawancara Sabtu, 14 Desember 2007)

Akan tetapi, walaupun L rnencoba untuk rnelupakan semuanya, tetap saja ia

rnasih ingat kejadian tersebut dan tidak akan pernah bisa rnelupakannya.

"Kato /agi pikiran pagimana ... gitu, ya sokan keingetan gitu ya ... sokan keingeatan, ya mananya meninggal ngga sakit /agi gitu ... " (Wawancara Sabtu, 14 Desernber 2007).

Dukungan keluarga, saudara dan kerabat dekat dirasakan sebagai obat yang

sedikit dapat mengurangi kesedihan L karena kernatian anaknya.

"Ya gimana ya ... taronyajuga kita udah ada tiga ini ... yang masih idup, udah dah gitu dia biarenak aja gitu di sono ... kalo tai1i ke ingetan mah kita memaen ge gitu ... kita nenangga ... masak ... targe i/ang /agi, gitu pikiran kita ... untungnya ge, kita punya tetangga deke•t-deket gitu, pada bae semua, pada ngedukung kita gitu barang ikh/as, sabar, gitu selain suami, tetangga ge gitu pada bae ... "

• Kalo keluarga, sodara-sodara ngedukung juga apa ng~1a?

"Ya ngedukung mah ngedukung ... cuman kon disini (di rumah mertua) pada sibuk ... kon si Kiar mah matinya bareng pisan ama emak (mertua) hajatan ... ngawinin namah (adik ipar L) ... jadinya ya pagimana ya sodara. sodara ge bolak-balik bae gitu, ntar ke kita ... ntar kerumah emak nganuin tamu ... jadi itu ge, tetangga- tetangga abis kondangan pada kekita gitu ngasih dukungan biar supaya sabar .. "

Page 82: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

69

Kenangan akan K dalam benak L pun tak pemah bisa L lupakan. Terlebih

menurut L, K pemah punya kenangan buruk dengan saudara ipar L

"Anaknya mah nurut bangat ... terus dia /agi idupnya ctu/u pemah dimarahin ama sodara terus dia adanya di po'on pisang di pinggir empang. Anak gua ... dimarah-marahin orang, /agi nyompot bae di po'on pisang di pinggir empang gitu dia ... tu sedihnya ya itu, yang ampe karang masih ke ingetan ... ama sodara pemah begitu ama dia ... "

Tak beda dengan seorang ibu yang lain, akhimya L pun hanya bisa pasrah

terhadap nasib yang dialaminya (kehilangan anak karena fcematian). L pun

hanya bisa berdoa semoga Allah menghendakinya untuk ciiberi anak laki-laki

lagi sebagai pengganti anak keduanya tersebut.

"Ada ... ya kepikiran begitu ya, mudah-mudahan biar dikasih anak /aki· laki lagi gitu. Ya, emang yang meningga/ anak laki-laki biar dikasih anak /aki-/aki lagi, ya itu geneng datengnya ling (anak ketiga yang pada saat terakhir wawancara baru pulang dari seko/ah)". (Wawancara Sabtu, 15 Desember 2007).

Analisa Kasus

a. Reaksi Psikologis yang Muncul Akibat Kehilangan i!\nak

Berdasarkan wawancara yang penulis laksanakan dengan subyek, dapat

diketahui adanya reaksi psikologis yang terjadi akibat dari kematian anaknya.

Sehingga hal tersebut dapat di katakan sebagai gejala streis yang

menyebabkan perubahan dalam hidup L. Seperti yang digambarkan pada

table berikut:

Page 83: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

70

Table 4.2.3 Gambaran Reaksi Psikologh; Kasms• !.

Asoek osikoloais lndikator li<eteranaan Sedih Gelisah Saat Anak Sakit Ce mas

Perubahan Emosi Teriak-teriak Saat Anak Meninggal Pinasan Merasa kesepian Setelah kematian anak Merasa Kehilanaan sarnpai sekarang Sulit berkonsentrasi Saat anak sakit

Perubahan cara outus asa Sae1t anak sekarat

berpikir muncul ingatan yang Minggu pertama sampai berulang tentang kejadian 2 bulan pertama terse but

Perubahan Sikap mudah termenuna Minaau oertama dan Perilaku mudah menangis Minggu kedua

Pada kasus L, reaksi Psikologis yang dapat dilihat adalah dengan

perubahan-perubahan perilaku yang ditampilkan dalam aspek-aspek

psikologi. Pada aspek emosi pada awal kematian anaknya L mengalami

shock, teriak-teriak dan mengakibatkan L tidak sadarkan diri (pingsan). Pada

aspek kognitif (cara berfikir) terdapat perubahan pada diri L seperti; sulit

berkonsentrasi, dan munculnya ingatan yang berulang tentang kematian

anaknya. Dan pada aspek konatif (perilaku dan sikap) pada diri L terdapat

perubahan seperti; mudah termenung, mudah menangis dan lebih pendiam.

Page 84: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

71

b. Faktor yang Memperkuat Reaksi Psikologis

Perasaan sedih dan kehilangan yang dialami L dirasakannya sangat

mendalam, ketika L dihadapkan pada kematian anak keduanya. Faktor

kerentanan yang menjadi penyebab timbulnya stress pada diri L adalah:

(1) Keadaan sakit yang tidak lama dan tidak jelas apa yan~1 dialami K

membuat L merasa tidak terima ketika dokter berkata tak apa-apa atas

penyakit yang di derita anaknya.

(2) Keadaan ekonomi yang kurang mendukung untuk penyembuhan

anaknya.

(3) Keadaan lain (resepsi pernikahan adik ipar L) yang bensamaan dengan

kemaatian anaknya dirasa L sangat membuatnya tertekan.

c. Strategi Coping yang dilakukan pada Kasus L

Dalam mengatasi kesedihan akibat kehilangan anaknya, L berusaha

menghilangkan kesedihannya sedikit demi sedikit dengan lberdoa dan berpikir

bahwa kelak Allah akan memberinya anak laki-laki lagi.

"Ya ... mudah-mudahan barang kuat, gitu ya lwat iamn kita, pikiran kita dah ngeredainnya gitu. Ya ... pasrah bae dah kita biardikasih lagi anak /aki-l;aki gitu ya ... emang yang meninggal /aki-laki." (Wawancara Jumat, 14 Des 2007).

Adanya ketegaran dan keimanan yang dimiliki L membuatnya dapat bertahan

dalam situasi yang menekan saat itu. Walaupun L sendiri belum yakin, akan

langkah kehidupannya kelak. Akan tetapi L memfokuskan penyelesaian

Page 85: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

72

masalahnya dengan mengatur terlebih dahulu keadaan emosinya (emotion

focused coping) dengan jenis positive reinterpretation and growth yaitu

dengan memandang kejadian-kejadian yang di anggap sebagai maslah

menjadi sesuatu yang positif, dengan bertujuan untuk mengendalikan emosi-

emosi yang tidak menyenangkan.

No Strategi Coping

1 Problem Focused Coping

Emotion 2 Focused Coping

Tabet4.2.4

Strategi Coping Kasus L

Jenis Coping lndikator

Mencari alternatif-

Seeking Social alternatif pengobatan

Support For anak Instrumental

Reason Mencari dukungan keluarga dan kerabat dekat

Denial Kesedihan yang lama

Positive Memiliki asumsi Reinterpretation bahwa

and Growth kematian ana1k adalah takdir Tuhan

Acceptance Mengikhlaskan kematian anak

Turning to Tawakal dan berserah diri

Religion pada Tuhan.

Keterangan

Setelah kematian anak

Setelah kematian anak

Setelah kematian anak

Setelah kematian anak

Setelah kematian anak

Stelah kematian anak

Page 86: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

4.2.3 Kasus Y

Observasi Subyek

Nama : Y

Jenis Kelamin Perempuan

Tempat Tgl. Lahir Bekasi, 17 juli 1957

Pendidikan : Tidak Sekolah

Agama Islam

Pekerjaan lbu Rumah Tangga/Petani

Tgl. Wawancara : 29 Februari 2008

73

Tempat Wawancara Rumah Responden (Cimunin!l Rt 05/07 Buaran

Mustikajaya Bekasi Timur 171156)

a. Observasi Umum

Y memiliki berat badan sekitar 65 kg, dengan tinggi badan sekitar 160cm. Y

cenderung memiliki wajah yang bulat, berkulit sawo matang dan rambut lurus

di konde. Y menggunakan baju kuning pendek, dengan kain panjang bermotif

batik cokelat dan tidak menggunakan asesoris dan make-up sedikitpun.

Y adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat polos, dan pendiam. Ketika

di minta untuk menjadi responden dan di wawancarai, Y hanya

memperlihatkan ekspresi datar tanpa terlihat sedih sedikitpun, dengan alasan

Page 87: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

74

ia sudah mengikhlaskan kejadian tersebut karena kejadian tersebut sudah

lama.

Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Febrruari 2008 pada pukul 15.30

sampai dengan 16.1 O WIB. Wawancara dilakukan di rumah responden. Awai

peneliti mendatangi rumah Y untuk wawancara, Y kelihatan sangat bingung.

Akan tetapi, setelah penulis yang di temani oleh seorang t,eman penulis yang

merupakan tetangga rumah Y menjelaskan maksud dan tujuan penulis, Y

mulai sedikit mengerti dan sedikit membuka diri kepada p€lnulis.

"Ngapain Nung ... ?" (Teman penulis)

• Eh .. ini mak, temen saya ada yang mao nanya-nanya ...

"N ? anya apaan. ...

• Nanya itu, nanya anak-anak mak ndung (panggilan Y) yang udah pada

meninggal, saya ada tug as dari sekolaan .. mao ya mak ... ?

"' Tapijangan susah-susah nung ... gua mah ngga ngerti ...

• lya ...

b. Observasi Khusus

pada saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di berikan, Y terlihat kaku

dan tidak faham meskipun penulis sudah berusaha mengaikrabkan diri dan

bertanya dengan mencoba menggunakan bahasa yang sama dengan nya.

Page 88: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

75

Ketika ditanya tentang kematian anaknya, Y terlihat enggan ditanya lebih

dalam. la seolah tertutup dengan hanya menjawab pertanyaan seperlunya

saja dengan alasan hal tersebut sudah sangat lama sehin!iga ia sudah lupa

akan kejadian tersebut.

Gambaran Kasus

a. Riwayat kehidupan sebelum anak meninggal

Y adalah seorang perempuan yang sangat polos. Kehidupannya semasa

kecil hingga sekarang hanya di desa dan bekerja di sawah untuk menanam

padi. Y, dilahirkan di Cimuning, pada tanggal 17 juli 1957. Y menikah muda

pada usia kurang lebih 15th. Semasa perkawinannya, Y tidak pernah

merasakan hidup mewah. Meskipun demikian, ia tidak pemah mengeluh dan

selalu bersabar.

Dalam berumah tangga, Y tidak pernah mengikuti program KB, oleh

karenanya, di usia perkawinan yang masih muda, ia langsung dianugerahi

seorang anak. Menurutnya, keturunan itu adalah rezeki dari Tuhan yang tidak

boleh ditolak. Selain itu, ia juga ingin menjadi seorang wanita yang

sempurna dengan menjadi seorang ibu dengan keturunannya yang dapat

mengurus kehidupan di hari tuanya kelak.

"Ya .. .iya, kali .... kalo punya anak mah nanti ka/o saya udah tua ada nyang ngurusin saya,. .. "

Page 89: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

76

Soal keturunan, Y tidak pernah membeda-bedakan jenis k'elamin, ia

menerima apapun yang diberikan Tuhan kepadanya, karena menurutnya

jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan sama saja. Sama-sama makhluk

titipan Tuhan yang harus diasuh dan dirawat dengan penuh rasa cinta dan

sayang,

"Sama bae, kalo kata saya mah .... anak perempuan, anak laki-laki ge ... "

Y adalah seorang ibu yang sangat sayang dengan anak-anaknya.meskipun

kehidupan rumah tangganya sederhana tapi Y sangat sabar untuk mengurus

anak-anak dan suaminya.

"Lha iya .... deket-deket ama saya mah .... "

" Kalo bapak

"deket juga, sama bae ... "

Akan tetapi, kebahagiaan yang Y rasakan seolah hanya kebahagiaan

sesaat, ketika Y dihadapkan pada keadaan sakit mendadak yang

menyebabkan kematian.

"/ya anak saya mah sakitnya ngga lama padaan, cuman semalem semuanya nga kecuali yang keempat aja itu sekitnya ampe 4 bulanan, di Cipto ....

" Emang anak emak yang mati ada berapa?

"Ada 3 dari em pat .... "

• Yang pertama jenis kelaminnya apa?

Page 90: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

77

"cewe .... "

• Yang kedua dan 3?

"Yang kedua cowo, trus yang satunya lagi bukan yang ketiga, tapi yang keempat cowo, baru dah yang ke 3 cowo, juga itu yang nyisa tingga/ dia doang satu-satunya ..

" Maksudnya, anak emak yang meninggal ada 3 tapi yang ke 1, 2 dan 4? Terus yang sisa tinggal yang ke 3? "/ya ... dia doang ampe karang ninggangnya udah gede .... yang /aen mah lagi masih kecil adaan matinya, tapi yang keempat itu waktu umur 5 f f;J h !Jr/"

" Anak emak yang ke 1, 2 dan 4 itu sakitnya apa sebelum meninggal?

"Sakitnya kalo yang yang pertama ama yang kedua mah panas ... ngga lama, itu ge sakitnya cuman ada yang dua ma/em ama semaleman doang ... panas nggigil gitu ... yang dua mah nggalama dah pokonya ... kalo yang bontot, tu sakitnya apa tau itu ... ? Matanya jadi gede gitu ampe kaya tutup termos .... katanya mah tangker, apa ... apa tau itu, .kaga ngerti saya ge ... "

Kejadian yang sangat memilukan tersebut tentu saja sangat membuat Y

merasa terpukul. Akan tetapi, menurut Y itu memang kehendak Tuhan YMS.

"Ya abis mao gimana /agi .... ya emang udah nasib saya kali punya anak pada mati bae ... diobatin ya udah .... tapi geneng ya gitu ... "

• Emang waktu sakit udah diobatin kemana bae mak?

"Udah semua-mua ... di kampung udah daon-daonan, orang pinter udah, dokter udah ... apa lagi yang bontot mah itu .. udahan sedara-sedaranya mah ngga lama sakitnya, kalo dia mah kan ilu ... ampe J'ama."

• Kalo di bawa ke dokter diapaian mak? Sempet dirawat ke RS ga'?

"Lah. ... lama bangel. Ampe berapa bu/an dulu .... ada kal'i mah empat bu/anan gitu ... mana di Cipto, sono jauh bangat..."

Page 91: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

78

Sebagai seorang ibu, Y tentu saja merasa tertekan atas kejadian tersebut.

Akan tetapi, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa pasrah dan

berusaha ikhlas mendampingi kepergian anak-anaknya.

"Lah .... orang kita nyeng nemenin. ... ada ... "

" Dipangkuan emak meninggalnya ..... ?

"Kagak .... ouman disamping doang kitanya, kita adepin gitu .... kita dekap d " oang ....

b. Kondisi Saat lni

Perasaan pedih, karea kehilangan orang yang dicintai tentu saja merupakan

ujian berat yang harus dijalani oleh Y. Terlebih jika harus k:ehilangan 3 orang

sekaligus secara berurut. Akan tetapi Y berusaha melupak:an kejadian

tersebut dan berusaha tetap bahagia dengan kehidupannya sekarang.

"Ya .... sedih. .... udah lama banget .... udah /upa ..... "

• Tapi dari anak yang pertama, kedua ama keempat itu e1mak teriak-teriak,

pingsan, atau gimana, gitu mak?

"Teriak-teriak dikit, tapi orang ampe sesambatan banget ..... " tapi saya disuruh istigfar bae .... ya saya istigfar ge ... "

• Sapa yang suruh istigfar?

"Laki saya, emak saya, sudara-sudara saya, empo saya .. . nyuruh saya nyebut ... 'ikhlas' gitu katanya .... "

Meskipun demikian, Y tetap tidak bisa melupakan bahwa ia memiliki 4 orang

anak, walaupun yang hidup hanya satu orang saja.

Page 92: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

79

"Kato /agi pikirin gimana ... . gitu ya saya suka inget .... "

" Terus cara emak buat ngelupainnya gimana?

''.Ya dilupain /agi bae ge .... "

" lya caranya gimana, gitu mak ... ?

"Pagimana ya ... ya kita .... ya pagimana andenya targe lupa lagi gitu .... kita bawa masak ge /upa /agi .... ya emangan kerjanya tebang masak ama tani .... pa/ingan abis itu ke rumah sodara apa nenangga ... gitu .... "

" Yang masih keingetan ampe karang kenangannya apa mak?

''Anak kita mah orangan matinya masih keci/-kecil, jadi ora banyak kenanyannya. Apa/agi nyeng buruk-buruknya mah be/on ada, masih be/on ada dosanya semua .... "

Tak beda dengan ibu yang lain, Y pun hanya bisa pasrah akan kejadian pahit

yang menimpa anak-anaknya. L hanya bisa berdoa semo~1a Tuhan

menghendakinya untuk diberikan kepercayaan mengurus anaknya yang

masih hidup terlebih juga jika ia diberi kesempatan lagi untuk memiliki anak.

"La .... saya mah dikasihnya bae ... saya terima .... "

Analisa Kasus

a. Reaksi Psikologis yang Muncul Akibat Kehilangan Anak

Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan dengan responden,

dapat diketahui reaksi Psikologis yang muncul pada diri subyek , seperti yang

digambarkan pada tabel berikut ini:

Page 93: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

80

Tabel 4.2.5

Gambaran Reaksi Psikologis kasus Y

Aspek Psikologis lndikator l<eterangan

Sedih

Gelisah Saat Anak Sakit

eemas

Perubahan Emosi Teriak-teriak Saat Anak Meninggal

Pingsan

merasa kesepian Setelah kematian anak

Merasa Kehilangan sarnpai sekarang

$1Jlit bi;irkonsentrasi S<1at anak sakit

Perubahan cara putus asa Saat anak sekarat

berpikir muncul ingatan yang Minggu pertama sampai berulang tentang kejadian 1 bulan pertama tersebut

Perubahan Sikap mudah termenung Minggu pertama dan Perilaku mudah menangis Minggu pertama

Dari indikator yang ada pada kasus Y, reaksi psikologis yang dapat di lihat

adalah adanya perubahan perilaku yang di munculkan dalam aspek

psikologis. Pada awal kematian anaknya, aspek emosi yang muncul adalah

shock, teriak-teriak hingga tidak sadarkan diri. Pacla aspek kognitif (cara

berpikir), perubahan yang terjadi adalah sulit berkonsenterasi. Sedangkan

pada aspek konatif (sikap & perilaku) adalah mudah termenung.

Page 94: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

b. Faktor yang Memperkuat Reaksi Psikologis

Status Y menjadi seorang ibu seolah di rampas keberadaannya ketika Y

dihadapkan pada kematian tiga orang anaknya yang masih kecil-kecil.

Perasaan sedih, kehilangan, dan kesepian yang di derita Y membuatnya

seolah enggan untuk di ingatkan tentang kejadian tersebut.

81

Faktor kerentanan yang menjadi penyebab munculnya reaksi psikologis pada

diri Y adalah:

(1) Merasa tertekan karena tiga dari empat anaknya meninggal dunia.

(2) Keadaan ekonomi yang kurang mendukung untuk mengobati anknya.

c. Strategi Coping yang dilakukan pada Kasus Y

Awalnya strategi coping yang dilakukan Y adalah (Denial), atau menolak

kejadian tersebut. Selain itu cara yang dipilih Y adalah dengan mencari

alternatif-alternatif pewnyembuhan anaknya, mencari bantuan ekonomi

(menjual tanah dan sawah untuk proses penyembuhan anaknya). Dan

dukungan dari keluarga. Hal ini menunjukan bahwa Y mencari dukungan

sosial (seeking support for instrumental reason). Selanjutnya Y berusaha

menerima dan melupakan kejadian tersebut dengan merasionalkan pikiran

dengan menganggap kejadian tersebut merupakan takdir lruhan (acceptance

& positive reinterpretation and growth). Untuk lebih jelas, penulis mencoba

menggambarkan seperti pada tabel berikut

Page 95: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

Tabel 4.2.6

Strategi Coping Kasus Y

82

No Strategi Coping Jenis Coping lndikator Keterangan

Mencari Setelah alternatif- kematian

Seeking Social alternatif anak

1 Problem Support For pengobatan anak

Focused Coping Instrumental Mencari Setelah Reason dukungan kematian

keluarga dan anak kerabat dekat

Denial Kesedihan yang Setelah lama kematian

anak

Positive Berasumsi Setelah

Emotion Reinterpretation bahwa kematian kematian 2

Focused Coping and Growth anaknya adalah anak suatu atakdir

Acceptance Menerima dan Setelah melupakan kematian kematian anak anak

4.3 Analisis Antar Kasus

Berdasarkan penjelasan dari setiap kasus di atas, peneliti melakukan

penarikan kesimpulan tentang reaksi psiklogis yang di munculkan pada tiap

subyek yang menunjukan adanya grief dan bereavement akibat kematian

anak mereka dan strategi coping yang dilakukan oleh setiap subjek

penelitian. Hal ini dilakukan agar peneliti mendapatakan gambaran yang utuh

dari perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap subjek penelitian.

Page 96: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

83

4.3.1. Reaksi Psikologis Akibat Kematian Anak Antar l{asus

Berdasarkan penjelasan tentang reaksi psikologis yang di munculkan oleh

setiap subjek penelitian. Peneliti dapat menarik kesimpulan tentang adanya

reaksi-reaksi psikologis yang muncul sebagai akibat dari rasa kehilangan

ditinggal mati oleh anak. Perubahan tersebut menyangkut; perubahan emosi,

perubahan cara berfikir dan perubahan sikap dan perilaku. Seperti pada tabel

di bawah ini:

Tabel 4.3.1

Gambaran Reaksi Psikologis Antar Kasus

No Aspek Psikologis lndikator Subjek

SA L y

Sedih '1 '1 '1 Menangis '1 '1 '1 Shock '1 '1 '1

1 Perubahan Emosi T eriak-teriak '1 '1 Pingsan '1 '1 Merasa kehilangan '1 '1 '1 Merasa kesepian '1 '1 '1 Sulit berkonsentrasi '1 '1 '1

2 Perubahan Cara Putus asa '1 '1 '1 Berfikir Muncul ingatan yang berulang '1 '1 Mudah menangis '1 '1

3 Perubahan sikap

Mudah termenung '1 '1 '1 dan perilaku Lebih pendiam '1

Page 97: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

84

4.3.2. Faktor yang Memperkuat Reaksi Psikologis Antar Kasus

Berdasarkan analisa dari tiap kasus di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa

reaksi psikologis yang muncul pada individu di sebabkan oleh beberapa

faktor. Hal inilah yang menjadi pemicu timbulnya perilaku·-perilaku yang tidak

dapat di kontrol, seperti; menyangkal. Marah, teriak-teriak, pingsan, dan

sebagainya. Seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.3.2.

Faktor yang Memperkuat Reaksi Psikologis

Faktor yang Memperkuat Reaksi psikologis Subyek

SA L y

Keadaan ekonomi yang kurang mendukung untuk

" " " pengobatan anak

Merasa tertekan karena ada tuntutan anak adalah cucu

" pertama dari pihak keluarga

Kematioan anak yang relatif cepat " " " Kematian anak bersamaan dengan keadaan lain yang 1 " kurang mendukung (resepsi pernikahan)

Merasa tertekan karena tiga dari keempat anaknya

" meninggal dunia

4.3.3. Strategi Coping Antar Kasus.

Berdasarkan penjelasan tentang strategi coping yang dilakukan oleh setiap

subjek penelitian. Peneliti dapat menarik kesimpulan tentang gambaran

strategi coping yang dilakukan dan dimunculkan oleh setiap subjek penelitian

dalam perilaku dan sikap keseharian mereka. Dimana perilaku dan sikap ini

Page 98: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

85

dimunculkan pada saat anaknya meninggal, dan ada beberapa perilaku dan

sikap yang menjadi suatu kebiasaan baru bagi setiap subjEik penelitian.

Tabel 4.3.2.

Gambaran Strategi Coping Antar Kasu1s

No Strategi Coping lndikator Subyek

SA L y

Active Coping

--- - -------------- ·-- ... !"ICl[]n~nJL. --------.---- ------ _.._ ... --·-- -

1 Problem Focused Seeking Social Support for ..j ..j ..j

coping Instrumental Reason

Suppresion of Competing Activities

Restraint Coping

Seeking Social Support for Emotion~1I Reason

Emotion Focused Positive Reinterpretation and Growth ..j ..j ..j

2 Coping Denial ..j v v

Acceptance ..j v ..j

Turning to Religion ..j ..j ..j

Focusing on and venting of Emotions

3 Maladaptif Coping Behavioral Disengagement

Mental Disengagement

Page 99: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

BABS

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN Stl\RAN

Pada pembahasan bab akhir ini, penulis akan menguraika11 kesimpulan,

diskusi, dan saran. Kesimpulan berisi gambaran umum ha:sil penelitian.

Diskusi merupakan perbandingan antara teori yang ada dengan hasil

penelitian yang diperoleh dilapangan. Sedangkan saran bmupa masukan­

masukan yang sekiranya dapat diperhatikan oleh pihak-pihak yang terkait

dengan persoalan kematian.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan tentang strategi coping yang

dilakukan oleh seorang ibu yang anaknya meninggal dunia. Menunjukan

adanya perbedaan munculnya reaksi emosional yang dilakukan setiap

individu (seorang ibu) akibat kematian anaknya. Perbedaan reaksi emosional

yang muncul pada dasarnya sangat di pengaruhi oleh situasi dan kondisi

yang menyertai, dalam hal ini proses kematian anak (anak mengalami sakit

yang relatif singkat atau lama), kelekatan antara ibu deng<m anak, tuntutan

atau harapan ibu dan pihak keluarga besar terhadap anak serta dukungan

sosial yang diberikan oleh pihak keluarga, yang pada akhirnya sangat

mempengaruhi penerimaan dari setiap ibu.

Page 100: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

87

Pada ketiga subyek dalam penelitian ini, umumnya menggunakan dua

strategi coping yang biasa digunakan yaitu; Problem Focused Coping dan

Emotion Focused Coping. Akan tetapi, jenis strategi copin11 yang cenderung

lebih banyak di pillih adalah jenis coping dari strategi Emotion Focused

Coping yaitu; Denial, Positive Reinterpretation and Growth, Acceptance dan

Turning to Religion. Sedangkan dari strategi Problem Focused Coping yang

di pilih hanya Seeking Sicial Support for Instrumental Reason.

5.2 Diskusi

Usia dewasa adalah usia dimana seseorang biasanya sudah berpikir kearah

yang lebih serius dalam menjalani hidup. Artinya, pada usia ini, individu

sudah mulai memikirkan rencana hidup bersama dengan pasangan yang di

anggap dapat memberikan· kenyamanan dan kebahagiaan hidup dengan

memiliki keturunan dimasa tuanya kelak. Tetapi, pada kenyataannya

kehidupan dalam berumah tangga tidak saja diwarnai denuan kebahagiaan

semata. Masalah-masalah yang dapat menimbulkan konflik kerap datang ikut

mewarnai kehidupan dalam berkeluarga. Hal ini bisa dianggap wajar, karena

bukan hal mudah menyatukan dan menyamakan tujuan yang ada pada dua

insan yang memiliki perbedaan karakter dan kepribadian pada masing­

masing individu tersebut. Tentu saja dibutuhkan kerjasamci, perasaan

menghargai, dan solidaritas yang sangat besar untuk dapat menyiasati

Page 101: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

88

perbedaan tersebut agar jangan sampai menibulkan konflil< fatal. Kehadiran

seorang anak ditengah keluarga dapat dijadil<an sebagai pelengkap hidup

dalam berumah tangga, dimana keturunan bagi pasangan yang berkomitmen

menikah dianggap sebagai penerus keturunan mereka kelak. Selain itu,

kehadiran seorang anak ditengah keluarga juga di anggap sebagai penengah

atau penyelesaian konflik yang ada dalam berumah tangga. Akan tetapi,

kehadiran seorang anak di tengah keluarga, selain di anggap sebagai kabar

baik, ada juga yang menganggapnya sebagai kabar buruk .. Baiknya, karena

mereka telah menjadi seorang ayah dan ibu bagi anak yang dilahirkannya.

Buruknya jika mereka belum memiliki kesiapan secara psilcis ataupun

kesiapan secara materi. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan

kemurungan, yang mana Hurlok (2000) menyebutnya dennan istilah

"kemurungan orang tua baru".

Lebih lanjut Hurlok (2000) menjelaskan bahwa kemurungan atau keadaan

sedih ini, banyak melanda orang tua baru. Terutama kaum ibu dari pada

ayah. Dan lebih banyak dialami orang tua yang baru mempunyai anak

daripada yang sudah mempunyai satu anak atau lebih. Penyebabnya dapat

berupa hal-hal fisik. Seperti adanya perubahan kelenjar yang menyertai

kehamilan dan persalinan, kelelahan saat melahirkan, dan kondisi lemah

yang terus berlangsung setelah persalinan yang normal, yang kesemuanya

menjadi kesedihan ibu. Selain itu, faktor psikologis seperti disebabkan

Page 102: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

89

keprihatinan selama merawat anak, bertambahnya biaya, dan perubahan

dalam pola kehidupan (menghadapi tugas-tugas dirumah clan mengurus

anak) juga ikut berperan. Lebih parah lagi, jika anak yang selama ini diasuh

dan dirawat mengalami sakit yang menyebabkan kematian. Keadaan yang

membutuhkan penerimaan secara ikhlas ini pada awalnya selalu dianggap

sebagai keadaan buruk yang tentu saja sulit diterima, terlebih jika sakit yang

menyebabkan kematian pada anak waktunya relatif singkat. Alhasil, diawal

kejdian banyak orang (ibu) yang ditinggalkan tidak menerirna atau menolak

(Denial). Meskipun setelah itu orang yang ditinggalkan sadar dan harus

menerima kenyataan bahwa orang yang dicintainya telah tiada (Acceptance),

akan tetapi hal tersebut membutuhkan proses panjang yang harus dilalui

untuk dapat mengikhlaskan dan melupakan kejadian terselbut, diantaranya;

orang yang ditinggalkan harus benar-benar sadar dengan !Depikir lebih

rasional bahwa setiap insan pasti mati, dan hal tersebut sudah menjadi takdir

dari Tuhan (Positive Reinterpretation and Growth). Akan tetapi, walaupun

usia kematian anak sudah sangat lama seperti yang telah di kemukakan

pada bab 4 yakni; 32 tahun, 17 tahun, 18 tahun, 22 tahun, sampai dengan 26

tahun tetap saja bagi orang tua khususnya seorang ibu hal tersebut bukanlah

suatu hal yang sangat mudah untuk dilupakan, dan masih lekat dalam

ingatan. Terlebih jika kejadian tersebut belum lama terjadi, sehingga kejadian

tersebut dapat memunculkan reaksi spikologis dari seoran9 ibu. Dan

bagaimana ia merespon itu disebut coping.

Page 103: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

90

Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasa cligunakan oleh

individu, yaitu strategi Problem Focused Coping, dimana individu secara aktif

mencari penyelesaian dan masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi

yang menimbulkan stress, yang terdiri dari; Active coping, Planning, Seeking

social supporl for interpretation reason, Suppresion of competing activities,

dan Restraint coping. Dan selanjutnya adalah strategi Emotion Fcused

Coping dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk me•ngatur emosinya

dalam rangka menyesuikan diri dengan dampak yang akan menimbulkan

kondisi atau situasi yang penuh tekanan, yang terdiri dari; Seeking supporl

for emotional reason, Positive reinterpretation and growth, Denial,

Acceptance, dan Turning to religion.

Pada penelitian yang telah penulis lakukan, dapat di ketahui bahwa subyek

n:ienggunakan coping secara bergantian sesuai dengan kc•ndisi mereka dan

masalah yang mereka hadapi . Ketika menghadapi masalah-masalah yang

menurutnya bisa dikontrol, mereka cenderung menggunakan problem

focused coping seperti saat anaknya sakit, ia bawa ke Rumah Sakit untuk

berobat. Saat tidak percaya dengan Rumah Sakit, mereka mau merawat

sendiri anaknya.Sedangkan emotional focused coping cenderung dipilih jika

menghadapi masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti dalam

menghadapi rasa sedih saat dihadapkan pada kematian sang anak, rasa

kehilangan, dan penerimaan, dan sebagainya.

Page 104: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

91

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dikutip dari sebuah situs internet

yang menyatakan bahwa kebanyakan individu menggunakan variasi dari ke

dua jenis coping yang ada (Problem Focused Coping & Emotion Focused

Coping), terkait dengan penetuan strategi mana yang paling banyak dipilih

atau di gunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang, dan sejauh

mana tingkat stres dari suatu kondisi atau rnasalah yang di alaminya

(Mu'tadin, 2002).

5.3 Saran

Sebagai tahapan akhir dalam penelitian, pada bagian ini akan penulis uraikan

saran-saran yang berhubungan dengan hasil penelitian yang telah penulis

lakukan. Dalam hal ini penulis membaginya menjadi saran metodologis,

praktis dan teoritis (pengembangan penelitian).

5.3.1 Saran Metodologis

Pada ketiga subyek pemunculan reaksi psikologis yang terjadi di pengaruhi

oleh lamanya usia kematian anak. Makin lama usia kematian anak, maka

reaksi psikologis yang muncul relatif sedikit, karena para subyek sudah

semakin bisa melupakannya. Sehingga sebaiknya dalam penelitian

selanjutnya di batasi lamanya usia kematian anak. Agar dapat melihat lebih

jelas proses grief yang ada.

Page 105: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

92

5.3.2. Saran Praktis

Dukungan moral rnerupakan suatu kebutuhan utarna bagi ibu yang berada

pada keadaan sedih, karena kehilangan anak yang telah rneninggal.

Kernatian anggota keluarga rnernang rnerupakan ujian yang sangat berat

untuk dapat di terirna, akan tetapi jika kita rnengingat bahwa tadir adalah

rencana Tuhan yang harus terjadi rnaka sudah rnenjadi keharusan kita untuk

dapat rnenerirna hal tersebut. Sehingga dalarn hal ini sudah tentu keluarga

perlu untuk lebih rnerespon dan rnengerti kondisi tersebut

5.3.3 Saran Teoritis

Setelah pengurnpulan data berhsil diperoleh, peneliti rnelihat banyak hal yang

dapat digali untuk di teliti dari para ibu yang rnengalarni kernatian anak.

Terutarna dalarn aspek psikologis yang banyak mengalami perubahan­

perubahan emosional yang muncul akibat penolakan dari lkejadian yang

alami. Perasaan kehilangan, sedih, merasa bersalah, bahkan sesaat

menyalahkan TakdirTuhan inilah yang menjadikan subyek memunculkan

bermacarn perubahan dari aspek emosi, kognitif, dan konatif.

Selain itu, dapat juga dilihat bagaimana usaha atau coping yang di lakukan

seorang ibu untuk dapat menghadapi serta mengatasi mai;alah akibat

kematian anak. Dari hal-hal tersebut, dapat di jadikan masukan berupa

aspek-aspek apa saja yang dapat dijadikan terna untuk pengembangan

penelitian selanjutnya. Diantaranya adalah pengaruh Psik1:>-religius terhadap

penerimaan keluarga yang anggota keluarganya meninggal dunia.

Page 106: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, LR. (1994). Dying, Death and Bereavement (3rd ed.). Massachuyetts: Allyn and Bacon.

Al-Qarni, A'idh, Dr., MA., dkk., (2006), Ma/am Pertama di Alam Kubur, Solo: Aqwam.

Chaplin, J.P. (1995), Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Djalal, H. Abdul Munir & H. Ali Umar Chatib (2005), Perjalanan Hidup Sesudah Mati, Jakarta: Kalam Mulia, 2005.

Hadawiyah (2002), Perilaku Coping dan Dulwngan Sosial Pada Remaja Putri Yang Menikah Terpaksa, FK UIN Jakarta.

Hardjo, Notopuro (1997), Peranan Wanita Dalam Masa Pembangunan di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hidayat, Qomarudin (2006), Psikologi Kematian. Mengubah Kematian Menjadi Optimisme (Edisi Revisi). Bandung: Hikmah Zaman Baru.

lhromi, T.O (1999), Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, Jakarta: Yayasan Obor.

Islam, M.S (2003). Copig /bu yang Melahirkan Anak Prematur: Studi Kasus du Rumah SakitMuhammadiyah Taman Puring lndah, Jakarta, FK UIN Jakarta.

Lazarus & Folkman, Assessing Coping Strategies: A Theo.ritically Based Approach, Journal of Personality and Social psychology,Amrican Psychological Association, Inc. 1989, Vol. 56, No. 2.

Lexy, j., Moleong (2002), Medodo/ogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta

: Madjid, Nurcholis (1995), Islam Agama Peradaban, Jakarta: Paradigma. \

I tylujib Abdul, & Jusuf Muzakir (2001), Nuansa-nuansa Psikologi Islam, · Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Page 107: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

94

Pohan, Dewi Lifina (2004), Gambaran Grief pada Orang tua yang Mengalami Kematian Anak Usia Remaja, FK UI Depok.

Poerwandari, Kristi (2001), Pendekatan Kualitatif untuk Pe•rilaku Manusia, Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Penguk:uran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI.

Qaimi, Ali (2002), Buaian /bu Diantara Surga Dan Neraka, Bogor: Cahaya.

Rahmawati (2003), Gambaran Stress dan Coping pada /bu Rumah Tangga Yang Be/um Dikaruniai Anak, FK UIN Jakarta.

Riduan (2007), Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Bandung: Alf ab eta

Roham, H. Abujamin, Drs., (1993) Dari Orang Hidup Kepada Orang Mati, Jakarta: Media Dakwah.

Ronald (2006), Peran Orang tua dalam Meningkatkan KuE1litas Hidup, Mendidik dam Mengmbangkan Moral Anak, Bandung : CV Yrama Widya.

Shihab, M. Quraish (1996) Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan.

Semiawan, Conny (1996), Kiprah Wanita Islam dalam Keluarga, Karir, dan Masyarakat, Jakarta: Pustaka Antara.

Sugiono (2006), Metodologi Penelitian Kualitatif & R&D, Bandung : Alfabeta

Sumapraja, Sudraji (1980), Beberapa Hal Penelitian K/inik Pasangan lnfertil, Depok: FKM UI.

Syarif, Adnan (2002), Psikology Qur'an, Bandung: Pustaka Hidayah.

Zaini, Syah Minan (1996), Arti Anak Bagi Seorang Muslim, Surabaya: Al­lkhlas.

Internet:

Mu'tadin. Z (2002), Strategi Coping, http://www.e.psi.com www.google.com.

Page 108: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

Pedoman Wawancara

I. Pertanyaan yang berhubungan dengan konsep anak dan kematian

A. Anak

a). Bagaimana pendapat ibu tentang :

Anak laki-laki?

Anak perempuan?

b). Bagaimana nilai atau arti anak bagi ibu?

Anak laki•laki?

Anak perempuan?

c). Bagaimana kedekatan ibu dengan anak?

Anak laki•laki?

Anak perempuan?

B. Kematian

a). Apa penyebab kematian anak ibu?

b). Usaha apa yang ibu lakukan pada saat itu?

c). Apakah ibu ada disisi anak ibu pada saat menin!~gal?

Page 109: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

II. Pertanyaan yang berhubungan dengan coping (grief dan bereavement)

a). Bagaimana perasaan ibu pada saat anak ibu meninggal?

b). Perilaku apa yang muncul pada saat itu?

c). Bagaimana cara ibu untuk meredakannya?

d). Apakah masih ada perasaan sedih, atau yang lainnya, yang masih

mengganjal dihati ibu?

e). Bagaimana usaha ibu untuk mengatasinya?

f). Apakah kenangan positif dan negatifyang masih ibu1 ingat dari anak ibu

yang meninggal?

g). Adakah keinginan ibu untukmemiliki anak lagi?

Page 110: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

LEMBAR OBSERVASI

Subyek

Wawancara ke­

Tempat

Catatan Lapangan:

:1/2/3 Tanggal

Jam

1. Keadaan tempat wawancara, cuaca, dan kehadiran pihak lain di sekitar

tempat wawancara.

2. Gambaran fisik dan penampilan subyek saat wawancara berlangsung.

3. Ringkasan awal dan akhir wawancara: (yang terekam): (a pa saja yang

dilakukan oleh interviewer dan interview).

4. Ringkasan subyek selama jalannya wawancara: (suara, intonasi, posisi

tubuh, antusiasme, sikap dan respon subyek pada interviewer).

5. Gangguan dan hambatan selama wawancara.

6. Catatan khusus selama wawancara.

Page 111: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

PERNYAT AAN KESEDIAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nam a

Usia

Agama:

Usia Anak Saat Meninggal

Jumlah Anak

Lamanya Usia Kematian Anak

Alamat

Menyatakan bahwa:

1. Saya bersedia menjadi responden menjadi penelitian yang dilakukan oleh

saudari Elisa Maynasari.

2. Saya percaya data saya terjamin kerahasiaannya dan hanya digunakan

untuk kepentingan penelitian semata.

3. Karena rasa kepercayaan ini, saya akan tuliskan data saya pada lembar

berikutnya.

Bekasi, November 2007

Interviewee lnte:rviewer

( ) (Elisa Maynasari)

Page 112: COPING IBU TERHADAP KEMATIJ~N ANAK Diajukan kepada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3916/1/ELISA... · seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada

PENGANTAR WAWANCARA

Assalarnu'alaikurn Wr. Wb.

Saya adalah rnahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta, yang saat ini sedang rnelaksanakan penelitian rnengenai "Coping lbu ·rerhadap Kematian Anak." Penelitian ini dilakukan dalarn rangka menyusun skripsi saya, guna memenuhi persyaratan ujian sarjana.

Untlik keperluan tersebut, saya memoutuhkan kesediaan saudara untuk memberi informasi mengenai masalah di atas. Terpilihnya saudara sebagai responden adalah semata-rnata karena rnemenuhi karaktE~ristik yang dibutuhkan. Saya akan sangat bertema kasih, jika saudara bersedia rneluangkan waktu untuk menceritakan hal tersebut.

Seluruh identitas dan informasi yang suadara berikan akan dijarnin kerahasiaannya. Semua informasi yang saudara berikan akan digunakan semata-mata untuk tujuan penelitian. Selain itu, tidak ada penelitian benar atau salah atas seluruh jawaban yang suadara berikan. Karena yang saya harapkan adalah perasaan, penghayatan, dan pengalaman saudara dalarn rnenghadapi kematian anak anda.

lnforrnasi yang saudara berikan akan sangat bernilai untuk mernberikan manfaat yang besar bagi pemahaman rnengenai coping pi~da ibu yang anaknya telah meninggal dunia. Dan diharapkan akan memberikan masukan untuk mernbantu penyelesaian kasus yang sama.

Sebelurn dan sesudahnya saya mengucapkan terirna kasih atas kesediaan dan kerjasama saudara. Apabila diperkenankan, saya ingin meminta kesediaan saudara unfllk diwawancara kembali apabila terdapat informasi yang kurang atau terlewat.

HormatSaya

Elisa Maynasari