contoh hitung

9
101). Perhitungan input-output untuk setiap kilogram gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) yang dibeli oleh Pedagang Desa (Pengilingan) dan diolah menjadi beras selama MK 2006 di Sumatera Barat dan Jawa Barat. (Sumber: Jamal dkk.., 2006. Analisis Kebijakan Penentuan Harga Pembelian Gabah. Laporan Penelitian PSEKP, tahun 2006). Keterangan : *) dihitung dari harga jual beras perkilogram dikali rendemen gabah-beras **) meliputi biaya bongkar muat, transportasi, jemur, giling dan lainnya. (100). Perhitungan input-output untuk setiap kilogram gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) yang dibeli oleh Pedagang Desa (Pengilingan) dan diolah menjadi beras selama MH 2005/2006 di Lokasi Penelitian. (Sumber: Jamal dkk.., 2006. Analisis Kebijakan Penentuan Harga Pembelian Gabah. Laporan Penelitian PSEKP, tahun 2006). Keterangan : *) dihitung dari harga jual beras perkilogram dikali rendemen gabah-beras

Upload: bangrhoma

Post on 23-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

contoh hitung

TRANSCRIPT

Page 1: contoh hitung

101). Perhitungan input-output untuk setiap kilogram gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) yang dibeli oleh Pedagang Desa (Pengilingan) dan diolah menjadi beras selama MK 2006 di Sumatera Barat dan Jawa Barat. (Sumber: Jamal dkk.., 2006. Analisis Kebijakan Penentuan Harga Pembelian Gabah. Laporan Penelitian PSEKP, tahun 2006).

Keterangan : *) dihitung dari harga jual beras perkilogram dikali rendemen gabah-beras**) meliputi biaya bongkar muat, transportasi, jemur, giling dan lainnya.

(100). Perhitungan input-output untuk setiap kilogram gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) yang dibeli oleh Pedagang Desa (Pengilingan) dan diolah menjadi beras selama MH 2005/2006 di Lokasi Penelitian. (Sumber: Jamal dkk.., 2006. Analisis Kebijakan Penentuan Harga Pembelian Gabah. Laporan Penelitian PSEKP, tahun 2006).

Keterangan : *) dihitung dari harga jual beras perkilogram dikali rendemen gabah-beras**) meliputi biaya bongkar muat, transportasi, jemur, giling dan lainnya.

Analisis usaha perdagangan PADI - 3

(102). Rata-rata harga pembelian, biaya yang dikeluarkan dan margin keuntungan pedagang pengumpul beras di tingkat Kabupaten di SUmbar, Jabar, DIY, dan Sulsel , 2006. (Sumber: Jamal dkk.., 2006. Analisis Kebijakan Penentuan Harga Pembelian Gabah. Laporan Penelitian PSEKP, tahun 2006).

Page 2: contoh hitung

Analisis usahatani padi 2009 dan 2010

Analisis usahatani padi per ha, tahun 2009 dan 2010, agregat dari 5 propinsi di Indonesia 

  Tahun 2009 Tahun 2010

1. Total biaya (Rp) 4,474,077.14 5,437,435.71

2. Produksi padi (GKP) 5,033.87 5,917.97

3. Harga (Rp/kg) 2,250.21 2,446.93

4. Nilai produksi (Rp) 11,251,234.03 14,557,065.06

5. Pendapatan (Rp) 6,777,156.88 9,119,629.35

6. B/C ratio 1.76 1.79

Analisis usahatani padi per ha, tahun 2009 dan 2010, lokasi 7 propinsi di Indonesia

Tahun 2009 Tahun 2010 Peningkatan (%)Propinsi Sumut

1. Total biaya (Rp) 4,442,064.00 6,077,645.00 36.82

2. Produksi padi (GKP) 5,126.03 6,585.63 28.47

3. Harga (Rp/kg) 2171.87 2679.69 23.38

4. Nilai produksi (Rp) 11,133,070.78 17,647,446.85 58.51

5. Pendapatan (Rp) 6,691,006.78 11,569,801.85 72.92

6. B/C ratio 1.5

1 1.9

0 26.38

Propinsi Lampung

1. Total biaya (Rp) 3,703,566 4,207,059 13.59

2. Produksi padi (GKP) 4059.62 4957.31 22.11

3. Harga (Rp/kg) 2460 2470 0.41

4. Nilai produksi (Rp) 9,986,665.20 12,244,555.70 22.61

5. Pendapatan (Rp) 6,283,099.20 8,037,496.70 27.92

6. B/C ratio 1.7 1.9 12.61

Page 3: contoh hitung

0 1

Propinsi Banten

1. Total biaya (Rp) 5,368,785 6,346,108 18.2

2. Produksi padi (GKP) 5201.13 6076.57 16.83

3. Harga (Rp/kg) 2062.5 2265 9.82

4. Nilai produksi (Rp) 10,727,330.63 13,763,431.05 28.30

5. Pendapatan (Rp) 5,358,545.63 7,417,323.05 38.42

6. B/C ratio 1.0

0 1.1

7 17.10

Propinsi Jabar

1. Total biaya (Rp) 6,457,701 8,449,838 30.85

2. Produksi padi (GKP) 6158.58 7539.74 22.43

3. Harga (Rp/kg) 2245.83 2652.78 18.12

4. Nilai produksi (Rp) 13,831,123.72 20,001,271.48 44.61

6. B/C ratio 1.1

4 1.3

7 19.73

5. Pendapatan (Rp) 7,373,422.72 11,551,433.48 56.66 Tahun 2009 Tahun 2010 Peningkatan (%)

Propinsi Jateng

1. Total biaya (Rp) 4,481,135 4,337,691 -3.2

2. Produksi padi (GKP) 5042.18 5285.01 4.82

3. Harga (Rp/kg) 2193.13 2230.42 1.70

4. Nilai produksi (Rp) 11,058,156.22 11,787,792.00 6.60

5. Pendapatan (Rp) 6,577,021.22 7,450,101.00 13.27

6. B/C ratio 1.4

7 1.7

2 17.02

Propinsi Jatim

1. Total biaya (Rp) 2,221,731 3,414,478 53.69

2. Produksi padi (GKP) 5503.4 5896.94 7.15

3. Harga (Rp/kg) 2118.13 2330.6 10.03

4. Nilai produksi (Rp) 11,656,916.64 13,743,408.36 17.90

5. Pendapatan (Rp) 9,435,185.64 10,328,930.36 9.47

6. B/C ratio 4.2

5 3.0

3 (28.77)

Propinsi Sulsel

1. Total biaya (Rp) 4,643,558 5,229,231 12.61

2. Produksi padi (GKP) 4146.15 5084.62 22.63

3. Harga (Rp/kg) 2500 2500 -

4. Nilai produksi (Rp) 10,365,375.00 12,711,550.00 22.63 5. Pendapatan (Rp) 5,721,817.00 7,482,319.00 30.77

6. B/C ratio 1.23 1.4

3 16.12

Total konsumsi beras per negara di dunia 2012

Page 4: contoh hitung

Milled Rice Domestic Consumption by Country in 1000 MT(Year of Estimate: 2012)

Rank Country Domestic Consumption (1000 MT)1 China 143,000.002 India 95,000.003 Indonesia 40,000.004 Bangladesh 35,000.005 Viet Nam 20,100.006 Philippines 12,950.007 Thailand 10,600.008 Myanmar 10,530.009 Brazil 8,050.00

10 Japan 7,970.0011 Nigeria 5,150.0012 Korea, Republic Of 4,800.0013 Egypt 4,300.0014 United States 4,009.0015 Cambodia 3,590.0016 Iran, Islamic Republic Of 3,500.0017 EU-27 3,350.0018 Nepal 3,050.0019 Madagascar 3,002.0020 Sri Lanka 2,850.00

Sumber: http://www.indexmundi.com/agriculture/?commodity=milled-rice&graph=domestic-consumption

Harga beras vs harga HPP

Berikut adalah perbanidngan dan perkembangan harga beras dengan nilai HPP yang ditetapkan pemerintah. Harga yang terjadi selalu di atas HPP.

Page 5: contoh hitung

Harga HPP 2004-2013

Perkembangan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) pada Kebijakan Perberasan 2004 – 2013

Uraian

Harga Pembelian Pemerintah (HPP)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2012

Inpres No.

9/2002

Inpres No.

2/2005

Inpres No.

13/2005

Inpres No.

3/2007

Inpres No.

1/2008

Inpres No.

8/2008

Inpres No. 7/2009

Inpres No. 3/2012

Periode Berlaku

Jan 2003 - Feb 2005

Mar - Des 2005

Jan 2006 - Mar 2007

Apr 2007 - Mar 2008

Apr - Des 2008

Jan - Des 2009

Jan 2010 – Feb 2012

Maret 2012 – sekarang (2013)

GKP Tk. Petani 1.230 1.330 1.730 2.000 2.200 2.400 2.640 3.300

Perubahan HPP (%) 8 30 16 10 9 10 25

GKG Penggilingan 1.700 1.765 2.250 2.575 2.800 3.000 3.300 4.150

Perubahan HPP (%) 4 27 14 9 7 10 26

Beras 2.790 3.550 3.550 4.000 4.200 4.600 5.060 6.600

Perubahan HPP (%) 27 - 13 5 10 10 30

Page 6: contoh hitung

Sejak awal 2010 sampai dengan Februari 2012 HPP tidak mengalami perubahan.

Untuk mengatasi kesulitan pengadaan oleh Perum Bulog dikeluarkan kebijakan fleksibitas harga pembelian bagi Bulog melalui Inpres No. 8/2011 pada bulan April 2011

Permentan No. 27 tahun 2012

Pedoman Harga Pembelian Gabah di Luar Kualitas Oleh Pemerintah di Penggilingan(Permentan No. 27/2012)

No KualitasKriteria (%)

Harga (Rp/Kg) Kadar Air Kadar Hampa

1 Gabah Kering Giling (GKG) maks 14 maks 3 4.150

2 Gabah Kering Simpan 1 (GKS-1) maks 14 4 - 6

3.75015 - 18 maks 6

3 Gabah Kering Simpan 2 (GKS-2) 14 - 18 7 - 10 3.6504 Gabah Diluar Kualitas 1 (GLK-1) 14 - 18 11 - 15 3.4755 Gabah Kering Panen (GKP) 19 - 25 7 - 10 3.350

6 Gabah Diluar Kualitas 2 (GLK-2) 19 - 25 11 - 15

3.10026 - 30 maks 10

7 Gabah Diluar Kualitas 3 (GLK-3) 26 - 30 11 - 15 2.950

Karakter sosial ekonomi beras

(Sumber: Buku PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Rangkuman Kebutuhan Investasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 2005)

Beras merupakan komoditas strategis, primadona dan utama dalam mendukung pembangunan sektor ekonomi dan ketahanan pangan nasional, serta menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian di masa mendatang. Hingga saat ini dan puluhan tahun yang akan datang, beras masih tetap menjadi sumber utama gizi dan energi lebih dari 90 persen penduduk Indonesia.

Selain untuk konsumsi langsung, berbagai alternatif potensi untuk meningkatkan nilai tambah beras dapat dilakukan dengan pemanfaatan teknologi pasca panen termasuk produk sampingannya. Demikian halnya dengan limbah dari tanaman ini yaitu jerami sangat potensi digunakan terutama sebagai pakan/silase terutama pad MK I dan MK II. Ada berbagai alternatif dan potensi dari produk turunan dan sampingan dari padi/beras.

Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya sekitar 5 persen harus diimpor. Peluang pasar ini akan terus meningkat seiring meningkatnya permintaan beras dalam negeri baik untuk konsumsi langsung maupun untuk memenuhi industri olahan. Karena Indonesia juga memiliki keunggulan komparatif untuk memproduksi padi/beras, maka selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pengembangan beras/padi juga berpeluang untuk mengisi pasar ekspor, apalagi kondisi pasar beras dunia selama ini bersifat tipis, hanya 5-6 persen dari produksi beras dunia.

Page 7: contoh hitung

Untuk memanfaatkan peluang yang ada, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan padi/beras ke depan adalah bagimana padi/beras produksi dalam negeri bisa bersaing dengan pasar ekspor. Negara utama yang menjadi pesaing Indonesia dalam memproduksi padi/beras adalah Thailand dan Vietnam.

Selain cukup prospek dari sisi permintaan, usaha pengembangan padi/beras di Indonesia juga cukup menguntungkan. Usaha tani padi yang dikelola petani mampu memberikan keun-tungan sekitar Rp 2,3-2,8 juta/ha pada tingkat B/C 1,77 2,04. Usahatani ini akan memberikan keuntungan yang semakin menarik jika dikelola secara lebih baik lagi. Beberapa usaha seperti traktor, thresher, dan penggilingan padi (RMU) yang terkait langsung mendukung pengembangan padi/beras, juga memberikan keuntungan yang cukup menarik bagi para pelakunya.