community as partnes sebagai pendekatan dalam penanggulangan penyakit tuberk

Download Community as Partnes Sebagai Pendekatan Dalam Penanggulangan Penyakit Tuberk

If you can't read please download the document

Upload: surya-wijaya

Post on 12-Dec-2014

45 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Esai

TRANSCRIPT

COMMUNITY AS PARTNER SEBAGAI METODE JITU DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS1PARU

(TBC) BERBASIS KEMITRAAN Arip Susianto Pendahuluan Tuberkulosis Paru (TBC) sampai saat ini masih menjadi masalah besar di dunia. TBC menginfeksi sepertiga penduduk dunia serta penyebarannya sudah tidak terkendali pada sebagian besar negara negara di dunia. Oleh karena itu, WHO pada tahun 1993 mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC. WHO memperkirakan terdapat lebih dari 8,9 juta kasus baru TBC pada tahun 2004. Hal ini sama dengan 140 per 100.000 penduduk di dunia. Dibanyak negara berkembang TBC menyerang hampir semua lapisan masyarakat, sehingga dapat dibayangkan bagaimana implikasinya terhadap tingkat perekonomian suatu negara. Di Indonesia pada tahun 1999 TBC BTA positif diderita 130 per 100.000 penduduk. Hal ini menempatkan indonesia pada posisi ketiga terbesar di dunia. Penyakit TBC menyerang sebagian besar kelompok usia produktif, kelompok ekonomi lemah, dan berpendidikan rendah. Hal ini mengingatkan kita pada kenyataan bahwa kita adalah negara berkembang dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang secara nasional berada pada urutan 111 dari 182 negara, jauh lebih rendah dari tetangga kita malaysia yaitu peringkat 66. Kenyataan di atas cukup ironis bagi bangsa dengan sumber daya alam (SDA) manusia (SDM) yang melimpah seperti Indonesia.

-

dan sumber daya

Suka atau tidak suka, kita harus mengakui bahwa kita adalah bangsa yang mudah sakit sakitan akibat kebodohan dan kemiskinan yang masih diderita sekitar sepertiga penduduk Indonesia. Sehingga tidak heran jika penyakit kronis seperti TBC masih menjadi masalah amat besar bangsa Indonesia sejak dulu. Selain itu minimnya anggaran untuk bidang kesehatan juga menjadi masalah klasik ditambah lagi petugas kesehatan belum tersebar secara merata di semua wilayah nusantara.1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakuktas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

1

Sebenarnya sejak tahun 1995 Indonesia telah melakukan upaya penanggulangan TBC dengan strategi Direct Observed Treatment Short Course (DOTS). Setelah diterapkan strategi DOTS sejak tahun 1995 hasil cakupannya sudah mencapai seluruh propinsi, 80% kabupaten dan 80% puskesmas, namun yang sudah ditangani strategi DOTS dengan tepat baru sekitar 14% dari perkiraan penderita yang ada dengan angka kesembuhan 61%. Berdasarkan data Ditjen PPPL Depkes RI (2009), cakupan penemuan kasus TBC yang dilaporkan 33 provinsi tahun 2008 dari angka perkiraan penemuan kasus TBC baru di dapatkan angka yang tidak jauh berbeda dan cenderung naik dari tahun sebelumnya. Diperkirakan prevalensi TB yang semakin besar disebabkan stategi DOTS masih rendah apalagi disertai banyak penderita yang putus berobat ( drop out) menyebabkan kemungkinan penularan masih cukup tinggi. Dengan demikian program DOTS yang sebelumnya dianggap sebagai strategi paling jitu dalam penanggulangan TBC di Indonesia ternyata juga masih menyisakan banyak pekerjaan rumah bagi Bangsa kita. Disamping masalah pendanaan, kesadaran masyarakat kita cenderung masih rendah terhadap pelaksanaan program DOTS. Sehingga saat ini dibutuhkan suatu solusi untuk bagaimana meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam penangulangan TBC di Indonesia. Ada beberapa pendekatan yang berkaitan dengan upaya peningkatan dan pengembangan masyarakat (community development) dibidang kesehatan. Dimana pendekatan pendekatan yang dilakukan menurut Nies & McEwan (2001) mempunyai tujuan yaitu: pertama agar individu dan kelompok kelompok di masyarakat dapat berperan katif dalam setiap proses kesehatan dan yang kedua adanya perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) dan kemandirian masyarakat. Salah satu pendekatan yang dianggap sesuai dengan karakteristik masyarakat indonesia adalah pendekatan yang memandang masyarakat sebagai mitra atau community as partner. Berdasarkan gambaran di atas penulis tertarik untuk mencoba melakukan analisis mengenai sejauh mana pendekatan berbasis kemitraan masyarakat atau community as partner mampu menjadi pilihan bagi pemerintah khususnya bidang2

kesehatan serta stakeholder stakeholder terkait dalam upaya penanggulangan TBC di Indonesia. Disamping itu, telaah lebih jauh mengenai pendekatan dengan community as partner harapannya mampu memberikan gambaran kepada tenaga tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya. Apa itu Community As Partner? Perubahan pola penyakit dan persebarannya di masyarakat pada saat ini mendorong kita untuk mengubah pula metode pendekatan dalam pelayanan kesehatan. Dulu pendekatan yang dilakukan cenderung menganggap masyarakat sebagai klien ( community as client) dengan partisipasi kurang sehingga diperlukan pergeseran pendekatan dengan metode berbasis kemitraan (community as partner). Menurut Anderson & McFarlane (2000), fokus dalam model pendekatan community as partner menggambarkan dua prinsip pendekatan utama yaitu pertama lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model ini menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan, dan kedua proses pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan. Sehingga asumsi yang terbangun antara tenaga kesehatan dengan masyarakat adalah hubungan kemitraan yang memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan program kesehatan masyarakat. Komunitas sebagai mitra atau partnership berarti bahwa kelompok masyarakat tersebut turut berperan secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah kesehatan. Sedangkan menurut Depkes RI, kemitraan memiliki definisi yaitu hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling mengutungkan atau memberi manfaat. Kemitraan ini akan terjalin dengan kuat antara petugas kesehatan dan masyarakat apabila sebelumnya motivasi serta dorongan akan kesehatan ( health belief ) muncul. Motivasi atau dorongan yang dimaksud meliputi: pertama, kepekaan yang dirasakan terhadap penyakit yaitu bagaimana kemampuan masyarakat dalam bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakit. Kedua, keparahan penyakit yang dirasakan. Tindakan masyarakat dalam mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong oleh keseriusan penyakit3

terhadap indivodu atau kelompok. Dan ketiga, yaitu manfaat-manfaat yang dirasakan untuk mentaati tindakan-tindakan yang diusulkan oleh petugas kesehatan. Langkah selanjutnya setelah motivasi tertanam kuat di masyarakat, hal yang penting lagi adalah bagaimana pelibatan masyarakat secara berkesinambungan dengan menggunakan strategi melalui proses kelompok, pendidikan kesehatan, kerjasama (partnership) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Melalui pendekatan community as partner tidak hanya dapat menyelesaikan masalah kesehatan saat ini, namun juga yang akan datang melalui upaya preventif dan promotif yang terdapat dalam three level prevention (Skema 1). Dengan demikian masalah kesehatan seperti penggulangan penyakit TBC yang selama ini sering terkendala pada tatanan kesadaran dan partisipasi diharapkan terjadi perubahan pola pikir masyarakat untuk secara aktif dan mandiri ikut menanggulangi melalui pendekatan berbasis mitra atau community as partner yang dilakukan tenaga kesehatan.Assessm en t e nPt ri e y ov n eT ne ti ro tE ina v ra l u a s i

An a l is isS tr e s s o r L i n e o f Community diagnosis P la n P r i m a r y P r e v e n t i o n R e s is t e n c e

Interventions

Skema 1. Model Community As Partner Anderson & McFarlane (2000)

Dalam model kemitraan ini dikenal pula kerja sama antara tenaga kesehatan dengan pihakpihak terkait dalam masyarakat yang digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponenkomponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing4

masing yang dibutuhkan untuk mengembangan kesehatan masyarakat. Adapun pihak-pihak terkait yang dapat bekerja sama kemitraan menurut Nies & Mc. Ewan (2001), yaitu: 1. Puskesmas, 2. Organisasi Penyelenggarakaan Pemeliharaan Kesehatan (PKK), 3. Donatur / Sponsor, 4. Birokrasi, 5. Organisasi Masyarakat (Ormas), dan 6. Tokoh Masyarakat. Arti kemitraan yaitu adanya kesepakatan visi, misi, tujuan, dan nilai yg sama berpijak pada landasan yang sama yaitu kesediaan untuk berkorban. Yang disebut landasan kemitraan (7 saling) yaitu: saling memahami kedudukan, tugas, dan fungsi masing-masing (structure); saling memahami kemampuan masingmasing anggota (capacity); saling menghubungi (linkage) saling mendekati (proximity); kekeluargaan & pertemanan (freindship); saling terbuka dan bersedia membantu (openess); saling mendorong dan mendukung (synergy); dan saling menghargai (reward). Penerapan Communiy As Partner pada TBC Kiranya perlu dipahami terlebih dahulu bahwa tuberkulosis paru (TBC) merupakan suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC. Menurut Depkes RI (2006) TBC adalah suatu penyakit infeksi menahun yang menular yang disebabkan oleh Mybacterium Tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke organ tubuh yang lain melaui peredaran darah, kelenjar limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain. Dari gambaran di atas menunjukan bahwa TBC merupakan penyakit yang sangat mudah menular antar manusia. Oleh sebab itu, diperlukan suatu pengelolaan komprehensif dalam penanggulangan TBC khususnya di Indonesia. Bagaimanapun Indonesia adalah negara dengan karakteristik yang sangat beragam. Mulai dari budaya, adat, geografis, dan sosial ekonomi. Sehingga bagaimanapun juga programprogram yang diarahkan dalam upaya penanggulangan TBC hendaknya memperhatikan kearifan lokal (local wisdom) masing- masing daerah. Dengan pertimbangan tersebut pendekatan yang berbasiskan kemitraaan (partnership) dimana masyarakat dilibatkan secara aktif dalam progam kesehatan yang dilakukan5

dengan tujuan masyarakat akan mendapat manfaat dari kemitraan tersebut berupa kemandirian. Menurut Yoo et al (2004) kemitraan yang dijalin memiliki prinsip bekerja sama dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat, oleh kerena itu tenaga kesehatan perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul pastisipasi aktif masyarakat. Dalam penangulangan penyakit menular yang bersifat kronis seperti TBC penerapan kemitraan dapat dilakukan dengan pendekatan yang disebut cummuniy as partner. Pendekatan community as partner merupakan salah satu model yang dapat diterapkan dalam pemberian pelayanan kesehaan pada populasi dengan masalah kesehatan tertentu. menurut Sienkiewicz (2004) dengan pendekatan community as partner dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap kolaborasi profesi kesehatan dalam pembangunan kesehatan. Selain itu kenapa model ini dipilih karena menyediakan intervensi yang komprohensif serta memberikan wawasan profesi kesehatan yang lebih menyeluruh terhadap penyakit yang sedang dihadapi. Intervensi yang diberikan dikatakan bersifat menyeluruh atau komprehensif dikarenakan pada pendekaan community as partner kita mengenal upaya preventif dan promotif yang terdapat dalam Three Level Prenvention (Skema 2). Sehingga melalui pendekatan ini diharapkan mampu mengurangi meningkatnya tingkat keparahan terhadap penyakit TBC serta dimungkuinkan deteksi dini dapat dilakukan. Selanjutnya diadakan evaluasi terhadap hasil dari program yang telah dilakukan dengan tujuan mengukur tingkat keberhasilan yang tercapai. Pendidikan kesehatan mengenai Inti Komunitas Faktor individu Karakteristik dan pengalaman individu Pengaruh TBC Kampanye bahaya TBC pembentukan kelompok inter personal Delapan Sub sistem: Lingkungan masyarakat peduli TBC fisik dan pengaruh situasional Pendidikan Secondary prevention: Pemantauan penderita Politik dan pemerintahan Pelayanan kesehatan TBC Skrining dan sosial Transportasi dan Primary prevention: Pendampingan minum obat keamanan Komunikasi Tertiary prevention: Rujuk penderita ke pelayanan Evaluasi: Peningkatan pengetahuan Peningkatan sikap Peningkatan perilaku Peningkatan ketrampilan Ketrampilan perilaku Peningkat pastisipasi Peningkatan dukungan sosial dan akses yankes Insidensi TBC menurun

6

Ekonomi& Rekreasi kesehatan Direct care pasca Skema rawat TBC

2. Three Level Prevention pada

Kesimpulan dan Rekomendasi Pendekatan untuk membantu dan mendorong individu dan masyarakat dalam peran aktif mereka terhadap penanggulangan TBC haruslah difokuskan pada pemberdayaan masyarakat dengan berbasis kemitraan (community as partner) daripada memberikan bantuan secara langsung. Dengan memberikan bantuan secara langsung pada masyarakat tidak selalu memberikan hasil yang positif. Jika masyarakat tidak merasa bahwa kondisi yang mereka alami bukan suatu masalah, menawarkan atau memberikan bantuan secara langsung dapat menyebabkan penolakan. Dampak negatif lain adalah masyarakat menjadi tergantung pada bantuan yang diberikan sehingga mereka tidak mempunyai motivasi untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Pendekatan community as partner yang dipandang sebagai metode jitu untuk mendukung keberhasilan penanggulangan TBC diperlukan juga adanya kesinambungan kerja sama antara tenaga kesehatan dengan pihak-pihak terkait di dalam masyarakat. Dengan program kemitraan yang berkesinambungan diharapkan akan mendukung kemandirian masyarakat, khususnya individuindividu yang beresiko. Oleh karena itu, setelah kita melihat uraian diatas menunjukan bahwa pengembangan model pengelolaan pelayanan kesehatan berbasis kemitraan ( community as partner) dalam upaya mendukung penanggulangan penyakit TBC perlu untuk dicoba dan diterapkan di Indonesia. Selain itu pengenalan metode community as partner harapannya diajarkan pula di tingkat perkuliahan dengan tujuan pengenalan sejak dini. Seperti apa kata pepatah China jika kamu ingin mendapatkan hasil dalam satu tahun - tanamlah sayuran, jika kamu ingin mendapatkan hasil dalam sepuluh tahun tanamlah pohon buah-buahan, tetapi jika kamu ingin mendapatkan hasil untuk seratus tahun atau lebih - tanamlah manusia. Mari menanam manusia Indonesia untuk menjadi calon calon tenaga kesehatan yang unggul.

7

Daftar Referensi 1. Anderson, E.T. & J. McFarlane, 2000. Community as Partner Theory and Practice in Nursing 3rd Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2. Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Depkes RI 3. Hiryadi, 2010. Model Community As Partner Pada Asuhan Keperawatan Komunitas. http://www.atkinson.yorku.ca. Diakses tanggal 9 Agustus 2010. 4. Husiah, Titih, 2007. The Effectiveness Of Community As Partner Model In Caring Under-Five Children Gruop With Poor Nutritional Status In Pancoran Mas Village, Depok City. Jurnal Mutiara Medika, Vol 7 (2): Hal 88-96. 5. Palestin, Bondan. 2007. Model Kemitraan Keperawatan Komunitas Dalam Pengembangan Kesehatan Masyarakat . Http//bondan-palestin.blogspot.com. Diakses tanggal 8 agustus 2010. 6. WHO. 2004. A World Free of TB. http://www.who.int. Diakses tanggal 9 Agustus 2010.8