common effective preferential tarif scheme

13
Common Effective Preferential Tarif Scheme Skema CEPT A. Pengertian CEPT ASEAN merupakan organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang salah satu tujuannya adalah untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Upaya dalam mewujudkan tujuan tersebut, maka ASEAN membentuk ASEAN Free Trade Area (AFTA) dengan skema CEPT sebagai instrumennya. Skema CEPT (Common Effective Preferential Tarif Scheme) merupakan mekanisme untuk melaksanakan AFTA. AFTA melalui CEPT merupakan wujud dari kesepakatan negara-negara anggota ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dengan program tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama oleh negara-negara ASEAN. Dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia. B. Daftar Klasifikasi Produk CEPT CEPT-AFTA mencakup semua produk manufaktur, termasuk barang modal dan produk pertanian olahan, serta produk-

Upload: nickhen-sutarno

Post on 02-Jan-2016

180 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Common Effective Preferential Tarif Scheme

Common Effective Preferential Tarif Scheme

Skema CEPT

A. Pengertian CEPT

ASEAN merupakan organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang salah

satu tujuannya adalah untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.

Upaya dalam mewujudkan tujuan tersebut, maka ASEAN membentuk ASEAN Free

Trade Area (AFTA) dengan skema CEPT sebagai instrumennya.

Skema CEPT (Common Effective Preferential Tarif Scheme) merupakan

mekanisme untuk melaksanakan AFTA. AFTA melalui CEPT merupakan wujud dari

kesepakatan negara-negara anggota ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas

perdagangan dengan program tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan

non-tarif yang disepakati bersama oleh negara-negara ASEAN. Dalam rangka

meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan

ASEAN sebagai basis produksi dunia.

B. Daftar Klasifikasi Produk CEPT

CEPT-AFTA mencakup semua produk manufaktur, termasuk barang modal

dan produk pertanian olahan, serta produk-produk yang tidak termasuk dalam definisi

produk pertanian. Produk-produk pertanian yang sensitif dan sangat sensitif

dikecualikan dari skema CEPT-AFTA. Produk CEPT diklasifikasikan kedalam 4

daftar, yaitu :

Page 2: Common Effective Preferential Tarif Scheme

1. Inclusion List (IL)

Yaitu daftar yang berisi produk-produk yang memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. Di sertai jadwal penurunan tarif

b. Tidak ada pembatasan kwantitatif

c. Non-tarifnya harus dihapuskan dalam waktu 5 tahun.

2. General Exception List (GEL)

Yaitu daftar produk yang dikecualikan dari skema CEPT oleh suatu negara

karena dianggap penting untuk alasan perlindungan keamanan nasional, moral

masyarakat, kehidupan dan kesehatan dari manusia, binatang atau tumbuhan, nilai

barang-barangseni, bersejarah atau arkeologis. Ketentuan mengenai General

Exceptions dalam perjanjian CEPT konsisten dengan Artikel X dari General

Agreement on Tariffs and Trade (GATT).

Contoh : senjata dan amunisi.

3. Temporary Exclusions List (TEL)

Yaitu daftar yang berisi produk-produk yang dikecualikan sementara untuk

dimasukkan dalam skema CEPT. Produk-produk TEL barang manufaktur harus

dimasukkan kedalam IL paling lambat 1 Januari 2002. Produk-produk dalam TEL

tidak dapat menikmati konsensi tarif CEPT dari negara anggaota ASEAN lainnya.

Produk dalam TEL tidak ada hubungannya sama sekali dengan produk-produk

yang tercakup dalam ketentuan General Exceptions.

4. Sensitive List (SL)

Yaitu daftar yang berisi produk-produk pertanian bukan olahan (Unprocessed

Agricultural Products = UAP ).

Page 3: Common Effective Preferential Tarif Scheme

a. Produk-produk pertanian bukan olahan adalah bahan baku pertanian dan

produk-produk bukanolahan yang tercakup dalam pos tarif 1-24 dari

Harmonized System Code (HS), dan bahan baku pertanian yang sejenis serta

produk-produk bukan olahan yang tercakup dalam pos-pos tarif HS

b. Produk-produk yang telah mengalami perubahan bentuk sedikit dibanding

bentuk asalnya.Produk dalam SL harus dimasukkan kedalam CEPT dengan

jangka waktu untuk masing-masing negara sbb: Brunai Darussalam,

Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand tahun 2003; Vietnam tahun 2013;

Laos dan Myanmar tahun 2015; Kamboja tahun 2017. Contoh : beras, gula,

produk daging, gandum, bawang putih, cengkeh.

C. Jadwal Penurunan dan atau Penghapusan Tarif Bea Masuk

1. Inclusion List

Negara Anggota AFTA Jadwal Penurunan/Penghapusan

ASEAN -6 1. Tahun 2003 : 60% produk dengan tarif 0%

2. Tahun 2007 : 80% produk dengan tarif 0%

3. Tahun 2010 : 100% produk dengan tarif 0%

Vietnam 1. Tahun 2006 : 60% produk dengan tarif 0%

2. Tahun 2010 : 80% produk dengan tarif 0%

3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%

Laos dan

Myanmar

1. Tahun 2008 : 60% produk dengan tarif 0%

2. Tahun 2012 : 80% produk dengan tarif 0%

3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%

Kamboja 1. Tahun 2010 : 60% produk dengan tarif 0%

2. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%

Page 4: Common Effective Preferential Tarif Scheme

2. Non Inclusion list

TEL harus dipindah ke IL

GEL dapat dipertahankan apabila konsisten dengan artikel 9

CEPT Agreement, yaitu untuk melindungi :

Keamanan Nasional

Moral

Kehidupan Manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan dan kesehatan

Benda-benda seni, bersejarah dan purbakala

D. Syarat Produk memperoleh konsesi CEPT

Suatu produk yang dapat memperoleh konsesi CEPT apabila memenuhi syarat

sebagai berikut:

1. Produk yang bersangkutan harus sudah masuk dalam Inclusion List (IL) dari

negara eksportir maupun importer.

2. Produk tersebut harus mempunyai program penurunan tarif yang disetujui oleh

Dewan AFTA (AFTA Council);

3. Produk tersebut harus memenuhi persyaratan kandungan lokal 40%. Suatu produk

dianggapberasal dari negara anggota ASEAN apabila paling sedikit 40% dari

kandungan bahan didalamnya berasal dari negara anggota ASEAN. CEPT-AFTA

juga memasukan syarat perjanjian perdagangan regional mengenai asal barang

(Rules of Origin).

Page 5: Common Effective Preferential Tarif Scheme

Pengertian asal barang dalam CEPT adalah sebagai sejumlah kriteria yang

digunakan untuk menentukan negara atau wilayah pabean asal dari suatu barang atau

jasa dalamperdagangan internasional. Selain mengatur penghapusan tarif CEPT-

AFTA juga mengatur penghapusan hambatan pembatasan kwantitatif (quantitative

restriction) dan hambatan non-tarif (non-tariffs barriers) serta pengecualian terhadap

pembatasan nilai tukar terhadap produk-produk CEPT.Struktur dalam CEPT-AFTA

adalah menteri-menteri Ekonomi ASEAN.

Dalam rangka implementasi perjanjian CEPT-AFTA maka telah dibentuk

Dewan Menteri dari negara-negara anggota ASEAN dan Sekretaris Jenderal ASEAN.

Dewan AFTA bertugas mengawasi,mengkoordinasikan dan mengadakan perjanjian

terhadap inplementasi Perjanjian CEPT-AFTA.CEPT-AFTA juga mengatur tentang

mekanisme pengaman (Safeguard Measures) ketentuan tersebut diatur dalam pasal 6

perjanjian CEPT yaitu apabila implementasi skema CEPTmengakibatkan impor dari

suatu produk tertentu meningkat sampai pada suatu tingkat yang merugikan terhadap

sektor-sektor atau industri-industri yang memproduksi barang sejenis, maka negara

anggota pengimpor dapat menunda pemberian konsensi untuk sementara, sebagai

suatutindakan darurat. Penundaan tersebut harus konsisten dengan pasal XIX dari

General Agreementon Tariffs and Trade (GATT).

Negara anggota yang mengambil tindakan darurat tersebut, harus menotifikasi

segera kepada Dewan AFTA melalui sekretariat ASEAN dan tindakan tersebut perlu

dikonsultasikan dengan negara-negara anggota lain yang terkait.Selain CEPT-AFTA

ada beberapa instrumen hukum yang berkaitan pelaksanaan mekanis metersebut yaitu:

1. Revised Agreement on the Common Effective Preferential Tariff (CEPT) Scheme

for the ASEAN Free Trade Area (AFTA)

Page 6: Common Effective Preferential Tarif Scheme

2. Daftar produk CEPT dan jadwal penurunan tariff

3. Surat keputusan Menteri Keuangan tentang penepatan Tarif Bea Masuk atas

Impor BarangDalam Rangka Skema CEPT.

Artikel terkait :

CEPT-AFTA: Implikasi Terhadap Indonesia

Ardhilla Parama'arta – detikNews

Rabu, 06/01/2010 08:10 WIB

Jakarta - Perdagangan bebas antar negara di wilayah Asia Tenggara telah memasuki babak

baru. Program yang dicanangkan oleh ASEAN Secretariat dengan menurunkan biaya tariff

diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan intra ASEAN lebih tinggi lagi

dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 25% pada tahun 2007.

Biaya tariff pada 7.881 produk yang diperdagangkan di antara keenam Negara ASEAN

dihapuskan pada hari Jumat, 1 Januari 2010. Keenam negara tersebut kini dapat melakukan

kegiatan ekspor dan impor pada 54.457 tipe produk dengan nol tariff di bawah Common

Effective Preferential Tariffs for ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA). 

Sementara empat Negara ASEAN lainnya yaitu Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam,

akan memberlakukan tariff tersebut pada tahun 2015. Pemberlakuan tariff nol tersebut pada

barang-barang yang diperdagangkan di dalam ASEAN memberikan suatu keuntungan bagi

tidak hanya para konsumen di dalam negara-negara anggota ASEAN. 

Pemberlakuan tariff nol dapat menekan biaya distribusi antar negara ASEAN sehingga

produk yang berada di dalamnya dapat dipasarkan dengan harga yang lebih terjangkau bagi

para konsumen. Konsumen mendapatkan suatu pilihan barang yang lebih beragam dan

dengan harga yang murah. 

Page 7: Common Effective Preferential Tarif Scheme

Tidak hanya konsumen yang mendapatkan keuntungan. Tetapi, juga para produsen sebagai

pihak pengekspor. Para produsen dapat memasarkan barang produksinya dengan harga yang

lebih kompetitif. Dengan diberlakukannya pengurangan tariff ini dapat meningkatkan akses

pasar bagi para pengusaha. Pengusaha sekarang mampu memiliki akses pasar yang lebih

besar lagi dari sebelumnya ke Negara-negara anggota ASEAN dengan tariff impor yang

hampir nol persen (pengurangan tariff impor sampai saat ini adalah 99.11%). 

Kompetisi semakin terbuka di antara para pengusaha dengan memiliki tariff yang sangat

rendah. Hal ini memfasilitasi mereka untuk dapat menghasilkan suatu produk yang beredar di

pasar dengan harga yang kompetitif. Namun, tidak pula menurunkan kualitas dari barang

produksinya.

Implikasi Terhadap Indonesia

Peluang dan kesempatan seperti ini sepatutnya dapat dimanfaatkan oleh pengusaha-

pengusaha Indonesia. Baik pengusaha besar maupun usaha mikro kecil dan menengah

(UMKM). Peluang ini harus ditanggapi dengan kesiapan bagi produsen dengan

meningkatkan kualitas dan efisiensi dalam melakukan kegiatan produksi. Dengan demikian

pengusaha Indonesia dapat berkompetisi dengan pengusaha-pengusaha lain dari negara

anggota ASEAN dengan tingkat produktivitas yang tinggi dan kualitas yang baik.

Pengusaha besar yang sebelumnya telah memiliki akses pasar di luar Indonesia dapat terus

meningkatkan penjualan dengan harga yang lebih kompetitif. Kemajuan suatu perusahaan

yang telah berkecimpung di dunia internasional, dalam hal ini ASEAN, mampu berkontribusi

positif terhadap ketenagakerjaan di level domestik Indonesia. Suksesnya suatu perusahaan

Indonesia di wilayah internasional sudah tentu dapat memberikan lapangan pekerjaan yang

begitu luasnya bagi para warga Indonesia usia produktif untuk mendapatkan penghidupan

yang lebih layak. 

Page 8: Common Effective Preferential Tarif Scheme

Tidak hanya pengusaha besar saja yang dapat mendapatkan keuntungan dari pemberlakuan

tariff nol ini. Pengusaha mikro, kecil, dan menengah pun dapat berkontribusi. Indonesia

memiliki begitu banyak usaha kecil. Terutama pada barang-barang kreatif yang kemudian

dapat menjadi komoditas ekspor ke mancanegara. Dapat terlihat bahwa pemberlakuan tariff

baru ini dapat dijadikan suatu peluang yang sangat baik bagi usaha ini. Pada akhirnya usaha

kecil dan menengah ini juga dapat berkontribusi untuk menurunkan level pengangguran di

Indonesia.

Dalam rangka memperoleh semua kesempatan tersebut tentu harus diimbangi dengan usaha

nyata dari pihak nasional Indonesia sendiri. Salah satunya adalah akses bagi para pengusaha

tersebut untuk dapat melakukan penjualan barang produksi mereka ke negara anggota

ASEAN.

Kemudahan akses dan prosedur yang sederhana sepatutnya diperhatikan. Terdapat

kemungkinan bahwa para pengusaha Indonesia 'enggan' untuk mencoba berkecimpung di

pasar internasional karena akses yang sulit dan prosedur yang sungguh berbelit. Oleh karena

itu sangatlah penting bagi pemerintah nasional Indonesia memerhatikan kedua aspek tersebut

guna meningkatkan penjualan dan produksi para pengusaha Indonesia.

Kerja sama teknis antar departemen dan pihak-pihak yang berkaitan langsung terhadap

kegiatan ekspor dan impor ini sangat diperlukan. Departemen Perdagangan dan Direktorat

Bea dan Cukai (customs) bekerja sama satu sama lain terkait hal teknis agar dapat

meningkatkan kegiatan perekonomian tersebut melalui perdagangan intra ASEAN. Kerja

sama teknis ini yang kemudian yang mampu memfasilitasi meningkatnya volume penjualan

produk-produk buatan Indonesia dengan implikasi positif bagi ketenagakerjaan Indonesia