cl3-prematuritas

30
Collaborative Learning PREMATURITAS DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS BLOK REPRODUCTIVE SYSTEM DISUSUN OLEH: KELOMPOK 5 KELAS K3LN RISKITA ANINDITYA.P 135070200131001 NIDIA PUSPITA SARI 135070207111011 HESTI SRIWAHYUNI 135070201111022 YANISA SOLIKHA 135070201111021 AMAR HUSNI YUNJI 135070201131007 DEWI RESTI NUZULLI QIRAN 135070201131006 ALFRIDA ASYIFANI AINI 135070207131001 ANA ZERLINA FITRIA 135070207131007 ALIF FANHARNITA BRILIANA 135070207131010 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015

Upload: rizkitaanin

Post on 13-Apr-2016

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

prematur

TRANSCRIPT

Page 1: CL3-prematuritas

Collaborative Learning

PREMATURITAS

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS BLOK REPRODUCTIVE SYSTEM

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5 KELAS K3LN

RISKITA ANINDITYA.P 135070200131001

NIDIA PUSPITA SARI 135070207111011

HESTI SRIWAHYUNI 135070201111022

YANISA SOLIKHA 135070201111021

AMAR HUSNI YUNJI 135070201131007

DEWI RESTI NUZULLI QIRAN 135070201131006

ALFRIDA ASYIFANI AINI 135070207131001

ANA ZERLINA FITRIA 135070207131007

ALIF FANHARNITA BRILIANA 135070207131010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015

Page 2: CL3-prematuritas

1. Definisi

Prematuritas adalah suatu keadaan dimana bayi lahir sebelum usia kehamilan

mencapai 37 minggu sebelum tanggal taksiran persalinan.Bayi yang prematur memiliki

organ-organ tubuh yang yang belum berkembang sempurna, yang mungkin belum siap

untuk dapat berfungsi diluar kandungan. akibatnya, bayi beresiko tinggi untuk mengalami

gangguan setelah dilahirkan. prematuritas merupakan penyebab utmam adanya masalah

dan kematian bayi baru lahir. (Mayo Clinic, 2011)

Prematuritas adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu

hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.1 Terdapat 3 subkategori usia

kelahiran prematur berdasarkan kategori World Health Organization (WHO), yaitu:

Extremely preterm (< 28 minggu)

Very preterm (28 hingga < 32 minggu)

Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu).

Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup

tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000- 2500 gram atau tua kehamilan

antara 28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007).

2. Etiologi

Dalam sebagian besar kasus, etiologi persalinan preterm tidak terdiagnosis dan

umumnya multifaktor. Kurang lebih 30% persalinan preterm tidak diketahui penyebabnya.

Sedangkan 70% sisanya, disumbang oleh beberapa faktor seperti kehamilan ganda (30%

kasus), infeksi genitalia, ketuban pecah dini, perdarahan antepartum, inkompetensia serviks,

dan kelainan kongenital uterus (20-25% kasus). Sisanya 15-20% sebagai akibat hipertensi

dalam kehamilan, pertumbuhan janin terhambat, kelainan kongenital dan penyakit-penyakit

lain selama kehamilan.

Telah dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor resiko lainnya yang

mungkin berpengaruh pada kelahiran prematur. Faktor-faktor tersebut adalah usia ibu saat

hamil, status sosioekonomi, status pernikahan, kebiasaan merokok, kesehatan mental,

konsumsi alkohol, terapi prenatal yang memadai, aktivitas fisik, penyakit kronis (seperti

asma dan diabetes) dan infeksi intra uterin. Status kesehatan ibu sebelum kehamilan seperti

berat badan rendah, riwayat hipertensi kronis, fungsi fisik pra-kehamilan yang buruk dan

kebiasaan merokok juga memiliki pengaruh terhadap kenaikan resiko kelahiran premature

(Hass, et al, 2005).

Page 3: CL3-prematuritas

Penyebab lain dari kelahiran prematur menurut Surasmi, Handayani, & Kusuma

(2003) faktor-faktor yang berpengaruh meliputi:

1. Faktor ibu merupakan kelainan atau penyakit yang diderita ibu pada sebelum kehamilan

maupun saat hamil, seperti: toksemia gravidarum yaitu preeklamsi dan eklamsi;

kelainan bentuk uterus; tumor; penyakit akut dengan gejala panas tinggi mis. tifus

abdominalis, malaria dan kronis; serta trauma pada masa kehamilan baik trauma fisik

(missal jantung) maupun psikologis (misal stress).

2. Faktor janin seperti kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan,

infeksi, (misal rubeolla, sifilis, toksoplasmosis), insufisiesi plasenta, inkompatibilitas

darah ibu dan janin (factor Rhesus, golongan darah ABO)

3. Faktor plasenta meliputi solusio plasenta dan plasenta previa

Namun walaupun etiologi kelahiran prematur bersifat multifaktorial, respon

inflamasi infeksi adalah faktor utama yang menyebabkan kelahiran prematur.

3. Epidemiologi

Pada tingkat dunia rata-rata tingkat kelahiran prematur di 65 negara meningkat dari

7,5 % dengan jumlah kelahiran prematur sebesar 2 juta kasus menjadi 8,6 persen dengan

total 2,2 juta kasus kelahiran prematur.Dinegara sedang berkembang angka kejadian

kelahiran premature masih jauh lebih tinggi, di india 30%, Afrika Selatan 15%, Sudan 31%

dan Malaysia 10%.Di Indonesia tercatat pada tahun 2009 memiliki angka kelahiran prematur

berkisar antara 10-20 % dan termasuk dalam peringkat kelima negara terbesar.

Dari kelahiran prematur, juga merupakan penyebab utama kematian dibidang

perinatologi. (Wijayanegara, 2009).Berdasarkan data persalinan prematur di Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Gorontalo, dari bulan Januari sampai dengan Desember 2012 tercatat

sebanyak 93 kasus prematur dari 1210 persalinan normal atau sekitar 13 % (Medical Record

RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, 2012).Hal ini diperkirakan akan terus

meningkat pada masa yang akan datang dan akan berdampak pada kualitas sumber daya

manusia

Di Indonesia sendiri angka kejadian persalinan preterm belum dapat dipastikan

jumlahnya namun berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen

Kesehatan tahun 2007, proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia mencapai

11,5%, meskipun angka BBLR tidak mutlak mewakili angka kejadian persalinan preterm.

Page 4: CL3-prematuritas

Lima provinsi mempunyai persentase BBLR tertinggi adalah Provinsi Papua (27,0%),

Papua Barat (23,8%), Nusa Tenggara Timur (20,3%), Sumatera Selatan (19,5%), dan

Kalimantan Barat (16,6%). Sedangkan provinsi dengan persentase BBLR terendah adalah Bali

(5,8%), Sulawesi Barat (7,2%), Jambi (7,5%), Riau (7,6%), dan Sulawesi Utara (7,9%).7 Dari

penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Jakarta pada tahun 1993, didapatkan

angka kejadian persalinan preterm 20,4% dan berat lahir rendah sebesar 9,3%. Selain itu

terdapat sejumlah morbiditas yang turut berperan dalam terjadinya persalinan dan

kelahiran preterm, misalnya anemia, di mana prevalens anemia pada ibu hamil mencapai

51%.

Berdasarkan data BPS, Angka Kematian Bayi (AKB) Jawa Timur tahun 2005-2010

turun dari 36,65 pada tahun 2005 menjadi 29,99 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2010.

Berdasarkan laporan rutin tahun 2010 di Jawa Timur terjadi 5.533 kematian bayi dari

589.482 kelahiran hidup. Kematian bayi di Jawa Timur berdasarkan sebabnya ada dua yaitu

endogen dan eksogen. Kematian endogen disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa bayi

sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi. Kondisi tersebut antara lain

BBLR, bayi prematur, dan kelainan kongenital. Sedangkan kematian eksogen disebabkan

oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan luar.

4. Faktor resiko

Menurut Chestnut dkk (2014), faktor resiko prematuritas yang signifikan terdiri dari:

a. Adanya riwayat persalinan prematur

b. Ras kulit hitam non-Hispanik (tanpa melihat status sosioekonomi)

c. Multiple gestation

Faktor etiologis utama dalam persalinan prematur menurut Chestnut dkk (2014) adalah:

a. Aktivasi HPA-axis pada ibu maupun janin (kondisi stress), kondisi ini dapat menstimulasi

produksi CRH yang kemudian menstimulasi pelepasan ACTH yang kemudian

menstimulasi pelepasan androgen yang merupakan prekursor utama estrogen, dimana

estrogen dapat meningkatkan kontraksi uterus. Oleh karena itu, aktivasi hpa-axis pada

akhirnya dapat meningkatkan resiko prematuritas. Beberapa faktor yang dapat

menyebabkan aktivasi HPA-axis (kondisi stress):

Page 5: CL3-prematuritas

- Status ekonomi rendah, selain berhubungan dengan peningkatan stres juga

berhubungan dengan resiko tidak terpenuhinya pemenuhan nutrisi dan

keamanan janin.

- Trauma, dapat menyebabkan stres akibat adanya kerusakan jaringan, dimana

respon stres muncul sebagai kondisi kompensasi tubbuh terhadap trauma.

b. Infeksi/inflamasi, kondisi ini dapat menyebabkan pelepasan mediator inflamasi yang

salah satunya adalah prostaglandin yang meningkatkan kontraksi uterus. Hal ini

meningkatkan resiko prematuritas. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko

infeksi yaitu:

- Bedah abdomen selama kehamilan

- Perdarahan vaginal

- PROM (premature rupture membrane)

- Autoimun/alergi dapat meningkatkan respon inflamasi

c. Perdarahan desidua, kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya respon inflamasi di

dalam uterus yang menyebabkan pelepasan mediator inflamasi berupa prostaglandin

yang meningkatkan kontraksi uterus, sehingga dapat meningkatkan resiko prematuritas.

Beberapa kondisi yang meningkatkan resiko perdarahan desidua yaitu:

- Kehamilan ganda

- Anomali uterus (kelainan pada uterus, misalnya rahim tanduk, yaitu kondisi

bentuk uterus yang sangat kecil sehingga membentuk tanduk)

- Poly/oligohidramnion

d. Distensi uterus patologis, kondisi ini dapat menyebabkan munculnya kontraksi pada

uterus yang pada akhirnya dapat meningkatkan resiko prematuritas.

5. Patofisiologi

Terlampir

6. Manifestasi klinis

Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.

Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm.

Lingkaran dada kurang dari 30 cm.

Lingkaran kepala kurang dari 33 cm.

Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

Page 6: CL3-prematuritas

Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak, lemak

subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus.

Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering timbul apnea.

Reflek tonik leher lemah dan refleks morro positif.

Alat kelamin pada bayi laki- laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum

turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum

tertutup labia mayora

Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannnya lemah

Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.

Fungsi saraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap, menelan dan

batuk masih lemah atau tidak efektif.

Tulang rawan dan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya sehingga seolah- olah

tidak teraba tulang rawan dan daun telinga.

Pergerakannya kurang dan masih lemah, pernapasan belum teratur

Otot-otot masih hipotonik

Pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali per menit

Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit

Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)

Kepala tidak mampu tegak .

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik Pada prematuritas yaitu :

a) Jumlah sel darah putih :18.000 / mm³, netrofil meningkat sampai 23.000 – 24.000 / mm³,

hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).

b) Hematokrit (HT) : 43% - 61 % (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan

polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic) prenatal / perinatal).

c) Hemoglobin (HB) : 15 – 20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dsengan anemia atau

hemolisis berlebihan).

d) Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 – 2 hari, dan 12 mg/dl

pada 3 – 5 hari.

e) Destrosix : tetes glukosa pertama 4 – 6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40 – 50

mg/dl meningkat 60 – 70 mg/dl pada hari ke tiga.

Page 7: CL3-prematuritas

Pemeriksaan diagnostik pada prematuritas menurut HTA Indonesia (2010) dibagi menjadi

tiga yaitu:

1. Prediksi klinis

Prediksi persalinan preterm secara klinis mencakup anamnesis, pemeriksaan fisis

dan skrining infeksi vagina. Dari anamnesis, perawat bisa mendapatkan data identitas

pasien, memperkirakan usia kehamilan saat datang berdasarkan hari pertama haid

terakhir, serta menggali kebiasaan dan faktor risiko yang berkaitan dengan insidens

persalinan preterm yang mungkin ada pada pasien. Selain itu, juga dapat

memperkirakan kondisi sosial ekonomi pasien.

Dari pemeriksaan fisik, perawat bisa memperoleh data klinis pasien seperti keadaan

umum, berat badan dan tinggi badan yang sekaligus digunakan untuk mengukur IMT,

tekanan darah, dan pemeriksaan obstetrik. IMT yang rendah sebelum hamil (IMT < 19,8

kg/m2) atau kenaikan berat badan yang kurang pada saat kehamilan meningkatkan

risiko terjadinya persalinan preterm.

Dari pemeriksaan obstetrik, adanya kontraksi dengan intensitas dan frekuensi yang

cukup untuk menyebabkan penipisan dan pematangan serviks pada usia gestasi 24-37

minggu merupakan suatu penanda persalinan preterm aktif. Kriteria yang digunakan

untuk mendiagnosis persalinan preterm adalah terdapatnya kontraksi yang nyeri, dapat

diraba, berlangsung selama lebih dari 30 detik dan muncul minimal empat kali tiap 20

menit. Hanya saja, nilai sensitivitas dan prediksi positifnya rendah sehingga tidak dapat

digunakan sebagai alat skrining persalinan preterm. Jika pada usia gestasi 22 - 24

minggu terdapat empat atau lebih kontraksi tiap jamnya, nilai sensitivitas dan prediksi

positif 9% dan 25%. Sementara bila pada usia gestasi 27 - 28 minggu didapatkan empat

atau lebih kontraksi tiap jamnya, nilai sensitivitas dan prediksi positifnya 28% dan 23%.

Selain itu, dari pemeriksaan obstetrik juga dapat dilakukan penilaian serviks dengan

menggunakan skor Bishop. Nilai Bishop diperoleh dari kriteria dalam tabel 1.

Berdasarkan tabel tersebut, skor Bishop didapat dari penjumlahan skor masing-masing

kriteria sesuai hasil pemeriksaan fisik.

Skor Bishop

Nilai 0 1 2 3

Dilatasi (cm) Tertutup 1-2 3-4 ≥5

Penipisan (%) 0-30 40-50 60-70 ≥80

Station (rentang

-3 hingga +3)

-3 -2 -1,0 +1, +2

Page 8: CL3-prematuritas

Konsistensi Kenyal Sedang Lunak

Arah Ke

belakang

Aksial Ke depan

2. Prediksi biofisik

Prediksi ini dilakukan dengan mengukur parameter fisik pada ibu. Parameter fisik yang

dimaksud adalah panjang serviks. Pengukuran panjang serviks dapat digunakan untuk

memprediksikan adanya risiko persalinan preterm. Serviks yang pendek memiliki risiko

lebih tinggi mengalami persalinan preterm. Cara pemeriksaan serviks antara lain yaitu:

a. Digital dengan jari

b. Ultrasonografi (USG) transabdominal

c. USG transperineal

d. USG transvaginal

3. Prediksi biologik

Prediksi biologik dilakukan dengan menggunakan biomarker yang diproduksi pada

masa kehamilan, baik dari tubuh ibu maupun bayi. Biomarker tersebut dapat berasal

dari serum, plasma, sekret vagina atau serviks termasuk pewarnaan Gram, cairan

amnion, urin, dan DNA. Biomarker biologik yang dapat digunakan untuk

memprediksikan adanya persalinan preterm adalah fibronektin fetal, Ureaplasma

urealyticum, relaksin, human defensins 2, estriol, Corticotrophin-releasing hormone

(CRH), interleukin-6, alfa fetoprotein, protein reaktif C (C-reactive protein, CRP), dan

Insulin-like Growth Factor Binding Protein-1 (IGFBP-1).

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan bayi premature

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan,

pemberian makanan, menghindari infeksi, penimbangan secara ketat dan personal hygiene,

dan siap sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi premature makin pendek pada masa

kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi dan ini akan menyebabkan

tingginya angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan

pernafasan, infeksi cacat bawaan dan trauma pada otak.

1) Pengaturan suhu lingkungan

Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur

BB bayi dibawah 2 kg 35 0C

Page 9: CL3-prematuritas

BB bayi 2 kg – 2,5 kg 34 0C

Suhu inkubator diturunkan 1 0C setiap minggu, bayi dapat ditempatkan pada suhu

lingkungan sekitar 24 – 27 0C.

2) Makanan BBLR

Umumnya bayi prematur belum sempurna reflek menghisap dan batuknya,

kapasitas lambung masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet sedikit demi

sedikit namun sering. Sedangkan pada bayi smallpor date sebaiknya kelihatan seperti

orang kelaparan, rakus dan makan yang harus diperhatikan adalah terdapat

kemungkinan terjadinya pneomonia aspirasi.

Kemungkinan cairan untuk BBL 120 – 150 ml/kg/hari atau 100 – 200 cal/kg/hari.

Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk segera mungkin

mencukupi kebutuhan cairan/ kalori diberi O2 dan pernapasan buatan kalau perlu

melakukan resusitasi dan memasang androtrakea intubasi. Kadang-kadang diperlukan

pemberian makanan melalui kateter, sebaliknya dipakai kateter dari palietilen yang

dapat ditinggalkan di lambung selama 4-5 hari tanpa iritasi. Kateter dari karet mudah

menyebabkan iritasi dan infeksi :

Yang dipakai kateter No.8 untuk bayi < 1500 gram dan No.10 bayi > 1500 gr.

Panjang kateter yang dimasukkan bila melalui mulut ialah sama dengan ukuran dari

pangkal hidung ke processus xyphoidesus bila melalui hidung ditambah dengan jarak

pangkal hidung ke liang telinga.

Mula-mula dicoba dahulu dengan air yang sudah dimasak apakah di kateter cepat

dilalui.

Setelah kateter dimasukkan dilihat apakah bayi menjadi sesak nafas/ tidak bila bayi

sesak mungkin kateter masuk trakea.

Kemudian cairan berukuran (misalnya tabung suntikan yang 10-20 ml) diletakkan

pada ujung kateter sebelah luar dan cairan susu dimasukkan ke dalam corong lalu

dibiarkan mengalir ke lambung.

Setelah minum, bayi didudukkan atau diletakkan kepala di pundak si pemberi minum

selama 10-15 menit dan kemudian ditidurkan pada sisi kanan/ tengkurap.

3) Dasar perawatan

a. Pengawasan dan perawatan selama kehamilan dan persalinan

b. Pernafasan harus segera dibenahi

c. Pertahankan suhu tubuh

d. Berikan nutrisi yang sesuai

Page 10: CL3-prematuritas

e. Cegah infeksi

4) Pencegahan infeksi

Isolasi BBLR dengan bayi infeksi dan tidak boleh dicampur

Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi

Bersihkan tempat tidur segera setelah tidak terpakai

Perlengkapan tersendiri setiap bayi

Infeksi saluran nafas

Pemberian makanan bayi

Pada 2 jam pertama diberi makan penurunan Bb > 10 %

ASI dengan pipit/ sendok hari pertama 60 cc/kg/hari. 200 cc/kg/hari akhir minggu

kedua.

ASI mengandung lemak yang mudah dicerna.

Tabel 2.1 Apgar – Score

Score 0 1 2

A : Appea Rance (warna

kulit)

Biru, pucat Tubuh merah muda

kaki + tangan biru

Seluruh tubuh

merah muda

P : Pulse (heart Rate)

(denyut nadi)

Tidak ada Lambat < 100 > 100

G : Grimace (refleks) Tidak ada Meringis Menangis kuat

A : Activity (Mus

Cletone) tonus otot

Lembek Sebagian ekstremitas

lemas

Bergerak aktif

R : Respiration

(pernafasan)

Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat

1. Perawatan di Rumah Sakit

Perawatan di rumah sakit di tekankan pada pengaturan suhu ingkungan pemberian

nutrisi dan O2 bila perlu karena belum sepurnanya alat – alat organ bayi dan perlu

penyesuaian lingkungan, selain itu juga perlu adaanya pencegahan terhadap infeksi serta

mencegah defisiensi vitamin dan zat besi.

a. Pengaturan suhu

Incubator

Page 11: CL3-prematuritas

Incubator berfungsi menjaga suhu bayi supaya tetap stabil ,akibat sistem pengaturan

suhu dalam tubuh bayi prematur belum sempurna maka suhunya bisa naik atau

turun secara dratis.

Fungsi inkubaotr secara garis besar :

- Oksgenasi

Melalui oksigen suplemen dengan tudung kepala/ kanula hidung/ ventilasi

mekanik

- Observasi

Perawatn intensif modern yang canggih meliputi pengukuran suhu,

respirasi, fungsi jantung, oksignasi dan aktivasi otak

- Perlindungan dari suhu dingin, infeksi, kebisingan, menjaga tetap hangat dan

membatasi eksposure kuman.

- Penyediaan gizi melalui sebuah saluran intravena kateter atau nasogastrik tube

- Memudahkan administrasi obat

- Mempertahankan kesimbangan cairan dengan menyediakan cairan dan enjaga

kelembaban udara, baik kelembabannya yang tinggi dari kult dan penguapan

dari pernafasan bayi

Cara pengaturan suhu incubator.

1) Berat badan bayi kurang dari 2 kg suhu incubator di atur 350 C

2) Berat badan bayi 2- 2,5 kg suhu incubator di atur 340 C

3) Kelembaban : 50% - 60% terutama untuk bayi yang di indikasi punya gangguan

pernafasan

4) Suhu incubator dapat di turunkan 10 C setiap minggunya untuk bayi dengan

berat badan 2 kg dan berangsur angsur bisa diletakkan di suhu ruangan (27 - 29)

0 C

Berat Badan

Bayi

Suhu Inkubator Sesuai Usia

350 C 340 C 330 C 320 C

< 1,5 kg Usia 1 – 10

hari

Usia 11 hari

– 3 minggu

Usia 3 – 5

minggu

Usia > 3

minggu

1,5 kg– 2,0

kg

Usia 1- 20

hari

Usia 11 hari

– 4 minggu

Usia > 4

minggu

2,1 kg – 2,5 Usia 1 – 2 Usia 3 hari – Usia > 3

Page 12: CL3-prematuritas

kg bulan 3 minggu minggu

> 2,5 kg Usia 1 -2

hari Usia > 2 hari

Bila tidak ada incubator , bedong / tutup badan bayi lebih tebal dan letakkan botol-

botol berisi air panas di sekitarnya atau dengan lampu petromaks dekat tempat tidur

bayi.

Perspexheat shield di tempatkan pada kulit bayi dalam incubator. Ini merupakan

sebuah alat detector suhu yang bisa mempertahankan suhu paten yang sudah di

tentukan pada bayi

Bayi daam incubator hanya di pakaikan popok agar memudahkan pengawasan

keadaan umu, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan , kejang dan lain-lain.

Sehingga keluhan dapat di tentukan dan di atasi secepatnya.

b. Pemberian ASI

Porsi yang di berikan pada bayi premature:

1) Bayi premature beratnya > 1.800 gram, usia gestasi >34 minggu dapat langsung di

susukan pada ibunya. Bila ASI belum mencukupi bisa di berikan ASI donor dengan

sendok atau cangkir 8 – 10 x/hari.

2) Bayi premature beratnya 1.500 – 1.800 gram, usia gestasi 32 – 34 minggu, refleks

hisap belum baik, tapi menelan sudah baik, berikan ASI pecah dengan 10 – 12 kali /

hari

3) Bayi premature beratnya 1.250 – 1.500 gram, gestasi 30 – 31 minggu refleks hisap

dan menelan belum ada, perlu ASI pecah melalui pipa orogastrik / NGT 12x/ hari

c. Makanan atau nutrisi

- Bayi preature umumnya refleks hisap dan menelannya belum sempurna, jadi

perlu nutrisi yang di masukkan langsung melalui oro gastric tube. Selain itu

lambung (kapasitas) masih kecil, tapi kebutuhan protein dan kalori lebih tinggi

daripada bayi normal. Protein 3 – 5 gram / hari, kalori 110 kal/ kg BB/hari.

- Pemberian nutrisi dilakukan pada usia bayi 3 jam, agar tidak terjadi hioglikemia

dan hiperbilirubinemia.

- Sebelum pemberian makanan lakukan hisap cairan lambung untuk mendeteksi

atresia esophagus dan mencegah muntah.

Page 13: CL3-prematuritas

- Jumlah cairan yang diberikan pertama kali 1- 5 ml/ jam dan jumlahnya dapat

ditambah sedikit demi sedikit tiap 12 jam. Banyaknya cairan yang di berikan

adalah 200 mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.

d. Mencegah infeksi

- Pisahkan bayi yang terinfeksi sejak lahir dengan yang tidak

- Galakkan teknik aseptic dan anti septic sebleum memegang dan bersentuhan

dengan bayi

- Bersihkan tempat tidur seminggu sekali dan segra setelah bayi di pindah.

- Bersihkan pada waktu tertentu

- Gunakan 1 alat hanya pada satu bayi

- Petugas di bangsal neonatal harus memakai baju khusus

- Kulit dan tali pusat harus di bersihkan sebaik mungkin

- Pembatan pengunjung sangat perlu untuk di lakukan

e. Memberikan Sentuhan

Sentua dari ibu membantu mempercepat proses kenaikan BB dan perbaikan kondisi

bayi.

f. Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat merupakan tindakan yang bertujuan merawat tali

pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi. Pilihan

perawatan tali pusat meliputi triple dye, alcohol isopropyl, larutan povidon iodine,

salep anti mikrobal atau tanpa intervensi apapun.

Tali pusat merupakan sisa terakhir ikatan ibu dengan bayi dalam rahim.

Menjelang kesembuhannya tali pusat berubah warna menjadi hitam. Dengan ini

akan lepas dengan sendirinya antara 1 – 4 minggu. Untuk mepercepat

penyembuhan dan mnegindari infeksi, jagalah tali pusat tetap kering dan terkena

udara. Berikut beberaa hal penting dalam perawatan tali pusat:

1) Sebelum tali pusat terlepas jangan memandikan bayi dengan merendamnya dan

jangan membasuh tali pusat sekalipun dengan lap basah

2) Cuci tangan bersih bersih saatakan melakukan tindakan

3) Ambil kapas bulat yang telah di beri alcohol 70 %, bersihkan sisa tali pusat

terutama pangkalnya (yang menempel pada perut bayi) dan lakukan dengan hati

– hati terutama jik tali pusat masih berwarna merah

4) Rendam perban atau kassa steri dalam alcohol 70 % lalu bungkus sisa tali pusat,

seluruh permukaan hingga pangkal harus tertutup perban

Page 14: CL3-prematuritas

5) Lilitan perban jangan terlalu ketat agar bayi tidak kesakitan

6) Kenakan gurita bayi untuk menahan agar bungkus perban tetap pada tempatnya

7) Jika pada area tersebut berwarna merah segera hubungi dokter.

2. Perawatan di Rumah

a. Asupan Gizi

Bayi membutuhkan susu dengan protein tinggi, yaitu ASI. Pada bayi

premature organ hisapnya yang masih immature maka kurang mampu untuk

menyusu pada ibunya langsung, jadi ASI di berikan dengan cara diperas dan

diminumkan dengan sendokk atau pipet perlahan cairan yang di berikan sekitar

50 – 60 cc/kg/BB/ hari dan harus di naikkan sampai mencapai sekitar 200

cc/kg/BB/ hari atau sesuai dengan kemampuan bayi.

b. Jaga suhu tubuhnya

Bayi premature suhu tubuhnya tidak stabil, jadi orangrua harus

mengushakan suhu lingkungan atau ruangan agar tidak memicu perubahan

suhu bayi.

c. Jaga kebersihan lingkungan

d. Kangoro Mother Care (KMC)

KMC adalah kontak kulit di antara ibu dan bayi secara dini, terus menerus

dan di kombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya agar bayi tetap

hangat. KMC dapat di mulai segera setelah bayi lahir atau bayi sudah stabil dan

dapat di lakukan di rumah sakit maupun saat pulang. Metode ini merupakan

salah satu metode perawatan bayi lahir dengan berat bdan lahir rendah untuk

mencegah hipotermia.

Cara perawatannya dalam kedaan telanjang dada, bayi hanya memakai

popok dan topi danbayi di letakkan secara vertical / tegak di dada diantara

kedua payudara iu dimana ibu dalam keadaan telanjang dada kemudian di

selitmuti. Juga di sertai dengan pemberian ASI ekskluif.

Keuntungan yang didapat dari metode kanguru bagi perawatan bayi :

1. Meningkatkan hubungan emosional ibu dan anak

2. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung dan pernafasan bayi

3. Meningkatkan pertumbuhna dan berat badan bayi dengan lebih baik

4. Mengurangi stress pada ibu dan bayi

5. Memperbaiki keadan emosi ibu dan bayi

6. Menngkatkan produksi ASI

Page 15: CL3-prematuritas

7. Menurunkan resiko terinfeksi Selma perawatan di rumah

8. Mempersingkat massa rawat di rumah sakit.

Cara melakukan metode kanguru antara lain:

1) Berikan bayi pakian, topi, popok dan kaos kaki yang telah di hangatkan

lebih dahulu

2) Lettakan bayi di dada ibu dengan posisi tegak langsung kekulit ibu dan

pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan

siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dan

kepala agak sedikit mendongak

3) Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari bdan ibu dan bayi

diletakkan diantara payudara ibu baju ditangkupkan kemudian ibu emakai

selndang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.

4) Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi dapat digunakan handuk atau

kain lebar yang elastic atau kantung yang dibuat sedemikian untuk menjaga

tubuh bayi

5) Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri,

duduk, jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur, poisis ibu setengah

duduk atau dengan jalan meletakkan beberapa bantal di belakang

punggung ibu

6) Bila ibu perlu istirahat dapat digantikan oleh ayah (KFC)

7) Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, posisi bayi,

pemantauan bayi, cara pemberian ASI dan kebersihan ibu dan bayi.

e. Kangoro Father Care (KFC)

Metode yang sama dengan KMC, akan tetapi pada KFC yang melakukan adalah

ayah.

9. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Pengkajian ibu/ maternal

a. Identitas

- Usia : umur dibawah 16 tahun atau diatas 45 tahun

- Latar belakang pendidikan rendah, tiadanya perawatan sebelum kelahiran dan

rendahnya gizi

b. Riwayat kesehatan ibu

Page 16: CL3-prematuritas

Pernah mengalami penyakit hipertensi, toksemia, plasenta previa, abrupsio plasenta,

inkompeten servikal, kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes melitus. Infeksi

TORCH atau penyakit hubungan seksual lain. Keadaan lain seperti golongan darah

dan faktor Rh.

c. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi yang rendah, tidak adanya perawatan sebelum kelahiran

(prenatal care).

d. Riwayat kelahiran prematur atau aborsi, konsultasi genetik yang pernah dilakukan,

jarak kehamilan yang berdekatan

e. Riwayat penggunaan obat-obatan, alkohol, rokok, dan kafein.

2. Bayi pada saat kelahiran

- Usia bayi

Biasanya antara 24 sampa i 37 minggu

- Antropometri

Rendahnya BB pada saat kelahiran, biasanya kurang dari 2500 gram, kurus, lapisan

lemak subkutan sedikit atau tidak ada

- Kepala

Relatif lebih besar dibanding badan, 3 cm lebih besar dibanding lebar dada

- Kardiovaskular

Denyut jantung rata-rata 120 sampai 160 per menit pada bagian apikal dengan ritme

yang teratur, pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada seperempat

bagian interkostal, yang mneunjukkan aliran darah dari kiri ke kanan karena

hipertensi atau atelektasis paru.

- Gastrointestinal

Pada sistem ini biasanya ditemukan:

Penonjolan abdomen

Pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam

Refleks menelan dan mengisap yang lemah

Ada atau tidak ada anus

Ketidaknormalan kongenital lain

- Integumen

Pada sistem ini biasanya ditemukan:

Kulit berwarna merah muda atau merah, kekuning-kuningan, sianosis, atau

campuran bermacam warna.

Page 17: CL3-prematuritas

Sedikit vernik kaseosa, dengan rambut lanugo di sekujur tubuh.

Kurus, kulit tampak transparan, halus dan mengilap.

Edema yang menyeluruh atau di bagian tertentu yang terjadi pada saat

kelahiran.

Kuku pendek belum melewati ujung jari, rambut jarang atau mungkin tidak

ada sama sekali.

Petekie atau ekimosis.

Transparansi kulit dan visibilitas dari vena meningkat seiring rendahnya usia

gestasi. Bayi dengan usia gestasi 26 minggu mempunyai 3-6 lapisan kulit, dibanding

dengan bayi aterm yang memiliki 16 lapis. Catat adanya lanugo dan vernix caseosa

(putih seperti keju yang terjadi karena sekresi kelenjar sebasea dan sel kulit). Juga

akan lebih banyak seiring dengan penurunan usia gestasi. Lipatan kaki muncul

pertama kali pada bagian anterior pada usia gestasi 28-30 minggu. Catat adanya

tanda tanda jaundice, kondisi ini terjadi pada 80% bayi prematur, meningkat secara

cephacaudal dan memuncak pada usia 5-6 hari pertama kehidupan, jika hal ini

muncul pada 24 jam pertama setelah lahir maka hal ini abnormal. Total serum

bilirubin harus dimonitor ketat pada 2 minggu pertama.

- Muskuloskeletal

Pada sistem ini biasanya ditemukan:

Tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.

Tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak.

Gerakan lemah dan tidak aktif atau letargik.

- Neurologis

Pada sistem ini biasanya ditemukan:

Refleks dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten, gerak refleks

hanya berkembang sebagian.

Menelan, mengisap, dan batuk sangat lemah atau tidak efektif

Tidak ada atau menurunnya tanda neurologis

Mata mungkin tertutup atau mengatup apabila umur kehamilan belum

mencapai 25 sampai 26 minggu.

Suhu tubuh tidak stabil, biasanya hipotermia.

Gemetar, kejang, dan mata berputar-putar, biasanya bersifat sementara,

tetapi mungkin juga ini mengindikasikan adanya kelainan neurologis.

- Respirasi

Page 18: CL3-prematuritas

Pada organ ini biasanya ditemukan:

Jumlah pernapasan rata-rata 40-60 per menit diselingi dengan periode apnea

Pernapasan yang tidak teratur, dengan flaring nasal (nasal melebar),

dengkuran, retraksi (interkostal, suprasternal, substernal)

Terdengar suara gemerisik.

- Ginjal

Pasien berkemih setelah 8 jam kelahiran serta ditemukan ketidakmampuan untuk

melarutkan ekskresi ke dalam urin.

- Reproduksi

Pada sistem ini ditemukan:

Pada bayi perempuan: klitoris yang menonjol dengan labium mayora yang

belum berkembang

Pada bayi laki-laki: skrotum yang belum berkembang sempurna dengan rugae

yang kecil, testis tidak turun ke dalam skrotum.

- Temuan sikap

Bayi yang lahir prematur biasanya memiliki tangis yang lemah, tidak aktif, dan

tremor.

B. Analisa data

Data Etiologi Masalah keperawatan

DS :

- Riwayat pecah ketuban

dini

- Riwayat pecah ketuban

lama

- Tidak mampu untuk

menghindari pajanan

patogen

DO :

- Prosedur invasif

- Leukopenia

Faktor resiko

Menimbulkan tekanan

kontraksi & pembukaan jalan

lahir

Persalinan prematur

Faktor ibu, plasenta, janin

BBLR/BLSR

Prematuritas

Resiko infeksi (faktor resiko

termasuk defisiensi

imunologi, paparan patogen

di lingkungan, dan prosedur

invasif.)

Page 19: CL3-prematuritas

Penurunan daya tahan

Resiko infeksi

DS:

DS:

- Hipotermi tingkat 1,

suhu inti 36-36,5 C

- Hipotermi tingkat 2,

suhu inti 35-35,9 C

- Hipotermi tingkat 3,

suhu inti 34-34,9 C

- Hipotermi tingkat 4,

suhu inti <34 C

- Distres pernafasan

- Bayi dengan

penambahan berat

badan kurang

- Berat badan ekstrem

-

Faktor resiko prematuritas

Berat badan lahir rendah

Permukaan tubuh relatif

lebih luas

Pemaparan dengan suhu luar

Kehilangan panas

Hipotermi

Faktor resiko prematuritas

Berat badan lahir rendah

Jaingan lemak subkutan tipis

Kehilangan panas melalui

kulit

Hipotermi

Hipotermi brhubungan

dengan prematuritas (usia

ekstrem, berat badan

ekstrem, termogenesis

menggigil tidak efektif)

Ds:

- Kurang makan

Do:

- Berat badan sama dengan

atau kurang dari 2500 gram

- ketidakmampuan atau

Faktor resiko

Menimbulkan tekanan

kontraksi dan pembukaan

jalan lahir

Persalinan prematur

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan

makanan ditandai dengan BB

bayi di bawah BB bayi

normal, membran mukosa

Page 20: CL3-prematuritas

refleks menelan belum

sempurna

-kelemahan otot untuk

menelan

Membran Mukosa

Faktor plasenta

BBLR/BLSR

Prematuritas

Fungsi organ-organ belum

baik

Otak

Imaturitas sentrum sentrum

vital

Reflek menelan belum

sempurna

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan

pucat, bayi tidak mampu

menelan makanan, tonus

otot lemah, refelks menelan

dan menghisap yang lamah

karena neurologic imature

DS:

- Usia ibu di bawah 20 tahun

atau di atas 35 tahun

- Latar belakang pendidikan

rendah

- Ibu dan keluarga belum

mengetahui cara merawat

bayi yang lahir prematur

- Ibu dan keluarga belum

memahami kondisi bayi

prematur

Faktor resiko

Persalinan prematur

Kondisi bayi tidak normal

Perawatan bayi prematur

berbeda dari bayi normal

Ibu dan keluarga belum

mengetahui cara perawatan

bayi prematur

Defisit pengetahuan

Defisit pengetahuan

Page 21: CL3-prematuritas

DS :

-

DO :

- Pergerakan bayi

lemah

- Penurunan turgor

kulit

- Kulit kering, dan

mebran mukosa

kering

- Peningkatan

hematokrit

- Penurunan berat

badan tiba-tiba

- Penurunan tekanan

darah

- Penurunan tekanan

nadi

Faktor resiko prematur

BBLR/BLSR

Permukaan tubuh relatif

lebih luas

Penguapan berlebih

Kehilangan cairan dan intake

cairan yang kurang

Dehidrasi

Turgor kulit buruk dan

membran mukosa kering,

peningkatan hematokrit,

volume darah menurun

Kelemahan

Kekurangan volume cairan

Kekurangan volume cairan

DS : -

DO :

- Kebisingan

terdengar pada

seperempat bagian

interkostal

- Denyut jantung

rata – rata 120 –

160 per menit pada

bagian apikal

dengan ritme yang

Faktor Resiko

Menimbulkan tekanan kontraksi dan pembukaan

jalan lahir

Persalinan prematur

Etiologi

Faktor janin

BBLR/BLSR

Prematuritas

Ketidakefektifan bersihan

jalan napas

Page 22: CL3-prematuritas

teratur

- Aliran darah dari

kanan ke kiri

karena hipertensi

atau atelektasis

- Jumlah pernapasan

rata-rata antara

40-60 per menit

diselingi dengan

periode apnea

- Pernapasan tidak

teratur

- Retraksi

(interkostal,

suprasternal,

substernal)

- Terdengar suara

gemerisik

Fungsi organ paru belum

baik

Pertumbuhan dinding dada belum sempurna

Vaskuler paru imatur

Insufisiensi pernapasan

Ketidakefektifan bersihan

jalan napas

C. Rencana keperawatan

1. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi (faktor resiko termasuk defisiensi imunologi,

paparan patogen di lingkungan, dan prosedur invasif).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien

terhindar dari resiko infeksi.

Kriteria hasil : Sesuai dengan skor pada indikator NOC

NOC : Infection Severity: Newborn

No. Indikator 1 2 3 4 5

1. Penurunan jumlah sel darah putih

2. Infeksi umbilicus

3. Kolonisasi kultur tinja

4. Kolonisasi kultur urin

Keterangan: 1. Parah 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Normal

Page 23: CL3-prematuritas

NIC : Infection Protection

- Monitor tanda dan gejala lokal dan sistemik dari infeksi

- Monitor jumlah granulosit dan WBC

- Batasi jumlah pengunjung

- Pertahankan teknik aseptik

- Berikan agen imunisasi

- Pertahankan penggunaan antibiotik

- Lakukan kultur

- Ajarkan keluarga pasien tentang tanda dan gejala infeksi dan kapan mereka

melaporkannya ke tenaga kesehatan.

2. Diagnosa keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan ketidakmampuan menelan makanan ditandai dengan BB bayi di bawah BB bayi

normal, membran mukosa pucat, bayi tidak mampu menelan makanan, tonus otot

lemah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam BB bayi meningkat,

mukosa tidak pucat, dan bayi mampu menelan.

Kriteria Hasil : sesuai indikator NOC skor 4

NOC : Infant Nutritional Status

NO. Indikator 1 2 3 4 5

1. Intake nutrisi √

2. Intake makanan peroral √

3. intake minuman perolal √

4. Hemoglobin √

NIC : Enteral tube feeding

- Mulai pemberian makan sementara atau dengan menggunakan selang sesuai

indikasi. (Pemberian makan perselang mungkin perlu untuk memberikan nutrisi

yang adekuat pada bayi yang telah mengalami koordinasi menghisap yang buruk

dan refleks menelan atau yang menjadi lebih selama pemberian makan.)

- monitor status cairan dan elektrolit

- lanjutkan memberi makan asi selama 20-30 menit dengan perlahan (Pemasukan

makanan kedalam lambung yang terlalu cepat dapat menyebabkan respons balik

Page 24: CL3-prematuritas

cepat regurgitasi, peningkatan resiko aspirasi, dan distensi abdomen, semua ini

menurunkan status pernapasan.)

NIC : Nutrition Therapy

- kaji kebutuhan nutrisi total (untuk menentukan kebutuhan makanan bayi dam

menetukan kebutuhan kalori, dan menyesuaikan frekuensi pemberian makan.)

- Mulai pemberian makan sementara atau dengan menggunakan selang sesuai

indikasi. (Pemberian makan perselang mungkin perlu untuk memberikan nutrisi

yang adekuat pada bayi yang telah mengalami koordinasi menghisap yang buruk

dan refleks menelan atau yang menjadi lebih selama pemberian makan.)

NIC : Nutitional Monitoring

- Catat BB bayi, monitor pertumbuhan dan perkembangan (Pertumbuhan dan

peningkatan BB adalah kriteria untuk penentuan kebutuhan kalori, untuk

menyesuaikan formula dan untuk menentukan frekuensi pemberian makan.

Pertumbuhan mendorong peningkatan kebutuhan kalori dan kebutuhan protein.)

- Identifikasi abnormalitas dalam eliminasi usus, seperti adanya diare, muntah,

regurgitasi, residu lambung berlebihan (Menandakan kerusakan fungsi lambung.

Residu lambung > 2 ml (diaspirasi melalui selang nasogastrik[NG] sebelum

pemberian makan) menunjukkan kebutuhan untuk menurunkan jumlah pemberian

makan dan dapat menandakan absorpsi buruk atau enterokolitis nekrotisan.)

- Monitor adanya pucat, kemerahan , konjungtiva kering

3. Diagnosa keperawatan : hipotermi berhubungan dengan prematuritas (usia ekstrem,

berat badan ekstrem, termogenesis menggigil tidak efektif) ditandai dengan Hipotermi

tingkat 1, suhu inti 36-36,5 C, Hipotermi tingkat 2, suhu inti 35-35,9 C, Hipotermi tingkat

3, suhu inti 34-34,9 C, Hipotermi tingkat 4, suhu inti <34 C, Distres pernafasan, Bayi

dengan berat badan kurang

Tujuan : setaah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam bayi tidak mengalami

hipotermi

Kriteria hasil : didapatkan hasil sesuai dengan indikator NOC sebagai berikut

NOC : Thermoregulation : Newborn

NO. Indikator 1 2 3 4 5

1. Peningkatan berat badan √

2. Respirasi yang ireguler √

3. Ketidakstabilan suhu √

4. Hipotermi √

Page 25: CL3-prematuritas

NOC : Vital Sign

NO. Indikator 1 2 3 4 5

1. Suhu tubuh √

2. RR √

3. Sistole BP √

4. Diastole BP √

5. Pulse

NIC : Temperature Regulation (pengaturan suhu)

- Monitor suhu minimal tiap 2 jam

- Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu

- Monitor TD, nadi, dan RR

- Monitor warna dan suhu kulit

Hypothermia Treatment

- Memasukkan bayi ke dalam inkubator untuk menjaga suhu tubuh agar tetap

hangat sesuai dengan kebutuhan

- Monitor komplikasi yang terjadi

- Monitor skin color dan temperatur badan berkaitan dengan penatalaksanaan

inkubator

Intervensi sumber lain :

- Jaga temperature ruang perawatan 25C

- Ukur suhu rektal bayi terlebih dahulu, baru kemudian suhu aksila setiap 2 jam

atau setiap kali diperlukan

- Lakukan prosedur penghangatan setelah bayi lahir

- Tempatkan bayi dibawah penghangatan radian atau inkubator jika diperlukan

- Tempatkan kontrol temperatur (servo-control) diatas abdomen. Atu suhunya

pada 37-37,5C, juga jaga suhu kulit pada 36-36,5 C

- Hindari menempatkan bayi kontak dengan sumber panas atau sumber dingin.

Hindari juga udara panas maupun dingin. Lakukan juga perlindungan untuk

Page 26: CL3-prematuritas

menjaga panas tubuh, seperti menjaga agar kulit bayi tetap kering dan

menjaga agar kepala bayi tertutup

- Awasi bayi terhadap perubahan yang mengindikasi adanya stres dingin.

4. Diagnosa keperawatan : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan

mekanisme regulasi dan ditandai dengan penurunan turgor kulit, membran mukosa

kering, kelemahan, penurunan tekanan darah dan peningkatan hematokrit.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam, volume cairan bayi

adekuat.

Kriteria hasil : sesuai indikator NOC

NOC : Hydration

No. Indikator 1 2 3 4 5

1. Turgor kulit

2. Membran mukosa

3. Peningkatan hematokrit

4. Penurunan tekanan darah

5. Kelemahan

NIC : Fluid management

- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat, dan bandingkan masukan dan

keluaran cairan setiap 24 jam.

- Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, turgor kulit), kehilangan

atau perpindahan cairan yang minimal dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi,

terlihat dengan turgor kulit yang buruk dan membrane mukosa kering.

- Monitor hasil laboratori yang berhubungan dengan retensi cairan (penurunan

hematokrit)

- Monitor tanda-tanda vital (TD, suhu, nadi, dan RR), kehilangan 25% volume darah

mengakibatkan syok dan menandakan hipotensi.

- Berikan terapi infuse cairan intravena, kebutuhan terapi cairan kira-kira 80 – 100

ml/kg/hari pada hari pertama kehidupan, meningkat sampai 120 – 140 ml/kg/hari

pada hari ke 3 pasca kelahiran. Pergantian cairan dapat menambah volume darah.

Page 27: CL3-prematuritas

- Monitor respon pasien terhadap pemberian terapi cairan dan elektrolit

- Berikan transfusi darah untuk mempertahankan kadar hematokrit dan

menggantikan kehilangan darah.

- Konsultasikan dengan dokter jika terjadi tanda dan gejala kelebihan volume cairan

yang berlangsung lama atau memperburuk kondisi klien.

5. Diagnosa keperawatan: defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan bayi

prematur di rumah.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, ibu dan keluarga

dapat melakukan perawatan bayi prematur dengan baik dan benar sesuai ketentuan.

Kriteria hasil: saat evaluasi diperoleh skor pada NOC berikut.

NOC: Knowledge: Preterm Infant Care

No Indikator Skor Keterangan skor

1 Kebutuhan perawatan kulit

2 Kebutuhan monitoring fisiologis

3 Kebutuhan monitoring hidrasi

4 Kebutuhan monitoring gula darah

5 Kebutuhan nutrisional

6 Perawatan intensif neonatal rutin

Intervensi NIC:

Lactation Counseling

- Mengajarkan ibu posisi-posisi dalam menyusui ketika sudah di rumah

- Mengajarkan ibu cara-cara menyusui (teknik relaksasi, lingkungan yang tenang,

dan pemijatan payudara agar ASI yang diproduksi cukup)

- Mengajarkan ibu cara untuk membedakan antara nutritive sucking dan

nonnutritive sucking (menyusui langsung dan menyusui dengan dot atau

empeng)

Parent education: Infant

- Menginformasikan kepada keluarga mengenai kondisi bayi (kelemahan dan

kekuatan bayi).

Page 28: CL3-prematuritas

- Mengajarkan ibu dan keluarga cara merawat bayi baru lahir sesuai kondisi dan

keadaan bayi prematur.

- Informasikan keluarga mengenai karakteristik bayi baru lahir prematur.

- Informasikan keluarga mengenai kebutuhan keamanan bayi baru lahir khususnya

lahir prematur.

Teaching: disease Process

- Menjelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai gejala bayi prematur, etiologi

lahir prematur, serta kelainan pada kondisi fisik bayi prematur.

- Menjelaskan mengenai penatalaksanaan yang tepat pada bayi prematur.

- Menggambarkan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul pada bayi prematur.

Teaching: Infant Nutrition 0-3 Months

- Memberikan edukasi pada ibu dan keluarga mengenai nutrisi yang tepat bagi bayi

baru lahir khususnya lahir prematur.

- Memberikan bahan-bahan edukasi tertulis sebagai pegangan bagi ibu dan

keluarga.

- Menginstruksi ibu untuk memberikan ASI eksklusif, dengan tidak memberikan

makanan atau minuman lain pada bayi.

Teaching: Infant safety 0-3 Months

- Instruksikan keluarga untuk memposisikan bayi dengan benar.

- Menginstruksikan keluarga untuk menghindari penggunaan perhiasan pada bayi.

- Menginstruksikan keluarga untuk menyesuaikan suhu air saat memandikan bayi.

- Menginstruksikan keluarga untuk tidak mengayun bayi terlalu kencang.

Intervensi Doenges:

- Informasikan pada orang tua dan keluarga tentang proses penyakit , prosedur

perawatan, tanda dan gejala masalah pernapasan, perawatan lanjut.

- Ajari orang tua dan keluarga tentang perawatan yang dibutuhkan, seperti terapi

oksigen di rumah, ventilasi mekanis, fisioterapi dada, terapi obat, terapi gizi dan

cairan, pemantauan khusus, seperti pemantauan apnea atau gula darah.

- Meminta orang tua dan keluarga untuk mendemonstrasikan kembali prosedur

yang harus dilakukan.

- Mendorong orang tua dan keluarga untuk ikut serta dalam perawatan bayi.

Page 29: CL3-prematuritas

- Mengajarkan orang tua dan keluarga bagaimana menyeimbangkan antara

aktivitas dan istirahat dan bagaimana mengevaluasi toleransi bayi terhadap

aktivitas.

- Susun perawatan kesehatan lanjutan di rumah.

6. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan

spasme jalan napas dan mukus dalam jumlah berlebihan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam jalan napas tetap paten,

pernapasan teratur dan tidak sulit, dan frekuensi dalam batas normal.

NOC : Respiratory Status

Indikator 1 2 3 4 5

1. Respiratory rate

2. Respiratory rhythm

3. Kepatenan jalan napas

4. Auskultasi suara napas

5. Pencapaian diharapkan spirometer insentif

6. Inspirasi dalam

NIC : Airway Management

- Membuka jalan napas, menggunakan chin lift atau teknik jaw thrust, yang sesuai

- Pasien dapat diposisikan untuk memaksimalkan potensi ventilasi

- Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan penyisipan aktual / potensial napas

- Auskultasi napas terdengar, dan mencatat daerah menurun atau tidak ada

ventilasi dan adanya suara adventif

- Hapus sekret dengan suction

- Membantu dengan spirometer insentif, yang sesuai

Page 30: CL3-prematuritas

Daftar Pustaka

Cunningham, F G, dkk. 2006. Obstetri Williams Volume I. Jakarta: EGC

Barbara, Hadson. 1995. Perawatan Bayi Prematur. EGC, Jakarta.

Boback. 2004. Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Bobak, Irene M. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC

Chestnut, dkk. 2014. Chestnut’s Obstetric Anesthesia: Principle and Practice. Philadelphia:

Elsevier.

Health Technology Assesment Indonesia.2010.Prediksi Persalinan Preterm.Jakarta: Dirjen Bina

Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Mayo Clinic. 2011. Premature Birth. Online, (http://mayoclinic.com)

Potts, Nicki L. 2012. Pediatric Nursing Caring for Children and Their Families. USA : Delmar 5

Maxwell Drive

Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan bayi risiko tinggi. Jakarta : EGC

Wiknjosastro. 2007. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: YBPSP

Wong L, Donna. 2013. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC