cl3-prematuritas
DESCRIPTION
prematurTRANSCRIPT
Collaborative Learning
PREMATURITAS
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS BLOK REPRODUCTIVE SYSTEM
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5 KELAS K3LN
RISKITA ANINDITYA.P 135070200131001
NIDIA PUSPITA SARI 135070207111011
HESTI SRIWAHYUNI 135070201111022
YANISA SOLIKHA 135070201111021
AMAR HUSNI YUNJI 135070201131007
DEWI RESTI NUZULLI QIRAN 135070201131006
ALFRIDA ASYIFANI AINI 135070207131001
ANA ZERLINA FITRIA 135070207131007
ALIF FANHARNITA BRILIANA 135070207131010
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
1. Definisi
Prematuritas adalah suatu keadaan dimana bayi lahir sebelum usia kehamilan
mencapai 37 minggu sebelum tanggal taksiran persalinan.Bayi yang prematur memiliki
organ-organ tubuh yang yang belum berkembang sempurna, yang mungkin belum siap
untuk dapat berfungsi diluar kandungan. akibatnya, bayi beresiko tinggi untuk mengalami
gangguan setelah dilahirkan. prematuritas merupakan penyebab utmam adanya masalah
dan kematian bayi baru lahir. (Mayo Clinic, 2011)
Prematuritas adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu
hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.1 Terdapat 3 subkategori usia
kelahiran prematur berdasarkan kategori World Health Organization (WHO), yaitu:
Extremely preterm (< 28 minggu)
Very preterm (28 hingga < 32 minggu)
Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu).
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup
tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000- 2500 gram atau tua kehamilan
antara 28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007).
2. Etiologi
Dalam sebagian besar kasus, etiologi persalinan preterm tidak terdiagnosis dan
umumnya multifaktor. Kurang lebih 30% persalinan preterm tidak diketahui penyebabnya.
Sedangkan 70% sisanya, disumbang oleh beberapa faktor seperti kehamilan ganda (30%
kasus), infeksi genitalia, ketuban pecah dini, perdarahan antepartum, inkompetensia serviks,
dan kelainan kongenital uterus (20-25% kasus). Sisanya 15-20% sebagai akibat hipertensi
dalam kehamilan, pertumbuhan janin terhambat, kelainan kongenital dan penyakit-penyakit
lain selama kehamilan.
Telah dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor resiko lainnya yang
mungkin berpengaruh pada kelahiran prematur. Faktor-faktor tersebut adalah usia ibu saat
hamil, status sosioekonomi, status pernikahan, kebiasaan merokok, kesehatan mental,
konsumsi alkohol, terapi prenatal yang memadai, aktivitas fisik, penyakit kronis (seperti
asma dan diabetes) dan infeksi intra uterin. Status kesehatan ibu sebelum kehamilan seperti
berat badan rendah, riwayat hipertensi kronis, fungsi fisik pra-kehamilan yang buruk dan
kebiasaan merokok juga memiliki pengaruh terhadap kenaikan resiko kelahiran premature
(Hass, et al, 2005).
Penyebab lain dari kelahiran prematur menurut Surasmi, Handayani, & Kusuma
(2003) faktor-faktor yang berpengaruh meliputi:
1. Faktor ibu merupakan kelainan atau penyakit yang diderita ibu pada sebelum kehamilan
maupun saat hamil, seperti: toksemia gravidarum yaitu preeklamsi dan eklamsi;
kelainan bentuk uterus; tumor; penyakit akut dengan gejala panas tinggi mis. tifus
abdominalis, malaria dan kronis; serta trauma pada masa kehamilan baik trauma fisik
(missal jantung) maupun psikologis (misal stress).
2. Faktor janin seperti kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan,
infeksi, (misal rubeolla, sifilis, toksoplasmosis), insufisiesi plasenta, inkompatibilitas
darah ibu dan janin (factor Rhesus, golongan darah ABO)
3. Faktor plasenta meliputi solusio plasenta dan plasenta previa
Namun walaupun etiologi kelahiran prematur bersifat multifaktorial, respon
inflamasi infeksi adalah faktor utama yang menyebabkan kelahiran prematur.
3. Epidemiologi
Pada tingkat dunia rata-rata tingkat kelahiran prematur di 65 negara meningkat dari
7,5 % dengan jumlah kelahiran prematur sebesar 2 juta kasus menjadi 8,6 persen dengan
total 2,2 juta kasus kelahiran prematur.Dinegara sedang berkembang angka kejadian
kelahiran premature masih jauh lebih tinggi, di india 30%, Afrika Selatan 15%, Sudan 31%
dan Malaysia 10%.Di Indonesia tercatat pada tahun 2009 memiliki angka kelahiran prematur
berkisar antara 10-20 % dan termasuk dalam peringkat kelima negara terbesar.
Dari kelahiran prematur, juga merupakan penyebab utama kematian dibidang
perinatologi. (Wijayanegara, 2009).Berdasarkan data persalinan prematur di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Gorontalo, dari bulan Januari sampai dengan Desember 2012 tercatat
sebanyak 93 kasus prematur dari 1210 persalinan normal atau sekitar 13 % (Medical Record
RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, 2012).Hal ini diperkirakan akan terus
meningkat pada masa yang akan datang dan akan berdampak pada kualitas sumber daya
manusia
Di Indonesia sendiri angka kejadian persalinan preterm belum dapat dipastikan
jumlahnya namun berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen
Kesehatan tahun 2007, proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia mencapai
11,5%, meskipun angka BBLR tidak mutlak mewakili angka kejadian persalinan preterm.
Lima provinsi mempunyai persentase BBLR tertinggi adalah Provinsi Papua (27,0%),
Papua Barat (23,8%), Nusa Tenggara Timur (20,3%), Sumatera Selatan (19,5%), dan
Kalimantan Barat (16,6%). Sedangkan provinsi dengan persentase BBLR terendah adalah Bali
(5,8%), Sulawesi Barat (7,2%), Jambi (7,5%), Riau (7,6%), dan Sulawesi Utara (7,9%).7 Dari
penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Jakarta pada tahun 1993, didapatkan
angka kejadian persalinan preterm 20,4% dan berat lahir rendah sebesar 9,3%. Selain itu
terdapat sejumlah morbiditas yang turut berperan dalam terjadinya persalinan dan
kelahiran preterm, misalnya anemia, di mana prevalens anemia pada ibu hamil mencapai
51%.
Berdasarkan data BPS, Angka Kematian Bayi (AKB) Jawa Timur tahun 2005-2010
turun dari 36,65 pada tahun 2005 menjadi 29,99 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2010.
Berdasarkan laporan rutin tahun 2010 di Jawa Timur terjadi 5.533 kematian bayi dari
589.482 kelahiran hidup. Kematian bayi di Jawa Timur berdasarkan sebabnya ada dua yaitu
endogen dan eksogen. Kematian endogen disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa bayi
sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi. Kondisi tersebut antara lain
BBLR, bayi prematur, dan kelainan kongenital. Sedangkan kematian eksogen disebabkan
oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan luar.
4. Faktor resiko
Menurut Chestnut dkk (2014), faktor resiko prematuritas yang signifikan terdiri dari:
a. Adanya riwayat persalinan prematur
b. Ras kulit hitam non-Hispanik (tanpa melihat status sosioekonomi)
c. Multiple gestation
Faktor etiologis utama dalam persalinan prematur menurut Chestnut dkk (2014) adalah:
a. Aktivasi HPA-axis pada ibu maupun janin (kondisi stress), kondisi ini dapat menstimulasi
produksi CRH yang kemudian menstimulasi pelepasan ACTH yang kemudian
menstimulasi pelepasan androgen yang merupakan prekursor utama estrogen, dimana
estrogen dapat meningkatkan kontraksi uterus. Oleh karena itu, aktivasi hpa-axis pada
akhirnya dapat meningkatkan resiko prematuritas. Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan aktivasi HPA-axis (kondisi stress):
- Status ekonomi rendah, selain berhubungan dengan peningkatan stres juga
berhubungan dengan resiko tidak terpenuhinya pemenuhan nutrisi dan
keamanan janin.
- Trauma, dapat menyebabkan stres akibat adanya kerusakan jaringan, dimana
respon stres muncul sebagai kondisi kompensasi tubbuh terhadap trauma.
b. Infeksi/inflamasi, kondisi ini dapat menyebabkan pelepasan mediator inflamasi yang
salah satunya adalah prostaglandin yang meningkatkan kontraksi uterus. Hal ini
meningkatkan resiko prematuritas. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko
infeksi yaitu:
- Bedah abdomen selama kehamilan
- Perdarahan vaginal
- PROM (premature rupture membrane)
- Autoimun/alergi dapat meningkatkan respon inflamasi
c. Perdarahan desidua, kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya respon inflamasi di
dalam uterus yang menyebabkan pelepasan mediator inflamasi berupa prostaglandin
yang meningkatkan kontraksi uterus, sehingga dapat meningkatkan resiko prematuritas.
Beberapa kondisi yang meningkatkan resiko perdarahan desidua yaitu:
- Kehamilan ganda
- Anomali uterus (kelainan pada uterus, misalnya rahim tanduk, yaitu kondisi
bentuk uterus yang sangat kecil sehingga membentuk tanduk)
- Poly/oligohidramnion
d. Distensi uterus patologis, kondisi ini dapat menyebabkan munculnya kontraksi pada
uterus yang pada akhirnya dapat meningkatkan resiko prematuritas.
5. Patofisiologi
Terlampir
6. Manifestasi klinis
Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.
Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm.
Lingkaran dada kurang dari 30 cm.
Lingkaran kepala kurang dari 33 cm.
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak, lemak
subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus.
Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering timbul apnea.
Reflek tonik leher lemah dan refleks morro positif.
Alat kelamin pada bayi laki- laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum
turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum
tertutup labia mayora
Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannnya lemah
Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
Fungsi saraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap, menelan dan
batuk masih lemah atau tidak efektif.
Tulang rawan dan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya sehingga seolah- olah
tidak teraba tulang rawan dan daun telinga.
Pergerakannya kurang dan masih lemah, pernapasan belum teratur
Otot-otot masih hipotonik
Pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali per menit
Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit
Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)
Kepala tidak mampu tegak .
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Pada prematuritas yaitu :
a) Jumlah sel darah putih :18.000 / mm³, netrofil meningkat sampai 23.000 – 24.000 / mm³,
hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b) Hematokrit (HT) : 43% - 61 % (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic) prenatal / perinatal).
c) Hemoglobin (HB) : 15 – 20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dsengan anemia atau
hemolisis berlebihan).
d) Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 – 2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3 – 5 hari.
e) Destrosix : tetes glukosa pertama 4 – 6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40 – 50
mg/dl meningkat 60 – 70 mg/dl pada hari ke tiga.
Pemeriksaan diagnostik pada prematuritas menurut HTA Indonesia (2010) dibagi menjadi
tiga yaitu:
1. Prediksi klinis
Prediksi persalinan preterm secara klinis mencakup anamnesis, pemeriksaan fisis
dan skrining infeksi vagina. Dari anamnesis, perawat bisa mendapatkan data identitas
pasien, memperkirakan usia kehamilan saat datang berdasarkan hari pertama haid
terakhir, serta menggali kebiasaan dan faktor risiko yang berkaitan dengan insidens
persalinan preterm yang mungkin ada pada pasien. Selain itu, juga dapat
memperkirakan kondisi sosial ekonomi pasien.
Dari pemeriksaan fisik, perawat bisa memperoleh data klinis pasien seperti keadaan
umum, berat badan dan tinggi badan yang sekaligus digunakan untuk mengukur IMT,
tekanan darah, dan pemeriksaan obstetrik. IMT yang rendah sebelum hamil (IMT < 19,8
kg/m2) atau kenaikan berat badan yang kurang pada saat kehamilan meningkatkan
risiko terjadinya persalinan preterm.
Dari pemeriksaan obstetrik, adanya kontraksi dengan intensitas dan frekuensi yang
cukup untuk menyebabkan penipisan dan pematangan serviks pada usia gestasi 24-37
minggu merupakan suatu penanda persalinan preterm aktif. Kriteria yang digunakan
untuk mendiagnosis persalinan preterm adalah terdapatnya kontraksi yang nyeri, dapat
diraba, berlangsung selama lebih dari 30 detik dan muncul minimal empat kali tiap 20
menit. Hanya saja, nilai sensitivitas dan prediksi positifnya rendah sehingga tidak dapat
digunakan sebagai alat skrining persalinan preterm. Jika pada usia gestasi 22 - 24
minggu terdapat empat atau lebih kontraksi tiap jamnya, nilai sensitivitas dan prediksi
positif 9% dan 25%. Sementara bila pada usia gestasi 27 - 28 minggu didapatkan empat
atau lebih kontraksi tiap jamnya, nilai sensitivitas dan prediksi positifnya 28% dan 23%.
Selain itu, dari pemeriksaan obstetrik juga dapat dilakukan penilaian serviks dengan
menggunakan skor Bishop. Nilai Bishop diperoleh dari kriteria dalam tabel 1.
Berdasarkan tabel tersebut, skor Bishop didapat dari penjumlahan skor masing-masing
kriteria sesuai hasil pemeriksaan fisik.
Skor Bishop
Nilai 0 1 2 3
Dilatasi (cm) Tertutup 1-2 3-4 ≥5
Penipisan (%) 0-30 40-50 60-70 ≥80
Station (rentang
-3 hingga +3)
-3 -2 -1,0 +1, +2
Konsistensi Kenyal Sedang Lunak
Arah Ke
belakang
Aksial Ke depan
2. Prediksi biofisik
Prediksi ini dilakukan dengan mengukur parameter fisik pada ibu. Parameter fisik yang
dimaksud adalah panjang serviks. Pengukuran panjang serviks dapat digunakan untuk
memprediksikan adanya risiko persalinan preterm. Serviks yang pendek memiliki risiko
lebih tinggi mengalami persalinan preterm. Cara pemeriksaan serviks antara lain yaitu:
a. Digital dengan jari
b. Ultrasonografi (USG) transabdominal
c. USG transperineal
d. USG transvaginal
3. Prediksi biologik
Prediksi biologik dilakukan dengan menggunakan biomarker yang diproduksi pada
masa kehamilan, baik dari tubuh ibu maupun bayi. Biomarker tersebut dapat berasal
dari serum, plasma, sekret vagina atau serviks termasuk pewarnaan Gram, cairan
amnion, urin, dan DNA. Biomarker biologik yang dapat digunakan untuk
memprediksikan adanya persalinan preterm adalah fibronektin fetal, Ureaplasma
urealyticum, relaksin, human defensins 2, estriol, Corticotrophin-releasing hormone
(CRH), interleukin-6, alfa fetoprotein, protein reaktif C (C-reactive protein, CRP), dan
Insulin-like Growth Factor Binding Protein-1 (IGFBP-1).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi premature
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan, menghindari infeksi, penimbangan secara ketat dan personal hygiene,
dan siap sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi premature makin pendek pada masa
kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi dan ini akan menyebabkan
tingginya angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan
pernafasan, infeksi cacat bawaan dan trauma pada otak.
1) Pengaturan suhu lingkungan
Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur
BB bayi dibawah 2 kg 35 0C
BB bayi 2 kg – 2,5 kg 34 0C
Suhu inkubator diturunkan 1 0C setiap minggu, bayi dapat ditempatkan pada suhu
lingkungan sekitar 24 – 27 0C.
2) Makanan BBLR
Umumnya bayi prematur belum sempurna reflek menghisap dan batuknya,
kapasitas lambung masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet sedikit demi
sedikit namun sering. Sedangkan pada bayi smallpor date sebaiknya kelihatan seperti
orang kelaparan, rakus dan makan yang harus diperhatikan adalah terdapat
kemungkinan terjadinya pneomonia aspirasi.
Kemungkinan cairan untuk BBL 120 – 150 ml/kg/hari atau 100 – 200 cal/kg/hari.
Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk segera mungkin
mencukupi kebutuhan cairan/ kalori diberi O2 dan pernapasan buatan kalau perlu
melakukan resusitasi dan memasang androtrakea intubasi. Kadang-kadang diperlukan
pemberian makanan melalui kateter, sebaliknya dipakai kateter dari palietilen yang
dapat ditinggalkan di lambung selama 4-5 hari tanpa iritasi. Kateter dari karet mudah
menyebabkan iritasi dan infeksi :
Yang dipakai kateter No.8 untuk bayi < 1500 gram dan No.10 bayi > 1500 gr.
Panjang kateter yang dimasukkan bila melalui mulut ialah sama dengan ukuran dari
pangkal hidung ke processus xyphoidesus bila melalui hidung ditambah dengan jarak
pangkal hidung ke liang telinga.
Mula-mula dicoba dahulu dengan air yang sudah dimasak apakah di kateter cepat
dilalui.
Setelah kateter dimasukkan dilihat apakah bayi menjadi sesak nafas/ tidak bila bayi
sesak mungkin kateter masuk trakea.
Kemudian cairan berukuran (misalnya tabung suntikan yang 10-20 ml) diletakkan
pada ujung kateter sebelah luar dan cairan susu dimasukkan ke dalam corong lalu
dibiarkan mengalir ke lambung.
Setelah minum, bayi didudukkan atau diletakkan kepala di pundak si pemberi minum
selama 10-15 menit dan kemudian ditidurkan pada sisi kanan/ tengkurap.
3) Dasar perawatan
a. Pengawasan dan perawatan selama kehamilan dan persalinan
b. Pernafasan harus segera dibenahi
c. Pertahankan suhu tubuh
d. Berikan nutrisi yang sesuai
e. Cegah infeksi
4) Pencegahan infeksi
Isolasi BBLR dengan bayi infeksi dan tidak boleh dicampur
Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
Bersihkan tempat tidur segera setelah tidak terpakai
Perlengkapan tersendiri setiap bayi
Infeksi saluran nafas
Pemberian makanan bayi
Pada 2 jam pertama diberi makan penurunan Bb > 10 %
ASI dengan pipit/ sendok hari pertama 60 cc/kg/hari. 200 cc/kg/hari akhir minggu
kedua.
ASI mengandung lemak yang mudah dicerna.
Tabel 2.1 Apgar – Score
Score 0 1 2
A : Appea Rance (warna
kulit)
Biru, pucat Tubuh merah muda
kaki + tangan biru
Seluruh tubuh
merah muda
P : Pulse (heart Rate)
(denyut nadi)
Tidak ada Lambat < 100 > 100
G : Grimace (refleks) Tidak ada Meringis Menangis kuat
A : Activity (Mus
Cletone) tonus otot
Lembek Sebagian ekstremitas
lemas
Bergerak aktif
R : Respiration
(pernafasan)
Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat
1. Perawatan di Rumah Sakit
Perawatan di rumah sakit di tekankan pada pengaturan suhu ingkungan pemberian
nutrisi dan O2 bila perlu karena belum sepurnanya alat – alat organ bayi dan perlu
penyesuaian lingkungan, selain itu juga perlu adaanya pencegahan terhadap infeksi serta
mencegah defisiensi vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Incubator
Incubator berfungsi menjaga suhu bayi supaya tetap stabil ,akibat sistem pengaturan
suhu dalam tubuh bayi prematur belum sempurna maka suhunya bisa naik atau
turun secara dratis.
Fungsi inkubaotr secara garis besar :
- Oksgenasi
Melalui oksigen suplemen dengan tudung kepala/ kanula hidung/ ventilasi
mekanik
- Observasi
Perawatn intensif modern yang canggih meliputi pengukuran suhu,
respirasi, fungsi jantung, oksignasi dan aktivasi otak
- Perlindungan dari suhu dingin, infeksi, kebisingan, menjaga tetap hangat dan
membatasi eksposure kuman.
- Penyediaan gizi melalui sebuah saluran intravena kateter atau nasogastrik tube
- Memudahkan administrasi obat
- Mempertahankan kesimbangan cairan dengan menyediakan cairan dan enjaga
kelembaban udara, baik kelembabannya yang tinggi dari kult dan penguapan
dari pernafasan bayi
Cara pengaturan suhu incubator.
1) Berat badan bayi kurang dari 2 kg suhu incubator di atur 350 C
2) Berat badan bayi 2- 2,5 kg suhu incubator di atur 340 C
3) Kelembaban : 50% - 60% terutama untuk bayi yang di indikasi punya gangguan
pernafasan
4) Suhu incubator dapat di turunkan 10 C setiap minggunya untuk bayi dengan
berat badan 2 kg dan berangsur angsur bisa diletakkan di suhu ruangan (27 - 29)
0 C
Berat Badan
Bayi
Suhu Inkubator Sesuai Usia
350 C 340 C 330 C 320 C
< 1,5 kg Usia 1 – 10
hari
Usia 11 hari
– 3 minggu
Usia 3 – 5
minggu
Usia > 3
minggu
1,5 kg– 2,0
kg
Usia 1- 20
hari
Usia 11 hari
– 4 minggu
Usia > 4
minggu
2,1 kg – 2,5 Usia 1 – 2 Usia 3 hari – Usia > 3
kg bulan 3 minggu minggu
> 2,5 kg Usia 1 -2
hari Usia > 2 hari
Bila tidak ada incubator , bedong / tutup badan bayi lebih tebal dan letakkan botol-
botol berisi air panas di sekitarnya atau dengan lampu petromaks dekat tempat tidur
bayi.
Perspexheat shield di tempatkan pada kulit bayi dalam incubator. Ini merupakan
sebuah alat detector suhu yang bisa mempertahankan suhu paten yang sudah di
tentukan pada bayi
Bayi daam incubator hanya di pakaikan popok agar memudahkan pengawasan
keadaan umu, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan , kejang dan lain-lain.
Sehingga keluhan dapat di tentukan dan di atasi secepatnya.
b. Pemberian ASI
Porsi yang di berikan pada bayi premature:
1) Bayi premature beratnya > 1.800 gram, usia gestasi >34 minggu dapat langsung di
susukan pada ibunya. Bila ASI belum mencukupi bisa di berikan ASI donor dengan
sendok atau cangkir 8 – 10 x/hari.
2) Bayi premature beratnya 1.500 – 1.800 gram, usia gestasi 32 – 34 minggu, refleks
hisap belum baik, tapi menelan sudah baik, berikan ASI pecah dengan 10 – 12 kali /
hari
3) Bayi premature beratnya 1.250 – 1.500 gram, gestasi 30 – 31 minggu refleks hisap
dan menelan belum ada, perlu ASI pecah melalui pipa orogastrik / NGT 12x/ hari
c. Makanan atau nutrisi
- Bayi preature umumnya refleks hisap dan menelannya belum sempurna, jadi
perlu nutrisi yang di masukkan langsung melalui oro gastric tube. Selain itu
lambung (kapasitas) masih kecil, tapi kebutuhan protein dan kalori lebih tinggi
daripada bayi normal. Protein 3 – 5 gram / hari, kalori 110 kal/ kg BB/hari.
- Pemberian nutrisi dilakukan pada usia bayi 3 jam, agar tidak terjadi hioglikemia
dan hiperbilirubinemia.
- Sebelum pemberian makanan lakukan hisap cairan lambung untuk mendeteksi
atresia esophagus dan mencegah muntah.
- Jumlah cairan yang diberikan pertama kali 1- 5 ml/ jam dan jumlahnya dapat
ditambah sedikit demi sedikit tiap 12 jam. Banyaknya cairan yang di berikan
adalah 200 mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
- Pisahkan bayi yang terinfeksi sejak lahir dengan yang tidak
- Galakkan teknik aseptic dan anti septic sebleum memegang dan bersentuhan
dengan bayi
- Bersihkan tempat tidur seminggu sekali dan segra setelah bayi di pindah.
- Bersihkan pada waktu tertentu
- Gunakan 1 alat hanya pada satu bayi
- Petugas di bangsal neonatal harus memakai baju khusus
- Kulit dan tali pusat harus di bersihkan sebaik mungkin
- Pembatan pengunjung sangat perlu untuk di lakukan
e. Memberikan Sentuhan
Sentua dari ibu membantu mempercepat proses kenaikan BB dan perbaikan kondisi
bayi.
f. Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat merupakan tindakan yang bertujuan merawat tali
pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi. Pilihan
perawatan tali pusat meliputi triple dye, alcohol isopropyl, larutan povidon iodine,
salep anti mikrobal atau tanpa intervensi apapun.
Tali pusat merupakan sisa terakhir ikatan ibu dengan bayi dalam rahim.
Menjelang kesembuhannya tali pusat berubah warna menjadi hitam. Dengan ini
akan lepas dengan sendirinya antara 1 – 4 minggu. Untuk mepercepat
penyembuhan dan mnegindari infeksi, jagalah tali pusat tetap kering dan terkena
udara. Berikut beberaa hal penting dalam perawatan tali pusat:
1) Sebelum tali pusat terlepas jangan memandikan bayi dengan merendamnya dan
jangan membasuh tali pusat sekalipun dengan lap basah
2) Cuci tangan bersih bersih saatakan melakukan tindakan
3) Ambil kapas bulat yang telah di beri alcohol 70 %, bersihkan sisa tali pusat
terutama pangkalnya (yang menempel pada perut bayi) dan lakukan dengan hati
– hati terutama jik tali pusat masih berwarna merah
4) Rendam perban atau kassa steri dalam alcohol 70 % lalu bungkus sisa tali pusat,
seluruh permukaan hingga pangkal harus tertutup perban
5) Lilitan perban jangan terlalu ketat agar bayi tidak kesakitan
6) Kenakan gurita bayi untuk menahan agar bungkus perban tetap pada tempatnya
7) Jika pada area tersebut berwarna merah segera hubungi dokter.
2. Perawatan di Rumah
a. Asupan Gizi
Bayi membutuhkan susu dengan protein tinggi, yaitu ASI. Pada bayi
premature organ hisapnya yang masih immature maka kurang mampu untuk
menyusu pada ibunya langsung, jadi ASI di berikan dengan cara diperas dan
diminumkan dengan sendokk atau pipet perlahan cairan yang di berikan sekitar
50 – 60 cc/kg/BB/ hari dan harus di naikkan sampai mencapai sekitar 200
cc/kg/BB/ hari atau sesuai dengan kemampuan bayi.
b. Jaga suhu tubuhnya
Bayi premature suhu tubuhnya tidak stabil, jadi orangrua harus
mengushakan suhu lingkungan atau ruangan agar tidak memicu perubahan
suhu bayi.
c. Jaga kebersihan lingkungan
d. Kangoro Mother Care (KMC)
KMC adalah kontak kulit di antara ibu dan bayi secara dini, terus menerus
dan di kombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya agar bayi tetap
hangat. KMC dapat di mulai segera setelah bayi lahir atau bayi sudah stabil dan
dapat di lakukan di rumah sakit maupun saat pulang. Metode ini merupakan
salah satu metode perawatan bayi lahir dengan berat bdan lahir rendah untuk
mencegah hipotermia.
Cara perawatannya dalam kedaan telanjang dada, bayi hanya memakai
popok dan topi danbayi di letakkan secara vertical / tegak di dada diantara
kedua payudara iu dimana ibu dalam keadaan telanjang dada kemudian di
selitmuti. Juga di sertai dengan pemberian ASI ekskluif.
Keuntungan yang didapat dari metode kanguru bagi perawatan bayi :
1. Meningkatkan hubungan emosional ibu dan anak
2. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung dan pernafasan bayi
3. Meningkatkan pertumbuhna dan berat badan bayi dengan lebih baik
4. Mengurangi stress pada ibu dan bayi
5. Memperbaiki keadan emosi ibu dan bayi
6. Menngkatkan produksi ASI
7. Menurunkan resiko terinfeksi Selma perawatan di rumah
8. Mempersingkat massa rawat di rumah sakit.
Cara melakukan metode kanguru antara lain:
1) Berikan bayi pakian, topi, popok dan kaos kaki yang telah di hangatkan
lebih dahulu
2) Lettakan bayi di dada ibu dengan posisi tegak langsung kekulit ibu dan
pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan
siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dan
kepala agak sedikit mendongak
3) Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari bdan ibu dan bayi
diletakkan diantara payudara ibu baju ditangkupkan kemudian ibu emakai
selndang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.
4) Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi dapat digunakan handuk atau
kain lebar yang elastic atau kantung yang dibuat sedemikian untuk menjaga
tubuh bayi
5) Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri,
duduk, jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur, poisis ibu setengah
duduk atau dengan jalan meletakkan beberapa bantal di belakang
punggung ibu
6) Bila ibu perlu istirahat dapat digantikan oleh ayah (KFC)
7) Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, posisi bayi,
pemantauan bayi, cara pemberian ASI dan kebersihan ibu dan bayi.
e. Kangoro Father Care (KFC)
Metode yang sama dengan KMC, akan tetapi pada KFC yang melakukan adalah
ayah.
9. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengkajian ibu/ maternal
a. Identitas
- Usia : umur dibawah 16 tahun atau diatas 45 tahun
- Latar belakang pendidikan rendah, tiadanya perawatan sebelum kelahiran dan
rendahnya gizi
b. Riwayat kesehatan ibu
Pernah mengalami penyakit hipertensi, toksemia, plasenta previa, abrupsio plasenta,
inkompeten servikal, kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes melitus. Infeksi
TORCH atau penyakit hubungan seksual lain. Keadaan lain seperti golongan darah
dan faktor Rh.
c. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi yang rendah, tidak adanya perawatan sebelum kelahiran
(prenatal care).
d. Riwayat kelahiran prematur atau aborsi, konsultasi genetik yang pernah dilakukan,
jarak kehamilan yang berdekatan
e. Riwayat penggunaan obat-obatan, alkohol, rokok, dan kafein.
2. Bayi pada saat kelahiran
- Usia bayi
Biasanya antara 24 sampa i 37 minggu
- Antropometri
Rendahnya BB pada saat kelahiran, biasanya kurang dari 2500 gram, kurus, lapisan
lemak subkutan sedikit atau tidak ada
- Kepala
Relatif lebih besar dibanding badan, 3 cm lebih besar dibanding lebar dada
- Kardiovaskular
Denyut jantung rata-rata 120 sampai 160 per menit pada bagian apikal dengan ritme
yang teratur, pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada seperempat
bagian interkostal, yang mneunjukkan aliran darah dari kiri ke kanan karena
hipertensi atau atelektasis paru.
- Gastrointestinal
Pada sistem ini biasanya ditemukan:
Penonjolan abdomen
Pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam
Refleks menelan dan mengisap yang lemah
Ada atau tidak ada anus
Ketidaknormalan kongenital lain
- Integumen
Pada sistem ini biasanya ditemukan:
Kulit berwarna merah muda atau merah, kekuning-kuningan, sianosis, atau
campuran bermacam warna.
Sedikit vernik kaseosa, dengan rambut lanugo di sekujur tubuh.
Kurus, kulit tampak transparan, halus dan mengilap.
Edema yang menyeluruh atau di bagian tertentu yang terjadi pada saat
kelahiran.
Kuku pendek belum melewati ujung jari, rambut jarang atau mungkin tidak
ada sama sekali.
Petekie atau ekimosis.
Transparansi kulit dan visibilitas dari vena meningkat seiring rendahnya usia
gestasi. Bayi dengan usia gestasi 26 minggu mempunyai 3-6 lapisan kulit, dibanding
dengan bayi aterm yang memiliki 16 lapis. Catat adanya lanugo dan vernix caseosa
(putih seperti keju yang terjadi karena sekresi kelenjar sebasea dan sel kulit). Juga
akan lebih banyak seiring dengan penurunan usia gestasi. Lipatan kaki muncul
pertama kali pada bagian anterior pada usia gestasi 28-30 minggu. Catat adanya
tanda tanda jaundice, kondisi ini terjadi pada 80% bayi prematur, meningkat secara
cephacaudal dan memuncak pada usia 5-6 hari pertama kehidupan, jika hal ini
muncul pada 24 jam pertama setelah lahir maka hal ini abnormal. Total serum
bilirubin harus dimonitor ketat pada 2 minggu pertama.
- Muskuloskeletal
Pada sistem ini biasanya ditemukan:
Tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
Tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak.
Gerakan lemah dan tidak aktif atau letargik.
- Neurologis
Pada sistem ini biasanya ditemukan:
Refleks dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten, gerak refleks
hanya berkembang sebagian.
Menelan, mengisap, dan batuk sangat lemah atau tidak efektif
Tidak ada atau menurunnya tanda neurologis
Mata mungkin tertutup atau mengatup apabila umur kehamilan belum
mencapai 25 sampai 26 minggu.
Suhu tubuh tidak stabil, biasanya hipotermia.
Gemetar, kejang, dan mata berputar-putar, biasanya bersifat sementara,
tetapi mungkin juga ini mengindikasikan adanya kelainan neurologis.
- Respirasi
Pada organ ini biasanya ditemukan:
Jumlah pernapasan rata-rata 40-60 per menit diselingi dengan periode apnea
Pernapasan yang tidak teratur, dengan flaring nasal (nasal melebar),
dengkuran, retraksi (interkostal, suprasternal, substernal)
Terdengar suara gemerisik.
- Ginjal
Pasien berkemih setelah 8 jam kelahiran serta ditemukan ketidakmampuan untuk
melarutkan ekskresi ke dalam urin.
- Reproduksi
Pada sistem ini ditemukan:
Pada bayi perempuan: klitoris yang menonjol dengan labium mayora yang
belum berkembang
Pada bayi laki-laki: skrotum yang belum berkembang sempurna dengan rugae
yang kecil, testis tidak turun ke dalam skrotum.
- Temuan sikap
Bayi yang lahir prematur biasanya memiliki tangis yang lemah, tidak aktif, dan
tremor.
B. Analisa data
Data Etiologi Masalah keperawatan
DS :
- Riwayat pecah ketuban
dini
- Riwayat pecah ketuban
lama
- Tidak mampu untuk
menghindari pajanan
patogen
DO :
- Prosedur invasif
- Leukopenia
Faktor resiko
Menimbulkan tekanan
kontraksi & pembukaan jalan
lahir
Persalinan prematur
Faktor ibu, plasenta, janin
BBLR/BLSR
Prematuritas
Resiko infeksi (faktor resiko
termasuk defisiensi
imunologi, paparan patogen
di lingkungan, dan prosedur
invasif.)
Penurunan daya tahan
Resiko infeksi
DS:
DS:
- Hipotermi tingkat 1,
suhu inti 36-36,5 C
- Hipotermi tingkat 2,
suhu inti 35-35,9 C
- Hipotermi tingkat 3,
suhu inti 34-34,9 C
- Hipotermi tingkat 4,
suhu inti <34 C
- Distres pernafasan
- Bayi dengan
penambahan berat
badan kurang
- Berat badan ekstrem
-
Faktor resiko prematuritas
Berat badan lahir rendah
Permukaan tubuh relatif
lebih luas
Pemaparan dengan suhu luar
Kehilangan panas
Hipotermi
Faktor resiko prematuritas
Berat badan lahir rendah
Jaingan lemak subkutan tipis
Kehilangan panas melalui
kulit
Hipotermi
Hipotermi brhubungan
dengan prematuritas (usia
ekstrem, berat badan
ekstrem, termogenesis
menggigil tidak efektif)
Ds:
- Kurang makan
Do:
- Berat badan sama dengan
atau kurang dari 2500 gram
- ketidakmampuan atau
Faktor resiko
↓
Menimbulkan tekanan
kontraksi dan pembukaan
jalan lahir
↓
Persalinan prematur
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan
makanan ditandai dengan BB
bayi di bawah BB bayi
normal, membran mukosa
refleks menelan belum
sempurna
-kelemahan otot untuk
menelan
Membran Mukosa
↓
Faktor plasenta
↓
BBLR/BLSR
↓
Prematuritas
↓
Fungsi organ-organ belum
baik
↓
Otak
↓
Imaturitas sentrum sentrum
vital
↓
Reflek menelan belum
sempurna
↓
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
pucat, bayi tidak mampu
menelan makanan, tonus
otot lemah, refelks menelan
dan menghisap yang lamah
karena neurologic imature
DS:
- Usia ibu di bawah 20 tahun
atau di atas 35 tahun
- Latar belakang pendidikan
rendah
- Ibu dan keluarga belum
mengetahui cara merawat
bayi yang lahir prematur
- Ibu dan keluarga belum
memahami kondisi bayi
prematur
Faktor resiko
Persalinan prematur
Kondisi bayi tidak normal
Perawatan bayi prematur
berbeda dari bayi normal
Ibu dan keluarga belum
mengetahui cara perawatan
bayi prematur
Defisit pengetahuan
Defisit pengetahuan
DS :
-
DO :
- Pergerakan bayi
lemah
- Penurunan turgor
kulit
- Kulit kering, dan
mebran mukosa
kering
- Peningkatan
hematokrit
- Penurunan berat
badan tiba-tiba
- Penurunan tekanan
darah
- Penurunan tekanan
nadi
Faktor resiko prematur
BBLR/BLSR
Permukaan tubuh relatif
lebih luas
Penguapan berlebih
Kehilangan cairan dan intake
cairan yang kurang
Dehidrasi
Turgor kulit buruk dan
membran mukosa kering,
peningkatan hematokrit,
volume darah menurun
Kelemahan
Kekurangan volume cairan
Kekurangan volume cairan
DS : -
DO :
- Kebisingan
terdengar pada
seperempat bagian
interkostal
- Denyut jantung
rata – rata 120 –
160 per menit pada
bagian apikal
dengan ritme yang
Faktor Resiko
Menimbulkan tekanan kontraksi dan pembukaan
jalan lahir
Persalinan prematur
Etiologi
Faktor janin
BBLR/BLSR
Prematuritas
Ketidakefektifan bersihan
jalan napas
teratur
- Aliran darah dari
kanan ke kiri
karena hipertensi
atau atelektasis
- Jumlah pernapasan
rata-rata antara
40-60 per menit
diselingi dengan
periode apnea
- Pernapasan tidak
teratur
- Retraksi
(interkostal,
suprasternal,
substernal)
- Terdengar suara
gemerisik
Fungsi organ paru belum
baik
Pertumbuhan dinding dada belum sempurna
Vaskuler paru imatur
Insufisiensi pernapasan
Ketidakefektifan bersihan
jalan napas
C. Rencana keperawatan
1. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi (faktor resiko termasuk defisiensi imunologi,
paparan patogen di lingkungan, dan prosedur invasif).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien
terhindar dari resiko infeksi.
Kriteria hasil : Sesuai dengan skor pada indikator NOC
NOC : Infection Severity: Newborn
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Penurunan jumlah sel darah putih
2. Infeksi umbilicus
3. Kolonisasi kultur tinja
4. Kolonisasi kultur urin
Keterangan: 1. Parah 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Normal
NIC : Infection Protection
- Monitor tanda dan gejala lokal dan sistemik dari infeksi
- Monitor jumlah granulosit dan WBC
- Batasi jumlah pengunjung
- Pertahankan teknik aseptik
- Berikan agen imunisasi
- Pertahankan penggunaan antibiotik
- Lakukan kultur
- Ajarkan keluarga pasien tentang tanda dan gejala infeksi dan kapan mereka
melaporkannya ke tenaga kesehatan.
2. Diagnosa keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan makanan ditandai dengan BB bayi di bawah BB bayi
normal, membran mukosa pucat, bayi tidak mampu menelan makanan, tonus otot
lemah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam BB bayi meningkat,
mukosa tidak pucat, dan bayi mampu menelan.
Kriteria Hasil : sesuai indikator NOC skor 4
NOC : Infant Nutritional Status
NO. Indikator 1 2 3 4 5
1. Intake nutrisi √
2. Intake makanan peroral √
3. intake minuman perolal √
4. Hemoglobin √
NIC : Enteral tube feeding
- Mulai pemberian makan sementara atau dengan menggunakan selang sesuai
indikasi. (Pemberian makan perselang mungkin perlu untuk memberikan nutrisi
yang adekuat pada bayi yang telah mengalami koordinasi menghisap yang buruk
dan refleks menelan atau yang menjadi lebih selama pemberian makan.)
- monitor status cairan dan elektrolit
- lanjutkan memberi makan asi selama 20-30 menit dengan perlahan (Pemasukan
makanan kedalam lambung yang terlalu cepat dapat menyebabkan respons balik
cepat regurgitasi, peningkatan resiko aspirasi, dan distensi abdomen, semua ini
menurunkan status pernapasan.)
NIC : Nutrition Therapy
- kaji kebutuhan nutrisi total (untuk menentukan kebutuhan makanan bayi dam
menetukan kebutuhan kalori, dan menyesuaikan frekuensi pemberian makan.)
- Mulai pemberian makan sementara atau dengan menggunakan selang sesuai
indikasi. (Pemberian makan perselang mungkin perlu untuk memberikan nutrisi
yang adekuat pada bayi yang telah mengalami koordinasi menghisap yang buruk
dan refleks menelan atau yang menjadi lebih selama pemberian makan.)
NIC : Nutitional Monitoring
- Catat BB bayi, monitor pertumbuhan dan perkembangan (Pertumbuhan dan
peningkatan BB adalah kriteria untuk penentuan kebutuhan kalori, untuk
menyesuaikan formula dan untuk menentukan frekuensi pemberian makan.
Pertumbuhan mendorong peningkatan kebutuhan kalori dan kebutuhan protein.)
- Identifikasi abnormalitas dalam eliminasi usus, seperti adanya diare, muntah,
regurgitasi, residu lambung berlebihan (Menandakan kerusakan fungsi lambung.
Residu lambung > 2 ml (diaspirasi melalui selang nasogastrik[NG] sebelum
pemberian makan) menunjukkan kebutuhan untuk menurunkan jumlah pemberian
makan dan dapat menandakan absorpsi buruk atau enterokolitis nekrotisan.)
- Monitor adanya pucat, kemerahan , konjungtiva kering
3. Diagnosa keperawatan : hipotermi berhubungan dengan prematuritas (usia ekstrem,
berat badan ekstrem, termogenesis menggigil tidak efektif) ditandai dengan Hipotermi
tingkat 1, suhu inti 36-36,5 C, Hipotermi tingkat 2, suhu inti 35-35,9 C, Hipotermi tingkat
3, suhu inti 34-34,9 C, Hipotermi tingkat 4, suhu inti <34 C, Distres pernafasan, Bayi
dengan berat badan kurang
Tujuan : setaah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam bayi tidak mengalami
hipotermi
Kriteria hasil : didapatkan hasil sesuai dengan indikator NOC sebagai berikut
NOC : Thermoregulation : Newborn
NO. Indikator 1 2 3 4 5
1. Peningkatan berat badan √
2. Respirasi yang ireguler √
3. Ketidakstabilan suhu √
4. Hipotermi √
NOC : Vital Sign
NO. Indikator 1 2 3 4 5
1. Suhu tubuh √
2. RR √
3. Sistole BP √
4. Diastole BP √
5. Pulse
NIC : Temperature Regulation (pengaturan suhu)
- Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
- Monitor TD, nadi, dan RR
- Monitor warna dan suhu kulit
Hypothermia Treatment
- Memasukkan bayi ke dalam inkubator untuk menjaga suhu tubuh agar tetap
hangat sesuai dengan kebutuhan
- Monitor komplikasi yang terjadi
- Monitor skin color dan temperatur badan berkaitan dengan penatalaksanaan
inkubator
Intervensi sumber lain :
- Jaga temperature ruang perawatan 25C
- Ukur suhu rektal bayi terlebih dahulu, baru kemudian suhu aksila setiap 2 jam
atau setiap kali diperlukan
- Lakukan prosedur penghangatan setelah bayi lahir
- Tempatkan bayi dibawah penghangatan radian atau inkubator jika diperlukan
- Tempatkan kontrol temperatur (servo-control) diatas abdomen. Atu suhunya
pada 37-37,5C, juga jaga suhu kulit pada 36-36,5 C
- Hindari menempatkan bayi kontak dengan sumber panas atau sumber dingin.
Hindari juga udara panas maupun dingin. Lakukan juga perlindungan untuk
menjaga panas tubuh, seperti menjaga agar kulit bayi tetap kering dan
menjaga agar kepala bayi tertutup
- Awasi bayi terhadap perubahan yang mengindikasi adanya stres dingin.
4. Diagnosa keperawatan : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan
mekanisme regulasi dan ditandai dengan penurunan turgor kulit, membran mukosa
kering, kelemahan, penurunan tekanan darah dan peningkatan hematokrit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam, volume cairan bayi
adekuat.
Kriteria hasil : sesuai indikator NOC
NOC : Hydration
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Turgor kulit
2. Membran mukosa
3. Peningkatan hematokrit
4. Penurunan tekanan darah
5. Kelemahan
NIC : Fluid management
- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat, dan bandingkan masukan dan
keluaran cairan setiap 24 jam.
- Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, turgor kulit), kehilangan
atau perpindahan cairan yang minimal dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi,
terlihat dengan turgor kulit yang buruk dan membrane mukosa kering.
- Monitor hasil laboratori yang berhubungan dengan retensi cairan (penurunan
hematokrit)
- Monitor tanda-tanda vital (TD, suhu, nadi, dan RR), kehilangan 25% volume darah
mengakibatkan syok dan menandakan hipotensi.
- Berikan terapi infuse cairan intravena, kebutuhan terapi cairan kira-kira 80 – 100
ml/kg/hari pada hari pertama kehidupan, meningkat sampai 120 – 140 ml/kg/hari
pada hari ke 3 pasca kelahiran. Pergantian cairan dapat menambah volume darah.
- Monitor respon pasien terhadap pemberian terapi cairan dan elektrolit
- Berikan transfusi darah untuk mempertahankan kadar hematokrit dan
menggantikan kehilangan darah.
- Konsultasikan dengan dokter jika terjadi tanda dan gejala kelebihan volume cairan
yang berlangsung lama atau memperburuk kondisi klien.
5. Diagnosa keperawatan: defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan bayi
prematur di rumah.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, ibu dan keluarga
dapat melakukan perawatan bayi prematur dengan baik dan benar sesuai ketentuan.
Kriteria hasil: saat evaluasi diperoleh skor pada NOC berikut.
NOC: Knowledge: Preterm Infant Care
No Indikator Skor Keterangan skor
1 Kebutuhan perawatan kulit
2 Kebutuhan monitoring fisiologis
3 Kebutuhan monitoring hidrasi
4 Kebutuhan monitoring gula darah
5 Kebutuhan nutrisional
6 Perawatan intensif neonatal rutin
Intervensi NIC:
Lactation Counseling
- Mengajarkan ibu posisi-posisi dalam menyusui ketika sudah di rumah
- Mengajarkan ibu cara-cara menyusui (teknik relaksasi, lingkungan yang tenang,
dan pemijatan payudara agar ASI yang diproduksi cukup)
- Mengajarkan ibu cara untuk membedakan antara nutritive sucking dan
nonnutritive sucking (menyusui langsung dan menyusui dengan dot atau
empeng)
Parent education: Infant
- Menginformasikan kepada keluarga mengenai kondisi bayi (kelemahan dan
kekuatan bayi).
- Mengajarkan ibu dan keluarga cara merawat bayi baru lahir sesuai kondisi dan
keadaan bayi prematur.
- Informasikan keluarga mengenai karakteristik bayi baru lahir prematur.
- Informasikan keluarga mengenai kebutuhan keamanan bayi baru lahir khususnya
lahir prematur.
Teaching: disease Process
- Menjelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai gejala bayi prematur, etiologi
lahir prematur, serta kelainan pada kondisi fisik bayi prematur.
- Menjelaskan mengenai penatalaksanaan yang tepat pada bayi prematur.
- Menggambarkan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul pada bayi prematur.
Teaching: Infant Nutrition 0-3 Months
- Memberikan edukasi pada ibu dan keluarga mengenai nutrisi yang tepat bagi bayi
baru lahir khususnya lahir prematur.
- Memberikan bahan-bahan edukasi tertulis sebagai pegangan bagi ibu dan
keluarga.
- Menginstruksi ibu untuk memberikan ASI eksklusif, dengan tidak memberikan
makanan atau minuman lain pada bayi.
Teaching: Infant safety 0-3 Months
- Instruksikan keluarga untuk memposisikan bayi dengan benar.
- Menginstruksikan keluarga untuk menghindari penggunaan perhiasan pada bayi.
- Menginstruksikan keluarga untuk menyesuaikan suhu air saat memandikan bayi.
- Menginstruksikan keluarga untuk tidak mengayun bayi terlalu kencang.
Intervensi Doenges:
- Informasikan pada orang tua dan keluarga tentang proses penyakit , prosedur
perawatan, tanda dan gejala masalah pernapasan, perawatan lanjut.
- Ajari orang tua dan keluarga tentang perawatan yang dibutuhkan, seperti terapi
oksigen di rumah, ventilasi mekanis, fisioterapi dada, terapi obat, terapi gizi dan
cairan, pemantauan khusus, seperti pemantauan apnea atau gula darah.
- Meminta orang tua dan keluarga untuk mendemonstrasikan kembali prosedur
yang harus dilakukan.
- Mendorong orang tua dan keluarga untuk ikut serta dalam perawatan bayi.
- Mengajarkan orang tua dan keluarga bagaimana menyeimbangkan antara
aktivitas dan istirahat dan bagaimana mengevaluasi toleransi bayi terhadap
aktivitas.
- Susun perawatan kesehatan lanjutan di rumah.
6. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan
spasme jalan napas dan mukus dalam jumlah berlebihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam jalan napas tetap paten,
pernapasan teratur dan tidak sulit, dan frekuensi dalam batas normal.
NOC : Respiratory Status
Indikator 1 2 3 4 5
1. Respiratory rate
2. Respiratory rhythm
3. Kepatenan jalan napas
4. Auskultasi suara napas
5. Pencapaian diharapkan spirometer insentif
6. Inspirasi dalam
NIC : Airway Management
- Membuka jalan napas, menggunakan chin lift atau teknik jaw thrust, yang sesuai
- Pasien dapat diposisikan untuk memaksimalkan potensi ventilasi
- Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan penyisipan aktual / potensial napas
- Auskultasi napas terdengar, dan mencatat daerah menurun atau tidak ada
ventilasi dan adanya suara adventif
- Hapus sekret dengan suction
- Membantu dengan spirometer insentif, yang sesuai
Daftar Pustaka
Cunningham, F G, dkk. 2006. Obstetri Williams Volume I. Jakarta: EGC
Barbara, Hadson. 1995. Perawatan Bayi Prematur. EGC, Jakarta.
Boback. 2004. Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta : EGC.
Bobak, Irene M. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC
Chestnut, dkk. 2014. Chestnut’s Obstetric Anesthesia: Principle and Practice. Philadelphia:
Elsevier.
Health Technology Assesment Indonesia.2010.Prediksi Persalinan Preterm.Jakarta: Dirjen Bina
Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Mayo Clinic. 2011. Premature Birth. Online, (http://mayoclinic.com)
Potts, Nicki L. 2012. Pediatric Nursing Caring for Children and Their Families. USA : Delmar 5
Maxwell Drive
Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan bayi risiko tinggi. Jakarta : EGC
Wiknjosastro. 2007. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: YBPSP
Wong L, Donna. 2013. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC