cl lansia

47
COOPERATIVE LEARNING PENGARUH PROSES MENUA TERHADAP PERUBAHAN FISIK, MENTAL, PSIKOSOSIAL DAN PERKEMBANGAN SPIRITUAL PADA LANSIA Oleh : SGD 4 Ni Made Juniari (0902105014) Putu Nia Purnama Dewi (0902105015) Kadek Restu Insani (0902105019) Ni Nyoman Ayu Suciyanthi (0902105022) Putu Rudi Mahardika (0902105023) Ni Made Sintha Pratiwi (0902105027) Putu Eka Dryastiti (0902105029) Edy Wirawan N (0902105032) Yunita Debi N (0902105037) Ni Kadek Arik Trisnawati (0902105049) Made Deny Widiada (0902105080) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Upload: sintha-pratiwi

Post on 25-Jul-2015

216 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: CL LANSIA

COOPERATIVE LEARNING

PENGARUH PROSES MENUA TERHADAP PERUBAHAN FISIK, MENTAL, PSIKOSOSIAL DAN PERKEMBANGAN SPIRITUAL PADA LANSIA

Oleh : SGD 4

Ni Made Juniari (0902105014)

Putu Nia Purnama Dewi (0902105015)

Kadek Restu Insani (0902105019)

Ni Nyoman Ayu Suciyanthi (0902105022)

Putu Rudi Mahardika (0902105023)

Ni Made Sintha Pratiwi (0902105027)

Putu Eka Dryastiti (0902105029)

Edy Wirawan N (0902105032)

Yunita Debi N (0902105037)

Ni Kadek Arik Trisnawati (0902105049)

Made Deny Widiada (0902105080)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVESITAS UDAYANA

2012

Page 2: CL LANSIA

Pengaruh Proses Menua Terhadap Perubahan Fisik Lansia

1. System Cardiovaskular

a. Konsep perubahan anatomi/struktur dan fungsi system cardiovaskular akibat

penambahan usia

Sistem kardiovascular terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran

limfe.Jantung merupakan organ yang besar dan memelihara sirkulasi keseluruh

tubuh.Arteri membawa darah dari jantung, vena membawa darah ke jantung. Semua

fungsi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tubuh agar semua proses yang

terjadi didalam tubuh dapat berjalan dengan baik. Sejalan dengan penigkatan usia,

struktur-struktur jantung akan berubah yang berdampak pada perubahan fungsi dari

jantung tersebut (Ayuzuricha, 2009).

Perubahan anatomis

Perubahan anatomis pada jantung

Penambahan usia tidak akan menyebabkan otot jantung mengecil (atrofi)

seperti halnya organ tubuh yang lain, akan tetapi justru terjadi peningkatan

ukuran jaringan otot jantung (hipertrofi). Hal ini disebakan oleh perubahan

jaringan ikat dan penumukan lipofisum akibat kerja jantung untuk memompa

yang tidak pernah berhenti hingga usia lanjut. Pada batasan usia antara 30 - 90

tahun masa jantung bertambah sekitar 1 gram/tahun pada laki-laki dan 1,5

gram/tahun pada wanita. ( Majalah kasih, 2009)

Pada jantung lansia, ventrikel kiri akan cenderungmengalami hipertofi

(pembesaran) yang disebabkan oleh oleh perubahan jaringan ikat dan

penumukan lipofisum akibat kerja jantung untuk memompa. Selain itu juga,

terdapat pengurangan jumlah sel pada nodus sinoatrial (SA Node) yang

menyebakan hantaran listrik jantung mengalami gangguan.

Katup jantung merupakan bagian yang penting dalam mengatur aliran

darah. Sejalan bertambahnya usia, katup banyak mengalami perubabahan,

misalnya perubahan pada daun dan cincin katup aorta, seperti berkurangnya

jumlah inti sel jaringan ikat stroma katup, penumpukan lemak, degenerasi

kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa katup. Hal-hal tersebut diatas

Page 3: CL LANSIA

menyebabkan bertambahnya ukuran katup jantung, pertambahnya lingkaran

katup aorta, penebalan katup mitral yang disebabkan oleh degenarasi kolagen

(Tri, 2009).

Perubahan anatomis pada pembuluh darah

Pada pembuluh darah lansia akan terjadi kekakuanarteri sentral dan perifer

akibat proliferasi kolagen, hipertrofi otot polos, kalsifikasi, serta kehilangan

jaringan elastik. Pada lansia, Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran

nutrisi dan pembuangan melambat.Secara normal pembuluh darah akan

mengalami penurunan debit aliran akibat peningkatan situs deposisi lipid pada

endotel. Lebih jauh, terdapat pula perubahan arteri koroner difus yang pada

awalnya terjadi di arteri koroner kiri ketika muda, kemudian berlanjut pada arteri

koroner kanan dan posterior di atas usia 60 tahun (Tri, 2009).

Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya ini

menyebabkan meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa sehingga

tekanan sistolik dan afterload meningkat. Keadaan ini akan berakhir dengan yang

disebut “Isolated aortic incompetence”. Selain itu akan terjadi juga penurunan

dalam tekanan diastolic (Septiyanto, 2009).

Perubahan fisiologis

Dari sudut pandang fungsional, perubahan utama yang berhubungan

dengan penuaan sistem kardiovaskuler adalah penurunan kemampuan untuk

meningkatkan keluaran sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan tubuh.

Prinsip mekanisme yang digunakan oleh jantung yang mengalami penuaan untuk

meningkatkan curah jantung adalah dengan meningkatkan volume akhir

diastolic, yang meningkatkan volume sekuncup (Hukum Starling).Prinsip

perubahan fungsional terkait usia yang dihubungkan dengan pembuluh darah

secara progresif meningkatkan tekanan sistolik. American Heart Assosiation

merekomendasikan bahwa nilai sistolik 160 mmHg dianggap sebagai batas

normal tertinggi untuk lansia (Septyanto, 2009).

Perubahan fisiologis jantung

Page 4: CL LANSIA

Akibat perubanhan- perubahan secara struktur yang terjadi pada otot

jantung lansia seperti yang telah dijelaskan diatas, jantung akan mengalami

penurungan fungsi, seperti kehilangan kontraktil dan efisiensi jantung yang

menyebabkan penurunan curah jantung sekitar 30%-50% pada usia 70 tahun.

Pada dinding ventrikel, penebalan diding ventrikel akan menyebabkan

penurunan kontraksi. Infiltrasi jarigan fibrosa pada nodus sinoatrial dan jaras

atrial intermodal akan menyebakan fibrilasi oleh flutter atrium.Penebalan katup

jantung juga akan menyebabkan penutupan tidak sempurna sehingga terdengar

yang bunyi tidak sempurna (mur-mur sistolik) (Septyanto, 2009).

Perubahan fisiologis yang paling umum terjadi seiring bertambahnya usia

adalah perubahan  pada fungsi sistol ventrikel. Sebagai pemompa utama aliran

darah sistemik manusia, perubahan sistol ventrikel akan sangat mempengaruhi

keadaan umum pasien. Parameter utama yang terlihat ialah detak jantung,

preload dan afterload, performa otot jantung, serta regulasi neurohormonal

kardiovaskular.Efeknya, volume akhir diastolik menjadi bertambah dan

menyebabkan kerja jantung yang terlalu berat dan lemah jantung.Awalnya, efek

ini diduga terjadi akibat efek blokade reseptor β-adrenergik, namun setelah diberi

β-agonis ternyata tidak memberikan perbaikan efek.

Di lain sisi, terjadi perubahan kerja diastolik terutama pada pengisian awal

diastol lantaran otot-otot jantung sudah mengalami penurunan kerja. Secara

otomatis, akibat kurangnya kerja otot atrium untuk melakukan pengisian

diastolik awal, akan terjadi pula fibrilasi atrium, sebagaimana sangat sering

dikeluhkan para lansia. Masih berhubungan dengan diastol, akibat

ketidakmampuan kontraksi atrium secara optimal, akan terjadi penurunan

komplians ventrikel ketika menerima darah yang dapat menyebabkan

peningkatan tekanan diastolik ventrikel ketika istirahat dan exercise. Hasilnya,

akan terjadi edema paru dan kongesti sistemik vena yang sering menjadi gejala

klinis utama pasien lansia. Secara umum, yang sering terjadi dan memberikan

efek nyata secara klinis ialah gangguan fungsi diastol.

Pemeriksaan EKG perlu dilakukan untuk melihat adanya penyakit jantung

koroner, gangguan konduksi dan irama jantung, serta hipertrofi bagian-bagian

Page 5: CL LANSIA

jantung. Beberapa macam aritmia yang sering ditemui pada lansia berupa

ventricular extrasystole (VES), supraventricular extrasystole (SVES), atrial

flutter/fibrilation, bradycardia sinus, sinus block, A-V junctional. Gambaran

EKG pada lansia yang tidak memiliki kelainan jantung biasanya hanya akan

menunjukkan perubahan segmen ST dan T yang tidak khas. Untuk menegakkan

diagnosis, perlu dilakukan ekokardiografi sebagaimana prosedur standar bagi

para penderita penyakit jantung lainnya (Septyanto, 2009).

Perubahan fisiologis Pembuluh darah

Peningkatan kekakuan aorta akan menyebabkan peningkatan tekanan

darah sistolik yang tidak proporsional dengan diastolic yang menyebabkan

pelebaran tekanan nadi. Perubahan elektrokardiogram (EKG), peningkatan

interval PR,kompleks QRS,dan QT,penurunan amplitude komplek

QRS,pergeseran aksis QRS ke kiri.Frekuensi jantung membutuhkan waktu yang

lebih lama dari waktu normalnya agar kembali normalsetelah

berolahraga.Penurunan kekuatan dan elastisitas pembuluh darah, yang berperan

pada insufisiensi arteri dan vena. Penurunan kemampuan berespon terhadap

stress fisik dan emosional.

Kehilangan elatisitas pembuluh darah dapat berdampak pada kurang

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur

ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi

65 mmHg (menyebabkan pusing mendadak)

Page 6: CL LANSIA

Tabel 1.Perubahan Sistem Kardiovaskular Pada Penuaan(Nugroho, 2000)

PERUBAHAN FISIOLOGIS HASIL

Penurunan kardiak output Peningkatan insiden gagal jantung

Penurunan sirkulasi ke periferPenurunan elastisitas otot jantung dan

pembuluh darah

Penurunan aliran balik vena

Peningkatan edema dependent

Peningkatan varicosites dan

hemoroid

Peningkatan aterosklerosis Peningkatan tekanan darah

Peningkatan infark miokard

Perubahan patologis

Perubahan-perubahan patologi anatomis pada jantung degeneratif

umumnya berupa degeneratif dan atrofi.Perubahan ini dapat mengenai semua

lapisan jantung terutama endokard, miokard, dan pembuluh darah.Umumnya

perubahan patologi anatomis merupakan perubahan mendasar yang

menyebabkan perubahan makroskopis, meskipun tidak berhubungan langsung

dengan fisiologis (Septyanto, 2009).

Seperti halnya di organ-organ lain, akan terjadi akumulasi pigmen

lipofuksin di dalam sel-sel otot jantung sehingga otot berwarna coklat dan

disebut brown atrophy. Begitu juga terjadi degenerasi amiloid alias amiloidosis,

biasa disebut senile cardiac amiloidosis. Perubahan demikian yang cukup luas

dan akan dapat mengganggu faal pompa jantung.

Terdapat pula kalsifikasi pada tempat-tempat tertentu, terutama mengenai

lapisan dalam jantung dan aorta.Kalsifikasi ini secara umum mengakibatkan

gangguan aliran darah sentral dan perifer.Ditambah lagi dengan adanya

aterosklerosis pada dinding pembuluh darah besar dan degenerasi mukoid

Page 7: CL LANSIA

terutama mengenai daun katup jantung, menyebabkan seringnya terjadi kelainan

aliran jantung dan pembuluh darah.

Akibat perubahan anatomis pada otot-otot dan katup-katup jantung

menyebabkan pertambahan sel-sel jaringan ikat (fibrosis) menggantikan sel yang

mengalami degenerasi, terutama mengenai lapisan endokard termasuk daun

katup.Akibat berbagai perubahan-perubahan mikroskopis seperti tersebut di atas,

keseluruhan kerja jantung menjadi rusak (Septyanto, 2009).

2. System Respirasi

Perubahan system pernapasan pada lansia

1. Otot pernapasan kaku dan kehilangan kekeuatan sehingga volume udara inspirasi

berkurang yang mengakibatkan pernapasan cepat dan dangkal.

2. Penurunan aktivitas cilia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial

terjadi penumpukan secret.

3. Penururnan aktivitas paru (mengembang dan mengempisnya), sehingga jjumlah udara

pernapasan yang masuk ke paru mengelami penurunan, pada pernapasan tenang

sekitar 500ml.

4. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luar permukaan berkurang dari

50m²), menyebabkan terganggunya proses difusi.

5. Penurunan oksigen (O2) arteri menjadi 75mmHg mengganggu proses oksigenasi dari

hemoglobin sehingga O2 tidak terangkut semua ke jaringan.

6. CO2 pada arteri tidak terganti sehingga komposisi O2 dalam sel arteri juga menurun

sehingga menjadi racun dalam tubuh.

7. Kemampuan batuk yang b erkurang sehingga pengeluaran secret dan corpus alium

darisaluran napas berkurang sehingga dapat menyebabkan obstruksi.

Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomic yang mengenai hampir

seluruh susunan anatomic tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan atau organ.

1. Perubahan anatomic system respirasi akibat penuaan:

Paru-paru mengecil dan kendur.

Page 8: CL LANSIA

Hilangnya recoil elastic.

Pembesaran alveoli.

Penurunan kapasistas vital, PaO2 dan residu.

Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi.

Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga saat pengembangan paru.

Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru.

Ppenurunan aktivitas kelenjar mucus.

Penurunan sensitivitas sfingter esophagus.

Penurunan sensitivitas kemoreseptor.

2. Perubahan fisiologis system respirasi akibat penuaan menyebabkan beberapa perubahan

structural dan fungsional pada toraks dan paru-paru. Tujuan pernapasan adalah untuk

pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan darah. Pada lansia ditemukan

alveoli menjadi kurang elastic dan lebih berserabut dan berisi kapiler-kapiker yang

kehilangan fungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun karena kapasitas difusi paru-

paru tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Daya pegas paru-paru berkurang, sehingga

secara normal menahan toraks pada posisi sedikit terkontraksidiserta dengan penurunan

kekuatan otot rangka pada toraks dan diafragma. Karena dinding toraks lebih kaku dan

otot pernapasan menjadi lemah, maka menyebabkan kemampuan lansia untuk batuk

efektif menurun. Deklasifikasi iga dan dan peningkatan klasifikasi dari kartilago kostal

juga terjadi. Membrane mukosa mongering sehingga menghalangi pembuangan secret

yang menciptakan lingkungan berkembangnya bakteri yang meningkatkan resiko infeksi

pernapasan. Selain itu beberapa perubahan fisiologis yang terjadi antara lain:

Pembesaran hidung akibat pembesaran kartilago yang terus menerus.

Atropi umum tonsil.

Deviasi trakea akibat perubahan di tulang belakang.

Peningkatan diameter dada anteroposterior sebagai akiabt perubahan metabolism

kalsium dan kartilago iga.

Kekeakuan paru; penurunan jumlah dan ukuran alveolus.

Kifosis.

Degenerasi atau atropi otot pernapasan.

Penurunan kapasitas difusi.

Page 9: CL LANSIA

Penurunan kekuatan otot inspirasi dan ekspirasi; penurunan kapasitas vital.

Degenerasi jaringan paru yang menyebabkan penurunan penurunan recoil elastic

paru dan penigkatan kapasitas residual.

Ventilasi buruk pada area basal (akibat tertutupnya jalan napas) yang

mengakibatkan penurunan area permukaan pertukaran gas dan pertukaran tekanan

oksigen.

Penurunan saturasi O2 sebesar 5 %.

Penurunan cairan respiratorik sebesar 30%, peningkatan risiko infeksi paru dan

sumbat mucus.

Toleransi rendah terhadap O2.

3. System Muskuloskeletal

Dewasa lansia yang berolahraga secara teratur tidak kehilangan massa atau tonus

otot dan tulang sebanyak dewasa lansia yang tidak aktif, serat otot berkurang ukurannya,

dan kekuatan otot berkurang sebanding penurunan massa otot. Wanita pasca menopause

memiliki laju demineralisasi tulang yang lebih besar daripada pria lansia. Wanita yang

mempertahankan masukan kalsium selama hidup dan kemudian masuk pada tahap

menopause mengalami demineralisasi tulang kurang dari wanita yang tidak pernah

melakukannya.

Pengaruh kehilangan tulang adalah tulang menjadi lebih lemah, tulang belakang

lebih lunak dan tertekan, tulang panjang kurang resisten untuk membungkuk. Lansia

berjalan lebih lambat dan tampak kurang terkoordinasi. Lansia juga membuat langkah

yang lebih pendek, menjaga kaki mereka lebih dekat bersamaan, yang mengurangi dasar

dukungan. Sehingga keseimbangan tubuh tidak stabil, dan mereka sangat berisiko jatuh

dan cedera.

Selain risiko jatuh dan cedera, hampir 44% lansia mengalami arthritis. Umum

terjadi pada wanita daripada pria. Derajat kerusakan mobilitas lansia bergantung pada

menyebarnya penyakit dan sendi yang terkena. Arthritis tidak ada obatnya, tetapi saat ini

dikembangkan agen farmakologis yang dapat menurunkan nyeri dan bengkak dan karena

Page 10: CL LANSIA

itu meningkatkan gerakan sendi. Pengobatan bergantung pada sifat degenerasi dan

deformitas (Potter & Perry, 2006).

4. System Sensori Persepsi

Gangguan sensori atau indra adalah perubahan dalam persepsi derajat serta jenis

reaksi seorang yang diakibakan oleh meningkat, menurun atau hilangnya rangsang indra (

Wahjudi Nugroho, Hal 92 )

Penglihatan

1) Pupil mengecil, yang membutuhkan pencahayaan tiga kali lebih terang agar

dapat melihat dengan jelas; penurunan penglihatan malam.

2) Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan

berkurang (sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada

risiko cedera. Sementara pada cahaya yang menyilaukan dapat menyebabkan

nyeri dan membatasi kemampuan untuk membedakan objek-objek dengan

jelas.

3) Kornea rata dan kehilangan kilauan

Arcus senilis, merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang

sering di jumpai. Ini memberikan keluhan. Kalainan ini berupa infiltrasi

bahan lemak yang bewarna keputihan, berbentuk cincin dibagian tepi kornea.

4) Pelebaran lensa; kehilangan transparansi dan elastisitas yang mengurangi

akomodasi.

5) Menurunnya lapang pandang; berkurang luas pandangannya.

6) Lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan

katarak, sehingga mempengaruhi kemampuan untuk membedakan dan

menerima warna-warna

7) Kelopak mata kendur dan berkerut akibat penurunan elastisitas, dengan mata

tampak jauh ke dalam disoket mata. Dengan bertambahnya usia akan

menyebabkan kekendoran seluruh jaringan kelopak mata. Perubahan ini juga

disebut dengan perubahan infolusional, terjadi pada :

a) Muskulus Orbikularis

Page 11: CL LANSIA

Perubahan pada Muskulus orbicularis bisa menyebabkan perubahan

kedudukan palbebra, misalnya kelopak mata jatuh.

b) Retraktor Palpebra inferior

Kekendoran retractor palpebra inferior mengakibatkan tepi bawah tarsus

rotasi / berputar kearah luar.

c) Tarsus

Apabila tarsus kurang kaku oleh karena proses atropi akan menyebabkan tepi

atas lebih melengkung kedalam.

d) Tendo Kantus medial / lateral

Perubahan involusional pada usia lanjut juga mengenai tendon kantus

medial / lateral sehingga secara horizontal kekencangan palpebra berkurang.

8) Penurunan reabsorbsi cairan intraokuler, yang menyebabkan glukoma

9) Penurunan produksi air mata akibat kehilangan jaringan lemak dalam

aparatus lakrimal dan akibat kegagalan fungsi pompa pada sistem kanalis

lakrimalis disebabkan oleh karena kelamahan palpebra, malposisi palpebra

sehingga akan menimbulkan keluhan epipora (sumbatan), yang

mengakibatkan kelenjar lakrimal secara progresif berkurang.

10) Perubahan muskulus siliaris

Dengan bertambahnya usia, bentuk daripada muskuls siliaris akan

mengalami perubahan. Mengenai manifestasi klinis yang dikaitkan dengan

perubahan muskulus siliaris pada lanjut usia, dikatakan bahwa degenarasi

muskulus siliaris bukan merupakan faktor utama yang mendasari terjadinya

presbiofia. Ini dikaitkan dengan perubahan serabut-serabut lensa yang

menjadi padat, sehingga lensa kurang dapat menyesuaikan bentuknya. Untuk

mengatasi hal tersebut muskulus siliaris mengadakan kompensasi sehingga

mengalami hipertrofi.

11) Perubahan replaksi

Dengan bertambahnya usia penurunan daya akomdasi akan menurun. Karena

proses kekeruhan dilensa dan lensa cenderung lebih cembung.

12) Perubahan struktur jaringan dalam bola mata

Page 12: CL LANSIA

Semakin bertambahnya umur nucleus makin membesar dan padat,

sedangkan volume lensa tetap, sehingga bagian kortek menipis, elastisitas

lensa jadi berkurang, indeks bias berubah (jadi lemah). Yang mula-mula

bening trasparan, menjadi tampak keruh ( sclerosis ).

13) Perubahan fungsional

Proses degenerasi dialami oleh berbagai jaringan di dalam bola mata, media

refrakta menjadi kurang cemerlang dan sel-sel reseptor berkurang, visus

kurang tajam dibandingkan pada usia muda. Keluhan silau ( foto fobi )

timbul akibat proses penuaan pada lensa dan kornea.

Masalah-masalah lainnya yang sering muncul pada lansia dengan gangguan

penglihatan adalah sfinter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap

sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)

menjadi katarak, susah melihat dalam keadaan gelap, hilangya daya akomodasi.

Pendengaran

Berbagai pengertian mengenai kelainan pendengaran dan organ yang berhubungan

dengan gangguan pendengaran :

1) Gangguan pendengaran tipe konduktif

Gangguan yang bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalis auditorius,

membran timpani atau tulang-tulang pendengaran. Salah satu penyebab gangguan

pendengaran tipe konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah adanya serumen

obturans, yang justru sering dilupakan pada pemeriksaan.

2) Gangguan pendengaran tipe sensori neural

Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat bising,

presbiakusis, obat yang ototoksik, hereditas dan reaksi pasca radang.

3) Persepsi pendengaran abnormal

Sering terdapat pada sekitar 50 % lansia yang menderita presbiakusis, yang berupa

suatu peningkatan sensitivitas terhadap suara bicara yang keras.

4) Gangguan terhadap lokalisasi suara

Page 13: CL LANSIA

Pada lansia sering kali sudah terdapat gangguan dalam membedakan arah suara,

terutama lingkungan yang agak bising.

Masalah-masalah lainya yang sering muncul adalah presbiakusis (hilangnya

kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi atau

suara/nada yang tinggi ;suara yang tidak jelas dan sulit mengerti kata-kata,

membrane tympani menjadi atropi, terjadinya pengumpulan serumen dapat

mengeras karena meningkatnya keratin, pendengaran bertambah menurun.

Pengecap

Menurunnya kemampuan pengecap sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan

tunas perasa yang terletak dilidah dan dipermukaan bagian dalam pipi. Saraf perasa

yang berhenti tumbuh ini semakin bertambah banyak sejalan dengan bertambahnya

usia. Selain itu, terjadi penurunan sensitivitas papil-papil pengecap terutama

terhadap rasa manis dan asin yang terjadi karena papil-papil pada lidah mengalami

atropi.

Penghidu

Pada sistem penciuman terjadi pembentukan kartilago yang terus menerus terbentuk

didalam hidung sesuai proses penuaan, menyebabkan hidung menonjol lebih tajam.

Atropi progresif pada tonjolan olfaktorius juga terjadi, mengakibatkan kemunduran

terhadap dalam indra penciuman.

Masalah yang sering terjadi pada lansia adalah gangguan pada penciuman terhadap

bau-bauan.Menurunnya kemampuan penciuman mengakibatkan selera makan

berkurang yang sebagian karena pertumbuhan sel didalam hidung berhenti dan

sebagian lagi karena semakin lebatnya bulu rambut dilubang hidung. (Siti

Maryam.2008:62)

Page 14: CL LANSIA

Peraba

Kemunduran dalam merasakan sakit

Pada lansia terjadi penurunan kemampuan merasakan sakit, ini terjadi karena

penurunan korpus free nerve ending pada kulit. Rasa sakit tersebut berbeda untuk

setiap bagian tubuh. Bagian tubuh yang ketahanannya sangat menurun, antara lain

adalah bagian dahi dan tangan.

Kemunduran dalam merasakan tekanan, raba, panas dan dingin.

Penurunan kemampuan ini terjadi akibat penurunan korpus paccini (untuk

merasakan tekanan), korpus meissner (untuk merasakan rabaan), korpus ruffini

(untuk merasakan panas), dan korpus krause (untuk merasakan dingin).

Perubahan Sistem Indera pada Penuaan.

Perubahan Morfologis

dan Struktur

Perubahan Fungsional

Penglihatan.

1. Penurunan jaringan lemak

sekitar mata.

2. Penurunan elastisitas dan

tonus jaringan.

3. Penurunan kekuatan otot

mata.

4. Penurunan ketajaman

kornea.

5. Degenerasi pada sklera,

pupil dan iris.

6. Peningkatan penyakit mata.

7. Peningkatan densitas &

rigiditas lensa.

1. Penuru

nan penglihatan jarak dekat

(Presbiopi)

2. Penuru

nan koordinasi gerak bola mata.

3. Distorsi

bayangan.

4. Pandan

gan biru – merah.

5. Penuru

nan penglihatan malam.

6. Penuru

nan ketajaman mengenali warna

Page 15: CL LANSIA

8. Perlambatan sistem

informasi dari SSP.

9. Penurunan produksi air

mata.

hijau, biru dan ungu.

7. Kesulit

an mengenali benda yang

bergerak.

8. Berkura

ngnya adaptasi terhadap

kegelapan .

9. Mata

menjadi kering.

Pendengaran

1. Pe

nurunan  sel rambut koklea.

2. De

generasi pusat pendengaran.

3. Hil

angnya fungsi

neurotransmitter.

4. Atr

ofi organ korti dan saraf

auditorius.

 

1. Kesulitan mendengar suara

berfrekuensi tinggi.

2. Penurunan kemampuan dan

penerimaan bicara.

3. Penurunan fungsi

membedakan ucapan.

4. Hilangnya kemampuan (daya)

pendengaran pada telinga dalam,

terutama terhadap bunyi suara,

antara lain suara yang tidak jelas,

sulit mengerti kata kata

(presbikusis).

Pengecap

1. Penurunan kemampuan

pengecapan.

1. Penurunan sensitivitas

terhadap rasa.

Penghidu

1. De

generasi sel sensosik

mukosa hidung.

1. Penurunan sensitivitas

terhadap bau sehingga

kehilangan selera makan.

Page 16: CL LANSIA

Peraba

1. Penurunan kecepatan

hantaran saraf.

1. Penurunan respon terhadap

stimulasi taktil.

2. Penyimpangan persepsi nyeri.

3. Risiko terhadap bahaya termal

yang berlebihan.

5. System Alimentary

Esofagus melebar, asam lambung menurun, keinginan lapar menurun & peristaltik

menurun sehingga daya absorpsi juga menurun, ukuran lambung mengecil sehingga

menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan. (Maryam, 2008)

Berikut ini merupakan perubahan lain yang terjadi pada sistem gastrointestinal akibat

proses menua:

Rongga Mulut

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat proses

menua:

a. Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, penyusutan dan fibrosis pada

akar halus, pengurangan dentin, dan retraksi dari struktur gusi. Implikasi dari

hal ini adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam mempertahankan pelekatan

gigi palsu yang lepas.

b. Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah perubahan sensasi rasa

dan peningkatan penggunaan garam atau gula untuk mendapatkan rasa yang

sama kualitasnya.

c. Atrofi pada mulut. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih

merah dan berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis kerena penyusutan epitelium

dan mengandung keratin.

d. Air liur/ saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang yang

telah dikunyah. Saliva memfasilitasi pencernaan melalui mekanisme sebagai

berikut: penyediaan enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan lunak,

remineralisasi pada gigi, pengaontrol flora pada mulut, dan penyiapan

Page 17: CL LANSIA

makanan untuk dikunyah. Pada lansia produksi saliva telah mengalami

penurunan.1,2

Esofagus, Lambung, dan Usus

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada esofagus, lambung dan usus

akibat proses menua:

a. Dilatasi esofagus, kehilangan tonus sfingter jantung, dan penurunan refleks

muntah. Implikasi dari hal ini adalahpeningkatan terjadinya risiko aspirasi.

b. Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lambung sebesar 11%

sampai 40% dari populasi. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan dalam

mencerna makanan dan mempengaruhi penyerapan vitamin B12, bakteri usus

halus akan bertumbuh secara berlebihan dan menyebabkan kurangnya

penyerapan lemak.

c. Penurunan motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah penurunan

absorbsi obat-obatan, zat besi, kalsium, vitamin B12, dan konstipasi sering

terjadi.

Saluran Empedu, Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas

Pada hepar dan hati mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia

lebih dari 80 tahun.5 Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada saluran

empedu, hati, kandung empedu, dan pankreas akibat proses menua:

a. Pengecilan ukuran hari dan penkreas. Implikasi dari hal ini adalah terjadi

penurunan kapasitas dalam menimpan dan mensintesis protein dan enzim-

enzim pencernaan. Sekresi insulin normal dengan kadar gula darah yang

tinggi (250-300 mg/dL).

b. Perubahan proporsi lemak empedu tampa diikuti perubahan metabolisme

asam empedu yang signifikan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan

sekresi kolesterol.

Kehilangan Gigi

Page 18: CL LANSIA

Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30

tahun. Separuh lansia pada umumnya banyak kehilangan gigi, hal ini

mengakibatkan terganggunya kemampuan dalam mengonsumsi makanan dengan

tekstur keras, sedangkan makanan yang bertekstur lunak biasanya kurang

mengandung vitamin A, vitamin C, dan serat sehingga menyebabkan mudah

mengalami konstipasi. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi

yang buruk.

Indera Pengecap Menurun

Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir.atropi indera pengecap (±80%),

hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah teritama rasa manis, asin, asam,

dan pahit. Selain itu sekresi saliva berkurang sampai kira-kira 75% sehingga

mengakibatkan rongga mulut menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa. Papil-

papil pada permukaan lidah mengalami atrofi sehingga terjadi penurunan

sensitivitas terhadap rasa terutama rasa manis dan asin. Keadaan ini akan

mempengaruhi nafsu makan, dan dengan demikian asupan gizi juga akan

terpengaruh.

Esophagus Melebar

Penuaan esophagus berupa pengerasan sfingter bagian bawah sehingga menjadi

mengedur (relaksasi) dan mengakibatkan esophagus melebar (presbyusofagus).

Lapisan otot polos esofagus dan sfingter gastro esofageal mulai melemah yang akan

menyebabkan gangguan kontraksi dan refluk gastrointestinal spontan sehingga

terjadi kesulitan menelan dan makan menjadi tidak nyaman.Gangguan menelan

biasanya berpangkal pada daerah presofagus tepatnya di daerah osofaring,

penyebabnya tersembunyi dalam sistem saraf sentral atau akibat gangguan

neuromuscular seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot

menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan pengosongan

esophagus.

Sensitivitas Lambung Menurun

Page 19: CL LANSIA

Pengosongan lambung lebih lambat, sehingga orang akan makan lebih sedikit

karena lambung terasa penuh, terjadilah anoreksia. Penyerapan zat gizi berkurang

dan produksi asam lambung menjadi lebih sedikit untuk mencerna makanan. Diatas

umur 60 tahun, sekresi HCl dan pepsin berkurang, akibatnya absorpsi protein,

vitamin dan zat besi menjadi berkurang. Terjadi overgrowth bakteri sehingga terjadi

penurunan faktor intrinsik yang juga membatasi absorbsi vitamin B12. Penurunan

sekresi asam lambung dan enzim pankreas, fungsi asam empedu menurun

menghambat pencernaan lemak dan protein, terjadi juga malabsorbsi lemak dan

diare. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun). Lapisan lambung menipis

diatas 60 tahun. Sekresi HCL dan pepsin berkurang, asam lambung menurun dan

waktu pengosongan lambung menurun dampaknya vitamin B12 dan zat besi

menurun.

Peristaltik Lemah

Terjadinya penurunan motilitas usus, sehingga memperpanjang “transit time”

dalam saluran gastrointestinal yang mengakibatkan pembesaran perut dan

konstipasi.

Fungsi Absorpsi Menurun (Daya Absorpsi Terganggu)

Berat total usus halus berkurang diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat

gizi pada umumnya masih dalam batas normal, kecuali kalsium (diatas 60 tahun)

dan zat besi.

Liver

Penurunan enzim hati yang terlibat dalam oksidasi dan reduksi yang

menyebabkan metabolisme obat dan detoksifikasi zat kurang efisien.

6. System Endokrin

Jika kita lihat dari fungsi fisiologis dari lansia, lansia mengalami berbagai

macam penurunan fungsi organ dan hormon. Degenerasi system endokrin pada lansia

adalah sebagai berikut.

Page 20: CL LANSIA

Pada wanita

Dengan bertambahnya usia maka kadar FSH meningkat, maka fase folikuler semakin

pendek tapi kadar LH dan durasi fase luteal tidak berubah. Siklus menstruasi tetap

teratur, tetapi panjang dan variabilitas siklus menstruasi keseluruhan mengalami

penurunan. Saat kadar FSH meningkat dan fase folikuler semakin pendek, maka

kadar estradiol meningkat lebih dini, menunjukkan bahwa kadar FSH yang lebih

tinggi merangsang perkembangan folikel lebih cepat.

Kadar inhibin B sirkulasi pada fase luteal mengalami penurunan pada saat atau

bahkan sebelum konsentrasi FSH mulai meningkat. Kemudian terjadi juga penurunan

kadar inhibin A serum fase luteal. Kedua inhibin secara selektif menghambat sekresi

FSH hipofise. Akibatnya kadar FSH meningkat secara progresif karena produksi

inhibin dari simpanan folikel yang mengalami penuaan menurun, paling jelas pada

fase folikular dini. Produksi inhibin yang menurun mungkin menggambarkan jumlah

folikel yang semakin menyusut, penurunan kapasitas fungsional folikel yang lebih

tua, atau kedua-duanya. Perubahan siklus menstruasi yang terjadi sebelum

menopause adalah ditandai oleh peningkatan kadar FSH dan penurunan kadar

inhibin, tetapi kadar LH tetap normal dan kadar estradiol hanya sedikit meningkat.

Ketika tingkat pengurangan folikuler mulai meningkat selama masa usia reproduktif

lanjut, tetapi sebelum adanya perubahan yang nyata dalam hal regularitas menstruasi,

kadar FSH serum mulai meningkat; konsentrasi LH tetap tidak berubah. Peningkatan

kadar FSH sirkulasi saja tanpa peningkatan LH bisa akibat dari perubahan yang

berkaitan dengan umur pada pola sekresi pulsatil GnRH atau akibat dari pengurangan

folikel yang progresif dan tingkat penghambatan umpan balik yang rendah terhadap

sekresi FSH hipofise oleh hormon ovarium. Dengan semakin berkurangnya folikel

maka akan mengakibatkan semakin berkurangnya sekresi hormon progesteron dan

estrogen.

Pada pria

Produksi testosteron pada pria daitur oleh aksis hipotalamus-hipofisis-gonand

(HHG).Sekresigonadotroppin-releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus akan

merangsang kelenjar hipofisi untuk melepaskan luteinizing hormone (LH) yang akan

bekerja pada sel testicular Leydig akan dimetabolisir oleh 5a-reduktase menjadi

Page 21: CL LANSIA

dihedro-testosteron, lalu dimetabolisir menjadi estradiol oleh aromatase. Peningkatan

konsentrasi testosteron akan menghambat sekresi GnRH melalui meknisme umpan

balik. 80% testosteron akan diikat oleh sex hormone binding globulin (SHBG) dan

dalam jumlah sedikit akan diikat protein serum termasuk albumin. Hanya 20% yang

merupakan testosteron tergantung pada bentuk ikatan non- SHBG (termasuk

testosteron bebas) yang biasanya merupakan fraksi biologis yang aktif.Penurunan

kadar testosteron total biasanya tidak diketahui sampai usia 60-an, terapi penurunan

kadar testosteron bebas dapat diketahui lebih awal,yaitu sebesar 1% per tahun pada

usia 40 s/d 70 tahun. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya konsentrasi SHBG

sekitar 1,2% per tahun. Dengan bertambahnya ikatan testosteron dengan SHBG, maka

fraksi bebas akan menurun. Akibat menurunnya penurunan fungsi dan sensitivitas sel

Leyding dan aksis HHG, maka pria lansia tidak dapat mengkompensasi penurunan

testosteron dalam sirkulasi.(6,7) Pada kenyataannya, 7% dari pria berusia 40-60

tahun, 20% dari pria berusia 60-80 tahun, dan 35% yang berusia lebih dari 80

tahun,mempunyai konsentrasi testosteron total di bawah atas normal (350

ng/dl.Penurunan kadar hormon yang cepat pada wanita menopause. Efek fisiologi dan

emosional dari penurunan konsentrasi hormon pada pria masih kurang jelas bila

dibandingkan pada wanita.

Terjadinya pelecehan seksual pada anak-anak di bawah umur oleh kakek-kakek

ataupun kejadian lansia ingin menikah lagi walau sudah tua menurut kelompok kami

disebabkan oleh beberapa faktor, selain hasrat seksual yang masih tinggi dapat juga

disebabkan oleh karena lansia pria tersebut tidak mendapatkan perhatian atau kasih

sayang dari pasangannya oleh karena kematian pasangan ataupun karena pada lansia

wanita terjadinya menopause juga berarti penurunan fungsi fisiologis dan

berkurangnya atau bahkan sampai tidak adanya dorongan untuk berhubungan seksual

( penurunan libido). Para peneliti melaporkan wanita mengalami penurunan keinginan

seksualnya selama menopause.

Jika dikaitkan dengan sistem endokrin maka akan di dapatkan terjadinya penurunan

gonadotropin dengan diikuti oleh penurunan sekresi hormon kelamin misalnya

progesteron,estrogen dan testosteron diikuti pula dengan penurunan fungsi fisiologis

Page 22: CL LANSIA

Penurunan estrogen dan progesterone pada wanita akan mengakibatkan nyeri sendi &

sakit pada punggung, pengeringan pada vagina (sehingga sakit saat melakukan

hubungan seksual), sulit menahan kencing, gangguan mood & emosi tinggi sehingga

menimbulkan stres, selain itu penurunan kadar estrogen juga mengakibatkan

kecenderungan peningkatan tekanan darah, pertambahan berat badan & peningkatan

kadar kolesterol. Pada jangka panjang keluhan akibat menurunnya kadar estrogen ini

dapat menyebabkan osteoporosis, penyakit jantung koroner, dementia tipe Alzheimer,

stroke, kanker usus besar, gigi rontok & katarak, dan penurunan libido pada wanita.

Factor-faktor inilah yg nantinya menimbulkan keengganan pada wanita untuk

melakukan hubungan seksual. Sedangkan pada pria Produksi testoteron menurun

secara bertahap. Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan

kesejahteraan sementara waktu karena testosterone masih tetap diproduksi sepanjang

hidupnya. Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif. Tubular testis akan

menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis,

dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk

membuahi ovum.

Dengan adanya perubahan-perubahan fisiologis karena perubahan hormonal, wanita

mengalami penurunan keinginan untuk berhubungan seksual sementara pria

mempunyai libido yang tetap karena testosteron masih diproduksi. Karena

ketimpangan yang terjadi antara wanita dan pria lansia, maka cendrung pria mencari

selingan untuk memuaskan hasratnya dengan cara menikah lagi/ mencari pasangan

yang lebih muda atau dengan melakukan pelecehan seksual pada anak-anak untuk

melampiaskan hasratnya.

Intoleransi glukosa

Selain yang disebutkan di atas, sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa,

dengan kadar gula puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini

adalah faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan (Toni&Hardiwinoto,

1999).

Page 23: CL LANSIA

Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut

mempunyai gejala, dan sebagian menunjukkan “apatheic thyrotoxicosis”

(Toni&Hardiwinoto, 1999).

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem endokrin akibat proses

menua:

Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah Glukosa darah puasa 140

mg/dL dianggap normal.

Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini adalah kadar

glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal.

Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini adalah

pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.

Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun, dan waktu

paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah serum T3 dan T4 tetap stabil.

7. System Urogenital

Perubahan pada Sistem Renal dan Urinaria

Seiring bertambahnya usia, akan terdapat perubahan pada ginjal, bladder,

uretra, dan sisten nervus yang berdampak pada proses fisiologi terlait eliminasi urine.

Hal ini dapat mengganggu kemampuan dalam mengontrol berkemih, sehingga dapat

mengakibatkan inkontinensia, dan akan memiliki konsekuensi yang lebih jauh.

Perubahan pada Sistem Renal

Pada usia dewasa lanjut, jumlah nefron telah berkurang menjadi 1 juta nefron

dan memiliki banyak ketidaknormalan. Penurunan nefron terjadi sebesar 5-7% setiap

dekade, mulai usia 25 tahun. Bersihan kreatinin berkurang 0,75 ml/m/tahun. Nefron

bertugas sebagai penyaring darah, perubahan aliran vaskuler akan mempengaruhi

kerja nefron dan akhirnya mempebgaruhi fungsi pengaturan, ekskresi, dan matabolik

sistem renal.

Page 24: CL LANSIA

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem renal akibat proses menua:

Membrana basalis glomerulus mengalami penebalan, sklerosis pada area fokal, dan total

permukaan glomerulus mengalami penurunan, panjang dan volume tubulus proksimal

berkurang, dan penurunan aliran darah renal. Implikasi dari hal ini adalah filtrasi menjadi

kurang efisien, sehingga secara fisiologis glomerulus yang mampu menyaring 20% darah

dengan kecepatan 125 mL/menit (pada lansia menurun hingga 97 mL/menit atau kurang)

dan menyaring protein dan eritrosit menjadi terganggu, nokturia.

Penurunan massa otot yang tidak berlemak, peningkatan total lemak tubuh, penurunan

cairan intra sel, penurunan sensasi haus, penurunan kemampuan untuk memekatkan

urine. Implikasi dari hal ini adalah penurunan total cairan tubuh dan risiko dehidrasi.

Penurunan hormon yang penting untuk absorbsi kalsium dari saluran gastrointestinal.

Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko osteoporosis.

Perubahan pada Sistem Urinaria

Perubahan yang terjadi pada sistem urinaria akibat proses menua, yaitu penurunan

kapasitas kandung kemih (N: 350-400 mL), peningkatan volume residu (N: 50 mL),

peningkatan kontraksi kandung kemih yang tidak di sadari, dan atopi pada otot kandung

kemih secara umum. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko inkotinensia.

Perubahan pada Sistem Reproduksi Pria

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria akibat

proses menua:

Testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara

berangsur-angsur.

Atrofi asini prostat otot dengan area fokus hiperplasia. Hiperplasia noduler benigna

terdapat pada 75% pria >90 tahun.

Wanita

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita

akibat proses menua:

Page 25: CL LANSIA

Penurunan estrogen yang bersikulasi. Implikasi dari hal ini adalah atrofi jaringan

payudara dan genital.

Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal ini adalah penurunan massa

tulang dengan risiko osteoporosis dan fraktur, peningkatan kecepatan aterosklerosis.

Pengaruh Proses Menua Terhadap Perubahan Mental Lansia

Perubahan mental merupakan masalah yang sering terjadi pada lansia sehubungan

dengan terjadinya kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan dengan penyakit

– penyakit yang merusak jaringan otak, sehingga kebanyakan masalah turunnya daya ingat

lanjut usia bukanlah sebagai akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit

(Nugroho, 2000).

Sebagian besar lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan

mental. Konfusi (kebingungan) adalah masalah utama yang mempunyai konsekuensi untuk

semua aktivitas sehari – hari. Lanjut usia yang mengalami konfusi tidak akan mampu untuk

makan, tidak mampumengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif sehingga

lanjut usia memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi ketidakmampuan dan keamanan

lingkungan tempat tinggal lanjut usia secara umum.

Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas dan dukungan keluarga, meliputi

bagaimana penderita berpikir, merasakan bertingkahlaku selama pemeriksan.Keadaan umum

adalah termasuk penampilan, aktivitas, psikomotorik, sikap terhadap pemeriksaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan (herediter)

e. Lingkungan

Page 26: CL LANSIA

f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian

g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan

h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan

perubahan konsep diri (Nugroho, 2000).

Pengaruh Proses Menua Terhadap Perubahan Psikososial Lansia

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi

kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,

pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi

makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan

dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa

lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan

aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan

tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:

a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak

mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan

mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan

yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat

dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada

masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang

ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia

tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak

Page 27: CL LANSIA

diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-

marit.

e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat

sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah

dirinya.

Perubahan psikososial pada lansia sering di manifestasikan dengan tingkat

penyesuaian/ adaptasi terdapat hal- hal berikut:

1. Penyesuaian terhadap penurunan fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik

yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi

menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum

kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara

berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik,

psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan

ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga

kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan

kondisi psikologik maupun sosial. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya

dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

2. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal

pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun

dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai

kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.

Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-

masing orang yang akan pensiun. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan

memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah

minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri

yang sangat banyak jenis dan macamnya. Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan

langsung terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa

disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup

menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa

Page 28: CL LANSIA

setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan

sebagainya.

3. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya

maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya

badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan

sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan

selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup,

agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin

menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul

perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang

tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga

perilakunya seperti anak kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki

keluarga masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak

saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh

kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak

saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak

dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali

menjadi terlantar.

4. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan

berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal

diabetes mellitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan

gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan

obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia

Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi

dan budaya.

Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

Page 29: CL LANSIA

Pasangan hidup telah meninggal.

Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya

misalnya cemas, depresi, pikun.

Pengaruh Proses Menua Terhadap Perkembangan Spiritual Lansia

Perubahan pada segi spiritual lansia akibat proses menua adalah :

a) lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk

mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda.

b) Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian

orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri.

Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang

tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa

berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat

menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan

(Hamid, 2000).

c) Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan, lanjut usia makin

matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan

bertindak dalam sehari-hari. (Mubarak, 2006)

d) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler : universalizing,

perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan

cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

e) Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan lansia seharusnya

diwaspadai oleh perawat, karena mungkin saja klien sedang mengalami masalah

spiritual. Klien atau lansia yang mengalami masalah spiritual dapat menimbulkan

Page 30: CL LANSIA

perubahan yaitu : verbalisasi distress, individu yang mengalami gangguan fungsi

spiritual biasanya memverbalisasikan distres yang dialaminya atau

mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan bantuan. Misalnya seorang

lansia mengatakan : “Saya merasa bersalah karena saya seharusnya mengetahui

lebih awal bahwa suami saya mengalami serangan jantung.” Biasanya klien

meminta perawat untuk berdoa bagi kesembuhannya atau memberitahukan

kepada pemuka agama untuk mengunjunginya. Perawat juga perlu peka terhadap

keluhan klien tentang kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti

hidup. Kepekaan perawat sangat penting dalam menarik kesimpulan dari

verbalisasi klien tentang distres yang dialami klien.

f) Perubahan perilaku merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien yang

merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan setelah

mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distres spiritual.

Ada yang bereaksi dengan perilaku mengintrospeksi diri dan mencari alasan

terjadinya suatu situasi tersebut, namun ada yang bereaksi secara emosional dan

mencari informasi serta dukungan dari keluarga atau teman. Perasaan bersalah,

rasa takut, depresi dan ansietas mungkin menunjukkan perubahan fungsi spiritual

(Hamid, 2000).

Page 31: CL LANSIA

DAFTAR PUSTAKA

Bayu. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lansia dengan Diabetes Melitis.http://

www.bayusatria.web.id/2010/11/asuhan-keperawatan-pada-klien-lansia.html ( akses : 8

Juni 2011 )

Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut & Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika

Mickey Stanley, Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.

Penerbit : EGC 1408.

Nugroho. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Potter and Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik

Volume 1. Jakarta: EGC

Potter and Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik

Volume 2. Jakarta: EGC

Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik, ed

2.Jakarta:EGC

Toni Setiabudhi dan Hardiwinoto. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama