citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan …eprints.uny.ac.id/30729/1/skripsi iandesi...
TRANSCRIPT
i
CITRA DIRI DITINJAU DARI INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA JEJARING SOSIAL INSTAGRAM PADA SISWA KELAS XI
SMA N 9 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Iandesi Andarwati NIM. 11104241031
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JANUARI 2016
v
MOTTO
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (Al-Insyirah: 5-6)
Seperti itulah kehidupan, kadang kau ada di depan dan kadang kau ada di
belakang. Jadi yang di depan atau yang terjebak di belakang tak membuat kita sombong ataupun menyerah. Kehidupan seperti sebuah balapan jarak jauh, bukan
pekerjaan mudah untuk menyelesaikan balapan itu (Song Il Kook)
vi
PERSEMBAHAN
Sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih, karya ini dengan setulus hati saya
persembahkan untuk:
1. Keluargaku tercinta
2. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
3. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta
4. Agama, Nusa dan Bangsa
vii
CITRA DIRI DITINJAU DARI INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA JEJARING SOSIAL INSTAGRAM PADA SISWA KELAS XI SMA
NEGERI 9 YOGYAKARTA
Oleh Iandesi Andarwati NIM 11104241031
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil citra diri, profil intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram, dan hubungan antara intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan jenis penelitian survei dan korelasional. Subjek penelitian ini berjumlah 100 siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta. Penentuan subjek penelitian ini dengan teknik proportional random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Instrumen yang digunakan adalah skala intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram dan skala citra diri. Validitas instrumen dilakukan dengan validitas konstruk melalui uji ahli atau expert judgement, sedangkan reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach, reliabilitasnya untuk skala citra diri sebesar 0,779 tergolong kuat dan skala intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram reliabilitasnya sebesar 0,864 tergolong sangat kuat. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan teknik prosentase dan teknik korelasi product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra diri siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta sebanyak 62 siswa (62%) memiliki citra diri pada kategori tinggi, dalam hal intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram sebanyak 76 siswa (76%) memiliki intensitas penggunaan instagram pada kategori tinggi serta terdapat hubungan positif dan signifikan antara intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta dengan koefisien korelasi sebesar 0,298 dan taraf signifikansi sebesar 0,03, artinya semakin tinggi intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram maka semakin tinggi citra diri dan sebaliknya semakin rendah intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram maka semakin rendah citra diri. Dalam hal penggunaan media jejaring sosial instagram siswa tergolong pada kategori medium user atau pengguna sedang yaitu pengguna yang menggunakan media jejaring sosial instagram antara 10 – 40 jam setiap bulannya.
Kata kunci: citra diri, intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
nikmat-Nya serta memberikan kemudahan dan pertolongan atas segala hal,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul “Citra Diri
Ditinjau dari Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram pada Siswa
Kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta”.
Sebagai ungkapan syukur, penulis menyampaikan terimakasih kepada
berbagai pihak atas bantuan, dukungan, dan kerja sama dalam penyusunan skripsi
ini. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memfasilitasi dan
memberikan kesempatan untuk menjalani dan menyelesaikan studi.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan beserta jajarannya yang telah
memfasilitasi kebutuhan akademik penulis selama menjalani studi.
3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah melancarkan
proses penyusunan skripsi.
4. Ibu Eva Imania Eliasa, M.Pd. dan Ibu Isti Yuni Purwanti, M.Pd. selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan segenap ilmu dan waktu
serta kesabaran beliau dalam membimbing dan memberikan arahan
selama proses penyusunan skripsi sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dengan baik.
ix
5. Kepala Sekolah SMA N 9 Yogyakarta beserta staff yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
6. Ibu Nur selaku guru BK di SMA N 9 Yogyakarta dan Bapak Pradana
selaku staff yang mengurusi penelitian di SMA N 9 Yogyakarta, yang
telah membantu dalam proses penelitian.
7. Siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta yang bersedia meluangkan
waktu untuk mengisi instrumen penelitian.
8. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu dan tanpa henti memberikan
motivasi, semangat, doa, dukungan baik materi maupun non materi
untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita bertiga selalu
mendapatkan yang terbaik dari Allah SWT.
9. Saudaraku Mas Topik dan sepupuku Vitya yang memberikan
dukungan dan bantuan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
10. Keluarga Besar Simbah Yatmo Utomo dan Simbah Darso Wiyono.
11. Sahabat-Sahabatku Gebata, teruntuk chrisma, iim, riska’, vivi, anjar,
hani’, anggi, serta rina ‘kuyt’, Alfian BP, mbak Umul, Dian,
terimakasih sudah memberi warna dan motivasi dalam menyelesaikan
skripsi.
12. Sahabat-sahabatku tercinta, Narni, Fitria, Tya Fatimah, Anggit, Rani,
Shinta, Neni, teh Ai’, Jannah, Tari, Alfi, Febrian, Deni, Rahma, Lucky,
Umi, Hamzah yang selalu memberikan dukungan, motivasi, semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
xi
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
PERSETUJUAN ........................................................................................ ii
PERNYATAAN ......................................................................................... iii
PENGESAHAN ......................................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 14
C. Batasan Masalah ................................................................................... 14
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 14
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 15
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 15
G. Batasan Istilah ...................................................................................... 16
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Tentang Citra Diri
1. Pengertian Citra Diri ........................................................................ 17
2. Perbedaan Konsep Diri dengan Citra Diri ....................................... 19
3. Jalinan Citra Diri .............................................................................. 21
4. Aspek Citra Diri ............................................................................... 24
xii
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Citra Diri ................................. 28
B. Kajian Tentang Media Jejaring Sosial Instagram
1. Pengertian Media Jejaring Sosial Instagram .................................... 31
2. Sejarah Media Jejaring Sosial Instagram ......................................... 32
3. Fitur-fitur Media Jejaring Sosial Instagram ..................................... 33
4. Dampak Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram ................... 37
C. Kajian Tentang Intensitas Penggunaan Instagram
1. Pengertian Intensitas ........................................................................ 43
2. Aspek-aspek Intensitas .................................................................... 45
D. Kajian Tentang Remaja sebagai Siswa SMA
1. Pengertian Remaja ........................................................................... 48
2. Batasan Usia Remaja ....................................................................... 50
3. Karakteristik Remaja ....................................................................... 51
4. Tugas Perkembangan Remaja .......................................................... 58
E. Citra Diri Ditinjau dari Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial
Instagram pada Siswa Kelas XI SMA N 9 Yogyakarta .......................
60
F. Paradigma Penelitian ............................................................................ 66
G. Hipotesis ............................................................................................... 66
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ........................................................................... 67
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 68
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 69
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 70
E. Definisi Operasional ............................................................................. 70
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 72
G. Instrumen Penelitian ............................................................................. 73
H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ............................. 79
I. Teknik Analisis Data ............................................................................ 83
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................. 89
2. Deskripsi Waktu Penelitian ............................................................. 89
3. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian
a. Deskripsi Populasi Penelitian ...................................................... 90
b. Deskripsi Data Penelitian ............................................................ 90
4. Analisis Data .................................................................................... 93
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 107
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 127
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 128
B. Saran ..................................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 132
LAMPIRAN ............................................................................................... 137
xiv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Kisi-kisi Citra Diri ............................................................................ 76
Tabel 2. Kisi-kisi Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram.... 78
Tabel 3. Interpretasi Koefisien Korelasi ......................................................... 82
Tabel 4. Data Populasi Penelitian ................................................................... 89
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Skala Citra Diri dan Skala Intensitas
Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram .................................
91
Tabel 6. Deskripsi Penilaian Data Citra Diri .................................................. 92
Tabel 7. Deskripsi Penilaian Data Intensitas Penggunaan Media Jejaring
Sosial Instagram ...............................................................................
93
Tabel 8. Kriteria Kategorisasi Citra Diri Siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta
kelas XI..............................................................................................
94
Tabel 9. Kriteria Kategorisasi Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial
Instagram Siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta Kelas XI ....................
95
Tabel 10. Kategorisasi Citra Diri Per Indikator................................................. 97
Tabel 11. Kategorisasi Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial
Instagram Per Aspek ........................................................................
101
Tabel 12. Kategorisasi Jenis Pengguna Instagram............................................ 104
Tabel 13. Koefisien Korelasi Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial
Instagram dan Citra Diri ...................................................................
105
Tabel 14. Sumbangan Efektif Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat ....... 106
xv
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Jalinan Citra Diri .................................................................. 21
Gambar 2. Paradigma Penelitian ............................................................ 66
Gambar 3. Grafik Citra Diri ................................................................... 94
Gambar 4. Grafik Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial
Instagram ..............................................................................
96
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Hasil Uji Reliabilitas ...................................................................... 138
Lampiran 2. Data Citra Diri ............................................................................... 139
Lampiran 3. Data Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram ...... 142
Lampiran 4. Instrumen Penelitian ...................................................................... 145
Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 152
Lampiran 6. Hasil Uji Linearitas ........................................................................ 153
Lampiran 7. Hasil Uji Korelasi .......................................................................... 154
Lampiran 8. Kategorisasi Citra Diri ................................................................... 155
Lampiran 9. Kategorisasi Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial
Instagram .......................................................................................
156
Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dengan Expert Judgement ............................... 157
Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian ....................................................................... 159
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kegiatan manusia adalah komunikasi. Komunikasi membuat
seseorang mengetahui, mengenal dan memahami orang lain. Manusia sebagai
makhluk sosial memerlukan sebuah komunikasi agar dapat memenuhi
kebutuhannya untuk berinteraksi dengan orang lain. Kata atau istilah
komunikasi (dari bahasa inggris “communication” ), secara etimologis atau
menurut asal katanya adalah dari bahasa latin communicatus dan perkataan ini
bersumber pada kata communis. Kata communis memiliki makna “berbagi”
atau “menjadi milik bersama” yaitu usaha yang memiliki tujuan kebersamaan
atau kesamaan makna (IR Daya, 2010: 1), sedangkan komunikasi secara
terminologis menurut Burhan Bungin (2006: 57):
“Komunikasi sebagai sebuah proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang (I) terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang (II) lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik, atau sikap, perilaku dan perasaan-perasaan sehingga seseorang (I) membuat reaksi-reaksi terhadap informasi, sikap, dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dia (I) alami.”
Berdasarkan pengertian komunikasi secara etimologis dan terminologis
dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian
dan pemaknaan informasi yang dilakukan manusia dalam rangka mencapai
kebersamaan atau kesamaan makna. Manusia sebagai makhluk sosial
memerlukan komunikasi untuk membangun interaksi dengan individu
manusia yang lainnya, hal ini diperkuat dengan pernyataan Alo Liliweri
(2011: 124) yang menyatakan bahwa:
2
“Komunikasi sangat penting bagi interaksi individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat. Bahwa komunikasi merupakan bangunan link ke dunia sekitar, berarti setiap orang seolah menayangkan diri dan pribadinya untuk mempengaruhi orang lain. Jika kita tidak memiliki komunikasi, maka dengan sendirinya kita tidak dapat membentuk dan menciptakan interaksi dengan semua orang di dalam kelompok, organisasi, dan masyarakat. Komunikasi menjembatani kita untuk mengkoordinasikan semua kebutuhan dan tujuan hidup kita dengan orang lain.”
Komunikasi yang diperlukan untuk membangun interaksi, memenuhi
kebutuhan dan tujuan hidup tersebut memiliki beragam sifat dalam prosesnya.
Sifat komunikasi dibagi menjadi 4 sifat yaitu: (1) tatap muka, (2) bermedia,
(3) verbal, baik lisan maupun tulisan, (4) non verbal, baik kial/isyarat
badaniah dan bergambar. Bentuk komunikasi dibagi menjadi 4 yaitu: (1)
komunikasi personal, (2) komunikasi kelompok, (3) komunikasi massa, dan
(4) komunikasi media (Burhan, 2006:33).
Lebih lanjut Devito (Komang Sri dan Yohanes Kartika, 2013: 1)
membagi sifat komunikasi dalam 2 jenis yaitu komunikasi secara langsung
dan tidak langsung. Komunikasi langsung merupakan suatu aktivitas
komunikasi yang dilakukan dengan saling bertatap muka tanpa menggunakan
perantara media, sedangkan komunikasi secara tidak langsung merupakan
suatu aktivitas komunikasi yang dilakukan tanpa bertatap muka dan
menggunakan perantara media seperti email, handphone, jejaring sosial, dan
yahoo messenger.
Komunikasi tidak langsung yang melibatkan perantara media tidak
terlepas dari perkembangan teknologi informasi. Perkembangan teknologi
informasi di bidang komunikasi semakin memudahkan seseorang membangun
hubungan dengan orang yang lainnya tanpa harus bertatap muka langsung,
3
salah satunya dengan memanfaatkan adanya teknologi internet. Kemajuan
teknologi komunikasi dapat membantu manusia untuk berinteraksi satu sama
lain tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu (Komang Sri dan Yohanes Kartika,
2013: 1). Komunikasi melalui teknologi informasi internet menggunakan
media disebut dengan media sosial atau layanan jejaring sosial (Social
Networking Service).
Salah satu unsur mendasar yang ada pada pada situs-situs media sosial
tersebut adalah fungsi dan layanan jejaring sosial. Layanan jejaring sosial
memberikan jasa konektivitas melalui situs, platform, dan sarana yang
berfungsi memfasilitasi pembentukan jaringan atau hubungan sosial di antara
beragam orang yang mempunyai ketertarikan, minat (interest), kegiatan, latar
belakang, maksud, kepentingan, tujuan, atau korelasi dunia nyata yang sama.
Sebuah layanan jejaring sosial biasanya terdiri atas representasi setiap
penggunanya dalam wujud profil, aktivitas, relasi sosial dan sejumlah layanan
tambahan. Layanan itu biasanya berbasis web dan penggunanya berinteraksi
melalui internet, seperti pesan instan, surat elektronik dan mengunduh foto,
gambar, atau video (Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, 2014: 22-
23).
Layanan jejaring sosial atau juga sering dikenal dengan media sosial
memiliki banyak ragam dan jenis, mulai dari aplikasi media sosial berbagi
video (terdiri dari youtube, vimeo, dailymotion), aplikasi media sosial
mikroblog (terdiri dari twitter, tumblr), aplikasi media sosial berbagi jaringan
sosial (terdiri dari facebook, google +, path), aplikasi berbagi jaringan
4
profesional (terdiri dari linkedin, scribd, slideshare), dan aplikasi berbagi foto
(pinterest, picasa, flickr, instagram) (Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia, 2014: 62-80). Berbagai situs aplikasi media sosial tersebut
memudahkan pengguna untuk berbagi ide, saran, pandangan, aktivitas,
informasi, acara, ajakan dan ketertarikan di dalam jaringan individu masing-
masing orang, tidak heran jika pengguna media sosial dari hari ke hari
semakin bertambah.
Pengguna jejaring sosial di Indonesia tidak hanya terbatas pada
kalangan orang dewasa saja. Para remaja juga telah memanfaatkan jejaring
sosial sebagai sarana komunikasi, anak-anak sekolah dasar juga telah
mengenal dan menggunakan jejaring sosial tersebut. Pernyataan tersebut
didukung oleh Aditya Panji (2014: 1) bahwa berdasarkan hasil survei yang
dilakukan oleh Lembaga PBB untuk anak-anak, UNICEF, berbagai mitra dan
Kementrian Komunikasi dan Informatika Universitas Harvard, Amerika
Serikat tentang Pemakaian Internet Remaja Indonesia pengguna internet di
Indonesia yang berasal dari kalangan anak-anak dan remaja diprediksi
mencapai 30 juta. 98% dari anak dan remaja mengaku tahu tentang internet
dan 79,5% di antaranya adalah pengguna internet.
Senada dengan pendapat Aditya, Kemenkominfo (2014: 1) juga
menyebutkan bahwa pengguna internet hingga saat ini telah mencapai 82 juta
orang, dengan capaian tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke-8 di
dunia, dari jumlah pengguna internet tersebut, 80 persen di antaranya adalah
remaja berusia 15 – 19 tahun. Paparan tersebut menunjukkan bahwa remaja
5
menjadi sebagian besar pengguna internet di Indonesia. Fenomena tersebut
dapat ditemui di kalangan remaja dimana setiap saat mereka selalu
menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial, baik itu di mall,
tempat makan, tempat bermain atau nongkrong, bahkan di sekolah.
Media sosial yang sedang populer di tengah remaja saat ini adalah
media sosial instagram. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan
Piper Jaffray (Putri Sekar, 2014: 1) menunjukkan bahwa instagram lebih
populer daripada facebook dan twitter di kalangan remaja, dalam satu tahun
aplikasi jejaring sosial instagram membuat rekor tertinggi dalam hal
pemakaian di kalangan remaja mengalahkan facebook sebesar 7%. Tahun lalu
persentase pemakaian facebook oleh remaja sekitar 34%, dan tahun ini turun
menjadi 23%, twitter juga mengalami penurunan dari 30% menjadi 27%.
Kepopuleran instagram juga diungkapkan oleh Harian Online Tempo
(2014: 1) bahwa total pengguna yang melakukan login mencapai 300 juta
perbulannya, sedangkan pengguna aktif perbulannya diklaim berjumlah 284
juta. Jumlah tersebut mengalami peningkatan signifikan, sebab pada 2013
pengguna aktif per bulannya hanya 150 juta. Kepopuleran media sosial
instagram juga terjadi di kalangan pelajar SMA di Kota Yogyakarta, bahkan
mereka membentuk komunitas tersendiri yang bernama #IggersSMAYk.
Komunitas tersebut terbentuk dari beberapa anak yang suka bermain
instagram, lalu membentuk grup dan saling bertukar foto atau aktivitas.
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan
pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital dan membagikannya ke
6
berbagai layanan jejaring sosial termasuk milik instagram sendiri (Dan, 2010:
1). Menurut (Daniel Kurniawan Salamon, 2013: 10) sistem sosial di dalam
instagram adalah dengan menjadi pengikut akun pengguna lainnya, atau
memiliki pengikut instagram, dengan demikian komunikasi antara sesama
pengguna instagram sendiri dapat terjalin dengan memberikan tanda suka dan
juga mengomentari foto-foto yang telah diunggah oleh pengguna lainnya.
Pengikut juga menjadi salah satu unsur yang penting, dimana jumlah tanda
suka dari para pengikut sangat mempengaruhi apakah foto tersebut dapat
menjadi sebuah foto yang populer atau tidak. Selain itu, instagram juga dapat
terkoneksi langsung dengan aplikasi sosial media yang lain seperti facebook
dan twitter.
Kepopuleran situs jejaring sosial harus dipergunakan secara cerdas
untuk membangun self image (citra diri) maupun interaksi yang sehat (Yudit
dan Appril, 2011: 3). Sejalan dengan pendapat tersebut, Amalia Puspita
Hardiani (2010: 3) menyebutkan bahwa jejaring sosial salah satunya facebook
dijadikan sebagai media penggambaran diri individu, melalui fasilitas yang
diberikan oleh jejaring sosial tersebut remaja bisa menyimpan atau mengubah
foto-foto pribadi, catatan pribadi, status pribadi dan yang bisa dikomentari
oleh sesama pengguna, dengan demikian remaja bisa menampilkan
keberadaan dirinya. Aktivitas tersebut dapat dijadikan tanda bahwa pengguna
ingin mengungkapkan siapa dirinya dan apa yang remaja tersebut bayangkan
terhadap dirinya. Cara seseorang memandang dirinya sendiri dalam psikologi
disebut citra diri (Maltz, 1992: 6).
7
Selanjutnya menurut penelitian yang dilakukan oleh Soraya
Mehdizadeh di Universitas New York, Toronto menunjukkan bahwa jejaring
sosial paling banyak digunakan oleh orang yang narsis dan orang yang
memiliki citra diri rendah (Tri Listyawati, 2012: 6). Pemilik akun
menggunakan jejaring sosial sebagai sarana untuk mempromosikan dirinya
kepada orang lain. Citra diri merupakan unsur penting untuk menunjukkan
siapa diri individu itu sebenarnya (Pipit Yuliani, 2013: 1). Citra diri individu
terbentuk dari perjalanan pengalaman masa lalu, keberhasilan dan kegagalan,
pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana orang lain telah menilainya
secara objektif.
Senada dengan pendapat Pipit menurut Seyed dan Farhad (2014: 136)
citra diri merupakan hasil dari pengalaman, pembelajaran, pemikiran, ilusi dan
halusinasi tentang diri dan kejadian-kejadian di dalam pikiran (khususnya
dalam kehidupan manusia). Citra diri dapat menjadi negatif dan positif. Citra
diri yang negatif akan menyebabkan kegagalan yang tetap, kacaunya
pemikiran-pemikiran, kebiasaan-kebiasaan, dan perilaku yang tidak tepat.
Citra diri yang positif akan membawa kepada kebahagiaan, kesuksesan, dan
kepuasan hidup.
Lebih lanjut Pipit Yuliani (2013: 1) menyatakan bahwa citra diri adalah
gambaran individu mengenai penampilan fisik dan perasaan yang
menyertainya baik dalam bagian-bagian tubuhnya maupun terhadap
keseluruhan tubuh berdasarkan penilaiannya sendiri. Penampilan adalah
bentuk citra diri yang terpancar dan sarana komunikasi dengan orang lain.
8
Remaja banyak yang menampilkan fisik, bagian-bagian tubuhnya, dan
kegiatan-kegiatannya dalam bentuk foto dan menampilkan perasaannya dalam
bentuk kata-kata yang tertuang dalam media sosial instagram. Perilaku remaja
tersebut didasari karena mereka ingin membentuk dan menampilkan citra
dirinya kepada orang lain. Pendapat tersebut diperkuat oleh Peg Streep
(Anonim, 2013: 1) yang menyebutkan bahwa remaja menjadikan media sosial
sebagai penumbuh citra positif mereka. Remaja akan cenderung memberikan
kesan yang baik saat di media sosial.
Foto yang ditampilkan secara langsung maupun tidak langsung akan
dibaca atau dilihat oleh pengguna yang lain. Komentar, tanggapan, maupun
pernyataan suka akan diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap status atau
foto yang ditampilkan. Tanggapan yang positif akan berdampak baik pada
remaja, sebaliknya tanggapan negatif akan berdampak tidak baik pada remaja.
Pernyataan tersebut didukung oleh Kent A (Tri Listyawati, 2012: 6)
menyebutkan bahwa pemilik akun yang secara konstan memposting gambar
dan update terhadap aktivitas, sebenarnya mencari tanggapan ataupun
komentar terhadap apapun yang mereka posting. Penelitian yang dilakukan
oleh Ilkido KOPACZ (2011: 304) yang berjudul “Say Lovely Things about Me
so I Know I am Like That”. The Role of Positive Photo Comments Posted on
Social Networking Websites in the Development of The Self Image
menunjukkan hasil bahwa komentar yang positif terhadap foto yang
ditampilkan di jejaring sosial dapat meningkatkan dan mengembangkan citra
diri dan harga diri perempuan pengguna jejaring sosial tersebut.
9
Berdasarkan pernyataan Kent A dan penelitian yang dilakukan oleh
Ilkido KOPACZ dapat disimpulkan bahwa pengguna aktif jejaring sosial
menampilkan atau memposting gambar atau foto dan update terhadap
aktivitas, tujuannya adalah mencari tanggapan atau komentar terhadap sesuatu
yang pengguna posting, apabila tanggapan tersebut positif maka akan
memberikan dampak atau pengaruh yang positif bagi citra diri dan harga
dirinya.
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan jejaring sosial dilakukan
oleh Tri Listyawati (2012: 1) untuk mengukur tingkat persentase narcisistic
personality disorder pada siswa pengguna facebook di kota Yogyakarta
menunjukkan hasil bahwa siswa di kota Yogyakarta tingkat persentase
narcisistic personality disorder-nya berada pada kategori tinggi yaitu 51,4 %.
Salah satu faktor yang menyebabkan narsistik adalah konsep diri (Pradana,
2008: 39). Konsep diri merupakan evaluasi individu mengenai diri sendiri,
penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh orang yang bersangkutan.
Citra diri merupakan bagian dari konsep diri (Hana Afradhila dan Yeniar
Indriana, 2015: 3). Salah satu aspek citra diri adalah social self yaitu
pengenalan atau tanggapan individu yang didapatkan dari teman atau
lingkungan sosialnya akan berpengaruh terhadap bagaimana individu tersebut
memandang dirinya sendiri.
Pengaruh pendapat teman atau lingkungan sosial terhadap bagaimana
individu memandang dirinya sendiri juga dialami oleh individu ketika
memasuki usia atau masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang berbeda
10
dari masa-masa perkembangan manusia lainnya. Masa remaja tidak dapat
dikatakan sebagai masa anak-anak, tetapi juga tidak dapat dikatakan sebagai
masa dewasa. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa masa remaja
merupakan masa yang penting bagi manusia sebagai pencarian dan
pembentukan identitas dirinya. Menurut Syamsu Yusuf (2011: 198) dalam
perkembangan sosial moral, remaja memasuki masa dimana muncul dorongan
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain.
Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi
psikologis atau rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari
orang lain tentang perbuatannya.
Perilaku remaja untuk memenuhi kepuasan psikologis atau rasa puas
dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tersebut
berkaitan dengan citra diri. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat
Holden (2005: 95) yang menyatakan bahwa secara alamiah, citra diri tentu
saja mencari apa yang menguntungkan bagi dirinya sendiri. Hal yang
menguntungkan tersebut adalah kepuasan adanya penerimaan dan penilaian
positif dari orang lain.
Citra diri dapat dibangun oleh remaja melaui internet atau media sosial.
Remaja sudah tidak asing lagi dalam penggunaan internet untuk bermain
media sosial, terutama remaja di daerah perkotaan. Infrastruktur jaringan
internet yang memadai serta fasilitas yang dimiliki memudahkan remaja kota
dalam mengakses internet. Hal ini didukung oleh sebuah survey (Aditya,
2014: 2) yang menyebutkan bahwa ada kesenjangan digital antara anak
11
perkotaan dan pedesaan. Di daerah perkotaan 87% anak dan remaja
menggunakan internet sedangkan di daerah pedesaan hanya 13% anak dan
remaja yang menggunakan internet.
Kemudahan akses internet juga dinikmati oleh siswa SMA N 9
Yogyakarta kelas XI. SMA N 9 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah
menengah atas yang terletak di Kota Yogyakarta dan masuk dalam wilayah
perkotaan karena dekat dengan berbagai fasilitas umum seperti rumah sakit,
perguruan tinggi, hotel, restoran atau tempat-tempat makan berkelas hingga
pusat perbelanjaan seperti Galeria dan Jogja Phone Market. Menurut Guru
Bimbingan dan Konseling SMA N 9 Yogyakarta, secara taraf ekonomi, siswa
kelas XI berada dalam taraf yang merata, tidak dapat dikatakan seluruhnya
menengah ke atas, akan tetapi secara tingkat konsumtivitas terutama konsumsi
teknologi hampir seluruh siswa SMA N 9 Yogyakarta kelas XI bersaing untuk
memiliki teknologi yang canggih seperti handphone android, tablet, ataupun
laptop. Konsumtivitas tersebut berdampak pada budaya hedonisme siswa.
Penggunaan handphone android yang tinggi di kalangan siswa SMA N
9 Yogyakarta Kelas XI membuat siswa juga tidak terlepas dari pengaruh
media sosial. Berdasarkan observasi yang dilakukan tanggal 11 Mei 2015,
media sosial yang saat ini tengah populer di kalangan siswa SMA N 9
Yogyakarta adalah media sosial instagram. Wawancara singkat yang
dilakukan terhadap beberapa siswa diketahui bahwa media sosial instagram
memungkinkan siswa untuk mengenal dan mengetahui teman-teman dekatnya,
bahkan siswa SMA N 9 Yogyakarta membentuk koneksi (saling follow),
12
selain itu siswa juga dapat berperilaku narsis dengan cara memperbaharui atau
memposting foto-foto baik foto sendiri, foto ketika jalan-jalan, kegiatan yang
tengah dilakukan, foto barang-barang yang dimiliki berupa aksesoris, pakaian,
gadget, dan lain sebagainya.
Siswa mengatakan apabila foto yang mereka posting tersebut mendapat
tanggapan atau komentar yang positif, perasaan mereka menjadi senang dan
merasa diperhatikan oleh pengguna lainnya sehingga siswa merasa percaya
diri berhubungan dengan teman-teman yang lain karena siswa menganggap
apabila sudah aktif di instagram berarti siswa tidak ketinggalan jaman dan
selalu update. Penggunaan instagram bagi siswa tidak hanya terpusat pada
individu penggunanya tetapi juga pada sosok atau tokoh yang populer, melalui
instagram para siswa merekomendasikan teman-temannya untuk mengikuti
ajang Pelajar Jogja Cantik dan Pelajar Jogja Ganteng pada sebuah komunitas
instagram pelajar Kota Yogyakarta.
Fasilitas Wi-Fi yang diberikan sekolah secara terbuka dan dapat diakses
kapan saja serta penggunaan smarthphone yang tinggi menjadikan siswa
selalu bermain media sosial terutama instagram yang sedang populer tanpa
menyaring hal-hal yang baik dan buruk sebagai akibatnya. Pengetahuan
tentang penggunaan media sosial yang baik untuk membangun citra diri bagi
siswa sangat perlu untuk diketahui. Seperti yang diungkapkan oleh Keke
Mahardika (2015: 2) bahwa penggunaan media sosial instagram tentu
membawa kemudahan bagi siswa untuk membangun komunikasi dan
menampilkan dirinya kepada orang lain, akan tetapi instagram juga membawa
13
dampak negatif seperti krisis percaya diri, persaingan kehidupan mewah, dan
tidak mau menatap realita dan kenyataan.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk
mengetahui citra diri siswa SMA N 9 Yogyakarta kelas XI ditinjau dari
intensitas penggunaan media sosial instagram. Ketertarikan tersebut juga
didasari bahwa belum terdapat penelitian yang mengungkan citra diri ditinjau
dari intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram. Penelitian ini juga
berusaha untuk mengetahui bagaimana citra diri siswa apakah tergolong
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah atau sangat rendah dan seberapa besar
intensitas penggunaan media sosial instagram di kalangan siswa, serta
bagaimana hubungan antara intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram dengan citra diri. Citra diri merupakan komponen dari bimbingan
dan konseling pribadi. Siswa diharapkan memiliki citra diri yang positif
sehingga kepribadian, kesehatan mental, dan komunikasi interpersonal dapat
terbentuk secara optimal. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat
menambah khasanah keilmuan bagi dunia Bimbingan dan Konseling, yang
nantinya dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan Konseling atau konselor
di SMA N 9 Yogyakarta untuk menentukan jenis layanan yang tepat kepada
remaja atau siswa yang menggunakan media sosial instagram sebagai tempat
untuk menampilkan atau membentuk citra diri.
14
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dari
penelitian ini adalah:
1. Siswa memiliki tingkat konsumtivitas yang tinggi dalam hal penggunaan
teknologi canggih seperti smarthphone. Tingkat konsumtivitas yang tinggi
berdampak pada budaya konsumerisme dan hedonisme siswa.
2. Siswa berperilaku narsis di media jejaring sosial instagram dengan
menampilkan foto pribadi, foto jalan-jalan, foto kegiatan atau acara,
hingga foto barang pribadi seperti gadget, aksesoris, dan sebagainya.
3. Belum diketahui citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan media sosial
instagram pada siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta.
C. Batasan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, batasan masalah
dalam penelitian ini adalah belum diketahui citra diri ditinjau dari intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram pada siswa Kelas XI SMA N 9
Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, rumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana citra diri siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta?
15
2. Bagaimana intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram siswa
kelas XI SMA N 9 Yogyakarta?
3. Bagaimana hubungan antara intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram dengan citra diri pada siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui profil citra diri siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta.
2. Mengetahui profil intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram
pada siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta.
3. Mengetahui hubungan antara intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram dengan citra diri pada siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat penelitian secara teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu di
bidang BK yang berkaitan dengan perkembangan individu remaja SMA.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah informasi, wawasan bagi
peneliti, guru BK dan pembaca tentang citra diri ditinjau dari intensitas
penggunaan media sosial instagram.
16
2. Manfaat penelitian secara praktis:
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh remaja siswa SMA N 9
Yogyakarta sebagai bahan informasi dan evaluasi diri.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan
Konseling SMA N 9 Yogyakarta dalam memberikan layanan yang tepat
bagi siswa untuk mengembangkan citra diri dan untuk memberikan
pengarahan bagaimana penggunaan media sosial yang benar.
G. Batasan Istilah
1. Citra diri adalah konsepsi atau penilaian seseorang mengenai orang
macam apakah dirinya. Citra diri merupakan bagian dari konsep diri
yang berkaitan dengan penerimaan terhadap dirinya baik secara fisik,
psikologis, ataupun sosial. Citra diri terbentuk karena pengalaman
masa lalu, lingkungan, baik keluarga, masyarakat atau pergaulan.
2. Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan
pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital dan
membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial termasuk milik
instagram sendiri.
3. Intensitas penggunaan media sosial instagram adalah kekuatan suatu
tingkah laku atau pengalaman dalam menggunakan media sosial
instagram.
17
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Tentang Citra Diri
1. Pengertian Citra Diri
Citra diri adalah konsepsi kita sendiri mengenai orang macam
apakah diri kita. Citra diri merupakan produk dari pengalaman masa lalu,
beserta sukses dan kegagalannya, penghinaan, dan kemenangannya serta
cara orang lain bereaksi terhadap diri kita, terutama dalam masa kecil kita
(Maltz, 1992: 3). Lebih lanjut Maltz menjelaskan bahwa semua tindakan
dan emosi manusia konsisten dengan citra dirinya. Manusia akan
bertindak sesuai dengan macam pribadi yang menurut pikirannya sendiri.
Citra diri adalah batu fondasi untuk seluruh kepribadian (Maltz, 1992: 6).
Citra diri menurut Maltz adalah konsepsi seseorang mengenai
dirinya sendiri. Senada dengan pendapat Maltz tersebut, Heri Wibowo
(2007: 82) menyatakan bahwa citra diri adalah pandangan seseorang
tentang dirinya sendiri atau bagaimana seseorang menggambarkan dirinya
sendiri. Citra diri itulah yang membedakan seorang manusia dengan
manusia yang lain, yaitu bagaimana ia memandang dirinya sendiri.
Pandangan tersebut bervariasi antara satu orang dengan orang yang
lainnya, ada orang yang berpandangan sangat baik, optimis, dan positif
terhadap dirinya, namun ada juga yang menganggap dirinya rendah dan
tidak berguna.
18
Schiffman & Kanuk (dalam Hana Afradhila dan Yeniar Indriana,
2015:3) menyatakan bahwa melalui interaksi yang dilakukan dengan
orang lain, individu mampu mengembangkan citra dirinya. Citra diri
merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan penerimaan
terhadap dirinya baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Citra diri
dapat diwujudkan dalam perilaku yang diasosiasikan dengan nilai yang
berlaku dalam masyarakat.
Citra diri berarti penggambaran tentang kondisi diri yang
merupakan hasil akumulasi gambaran yang manusia ciptakan dan telah
terpatri dalam otak bawah sadarnya. Menurut Endra K. Prihadhi
(2009:49) citra diri erat kaitannya dengan self-esteem atau seberapa tinggi
seorang manusia menghargai, menilai, dan menghormati dirinya sendiri.
Manusia semakin menghargai dirinya sendiri maka itu berarti manusia
tersebut memiliki citra diri yang positif, begitu juga sebaliknya, jika
manusia kurang menghargai dirinya sendiri apa adanya, berarti manusia
tersebut termasuk orang yang memiliki citra diri buruk.
Citra diri yang buruk biasanya terbentuk dari lingkungan mulai
dari keluarga, pergaulan, dan masyarakat (Endra K. Prihadhi, 2009: 50)..
Kata-kata, label, komentar, ataupun stereotype negatif yang dilekatkan
pada diri manusia, akan memberikan pengaruh kepada manusia tersebut
yaitu menjadi tidak percaya diri. Selain itu juga citra diri yang buruk
disebabkan terjadinya perbedaan antara citra diri ideal dengan citra diri
realitas. Pelajar yang memiliki citra ideal sebagai orang yang memiliki
19
nilai A pada pelajaran Matematika, sedangkan secara realitas atau
kenyataan hanya mendapatkan nilai D, jika tidak disikapi dengan benar
perbedaan nilai antara yang diharap dengan yang terjadi akan membuat
pelajar tersebut menjadi minder atau tidak percaya diri sendiri, dan yang
lebih parah jika orang sekitarnya memberikan komentar negatif atas fakta
tersebut, komplit sudah penderitaannya. Berdasarkan pendapat Endra
tersebut dapat dikatakan bahwa salah satu tanda citra diri yang buruk
adalah selalu tidak percaya diri atau minder jika dihadapkan pada suatu
keadaan yang membuat dirinya melangkah maju.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa citra diri adalah konsepsi atau gambaran manusia mengenai orang
macam apakah dirinya. Citra diri merupakan bagian dari konsep diri yang
berkaitan dengan penerimaan terhadap dirinya baik secara fisik,
psikologis, ataupun sosial. Citra diri terbentuk karena pengalaman masa
lalu, lingkungan, baik keluarga, masyarakat atau pergaulan.
2. Perbedaan Konsep Diri dengan Citra Diri
Para ahli psikologi membedakan konsep diri dengan citra diri.
Konsep diri merupakan jawaban atas pertanyaan, “siapakah saya?”.
Konsep diri itu sendiri dibangun atas tiga hal (Hery Wibowo, 2007: 82-84)
yaitu:
20
a. Self schema
Self schema merupakan pandangan seseorang terhadap dirinya
sendiri. Misalnya: saya adalah seorang yang tinggi, kurus, hitam, dan
pencemburu.
b. Self references
Self references merupakan pandangan seseorang mengenai
dirinya sendiri yang sudah dipengaruhi atau didasarkan pada
pandangan orang lain terhadap dirinya. Misalnya, sejak kecil seorang
remaja sudah terbiasa mendapat pujian sebagai anak yang rajin dan
pintar, maka seiring berjalannya waktu, remaja tersebut semakin
percaya bahwa dirinya adalah seorang yang rajin dan pintar, atau
sebaliknya, ada seorang remaja yang selalu dianggap tidak bisa
diandalkan oleh orang tuanya, maka lambat laun remaja tersebut
percaya bahwa dirinya tidak berguna dan tidak bisa diandalkan.
c. Possible self
Possible self merupakan pandangan ideal mengenai diri atau
gambaran diri yang seseorang inginkan. Misalnya pemikiran seperti:
saat promosi nanti sudah sepantasnya sayalah yang naik jabatan
menggantikan manajer keuangan yang lama karena prestasi kerja saya
yang sangat baik.
Komponen self schema, self references, dan possible self apabila
digabung dengan bagaimana penghargaan seseorang terhadap dirinya
sendiri, maka akan membentuk citra diri (Heri Wibowo, 2007: 84).
21
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa citra diri merupakan
bagian dari konsep diri ditambah dengan harga diri.
3. Jalinan Citra Diri
Citra diri terbentuk dari penilaian yang dibuat oleh kita sendiri
maupun oleh orang lain (Holden, 2005: 91). Citra diri merupakan diri yang
dipelajari. Citra diri terbentuk dari informasi, pengalaman, umpan balik,
dan kesimpulan yang seseorang buat. Berikut ini adalah hubungan citra
diri seseorang dan persepsi, kepercayaan, kejiwaan, cara berkomunikasi
dan perilaku:
Gambar 1. Jalinan Citra Diri
Menurut Holden (2005: 91-95) citra diri memiliki jalinan yang
berupa hubungan atau pengaruh satu sama lain terhadap persepsi,
keyakinan, isi pikiran, komunikasi, perilaku dan keputusan. Penjelasan
lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
22
a. Jalinan citra diri dan persepsi
Citra diri merupakan lensa yang dapat digunakan untuk
memandang dunia, apabila seseorang tidak bisa melihat dirinya
sebagai orang yang sukses maka seseorang tersebut akan membisikkan
kepada dirinya sendiri bahwa dirinya harus berhenti mencoba
sebaliknya jika seseorang bisa melihat dirinya berbakat dalam sesuatu
maka seseorang tersebut mungkin menemukan kekuatan batin dan
pertolongan dari luar. Menurut Holden (2005: 92) pada dasarnya
persepsi merupakan proyeksi dan dunia merupakan cerminnya.
b. Jalinan citra diri dan keyakinan
Keyakinan diri sesungguhnya merupakan pandangan pribadi
seseorang tentang apa yang mungkin dan apa yang tidak, ketika
seseorang mengubah keyakinan diri atau pandangan pribadinya maka
akan banyak kemungkinan atau peluang yang muncul.
c. Jalinan citra diri dan isi pikiran
Orang yang memandang dirinya sangat efektif bertindak,
berpikir, dan merasa dengan cara yang berbeda dari orang yang
memandang dirinya tidak efektif. Orang tersebut menciptakan masa
depannya sendiri bukan hanya meramalkannya (Bandura dalam
Holden, 2005: 94).
d. Jalinan citra diri dan komunikasi
Citra diri sangat mempengaruhi cara seseorang berhubungan
dan berkomunikasi dengan orang lain. Hubungan seseorang dengan
23
orang lain pada dasarnya merupakan perpanjangan dari hubungan
seseorang dengan dirinya sendiri. Penerimaan diri yang buruk bisa
menjadi penyebab tingkat kemandirian yang tidak sehat, kompetisi,
rasa iri, pengekangan diri, terlalu berusaha menyenangkan hati orang
lain, dan penyiksaan diri, sebaliknya penerimaan diri yang positif bisa
membantu mengembangkan keakraban yang lebih baik, keramahan
dan kesuksesan secara menyeluruh.
e. Jalinan citra diri dan perilaku
Peran yang diambil seseorang dalam hubungannya dengan
orang lain sangat dipengaruhi oleh cara pandangnya terhadap dirinya
sendiri. Citra diri merupakan penasihat internal yang membimbing
seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan. Citra diri
menimbang setiap situasi dan menyarankan seseorang mengambil
suatu tindakan atau tidak bertindak. Secara alamiah, citra diri tentu saja
mencari apa yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, dengan kata
lain seseorang tidak selalu bertindak atau berperilaku dalam cara yang
benar-benar autentik karena citra diri mencoba melindungi dirinya
sendiri.
Berdasarkan pendapat Holden tersebut dapat disimpulkan bahwa
ada jalinan atau hubungan citra diri dengan persepsi, keyakinan, isi
pikiran, komunikasi dan perilaku seseorang bahwa citra diri dapat
dipengaruhi oleh persepsi, keyakinan, isi pikiran, komunikasi dan perilaku
24
atau juga sebaliknya bahwa persepsi, keyakinan, isi pikiran, komunikasi,
dan perilaku seseorang dapat mempengaruhi citra dirinya.
4. Aspek Citra Diri
Menurut Rogers (dalam Norma Lulusiana, 2008:9) mengatakan
bahwa pengaruh dan penilaian lingkungan sangat besar pengaruhnya
terhadap terbentuknya citra diri, tetapi prosesnya sama sekali tidak pasif.
Menurut Rogers, setiap manusia secara sadar atau tidak sadar akan terus
menerus menyaring dan memilih hal mana yang dianggapnya penting dan
bermakna untuk diinternalisasikan dan hal mana yang diabaikan karena
dianggap tidak bermakna bagi dirinya.
James (dalam Norma Lulusiana, 2008:10) mengatakan dasar
komponen citra diri ada tiga, yaitu:
a. Material self. Terdiri dari material possesion, dimana tubuh menjadi
bagian terpenting dalam diri individu sedangkan pakaian menjadi
nomor dua.
b. Social self. Bagaimana pengenalan atau tanggapan yang didapatkan
individu dari teman atau orang lain.
c. Spiritual self. Lebih mengarah kepada bagian terdalam dari diri
individu sebagai subjek, dimana kemampuan-kemampuan serta
kecakapan-kecakapan psikologis merupakan bagian yang paling
menentukan dari diri individu.
Selanjutnya menurut Jersild (dalam Fristy, 2012:5) terdapat tiga
komponen citra diri, yaitu:
25
a. Perceptual Component
Komponen ini merupakan image yang dimiliki seseorang
mengenai penampilan dirinya, terutama tubuh dan ekspresi yang
diberikan pada orang lain. Tercakup di dalamnya adalah attractiviness,
appropriatiness yang berhubungan dengan daya tarik seseorang bagi
orang lain. Hal ini dapat dicontohkan oleh seseorang yang memiliki
wajah cantik atau tampan, sehingga seseorang tersebut disukai oleh
orang lain. Komponen ini disebut sebagai Physical Self Image.
b. Conseptual Component
Merupakan konsepsi seseorang mengenai karakteristik dirinya,
misalnya kemampuan, kekurangan dan keterbatasan dirinya.
Komponen ini disebut sebagai Psychological Self Image.
c. Attitudional Component
Merupakan pikiran dan perasaan seseorang mengenai dirinya,
status dan pandangan terhadap orang lain. Komponen ini disebut
sebagai Social Self Image.
Senada dengan pendapat Jersield tersebut, Brown (dalam Amalia
Puspita Hardiani, 2010:38) mengungkapkan bahwa ada tiga aspek dalam
pengetahuan diri sendiri berkaitan dengan proses mencapai kesimpulan
akan adanya citra diri. Tiga aspek tersebut adalah:
a. Dunia fisik (physical word)
Realitas fisik dapat memberikan suatu arti yang mana kita
dapat belajar mengenai diri kita sendiri. Sumber pengetahuan dari
26
dunia fisikal memberikan pengetahuan kepada diri sendiri, akan tetapi
pengetahuan dari dunia fisik terbatas pada atribut yang bisa diukur
dengan yang mudah terlihat dan bersifat subjektif dan kurang
bermakna jika tidak dibangingkan dengan individu yang lainnya.
b. Dunia sosial (social word)
Sumber masukan untuk mencapai pemahaman akan citra diri
adalah masukan dari lingkungan sosial individu. Proses pencapaian
pemahaman diri melalui lingkungan sosial tersebut ada dua macam,
yaitu:
(1) Perbandingan sosial (social comparison)
Serupa dengan dunia fisik, dunia sosial juga membantu
memberi gambaran diri melalui perbandingan dengan orang lain.
Pada umumnya individu memang cenderung membandingkan
dengan individu lain yang dianggap sama dengannya untuk
memperoleh gambaran yang menurut mereka adil, akan tetapi tidak
jarang individu membandingkan dirinya dengan individu yang
lebih baik (disebut upward comparison) atau yang lebih buruk
(downward comparison) sesuai dengan tujuan mereka masing-
masing.
(2) Penilaian yang tercerminkan (reflected apraisal)
Pengetahuan akan diri individu tercapai dengan cara melihat
tanggapan orang lain terhadap perilaku individu. Misalnya jika
individu melontarkan gurauan dan individu lain tertawa, hal
27
tersebut dapat menjadi sumber untuk mengetahui bahwa individu
tersebut lucu.
c. Dunia dalam (inner/pshycologycal word)
Sumber penilaian dari dalam diri individu, ada tiga hal yang
dapat mempengaruhi pencapaian pemahaman akan citra diri individu,
yaitu:
(1) Instropeksi (instropection)
Instropeksi dilakukan agar individu melihat kepada dirinya
untuk mencapai hal-hal yang menunjang pada dirinya. Misalnya
seseorang yang merasa dirinya pandai, bila berintropeksi akan
melihat berbagai kejadian dalam hidupnya, misalnya bagaimana
dirinya menyelesaikan masalah, menjawab pertanyaan, dan
sebagainya.
(2) Proses mempersepsi diri (self perception process)
Proses ini memiliki kesamaan dengan intropeksi, namun
bedanya adalah bahwa proses mempersepsi diri dilakukan dengan
melihat kembali dan menyimpulkan seperti apa dirinya setelah
mengingat-ingat ada tidaknya atribut yang dicarinya di dalam
kejadian-kejadian di hidupnya sedangkan introspeksi dilakukan
sebaliknya.
(3) Atribusi kausal (causal attributions)
Cara ini dilakukan dengan mencari tahu alasan dibalik
perilaku. Atribusi kausal adalah dimana individu menjawab
28
pertanyaan mengapa dalam melakukan berbagai hal dalam
hidupnya. Atribusi kausal ini juga dapat dilakukan kepada perilaku
orang lain yang berhubungan dengan individu, dengan mengetahui
alasan orang lain melakukan suatu perbuatan yang berhubungan
dengan individu, sehingga individu tahu bagaimana gambaran diri
sebenarnya. Atribusi yang dibuat mempengaruhi pandangan
individu terhadap dirinya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa aspek dari citra diri ada tiga, yaitu fisik, psikis, dan sosial. Aspek
fisik adalah penilaian individu terhadap penampilan dirinya, seperti bentuk
tubuh, pakaian atau benda yang melekat pada dirinya. Aspek psikis adalah
penilaian dari dalam diri individu terhadap karakteristiknya seperti
kemampuan, kecakapan, kekurangan dan keterbatasan dirinya. Aspek
sosial adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang didapatkan
dari teman atau orang lain, penilaian tersebut berupa pikiran dan perasaan
seseorang mengenai dirinya, status dan pandangan terhadap orang lain.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Citra Diri
Andi Mappiare (dalam Norma Lulusiana, 2008:10)
mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi citra diri, yaitu:
a. Penampakan menyeluruh; keadaan fisik dan psikis mempengaruhi
pembentukan citra diri seseorang. Keadaan yang demikian seringkali
dibandingkan dengan keadaan teman-teman sebaya sehingga dapat
menimbulkan rasa rendah diri.
29
b. Nama atau panggilan; hal ini besar pengaruhnya terhadap rasa percaya
diri. Para remaja tidak senang terhadap nama yang dapat menjadikan
mereka malu, sehingga banyak di antara remaja mengganti nama atau
panggilan diri yang sering diselaraskan dengan norma kelompoknya.
c. Pakaian dan perhiasan adalah standar lain bagi remaja. Keadaan
pakaian yang menurut remaja tidak memuaskan seringkali membuat
remaja menghindar atau disingkirkan dari kelompoknya.
d. Teman-teman sebaya dalam kelompok sangat berpengaruh terhadap
citra diri. Penerimaan kelompok terhadap diri remaja, rasa ikut serta
dalam kelompok dapat memperkuat citra diri remaja.
e. Keadaan keluarga; merupakan salah satu hal yang sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan citra diri dan rasa percaya diri
remaja. Keadaan keluarga yang berkecukupan akan membentuk citra
diri yang positif pada remaja.
f. Situasi rumah tangga; rumah tangga yang harmonis ikut membantu
dalam perkembangan citra diri remaja.
g. Sikap mendidik orang tua; cara mendidik anak juga berpengaruh
sangat besar terhadap perkembangan citra diri remaja, apabila seorang
anak sering diperlakukan kasar, secara tidak langsung anak tersebut
akan tidak percaya diri dan citra dirinya rendah.
h. Pergaulan; merupakan salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan citra diri dan rasa percaya diri remaja. Remaja
30
dalam hal ini sangat membutuhkan pergaulan terutama denga teman-
teman sebaya.
i. Perkembangan sosial; pandangan remaja terhadap masyarakat dan
kehidupan bersama dalam masyarakat banyak dipengaruhi oleh kuat
atau tidaknya citra diri remaja.
Faktor yang mempengaruhi citra diri menurut Mappiare adalah
keadaan fisik dan psikis, nama panggilan, pakaian dan perhiasan, teman-
teman, lingkungan keluarga, situasi rumah tangga, sikap mendidik,
pergaulan, dan perkembangan sosial. Selanjutnya proses mencari tahu
bagaimana citra diri individu menentukan citra diri individu tersebut
negatif atau positif, jika prosesnya ternyata positif, terdapat faktor yang
mendorongnya untuk tetap seperti itu. Brown (dalam Amalia Puspita
Hardiani, 2010) mengungkapkan faktor-faktor tersebut adalah:
a. Faktor perilaku
(1) Perhatian selektif terhadap masukan yang mendukung citra diri
individu. Individu cenderung memilah-milah masukan mana yang
ingin diperhatikannya.
(2) Melumpuhkan diri sendiri
Individu memunculkan sendiri perilaku tertentu yang
mengeluarkan kekurangannya.
(3) Pemilihan tugas yang memperlihatkan usaha positif. Individu
cenderung lebih melihat masukan yang bersifat menunjukkan
31
kelebihan mereka, daripada kemampuan mereka sebenarnya
(kemampuan yang kurang baik).
(4) Bukti yang memperjelas perilaku mencari info strategis
Individu cenderung menghindari situasi dimana kekurangannya
dapat terlihat dan individu cenderung mencari masukan untuk hal
yang mudah diperbaiki dari hasil kemampuan mereka.
b. Faktor sosial
(1) Interaksi selektif
Interaksi selektif disini berarti individu bisa memilih dengan siapa
dia bergaul.
(2) Perbandingan sosial yang bias
Individu cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain
yang menurutnya lebih rendah kemampuannya daripada dirinya.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi citra diri adalah keadaan fisik dan
psikis, perilaku individu dalam berpakaian atau memilih perhiasan,
lingkungan sosial berupa teman dan keluarga, pergaulan, sikap mendidik
orang tua, serta kondisi dan situasi di rumah.
B. Kajian Tentang Media Jejaring Sosial Instagram
1. Pengertian Media Jejaring Sosial Instagram
Menurut Dan (2010:1) instagram adalah sebuah aplikasi berbagi
foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter
digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial seperti
32
facebook dan twitter, termasuk milik instagram sendiri. Ciri khas dari
instagram adalah hasil fotonya yang berupa persegi, mirip dengan produk
kodak instamatic dan gambar-gambar yang dihasilkan oleh foto Polaroid,
berbeda dengan kamera modern yang biasanya memiliki bentuk persegi
panjang atau dengan rasio perbandingan bentuk 6:19.
Instagram yang merupakan aplikasi berbagi foto masuk ke dalam
jenis media sosial berbagi foto. Hal tersebut senada dengan pendapat
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2014: 84) yang
menyebutkan bahwa aplikasi instagram adalah media atau jaringan sosial
berbagi foto dan video seperti program-program lainnya, hanya saja yang
paling membedakan adalah tampilan foto instagram memiliki ciri khas
dengan “bingkai” persegi.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
instagram adalah sebuah media sosial berbentuk aplikasi berbagi foto yang
memungkinkan penggunanya untuk mengambil foto, menerapkan filter
digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial lainnya
seperti facebook dan twitter. Instagram memiliki ciri khas yakni foto yang
ditampilkan berbentuk persegi.
2. Sejarah Media Jejaring Sosial Instagram
Instagram diciptakan oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger dan
diluncurkan pada Oktober 2010. Nama instagram menurut Kevin dan
Mike merupakan gabungan dari “instant camera” dan “telegram”
(Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2010:84). Asal mula nama
33
instagram tersebut juga diungkapkan oleh situs instagram sendiri
(https://instagram.com/about/us/) yang menyatakan bahwa Instagram
berasal dari pengertian dan keseluruhan fungsi aplikasinya, kata “insta”
berasal dari kata “instan”, seperti kamera polaroid yang pada masanya
lebih dikenal dengan sebutan “foto instan”. Instagram juga dapat
menampilkan foto-foto secara instan, seperti polaroid di dalam
tampilannya, sedangkan kata “gram” berasal dari kata “telegram” yang
cara kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan
cepat.
Berdasarkan asal mula nama instagram tersebut dapat
disimpulkan bahwa media sosial ini berharap dapat melayani penggunanya
untuk mengunggah foto dengan menggunakan jaringan internet secara
cepat. Media sosial instagram dalam beberapa bulan peluncuran sudah
mampu meraih 1 juta pengguna pada Desember 2010. Jumlah ini
meningkat terus hingga mencapai 5 juta pengguna pada Juni, kemudian
mencapai 10 Juta pada September 2011, hingga pada akhir 2014 pengguna
instagram sudah mencapai 300 Juta (Harian Online Tempo, 2014).
3. Fitur-fitur Media Jejaring Sosial Instagram
Instagram memiliki fitur untuk memudahkan penggunanya
Menurut e-journal UAJY (2014: 34-35) media sosial instagram memiliki
fitur-fitur sebagai berikut:
34
a. Square cropping
Square cropping merupakan fitur instagram untuk memotong
foto berbentuk kotak persegi dengan rasio 4:4. Foto yang diunggah pun
haruslah berbentuk kotak persegi sehingga terlihat seperti hasil kamera
Kodak Instamatic atau Polaroid.
b. Gallery
Gallery merupakan ruang untuk memasang foto di dalam situs
instagram, para pengguna dapat mengunggah foto dan memasang foto
diri. Selain foto, pengguna juga dapat menunggah video.
c. Like
Pengguna instagram dapat memberi apresiasi terhadap foto
yang diunggah dengan tombol “like” berbentuk hati.
d. Comment
Fitur comment digunakan untuk memberikan komentar foto
yang diunggah dan mendapatkan feedback dari pemilik akun.
e. Home
Home merupakan halaman utama saat membuka aplikasi
instagram, berupa rangkaian berita mengenai foto-foto terbaru yang
baru saja diunggah oleh akun-akun yang diikuti oleh pengguna.
f. Direct
Fitur direct memungkinkan pengguna untuk mengunggah foto
secara pribadi ke akun yang diinginkan, dengan fitur ini foto atau video
35
yang diunggah hanya bisa dilihat oleh akun yang dipilih oleh
pengguna.
g. News bar
News bar merupakan fitur yang memberitahu pengguna
mengenai aktivitas terbaru yang ada di fotonya dan foto yang
dikomentari oleh pengguna (komentar, like, follower baru, mention,
dan sebagainya).
h. Explore
Fitur explore merupakan bar berisi kumpulan foto populer
yang banyak mendapat like di instagram.
i. Search
Search merupakan fitur instagram untuk pencarian akun
pengguna instagram.
Selanjutnya menurut Akron Summit County Public Library
(2013:3) instagram memiliki fitur-fitur sebagai berikut:
a. Tagging
Fitur tagging merupakan fitur pelabelan yang dimiliki
instagram untuk memberi nama kepada orang-orang yang ada dalam
foto, fitur ini mirip dengan fitur tagging yang ada dalam facebook.
b. Followers
Fitur followers atau dalam bahasa Indonesianya disebut fitur
pengikut merupakan salah satu unsur penting dalam instagram.
Definisi dari followers instagram adalah pengguna yang mengikuti
36
kegiatan atau hasil unggahan dari pengguna yang mengunggah foto
pada instagram.
c. Comment
Comment adalah fitur yang digunakan agar pengguna dapat
memberikan komentar pada foto atau menerima timbal balik dari
pengguna yang lain.
d. To Like
Fitur to like biasanya memiliki simbol “thumbs up” atau
jempol ke atas merupakan sebuah tanda bahwa pengguna menyukai
dan menyetujui foto yang pengguna lain posting.
e. Notification
Fitur notification merupakan sebuah fitur yang menandai
bahwa seseorang atau pengguna instagram telah atau ingin berinteraksi
dengan pengguna instagram yang lain.
f. Profil Page
Profil page atau dalam bahasa Indonesia merupakan halaman
profil merupakan fitur pada instagram yang berisikan koleksi-koleksi
foto, tampilan jumlah pengikut, jumlah posting dan jumlah akun
pengguna instagram yang diikuti.
g. Navigation Bar
Navigation bar merupakan fitur instagram yang digunakan
untuk mencari akun pengguna instagram, foto yang populer dan lain
sebagainya.
37
h. Privacy Setting
Fitur privacy setting merupakan sebuah fitur untuk
memberikan kenyamanan privasi bagi pengguna, seperti foto yang
hanya bisa dilihat oleh pengguna-pengguna yang telah disetujui
menjadi follower.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
instagram memiliki berbagai fitur-fitur seperti squre cropping, gallery,
like, direct, news bar, search atau navigation bar, privacy setting, explore,
tagging, follower, comment dan profil page.
4. Dampak Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
Media sosial atau jejaring sosial saat ini menjadi fenomenal,
melalui media sosial setiap orang mudah untuk memperluas jaringan
pertemanan dan memperoleh informasi dari manapun. Menurut Yanica
(2014: 73) media sosial dapat memberikan pengaruh positif apabila
diperkenalkan kepada anak-anak dan remaja secara benar, bahkan media
sosial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keterampilan kecepatan
mengetik. Instagram merupakan salah satu media sosial yang juga dapat
memberikan dampak positif dan negatif. Menurut (Daniel Kurniawan
Salamon, 2013: 5-14) Salah satu dampak positif dari instagram adalah
mediator komunikasi lintas budaya melalui gambar atau foto, media untuk
bereksistensi di lingkungan sosial, dan menambah banyak teman atau
jaringan sosial.
38
Instagram merupakan bagian dari media sosial atau jejaring sosial,
berikut adalah dampak positif dan negatif dari jejaring sosial. Menurut
Rendi Lesmana (Yanica, 2014: 74-75) dampak positif dari jejaring sosial
adalah:
a. Tempat promosi
Jejaring sosial dapat dijadikan sebagai tempat promosi terbaik
untuk produk atau jasa. Media sosial instagram juga digunakan sebagai
tempat promosi, biasanya pengguna instagram beriklan dengan cara
meng-endorse para artis yang memiliki instagram dengan pengikut
banyak.
b. Tempat untuk memperluas pertemanan
Banyak pengguna jejaring sosial yang bisa dijumpai sehingga
bukanlah hal yang sulit untuk mendapatkan banyak teman untuk
memenuhi kebutuhan afiliasi dengan menggunakan media jejaring
sosial.
c. Sebagai media komunikasi
Jejaring sosial tentunya bisa digunakan sebagai media
komunikasi yang sangat bagus untuk mengungkapkan diri dan
berkomunikasi dengan orang dalam negeri maupun luar negeri untuk
memperkenalkan diri kepada dunia.
d. Tempat untuk berbagi
Jejaring sosial digunakan untuk sharing dan mengungkapkan
diri seluas-luasnya. Jejaring sosial menjadi salah satu tempat terbaik
39
untuk berbagi baik melalui foto, informasi, dan lain sebagainya karena
hal-hal yang pengguna bagikan dapat langsung dilihat oleh teman-
teman yang ada di jejaring sosial.
e. Tempat mencari informasi
Media sosial dapat digunakan sebagai tempat untuk mencari
berbagai informasi. Media sosial instagram biasanya digunakan
pengguna untuk mencari informasi tentang barang dan jasa, tempat-
tempat wisata, kuliner, hingga informasi terbaru para artis.
Efek positif dari media jejaring sosial bagi remaja juga
diungkapkan oleh ICT Watch dalam buku internet sehat (David
Mahendra, 2014: 15-16) yaitu:
a. Remaja dapat belajar mengembangkan keterampilan teknis dan sosial
yang sangat dibutuhkan di era digital seperti sekarang ini. Remaja
belajar bagaimana beradaptasi, bersosialisasi dengan publik dan
mengelola jaringan pertemanan.
b. Remaja dapat memperluas jaringan pertemanan. Remaja lebih mudah
berteman dengan orang lain di seluruh dunia, meski sebagian besar
diantaranya tidak pernah remaja temui secara langsung.
c. Remaja akan termotivasi untuk mengembangkan diri melalui teman-
teman yang mereka temui secara online, karena remaja disini
berinteraksi dan menerima umpan balik satu sama lain.
d. Media jejaring sosial membuat remaja menjadi lebih bersahabat,
perhatian, dan empati. Misalnya memberikan perhatian saat ada teman
40
yang berulang tahun, mengomentari dan memberikan tanda suka pada
foto atau video yang teman-temannya unggah, dan menjaga hubungan
persahabatan meski tidak dapat bertemu secara fisik.
Media jejaring sosial instagram selain membawa dampak positif
juga dapat membawa dampak negatif, seperti yang dikemukakan oleh
Keke Mahardika (2015:2) bahwa instagram membawa dampak negatif
seperti krisis percaya diri, persaingan kehidupan mewah, dan tidak mau
menatap realita dan kenyataan. Lebih lanjut Rendi Lesmana (Yanica,
2014: 81-82) menyebutkan bahwa dampak negatif dari media jejaring
sosial adalah sebagai berikut:
a. Membuat remaja atau pelajar menjadi malas belajar
Media jejaring sosial dapat membuat seseorang kecanduan,
termasuk pelajar. Seorang pelajar yang kecanduan jejaring sosial akan
lebih malas belajar karena keinginannya untuk terus bermain media
jejaring sosial.
b. Bahaya kejahatan
Media jejaring sosial dapat digunakan oleh siapa saja termasuk
orang-orang atau oknum yang ingin berbuat jahat. Media jejaring sosial
tersebut dapat digunakan oleh oknum tersebut untuk mencari target.
Salah satu kasus yang sering terjadi adalah penculikan oleh orang yang
tidak dikenal dari jejaring sosial karena tidak semua orang
mengungkapakan identitas atau dirinya dengan jujur di dunia maya
yang terbatas untuk bertemu secara langsung.
41
c. Bahaya penipuan
Media jejaring sosial dapat digunakan oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab sebagai tempat untuk melakukan penipuan.
Media ini dijadikan tempat promosi bagi para penipu yang sedang
mencari korban, seperti promosi barang dan jasa sehingga remaja
diharapkan tidak mudah tertarik atau tidak boleh langsung percaya jika
seseorang yang tidak dikenal menawarkan barang atau jasa lain.
d. Tidak semua pengguna jejaring sosial bersifat baik dan sopan
Artinya tidak sedikit pengguna media jejaring sosial yang
mungkin bersifat kasar atau tidak sopan, hal ini jelas berbahaya bagi
anak dan remaja, karena tidak mungkin bagi anak dan remaja untuk
meniru kata-kata atau kalimat yang tidak sopan dan tentunya tidak patut
ditiru.
e. Mengganggu kehidupan
Jejaring sosial dapat mengurangi komunikasi pengguna dengan
dunia nyata seperti orang sekitar, lingkungan, dan yang lainnya. Hal ini
terjadi karena banyak yang menganggap kebutuhan afiliasi dapat
terpenuhi hanya dengan melakukan kegiatan yang terlalu lama dan
menghabiskan waktu di jejaring sosial.
Senada dengan pendapat Rendi Lesmana tersebut, ICT Watch
dalam buku internet sehat (David Mahendra, 2014: 17-18) juga
mengungkapkan bahwa media jejaring sosial juga dapat memberikan
dampak negatif bagi para remaja, dampak negatif tersebut adalah:
42
a. Remaja menjadi malas belajar berkomunikasi di dunia nyata, tingkat
pemahaman bahasa pun menjadi terganggu. Remaja yang terlalu
banyak berkomunikasi di dunia maya, maka pengetahuan tentang seluk
beluk berkomunikasi di kehidupan nyata, seperti bahasa tubuh dan
nada suara menjadi berkurang.
b. Media jejaring sosial akan membuat remaja lebih mementingkan diri
sendiri. Remaja menjadi tidak sadar akan lingkungan sekitar karena
banyak menghabiskan waktu di internet. Hal ini mengakibatkan remaja
kurang empati di dunia nyata.
c. Tidak ada ejaan dan tata bahasa di media jejaring sosial. Hal ini akan
membuat remaja sulit membedakan antara berkomunikasi di situs
media jejaring sosial dan dunia nyata.
d. Media jejaring sosial adalah lahan subur bagi predator untuk
melakukan kejahatan. Kita tidak akan pernah tahu apakah seseorang
yang baru dikenal remaja di internet menggunakan jati diri yang
sesungguhnya.
Berdasarkan kedua penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
dampak positif dari media jejaring sosial adalah media sosial dapat
dijadikan sebagai tempat komunikasi, memperluas pertemanan,
membangun pertemanan menjadi lebih bersahabat, perhatian, dan empati,
media untuk berbagi, media untuk mengembangkan diri, media untuk
mencari informasi, dan dapat dijadikan sebagai media untuk berpromosi.
Selain dampak positif, ada dampak negatif dari media jejaring sosial yaitu
43
membuat remaja atau pelajar menjadi malas belajar, membuat remaja lebih
mementingkan diri sendiri dan tidak peka terhadap lingkungan nyata di
sekitarnya, membuat malas berkomunikasi di dunia nyata, dan tingkat
pemahaman bahasa pun menjadi berkurang, membuat remaja mudah
meniru kata-kata yang tidak baik dan tidak sopan, membuat remaja mudah
terpapar dengan potensi kejahatan dan penipuan.
C. Kajian Tentang Intensitas Penggunaan Instagram
1. Pengertian Intensitas
Intensitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 428)
berasal dari kata intens yang berarti sangat kuat (berkaitan dengan
kekuatan), tinggi (berkaitan dengan mutu), intens menunjukkan sesuatu
yang penuh semangat, berkobar-kobar, bergelora dan sangat emosional.
Menurut Chaplin (2006: 254) dalam kamus lengkap psikologi, intensitas
(intensity) memiliki arti kekuatan suatu tingkah laku atau suatu
pengalaman, seperti intensitas suatu reaksi emosional, kekuatan yang
mendukung suatu pendapat atau sikap. Berdasarkan pengertian dari
intens atau intensitas tersebut, maka dalam hal ini diambil kata kekuatan.
Kekuatan disini menerangkan seberapa sering media sosial instagram
dipakai oleh siswa untuk menampilkan foto baik foto pribadi, kegiatan,
dan lain sebagainya, selain itu juga seberapa sering siswa berkomunikasi
di media sosial instagram untuk membangun citra diri siswa kepada
orang lain.
44
Menurut Yanica (2014: 82) intensitas suatu kegiatan seseorang
mempunyai hubungan yang erat dengan perasaan. Perasaan senang
terhadap kegiatan yang akan dilakukan dapat mendorong orang yang
bersangkutan melakukan kegiatan tersebut secara berulang-ulang.
Kesenangan siswa dalam bermain media sosial instagram yang tengah
populer memungkinkan siswa untuk terus memposting atau menampilkan
foto-foto, saling bertukar, berkomentar, dan menyukai foto yang
diunggah, bersaing untuk mendapatkan follower yang banyak, dan lain
sebagainya. Semua kegiatan tersebut bertujuan untuk membangun dan
menampilkan citra diri siswa kepada pengguna instagram yang lain.
Menurut Qomariyah (Yanica, 2014: 83) terdapat dua hal
mendasar yang harus diamati untuk mengetahui intensitas menggunakan
situs media sosial yaitu frekuensi menggunakan media sosial bagi
penggunanya. Intensitas mengakses situs media sosial adalah berapa
lama dan seringnya responden menggunakan media sosial dengan
berbagai tujuan atau motivasi. Dalam hal ini intensitas media sosial yang
diukur adalah media sosial instagram.
The Graphic, Visualization, dan Usability Center, The Georgia
Institute Of Technology (Yanica, 2014:83) menggolongkan pengguna
situs jejaring sosial atau media sosial menjadi tiga kategori berdasarkan
intensitas yang digunakan, yaitu:
45
a. Heavy User (Pengguna Berat)
Individu yang mengakses jejaring sosial lebih dari 40 jam per bulan.
b. Medium User (Pengguna Sedang)
Individu yang mengakses jejaring sosial antara 10 jam sampai 40 jam
per bulan.
c. Light User (Pengguna Ringan)
Individu yang mengakses jejaring sosial kurang dari 10 jam per bulan.
2. Aspek-Aspek Intensitas
Menurut Del Bario (Yanica, 2014: 83-84) aspek-aspek intensitas
adalah attention (perhatian), comprehension (penghayatan), duration
(durasi), dan frequency (frekuensi). Penjelasan dari aspek-aspek intensitas
penggunaan media sosial tersebut adalah sebagai berikut:
a. Aspek kualitas. Hal ini berkaitan dengan keterlibatan perasaan
individu dalam mengakses dan memahami jejaring sosial atau media
sosial yang digunakannya, meliputi:
1) Attention (perhatian)
Perhatian merupakan minat individu. Perhatian pada aktivitas
individu sesuai dengan minat yang diinginkannya lebih kuat dan
intens daripada minat aktivitas yang tidak dikarenakan
ketertarikan. Seseorang memiliki perhatian pada jejaring sosial,
sehingga orang tersebut dapat menikmati aktivitas saat mengakses
jejaring sosial, menjalin hubungan dengan orang lain melalui
46
jejaring sosial, dan menggunakan layanan yang terdapat dalam
jejaring sosial.
2) Comprehention (penghayatan)
Penghayatan adalah pemahaman dan penyerapan informasi,
adanya usaha individu untuk memahami, menikmati, pengalaman
untuk memenuhi dan menyimpan informasi, dan pengalaman
tersebut diperoleh sebagai pengetahuan individu. Misalnya, orang
yang mengakses jejaring sosial dengan memahami dan menyerap
informasi segala sesuatu mengenai jejaring sosial sehingga dapat
menikmati aktivitas saat mengakses situs jejaring sosial.
b. Aspek kuantitas. Hal ini berkaitan dengan jumlah waktu dalam
menggunakan jejaring sosial. Aspek kuantitas meliputi:
1) Duration (durasi)
Durasi adalah lamanya individu dalam menjalankan
perilakunya. Lamanya seseorang dalam mengakses jejaring sosial
dapat dilihat dari waktu yang dihabiskan individu tersebut untuk
setiap kali menggunakannya. Misalnya, seseorang yang mengakses
jejaring sosial dapat menghabiskan 1-2 jam setiap harinya.
2) Frequency (frekuensi)
Frekuensi yaitu seringnya atau banyaknya pengulangan
perilaku dalam menggunakan jejaring sosial. Frekuensi
menggunakan jejaring sosial dapat dilihat dari seberapa seringnya
individu membuka dan mengakses jejaring sosial dalam waktu
47
tertentu, misalnya dalam satu minggu seseorang dapat mengakses
jejaring sosial sebanyak 10 kali, atau dalam satu bulan dapat
mengakses jejaring sosial sebanyak 40 kali.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, maka aspek-aspek
intensitas menggunakan jejaring sosial adalah attention (perhatian),
comprehension (penghayatan), duration (durasi), dan frequency
(frekuensi), sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas menggunakan
jejaring sosial atau media sosial instagram adalah tingkat kuantitas waktu
dalam melakukan suatu kegiatan tertentu dalam waktu yang tertentu pula
menunjukkan durasi, frekuensi lama waktu yang diperlukan, dan tingkat
kualitas perasaan, minat, perhatian dalam menggunakan media sosial
instagram yang meliputi semua fasilitas yang disediakan oleh media sosial
instagram tersebut, antara lain seberapa sering memperbaharui atau
memposting foto baik itu foto sendiri, jalan-jalan, kegiatan yang
dilakukan, ataupun foto barang-barang bermerk yang dimiliki,
memberikan komentar pada foto orang lain, menyukai foto orang lain,
seberapa banyak pengikut atau seberapa banyak mengikuti akun
instagram orang lain, dan seberapa sering memberikan direct atau tagging
foto pada pengguna lainnya.
48
D. Kajian Tentang Remaja sebagai Siswa SMA
1. Pengertian Remaja
Istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukkan makna
remaja, antara lain adalah puberteit, adolescentia, dan youth. Dalam
bahasa Indonesia sering pula dikatakan pubertas atau remaja. Istilah
puberty (Inggris) atau puberteit (Belanda) berasal dari bahasa Latin:
pubertas yang berarti usia kedewasaan (the age of manhood). Istilah ini
berkaitan dengan kata Latin lainnya pubescere yang berarti masa
pertumbuhan rambut di daerah tulang “pusic” (di wilayah kemaluan).
Penggunaan istilah ini lebih terbatas dan menunjukkan mulai berkembang
dan tercapainya kematangan seksual. Pubescere dan Puberty sering
diartikan sebagai masa tercapainya kematangan seksual ditinjau dari aspek
biologisnya (Sunarto dan Agung Hartono, 2002: 51).
Istilah adolescentia berasal dari kata Latin: Adulescentis, dengan
adulescentia dimaksudkan masa muda. Adolescence menunjukkan masa
yang tercepat antara usia 12—22 tahun dan mencakup seluruh
perkembangan psikis yang terjadi pada masa tersebut, di Indonesia baik
istilah pubertas maupun adolescencia dipakai dalam arti umum dengan
istilah yang sama yaitu remaja (Sunarto dan Agung Hartono, 2002: 51-52).
Istilah asing untuk menunjukkan makna remaja, dalam bahasa
Indonesia disebut pubertas. Istilah tersebut penggunaannya lebih
menunjukkan kepada masa perkembangan dan tercapainya kematangan
seksual. Hal ini senada dengan pernyataan Muhammad Al-Mighwar
49
(2006: 55-56) bahwa istilah adolescence atau remaja berasal dari kata
Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang
berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2005:9) yang dimaksud
dengan remaja adalah:
“Remaja adalah suatu masa ketika: Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual; individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak mencapai dewasa; terjadi peralihan dan ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri”.
Berdasarkan pendapat Sarlito Wirawan diketahui bahwa remaja
adalah masa dimana individu mencapai kematangan seksual dengan tanda-
tanda seksual sekundernya, serta mencapai perkembangan psikologis dan
terjadi peralihan dari ketergantungan penuh menuju kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa
dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk
memasuki masa dewasa (Sri Rumini dan Siti Sundari, 2004: 53-54)
sedangkan menurut Santrock (2003: 26) remaja (adolescence) diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional.
Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa masa remaja
merupakan masa peralihan atau transisi dan perkembangan antara masa
anak dengan masa dewasa dan mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosio emosional. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat
50
disimpulkan bahwa istilah remaja sering disebut dengan adolescence,
merupakan masa dimana individu mengalami pertumbuhan dan
perkembangan antara masa anak dengan masa dewasa mencakup
kematangan fisik, perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional.
2. Batasan Usia Remaja
Ada banyak pendapat mengenai batasan usia remaja. WHO
(Sunarto dan Agung Hartono, 2002: 57) menetapkan batas usia 19-20
tahun sebagai batasan usia remaja. WHO menyatakan walaupun definisi di
atas terutama didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita, batasan
tersebut berlaku juga untuk remaja pria, dan WHO membagi kurun usia
dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20
tahun.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sunarto dan Agung Hartono, 2002:
57-58) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth)
dalam rangka keputusan mereka untuk menetapkan tahun 1985 sebagai
Tahun Pemuda Internasional sedangkan menurut Sri Rumini dan Siti
Sundari (2004: 56) membagi masa remaja menjadi 3 bagian yaitu: (1)
masa pra remaja kurun waktunya sekitar 11 s.d. 13 tahun bagi wanita dan
pria sekitar 12 s.d. 14 tahun, (2) masa remaja awal sekitar 13 s.d. 17 tahun
bagi wanita dan bagi pria 14 s.d. 17 tahun 6 bulan, (3) masa remaja akhir
sekitar 17 s.d. 21 tahun bagi wanita dan bagi pria sekitar 17 tahun 6 bulan
s.d. 22 tahun.
51
Santrock (2003: 26) menyebutkan bahwa masa remaja awal (early
adolescence) kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan
mencakup kebanyakan perubahan pubertas. Masa remaja akhir (late
adolescence) menunjuk pada kira—kira setelah usia 15 tahun sedangkan
menurut Muhammad Al-Mighwar (2006:62), secara teoritis dan empiris
dari segi psikologis, rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun
sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi laki-laki.
Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, remaja awal berada dalam
usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun. Hal senada juga diungkapkan oleh
Hurlock (Muhammad Al-Mighwar, 2006:61) membatasi usia remaja
antara 13 tahun sampai 21 tahun, dengan pembagian masa remaja awal
antara 13/14 tahun sampai 17 tahun, dan masa remaja akhir 17 tahun
sampai 21 tahun.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang batasan usia remaja
tersebut, dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa peralihan dari
masa kanak-kanak menuju dewasa, usianya berkisar antara 12 tahun
sampai 22 tahun.
3. Karakteristik Remaja
Menurut Andi Mappiare (Maret Tri Kisworo, 2011: 15-18)
menggolongkan remaja ke dalam dua kategori yaitu remaja awal dan
remaja akhir, dan mengungkapkan karakteristiknya sebagai berikut:
a. Karaktertistik remaja awal (usia 13 tahun sampai 17 tahun)
1) Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi.
52
Masa ini disebut masa yang sangat peka, dimana remaja
mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan
emosinya. Keadaan semacam ini diistilahkan sebagai “storm and
stress”. Remaja yang sesekali bergairah dalam bekerja, tiba-tiba
berganti lesu, kegembiraan yang meledak bertukar rasa sedih yang
sangat, dan rasa yakin diri berganti rasa ragu diri yang berlebihan.
Termasuk dalam ciri ini adalah ketidaktentuan cita-cita. Hal
mengenai pendidikan dan lapangan kerja tidak dapat direncanakan
dan ditentukannya. Lebih-lebih dalam persahabatan dan “cinta”,
rasa bersahabat sering bertukar menjadi senang, ketertarikan pada
lain jenis suka “loncat-loncatan” atau “cinta monyet”.
2) Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir remaja
awal.
Organ-organ seks yang telah matang menyebabkan remaja
mendekati lawan seks. Ada dorongan-dorongan seks dan
kecenderungan memenuhi dorongan itu. Remaja menonjolkan
kegiatan-kegiatan yang berani menyerempet bahaya, “sex appeal”,
perbuatan kurang sopan dan tidak senonoh.
3) Kemampuan berpikir atau mental mulai sempurna.
Keadaan ini terjadi dalam kurun waktu 12-16 tahun. Pada
usia 12 tahun kemampuan anak untuk mengerti informasi abstrak
baru sempurna. Remaja awal suka menolak hal-hal yang tidak
masuk akal. Penentangan pendapat sering terjadi dengan orang
53
tua, guru maupun orang dewasa lain jika remaja mendapat
pemaksaan menerima pendapat tanpa alasan rasional. Tetapi,
dengan alasan yang masuk akal, remaja juga cenderung mengikuti
pemikiran orang dewasa.
4) Status remaja awal sangat sulit ditentukan.
Perlakuan yang diberikan oleh orang dewasa terhadap
remaja awal sering berganti-ganti. Ada keraguan orang dewasa
untuk member tanggung jawab kepada remaja dengan dalih
mereka masih anak-anak. Remaja suatu saat bisa dianggap sebagai
orang dewasa, dan disaat lain diperlukan sebagai anak-anak.
Akibatnya, remaja awal mendapat sumber kebingungan dan
menambah masalahnya.
5) Remaja awal banyak mengalami masalah.
Hal ini terutama karena pertentangan sosial yang terjadi
antara remaja dan orang tua. Hal ini dikarenakan remaja
menganggap bahwa dirinya lebih mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri dan orang dewasa disekitarnya terlalu tua
untuk dapat mengerti dan memahami perasaan, emosi, sikap dan
kemampuan pikir dan status mereka.
6) Merupakan masa yang kritis.
Dikatakan kritis sebab remaja awal dihadapkan soal apakah
ia dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya atau tidak.
Keadaan remaja yang dapat menghadapi masalahnya dengan baik,
54
menjadi modal dasar dalam menghadapi masalah-masalah
selanjutnya, sampai ia dewasa.
b. Karakteristik remaja akhir (Usia 17 tahun sampai 21 tahun)
Tidak jauh berbeda dengan remaja awal, pada masa ini remaja
masih dalam taraf mencari jati diri. Secara khusus pada masa ini
remaja telah mengalami:
1) Stabilitas emosi mulai timbul dan mengikat.
Dalam masa remaja akhir ini terjadi keseimbangan tubuh
dan anggota badan, panjang dan besar berimbang. Demikian pula
stabil dalam minat-minatnya; pemilihan sekolah, jabatan, pakaian,
pergaulan dengan sesama atau pun jenis lain. Stabilitas itu
mengandung pengertian bahwa mereka relatif tetap atau mantap
dan tidak mudah berubah pendirian akibat adanya rayuan atau
propaganda.
2) Citra diri, sikap dan pendapat lebih realistis.
Remaja sering memandang dirinya lebih tinggi ataupun
lebih rendah dari keadaan yang sesungguhnya. Akibat yang sangat
positif dari keadaan remaja akhir seperti itu adalah timbulnya
perasaan puas, menjauhkan mereka dari rasa kecewa.
3) Dapat menghadapi masalahnya dengan matang dan dengan
perasaan lebih tenang.
Adanya usaha-usaha pemecahan masalah secara lebih
matang dan realistis itu merupakan produk dari kemampuan
55
berpikir remaja akhir yang telah lebih sempurna dan ditunjang
oleh sikap pandangan yang lebih realistis sehingga diperolehnya
perasaan yang lebih tenang.
Menurut Hurlock (Rita Eka, dkk., 2008: 124-126) remaja
memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan masa sebelum dan
sesudahnya, ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
a. Masa remaja sebagai periode penting.
Masa remaja dianggap sebagai periode penting karena
akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku dan akibat jangka
panjangnya, juga akibat fisik dan akibat psikologis. Perkembangan
fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan
mental yang cepat menimbulkan penyesuaian mental dan membentuk
sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan.
Masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa, sehingga mereka harus meninggalkan segala sesuatu
yang bersifat kekanak-kanakan serta mempelajari pola perilaku dan
sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah
ditinggalkan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga
bukan orang dewasa.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan.
Masa remaja dianggap sebagai periode perubahan karena
selama masa remaja terjadi perubahan fisik yang sangat pesat, juga
56
perubahan perilaku dan sikap yang berlangsung pesat. Sebaliknya jika
perubahan fisik menurun maka diikuti perubahan sikap dan perilaku
yang menurun juga. Menurut Hurlock (Rita Eka, dkk. 2008: 125), ada
4 macam perubahan yaitu: meningginya emosi, perubahan tubuh,
minat dan peran yang diharapkan, berubahnya minat dan pola perilaku
serta adanya sikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
Pada masa ini remaja mulai mendambakan identitas diri dan
tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam
segala hal, seperti pada masa sebelumnya, namun adanya sifat yang
mendua, dalam beberapa kasus menimbulkan suatu dilema yang
menyebabkan krisis identitas. Pada saat ini remaja berusaha untuk
menunjukkan siapa diri dan peranannya dalam kehidupan masyarakat.
e. Masa remaja merupakan usia bermasalah.
Masa remaja dianggap sebagai usia bermasalah karena pada
masa remaja pemecahan masalah sudah tidak seperti pada masa
sebelumnya yang dibantu oleh orangtua dan gurunya. Setelah remaja
masalah yang dihadapi akan diselesaikan secara mandiri, mereka
menolak bantuan dari orangtua dan guru lagi.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan/kesulitan.
Masa remaja dianggap sebagai usia yang menimbulkan
ketakutan/kesulitan karena pada masa remaja sering timbul pandangan
yang kurang baik dan bersifat negatif. Stereotip yang demikian
57
mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya, dengan
demikian menjadikan remaja sulit melakukan peralihan menuju masa
dewasa. Pandangan ini juga sering menimbulkan pertentangan antara
remaja dengan orang dewasa.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Pada masa ini remaja cenderung memandang dirinya dan orang
lain sebagaimana yang diinginkan bukan sebagaimana adanya, lebih-
lebih cita-citanya. Hal ini menyebabkan emosi meninggi dan apabila
diinginkan tidak tercapai akan mudah marah, semakin bertambahnya
pengalaman pribadi dan sosialnya serta kemampuan berfikir rasional
remaja memandang diri dan orang lain semakin realistik.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Masa remaja dianggap sebagai ambang masa dewasa karena
menjelang menginjak masa dewasa, remaja merasa gelisah untuk
meninggalkan masa belasan tahunnya. Remaja belum cukup untuk
berperilaku sebagai orang dewasa, oleh karena itu mereka mulai
berperilaku sebagai status orang dewasa seperti cara berpakaian,
merokok, menggunakan obat-obatan dan lain-lain, yang dipandang
dapat memberikan citra seperti yang diinginkan.
Berdasarkan berbagai pendapat ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa karakteristik remaja adalah remaja merupakan usia
dimana periode perubahan dan peralihan terjadi baik itu fisik, psikis, dan
kognitif, remaja awal memiliki perasaan dan emosi yang belum stabil,
58
remaja adalah masa mencari identitias, remaja banyak mengalami
masalah, remaja merupakan masa kritis yang menimbulkan ketakutan dan
kesulitan.
4. Tugas Perkembangan Remaja
Ada seperangkat hal yang harus dimiliki remaja dalam
mempersiapkan diri memasuki kehidupan masa dewasa agar remaja
memiliki keutuhan pribadi dalam arti yang seluas-luasnya. Menurut
Robert Y. Havighurst (dalam Panut Panuju dan Ida Umami, 2005: 23-26)
menyebutkan adanya sepuluh tugas perkembangan remaja yaitu:
a. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman-teman
sebayanya, baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan jenis
kelamin lain, artinya para remaja memandang gadis-gadis sebagai
wanita dan laki-laki sebagai pria, menjadi manusia dewasa di antara
orang-orang dewasa.
b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin
masing-masing, artinya mempelajari dan menerima peranan masing-
masing sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau norma-norma
masyarakat.
c. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya
seefektif-efektifnya dengan perasaan puas.
d. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa
lainnya. Remaja tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu terikat pada
59
orang tuanya. Remaja membebaskan dirinya dari ketergantungan
terhadap orang tua atau orang lain.
e. Mencapai kebebasan ekonomi. Remaja merasa sanggup untuk hidup
berdasarkan usaha sendiri, ini terutama sangat penting bagi laki-laki,
akan tetapi dewasa ini bagi kaum wanita pun tugas ini berangsur-
angsur menjadi tambah penting.
f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan artinya
belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakat dan
mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut.
g. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah
tangga, mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan
keluarga dan memiliki anak.
h. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang
diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat, maksudnya ialah
bahwa untuk menjadi warga negara yang baik perlu memiliki
pengetahuan tentang hukum, pemerintah, ekonomi, politik geografi,
tentang hakikat manusia dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
i. Memperlihatkan tingakah laku yang secara sosial dapat
dipertanggungjawabkan, artinya ikut serta dalam kegiatan-kegiatan
sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab, menghormati
serta mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya,
baik regional maupun nasional.
60
j. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan-
tindakannya dan sebagai pandangan hidup.
Berdasarkan pendapat Robert Y. Havighurst tersebut, tugas
perkembangan remaja ialah mencapai hubungan sosial yang matang
dengan teman sebayanya, dapat menjalankan peran sosial sesuai dengan
jenis kelamin masing-masing, menerima kenyataan jasmaniah dan
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, mencapai kebebasan emosional
dari orang tua atau orang dewasa lainnya, mencapai kebebasan ekonomi,
memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan, mempersiapkan diri
untuk melakukan perkawinan, mengembangkan kecakapan intelektual,
memperlihatkan tingkah laku yang dapat dipertanggung jawabkan secara
sosial, dan memperoleh norma-norma sebagai pedoman tindakannya.
E. Citra Diri Ditinjau dari Penggunaan Media Sosial Instagram pada Siswa Kelas XI SMA N 9 Yogyakarta
Salah satu kegiatan manusia adalah komunikasi. Sifat komunikasi
terbagi menjadi dua, yaitu komunikasi langsung dan tidak langsung.
Komunikasi tidak langsung melibatkan perantara media dan tidak terlepas
dari perkembangan teknologi informasi. Komunikasi melalui teknologi
informasi internet menggunakan media disebut dengan media sosial atau
layanan jejaring sosial (Social Networking Service). Pengguna media sosial di
Indonesia tidak hanya terbatas pada kalangan orang dewasa saja. Para remaja
juga telah memanfaatkan jejaring sosial sebagai sarana komunikasi, anak-
61
anak sekolah dasar juga telah mengenal dan menggunakan jejaring sosial
tersebut.
Kepopuleran situs jejaring sosial harus dipergunakan secara cerdas
untuk membangun self image (citra diri) maupun interaksi yang sehat. Jejaring
sosial dijadikan sebagai media penggambaran diri individu, melalui fasilitas
yang diberikan oleh jejaring sosial tersebut remaja bisa menyimpan atau
mengubah foto-foto pribadi, catatan pribadi, status pribadi dan yang bisa
dikomentari oleh sesama pengguna, dengan demikian remaja bisa
menampilkan keberadaan dirinya. Aktivitas tersebut dapat dijadikan tanda
bahwa pengguna ingin mengungkapkan siapa dirinya dan apa yang remaja
tersebut bayangkan terhadap dirinya. Cara seseorang memandang dirinya
sendiri dalam psikologi disebut citra diri.
Citra diri adalah konsepsi manusia mengenai orang macam apakah
dirinya. Citra diri merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan
penerimaan terhadap dirinya baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Citra
diri terbentuk karena pengalaman masa lalu, lingkungan, baik keluarga,
masyarakat atau pergaulan. Aspek dari citra diri ada tiga yaitu aspek fisik,
psikis, dan sosial. Aspek fisik adalah penilaian individu terhadap penampilan
dirinya, seperti bentuk tubuh, pakaian atau benda yang melekat pada dirinya.
Aspek psikis adalah penilaian dari dalam diri individu terhadap
karakteristiknya seperti kemampuan, kecakapan, kekurangan dan keterbatasan
dirinya. Aspek sosial adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang
didapatkan dari teman atau orang lain, penilaian tersebut berupa pikiran dan
62
perasaan seseorang mengenai dirinya, status dan pandangan terhadap orang
lain.
Salah satu aspek citra diri adalah social self yaitu pengenalan atau
tanggapan individu yang didapatkan dari teman atau lingkungan sosialnya
akan berpengaruh terhadap bagaimana individu tersebut memandang dirinya
sendiri. Siswa mudah terpengaruh dengan tanggapan atau komentar yang
diberikan pengikut (follower) di instagram, terutama apabila follower tersebut
masih sama-sama satu sekolah. Komentar atau tanggapan yang positif akan
membuat siswa senang, sedangkan komentar atau tanggapan yang negatif
akan membuat siswa sedih, down, dan krisis percaya diri, akan tetapi apabila
komentar atau tanggapan yang diberikan selalu positif hal tersebut juga akan
membuat siswa ingin terus menerus bermain media sosial instagram sehingga
siswa akan menjadi malas dalam belajar, persaingan kehidupan mewah, dan
tidak mau menatap realita atau kenyataan.
Kegiatan bermain di instagram dapat membentuk citra diri siswa,
apabila komentar atau tanggapan yang didapatkan siswa tersebut positif maka
tidak menutup kemungkinan citra dirinya menjadi positif, demikian juga
sebaliknya. Selain itu, penggunaan instagram tak hanya dapat membentuk
citra diri siswa tetapi juga sebaliknya, siswa menggunakan instagram untuk
menampilkan citra dirinya, sebisa mungkin siswa menampilkan citra diri yang
positif agar orang lain memandangnya baik dan positif. Siswa yang memiliki
citra diri positif berpikiran optimis, baik, serta menghargai dirinya sendiri apa
63
adanya. Sebaliknya, siswa yang memiliki citra diri negatif kurang menghargai
dirinya sendiri, minder, dan berpikiran negatif.
Intensitas menggunakan jejaring sosial atau media sosial instagram
adalah tingkat kuantitas waktu dalam melakukan suatu kegiatan tertentu dalam
waktu yang tertentu pula menunjukkan durasi, frekuensi lama waktu yang
diperlukan, dan tingkat kualitas perasaan, minat, perhatian dalam
menggunakan media sosial instagram yang meliputi semua fasilitas yang
disediakan oleh media sosial instagram tersebut, antara lain seberapa sering
memperbaharui atau memposting foto baik itu foto sendiri, jalan-jalan,
kegiatan yang dilakukan, ataupun foto barang-barang bermerk yang dimiliki,
memberikan komentar pada foto orang lain, menyukai foto orang lain,
seberapa banyak pengikut atau seberapa banyak mengikuti akun instagram
orang lain, dan seberapa sering memberikan direct atau tagging foto pada
pengguna lainnya. Aspek dari intensitas adalah attention (perhatian),
comprehension (penghayatan), duration (durasi), dan frequency (frekuensi).
Siswa yang memiliki intensitas yang tinggi dalam penggunaan
instagram diukur dari aspek perhatiannya, yaitu siswa memiliki tujuan dan
minat yang tetap dalam menggunakan instagram. Siswa memiliki perasaan
yang senang ketika menggunakan instagram, paham dan menguasai fitur-fitur
dan konten instagram (aspek penghayatan). Siswa sering bermain instagram
setiap hari dan menghabiskan waktu lebih dari l5 jam per minggunya (aspek
durasi). Siswa sering membuka dan mengecek instagram lebih dari 2 kali
setiap harinya (aspek frekuensi). Intensitas penggunaan instagram nantinya
64
digolongkan menjadi tiga, yaitu heavy user (pengguna berat) adalah siswa
yang mengakses instagram lebih dari 40 jam per bulan. Medium user
(pengguna sedang) adalah mengakses instagram antara 10 jam sampai 40 jam
per bulan. Light user (pengguna ringan) adalah siswa yang mengakses
instagram kurang dari 10 jam per bulan.
Siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta merupakan individu yang
tengah memasuki masa remaja. Siswa juga tidak terlepas dari pengaruh
teknologi informasi di bidang komunikasi. Letak SMA N 9 Yogyakarta yang
masuk dalam wilayah perkotaan membuat siswanya secara tidak langsung
mudah dalam mengakses jaringan teknologi komunikasi melalui internet,
selain itu budaya hedonisme siswa yang berkaitan dengan penggunaan
smarthphone yang tinggi di kalangan siswa memudahkan siswa untuk selalu
aktif dalam bermain media sosial. Media sosial yang sedang populer dan aktif
diakses di kalangan siswa adalah media sosial instagram.
Wawancara singkat yang dilakukan terhadap beberapa siswa diketahui
bahwa media sosial instagram memungkinkan siswa untuk mengenal dan
mengetahui teman-teman dekatnya, bahkan siswa SMA N 9 Yogyakarta
membentuk koneksi (saling follow), selain itu siswa juga dapat
memperbaharui atau memposting foto-foto baik foto sendiri, foto ketika jalan-
jalan, kegiatan yang tengah dilakukan, foto barang-barang yang dimiliki
berupa aksesoris, pakaian, gadget, dan lain sebagainya. Siswa mengatakan
apabila foto yang mereka posting tersebut mendapat tanggapan atau komentar
yang positif, perasaan mereka menjadi senang dan merasa diperhatikan oleh
65
pengguna lainnya sehingga siswa merasa percaya diri berhubungan dengan
teman-teman yang lain karena siswa menganggap apabila sudah aktif di
instagram berarti siswa tidak ketinggalan jaman dan selalu update.
Berdasarkan pengamatan tersebut peneliti berasumsi bahwa intensitas
penggunaan media sosial instagram yang tengah populer di kalangan siswa
digunakan siswa untuk membentuk, membangun dan menampilkan citra diri.
Citra diri siswa dapat dibentuk dan dibangun melalui penggunaan media sosial
instagram karena siswa mudah terpengaruh dengan komentar atau tanggapan
untuk foto yang siswa tampilkan. Komentar atau tanggapan yang positif akan
membuat siswa senang dan menjadi percaya diri berhubungan dengan orang-
orang di sekitarnya terutama teman-teman di sekolahnya. Rasa senang dan
percaya diri siswa tersebut menjadi dasar bahwa penilaian orang lain tentang
diri siswa di media sosial instagram juga mempengaruhi penilaian siswa
terhadap dirinya sendiri. Konsepsi atau penilaian seseorang mengenai orang
macam apakah dirinya disebut citra diri. Berdasarkan asumsi tersebut peneliti
menduga bahwa intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram ada
pengaruhnya terhadap citra diri, maka perlu diadakan penelitian tentang citra
diri ditinjau dari intensitas penggunaan instagram bagi siswa kelas XI SMA N
9 Yogyakarta.
66
F. Paradigma Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang dikemukakan
tersebut, maka dapat dilihat hubungan antara variabel bebas yaitu intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram dan variabel terikat citra diri.
Hubungan tersebut dapat digambarkan dengan paradigma yang dapat dilihat
pada gambar 2 di bawah ini:
Gambar 2. Paradigma Penelitian
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan bahwa terdapat
hubungan antara intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram
dengan citra diri pada siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta. Hubungan tersebut
dapat berupa hubungan positif dan hubungan negatif. Hubungan positif
ditandai dengan semakin tinggi intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram maka semakin tinggi citra diri, dan sebaliknya semakin rendah
intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram maka semakin rendah
pula citra diri. Hubungan negatif ditandai dengan semakin tinggi intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram maka semakin rendah citra diri
siswa, dan sebaliknya semakin rendah intensitas penggunaan media jejaring
sosial instagram maka semakin tinggi citra diri siswa.
Intensitas Penggunaan
Media Jejaring Sosial Instagram
CitraDiri
Hipotesis
67
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan
data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang
ingin peneliti ketahui (Deni Darmawan, 2014: 37). Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif
kuantitatif adalah menggambarkan atau mendeskripsikan masalah yang
diteliti dan data yang diperoleh berbentuk angka sehingga dalam analisisnya
menggunakan analisis statistik (Rima, 2013: 34).
Dalam penelitian deskriptif kuantitatif ini, peneliti menggunakan
pendekatan survei dan korelasional. Survei adalah penelitian yang dilakukan
untuk memberikan gambaran tentang sesuatu (Rima, 2013: 34). Menurut
Sanafiah Faisal (2005: 23), survei adalah tipe pendekatan dalam penelitian
yang ditujukan pada individu atau kelompok yang bertujuan menggambarkan
karakteristik, sikap, tingkah laku, atau aspek sosial lainnya dari suatu
populasi. Menurut Andi Prastowo (2014: 177) penelitian survei adalah
metode penyelidikan tentang perulangan kejadian, peristiwa, atau masalah
dalam berbagai situasi dan lingkungan yang dilakukan untuk memperoleh
keterangan-keterangan faktual guna atau sebatas mendapatkan informasi
tentang variabel dengan menggunakan instrumen, seperti kuesioner,
wawancara atau kadang observasi. Ciri khas dari penelitian survei adalah
68
penelitian ini tidak melakukan perubahan tindakan atau tidak ada perlakuan
khusus pada variabel yang diteliti dan hanya mengungkap data dari subjek
tertentu (Ika Ayuningtyas, 2015: 46).
Pendekatan penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Pendekatan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan variasi antar variabel, besar atau
tingginya hubungan dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (Saifuddin
Azwar, 2010:5). Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif dan menggunakan
pendekatan survei dan korelasional karena penelitian ini hanya untuk
menyelidiki masalah dan situasi untuk memperoleh data yang faktual
berkaitan dengan citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan instagram
tanpa melakukan perubahan tindakan atau perlakuan khusus terhadap variabel
serta untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara intensitas penggunaan
media jejaring sosial instagram dengan citra diri. Penelitian ini mengungkap
atau mendeskripsikan data tentang citra diri ditinjau dari intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram serta ada tidaknya hubungan
antara intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri
pada siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kelas XI di SMA N 9 Yogyakarta yang
terletak di Jalan Sagan, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015.
69
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Margono (2005: 118) mengartikan populasi adalah seluruh data yang
menjadi perhatian dalam suatu lingkup dan waktu yang ditentukan,
sedangkan sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan
menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili
populasinya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
SMA N 9 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang menggunakan instagram.
Kelas XI di SMA tersebut terdapat tujuh kelas dengan jumlah keseluruhan
sebanyak 191 siswa. Teknik yang akan digunakan dalam pengambilan sampel
adalah proportional random sampling. Alasan menggunakan teknik ini
karena yang menjadi populasi dalam penelitian ini hanya siswa kelas XI SMA
N 9 Yogyakarta yang terbagi dalam tujuh kelas, agar semua kelas dapat
terwakili, maka sampel diambil dari masing-masing kelas dengan prosentase
sama untuk tiap-tiap kelas. Prosedur pengambilan sampel adalah dengan cara
undian. Alasan menggunakan undian karena bagi peneliti cara tersebut cukup
sederhana dan dapat mewakili populasi.
Teknik proportional random sampling yaitu sampel yang dihitung
berdasarkan perbandingan (Husaini Usman dan Purnomo Setiadi, 2006:185).
Jumlah anggota populasi dalam penelitian ini adalah 191 siswa yang terbagi
dalam enam kelas, sedangkan besar anggota sampel ditentukan 100 sehingga
besar masing-masing sampel untuk setiap kelas adalah 15 – 16 orang.
Perhitungan untuk setiap kelasnya adalah 30 : 191 x 100 = 15,7 dibulatkan
menjadi 16.
70
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, dinamakan variabel karena ada variasinya (Sugiyono,
2012: 38). Dalam penelitian ini variabelnya adalah citra diri dan intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram. Variabel bebas (x) dalam
penelitian ini adalah intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram,
dan variabel terikat (y) dalam penelitian ini adalah citra diri.
E. Definisi Operasional
1. Citra Diri
Citra diri adalah konsepsi atau gambaran manusia mengenai orang
macam apakah dirinya. Citra diri merupakan bagian dari konsep diri yang
berkaitan dengan penerimaan terhadap dirinya baik secara fisik,
psikologis, ataupun sosial. Citra diri terbentuk karena pengalaman masa
lalu, lingkungan, baik keluarga, masyarakat atau pergaulan.
Aspek dari citra diri ada tiga yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial.
Aspek fisik adalah penilaian individu terhadap penampilan dirinya, seperti
bentuk tubuh, pakaian atau benda yang melekat pada dirinya. Aspek
psikis adalah penilaian dari dalam diri individu terhadap karakteristiknya
seperti kemampuan, kecakapan, kekurangan dan keterbatasan dirinya.
Aspek sosial adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang
71
didapatkan dari teman atau orang lain, penilaian tersebut berupa pikiran
dan perasaan seseorang mengenai dirinya, status dan pandangan terhadap
orang lain.
Citra diri diukur dengan menggunakan skala citra diri yang
didasarkan pada aspek-aspek yang telah disebutkan. Semakin tinggi skor
yang diperoleh subjek maka semakin tinggi atau positif citra diri subjek.
Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek maka semakin
rendah atau negatif citra diri subjek.
2. Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
Intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram adalah
seberapa sering media sosial instagram dipakai oleh siswa untuk
menampilkan foto baik foto pribadi, kegiatan, dan lain sebagainya, selain
itu juga seberapa sering siswa berkomunikasi di media sosial instagram
untuk membangun citra diri siswa kepada orang lain. Terdapat tiga aspek
menggunakan jejaring sosial yang digunakan berdasarkan pendapat Del
Bario (Yanica, 2014: 83-84) aspek-aspek intensitas adalah attention
(perhatian), comprehension (penghayatan), duration (durasi), dan
frequency (frekuensi).
Berdasarkan aspek-aspek tersebut dapat dikatakan bahwa intensitas
menggunakan jejaring sosial atau media sosial instagram adalah tingkat
kuantitas waktu dalam melakukan suatu kegiatan tertentu dalam waktu
yang tertentu pula menunjukkan durasi, frekuensi lama waktu yang
diperlukan, dan tingkat kualitas perasaan, minat, perhatian dalam
72
menggunakan media sosial instagram yang meliputi semua fasilitas yang
disediakan oleh media sosial instagram tersebut, antara lain seberapa
sering memperbaharui atau memposting foto baik itu foto sendiri, jalan-
jalan, kegiatan yang dilakukan, ataupun foto barang-barang bermerk yang
dimiliki, memberikan komentar pada foto orang lain, menyukai foto orang
lain, seberapa banyak pengikut atau seberapa banyak mengikuti akun
instagram orang lain, dan seberapa sering memberikan direct atau tagging
foto pada pengguna lainnya.
Intensitas menggunakan media jejaring sosial instagram diukur
dengan menggunakan skala yang dibuat berdasarkan aspek-aspek
intensitas yang telah disebutkan. Semakin tinggi skor yang diperoleh oleh
subjek maka semakin tinggi intensitas seseorang menggunakan jejaring
sosial instagram. Sebaliknya, semakin rendah skor yang dimiliki subjek
maka semakin rendah intensitas seseorang menggunakan jejaring sosial
instagram.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2010: 100). Dalam
penelitian ini, teknik yang digunakan adalah skala citra diri dan skala
intensitas penggunaan media sosial instagram. Teknik skala tersebut
digunakan untuk memperoleh jawaban responden. Menurut Saifuddin Azwar
(2012: 5-6) berpendapat bahwa skala psikologis cenderung digunakan untuk
73
mengukur aspek afektif, bukan kognitif. Skala yang digunakan adalah skala
perilaku dengan tipe skala likert. Menurut Sugiyono (2012: 93), skala likert
bertujuan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai negatif.
Format item yang digunakan mengikuti format dari Saifuddin Azwar
(2010: 30) berupa penjabaran suatu permasalahan, keadaan, situasi, atau
kasus yang mungkin dialami responden. Pilihan jawabannya adalah sangat
sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Setiap pilihan jawaban
memiliki skor yang berbeda dan tidak diketahui responden. Masing-masing
jawaban diberi rentang nilai 1-4. Skor tertinggi atau nilai 4 diberikan pada
pilihan sangat sesuai, nilai 3 untuk pilihan sesuai, nilai 2 untuk pilihan tidak
sesuai, dan nilai 1 untuk pilihan sangat tidak sesuai.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, lebih cermat, lebih lengkap, dan sistematis sehingga
mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2002: 136). Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini ada dua yaitu skala likert berupa skala citra diri dan skala
adalah skala likert berupa skala citra diri dan intensitas penggunaan media
sosial instagram. Item-item skala likert tersebut disusun dalam bentuk
pernyataan dengan pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak
74
Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala disajikan dalam bentuk
pernyataan favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung).
Masing-masing jawaban memiliki nilai rentang 1-4, bobot penilaian untuk
pernyataan favorable adalah SS=4, S=3, ST=2, SST=1, sedangkan untuk
bobot unfavorable adalah SS=1, S=2, ST=3, SST-4. Menurut Suharsimi
Arikunto (2005:135) langkah-langkah menyusun instrumen adalah sebagai
berikut:
1. Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam
rumusan judul penelitian atau yang tertera dalam problematika penelitian.
2. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.
3. Mencari indikator atau setiap sub atau bagian variabel.
4. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator.
5. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen.
6. Melengkapi instrumen dengan petunjuk pengisian dan kata pengantar.
Berdasarkan uraian tersebut, instrumen yang disusun dalam penelitian
ini terdiri dari dua macam yaitu skala citra diri dan skala intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram. Instrumen citra diri disusun dan
dikembangkan berdasarkan teori dari Jersild (Fristy, 2012: 5) dan instrumen
intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram disusun berdasarkan
teori Del Bario (Yanica, 2014: 83-84). Berikut dijabarkan skala citra diri dan
skala intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram:
75
1. Skala Citra Diri
Skala citra diri disusun berdasarkan aspek citra diri yang
dikemukakan oleh Jersild (Fristy, 2012: 5) yaitu:
a) Perceptual Component
Komponen ini merupakan image yang dimiliki seseorang
mengenai penampilan dirinya, terutama tubuh dan ekspresi yang
diberikan pada orang lain. Tercakup di dalamnya adalah
attractiviness, appropriatiness yang berhubungan dengan daya tarik
seseorang bagi orang lain. Hal ini dapat dicontohkan oleh seseorang
yang memiliki wajah cantik atau tampan, sehingga seseorang tersebut
disukai oleh orang lain. Komponen ini disebut sebagai Physical Self
Image.
b) Conseptual Component
Merupakan konsepsi seseorang mengenai karakteristik
dirinya, misalnya kemampuan, kekurangan dan keterbatasan dirinya.
Komponen ini disebut sebagai Psychological Self Image.
c) Attitudional Component
Merupakan pikiran dan perasaan seseorang mengenai dirinya,
status dan pandangan terhadap orang lain. Komponen ini disebut
sebagai Social Self Image.
Berdasarkan aspek citra diri tersebut, selanjutnya dapat dirumuskan
indikator dari masing-masing variabel. Kisi-kisi skala citra diri yang
disusun dapat dilihat sebagai berikut:
76
Tabel 1. Kisi-Kisi Citra Diri
Variabel Aspek Indikator Nomor Item ∑
Item + -
Citra diri
Fisik Menggambarkan, memahami dan menerima bentuk serta kondisi tubuh
1, 2, 3, 4, 5, 7
6, 8, 9,
9
Menggambarkan, memahami, dan menerima barang atau benda kepemilikan yang melekat
10, 11, 13
12, 14
5
Psikis Menggambarkan, memahami, dan menerima kemampuan atau kecakapan diri
15, 16, 17,
18, 19
5
Menggambarkan, memahami, dan menerima kekurangan atau keterbatasan diri
24, 25
20, 21, 22, 23
6
Sosial Menggambarkan, memahami, dan menerima pikiran serta perasaan dari orang lain
26, 27, 30
28, 29
5
Menggambarkan, memahami, dan menerima pengenalan, status, dan tanggapan yang didapatkan dari orang lain
31, 32, 33
34, 35
5
Jumlah Item 20 15 35
77
2. Skala Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
Skala intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram
mengacu pada aspek intensitas yang diungkapkan oleh Del Barico
(Yanica, 2014: 83-84) yang mengungkapkan aspek-aspek intensitas
penggunaan media sosial adalah sebagai berikut:
a) Attention (perhatian) adalah ketertarikan seseorang dalam
menggunakan jejaring sosial instagram sehingga pengguna dapat
menikmati aktivitas saat mengakses jejaring sosial, menjalin
hubungan dengan orang lain melalui jejaring sosial, dan
menggunakan layanan yang terdapat dalam jejaring sosial instagram.
b) Comprehention (penghayatan) adalah pemahaman dan penyerapan
informasi, adanya usaha individu untuk memahami, menikmati,
pengalaman untuk memenuhi dan menyimpan informasi, dan
pengalaman tersebut diperoleh sebagai pengetahuan individu.
c) Duration (durasi) adalah lamanya individu dalam menjalankan
perilakunya. Lamanya seseorang dalam mengakses jejaring sosial
dapat dilihat dari waktu yang dihabiskan individu tersebut untuk
setiap kali menggunakannya. Misalnya, seseorang yang mengakses
jejaring sosial dapat menghabiskan 1-2 jam setiap harinya.
d) Frequency (frekuensi) adalah seringnya atau banyaknya
pengulangan perilaku dalam menggunakan jejaring sosial. Frekuensi
menggunakan jejaring sosial dapat dilihat dari seberapa seringnya
individu membuka dan mengakses jejaring sosial dalam waktu
78
tertentu, misalnya dalam satu minggu seseorang dapat mengakses
jejaring sosial sebanyak 10 kali, atau dalam satu bulan dapat
mengakses jejaring sosial sebanyak 40 kali.
Berdasarkan aspek tersebut, maka dapat dirumuskan indikator dari
intensitas masing-masing aspek. Kisi-kisi intensitas penggunaan media
jejaring sosial instagram dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2. Kisi-Kisi Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
Variabel Aspek Indikator Nomor
Item ∑ Item + -
Intensitas penggunaan media jejaring sosial
Attention (perhatian)
Minat tinggi dalam menggunakan jejaring sosial instagram
1 2
2
Tujuan tetap menggunakan jejaring sosial instagram
3, 5,
6, 7
4 5
Comprehention(penghayatan)
Perasaan senang ketika menggunakan instagram
8, 9 10 3
Pemahaman konten atau fitur instagram
11 12 2
Penggunaan fitur instagram
13, 16, 17, 18, 19
14, 15, 20, 21
9
Duration (durasi)
Lamanya waktu mengakses atau menggunakan instagram
23 22 2
Lamanya waktu setiap harinya
24 25 2
Lamanya waktu setiap minggunya
27 26 2
Frequency (frekuensi)
Keseringan setiap waktunya
28, 30, 31, 32, 33, 34
29, 35
8
Keseringan setiap harinya 37 36 2 Keseringan setiap minggunya 38 39 2
Jumlah Item 24 15 39
79
H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2012: 168) instrumen yang baik harus
memiliki validitas dan reliabilitas. Pengujian instrumen bertujuan untuk
memperoleh informasi terkait terpenuhinya persyaratan instrumen yang baik.
Persyaratan itu setidaknya meliputi validitas dan reliabilitas. Berdasarkan
pendapat tersebut dalam penelitian ini instrumen yang akan digunakan
terlebih dahulu diuji cobakan sebelum dipakai sebagai alat untuk
mendapatkan data penelitian yang sesungguhnya. Uji coba instrumen
penelitian sangat disarankan dengan jumlah responden minimal 30 orang,
dengan jumlah minimal 30 orang tersebut, maka distribusi skor (nilai) akan
lebih mendekati kurva normal (Sofian Effendi dan Tukiran, 2012: 138).
Dalam penelitian ini instrumen diuji cobakan pada 32 siswa untuk uji coba
reliabilitas instrumen. Uji validitas menggunakan bantuan expert judgement
dan reliabilitas menggunakan bantuan SPPS 16.
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang
kurang valid, berarti memiliki kevalidan yang rendah (Suharsimi Arikunto,
2012: 144).
Suharsimi Arikunto (2010: 21) menyatakan bahwa terdapat dua
macam validitas yakni validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis
sendiri dibagi menjadi dua yakni validitas kontruk dan validitas isi. Dalam
80
penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas logis, karena
instrumen penelitian yang disusun berdasarkan teori yang relevan dan
dirancang dengan menggunakan kisi-kisi instrumen yang dikonsultasikan
dengan pendapat ahli (expert judgement). Menurut Sukardi (2003: 123)
pertimbangan para ahli tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Para ahli, pertama diminta untuk mengamati secara cermat semua item
dalam tes yang hendak divalidasi, kemudian mereka diminta untuk
mengoreksi semua item-item yang telah dibuat, dan pada akhir perbaikan
mereka juga diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana
tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur.
Pertimbangan ahli tersebut biasanya juga menyangkut apakah semua aspek
yang hendak diukur telah dicakup melalui item pertanyaan dalam tes atau
dengan kata lain perbandingan dibuat antara apa yang harus dimasukkan
dengan apa yang ingin diukur telah direfleksikan menjadi tujuan tes.
Berdasarkan hasil uji validitas konstruk atau isi yang
dikonsultasikan dengan pendapat ahli (expert judgement), dalam hal ini
skala citra diri dan intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram
yang akan digunakan diuji oleh Ibu Eva Imania Eliasa, M.Pd. yang
menguasai materi secara teori tentang citra diri dan intensitas penggunaan
media jejaring sosial instagram, setelah 3 kali uji ahli dan beberapa item
dikoreksi dan beberapa kalimat dibenahi diketahui bahwa untuk skala citra
diri item nomor 7 dihilangkan atau tidak perlu digunakan, selanjutnya
81
untuk skala intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram item
nomor 22 dan 23 juga dihilangkan atau tidak digunakan.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 154) reliabilitas adalah suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik, sedangkan menurut Saifuddin
Azwar (2006: 83) reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang
angkanya berkisar antara 0 sampai 1,00 semakin tinggi reliabilitas
mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya
jika koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin
rendah reliabilitasnya.
Purwanto (2006: 161) menjelaskan suatu instrumen dapat
dikatakan reliabel apabila memberikan hasil pengukuran yang relatif
konsisten. Syarat kualifikasi instrumen pengukur adalah konsisten,
keajegan, atau tidak berubah-ubah dari waktu ke waktu. Terdapat tiga
macam prosedur pengajuan reliabilitas untuk mempertimbangkan
kualifikasi instrumen penelitian, antara lain stabilitas, konsistensi internal
dan equivalen. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik internal
concistency yang dilakukan dengan mencobakan instrumen sekali saja,
kemudian data yang diperoleh dianalisis agar dapat digunakan untuk
memprediksi reliabilitas instrumen yang telah dibuat oleh peneliti.
Dalam penelitian ini untuk menguji instrumen menggunakan rumus
koefisien alpha cronbach, karena rumus alpha cronbach, dapat digunakan
82
pada tes atau angket yang jawabannya berupa pilihan dan pilihannya
tersebut dapat terdiri dari dua pilihan atau lebih. Selain itu juga digunakan
untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0,
misalnya angket atau soal bentuk uraian (Suharsimi Arikunto, 2006: 100).
Untuk mencari reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan
rumus sebagai berikut:
⎪⎭
⎪⎬⎫
⎪⎩
⎪⎨⎧−
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
−= ∑
σσ
2
2
11 11
t
b
kkr
Keterangan :
= Realibilitas Instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan item σ∑ 2
b = Jumlah variabel butir
σ 2
t = Variabel total
Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan program SPSS for Windows Seri 20. Sugiyono (2010: 257)
memberikan pedoman interpretasi koefisien korelasi dari reliabilitas
instrumen yang telah diketahui validitasnya. Interpretasinya tersebut yaitu:
Tabel 3. Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisian rhitung Interpretasi 0,80 - 1,000 Reliabilitas sangat kuat 0,60 – 0,799 Reliabilitas kuat 0,49 – 0,5999 Reliabilitas sedang 0,20 – 0,399 Reliabilitas rendah 0,00 – 0, 199 Reliabilitas sangat rendah
Hasil uji reliabilitas dengan program SPSS 16,0 for Windows untuk
skala citra diri diperoleh koefisien nilai sebesar 0,779. Angka tersebut
83
menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas instrumen citra diri adalah kuat.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas skala intensitas penggunaan media
jejaring sosial instagram diketahui atau diperoleh koefisien nilai sebesar
0,864, angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas instrumen
intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram tergolong sangat
kuat.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data yang
diperoleh pada penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dengan analisis
data kuantitatif deskriptif, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan
teknik prosentase. Kriteria predikat pada skala diperoleh melalui deskripsi
data berbentuk tabel distribusi frekuensi. Statistik deskriptif merupakan cara
untuk mendeskripsikan data dalam penelitian ini, yaitu mengukur harga mean
(M), rentang nilai (range), dan simpangan baku atau standar deviasi (SD).
Menurut Sugiyono (2008: 42), Mean (M) merupakan teknik
penjelasan yang didasarkan atas nilai rata-rata kelompok tersebut. Mean
adalah nilai rata-rata suatu kelompok tersebut. Mean adalah nilai rata-rata
suatu kelompok yang diteliti dan perhitungannya dapat menggunakan rumus:
晦∑
Keterangan:
M = Mean atau rata-rata
Xi = Nilai X ke i sampai ke n
n = Jumlah individu
84
Kemudian menurut Sugiyono (2008: 48), rentang nilai atau range
adalah nilai perbedaan antara skor yang paling tinggi dengan skor yang
paling rendah pada suatu distribusi untuk mencari rentang nilai (range)
dapat dilakukan dengan mengurangi data tertinggi atau terbesar dengan
data terendah atau terkecil dengan rumus sebagai berikut:
R = Xt-Xr
Keterangan:
R = Rentang
Xt= Data terbesar dalam kelompok
Xr= Data terkecil dalam kelompok
Kemudian setelah didapatkan data tersebut, dilakukan
pengkategorisasian atau penggolongan dengan menggunakan rumus,
adapun menurut Saifuddin Azwar (2012: 149) rumus pengkategorisasian
atau penggolongan sebagai berikut:
Sangat rendah = ( X – 3 SD) - ( X – 1,8 SD)
Rendah = ( X – 1,8 SD) - ( X – 0,6 SD)
Cukup = ( X – 0,6 SD) - ( X + 0,6 SD)
Tinggi = ( X + 0,6 SD) - ( X + 1,8 SD)
Sangat Tinggi = ( X + 1,8 SD) - ( X + 3 SD)
Analisis yang dipakai dalam penelitian ini juga menggunakan
analisis korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan antara intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri. Analisis data
dilakukan setelah data yang disebar kepada responden terkumpul. Sesuai
85
dengan hipotesis pada penelitian ini yakni mencari hubungan, maka data
yang diperoleh kemudian dilakukan uji syarat, yaitu uji normalitas dan uji
linearitas yang selanjutnya akan dianalisis untuk menguji hipotesis.
Adapun pengujian persyaratan analisisnya sebagai berikut:
1. Pengujian Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas yaitu untuk mengetahui variabel
yang diteliti, datanya berdistribusi normal atau tidak. Jadi data
hasil pengukuran menggunakan skala interval yang akan dianalisis
dengan teknik statistik harus memenuhi persyaratan normalitas.
Teknik yang digunakan untuk pengujian normalitas adalah dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Suatu data
dikatakan normal apabila nilai signifikansi uji Kolmogorov-
Smirnov memiliki nilai lebih besar 0,05 pada (p>0,05), maka data
berdistribusi normal. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
pada (p<0,05), maka data berdistribusi tidak normal (Sugiyono,
2010:389).
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan
program SPSS For windows Seri 16.0 dari taraf signifikansi 5%
diperoleh hasil signifikansi pada skala citra diri sebesar 0,238,
sedangkan pada skala intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,511. Perhitungan
uji normalitas pada penelitian ini dengan signifikansi pada skala
86
citra diri dan skala intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram dapat dikatakan berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui variabel bebas dan
variabel terikat dalam penelitian ini memiliki hubungan yang linear
atau tidak. Dikatakan linear jika kenaikan skor variabel bebas
diikuti kenaikan skor variabel terikat. Uji linearitas dalam
penelitian ini dihitung menggunakan komputasi program SPSS
versi 16 for windows release. Dua variabel dikatakan mempunyai
hubungan yang linear apabila signifikansi lebih besar dari 0,05.
Kaidah yang digunakan adalah jika p ≥ 0,05 maka hubungan antara
keduanya adalah linear dan sebaliknya apabila p ≤ 0,05 maka
hubungan antara kedua variabel tidak linear. Berdasarkan hasil
analisis uji linearitas diperoleh hasil sebesar 0,128, sehingga data
citra diri dan intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram
dapat dinyatakan linear.
2. Pengujian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas masalah yang
dirumuskan. Pada penelitian ini terdapat dua jenis hipotesis, yaitu
hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Ho merupakan
hipotesis yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara
variabel satu dengan variabel lainnya, sedangkan Ha merupakan
hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara variabel satu
87
dengan variabel lainnya. Sebelum dilakukan analisis statistik untuk
pembuktian hipotesis alternatif yang diajukan maka perlu diajukan
hipotesis nihilnya. Hal ini dimaksudkan agar dalam pembuktian
hipotesis tidak berprasangka dan tidak terpengaruh dari pernyataan
hipotesis alternatifnya.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat hubungan antara
intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra
diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta” kemudian
hipotesis ini disebut sebagai hipotesis alternatif (Ha), sedangkan
hipotesis ditolak (Ho) pada penelitian ini adalah “tidak terdapat
hubungan antara intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram dengan citra diri pada siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta”.
Setelah diketahui normalitas sebaran dan linearitas hubungan,
maka data hasil penelitian dapat diuji hipotesisnya dengan
menggunakan analisis korelasi. Analisis korelasi ini digunakan untuk
mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel,
dalam hal ini variabel X (intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram) dengan variabel Y (citra diri). Dalam menganalisis
hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik korelasi product
moment dengan program SPSS For Windows Seri 16.0,. Ketentuan
perolehan hipotesis nilai apabila r coba < p = 0,05 maka hipotesis
alternatif (Ha) yang berbunyi terdapat hubungan antara intensitas
88
penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri pada
siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta dapat diterima.
Apabila dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai koefisien
korelasi dalam nilai positif, maka terdapat hubungan positif dan
signifikan antara intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram dengan citra diri tetapi jika hasil perhitungan tersebut
bernilai negatif, maka terjadi hubungan yang negatif antara kedua
variabel tersebut.
89
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Yogyakarta yang
beralamatkan di Jalan Sagan 1, Sagan, Gondokusuman. SMA Negeri 9
Yogyakarta memiliki visi untuk menjadikan peserta didiknya maupun
masyarakat untuk menimba ilmu yang berdasar akhlaqul karimah. Kelas
XI di SMA Negeri 9 Yogyakarta terbagi atas tujuh kelas dan dua jurusan
(IPA dan IPS). Berikut adalah data jumlah siswa dari kelas XI yang
dijadikan sebagai data populasi penelitian:
Tabel 4. Data Populasi Penelitian No. Kelas Jumlah Siswa 1 XI IPA 1 30 2 XI IPA 2 30 3 XI IPA 3 30 4 XI IPA 4 28 5 XI IPA 5 28 6 XI IPS 1 23 7 XI IPS 2 22
Total Siswa 191
2. Deskripsi Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 – 12 Oktober 2015,
dengan pengambilan data pada kelas XI di SMA Negeri 9 Yogyakarta.
90
3. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian
a. Deskripsi Populasi Penelitian
Pada penelitian ini, populasinya adalah siswa kelas XI SMA
Negeri 9 Yogyakarta yang keseluruhannya berjumlah 191 siswa.
Jumlah tersebut terbagi ke dalam kelas XI IPA 1 terdiri dari 30 siswa,
kelas XI IPA 2 terdiri dari 30 siswa, kelas XI IPA 3 terdiri dari 30
siswa, kelas XI IPA 4 terdiri dari 28 siswa, kelas XI IPA 5 terdiri dari
28 siswa, kelas XI IPS 1 terdiri dari 23 siswa, dan kelas XI IPS 2
terdiri dari 22 siswa.
Berdasarkan populasi tersebut sampel penelitian diambil
sebanyak 50% dari 191 siswa, yaitu perhitungannya adalah 95,5 siswa
sehingga dibulatkan sampelnya menjadi 100 siswa. Pengambilan data
diambil dengan menggunakan skala citra diri dan skala intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram, skala ini diberikan
kepada 100 siswa yang menjadi sampel tersebut.
b. Deskripsi Data Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan hasil dari
analisis skala citra diri dan skala intensitas penggunaan media jejaring
sosial instagram. Skala ini digunakan untuk mengetahui citra diri
siswa dan tingkat intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram pada siswa kelas XI.
Peneliti mengkategorikan subjek penelitian berdasarkan norma
kelompok yang dapat dihitung sesuai rata-rata empirik. Peneliti
91
mengkategorikan subjek penelitian menjadi tiga, yaitu sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Menurut Saifuddin Azwar
(2010: 107-109) deskripsi data penelitian dapat digunakan untuk
melakukan kategorisasi pada masing-masing variabel penelitian yaitu
dengan menetapkan kriteria kategori yang didasari oleh suatu asumsi
bahwa nilai subjek dalam populasi terdistribusi secara normal
sehingga dapat dibuat nilai teoritis yang terdistribusi menurut model
normal. Berikut adalah hasil uji normalitas untuk skala citra diri dan
skala intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram:
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Skala Citra Diri dan Skala Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
Variabel K-SZ Sig. Kaidah Normalitas
Keterangan
Citra Diri 1,031 0,238 p>0,05 Normal Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
0,821 0,511 p>0,05 Normal
Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa sebaran data
antara variabel citra diri dan intensitas penggunaan media jejaring
sosial instagram adalah normal, karena dari masing-masing variabel
menunjukkan taraf signifikansi >0,05 sehingga data dinyatakan
normal.
1) Deskripsi Citra Diri
Citra diri diukur dengan menggunakan skala citra diri yang
dikembangkan dengan menggunakan empat pilihan jawaban.
92
Skala ini memiliki jumlah pernyataan sebanyak 34 butir dengan
skor jawaban tertinggi adalah 4 dan skor jawaban terendah adalah
1, sehingga deskripsi penilaian adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Deskripsi Penilaian Data Citra Diri Variabel Jumlah
item Statistik Empirik
Citra Diri
34
Skor minimum 72 Skor maksimum
110
Mean 96,84 Sdt. Deviation 7,282
Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui menurut data
empirik bahwa diperoleh skor terendah citra diri sebesar 72, skor
tertinggi 110, mean sebesar 96,84, dan standar deviation sebesar 7,
282.
2) Deskripsi Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
Intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram
diukur dengan menggunakan skala intensitas penggunaan media
jejaring sosial instagram yang dikembangkan dengan
menggunakan empat pilihan jawaban. Skala ini memiliki jumlah
pernyataan sebanyak 37 butir dengan skor jawaban tertinggi
adalah 4 dan skor jawaban terendah adalah 1. Sehingga deskripsi
penilaian adalah sebagai berikut:
93
Tabel 7. Deskripsi Penilaian Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
Variabel Jumlah item
Statistik Empirik
Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
37 Skor minimum 65 Skor maksimum
110
Mean 95,73 Sdt. Deviation 9,936
Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui menurut data
empirik bahwa diperoleh skor terendah intensitas penggunaan
media jejaring sosial instagram sebesar 65, skor tertinggi sebesar
110, mean sebesar 95,73 dan standar deviation sebesar 9,936.
4. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian survei dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai
variabel yang diteliti yakni citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan
media jejaring sosial instagram pada siswa kelas XI SMA Negeri 9
Yogyakarta. Jumlah item yang digunakan untuk mengungkap citra diri
adalah 34 item, sedangkan item untuk mengungkap intensitas penggunaan
media jejaring sosial instagram berjumlah 37 item, jadi total keseluruhan
item yang digunakan adalah 71 item.
Gambaran citra diri dan intensitas penggunaan media jejaring
sosial instagram dapat dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, mean,
dan standar deviasi dari skala yang diperoleh subjek penelitian. Citra diri
dan intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram digolongkan
94
menjadi 5 kategori menggunakan model distribusi normal yaitu citra diri
sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Citra diri negatif
ditunjukkan dengan kategori sangat rendah, rendah, dan sedang
sedangkan citra diri positif ditunjukkan dengan kategori tinggi dan sangat
tinggi. Hasil pengkategorisasian dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 8. Kriteria Kategorisasi Citra Diri Siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta kelas XI
Variabel Kriteria Kategorisasi Kategori Jumlah Presentase
Citra Diri
100 – 136 Sangat Tinggi 35 35% 80 – 99 Tinggi 62 62% 60 – 79 Sedang 3 3% 40 – 59 Rendah 0 0% 20 – 39 Sangat
Rendah 0 0
Total 100 100%
Jika disajikan dalam grafik dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Berikut adalah grafik gambar kriteria kategorisasi citra diri siswa:
Grafik Citra Diri Siswa Kelas XI SMA N 9 Yogyakarta
Gambar 3. Grafik Citra Diri
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
95
Berdasarkan data pada Tabel 8 dan Gambar 3, maka dapat
disimpulkan bahwa citra diri siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta
secara umum berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 62% siswa
dengan rentang skor berada pada skor 80-99. Siswa yang memiliki citra
diri dengan kategori sangat tinggi sebanyak 35% siswa dengan rentang
skor 100-136, dan sebanyak 3% siswa yang memiliki kategori sedang
dengan rentang skor 60-79, selain itu tidak terdapat siswa yang memiliki
citra diri dengan kategori rendah atau sangat rendah.
Tabel 9. Kriteria Kategorisasi Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram Siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta Kelas XI
Variabel Kriteria Kategorisasi Kategori Jumlah Presentase
Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
110 – 148 Sangat Tinggi
6 6%
88 – 109 Tinggi 76 76% 66 – 87 Sedang 17 17% 44 – 65 Rendah 1 1% 22 – 43 Sangat
Rendah 0 0%
Total 100 100%
Jika disajikan dalam grafik dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Berikut adalah grafik gambar kriteria kategorisasi citra diri siswa:
96
Grafik Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram siswa Kelas XI SMA N 9 Yogyakarta
Gambar 4. Grafik Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
Berdasarkan data pada Tabel 9 dan Gambar 4 dapat disimpulkan
bahwa intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram pada siswa
kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta secara umum berada pada kategori
tinggi yaitu sebanyak 76% siswa dengan rentang skor berada pada skor
88-109. Siswa yang memiliki intensitas sangat tinggi sebanyak 6% siswa
dengan rentang skor 110-148, siswa yang memiliki intensitas sedang
sebanyak 17% dengan rentang skor 66-87, siswa dengan intensitas
rendah sebanyak 1% dengan rentang skor 44-65, dan tidak terdapat siswa
yang memiliki intensitas sangat rendah. Data citra diri dan intensitas
penggunaan media jejaring sosial tersebut diperoleh berdasarkan
langkah-langkah pengkategorisasian dengan bantuan program SPSS For
Windows Seri 16.0.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
97
Penelitian ini juga mengkategorisasikan per indikator untuk citra
diri dan per aspek untuk intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram. Hasil pengkategorisasian dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 10. Kategorisasi Citra Diri Per Indikator Aspek Indikator Kategori Jumlah Persentase
Fisik
Menggambarkan, memahami dan menerima bentuk serta kondisi tubuh
Sangat Tinggi 24 24% Tinggi 67 67% Sedang 8 8% Rendah 1 1% Sangat Rendah 0 0%
Menggambarkan, memahami, dan menerima barang atau benda kepemilikan yang melekat
Sangat Tinggi 50 50% Tinggi 46 46% Sedang 4 4% Rendah 0 0% Sangat Rendah 0 0%
Psikis Menggambarkan, memahami, dan menerima kemampuan atau kecakapan diri
Sangat Tinggi 49 49% Tinggi 46 46% Sedang 5 5% Rendah 0 0% Sangat Rendah 0 0%
Menggambarkan, memahami, dan menerima kekurangan atau keterbatasan diri
Sangat Tinggi 16 16% Tinggi 64 64% Sedang 19 19% Rendah 1 1% Sangat Rendah 0 0%
Sosial
Menggambarkan, memahami, dan menerima pikiran serta perasaan dari orang lain
Sangat Tinggi 65 65% Tinggi 35 35% Sedang 0 0% Rendah 0 0% Sangat Rendah 0 0%
Menggambarkan, memahami, dan menerima pengenalan, status, dan tanggapan yang didapatkan dari orang lain
Sangat Tinggi 38 38% Tinggi 56 56% Sedang 5 5% Rendah 1 1% Sangat Rendah 0 0%
98
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa siswa SMA Negeri 9
Yogyakarta kelas XI untuk aspek fisik dalam hal menggambarkan,
memahami, dan menerima bentuk serta kondisi tubuh secara umum
berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 67% (67 siswa) dengan
rentang skor 20 – 24, siswa yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan rentang skor 25 – 32 sebanyak 24% (24 siswa), siswa yang
berada pada kategori sedang dengan rentang skor 15 – 19 sebanyak 8%
(8 siswa), sisanya sebesar 1% (1 siswa) berada pada kategori rendah
dengan rentang skor 10 – 14, dan tidak terdapat siswa yang berada pada
kategori sangat rendah. Siswa yang berada pada kategori tinggi berarti
siswa mampu menghargai fisik dirinya secara baik. Fisik dalam hal ini
meliputi bentuk serta kondisi tubuh.
Dalam hal menggambarkan, memahami, dan menerima barang
atau benda kepemilikan yang melekat secara umum siswa berada pada
kategori sangat tinggi yaitu 50% (50 siswa) dengan rentang skor 15 – 20,
siswa yang berada pada kategori tinggi dengan rentang skor sebesar 12 –
14 sebanyak 46% (46 siswa), sisanya 4% (4 siswa) berada pada kategori
sedang dengan rentang skor sebesar 9 – 11, serta tidak terdapat siswa
yang berada pada kategori rendah maupun sangat rendah. Siswa yang
berada pada kategori sangat tinggi berarti siswa sangat mampu dalam hal
membentuk image mengenai penampilan dirinya.
Dalam hal menggambarkan, memahami, dan menerima
kemampuan atau kecakapan diri yang masuk dalam aspek psikis
99
diperoleh data bahwa secara umum siswa berada pada kategori sangat
tinggi yaitu 49% (49 siswa) dengan rentang skor sebesar 15 – 20,
sebanyak 46% (46 siswa) berada pada kategori tinggi dengan rentang
skor sebesar 12 – 14, sisanya sebanyak 5% (5 siswa) berada pada
kategori sedang dengan rentang skor 9 – 11, serta tidak terdapat siswa
yang berada pada kategori rendah maupun sangat rendah. Siswa yang
berada pada kategori sangat tinggi berarti sangat mampu
menggambarkan, memahami, dan menerima kemampuan atau kecakapan
diri.
Selanjutnya masih dalam aspek psikis untuk indikator dalam hal
menggambarkan, memahami, dan menerima kekurangan atau
keterbatasan diri diperoleh data bahwa sebanyak 16% (16 siswa) berada
pada kategori sangat tinggi dengan rentang skor sebesar 20 – 24,
sebanyak 64% (64 siswa) berada pada kategori tinggi dengan rentang
skor sebesar 16 – 19, 19% (19 siswa) berada pada kategori sedang
dengan rentang skor sebesar 12 – 15. Sisanya sebanyak 1% (1 siswa)
berada pada kategori rendah dengan rentang skor sebesar 8 – 11, serta
tidak terdapat siswa yang berada pada kategori sangat rendah. Siswa
yang berada pada kategori tinggi berarti siswa mampu menggambarkan,
memahami, dan menerima kekurangan atau keterbatasan diri.
Dalam hal aspek sosial untuk indikator menggambarkan,
memahami, dan menerima pikiran serta perasaan dari orang lain
diperoleh data bahwa sebanyak 65% (65 siswa) berada pada kategori
100
sangat tinggi dengan rentang skor sebesar 15 – 20, sisanya sebanyak 35%
(35 siswa) berada pada kategori tinggi dengan rentang skor sebesar 12 –
14, serta tidak terdapat siswa yang berada pada kategori sedang, rendah,
ataupun sangat rendah. Siswa yang berada pada kategori sangat tinggi
berarti siswa sangat mampu menggambarkan, memahami, dan menerima
pikiran serta perasaan dari orang lain.
Dalam hal menggambarkan, memahami, dan menerima status,
pengenalan dan tanggapan yang didapatkan dari orang lain diperoleh data
bahwa sebanyak 38% (38 siswa) berada pada kategori sangat tinggi
dengan rentang skor sebesar 15 – 20, sebanyak 56% (56 siswa) berada
pada kategori tinggi dengan rentang skor 12 – 14, 5% (5 siswa) berada
pada kategori sedang dengan rentang skor 9 – 11, sisanya 1% (1 siswa)
berada pada kategori rendah dengan rentang skor 6 – 8, serta tidak
terdapat siswa yang berada pada kategori sangat rendah. Siswa yang
berada pada kategori tinggi berarti siswa tersebut mampu
menggambarkan, memahami, dan menerima pikiran serta perasaan dari
orang lain. Pikiran serta perasaan dari orang lain tersebut meliputi
perasaan ketika dikritik dan dikomentari orang lain, cara berpikir ketika
dipandang tidak sesuai dengan pemikiran orang lain misal kurang cantik
atau tampan, serta bagaimana siswa menggambarkan ucapan, pendapat,
dan perilaku orang lain terhadap dirinya.
101
Tabel 11. Kategorisasi Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram Per Aspek
Aspek Kategori Jumlah Persentase
Attention (perhatian) meliputi minat dan tujuan menggunakan instagram
Sangat Tinggi 25 25%
Tinggi 62 62% Sedang 13 13% Rendah 0 0% Sangat Rendah 0 0%
Comprehention (penghayatan) meliputi perasaan senang, pemahaman dan penggunaan konten atau fitur instagram
Sangat Tinggi 29 29% Tinggi 64 64% Sedang 6 6% Rendah 1 1% Sangat Rendah 0 0%
Duration (durasi) meliputi lamanya waktu mengakses instagram setiap hari dan setiap minggu
Sangat Tinggi 63 63% Tinggi 32 32% Sedang 5 5% Rendah 0 0% Sangat Rendah 0 0%
Frequency (frekuensi) meliputi keseringan menggunakan instagram setiap waktu, setiap hari, dan setiap minggu
Sangat Tinggi 18 18% Tinggi 49 49% Sedang 31 31% Rendah 2 2% Sangat Rendah 0 0%
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram pada siswa kelas XI SMA
Negeri 9 Yogyakarta untuk aspek attention (perhatian) yang meliputi
102
minat dan tujuan menggunakan instagram secara umum berada pada
kategori tinggi yaitu 62% (62 siswa) dengan rentang skor sebesar 16 –
19, sebanyak 25% (25 siswa) berada pada kategori sangat tinggi dengan
rentang skor sebesar 20 – 28, sisanya sebanyak 13% (13 siswa) berada
pada kategori sedang dengan rentang skor sebesar 12 – 15, serta tidak
terdapat siswa yang berada pada kategori rendah ataupun sangat rendah.
Siswa yang memiliki attention (perhatian) sangat tinggi yaitu sebanyak
25% berarti dalam menggunakan instagram siswa memiliki perhatian
yang sangat kuat, sangat menikmati dalam mengakses instagram,
menjalin hubungan dengan orang lain melalui instagram secara intens,
dan sangat tertarik menggunakan layanan instagram.
Dalam hal aspek comprehention (penghayatan) yang meliputi
perasaan senang, pemahaman, dan penggunaan konten atau fitur
instagram diperoleh data bahwa sebanyak 29% (29 siswa) berada pada
kategori sangat tinggi dengan rentang skor sebesar 40 – 56, 64% (64
siswa) berada pada kategori tinggi dengan rentang skor sebesar 32 – 39,
lalu sebanyak 6% (6 siswa) berada pada kategori sedang dengan rentang
skor antara 24 – 31, sisanya 1% (1 siswa) berada pada kategori rendah
dengan rentang skor 16 – 23, sisanya tidak terdapat siswa yang berada
pada kategori sangat rendah. Siswa yang memiliki comprehention
(penghayatan) yang sangat tinggi yaitu sebanyak 29% berarti siswa
tersebut menghayati instagram dengan sangat baik, mampu memahami
fitur, konten, aplikasi instagram dengan sangat baik, sehingga mampu
103
menikmati pengalaman untuk memenuhi dan menyimpan informasi dari
penggunaan instagram dengan sangat baik pula.
Dalam aspek duration (durasi) yang meliputi lamanya waktu
mengakses instagram baik setiap hari maupun setiap minggunya
diperoleh data bahwa sebanyak 63% (63 siswa) berada pada kategori
sangat tinggi dengan rentang skor antara 10 – 16, sebanyak 32% (32
siswa) berada pada kategori tinggi dengan rentang skor 8 – 9, sisanya
sebanyak 5% (5 siswa) berada pada kategori sedang dengan rentang skor
6 – 7, serta tidak terdapat siswa yang berada pada kategori rendah
maupun sangat rendah. Siswa yang memiliki durasi sangat tinggi tersebut
berarti siswa sangat lama dalam menjalankan perilakunya, misalnya
siswa yang mengakses instagram dapat menghabiskan 1-2 jam setiap
harinya.
Data yang diperoleh dari aspek frequency (frekuensi) yang
meliputi keseringan menggunakan instagram baik setiap waktu, hari atau
minggu menunjukkan bahwa sebanyak 18% (18 siswa) berada pada
kategori sangat tinggi dengan rentang skor 35 – 48, sebanyak 49% (49
siswa) berada pada kategori sangat tinggi dengan rentang skor antara 28
– 34, lalu sebanyak 31% (31 siswa) berada pada kategori sedang dengan
rentang skor sebesar 21 – 27, sisanya sebanyak 2% (2 siswa) berada pada
kategori rendah dengan rentang skor 7 – 13, serta tidak terdapat siswa
yang berada pada kategori sangat rendah. Siswa yang berada pada
kategori sangat tinggi tersebut berarti siswa sering membuka dan
104
mengakses instagram setiap waktu, misalkan setiap 1 jam sekali
membuka instagram, setiap hari dan dimana saja mengakses instagram.
Siswa yang berada pada kategori sangat tinggi yaitu sebanyak 18%
berarti siswa sangat sering membuka dan mengakses instagram,
sedangkan siswa yang berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 31%
berarti siswa cukup sering membuka dan mengkases instagram, dan
siswa yang berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 2% berarti siswa
kurang sering dalam membuka dan mengakses instagram.
Berikut ini adalah tabel untuk mengkategorisasikan jenis pengguna
jejaring sosial instagram pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta
dilihat dari skor durasinya:
Tabel 12. Kategorisasi Jenis Pengguna Instagram Jenis Pengguna Rentang
Skor
Jumlah Persentase
Heavy User 12 – 16 5 5%
Medium User 8 – 11 90 90%
Light User 4 – 7 5 5%
Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa secara umum
berdasarkan dari skor aspek durasi siswa kelas XI SMA Negeri 9
Yogyakarta termasuk ke dalam jenis pengguna instagram kategori
medium user yaitu sebanyak 90% (90 siswa) dengan rentang skor 8 – 11,
jumlah heavy user sebanyak 5% (5 siswa) dengan rentang skor 12 – 16,
dan jumlah light user sebanyak 5% (5 siswa) dengan rentang skor 4 – 7.
Heavy user atau pengguna berat merupakan siswa yang mengakses
105
instagram lebih dari 40 jam per bulan, medium user atau pengguna
sedang merupakan siswa yang mengakses instagram antara 10 jam
sampai 40 jam per bulan, sedangkan light user atau pengguna sedang
merupakan siswa yang mengakses instagram kurang dari 10 jam per
bulan
Tabel 13. Koefisien Korelasi Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram dan Citra Diri
Correlations
Intensitas Insta Citra Diri
Intensitas
Insta
Pearson Correlation 1 .298**
Sig. (2-tailed) .003
N 100 100
Citra Diri Pearson Correlation .298** 1
Sig. (2-tailed) .003
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 11 di atas didapatkan tingkat signifikansi sebesar
p (0,003) < 0,05 yang artinya signifikan. Koefisien korelasi (rxy) antara
intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri
sebesar 0,298 dengan taraf signifikansi 0,03 yang berarti hipotesis
alternatif (Ha) berbunyi terdapat hubungan antara intensitas penggunaan
media jejaring sosial instagram dengan citra diri pada siswa kelas XI
SMA Negeri 9 Yogyakarta diterima.
Besarnya koefisien korelasi tersebut bersifat positif sehingga dapat
diartikan bahwa hubungan kedua variabel searah, searah artinya jika
variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y akan tinggi pula, dan
106
sebaliknya jika variabel X bernilai rendah maka variabel Y juga akan
bernilai rendah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara intensitas penggunaan media
jejaring sosial instagram dengan citra diri pada siswa kelas XI SMA
Negeri 9 Yogyakarta. Berdasarkan hal tersebut, semakin tinggi intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram maka semakin tinggi pula
citra diri siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta, demikian juga
sebaliknya semakin rendah intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram maka semakin rendah pula citra diri siswa kelas XI SMA
Negeri 9 Yogyakarta.
Besarnya sumbangan efektif dari variabel bebas (intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram) untuk variabel terikat (citra
diri) dapat diketahui dari koefisien sumbangan efektif. Besarnya
sumbangan efektif setiap variabel bebas dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 14. Sumbangan Efektif Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat
B
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa koefisien
determinasi (R2) intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram
yaitu sebesar 0,089. Hasil tersebut dapat dimaknai bahwa sumbangan
efektif dari variabel intensitas penggunaan media jejaring sosial
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Citra Diri * Intensitas Insta .298 .089 .711 .505
107
instagram terhadap citra diri akademik sebesar 8,9% dengan demikian
masih terdapat 91,1% faktor lain yang mempengaruhi citra diri pada
siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta. Faktor-faktor lain yang kemungkinan
mempengaruhi citra diri akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan
hasil penelitian.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah
diperoleh secara empirik. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara intensitas penggunaan
media jejaring sosial instagram dengan citra diri pada siswa kelas XI SMA
Negeri 9 Yogyakarta, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis
alternatif (Ha) dapat diterima. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil
perhitungan analisis uji korelasi yang menunjukkan Koefisien korelasi (rxy)
antara intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri
sebesar 0,298 dengan taraf signifikansi 0,03.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
meningkatnya atau tingginya intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram diikuti dengan meningkatnya citra diri atau dapat juga dikatakan
bahwa tingginya intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram
mempengaruhi citra diri siswa. Hubungan yang positif dan signifikan
menujukkan bahwa semakin tinggi intensitas penggunaan media jejaring
sosial instagram maka semakin tinggi pula citra diri siswa kelas XI SMA
108
Negeri 9 Yogyakarta, demikian juga sebaliknya semakin rendah intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram maka semakin rendah pula citra
diri siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ilkido KOPACZ (2011: 304) yang
berjudul “Say Lovely Things about Me so I Know I am Like That”. The Role
of Positive Photo Comments Posted on Social Networking Websites in the
Development of The Self Image menunjukkan bahwa komentar yang positif
terhadap foto yang ditampilkan di jejaring sosial dapat meningkatkan dan
mengembangkan citra diri dan harga diri pengguna jejaring sosial tersebut.
Komentar positif merupakan salah satu hal yang dapat juga diukur untuk
mengetahui peningkatan citra diri pengguna jejaring sosial instagram, oleh
karena itu komentar positif dapat dijadikan variabel dalam mengukur citra
diri pengguna jejaring sosial instagram selain mengukur intensitas
penggunaannya. Pada penelitian ini komentar tidak dijadikan variabel
tersendiri, tetapi ada item-item yang mengukur pendapat atau komentar orang
lain. Item tersebut merupakan penjabaran dari aspek sosial untuk variabel
citra diri.
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan jejaring sosial dilakukan
oleh Tri Listyawati (2012: 1) untuk mengukur tingkat persentase narcisistic
personality disorder pada siswa pengguna facebook di kota Yogyakarta
menunjukkan hasil bahwa siswa di kota Yogyakarta tingkat persentase
narcisistic personality disorder-nya berada pada kategori tinggi yaitu 51,4 %.
Salah satu faktor yang menyebabkan narsistik adalah konsep diri (Pradana,
109
2008: 39). Konsep diri merupakan evaluasi individu mengenai diri sendiri,
penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh orang yang bersangkutan.
Citra diri merupakan bagian dari konsep diri (Hana Afradhila dan Yeniar
Indriana, 2015: 3). Salah satu aspek citra diri adalah social self yaitu
pengenalan atau tanggapan individu yang didapatkan dari teman atau
lingkungan sosialnya akan berpengaruh terhadap bagaimana individu tersebut
memandang dirinya sendiri. Citra diri dapat dibangun oleh siswa atau remaja
melalui internet atau media sosial. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Yudit
dan Appril (2011:3) bahwa kepopuleran situs jejaring sosial dalam hal ini
adalah instagram harus dipergunakan secara cerdas untuk membangun self
image (citra diri) maupun interaksi yang sehat.
Menurut Yanica (2014: 82) intensitas suatu kegiatan seseorang
mempunyai hubungan yang erat dengan perasaan. Perasaan senang terhadap
kegiatan yang akan dilakukan dapat mendorong orang yang bersangkutan
melakukan kegiatan tersebut secara berulang-ulang. Kesenangan siswa dalam
bermain media sosial instagram yang tengah populer memungkinkan siswa
untuk terus memposting atau menampilkan foto-foto, saling bertukar,
berkomentar, dan menyukai foto yang diunggah, bersaing untuk mendapatkan
follower yang banyak, dan lain sebagainya. Semua kegiatan tersebut
bertujuan untuk membangun dan menampilkan citra diri siswa kepada
pengguna instagram yang lain. Beberapa pernyataan tersebut merupakan
salah satu alasan peneliti untuk menghubungkan variabel berupa intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri.
110
Kontribusi intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram
terhadap citra diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta yakni
sebesar 8,9%, artinya persentase sisanya yakni sebesar 91,1% citra diri
dipengaruhi oleh faktor lain. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
citra diri seperti faktor komentar positif, persepsi, keyakinan, komunikasi,
teman-teman sebaya, keadaan keluarga, sikap mendidik orang tua, dan
perkembangan sosial. Menurut Holden (2005: 91-95) citra diri merupakan
jalinan yang berupa hubungan atau pengaruh satu sama lain terhadap
persepsi, keyakinan, isi pikiran, komunikasi, perilaku dan keputusan. Selain
dari pendapat Holden, faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi citra diri
menurut Andi Mappiare (dalam Norma Lulusiana, 2008: 10) adalah
penampakan menyeluruh seperti keadaan fisik, nama atau panggilan, pakaian
dan perhiasan, teman-teman sebaya, keadaan keluarga, situasi rumah tangga,
sikap mendidik orang tua, pergaulan, dan perkembangan sosial.
Hal tersebut dapat diperkirakan oleh peneliti yang dominan adalah
pergaulan dan perkembangan sosial karena siswa kelas XI SMA Negeri 9
Yogyakarta memiliki skor tinggi pada aspek sosial dan terlihat menonjol dari
ketiga variabel citra diri (fisik, psikis, sosial). Dalam aspek sosial terdapat
indikator siswa mampu menggambarkan, memahami, dan menerima pikiran
serta perasaan orang lain, dan juga siswa mampu menggambarkan,
memahami, dan menerima pengenalan, status, dan tanggapan yang
didapatkan dari orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jersild (dalam
Fristy, 2012:5) salah satu aspek citra diri adalah social self yaitu pengenalan
111
atau tanggapan individu yang didapatkan dari teman atau lingkungan
sosialnya akan berpengaruh terhadap bagaimana individu tersebut
memandang dirinya sendiri. Pernyataan tersebut memberikan kemungkinan
bahwa siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta memiliki pergaulan dan
perkembangan sosial yang baik, sehingga siswa mampu menerima aspek
sosialnya dengan baik dan menyebabkan citra diri siswa berada pada kategori
tinggi.
Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi citra diri tersebut
maka citra diri pengguna jejaring sosial instagram selain diukur melalui
intensitas penggunaannya, ada hal lain yang dapat diukur untuk mengetahui
hubungan atau pengaruhnya penggunaan jejaring sosial instagram terhadap
citra diri seperti faktor komunikasi antar pribadi, keterbukaan diri, narsistic
disorder, komentar positif, persepsi, keyakinan, komunikasi, teman-teman
sebaya, keadaan keluarga, sikap mendidik orang tua, dan perkembangan
sosial. Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan variabel yang dapat mengukur
citra diri pengguna jejaring sosial instagram selain faktor intensitas, karena
seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa kemungkinan ada
responden yang intensitas penggunaan media jejaring sosialnya rendah akan
tetapi memiliki citra diri yang tinggi.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa citra diri ditinjau dari
intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram pada siswa kelas XI
SMA Negeri 9 Yogyakarta tergolong tinggi. Citra diri siswa berada pada
kategori tinggi dengan perolehan persentase sebesar 62% (62 siswa), serta
112
intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram pada siswa juga berada
pada kategori tinggi dengan perolehan persentase sebesar 76% (76 siswa).
Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta
intensitas penggunaan instagram berada pada kategori tinggi dan siswa juga
memiliki citra diri yang tinggi.
Citra diri siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta berada pada
kategori tinggi menunjukkan siswa memiliki citra diri yang positif. Citra diri
merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan penerimaan
terhadap dirinya baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Siswa yang
memiliki citra diri positif berarti menghargai dirinya sendiri apa adanya baik
fisik, psisik, atau sosial (Endra K. Prihadhi, 2009:49). Citra diri yang positif
akan membawa kepada kebahagiaan, kesuksesan, dan kepuasan hidup
sedangkan citra diri yang negatif akan menyebabkan kegagalan yang tetap,
kacaunya pemikiran-pemikiran, kebiasaan-kebiasaan, dan perilaku yang tidak
tepat (Seyed dan Farhad, 2014:136).
Siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta mampu menghargai fisik
dirinya secara baik, hal ini dibuktikan dengan perolehan data pada aspek fisik
yaitu sebanyak 67% (berada pada kategori tinggi) siswa mampu
menggambarkan, memahami, dan menerima bentuk serta kondisi tubuh,
selanjutnya sebanyak 50% siswa (berada pada kategori sangat tinggi) sangat
mampu menggambarkan, memahami, dan menerima barang atau benda
kepemilikan yang melekat. Aspek fisik ini menurut Jersield (Fristy, 2012:5)
disebut Perceptual Component yaitu image yang dimiliki seseorang mengenai
113
penampilan dirinya, terutama tubuh dan ekspresi yang diberikan pada orang
lain, tercakup di dalamnya adalah attractiviness, appropriatiness yang
berhubungan dengan daya tarik seseorang bagi orang lain.
Siswa yang berada pada kategori sangat tinggi dalam halam
menggambarkan, memahami, dan menerima bentuk serta kondisi tubuh, yaitu
sebanyak 24% berarti siswa sangat mampu dalam hal membentuk image
mengenai penampilan dirinya, siswa yang berada pada kategori sedang yaitu
sebanyak 8% berarti siswa cukup mampu menggambarkan, memahami, dan
menerima bentuk tubuhnya sedangkan siswa yang berada pada kategori
rendah yaitu sebanyak 1% berarti siswa kurang mampu menggambarkan,
memahami, dan menerima bentuk tubuhnya. Dalam hal menggambarkan,
memahami, dan menerima barang atau benda kepemilikan yang melekat
sebanyak 46% siswa berada pada kategori tinggi, hal tersebut berarti siswa
mampu menggambarkan, memahami, dan menerima material self yang ada
pada dirinya, sedangkan siswa yang berada pada kategori sedang yaitu
sebanyak 4% berarti siswa cukup mampu dalam hal menggambarkan,
memahami, dan menerima barang atau benda kepemilikan yang melekat.
Barang atau benda kepemilikan yang melekat tersebut menyangkut pakaian,
perhiasan, atau aksesoris yang digunakan, dan fasilitas yang dimiliki.
Dalam hal aspek psikis siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta
juga mampu menghargai psikisnya secara baik, hal ini dapat dilihat bahwa
sebanyak 49% siswa (berada pada kategori sangat tinggi) yang berarti sangat
mampu menggambarkan, memahami, dan menerima kemampuan atau
114
kecakapan diri dan sebanyak 64% siswa (berada pada kategori tinggi) yang
berarti mampu menggambarkan, memahami, dan menerima kekurangan atau
keterbatasan diri. Menurut Jersield (Fristy, 2012:5) aspek psikis disebut
conseptual component yaitu konsepsi seseorang mengenai karakteristik
dirinya. Siswa yang memiliki kemampuan menggambarkan, memahami, dan
menerima kekurangan atau keterbatasan dirinya dengan baik berarti memiliki
sumber penilaian baik yang mempengaruhi pencapaian pemahaman akan citra
diri. Sumber penilaian tersebut adalah introspeksi, proses mempersepsi diri,
dan atribusi kausal atau mencari tahu alasan dibalik perilaku (Brown dalam
Amalia Puspita, 2010:38).
Siswa yang berada pada kategori tinggi dalam hal menggambarkan,
memahami, dan menerima kemampuan atau kecakapan diri yaitu sebanyak
46% berarti siswa mampu menggambarkan, memahami, dan menerima
kemampuan atau kecakapan dirinya dengan baik, dan sebanyak 5% siswa
yang berada pada kategori sedang berarti siswa dinyatakan cukup mampu
dalam menggambarkan, memahami, dan menerima kemampuan atau
kecakapan dirinya. Kemampuan atau kecakapan diri tersebut meliputi
kemampuan mengontrol diri, kemampuan menentukan bakat minat,
kemampuan berpikir positif dan tenang dalam menghadapi masalah, serta
kemampuan menyadari prestasi atau keahlian yang dimiliki. Dalam hal
menggambarkan, memahami, dan menerima kekurangan atau keterbatasan
diri, siswa yang berada pada kategori sangat tinggi yaitu sebanyak 16% siswa
berarti siswa tersebut sangat mampu menggambarkan, memahami, dan
115
menerima kekurangan atau keterbatasan dirinya, lalu siswa yang berada pada
kategori sedang yaitu sebanyak 19% berarti siswa cukup mampu, dan siswa
yang berada pada kategori rendah yaitu 1% berarti siswa kurang mampu
dalam menggambarkan, memahami, dan menerima kekurangan atau
keterbatasan dirinya. Kekurangan dan keterbatasan diri tersebut meliputi
kemampuan siswa untuk menggambarkan kekurangan dirinya, serta perasaan
menerima kekurangan diri.
Siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta juga memiliki penilaian
dan penghargaan yang baik untuk aspek sosial, hal ini dapat dilihat bahwa
sebanyak 65% siswa (berada pada kategori sangat tinggi) yang berarti sangat
mampu menggambarkan, memahami, dan menerima pikiran serta perasaan
dari orang lain dan sebanyak 56% siswa (berada pada kategori tinggi) yang
berarti mampu menggambarkan, memahami, dan menerima pengenalan,
status, dan tanggapan yang didapatkan dari orang lain. Aspek sosial
merupakan pengenalan atau tanggapan yang didapatkan individu dari teman
atau orang lain (James dalam Norma Lulusiana, 2008:10). Salah satu sumber
masukan untuk mencapai pemahaman akan citra diri adalah masukan dari
lingkungan sosial, siswa yang memiliki penilaian dan penghargaan yang baik
dalam aspek sosial berarti siswa tersebut melakukan perbandingan sosial yang
baik seperti siswa membandingkan dirinya dengan siswa atau orang lain
dengan adil, dan siswa melakukan reflected apraisal (penilaian yang
tercerminkan) secara baik, reflected apraisal adalah pengetahuan akan diri
116
individu tercapai dengan cara melihat tanggapan orang lain terhadap perilaku
individu (Brown dalam Amalia Puspita Hardiani, 2010:38).
Siswa yang berada pada kategori tinggi dalam menggambarkan,
memahami, dan menerima pikiran serta perasaan dari orang lain yaitu
sebanyak 35% berarti bahwa siswa tersebut mampu menggambarkan,
memahami, dan menerima pikiran serta perasaan dari orang lain. Pikiran serta
perasaan dari orang lain tersebut meliputi perasaan ketika dikritik dan
dikomentari orang lain, cara berpikir ketika dipandang tidak sesuai dengan
pemikiran orang lain misal kurang cantik atau tampan, serta bagaimana siswa
menggambarkan ucapan, pendapat, dan perilaku orang lain terhadap dirinya.
Dalam hal menggambarkan, memahami, dan menerima pengenalan, status,
dan tanggapan yang didapatkan dari orang lain siswa yang berada pada
kategori sangat tinggi yaitu sebanyak 38% berarti siswa sangat mampu
menggambarkan, memahami, dan menerima pengenalan, status dan
tanggapan dari orang lain terhadap dirinya, lalu siswa yang berada pada
kategori sedang yaitu sebanyak 5% berarti siswa dinyatakan cukup mampu,
sedangkan siswa yang berada pada kategori rendah yaitu 1% berarti siswa
dinyatakan kurang mampu. Pengenalan, status, dan tanggapan yang
didapatkan dari orang lain tersebut meliputi bagaimana siswa memandang
orang lain menggambarkan diri siswa sendiri, status yang diberikan oleh
orang lain, serta tanggapan yang diperoleh siswa dari orang lain.
Siswa yang memiliki citra diri tinggi atau sangat tinggi akan lebih
percaya diri, mampu menghargai dirinya sendiri dengan baik, cenderung
117
mudah membuka diri, merasa senang akan dirinya dan merasa yakin bahwa
dirinya mampu menghadapi berbagai situasi yang dijumpai dalam pergaulan
hidup. Sebaliknya, siswa yang memiliki citra diri sedang, rendah, atau sangat
rendah cenderung kurang percaya diri, kurang mampu menghargai dirinya
sendiri, cenderung tertutup, sulit dalam berbicara dengan orang lain, merasa
tidak aman, merasa tidak berharga dan tidak mampu. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Endra K. Prihadhi (2009:49) yang menyebutkan bahwa
siswa yang memiliki citra diri positif berarti menghargai dirinya sendiri apa
adanya baik fisik, psisik, atau sosial. Citra diri yang positif akan membawa
kepada kebahagiaan, kesuksesan, dan kepuasan hidup sedangkan citra diri
yang negatif akan menyebabkan kegagalan yang tetap, kacaunya pemikiran-
pemikiran, kebiasaan-kebiasaan, dan perilaku yang tidak tepat (Seyed dan
Farhad, 2014:136).
Citra diri yang dimiliki siswa akan berdampak pula pada kehidupan
siswa sebagai seorang remaja. Siswa diharapkan memiliki citra diri yang
tinggi atau positif agar mampu memenuhi tugas-tugas perkembangan remaja
dalam berbagai aspek, seperti aspek akademik, pribadi, sosial, dan karir.
Indikator berhasilnya pencapaian tugas perkembangan tersebut adalah siswa
memiliki rasa percaya diri yang positif, mampu mengarahkan diri, menerima
penampilan dirinya, memiliki cita-cita atau rencana hidup yang realistis,
mampu berkomunikasi dan menjalin interaksi dengan siapa saja, berani
mengemukakan pendapat, mampu menghadapi masalah dan mengatasi
kegagalan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Syamsu Yusuf (2014:96)
118
bahwa remaja merupakan periode perkembangan ke arah otonomi
(kemandirian) atau independensi pribadi, untuk mencapai aspek tersebut
remaja harus dapat menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkannya secara
efektif, mencapai kemandirian emosional, memilih dan mempersiapkan
pekerjaan, mencapai jaminan kemandirian ekonomi, mempersiapkan
pernikahan dan hidup berkeluarga, serta mengembangkan konsep dan
keterampilan intelektual yang perlu bagi kompetensi sebagai warga negara.
Pengguna instagram tidak hanya terbatas pada kalangan orang dewasa
saja, para remaja juga telah memanfaatkan jejaring sosial instagram sebagai
sarana komunikasi. Jejaring sosial instagram dijadikan sebagai media
penggambaran diri individu, melalui fasilitas yang diberikan oleh jejaring
sosial instagram tersebut remaja dapat menyimpan atau mengubah foto-foto
pribadi, catatan pribadi, status pribadi dan yang bisa dikomentari oleh sesama
pengguna, dengan demkian remaja bisa menampilkan keberadaan dirinya.
Karakteristik remaja sebagai masa mencari identitas membuat remaja
cenderung untuk menunjukkan siapa diri dan peranannya dalam kehidupan
bermasyarakat, serta berusaha untuk memberikan citra seperti yang
diinginkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Andi Mappiare (Maret Tri
Kisworo, 2011: 15-18) yang menyebutkan bahwa salah satu karakteristik
remaja adalah citra diri, sikap dan pendapat lebih realistis. Remaja sering
memandang dirinya lebih tinggi ataupun lebih rendah dari keadaan yang
sesungguhnya. Akibat yang sangat positif dari keadaan remaja akhir seperti
itu adalah timbulnya perasaan puas, dan menjauhkan remaja dari rasa kecewa.
119
Pengaruh pendapat teman atau lingkungan sosial terhadap bagaimana
individu memandang dirinya sendiri juga dialami oleh individu ketika
memasuki usia atau masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang
berbeda dari masa-masa perkembangan manusia lainnya. Perbedaan tersebut
menunjukkan bahwa masa remaja merupakan masa yang penting bagi
manusia sebagai pencarian dan pembentukan identitas dirinya. Menurut
Syamsu Yusuf (2011: 198) dalam perkembangan sosial moral, remaja
memasuki masa dimana muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan
hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis atau rasa puas
dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang
perbuatannya.
Intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram yang tinggi
pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta menunjukkan bahwa siswa
memiliki minat tinggi dan tujuan yang tetap dalam menggunakan instagram,
minat dan tujuan tersebut seperti minat untuk berinteraksi dengan orang lain
melalui instagram, selain itu siswa juga merasa senang menggunakan
instagram, tahu dan paham bagaimana cara menggunakan fitur, konten, serta
aplikasi instagram. Hal tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak 62% siswa
(berada pada kategori tinggi) memiliki attention (perhatian) yang tinggi
dalam menggunakan jejaring sosial instagram, attention (perhatian) masuk
dalam kualitas penggunaan jejaring sosial instagram, siswa memiliki
perhatian pada instagram sehingga siswa dapat menikmati aktivitas saat
120
mengakses instagram, menjalin hubungan dengan orang lain, dan
menggunakan layanan yang terdapat dalam instagram. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Qomariyah (Yanica, 2014: 83) yang menyatakan bahwa
intensitas mengakses situs media sosial adalah berapa lama dan seringnya
responden menggunakan media sosial dengan berbagai tujuan atau motivasi.
Siswa yang memiliki attention (perhatian) sangat tinggi yaitu
sebanyak 25% berarti dalam menggunakan instagram siswa memiliki
perhatian yang sangat kuat, sangat menikmati dalam mengakses instagram,
menjalin hubungan dengan orang lain melalui instagram secara intens, dan
sangat tertarik menggunakan layanan instagram sedangkan siswa yang
memiliki attention (perhatian) sedang yaitu sebanyak 13% siswa berarti siswa
memiliki perhatian dan ketertarikan yang cukup dalam menggunakan
instagram, cukup menikmati instagram, serta menjalin hubungan dengan
orang lain melalui instagram secara cukup.
Dalam hal comprehention (penghayatan) siswa kelas XI SMA Negeri
9 Yogyakarta juga berada pada penghayatan yang tinggi dalam penggunaan
instagram, yaitu sebanyak 64% siswa. Menurut Del Barico (Yanica, 2014: 83-
84) Comprehention (pengahayatan) adalah bagaimana pengguna jejaring
sosial melakukan pemahaman dan penyerapan informasi sehingga dalam hal
ini siswa mampu memahami, menikmati pengalaman untuk memenuhi dan
menyimpan informasi, dan pengalaman tersebut diperoleh sebagai
pengetahuan individu. Siswa yang memiliki comprehention (penghayatan)
yang sangat tinggi yaitu sebanyak 29% berarti siswa tersebut menghayati
121
instagram dengan sangat baik, mampu memahami fitur, konten, aplikasi
instagram dengan sangat baik, sehingga mampu menikmati pengalaman untuk
memenuhi dan menyimpan informasi dari penggunaan instagram dengan
sangat baik pula, sebaliknya siswa yang comprehention (penghayatan) berada
pada kategori sedang yaitu sebanyak 6% berarti siswa cukup menghayati
dalam menggunakan instagram, pengalaman menikmati instagram juga
cukup, serta cukup mampu memahami fitur, konten, atau aplikasi instagram
sedangkan siswa yang berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 1% berarti
siswa kurang penghayatannya dalam menggunakan instagram, kurang
menikmati, dan kurang mampu memenuhi dan menyimpan informasi
penggunaan instagram.
Durasi atau lamanya siswa dalam mengakses instagram juga sangat
tinggi, hal ini terbukti dengan perolehan data untuk aspek durasi yang
meliputi lamanya waktu mengakses instagram setiap hari dan setiap minggu
sebesar 63% (63 siswa). Durasi merupakan kuantitas penggunaan media
jejaring sosial instagram berkaitan dengan jumlah waktu dalam menggunakan
instagram. Durasi adalah lamanya pengguna dalam menjalankan perilakunya,
dalam hal ini perilaku menggunakan instagram. Siswa yang memiliki durasi
sangat tinggi tersebut berarti siswa sangat lama dalam menjalankan
perilakunya, misalnya siswa yang mengakses instagram dapat menghabiskan
1-2 jam setiap harinya, sedangkan siswa yang memiliki durasi pada kategori
tinggi yaitu sebanyak 32% berarti lama menggunakan instagram, dan siswa
122
yang memiliki durasi pada kategori sedang yaitu sebanyak 5% berarti siswa
cukup lama dalam menggunakan instagram.
Siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta juga memiliki frekuensi
yang tinggi dalam penggunaan instagram yaitu sebesar 49% (49 siswa), aspek
frekuensi tersebut meliputi seringnya siswa menggunakan instagram dihitung
baik setiap waktunya, setiap hari, dan setiap minggu. Siswa yang berada pada
kategori sangat tinggi tersebut berarti siswa sering membuka dan mengakses
instagram setiap waktu, misalkan setiap 1 jam sekali membuka instagram,
setiap hari dan dimana saja mengakses instagram. Siswa yang berada pada
kategori sangat tinggi yaitu sebanyak 18% berarti siswa sangat sering
membuka dan mengakses instagram, sedangkan siswa yang berada pada
kategori sedang yaitu sebanyak 31% berarti siswa cukup sering membuka dan
mengkases instagram, dan siswa yang berada pada kategori rendah yaitu
sebanyak 2% berarti siswa kurang sering dalam membuka dan mengakses
instagram.
Siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta dalam hal penggunaan
media jejaring sosial instagram secara umum disebut pengguna sedang
(medium user), hal tersebut dapat dilihat dari perolehan data yaitu sebanyak
90% siswa berada pada kategori medium user dengan rentang skor antara 8 –
11, sedangkan untuk pengguna berat atau disebut heavy user ditempati oleh
5% siswa, dan untuk pengguna ringan (light user) juga ditempati oleh 5%
siswa. Penggolongan tersebut didasarkan pada skor aspek durasi, karena
durasi merupakan lamanya siswa dalam menggunakan jejaring sosial
123
instagram, meliputi waktu setiap hari dan setiap minggu yang dihitung
dengan berapa jam penggunaannya. Heavy user atau pengguna berat
merupakan siswa yang mengakses instagram lebih dari 40 jam per bulan,
medium user atau pengguna sedang merupakan siswa yang mengakses
instagram antara 10 jam sampai 40 jam per bulan, sedangkan light user atau
pengguna sedang merupakan siswa yang mengakses instagram kurang dari 10
jam per bulan.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan The Graphic, Visualization,
dan Usability Center, The Georgia Institute of Technology (Yanica, 2014:83)
yang menggolongkan pengguna situs jejaring sosial atau media sosial menjadi
tiga kategori yaitu Heavy user atau pengguna berat merupakan siswa yang
mengakses instagram lebih dari 40 jam per bulan, medium user atau
pengguna sedang merupakan siswa yang mengakses instagram antara 10 jam
sampai 40 jam per bulan, sedangkan light user atau pengguna sedang
merupakan siswa yang mengakses instagram kurang dari 10 jam per bulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa citra diri siswa semakin
tinggi dikarenakan intensitas penggunaan media jejaring sosial instagramnya
juga tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil korelasi antara intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri yang
memberikan hasil bahwa keduanya berkorelasi positif yaitu apabila intensitas
penggunaan instagram semakin tinggi maka citra diri juga semakin tinggi
sebaliknya intensitas penggunaan jejaring sosial semakin rendah maka citra
diri juga semakin rendah. Sisi positif dari temuan tersebut menunjukkan
124
bahwa siswa membangun citra dirinya melalui media jejaring sosial
instagram. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Yudit Oktaria dan Appril
Harefa (2011:3) bahwa kepopuleran situs jejaring sosial dalam hal ini adalah
instagram harus dipergunakan secara cerdas untuk membangun self image
(citra diri) maupun interaksi yang sehat.
Instagram selain digunakan siswa untuk membangun citra diri, ada sisi
lain yang memungkinkan bahwa siswa membangun citra diri hanya terfokus
dengan menggunakan instagram saja, padahal citra diri dapat dibangun tidak
hanya melalui media jejaring sosial instagram. Kemungkinan tersebut
berpengaruh pada komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi
diperlukan remaja guna menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya,
dalam hal ini adalah lingkungan sosial sekolah dan pertemanan. Komunikasi
antar pribadi siswa sangat dipengaruhi oleh citra diri siswa. Citra diri yang
berkaitan dengan penerimaan diri akan berpengaruh dengan bagaimana siswa
berkomunikasi di media jejaring sosial instagram. Apabila citra diri siswa
tinggi maka siswa akan mengembangkan keakraban yang lebih baik,
sebaliknya apabila citra diri siswa rendah maka siswa akan mengembangkan
rasa iri, pengekangan diri, serta terlalu berusaha menyenangkan hati orang
lain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Holden (2005: 91-95) yang
menyebutkan bahwa Citra diri sangat mempengaruhi cara seseorang
berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Hubungan seseorang
dengan orang lain pada dasarnya merupakan perpanjangan dari hubungan
seseorang dengan dirinya sendiri. Penerimaan diri yang buruk bisa menjadi
125
penyebab tingkat kemandirian yang tidak sehat, kompetisi, rasa iri,
pengekangan diri, terlalu berusaha menyenangkan hati orang lain, dan
penyiksaan diri, sebaliknya penerimaan diri yang positif bisa membantu
mengembangkan keakraban yang lebih baik, keramahan dan kesuksesan
secara menyeluruh.
Dalam hal ini intensitas siswa dalam menggunakan jejaring sosial
instagram yang tinggi dapat membentuk dan mengembangkan citra diri siswa,
tidak menutup kemungkinan bahwa siswa memberi tampilan citra diri yang
tinggi karena menggunakan instagram, maka perlu dicari kembali bagaimana
citra diri siswa sebenarnya apabila tanpa menggunakan instagram. Sesuai
dengan hasil dari sumbangan efektif intensitas penggunaan media jejaring
sosial instagram terhadap citra diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 9
Yogyakarta yakni sebesar 8,9%, artinya persentase sisanya yakni sebesar
91,1% citra diri dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain tersebut bisa
dipengaruhi oleh komunikasi antar pribadi, keterbukaan diri, narsistic
disorder, komentar positif, persepsi, keyakinan, komunikasi, teman-teman
sebaya, keadaan keluarga, sikap mendidik orang tua, dan perkembangan
sosial.
Berdasarkan dari beberapa pemaparan sebelumnya maka diperlukan
upaya untuk membangun dan mengembangkan citra diri siswa tanpa
tergantung atau terfokus pada penggunaan media jejaring sosial instagram
saja. Guru Bimbingan dan Konseling dalam hal ini berperan penting untuk
mengarahkan siswa yang intensitas penggunaan instagramnya tinggi dengan
126
tujuan membangun dan mengembangkan citra diri, bahwa citra diri yang baik
sebenarnya bisa dibangun dengan komunikasi antar pribadi dan pergaulan
yang baik dengan siapa saja, serta juga dapat dikembangkan dan dibangun
melalui keterampilan sosial (social skill) dan penyesuaian diri. Menurut
Renita Mulyaningtyas dan Yusup Purnomo (2007:62) keterampilan sosial dan
kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting ketika seseorang
sudah menginjak masa remaja. Kegagalan remaja dalam menguasai
keterampilan-keterampilan sosial akan menyebabkan remaja sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat
menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung
berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial atau antisosial).
Guru Bimbingan dan Konseling juga dapat berperan memberikan
bimbingan tentang bagaimana menggunakan instagram secara bijak agar
tidak cenderung kecanduan dan melalaikan tugas-tugas belajar, selain itu guru
Bimbingan dan Konseling dapat memberikan layanan kepada siswa yang
memiliki citra diri rendah karena tidak menggunakan media jejaring sosial
instagram secara intens. Layanan tersebut dapat berupa bimbingan yang
berbentuk bimbingan kelompok, permainan, sosiodrama, konseling individual
maupun konseling kelompok. Isi atau materi dari layanan tersebut dapat
berupa penerimaan diri, meningkatkan keterampilan sosial, konsep diri, dan
materi tentang self image atau citra diri itu sendiri.
127
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari dalam pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari
adanya hambatan atau keterbatasan yang dialami peneliti yang mungkin
mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Peneliti hanya membuktikan citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan
media jejaring sosial instagram hanya pada kelas XI, karena pada waktu
observasi peneliti diarahkan ke kelas X yang merupakan pengguna
instagram terbanyak dan pada saat penelitian siswa sudah naik ke kelas
XI, dan kelas XII tidak dapat dijadikan subjek penelitian dikarenakan
kelas XII tidak diperbolehkan menjadi subjek penelitian oleh pihak
sekolah.
2. Peneliti hanya melihat citra diri dari sisi penggunaan instagram, padahal
kemungkinan siswa juga memiliki atau menggunakan jejaring sosial
instagram lain seperti facebook, line, dan lain sebagainya.
3. Peneliti kurang memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi citra diri
sehingga penelitian ini hanya meninjau citra diri dari intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram, padahal kemungkinan
tedapat siswa yang mempunyai citra diri yang tinggi atau positif tanpa
menggunakan media jejaring sosial instagram.
128
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai citra diri ditinjau dari intensitas
penggunaan media jejaring sosial instagram pada siswa kelas XI SMA Negeri
9 Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram
dengan citra diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta. Hal tersebut
ditunjukkan dengan hasil perhitungan analisis uji korelasi yang menunjukkan
Koefisien korelasi (rxy) antara intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram dengan citra diri sebesar 0,298 dengan taraf signifikansi 0,03.
Hubungan yang positif dan signifikan menujukkan bahwa semakin tinggi
intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram maka semakin tinggi
pula citra diri siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta, demikian juga
sebaliknya semakin rendah intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram maka semakin rendah pula citra diri siswa kelas XI SMA Negeri 9
Yogyakarta.
Citra diri siswa pengguna media jejaring sosial instagram tergolong
tinggi, yaitu sebanyak 62 siswa (62%) siswa berada pada kategori tinggi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta
mampu menggambarkan, memahami, dan menerima aspek fisik, psikis, dan
sosialnya dengan baik. Siswa yang memiliki citra diri tinggi berarti
menghargai dirinya sendiri apa adanya baik fisik, psisik, atau sosial. Citra diri
129
yang tinggi akan membawa kepada kebahagiaan, kesuksesan, dan kepuasan
hidup.
Intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram siswa kelas XI
SMA Negeri 9 Yogyakarta tergolong tinggi, yaitu sebanyak 76 siswa (76%)
siswa berada pada kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa
memiliki minat tinggi dan tujuan yang tetap dalam menggunakan instagram,
minat dan tujuan tersebut seperti minat untuk berinteraksi dengan orang lain
melalui instagram, selain itu siswa juga merasa senang menggunakan
instagram, tahu dan paham bagaimana cara menggunakan fitur, konten, serta
aplikasi instagram, dan siswa juga memiliki durasi dan frekuensi yang tinggi
dalam penggunaan instagram. Berdasarkan durasi siswa kelas XI SMA
Negeri 9 Yogyakarta tergolong ke dalam medium user (pengguna sedang)
yaitu siswa yang menggunakan instagram antara 10 – 40 jam setiap bulannya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, saran yang diajukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Sekolah
Kaitannya dengan hasil penelitian yang diperoleh, diharapkan
pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah mengatur kuota atau batasan
wi-fi yang ada di sekolah karena setiap kelas terhubung dengan wi-fi dan
wi-fi bisa diakses kapan saja dan di mana saja di setiap sudut sekolah. Hal
tersebut mengingat intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram
130
yang tinggi di kalangan siswa. Misalkan, pada jam pelajaran akses
jejaring sosial di tutup terlebih dahulu tetapi ketika sudah jam istirahat
akses untuk jejaring sosial bisa dibuka dan dinikmati oleh siswa.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling diharapkan mampu
mengoptimalkan perannya kembali untuk membimbing dan mengarahkan
siswa bagaimana menggunakan jejaring sosial instagram secara bijak,
mengembangkan citra diri siswa untuk perkembangan optimal siswa,
meningkatkan citra diri siswa yang masih sedang atau rendah, dan
membimbing membangun citra diri yang baik. Selain itu guru BK juga
diharapkan dapat membimbing siswa bagaimana memiliki dan
membangun citra diri yang baik tanpa tergantung dengan media jejaring
sosial. Bimbingan dan arahan tersebut dapat melalui bimbingan klasikal,
permainan, sosiodrama, konseling, dan lain sebagainya.
3. Bagi Siswa
Siswa diharapkan selalu mampu mengontrol penggunaan jejaring
sosial instagram, menggunakan instagram secara bijak dan apa adanya,
memanfaatkan instagram tidak hanya untuk memposting foto atau video
pribadi, bisa untuk mengikuti dan mencari informasi yang bermanfaat,
berwirausaha, dan lain sebagainya. Siswa juga diharapkan mampu
membangun citra diri yang baik kepada siapa saja, menerima keadaan
fisik, psikis, dan sosialnya dengan baik.
131
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti citra diri dan
intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram, dapat
memperhatikan faktor lain seperti komunikasi antar pribadi, keterbukaan
diri (self disclosure), narsistic disorder, tingkat kecemasan apabila tidak
menggunakan instagram, komunikasi interpersonal, eksistensi diri,
prokrastinasi akademik, cyber crime, peran lingkungan, percaya diri,
persaingan kehidupan, kecanduan instagram, persepsi, pengembangan
subjek penelitian, dan hasilnya bisa diuji kembali guna pengembangan
ilmu pengetahuan. Selain itu peneliti selanjutnya dapat menggunakan
metode kualitatif agar mendapatkan data yang lebih mendalam mengenai
citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram.
132
DAFTAR PUSTAKA
Aditya Panji. (2014). Hasil Survei Pemakaian Internet Remaja Indonesia. Artikel. Diaksesdarihttp://tekno.kompas.com/read/2014/02/19/1623250/Hasil.Survei.Pemakaian.Internet.Remaja.Indonesia. Pada tanggal 20 Januari 2015, Jam 14.00 WIB.
Akron-Summit County Public Library. (2013). What Is Instagram?. Journal
Electronic Service Division. Diakses dari http://www.akronlibrary.org Diunduh pada Tanggal 11 Mei 2015.
Alo Liliweri. (2011). Komunikasi, Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana. Amalia Puspita Hardiani. (2010). Hubungan Citra Diri Melalui Foto Profil dengan
Harga Diri pada Mahasiswa Pengguna Facebook Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Andi Prastowo. (2014). Memahami Metode-metode Penelitian. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media. Anonim. (2013). 4 Alasan Remaja Gemar Media Sosial. Artikel. Diakses dari
http://www.tempo.co/read/news/2013/06/28/061491864/4-Alasan-Remaja-Gemar-Media-Sosial. Pada tanggal 20 Januari 2015, Jam 11.30 WIB.
Burhan Bungin. (2006). Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Dan, Frommer. (2010). Here’s How To Use Instagram. Artikel. Diakses dari
http:// http://www.businessinsider.com/instagram-2010-11?IR=T&. Pada tanggal 11 Mei 2015, Jam 09.00 WIB.
Daniel Kurniawan Salamon. (2013). Instagram, Ketika Foto Menjadi Mediator
Komunikasi Lintas Budaya di Dunia Maya.pdf. Diakses dari http:// repository.petra.ac.id/16642/1/Publikasi1_10021_1481.pdf pada tanggal 11 Mei 2015, jam 06.00 WIB.
David Mahendra. (2014). Media Jejaring Sosial dalam Dimensi Self Disclosure.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Deni Darmawan. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
133
e-journal UAJY. (2014). Fitur-fitur instagram.pdf. diakses dari http://e-journal.uajy.ac.id/5575/3/KOM203702. Pada tanggal 20 Mei 2015, Jam 11.00 WIB.
Endra K. Prihadhi. (2009). Breaking Your Mental Block. Jakarta: Elex Media
Computindo. Fristy. (2012). Citra Diri pada Remaja Putri yang Mengalami Kecenderungan
Gangguan Body Dismorphic. Skripsi. Universitas Gunadarma. Hana Afradhila dan Yeniar Indriana. (2015). Hubungan Antara Fanatisme
terhadap Produk Perawatan Wajah dengan Citra Diri Fisik pada Wanita Dewasa Awal. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Harian Online Tempo. (2015). Pengguna Instagram Capai 300 Juta. Artikel. Diaksesdarihttp:http://www.tempo.co/read/news/2014/12/12/072628184/Pengguna-Instagram-Capai-300-Juta. Pada tanggal 11 Mei 2015, Jam 14.00 WIB.
Heri Wibowo. (2007). Fortune Favors The Ready Keberuntungan Berpihak
kepada Orang-orang yang Siap. Bandung: Oase.
Holden, Robert. (2005). Success Intelligence: Timeless Wisdom for a Maniac Society. (Terjemahan Yuliani Liputo). Bandung: Mizan Pustaka.
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi. (2006). Pengantar Statistika Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Ika Ayuningtyas. (2015). Tingkat Pengaturan Diri dalam Bidang Akademik pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling di Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Ilkido, KOPACZ. (2011). “Say Lovely Things about Me so I Know I am Like That”. The Role of Positive Photo Comments Posted on Social Networking Websites in the Development of The Self Image. Journal Acta Universitaties Sapientiae, Social Analysis; Vol 1, 2 (2011) 300-306. Babes-Bolyai Universitiy, Cluj-Napoca, Romania.
Instagram. (2015). About Us. Diakses dari http:// https://instagram.com/about/us/. Pada Tanggal 12 Mei 2015, Jam 15.00 WIB.
IR Daya. (2010). Komunikasi Chapter II.pdf. Diakses dari: http://repository.usu.ac.id. Pada tanggal 26 April 2015, Jam 05.00 WIB.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke III. Jakarta: Balai Pustaka.
134
Keke Mahardika. (2015). Pengaruh Instagram terhadap Kehidupan Remaja. Artikel.Diaksesdarihttp://www.academia.edu/9797885/pengaruh_instagram_terhadap_kehidupan_remaja. Pada tanggal 17 Mei 2015, Jam 15.00 WIB.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. (2014) Panduan Optimalisasi Media Sosial. Jakarta: Pusat Humas Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
Kemkominfo. (2013). Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. Artikel. Diakses dari kominfo.go.id/index.php/content/ detail/3415/ Kominfo+%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+juta+
Orang/0/berita satker#.VMBtNuQoJLo. Pada tanggal 20 Januari 2015, Jam 05.00 WIB.
___________. (2014). Pengguna Internet di Indonesia capai 82 Juta. Artikel.
Diaksesdarikominfo.go.id/index.php/content/detail/3980/Kemkominfo%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+Capai+82+Juta/0/berita_satker#.VNB0etKUdHQ. Pada tanggal 3 Februari 2015, Jam 12.00 WIB..
Komang Sri dan Yohanes Kartika. (2013). Perbedaan Intensitas Komunikasi
Melalui Jejaring Sosial antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Remaja. Jurnal Psikologi Udayana; Vol. 1, No.1, 106-115. Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayana. Diakses melalui http://download.portalgaruda.org.
Maltz, Maxwell. (1992). Kekuatan Ajaib Psikologi Citra Diri. Jakarta: Mitra
Utama. Maret Tri Kisworo. (2011). Studi Kasus Perilaku Kecanduan Game Online pada
Remaja Pelajar SMA di Kota Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Margono. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Muhammad Al-Mighwar. (2006). Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia. Norma Lulusiana. (2008). Hubungan antara Minat Membaca Majalah Remaja
dengan Citra Diri Pada Remaja Putri. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Panut Panuju dan Ida Umami. (2005). Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya. Pradana Saktya Adi. (2008). Kecenderungan Narsistik pada Pengguna Friendster
Ditinjau dari Harga Diri. Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata.
135
Pipit Yuliani. (2013). Hubungan Citra Diri dengan Perilaku Perawatan Wajah yang Dilakukan Pria di Klinik Skin Care Kota Bandung. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Purwanto. (2006). Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Putri Sekar. (2014). Remaja Lebih Suka Instagram Daripada Facebook. Artikel.
Diakses dari http:// http://www.marketing.co.id/remaja-lebih-suka-instagram-daripada-facebook/. Pada tanggal 11 Mei 2015, Jam 11.30 WIB.
Renita Mulyaningtyas dan Yusup Purnomo. (2007). Bimbingan dan Konseling
untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Rima Sekarani. (2013). Tingkat Adversitas Siswa KMS Se Kota Yogyakarta.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Rita Eka, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Saifuddin Azwar. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sanafiah Faisal. (2005). Format-format Penelitian Sosial: Dasar-dasar dan aplikasi. Jakarta: Grasindo.
Santrock, J.W. (2003). Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Sarlito Wirawan Sarwono. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Seyed Fathollah & Farhad Khatami.(2014). Investigating the Role of Self Confidence and Self-Image Proportion in Consumer Behavior. International Journal of Marketing Studies; Vol.6, No.4. Canadian Center of Science and Education. Diakses melalui http://www.proquest.com.
Sofian Effendi dan Tukiran. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Sri Rumini dan Siti Sundari. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiarto, dkk. (2003). Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
_________________. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
136
_________________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Revisi Ed V. Jakarta: Rineka Cipta.
Sunarto dan Agung Hartono. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Syamsu Yusuf. (2011). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
____________. (2014). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tri Listyawati. (2012). Narcisstic Personality Disorder pada Siswa SMA Pengguna Jejaring Sosial Dunia Maya Facebook di Kota Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yanica Nur Latifa. (2014). Korelasi antara Kebutuhan Afiliasi dan Keterbukaan Diri dengan Intensitas Menggunakan Jejaring Sosial pada Siswa Kelas VII SMP N 15 Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yudit Oktaria dan Appril Harefa. (2011). Studi Literatur Keterbukaan Diri pada Remaja Pengguna Facebook.pdf. Diakses dari http://universitas gunadarma.ac.id. Pada tangggal 28 April 2015, Jam 12.00 WIB.
137
LAMPIRAN
138
Lampiran 1. Hasil Uji Reliabilitas
A. Hasil Uji Reliabilitas Citra Diri
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.779 34
B. Hasil Uji Reliabilitas Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.864 37
139
Lampiran 2. Data Citra Diri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34f f f f f uf uf uf f f uf f uf f f f uf uf uf uf uf uf f f f f uf uf f f f f uf uf
1 Sukma Ayu P 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 1 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 932 Rifda Khusnul K P 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 1063 Yesafira Mustika R P 3 3 2 4 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 994 Adia Islami Permono P 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 4 2 3 3 4 3 3 2 3 3 1 1005 Deasita P 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1006 Firstananda Y P 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 987 Gusti R.M.A L 3 4 2 4 3 3 4 2 3 2 4 4 4 4 3 4 3 4 3 2 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 2 1108 Fadhila Zidni Ilma P 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 2 3 2 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 2 4 2 3 3 3 4 3 1019 Peggy Sukmawati P 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 1 4 3 2 3 3 2 2 8010 Sheila Dewani Anindya P 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 9311 Ranto Jambi M.S L 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 9812 Salsabila Paundria C P 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 9513 Jenita Kurnia Sari P 2 4 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 9414 Anindya Arman Putri P 2 3 2 4 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 2 9915 Salsabila Arwa S P 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 2 4 4 3 3 3 3 3 10416 Aninda Nur Septiani P 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 9817 Muhammad Andi A L 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 1 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 8118 Ahmad Yusuf Asna L 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 1 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 1 3 2 7719 Anisa W P 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 9420 Nuzila Putri A B P 1 4 1 1 2 4 4 1 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 1 2 4 4 4 3 2 2 9421 Nanda P 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 1 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 10522 Ziyada Qonita P 4 4 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 9823 Ratu Yeremia P 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 9324 Ratna Siwi P 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 9825 Hasna F A P 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 2 3 1 7226 Khairiyatun Ni'man P 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 9827 Muhammad Hanif P L 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 10328 Daffa Abhisatya L 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 9629 Satriya Bumi L 2 3 2 3 3 2 3 2 3 1 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 9330 Kukuh Khoiru U L 3 3 2 2 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 1 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 10231 Muhammad Rizal Saput L 3 3 3 3 3 1 2 2 3 2 2 4 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 8632 Shafira Rahmasari P 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 9333 Annisa Alifia S P 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 1 4 4 3 2 2 2 2 90
No Nama Siswaskor total
Item PernyataanJenis
Kelamin
Lampiran 3. Data Citra Diri
Sangat Ting
Tinggi
Sangat Ting
Sangat Ting
Tinggi
Kategori
Tinggi
Sangat Ting
Tinggi
Sangat Ting
Sangat Ting
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sangat Ting
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Ting
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Ting
Tinggi
Tinggi
Tinggi
140
34 Bidari Ashifa N P 3 3 3 3 3 4 4 4 3 1 4 3 4 3 3 3 3 1 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 10335 Agus H Rodimin L 3 1 1 2 2 1 3 1 2 2 3 3 2 3 4 3 3 3 2 2 2 1 2 2 4 4 1 1 3 1 1 1 3 1 7336 Riskyana Kuslihah P 2 3 1 2 1 2 3 1 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 1 3 4 3 3 3 4 4 3 1 1 3 3 3 3 3 9237 Nabila Azizah P 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 9038 Ganis Kelsiea Salsabil P 3 3 2 3 3 4 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 9339 Dinu A S L 2 3 2 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 9940 Hanif Maheswaraditya L 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 1 3 3 3 2 2 3 2 8541 Salma Winnie Indiarty P 4 1 2 4 3 1 4 4 2 1 4 2 1 2 4 3 1 4 2 1 1 3 4 4 1 4 1 2 4 4 4 4 4 1 9142 Savitri Puspitasari P 3 3 2 3 3 3 4 2 3 1 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 9243 Agriska Febri Pramesti P 2 3 2 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 9244 M. Zulfikar Fikri L 3 3 2 4 3 2 2 1 3 2 3 3 2 3 4 4 1 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 9145 Novi Arista Gunanti Put P 3 4 3 2 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 2 10346 Vieloy Immanuela P 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 2 3 9347 Meyalisa Juli T P 3 3 2 3 3 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 9948 Raditya Dion Mahendra L 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 9849 Ardelia Kumala Helga P 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 9550 Firda Nur Istiqomah P 4 4 1 3 3 3 4 3 3 2 2 4 4 3 4 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 10151 Raden Ferian Leo M L 3 3 1 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 9752 Laurentius Romy K L 3 2 1 3 1 3 2 1 3 2 3 4 3 3 3 4 2 4 3 1 3 3 3 3 2 4 2 3 3 4 2 1 2 2 8853 Muhammad Ricky R L 4 3 3 4 2 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 2 3 10754 Alfan Faidilla Dharma L 4 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 10655 Andika Janu K L 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 9956 Kemala Fitri Adelia P 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 9757 Veronika Cendi P 4 4 2 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 2 3 4 2 10958 Maria Immaculata P 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 2 3 2 10059 Tri Nastiti Apriliawati P 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 9860 Rachmaningrum N P 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 10261 Aulia Khansa D P 3 3 3 2 4 3 2 2 3 2 3 4 3 3 4 4 1 3 2 3 3 3 4 3 4 3 1 1 4 4 4 3 4 2 10062 Pevita Pearce P 3 3 3 2 4 3 3 2 3 2 3 4 3 3 4 4 1 3 2 3 3 3 4 3 4 3 1 1 4 4 4 3 4 2 10163 Zandra Ayu W R T P 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 2 3 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 9664 Annisa Nurul Firdausi P 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 9765 Novita Nurhayati P 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 9266 Novita Trias Anisa P 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 4 4 3 3 3 3 103
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Tinggi
141
67 Anelga Nurpradipta P 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 2 11068 Fransilia Rizkita P 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 1 10769 Michael CBNW L 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 9170 Kartika S.D P 3 3 2 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 9471 Rafael A.C.D L 4 4 4 1 2 1 1 4 4 4 4 1 1 4 2 4 1 1 3 1 4 3 4 4 4 4 1 1 4 4 1 4 1 1 9172 Sekar Cantika P P 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 2 3 4 4 4 3 2 4 4 3 3 3 3 10673 CE P 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 9874 Yustinus Prasetya L 4 4 1 4 2 1 4 3 4 1 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 10875 Yasinta Rahma S P 3 3 2 3 3 3 4 2 2 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 9976 Dhanis Nuranggitasari P 3 3 2 3 3 3 4 1 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 10077 Krisna Anam L 4 4 3 3 3 2 4 4 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 3 4 2 2 4 3 2 3 3 3 10178 Judanti Cahyaning Tyas P 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 9679 Hanifa Haris N P 3 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 4 3 2 2 2 2 2 2 3 4 4 4 2 2 3 3 2 2 2 3 9280 Kezia Shania V P 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 9381 Elsa Lutfia Chandra P 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 10782 Engelberta Sekar P 3 4 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 9583 Erina Budi P 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 9384 Elfana P 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 9585 Nazarina Tiffan P 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 2 2 4 4 3 3 4 3 2 2 3 4 3 3 1 2 9486 Clansa Dessy Wijaya P 3 4 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 3 2 2 9887 Siti Assakinah HH P 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 10188 Hosea Pita W P 3 3 2 2 3 2 4 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 9389 Arshanti Mahy P 2 4 1 1 1 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 2 2 3 3 4 2 2 3 4 4 2 4 4 3 4 2 3 2 10090 Ardhito A Arro L 3 3 2 3 3 2 4 3 3 2 2 3 2 1 4 3 2 3 2 1 1 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 3 3 9091 J. Angelika D P 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 9892 Evelina Ayu K P 4 2 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 3 2 2 11093 Andhika Ryan P L 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 10294 Aurelia Tasya Sefira P 4 3 3 2 2 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 10695 Anita Puspitasari P 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 3 3 3 4 2 10096 Pipin M P 2 3 2 1 3 2 4 2 3 2 3 3 4 3 3 4 2 3 3 2 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 9497 Bella Annisa D P 4 3 2 2 3 2 4 3 2 1 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 9398 Maharani M Ulfah P 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 9499 Stefani Arinta P 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 2 2 4 4 3 2 4 2 109100 RA Tasik Wulan H P 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 2 4 3 3 4 4 2 4 4 3 4 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 1 103
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
142
Lampiran 3. Data Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37f uf f uf f f f f f uf f uf f uf uf f f f f uf uf f uf uf f f uf f f f f f uf uf f f uf
1 Sukma Ayu P 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 932 Rifda Khusnu P 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 953 Yesafira Must P 3 3 3 3 1 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 884 Adia Islami Pe P 4 4 4 4 3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 2 1 2 4 1 2 2 1 1 2 1 2 4 4 4 3 1 4 3 4 4 4 1105 Deasita P 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1016 Firstananda Y P 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 977 Gusti R.M.A L 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 1 3 2 3 2 2 2 2 1 1 3 3 3 1 1 4 3 3 2 2 888 Fadhila Zidni P 3 1 4 4 3 1 1 2 3 2 4 4 3 4 4 2 3 1 2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1039 Peggy Sukma P 3 1 3 4 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 1 3 2 3 3 1 3 2 2 2 2 9410 Sheila Dewan P 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 9711 Ranto Jambi M L 2 1 1 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 1 1 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 7612 Salsabila Pau P 3 2 3 4 2 1 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 4 3 3 10613 Jenita Kurnia P 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 9714 Anindya Arm P 3 2 2 4 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 9415 Salsabila Arw P 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 9016 Aninda Nur S P 3 2 3 4 3 3 3 1 3 1 4 4 3 3 4 2 1 2 2 1 2 2 3 2 1 1 1 3 3 3 1 1 3 3 2 1 1 8517 Muhammad A L 2 1 2 3 2 2 3 1 2 2 3 3 2 1 1 4 1 1 1 4 4 1 4 4 1 4 2 2 2 1 1 2 4 4 1 1 3 8218 Ahmad Yusuf L 2 2 1 3 2 1 1 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 1 1 4 1 1 1 1 1 4 4 1 1 4 7519 Anisa W P 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 10120 Nuzila Putri A P 3 1 4 4 2 1 4 4 4 2 4 4 4 4 3 1 2 4 3 2 2 3 2 2 3 3 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 2 11121 Nanda P 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 4 1 2 4 3 2 2 3 2 2 3 3 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 10522 Ziyada Qonita P 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 9723 Ratu Yeremia P 3 3 3 3 3 1 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 10324 Ratna Siwi P 3 2 2 3 3 1 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 7925 Hasna F A P 3 2 1 2 1 2 4 2 3 2 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 9426 Khairiyatun N P 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 9527 Muhammad H L 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 8328 Daffa Abhisat L 3 2 2 4 2 2 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 10529 Satriya Bumi L 4 2 3 4 2 2 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 4 4 4 2 3 2 2 3 3 2 10630 Kukuh Khoiru L 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 1 2 1 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 8631 Muhammad R L 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 9332 Shafira Rahm P 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 9033 Annisa Alifia P 3 2 3 4 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 101
Lampiran 4. Data Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
No Nama SiswaItem Pernyataan
Skor Total
Jenis Kelami
nKategori
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Ting
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sangat Ting
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
143
34 Bidari Ashifa P 2 3 1 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 9035 Agus H Rodim L 3 1 3 4 4 1 1 2 3 1 4 4 3 3 3 2 1 1 3 2 1 1 4 2 2 2 4 4 4 4 3 1 4 4 1 4 4 9836 Riskyana Kus P 1 3 1 3 4 1 1 2 2 1 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 4 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 3 1 1 3 7137 Nabila Azizah P 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 4 2 2 1 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 8838 Ganis Kelsiea P 4 2 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 1 2 3 3 3 2 3 7 3 3 3 3 10839 Dinu A S L 4 1 3 4 2 2 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 2 1 3 2 2 2 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 10240 Hanif Mahesw L 3 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 4 2 2 3 2 1 1 1 4 2 2 3 1 2 3 3 2 2 8041 Salma Winnie P 4 1 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 1 4 1 1 2 3 4 1 1 4 1 1 4 1 10842 Savitri Puspit P 3 2 3 3 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 2 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 10143 Agriska Febri P 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 10644 M. Zulfikar Fi L 3 2 3 4 2 2 3 2 3 2 4 5 3 4 4 3 3 4 3 2 2 4 3 3 2 4 4 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 10745 Novi Arista G P 3 2 3 3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 1 3 4 1 4 2 12046 Vieloy Imman P 3 2 3 4 2 3 3 2 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 1 4 4 4 3 2 3 2 2 3 2 10347 Meyalisa Juli P 3 2 2 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 9448 Raditya Dion L 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 8749 Ardelia Kuma P 3 2 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 10550 Firda Nur Istiq P 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 1 2 3 1 3 2 2 2 4 1 1 2 1 3 3 3 1 1 4 3 2 2 1 8751 Raden Ferian L 3 2 3 4 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 10252 Laurentius Ro L 4 3 3 2 3 1 3 1 3 4 4 3 4 3 2 2 2 2 1 2 3 2 4 3 2 1 1 3 4 3 2 1 3 3 2 2 3 9453 Muhammad R L 3 1 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 4 2 1 2 2 3 2 3 2 1 2 3 3 2 2 9454 Alfan Faidilla L 3 1 3 4 2 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 9755 Andika Janu K L 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 1 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 9356 Kemala Fitri A P 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 10257 Veronika Cen P 4 1 4 4 1 3 3 3 4 2 4 4 3 4 4 3 3 2 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 4 11258 Maria Immac P 3 2 3 3 2 1 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 4 1 1 2 2 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3 9459 Tri Nastiti Ap P 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 9060 Rachmaningr P 3 2 3 4 2 2 3 2 3 2 4 4 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 1 1 4 3 3 3 3 9661 Aulia Khansa P 4 1 3 3 3 3 4 4 3 2 4 4 3 3 2 3 2 2 3 1 3 2 2 2 1 2 1 3 3 3 3 1 4 3 3 2 2 9762 Pevita Pearce P 3 2 2 2 2 1 4 4 3 2 4 4 3 3 2 3 2 2 3 1 3 2 2 2 1 2 1 3 3 3 3 1 4 3 3 2 2 9263 Zandra Ayu W P 3 3 3 4 1 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 9964 Annisa Nurul P 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 9765 Novita Nurha P 3 2 3 4 4 2 3 2 3 2 4 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 9666 Novita Trias A P 3 1 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 88
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
144
67 Anelga Nurpr P 3 2 4 3 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 10968 Fransilia Rizk P 3 1 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 1 4 1 1 2 1 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 10769 Michael CBNW L 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 9170 Kartika S.D P 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 9771 Rafael A.C.D L 4 1 4 4 1 1 4 2 4 1 4 1 4 1 4 4 4 2 4 3 1 3 4 1 4 3 1 2 4 3 4 3 1 2 4 3 1 10172 Sekar Cantika P 3 1 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 1 9273 CE P 3 2 3 3 2 2 3 4 2 3 3 1 2 2 2 2 1 2 3 2 3 3 4 1 3 2 2 1 3 4 3 2 1 2 1 3 3 8874 Yustinus Pras L 2 1 1 3 1 3 3 1 2 3 4 4 2 3 2 1 1 4 3 3 2 3 4 2 2 4 4 2 3 3 2 3 1 4 3 1 1 9175 Yasinta Rahm P 3 2 3 4 2 1 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 1 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 10276 Dhanis Nuran P 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 9377 Krisna Anam L 2 1 2 1 3 1 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 4 1 1 1 2 3 3 2 1 1 1 3 2 1 2 6578 Judanti Cahya P 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 10279 Hanifa Haris N P 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 8180 Kezia Shania P 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 8281 Elsa Lutfia Ch P 3 2 2 3 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 8882 Engelberta Se P 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 10583 Erina Budi P 3 2 3 4 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 9984 Elfana P 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 10285 Nazarina Tiffa P 4 1 4 4 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 3 2 2 3 3 4 2 3 2 4 3 3 3 3 4 4 4 11586 Clansa Dessy P 4 1 3 4 1 1 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 10287 Siti Assakinah P 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 10588 Hosea Pita W P 3 1 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 7989 Arshanti Mah P 4 2 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 1 3 1 4 1 4 2 4 4 1 1 3 3 4 4 4 4 1 11590 Ardhito A Arr L 3 2 3 4 1 2 2 2 3 2 4 3 3 2 2 3 2 2 3 1 2 2 4 1 1 1 1 4 3 3 2 2 2 1 2 2 2 8491 J. Angelika D P 3 1 3 3 2 2 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 4 3 9592 Evelina Ayu K P 4 1 4 3 3 2 4 2 3 2 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 10693 Andhika Ryan L 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 8794 Aurelia Tasya P 3 2 3 4 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 9295 Anita Puspita P 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 8396 Pipin M P 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 1 1 2 2 3 2 1 1 3 3 1 1 2 9397 Bella Annisa P 4 3 3 4 2 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 1 1 4 1 1 3 3 1 3 4 3 3 4 2 1 3 4 1 10298 Maharani M U P 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 10399 Stefani Arinta P 4 1 4 4 4 2 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 2 1 4 2 2 2 2 3 3 4 2 3 3 3 1 1 3 3 4 4 3 107100 RA Tasik Wula P 3 1 2 4 2 2 3 2 2 3 3 4 4 3 3 2 2 1 3 3 2 3 3 2 2 1 1 3 3 2 1 1 4 3 3 3 3 92
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sangat Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
145
Lampiran 4. Instrumen Penelitian
Skala Citra Diri dan Skala Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Jenis Kelamin : L / P
Usia :
Kelas :
Jejaring sosial yang digunakan:
Instagram Facebook Twitter
• Beri tanda silang pada jejaring sosial yang adik gunakan
B. PENGANTAR
Adik-adik yang saya cintai dan banggakan, perkenankanlah saya untuk
membagikan skala citra diri dan intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram ini kepada adik-adik. Manfaat dari skala citra diri dan skala
intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram ini adalah untuk
mengetahui citra diri dan intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram
adik-adik. Oleh sebab itu, harapannya adik-adik dapat meluangkan waktu
sejenak untuk mengisi skala ini dengan sebaik-baiknya. Skala ini merupakan
penelitian untuk memperoleh data tentang citra diri dan intensitas penggunaan
media jejaring sosial instagram adik-adik semua.
Perlu adik-adik ketahui, bahwa skala ini hanya untuk kepentingan
penelitian, tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai dan tidak ada konsekuensi
terhadap hasil jawaban, serta jawaban akan dijaga kerahasiaannya. Oleh sebab
itu, saya berharap adik-adik dapat memberikan jawaban yang jujur apa adanya
sesuai dengan kondisi yang ada pada diri adik-adik.
Atas kesediaan adik-adik untuk meluangkan waktu menjawab ini saya
ucapkan terima kasih.
Hormat Saya
Iandesi Andarwati
146
C. PETUNJUK PENGERJAAN
1. Baca dan pahami setiap pernyataan-pernyataan berikut dengan seksama dan
teliti.
2. Jawablah semua pernyataan yang sesuai dengan keadaan atau perasaan
adik-adik sesungguhnya.
3. Pilih salah satu dari empat jawaban yang tersedia.
SS : Apabila adik-adik merasa Sangat Sesuai dengan pernyataan yang
diajukan
S : Apabila adik-adik merasa Sesuai dengan pernyataan yang diajukan
TS : Apabila adik-adik merasa Tidak Sesuai dengan pernyataan yang
diajukan
STS : Apabila adik-adik merasa Sangat Tidak Sesuai dengan pernyataan
yang diajukan
4. Berikut ini merupakan contoh tabel pernyataan beserta pilihan jawaban
pernyataan.
Contoh:
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya bangga dengan tubuh saya
Apabila pernyataan di atas sangat sesuai dengan kenyataan keadaan yang
dialami adik-adik, maka berilah tanda ceklist (√) pada pilihan jawaban
Sangat Sesuai (SS).
Contoh:
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS1. Saya bangga dengan tubuh saya √
Apabila adik-adik hendak mengganti jawaban, berilah tanda sama dengan
(=), kemudian buatlah tanda ceklist (√) pada jawaban yang baru.
Contoh:
147
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya bangga dengan tubuh saya √ √
5. Telitilah kembali pekerjaan adik-adik, jangan sampai ada satu pernyataan
yang terlewatkan.
SKALA CITRA DIRI
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya bangga dan percaya diri dengan keadaan tubuh saya
2. Saya merasa sehat dan kuat
3. Saya puas dengan berat dan tinggi badan saya saat ini
4. Meskipun mudah sakit dan sering kurang sehat, saya tetap bersemangat menyelesaikan tugas
5. Saya menerima berat dan tinggi badan saya meskipun terlihat kurang ideal
6. Saya merasa penampilan saya tidak menarik
7. Saya terpaksa meniru penampilan atau gaya orang agar dapat diterima oleh teman-teman
8. Saya merasa sedih dan kurang puas dengan berat dan tinggi badan saya saat ini
9. Pakaian yang saya kenakan selalu pantas untuk diri saya
10. Penampilan saya semakin keren dan menarik apabila saya mengenakan perhiasan atau aksesoris
11. Saya terlihat biasa dan kurang keren dengan gaya pakaian dan aksesoris yang saya kenakan
12. Saya menerima dan menikmati fasilitas apapun yang saya miliki saat ini (handphone, kendaraan, dsb)
148
13. Saya kurang puas terhadap apapun yang saya miliki saat ini
14. Saya mampu mengontrol diri dengan baik
15. Saat ada masalah saya tetap bisa berbincang, bercanda dan bersenang-senang dengan teman-teman
16. Saya orang yang tetap tenang meskipun berada di bawah tekanan dan situasi yang tidak menyenangkan
17. Saya bingung menentukan bakat dan minat saya
18. Kesuksesan dan prestasi yang saya dapatkan merupakan keberuntungan dan suatu kebetulan bukan karena keahlian atau kemampuan saya
19. Saya mudah kehilangan kendali dan kontrol diri
20. Saya merasa sedih karena tidak memiliki prestasi akademik atau non akademik
21. Saya merasa tidak memiliki bakat dan keahlian yang tidak berarti
22. Saya selalu merasa rendah diri
23. Saya tidak perlu rendah diri atas kekurangan yang saya miliki
24. Saya tetap percaya diri berteman dengan orang lain meskipun saya dipandang kurang cantik atau tampan
25. Saya baik-baik saja dikritik dan dikomentari selama saya bisa belajar dari kritikan dan komentar tersebut
26. Saya berpikir ada sesuatu hal yang berharga yang bisa diambil dari sikap dan pemikiran orang lain
27. Saya sedih apabila orang-orang mencela saya
28. Sikap dan pemikiran orang lain tidak begitu penting bagi saya
29. Terhadap siapapun saya bisa berteman dan tidak pilih kasih
30. Teman-teman menerima saya apa adanya
31. Dalam berteman atau memulai pertemanan saya tidak mengalami kesulitan
149
32. Teman-teman menilai saya orang yang percaya diri dan keren
33. Saya tidak mudah memaafkan kesalahan orang lain yang sudah menyakiti saya
34. Saya sedih ketika saya tidak diajak bergabung oleh teman-teman
SKALA INTENSITAS PENGGUNAAN INSTAGRAM
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya merasa tertarik dengan instagram yang sedang berkembang saat ini
2. Saya memilih berteman secara langsung daripada menggunakan instagram
3. Saya menggunakan instagram untuk mengunggah foto dan video pribadi
4. Saya memiliki akun instagram tetapi tidak tahu fungsinya untuk apa
5. Saya menggunakan instagram untuk mengikuti akun selebritis yang saya sukai
6. Saya menggunakan instagram untuk promosi atau berjualan barang atau jasa
7. Saya menggunakan instagram untuk menyebarkan kegiatan (event) yang berlangsung di sekolah dan masyarakat
8. Saya lebih senang menggunakan instagram daripada media sosial yang lain
9. Membuka instagram membuat saya senang
10. Media jejaring sosial lain lebih menyenangkan daripada instagram
11. Saya paham dan bisa menggunakan fitur-fitur instagram
12. Bagi saya fitur-fitur instagram terlalu membingungkan untuk digunakan
13. Saya melihat aktivitas terbaru foto yang sudah saya unggah, apakah ada yang berkomentar, memberi tanda suka, ada pengikut baru dan sebagainya
14. Saya malas menggunakan fitur atau konten yang ada di instagram
150
15. Saya kurang peduli dan memperhatikan fitur-fitur yang ada di instagram
16. Saya memperbarui fitur atau konten yang ada ditawarkan instagram
17. Saya sering mengecek kumpulan foto dan video populer yang mendapat banyak like
18. Saya langsung meng-update atau memperbaharui foto ketika membuka dan mengakses instagram
19. Saya ikut memberikan tanggapan atau komentar terhadap foto dan gambar yang diunggah teman-teman
20. Foto yang saya tampilkan atau unggah bebas dilihat oleh siapa saja
21. Saya kurang peduli dengan foto dan video yang tengah populer di instagram
22. Setiap kali mengakses dan bermain instagram saya menghabiskan waktu rata-rata lebih dari 15 menit
23. Setiap kali mengakses dan bermain instagram saya menghabiskan waktu rata-rata lebih dari 30 menit
24. Saya bermain dan membuka instagram menghabiskan waktu kurang dari 15 jam setiap minggunya
25. Dalam satu minggu saya menghabiskan waktu lebih dari 15 jam untuk bermain dan membuka instagram
26. Dalam setiap 1 jam saya selalu berusaha untuk membuka dan mengakses instagram
27. Saya membuka dan mengakses instagram hanya kalau ada waktu luang
28. Saya membuka dan mengakses instagram di rumah
29. Saya membuka dan mengakses instagram di sekolah
30. Saya membuka dan mengakses instagram di luar sekolah dan di luar rumah
31. Sebelum tidur saya menggunakan dan mengakses instagram
32. Setelah bangun tidur saya menggunakan dan mengakses instagram
33. Saya tidak ada waktu untuk membuka dan mengakses instagram
151
34. Instagram saya buka dan saya gunakan hanya 1 kali setiap harinya
35. Saya membuka dan bermain instagram lebih dari 2 kali setiap harinya
36. Apabila ditotal, dalam satu bulan saya membuka dan mengakses instagram lebih dari 40 kali
37. Saya membuka dan mengakses instagram kurang dari 40 kali setiap bulannya
SELAMAT MENGERJAKAN DAN TERIMAKASIH☺
152
Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
skor_inten skor_cd
N 100 100
Normal Parametersa Mean 95.7300 96.84
Std. Deviation 9.93601 7.282
Most Extreme Differences Absolute .082 .103
Positive .039 .054
Negative -.082 -.103
Kolmogorov-Smirnov Z .821 1.031
Asymp. Sig. (2-tailed) .511 .238
a. Test distribution is Normal.
153
Lampiran 6. Hasil Uji Linearitas Uji Linieritas Hubungan
Report
Citra Diri
101,0000 1 .92,0000 1 .77,0000 1 .98,0000 1 .86,6667 3 12,7017195,5000 2 3,5355385,0000 1 .92,0000 1 .87,0000 2 8,48528
101,5000 2 2,1213290,0000 1 .85,5000 2 17,67767
102,0000 1 .98,0000 3 4,0000099,4000 5 6,3482399,5000 4 5,0662399,5000 2 12,02082
104,3333 3 2,8867594,5000 4 6,4549795,5000 6 9,73139
100,6667 3 4,6188097,0000 2 7,0710797,5000 8 4,20883
103,0000 1 .94,5000 2 2,12132
101,0000 1 .93,4000 5 3,9749296,7500 8 2,0528795,6667 3 4,6188098,4000 5 4,4497297,5000 4 8,42615
102,3333 3 9,8657792,0000 2 1,41421
110,0000 2 ,00000100,0000 1 .
94,0000 1 .109,0000 1 .100,0000 1 .103,0000 1 .
96,8400 100 7,28180
Intensitas Insta65,0071,0075,0076,0078,0079,0080,0081,0082,0083,0084,0085,0086,0087,0088,0090,0091,0092,0093,0094,0095,0096,0097,0098,0099,00100,00101,00102,00103,00105,00106,00107,00108,00109,00110,00111,00112,00115,00120,00Total
Mean N Std. Deviation
ANOVA Table
2650,007 38 69,737 1,636 ,042465,191 1 465,191 10,916 ,002
2184,815 37 59,049 1,386 ,1282599,433 61 42,6145249,440 99
(Combined)LinearityDeviation from Linearity
BetweenGroups
Within GroupsTotal
Citra Diri *Intensitas Insta
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
154
Lampiran 7. Hasil Uji Korelasi
Korelasi Product Moment Pearson’s
Correlations
1 ,298**. ,003
100 100,298** 1,003 .100 100
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
Citra Diri
Intensitas Insta
Citra DiriIntensitas
Insta
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
155
Lampiran 8. Kategorisasi Citra Diri
Statistics
kat_grafik
N Valid 100
Missing 0
Mean 1.68
Std. Deviation .530
kat_grafik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat tinggi 35 35.0 35.0 35.0
Tinggi 62 62.0 62.0 97.0
Sedang 3 3.0 3.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
156
Lampiran 9. Kategorisasi Intensitas Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
Statistics
kat_grafik_intensitas
N Valid 100
Missing 0
Mean 2.13
Std. Deviation .506
kat_grafik_intensitas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat tinggi 6 6.0 6.0 6.0
Tinggi 76 76.0 76.0 82.0
Sedang 17 17.0 17.0 99.0
Rendah 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
157
Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dengan Expert Judgement
158
159
Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian
160
161